mannitol

3
Mannitol (DIH, 999) Indikasi : Menurunkan tekanan intrakranial yg berkaitan dgn oedema serebral, meningkatkan ekskresi urine, irigasi genitourinary Mekanisme aksi : meningkatkan tekanan osmotik filtrat glomerolus, menghambat reabsorpsi air dan elektrolit tubular dan meningkatkan output urine Dosis untuk menurunkan TIK : iv 0,25-1,5 g/kg/dosis dapat diulang setiap 6-8 jam Syarat penggunaan Manitol : 1. Tidak diberikan pada severe renal disease Manitol merupakan obat nefrotoksik terutama pada dosis tinggi. Untuk meminimalkan adverse renal effect dilakukan penyesuaian osmolalitas serum 320 mOsmol/L atau dihentikan bila terjadi acute tubular necrosis. Ekskresi manitol melalui urine. Memperberat kerja ginjal terkait dengan mekanisme aksinya 2. Tidak diberikan pada Severe dehidration 3. Tidak diberikan pada hearth failure Dapat menyebabkan hipotensi danhipertensi berkaitan dengan mekanisme aksinya 4. Tidak diberikan pada pulmonary congestion atau pulmonary oedema Mannitol dapat memperburuk pulmonary oedema 5. Tidak diberikan pada pasien sepsis Kondisi sepsis memicu terjadinya hipoventilasi, apabila diberikan manitol yang dapat menyebabkan hipotensi, maka akan memperburuk kondisi sepsis 6. Penggunaan bersama dengan furosemide perlu diperhatikan terjadinya gangguan elektrolit 7. Perlu diperhatikan apabila penggunaannya bersamaan dengan agen nefrotoksik Penggunaan antikejang pada ICH

Upload: ryoninuk

Post on 19-Nov-2015

20 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

manitol

TRANSCRIPT

Mannitol (DIH, 999)Indikasi : Menurunkan tekanan intrakranial yg berkaitan dgn oedema serebral, meningkatkan ekskresi urine, irigasi genitourinary

Mekanisme aksi : meningkatkan tekanan osmotik filtrat glomerolus, menghambat reabsorpsi air dan elektrolit tubular dan meningkatkan output urine

Dosis untuk menurunkan TIK : iv 0,25-1,5 g/kg/dosis dapat diulang setiap 6-8 jam

Syarat penggunaan Manitol :1. Tidak diberikan pada severe renal disease Manitol merupakan obat nefrotoksik terutama pada dosis tinggi. Untuk meminimalkan adverse renal effect dilakukan penyesuaian osmolalitas serum 320 mOsmol/L atau dihentikan bila terjadi acute tubular necrosis. Ekskresi manitol melalui urine. Memperberat kerja ginjal terkait dengan mekanisme aksinya2. Tidak diberikan pada Severe dehidration

3. Tidak diberikan pada hearth failure

Dapat menyebabkan hipotensi danhipertensi berkaitan dengan mekanisme aksinya4. Tidak diberikan pada pulmonary congestion atau pulmonary oedemaMannitol dapat memperburuk pulmonary oedema5. Tidak diberikan pada pasien sepsis

Kondisi sepsis memicu terjadinya hipoventilasi, apabila diberikan manitol yang dapat menyebabkan hipotensi, maka akan memperburuk kondisi sepsis6. Penggunaan bersama dengan furosemide perlu diperhatikan terjadinya gangguan elektrolit7. Perlu diperhatikan apabila penggunaannya bersamaan dengan agen nefrotoksik

Penggunaan antikejang pada ICH

Tidak ada bukti yg cukup untuk mendukung penggunaan anti kejang untuk pencegahan kejang primer dan sekunder pasca stroke ( antiepileptic drugs for the primary and secondary prevention of seizures after stroke, Cochrane Summaries, Januari 2010)

Tidak ada bukti yg cukup untuk mendukung penggunaan anti kejang untuk pencegahan kejang primer dan sekunder yang terjadi pada intracranial venous thrombosis (antiepileptic drugs for the primary and secondary prevention of seizures after intracranial venous thrombosis/ICVT, Cochrane summaries, Desember 2011)

Tekanan intrakranial (TIK)Gejala : sakit kepala, nausea,vomitting, dilatasi pupil, pandangan kabur, penurunan kesadaran, hipertensi, apnea, bradikardia, vocal defisit diikuti kejang, papiloedema, perubahan status mental (letargi, iritabilitas, abnormal social behaviour)

Penyebab peningkatan TIK :

1. meningitis,encephalitis, infeksi, abses intrakranial 2. perdarahan subarakhnoid

3. hidrosefalus

4. trauma kepala

5. tumor otak

6. cerebral vemous trombosis

7. idiopatic intracranial hipertensi

monitoring : skor GCS < 9 dan CT scan abnormal, skor GCS < 9 dan CT scan normal tapi memenuhi 2 dari syarat usia > 40 tahun, unilateral atau bilateral posturing, TD > 90 mmHgCerebral oedema : peningkatan kadar air dalam otak (> 80 %), Biasa muncul karena brain injury

Manajemen cerebral oedema : mengontrol hiperventilasi (menurunkan dan mempertahankan PaCo2 10mmHg dari target 30-35mmHg selama 4-6 jam),

Penggunaan antiplatelet pada stroke hemoragik

Antiplatelet prescribing was common after ICH. Subsequent ischemic strokes or myocardial infarctions were more common than recurrent ICH. Antiplatelet prescribing did not appear to have a clinically significant impact on outcomes measured (American Heart Association, 2010) Penggunaan antiplatelet untuk stroke hemoragik akut tidak direkomendasikan. Penggunaan antiplatelet untuk prevensi serangan ulang stroke masih belum jelas. Penggunaan antiplatelet harus hati-hati mengingat resiko erdarahan yang mungkin terjadi. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan antiplatelet : platelet count (150-450x10pangkat 9 per liter, critical value < 50 atau > 999 x 10 pangkat 9, efek samping (melena, hematuria))Jurnal : Prior antiplatelet use doesnt affect hemorrhage grouth or outcome after ICH, Pubmed, 2009 (penggunaan antiplatelet dalam pengobatan perdarahan intraserebral tidak berhubungan dgn peningkatan volume perdarahan, ekspansi perdarahan atau outcome klinik pada 90 hari. Penemuan ini mengindikasikan bahwa penggunaan antiplatelet pasca ICH tidak dijamin)

Role of antiplatelet agent in hematoma expansion during the acute periode of ICH, Pubmed, 2010 (pasien yang memilikiriwayat penggunaan antiplatelet memiliki tingkat ekspansi hematoma yang sama dibandingkan dengan pasien yang tidak menggunakan antiplatelet)

Antiplatelet therapy in aneurisma subarachnoid hemorrhagic : a systematic review, AHA journal, 2003 (penggunaan antiplatelet menurunkan resiko terjadinya DCI pada pasien perdarahan subarachnoid, tetapi penggunaan antiplatelet secara rutin belum direkomendasikan karena masih membutuhkan penelitian lebih lanjut karena jumlah sample belum mencukupi)