manusia, produksi material, kehidupan sosial, dan masyarakat 4

5
Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, dan Masyarakat (4) oleh Danial Indrakusuma pada 09 September 2010 jam 4:37 Produksi Material: Basis Kehidupan Sosial  Oleh: Doug Lorimer (Bagian IV) Dengan perkembangan produksi mesin, secara umum produksi akan semakin menjadi ruang -lingkup bagi penerapan tekn ologi il mu pengetahua n, sementara itu ilmu pengetahua n dijadikan sebagai tenaga produksi langsung, dan tena ga kerja ilmiah ditransformas ikan menjadi suatu bentuk khusus tenaga kerja yang sud ah diproletarisasi (yakni, tenaga ke rja disubordinasikan pada kebutuhan -kebutuhan kapitalisme dan yang dikontrol oleh kapital). Seperti yang Marx ungkapkan: Dalam pemesinan, kapital memasukkan tenaga kerja bernyawa (ke dalamnya) hingga mencapai taraf yang paling sesuai dengan realitas, sebagaimana juga bisa dilihat dalam contoh ini: pertama- tama, analisa dan pe nerapan hukum-hukum mekanis dan hukum- hukum kimia lah yang, secara langsung, meningkatkan ilmu pengetahuan, hingga memungkinkan mesin mencapai hasil tenaga ke rja yang sesuai dengan yang se belumnya dihasilkan oleh tenag a kerja buruh. Baga imana pun juga , perkembangan pe rmesinan seperti itu hanya bisa terjadi bila industri ska la besar telah me ncapai taraf yang lebih tinggi, dan bila seluruh ilmu pengetahuan sudah bisa dipaksa melayan i kapital; dan, kedua, bila permesinan yang tersedia itu sen diri sudah bisa menghasilkan kemampuan yang tinggi. Penemua n -penemuan kemudian menjadi suatu bisnis, dan pener apan ilmu pengetahuan pada produk si langsung menjadi sebuah prospek yang menentukan dan sangat dibutuhkan. [1] Namun, adalah salah bila memahami tesis Marx terse but dengan pandanga n bahwa ilmu pengetahuan secara kese luruhan diterapkan, digabungkan, pada produksi dan kehilangan independensi relatifnya, sert a berhenti menjad i runga -lingkup produksi intelektual. Transformasi ilmu-pengetahuan menjadi tenag a produktif bermakna : pertama, perk akas kerja, proses -proses teknologi, merupak an hasil dari materialis asi ilmu-pengetahuan ilmiah; teknologi baru tak bisa diciptakan tanpa ilmu -pengetahuan, dan k eberadaa n teknologi tak bisa berfungs i tanpanya. Kedua , ilmu - pengetahua n ilmiah sudah menjadi sebuah komponen penting dalam pengalaman dan pengetahuan seluruh rak y at pekerja yang men gambil bagian dalam proses produksi. Ketiga, kontrol nyat a atas produksi, at as proses tek nologi, khususnya dalam sistem otomat ik, juga sudah mer u pakan hasil dari penerapa n ilmu pengetahuan. Keempat , konsep produksi sudah meluas dan memas uki tak hanya proses produksi tapi juga penelitian dan pengemba ngan, oleh karenanya lingkungan ilmu-pengetahuan dan produksi terlibat untuk saling -mendorong satu dengan yang lainnya . Keseluruhan dampaknya adalah memperluas komponen manusia dalam tenaga -tenaga produktif, yang bukan saja memasukkan (ke dalamnya) komponen buruh manual tapi juga teknisi, insinyur dan ilmuwan yang secara langsung peduli untuk memberikan layanan te knik dan ilmu pen getahuan dalam proses produksi. Mekanisasi dan sientifikasi produksi menciptakan basis, landasan, untuk menggabu ngkan kerja fisik dan kerja mental, mendorong i ntelektualisasi kerja buruh, membuat kerja me njadi lebih berarti dan kreatif, mendorong perubahan pe nting dalam struktur kerj a profesional, dan sec epatnya memperluas  jumlah buruh terdidik, personel teknik serta personel permesinan.

Upload: mike-latuwael

Post on 06-Jul-2015

24 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4

5/7/2018 Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/manusia-produksi-material-kehidupan-sosial-dan-masyarakat-4 1/5

 

Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, dan Masyarakat (4)oleh Danial Indrakusuma pada 09 September 2010 jam 4:37

Produksi Material: Basis Kehidupan Sosial  

Oleh: Doug Lorimer

(Bagian IV) 

Dengan perkembangan produksi mesin, secara umum produksi akan semakin menjadi ruang -lingkup bagi penerapan teknologi ilmu pengetahuan,

sementara itu ilmu pengetahuan dijadikan sebagai tenaga produksi langsung, dan tenaga kerja ilmiah ditransformas ikan menjadi suatu bentuk khusus

tenaga kerja yang sudah diproletarisasi (yakni, tenaga kerja disubordinasikan pada kebutuhan -kebutuhan kapitalisme dan yang dikontrol oleh kapital).

Seperti yang Marx ungkapkan:

Dalam pemesinan, kapital memasukkan tenaga kerja bernyawa (ke dalamnya) hingga mencapai taraf yang paling sesuai dengan realitas, sebagaimana juga

bisa dilihat dalam contoh ini: pertama- tama, analisa dan penerapan hukum-hukum mekanis dan hukum-hukum kimia lah yang, secara langsung,

meningkatkan ilmu pengetahuan, hingga memungkinkan mesin mencapai hasil tenaga kerja yang sesuai dengan yang sebelumnya dihasilkan oleh tenag a

kerja buruh. Bagaimana pun juga, perkembangan permesinan seperti itu hanya bisa terjadi bila industri skala besar telah mencapai taraf yang lebih tinggi,

dan bila seluruh ilmu pengetahuan sudah bisa dipaksa melayani kapital; dan, kedua, bila permesinan yang tersedia itu sendiri sudah bisa menghasilkan

kemampuan yang tinggi. Penemuan -penemuan kemudian menjadi suatu bisnis, dan pener apan ilmu pengetahuan pada produksi langsung menjadi sebuah

prospek yang menentukan dan sangat dibutuhkan. [1]

Namun, adalah salah bila memahami tesis Marx tersebut dengan pandangan bahwa ilmu pengetahuan secara keseluruhan diterapkan, digabungkan, pada

produksi dan kehilangan independensi relatifnya, serta berhenti menjadi runga -lingkup produksi intelektual.

Transformasi ilmu-pengetahuan menjadi tenaga produktif bermakna: pertama, perkakas kerja, proses -proses teknologi, merupakan hasil dari materialis asi

ilmu-pengetahuan ilmiah; teknologi baru tak bisa diciptakan tanpa ilmu -pengetahuan, dan keberadaan teknologi tak bisa berfungsi tanpanya. Kedua, ilmu -

pengetahuan ilmiah sudah menjadi sebuah komponen penting dalam pengalaman dan pengetahuan seluruh raky at pekerja yang mengambil bagian dalam

proses produksi. Ketiga, kontrol nyata atas produksi, atas proses teknologi, khususnya dalam sistem otomatik, juga sudah meru pakan hasil dari penerapan

ilmu pengetahuan. Keempat, konsep produksi sudah meluas dan memas uki tak hanya proses produksi tapi juga penelitian dan pengembangan, oleh

karenanya lingkungan ilmu-pengetahuan dan produksi terlibat untuk saling -mendorong satu dengan yang lainnya.

Keseluruhan dampaknya adalah memperluas komponen manusia dalam tenaga -tenaga produktif, yang bukan saja memasukkan (ke dalamnya) komponen

buruh manual tapi juga teknisi, insinyur dan ilmuwan yang secara langsung peduli untuk memberikan layanan teknik dan ilmu pen getahuan dalam proses

produksi.

Mekanisasi dan sientifikasi produksi menciptakan basis, landasan, untuk menggabungkan kerja fisik dan kerja mental, mendorong intelektualisasi kerja

buruh, membuat kerja menjadi lebih berarti dan kreatif, mendorong perubahan penting dalam struktur kerja profesional, dan sec epatnya memperluas

 jumlah buruh terdidik, personel teknik serta personel permesinan.

Page 2: Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4

5/7/2018 Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/manusia-produksi-material-kehidupan-sosial-dan-masyarakat-4 2/5

 

Karena jalur produksi terus menerus mengalir maka, secara khusus, individu dituntut memiliki kemampuan untuk mengambil keputu san-keputusan

independen, sehingga bisa menjamin tanggung jawabnya untuk mengkombinasikan kepentingan personalnya dengan kepentingan kolektif. Karena, dalam

pabrik (yang produksinya juga mempekerjakan buruh manual), buruh hanya menjadi buruh parsial, misalnya: setelah produksi pe rakitan mengalami

perkembangan (menggunakan ban berjalan) maka seorang buruh hanya menjadi bagian dari mesin; perkembangan proses produksi semi -otomatik, yang

terus menerus berproduksi, akan membutuhkan peningkatan kemampuan kreatifitas buruh, membebaskan proses produksi dari buruh yang tak-terampil dan

monoton. Potensi segenap perkembangan individu yang merupakan tujuan dari sosialisme akan terwujud karena, dipandang dari susut produksi semi -

otomatis modern, memang merupakan suatu kebutuhan dari tenaga produktif itu sendiri. Dengan demikian, kita bisa melihat salah satu bukti, kenyataan,

yang menunjukkan bahwa kecenderungan perkembangan obyektif ilmu pengetahuan dan teknologi: menghendaki kapitalisme diganti ol eh sosialisme.

Penulis-penulis Borjuis memboroskan waktu sekian lama se kadar untuk menghasilkan tuduhan: bahwa marxisme hanya memandang manusia sebagai

 tenaga produktif, tidak menilainya dari sisi personal individual. Dalam realitas, walaupun manusia merupakan tenaga produkt if, namun orang-orang yang

bekerja (atau di tempat kerja) adalah individu -individu yang kreatif. Kategorisasi orang -orang sebagai tenaga produktif, tentu saja, tidak identik bahwa

status mereka diperkecil atau direduksi menjadi benda. Sebaliknya, kategorisasi tersebut justru menghargai orang -orang sebagai pencipta, menghargai

kemampuan mereka untuk melakukan sesuatu yang bisa menaikkan status mereka (lebih tinggi dari binatang), dan menghargai kerbe radaan mereka

sebagai pengontrol alam. Kategorisasi orang -orang sebagai tenaga produktif tidak lah menurunkan status mereka; yang menurunkan status mereka adalah

penindasan terhadap pekerja (buruh), merubah kerja (mereka) menjadi suatu malapetaka, dan menjadikan buruh menjadi budak -budak. Kondisi-kondisi

sosial demikian merendahkan status orang -orang menjadi sekadar barang, dan marxisme menentang segala bentuk penindasan. Keunggulan marxisme

 justru karena bercita-cita agar manusia, sebagai sebuah tenaga produktif, bisa menjadi pekerja bebas, yang memiliki perkembangan yang tinggi, yang

memiliki kreativitas personal. Itu lah humanisme yang nyata, bukan ilusi.

Dalam kondisi-kondisi kapitalismeyang menyebabkan kemajuan teknologi modern justru bisa membangkitkan dan memperluas antagonisme sosial yang

akutkita temui berbagai macam mitologi teknologi, yang memberik an peran absolut pada teknologi dan menganggap teknologi sebagai kekuatan yang

memusuhi manusiaperkembangan ilmu-pengetahuan dan teknologi menjadi malapetaka bagi manusia. Mereka percaya bahwa teknologi menciptakan

berbagai macam bahaya bagi manusia, membuat kehidupan lebih seragam dan impersonal.

Penulis-penulis konsep tersebut memisahkan teknologi dari rakyat, tak percaya pada peranan kelas buruh, massa pekerja secara keseluru han, dan

mengabaikan siginifikansi kondisi-kondisi sosial sebagai faktor utama yang mempengaruhi baik-tidaknya hasil-hasil perkembangan teknologi. Di bawah

kapitalisme, secara aktual, kehidupan menjadi lebih distandarisasi dan orang -orang kehilangan induvidualitas mereka. Penyebabnya bukan lah kemajuan

teknologi melainkan dominasi pemili kan pribadi atas alat-alat produksi, yang menerapkan hubungan -hubungan sosial yang berladaskan eksploatasi.

Oleh karenanya, perkembangan teknologi dan tenaga produktif, kaitan -kaitannya tak boleh dipandang terpisah dari hubungan-hubungan sosial.

3. Hubungan-Hubungan Sosial 

Produksi dan hasil-hasil produksi selalu bersifat sosial. Dalam menciptakan dan memproduksi barang -barang, potensi manusia, satu dengan yang lainnya,

masuk ke dalam berbagai macam hubungan, dan hanya dalam ikatan -ikatan hubungan-hubungan seperti itu lah hubungan mereka dengan alam bisa eksis.

Page 3: Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4

5/7/2018 Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/manusia-produksi-material-kehidupan-sosial-dan-masyarakat-4 3/5

 

Manusia tak pernah memproduksi sesuatu sendirian, murni individual, terisolasi total dari yang lainnya. Ide seseorang untuk m ampu memproduksi sesuatu

secara terisolasi total (di lua r masyarakatnya) adalah sebuah fantasi imajinasi. Seperti telah dijelaskan sebelumnya, manusia mengembangkan dirinya,

keluar dari dunia binatang, jika ia berada dalam masyarakatnya, dalam interaksi dengan yang lainnya (dari jenis mereka sendir i). Dalam tahap awal

perkembangan masyarakat, produksi besifat kolektif dalam pengertian semurni -murninya istilah kolektif. Walaupun produksi kehilangan karakter

kolektifnyasaat produksi dilanjutkan oleh keluarga -keluarga yang terpisah-pisahnamun hubungan-hubungan p roduksi di antara mereka tidak

menghilang. Hubungan-hubungan produksi tersebut masih dipertahankan bahkan, selanjutnya, diperluas sejalan dengan perkembangan pembagian kerja

sosial, sejalan dengan pertumbuhan produksi barang -barang komoditi, dan sejalan de ngan pertukaran. Sejak pembagian kerja mulai dikembangkan,

ketergantungan setiap produser (terhadap produser lainnya) semakin meluas, misalnya karena ia memperoleh (dari yang lainnya) bahan-bahan mentah dan

perkakas kerja atau, sebaliknya, ia menjual perka kas kerja dan produk-produknya (pada yang lainnya). Akhirnya, setelah produksi mesin meluas, saling -

hubungan di antara produser bahkan menjadi semakin organik, yang diwujudkan dalam bentuk sosialisasi (proses -proses) tenaga kerja yang semakin

meluas.

Berbagai macam hubungan (di antara orang -orang tersebut) diwujudkan dalam bentuk hubungan proses -proses produksimisalnya saja, hubungan-

hubungan yang dikondisikan oleh pembagian kerja teknis (akibat adanya berbagai perdagangan yang terspesialisasi). Itu lah hubungan antar-bengkel dalam

pabrik, hubungan antar-buruh yang memiliki saling-kaitan tertentu dalam proses- proses produksi, dan sebagainya. Hubungan -hubungan tersebut 

digambarkan sebagai hubungan-hubungan kerja (teknis-produksi) atau, lebih tepatnya, pem bagian kerja dalam sutu unit produksi. Hubungan -hubungan

tersebut dikondisikan oleh perkakas kerja (yang ada) yang bisa digunakan oleh para produsernya (buruh) dan, selain itu, dikon disikan oleh pengetahuan

serta keterampilan mereka. Tujuan pembagian kerja kerjasama teknis yang diperlukan dalam proses produksi yang menggunakan teknologi khusus,

adalah memilah-milahdua hal: tenaga produksi dan hubungan produksi..

Hubungan sosial produksi (ekonomi) adalah suatu hal yang berbeda. Karakter hubungan tersebut t ergantung pada bagaimana alat -alat produksi

didistribusikan pada masyarakat atau, dengan kata lain, bagaimana, dalam masyarakat tertentu, masalah pemilikan dari alat-alat produksi utama bisa

diselesaikan.

Secara prinsipil, dalam bentuknya yang paling umum , masalah pemilikan alat-alat produksi diselesaikan dengan dua cara: satu, alat -alat produksi diserahkan

pemilikannya pada seluruh masyarakat atau, dua, alat -alat produksi diserahkan pemilikannya pada individu -individu, pada sebagian masyarakat, sementara

sebagian masyarakat lainnya dienyahkan hak pemilikannya. Dengan kata lain, apakah alat -alat produksi menjadi milik sosial atau menjadi milik pribadi.

Pengertian pemilikan alat-alat produksi tidak lah sesederhana pemilikan pribadi (property) sebagaimana yan g tertuang dalam hukum. Pengertian pemilikan

alat-alat produksi adalah suatu hubungan ekonomi nyata di antara orang -orang, yang dimediasi oleh hubungan tak langsung terhadap benda -bendaalat-

alat produksi. Hubungan-hubungan sosial tersebutyang dimasuki orang-orang dalam rangka kegiatan produksi bukan lah merupakan hasil dari tindakan

yang sadar; hubungan-hubungan sosial tersebut merupakan hasil adaptasi (spontan dan tak sadar) terhadap tenaga -tenaga produktif material dan

kadaluarsanya. Tapi, kemudian, saa t masuk dalam hubungan-hubungan tersebut, dalam proses produksi, mereka menjadi sadar bahwa mereka butuh diakui

secara sosial dan dibutuhkan oleh orang -orang lainnya. Oleh karenanya, dalam kegiatan produksi, kemudian mereka membutuhkan aturan sosial yang b isa

mengatur hubungan timbal-bal ik mereka terhadap alat-a lat produksi. Saat itu lah muncul hubungan -hubungan pemilikian pribadi.

Dalam hubungan produksi, alat-alat produksi menjadi milik pribadi berbagai orang atau kelompok. Untuk melanjutkan produksi da n distribusi hasil-hasilnya,

perlu dibuat beberapa perjanjian, yang akan mengikat seluruh anggota suatu masyarakat tertentu sehingga, dengan demikian, mas yarakat mengerti siapa

yang dilibatkan atau berhak mengatur alat -alat produksi dan hasil produksinya ( yang diproduksi secara bersama dengan mereka). Hubungan -hubungan

Page 4: Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4

5/7/2018 Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/manusia-produksi-material-kehidupan-sosial-dan-masyarakat-4 4/5

 

pemilikan pribadi, oleh karenanya, merupakan suatu cara yang secara sosial mengatur hubungan -hubungan timbal-balik dalam proses memanfaatkan alat-

alat produksi dan pengaturan produksinya, yan g mengatur hubungan-hubungan produksi sebagai suatu kewajiban, yang semuanya itu mengikat masyarakat 

dan angota-anggotanya.

Dengan demikian, kita bisa mendifinisikan hubungan-hubungan sosial produksi sebagai: hubungan -hubungan timbal-balik yang dimasuki orang-orang untuk

mengatur proses produksi dan penditribusian hasil -hasil produksinya, dan orang -orang menjadi sadar bahwa yang demikian itu adalah hubugan -hubungan

pemilikan pribadi.

Jika alat-alat produksi dimil iki oleh seluruh masyarakat, anggota-anggota masyarakat akan berdiri dalam hubungan yang sejajar saat berhadapan dengan

alat-alat produksi, dan hubungan-hubungan kerjasama kolektif serta saling bantu akan bisa dihidupkan di antara mereka. Bentuk -bentuk kerjasama

tersebutdalam arti pemili kan sosial, misalnyaberbeda-beda bentuknya. Misalnya, dalam sejarah pemilikan sosial ditemukan bentuk pemilikan keluarga

besar, pemilikan suku bangsa, pemilikan komune primitif, dan pemilikan kelas buruh secara keseluruhan dalam masyarakat paska -kapitalis, yang

deselenggarakan serta diatur oleh negara buruh.

Di sisi lain, jika pemilik alat-alat produksi adalah individu- individu, atau jika alat-alat produksi dikuasai hanya oleh sebagian masyarakat, bukan oleh seluruh

masyarakat, maka karakter pemilika n tersebut membutuhkan sifat yang pribadi sesama manusia ditempatkan dalam suatu hubungan yang tak setara saat 

memiliki alat-alat produksi, di satu pihak yang menguasai (pemilik alat -alat produksi) dan, di lain pihak yang dikuasai (bukan pemilik alat -alat produksi),

sehingga memunculkan hubungan-hubungan yang eskploatatif.

 Apakah yang dimaksud dengan eksploitasi? Waktu perkakas kerja masih primitif, produktivitas tenaga kerja masih rendah sehingg a hanya pembagian kerja

mendasar (produktif -teknis) saja yang dimungkinkan. Seluruh anggota masyarakt didorong bekerja bersama demi mempertahankan hidup. Cara tersebut 

menyebabkan alat-alat produksi dimiliki bersama dan, hasil -hasil produksinya, seberapa pun diperoleh, pun dibagikan dengan adil kepada seluruh anggo ta

komunitas, kepada seluruh anggota keluarga besar atau kepada seluruh anggota suku -bangsa. Tapi, saat perkakas kerja telah memiliki kemampuan yang

lebih besar maka, konsekuensinya, produktivitas tenaga kerja menjadi lebih besar, atau tenaga kerja bisa be rproduksi melebihi dari (kebutuhan pokok) yang

diperlukan oleh pra produsernya. Situasi seperti itu memungkinkan atau merangsang sekelompok minoritas, bila berhasil merampa s kelebihan (surplus)

produksi tersebut, untuk hidup dari kerja orang lain. Kemungki nan tersebut menjadi kenyataan saat minoritas tersebut berhasil mengambil alih alat -alat 

produksi (yang oleh buruh, sebagai produser, digunakan untuk berproduksi), yakni saat massa produser (buruh) dipaksa menerima ketentuan bahwa alat-

alat produksi terseb ut bukan miliknya tapi milik pribadi kelompok minoritas tersebut. Bagi produser (buruh), eksploitasi bermakna: bahwa hanya se bagian

saja dari total yang dihasilkan oleh tenaga kerja mereka yang bisa mereka peroleh kembali (untuk memenuhi kebutuhan -kebutuhan mereka), sedangkan

sisanya dirampas oleh pihak lain, dan itu disebabkan karena pemilikan pribadi atas segala macam alat -alat produksi. Dengan merampas surplus hasil tenaga

kerja orang lain, para penghisap bisa hidup lebih baik, lebih sejahtera, tanpa har us bekerja sekali pun.

Eksploitasi bermakna: sebagian kecil, minoritas, masyarakat, yang karena memiliki alat -alat produksi secara besar -besaran, bisa hidup (tanpa kerja) dengan

merampas hasil tenaga kerja orang lain, hasil tenaga kerja mayoritas.

Pada tahun 1895, dalam pengantarnya pada A Contribution to a Critique of Political Economy, Marx mendifinisikan tipe -tipe dasar formasi sosio-ekonomi

(dengan basis eksploitasi kerjanya masing- masing)Asiatik, perbudakan, feodal dan kapitalis. Dalam setiap tahap perkembangan formasi sosio -ekonomi

Page 5: Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4

5/7/2018 Manusia, Produksi Material, Kehidupan Sosial, Dan Masyarakat 4 - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/manusia-produksi-material-kehidupan-sosial-dan-masyarakat-4 5/5

 

tersebut, dihidupkan atau hidup juga pemilikan pribadi dalam skala kecil, seperti pemilikian pribadi kaum tani, pemilikan pri badi pengrajin, tukang, yang

berbasiskan tenaga kerja pribadi.

Bentuk pemilikan dalam setiap tipe masyarakat tersebut menentukan cara eksploitasi terhadap para produsernya. Cara produksi Asiatik[ii] pertama kali

muncul di Irak dan Mesir-kuno pada abad ke -4 SM. Dan di sungai Indus pada abad ke -3 SM, di Cina Utara pada abad ke-2 SM. Cara produksi tersebut bisa

muncul di atas basis dan ketergantungan pada pertanian yang membutuhkan pekerjaan -pekerjaan umum dalam skala yang besar dan dilakukan oleh

komunitas secara keseluruhan. Alat -alat produksi utamanyatanah dan airdimiliki secara pribadi oleh para penguasa despotik. Populasi pekerjanya

komunitas desa yang terdiri dari petani -tukangmemili ki memiliki perkakas kerjanya sendiri (perkakas kerja dan hewan), namun mereka tergantung pada

penguasa (pimpinan agama dan bangsawan-militer) dan aparat -aparat pejabat (yang begitu banyak) yang dipimpinnya dalam membangun, memelihara,

memperbaiki, konstruksi sistem-sistim irigasi skala besar (kanal, bendungan, waduk). Raja, pimpinan agama, dan bangsawan -militer, mengekspoitasi

penduduk pedesaan dengan memaksa mereka menyembahkan upeti (baik barang maupun jasa).

*****

Catan Kaki:

[1] Marx, Karl, Grundrise, Penguin Books, Harmondsworth, 1977, hal. 703-704. (tekanan kami yang tambahkan.).

[2] Nyatanya, cara produksi ini juga muncul di luar Asia di Mesir kuno, di Mexico-kuno dan di Peru-kunosering mensalahartikan pengertian kata Asiatik

tersebut. Marx menggunakan penyebutan (ajektif) tersebut untuk mengindikasikan cara produksi tersebut saat, selama penelitian nya, ia pertama kali sadar

akan pengaruh kapitalisme Inggris atas India dan China pada abad ke -18 dan ke-19. Karena cara produksi tersebut didasarkan pada pekerjaan -pekerjaan

irigasi secara luas, yang diorganisir oleh sebuah negara despotik (kejam/lalim/bejat) yang mengambil upetinya dengan mer ampas surplus tenaga kerja

komune-komune desa, sering, selanjutnya, kaum Marxis menggunakan sejumlah sebutan (ajektif) berbeda untuk mengindikasikan cara produ ksi tersebut,

misalnya Hidrolik (hydraulic), Komunal (communal), dan Upeti (tributary).