manajemen risiko keselamatan kerja pada pekerjaan …

20
MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN BANGUNAN ATAS DI PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LAYANG TOL BOGOR OUTER RING ROAD (BORR) SEKSI 2A OLEH PT. WIJAYA KARYA TAHUN 2013 Alifah Komaraningsih dan Ridwan Zahdi Sjaaf ABSTRAK Pekerjaan bangunan atas merupakan salah satu tahap kegiatan dalam konstruksi pembangunan jalan layang., dimana banyak pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian menggunakan peralatan dan material kerja berat. Penelitian ini mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004, dengan menggunakan analisis risiko semi kuantitatif. Yang meliputi penilaian risiko dasar dan penilaian risiko eksisting, yaitu dengan menganalisis nilai konsekuensi, pajanan, dan kemungkinan dari setiap tahap pekerjaan yang kemudian dibandingkan dengan standar level risiko semi kuantitatif W.T. Fine. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tingkat risiko pada kegiatan pekerjaan bangunan atas di proyek pembangunan jalan layang tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi 2A oleh PT. Wijaya Karya tahun 2013 meliputi tingkat risiko very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable. ABSTRACT The upper structure erection is one of the phases of the flyover construction. Wherein, any works done at height are using heavy tools and materials. This research refers to the semi quantitative approach of AS/NZS 4360:2004 standard, includes the assessment of basic risk and existing risk, which is done by analyzing the consequences value, exposure value and the possibility value from each phases of working that is compared with the semi-quantitative risk level standard of W.T. Fine . According to the research done, the risk level of the upper structure erection on the Bogor Outer Ring Road elevated highway flyover project section 2A by PT. Wijaya Karya in 2013 includes: very high risk level, priority 1 level, substantial level, priority 3 level and acceptable level. Keywords : AS/NZS 4360:2004; elevated highway; risk management; upper structure construction; risk assessment. 1. Pendahuluan Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek utama dalam mendukung pembangunan nasional. Laju pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari ketersediaan infrastruktur fisik seperti jalan raya, bandara, transportasi, sistem kelistrikan, dan lain-lain, yang dapat mendukung kelancaran aktivitas masyarakat. World Economic Forum (WEF) dalam The Global Competitiveness Report 2012-2013 menempatkan sektor infrastruktur sebagai pilar kedua dari 12 pilar yang menentukan daya saing suatu bangsa. Infrastruktur yang ekstensif dan Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Upload: others

Post on 04-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN BANGUNAN ATAS DI PROYEK PEMBANGUNAN JALAN LAYANG

TOL BOGOR OUTER RING ROAD (BORR) SEKSI 2A OLEH PT. WIJAYA KARYA TAHUN 2013

Alifah Komaraningsih dan Ridwan Zahdi Sjaaf

ABSTRAK Pekerjaan bangunan atas merupakan salah satu tahap kegiatan dalam konstruksi pembangunan jalan layang., dimana banyak pekerjaan yang dilakukan pada ketinggian menggunakan peralatan dan material kerja berat. Penelitian ini mengacu pada standar AS/NZS 4360:2004, dengan menggunakan analisis risiko semi kuantitatif. Yang meliputi penilaian risiko dasar dan penilaian risiko eksisting, yaitu dengan menganalisis nilai konsekuensi, pajanan, dan kemungkinan dari setiap tahap pekerjaan yang kemudian dibandingkan dengan standar level risiko semi kuantitatif W.T. Fine. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tingkat risiko pada kegiatan pekerjaan bangunan atas di proyek pembangunan jalan layang tol Bogor Outer Ring Road (BORR) Seksi 2A oleh PT. Wijaya Karya tahun 2013 meliputi tingkat risiko very high, priority 1, substantial, priority 3, dan acceptable.

ABSTRACT The upper structure erection is one of the phases of the flyover construction. Wherein, any works done at height are using heavy tools and materials. This research refers to the semi quantitative approach of AS/NZS 4360:2004 standard, includes the assessment of basic risk and existing risk, which is done by analyzing the consequences value, exposure value and the possibility value from each phases of working that is compared with the semi-quantitative risk level standard of W.T. Fine . According to the research done, the risk level of the upper structure erection on the Bogor Outer Ring Road elevated highway flyover project section 2A by PT. Wijaya Karya in 2013 includes: very high risk level, priority 1 level, substantial level, priority 3 level and acceptable level. Keywords : AS/NZS 4360:2004; elevated highway; risk management; upper structure construction; risk assessment. 1. Pendahuluan

Pembangunan infrastruktur

merupakan salah satu aspek utama dalam

mendukung pembangunan nasional. Laju

pertumbuhan ekonomi tidak terlepas dari

ketersediaan infrastruktur fisik seperti jalan

raya, bandara, transportasi, sistem

kelistrikan, dan lain-lain, yang dapat

mendukung kelancaran aktivitas

masyarakat. World Economic Forum

(WEF) dalam The Global Competitiveness

Report 2012-2013 menempatkan sektor

infrastruktur sebagai pilar kedua dari 12

pilar yang menentukan daya saing suatu

bangsa. Infrastruktur yang ekstensif dan

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 2: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

efisien merupakan faktor penting yang

menjamin efektifitas ekonomi, karena

sangat bermanfaat dalam menentukan

lokasi kegiatan ekonomi.

Dalam perkembangannya, industri

konstruksi memiliki serangkaian catatan

kecelakaan yang memakan banyak korban

jiwa, namun sayangnya rangkaian

pekerjaan yang berbahaya ini hanya

dianggap hal yang lumrah dan seringkali

luput dari perhatian kita. Menurut catatan

Jamsostek pada tahun 2010, angka

kecelakaan kerja di Indonesia termasuk

yang paling tinggi di kawasan ASEAN,

yaitu sebanyak 98.711 kasus kecelakaan

kerja. Pada tahun 2011 terjadi kenaikan

menjadi 99.491 kasus, dimana hampir 32%

dari kasus kecelakaan tersebut terjadi di

sektor konstruksi dan meliputi semua jenis

pekerjaan proyek gedung, jalan, jembatan,

terowongan, irigasi bendungan, dan

sebagainya.

Menurut Undang-Undang Nomor

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan,

dalam pelaksanaan pembangunan nasional,

tenaga kerja mempunyai peranan dan

kedudukan yang penting sebagai pelaku

dan tujuan pembangunan. Dalam paragraf

5 tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Pasal 86 menyatakan bahwa, setiap

pekerja/buruh mempunyai hak untuk

memperoleh perlindungan atas tiga hal,

salah satunya yaitu kesehatan dan

keselamatan kerja. Hak-hak pekerja/buruh

perlu dilindungi guna mewujudkan

produktivitas kerja yang optimal.

Untuk menghindari kemungkinan

kejadian kecelakaan kerja diperlukan suatu

sistem kerja yang aman. Sistem kerja yang

aman merupakan metode yang telah dipilih

secara cermat dalam memperhitungkan

potensi bahaya-bahaya bagi pekerja

maupun pihak lain seperti tamu dan

kontraktor, dan sistem ini menyediakan

sebuah kerangka kerja formal untuk

memastikan bahwa seluruh langkah yang

diperlukan untuk bekerja secara aman

sudah diantisipasi dan diterapkan (Ridley,

2006). Sistem kerja aman dikelola oleh

suatu manajemen risiko yang terintegrasi

yang bermanfaat dalam memperkirakan,

mengelola, mengendalikan, dan

meminimalisasi risiko-risiko yang

mungkin timbul saat pekerjaan

berlangsung.

Pembangunan jalan layang tol

meliputi enam lingkup pekerjaan, yaitu

pekerjaan tanah, pekerjaan drainase,

pekerjaan bangunan bawah, pekerjaan

bangunan atas, pekerjaan perkerasan, dan

pekerjaan lain-lain. Melihat potensi risiko

dan dampak yang cukup besar dapat terjadi

dalam proses pembangunan jalan layang

tol, khususnya pada pekerjaan bangunan

atas, penulis melakukan penelitian

Manajemen Risiko Keselamatan Kerja

Pada Pekerjaan Bangunan Atas di Proyek

Pembangunan Jalan Layang Tol Bogor

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 3: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Outer Ring Road (BORR) Seksi 2A Oleh

PT. Wijaya Karya Tahun 2013 untuk

mengetahui besaran tingkat risiko dan

upaya pengendalian yang tepat serta

memungkinkan untuk diimplementasikan.

2. Tinjauan Teoritis

Menurut AS/NZS 4360 : 2004,

proses manajemen risiko adalah "the

systematic application of management

policies, procedures and practices to the

tasks of communicating, establishing the

context, identifying, analysing, evaluating,

treating, monitoring and reviewing the

risk".

Pekerjaan bangunan atas

merupakan tahap akhir sebelum finishing

jalan layang dilakukan. Hampir semua

tahapan kerja dalam proses ini memiliki

potensi risiko jatuh dari ketinggian, karena

banyaknya pekerjaan yang dilakukan di

ketinggian, yaitu ± 4-5 meter di atas

permukaan tanah. Terdapat enam tahap

kerja pada pekerjaan bangunan atas jalan

layang, yaitu :

a) Fabrikasi Box Girder

b) Erection Box Girder

c) Prestressing

d) Stressing

e) Pot Bearing dan Expansion Joint

f) Pemasangan Parapet

3. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif analitik, yaitu penelitian yang

mendeskripsikan atau menggambarkan

fenomena-fenomena yang ada, baik

fenomena alami maupun rekayasa manusia

(Sukmadinata, 2007). Sedangkan metode

penilaian yang digunakan adalah penilaian

manajemen risiko AS/NZS 4360 : 2004

dengan model semi kuantitatif. Penulis

mengacu pada standar AS/NZS 4360 :

2004 dalam mengidentifikasi bahaya dan

risiko keselamatan kerja yang ada pada

pekerjaan bangunan atas pembangunan

jalan layang tol Bogor Outer Ring Road

seksi 2A, sesuai dengan tahapan kerjanya.

Dalam menentukan tingkat risiko

yang ada, penulis menggunakan teknik

semikuantitatif dengan Formula Fine,

yaaitu dengan mengalikan konsekuensi

dengan frekuensi pajanan dan

kemungkinan. Hasil perhitungan analisis

risiko kemudian diklasifikasikan ke dalam

lima kelas sebagai berikut :

>350 Very High

180-350 Priority 3

70-180 Substantial

20-70 Priority 3

<20 Acceptable

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 4: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Penelitian dilakukan dalam waktu

enam minggu, yaitu tanggal 1 Mei – 15

Juni 2013. Lokasi penelitian dilakukan di

proyek pembangunan jalan layang tol

Bogor Outer Ring Road seksi 2A, Bogor,

Jawa Barat. Objek yang diteliti adalah

risiko yang terdapat dalam pekerjaan

bangunan atas pembangunan jalan layang

Tol Bogor Outer Ring Road seksi 2A,

Bogor, Jawa Barat.

Jenis data pada penelitian diperoleh

melalui data primer dan data sekunder.

Untuk data primer yang dimaksud,

meliputi data yang berasal dari hasil

wawancara dengan responden, maupun

observasi langsung di lapangan. Salain dari

para pekerja, data juga diperoleh dari

penanggung jawab atau pengawas di

lapangan. Sedangkan data sekunder pada

penelitian ini didapatkan dari studi

literatur serta kebijakan PT. Wijaya Karya

selaku kontraktor pembangunan jalan

layang di tol Bogor Outer Ring Road. Data

sekunder pada penelitian digunakan untuk

memahami proses kerja, mengidentifikasi

risiko, dan mengetahui tindakan

pengendalian yang telah diterapkan.

Pengumpulan data penelitian

dilakukan dengan observasi dan

wawancara. Yang dimaksud dengan

observasi yaitu melakukan pengamatan

langsung pada obyek yang diteliti atau

dapat dirumuskan sebagai proses

pencatatan pola perilaku subyek (orang),

obyek (benda), atau kejadian sistemik

tanpa adanya pertanyaan atau komunikasi

dengan individu-individu yang diteliti

(Indriantoro, 1990). Wawancara yang

dilakukan merupakan wawancara tidak

terstruktur yang dilakukan dengan

perwakilan pekerja serta diskusi dengan

pengawas proyek untuk mendapatkan

informasi yang akurat mengenai hal-hal

yang berkaitan dengan proses pekerjaan

bangunan atas jalan layang tol Bogor

Outer Ring Road seksi 2A, identifikasi

risiko di tempat kerja, pengendalian yang

telah dilaksanakan oleh PT. Wijaya Karya

selaku kontraktor, serta respon pekerja

terhadap pengendalian dan kontrol yang

telah dilakukan.

Pada penelitian ini, penulis

mengahadapi beberapa kendala, yaitu

ketidaksesuaian waktu dengan jadwal

proyek untuk mengumpulkan data,

dikarenakan adanya hambatan cuaca dan

PT. Wijaya Karya mengalami hambatan

dalam permohonan izin dari Pemerintah

Kota Bogor serta dinas terkait. Oleh karena

itu, penulis hanya dapat menganalisis

risiko pada tahap pekerjaan fabrikasi box

girder sampai dengan expansion joint saja.

Selain itu, penelitian manajemen risiko ini

hanya dilakukan oleh penulis sendiri

sehingga hasil analisis bersifat subjektif,

meskipun dalam prosesnya pengisian job

safety analysis juga mendapat bantuan dari

karyawan PT. Wijaya Karya di lapangan.

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 5: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

4. Hasil Penelitian  Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Fabrikasi

Box

Girder

1. Menyetak box girder

Tertimpa peralatan kerja 25 6 3 450 Penggunaan APD 15 6 3 270

Sterilisasi area kerja

2. Perakitan tulangan

Terpental besi rakitan

25 6 1 150 Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi)

15 6 1 90 Penempatan safety device untuk melindungi besi rakitan

Terjatuh dari ketinggian

50 3 3 450 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness dan rompi)

15 3 3 135

Ketegasan manajemen dalam menegakkan peraturan penggunaan body harness

3. Pemasangan tendon

Terjatuh dari ketinggian

50 3 3 450 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness dan rompi)

15 3 3 135

Ketegasan manajemen dalam mewajibkan penggunaan body harness

4. Pemeriksaan tulangan oleh owner

Terpental rakitan tulangan

25 1 0.5 12.5 Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi)

25 1 0.5 12.5 Penempatan safety device untuk melindungi besi rakitan

5. Setting tulangan sebagai matchcast

Tertimpa material 50 6 1 300 Penggunaan APD 25 6 1 150

Bekerja dengan hati-hati dan berkoordinasi dengan rekan kerja

6. Pengaturan elevasi dan offset pada segmen matchcast

Terjatuh dari ketinggian 50 3 3 450

Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness, rompi) 15 3 3 135

Ketegasan manajemen dalam mewajibkan penggunaan body harness

Tertimpa material 50 3 3 450 Penggunaan APD 25 3 3 225 Sterilisasi area kerja

Pemasangan safety sign

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 6: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Fabrikasi Box Girder 7. Memindahkan

rakitan ke trolley untuk dipindah ke jalur produksi

Rakitan terlepas dari holder trolley

50 6 1 300 - 25 6 1 150 Pemeliharaan

peralatan kerja (trolley) secara berkala

Tertimpa alat berat 50 6 1 300 Penggunaan APD

(helm, sepatu,rompi) 25 6 1 150

Sterilisasi area kerja

8. Handling rakitan menuju ke cetakan

Rakitan terlepas dari holder trolley

50 3 1 150 - 50 3 1 150 Pemeliharaan

peralatan kerja (trolley) secara berkala

Tertimpa alat berat 50 3 1 150 Penggunaan APD

(helm, sepatu,rompi) 25 3 1 75

Sterilisasi area kerja

9. Setting tulangan ke dalam cetakan

Tertimpa material 25 3 1 75 Penggunaan APD

(helm, sepatu,rompi) 15 3 1 45

Penggunaan wearpack untuk melindungi tubuh pekerja dari kontak langsung dengan material

Jatuh dari ketinggian

50 3 1 150 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness, rompi)

15 3 1 45

Ketegasan manajemen dalam mewajibkan penggunaan body harness

10. Setting ducting & duct locator Tertusuk besi 25 3 1 75 Penggunaan APD

(helm, sepatu,rompi) 15 3 1 45

Penggunaan wearpack untuk melindungi tubuh pekerja dari kontak langsung dengan material

11. Setting innermould ke dalam cetakan

Tertimpa alat berat 50 6 1 300

Penggunaan APD (helm, sepatu, dan rompi)

15 6 1 90

Penggunaan wearpack untuk melindungi tubuh pekerja dari kontak langsung dengan material

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 7: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses Langkah

Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi

Kontrol C E P BL C E P EL

Fabrikasi Box Girder

12. Pemasangan control

point

Tergores peralatan kerja

1 3 10 30 - 1 3 10 30

-

13. Pembuatan adukan

beton, serta pemeriksaan slump dan pembuatan benda uji

Tertimpa peralatan kerja

50 3 3 450

Penggunaan APD (helm, sepatu, sarung tangan dan rompi)

25 3 3 225

Supervisi dan sterilisasi area kerja

14. Pengecoran

menggunakan concrete pump, internal dan eksternal vibrator

Risiko terpeleset hingga jatuh dari ketinggian

50 3 3 450 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness dan rompi)

25 3 3 225

Ketegasan manajemen dalam mewajibkan penggunaan APD lengkap, disesuaikan dengan jenis pekerjaan

Form work rubuh 50 3 1 150 - 50 3 1 150

Pemeriksaan kualitas form work sebelum dilaksanakan pekerjaan selanjutnya

15. Pengecoran dan

finishing permukaan

Terpeleset 15 3 10 450 Penggunaan APD 5 3 10 150 Bekerja dengan hati-hati

Terperosok 15 3 3 145 Penggunaan APD 5 3 3 45 Menyediakan SOP

pengecoran

Terjatuh dari ketinggian 25 3 3 225

Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness, rompi)

15 3 3 135

Ketegasan manajemen dalam mewajibkan penggunaan body harness Pengisian JSA sebelum bekerja

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 8: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses Langkah

Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Fabrikasi Box

Girder 16. Pengangkatan produk

segmen box girder

menggunakan gantry

crane (2 x 40 ton)

Box girder

terlepas dari

holder crane

50 3 3 450 - 50 3 3 450

Servis & pemeliharaan crane beserta komponennya secara berkala disertai lembar checklist crane

Tertimpa

material atau

peralatan kerja

50 3 3 450

Penggunaan APD

(helm,

sepatu,rompi)

25 3 3 225

Sterilasasi area kerja

Pemasangan safety sign

17. Pemindahan produk

ke stockyard

menggunakan low bed

trailer

Box girder

terlepas dari

holder crane

50 3 3 450 - 50 3 3 450

Servis dan pemeliharaan crane secara berkala disertai lembar checklist crane

Tertimpa

peralatan kerja 50 3 3 450

Penggunaan APD

(helm,

sepatu,rompi)

25 3 3 225

Sterilasasi area kerja

Bekerja dengan teliti dan hati-hati

18. Penempatan produk di

stockyard

menggunakan blok

beton dan 3 bantalan

kayu

Terjepit beton 50 3 1 150

Penggunaan APD

(helm, sepatu,

rompi)

25 3 1 75

Penggunaan wearpack lengkap sesuai jenis pekerjaan, dalam hal ini yaitu wearpack dan sarung tangan.

Tertimpa 50 3 1 150 Penggunaan APD 25 3 1 75 Bekerja dengan teliti dan

hati-hati

19. Pengiriman segmental

box girder Truk terguling 50 3 1 150

Pemilihan alat

pengangkut yang

tepat untuk

pengiriman girder

50 3 0.5 75

Servis dan pemeliharaan alat pengangkut beserta komponennya secara berkala

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 9: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Erection Box Girder

Metode

Span by

Span

Mengguna

kan

Shoring

1. Pembangunan tangga sementara untuk akses kerja

Tertimpa kayu

15 1 0.5 7.5 Penggunaan APD (helm, sepatu, sarung tangan dan rompi)

5 1 0.5 2.5 -

Jari terpukul linggis 5 1 0.5 2.5 Penggunaan APD 1 1 0.5 0.5 -

Tertusuk paku 5 1 0.5 2.5 Penggunaan APD 1 1 0.5 0.5 -

2. Pemasangan concrete block

Tertimpa alat berat

50 1 1 50 Penggunaan APD (helm, sepatu, dan rompi)

25 1 1 25 -

Beton rubuh

50 6 3 900 Penggunaan APD

50 6 0.5 150 Persiapan kerja dan supervisi manajemen Pemeriksaan kualitas

beton secara berkala

Terjepit beton 25 1 1 25 Penggunaan APD 15 1 1 15 -

Terjatuh dari ketinggian

50 1 3 150 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness dan rompi)

25 1 3 75 Ketegasan manajemen mewajibkan penggunaan harness

3. Pemasangan

pondasi shoring (Alat bantu : crane 150-300 ton)

Tertimpa material

50 1 3 150 Penggunaan APD (helm, sepatu, dan rompi)

25 1 3 75 Sterilasasi area kerja & supervisi manajemen

Tertusuk besi

25 1 3 75 Penggunaan APD (helm, sepatu, dan rompi)

15 1 3 45

Penggunaan wearpack untuk melindungi tubuh pekerja dari kontak langsung dengan material

Terkena sling crane

25 1 6 150 Penggunaan APD 15 1 6 90 Bekerja dengan hati-hati

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 10: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Erection Box Girder

Metode Span by

Span Mengguna

kan Shoring

4. Pemasangan trucuk (kayu).

Ekskavator hilang kendali hingga terperosok

50 1 3 150 Survey kondisi tanah 25 1 3 75

Ketegasan dalam menegakkan aturan penggunaan APD untuk seluruh pekerja, termasuk operator

Koordinasi dan komunikasi yang baik dengan rekan kerja

Tertusuk kayu 25 1 3 75

Penggunaan APD (helm, sepatu,rompi) 15 1 3 45

Pengugunaan APD wearpack dan kacamata

5. Pembuatan dan pemasangan slipper

Adukan semen tumpah hingga terpeleset 25 1 3 75

Penggunaan APD (helm, sepatu, dan rompi)

15 1 3 45

Pemasangan safety sign

Bekerja dengan teliti dan hati-hati

Pengoorganisasian peralatan dan material kerja

6. Pemasangan

shoring

Tertimpa

material 50 1 3 150

Penggunaan APD

(helm, sepatu,rompi) 25 1 3 75

Koordinasi dan komunikasi

dengan rekan kerja

Bekerja dengan hati-hati

Tertusuk besi 25 1 3 75 Penggunaan APD

(helm, sepatu,rompi) 15 1 3 45 Penggunaan wearpack

Terjatuh dari ketinggian

50 3 6 900 Penggunaan APD (helm, sepatu, dan rompi)

15 3 6 270 Supervisi manajemen

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 11: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Erection Box

Girder

Metode

Span by

Span

Menggu

nakan

Shoring

7. Pengelasan shoring dengan cross beam

Terkena percikan api

25 1 10 250 Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi, kacamata) 15 1 3 45

Ketegasan manajemen dalam menegakkan aturan penggunaan kacamata dan wearpack saat mengelas

Terjatuh dari ketinggian

50 3 6 900 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness dan rompi)

15 3 6 270

Ketegasan manajemen dalam menegakkan aturan penggunaan kacamata las

8. Pemasangan cross beam

Tertimpa material 50 1 3 150

Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi) 25 1 3 75

Supervisi, koordinasi dan komunikasi dengan rekan kerja

Terjepit besi

25 1 3 75 Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi)

15 1 3 45 Penggunaan wearpack

9. Pengelasan cross beam dengan long beam

Terkena percikan api

25 1 10 250 Kewajiban penggunaan kacamata saat mengelas seringkali diabaikan

15 1 3 45

Ketegasan manajemen dalam menegakkan aturan penggunaan kacamata dan wearpack saat mengelas

10. Pengangkatan box girder menggunakan crane

Box girder jatuh/terlepas dari crane

50 3 6 900 Traffic Management , APD, dan servis berkala

50 6 3 450 Supervisi manajemen dan koordinasi dengan rekan kerja

Terkena seling crane

25 1 6 150 - 25 1 6 150 Koordinasi dan komunikasi yang baik dengan rekan kerja

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 12: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Erection Box

Girder

Metode

Span by

Span

Menggu

nakan

Launching

Gantry

1. Perakitan launching gantry dengan komponen - komponennya

Tumpahan solar

100 3 3 900

Penggunaan APD

50 3 3 450

Bekerja dengan hati-hati Larangan merokok di tempat kerja

Supervisi manajemen

Koordinasi dengan rekan kerja Penyediaan APAR

Tertimpa material/ peralatan kerja

50 3 3 450 Penggunaan APD 25 3 3 225 Bekerja sesuai SOP Koordinasi dengan rekan kerja

2. Penanaman front leg (di pier 2) dan real leg di (pier 1), dan seterusnya.

Penanaman front leg merusak struktur beton

25 3 3 225 - 25 3 3 225 Pemeriksaan kondisi beton sebelum dilakukan pekerjaan

Gantry jatuh ke bawah (jalan raya)

50 3 3 450

Traffic management

50 3 0.5 75

Peningkatan supervisi untuk pekerjaan berbahaya yang dilakukan di ketinggian

Pemeriksaan kondisi gantry sebelum bekerja

Terjatuh dari ketinggian

50 6 6 1800 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness dan rompi)

15 6 3 270

Supervisi & ketegasan manajemen dalam menegakkan aturan penggunaan harness

3. Memasang launching gantry diatas pier head dan dikunci menggunakan temporary stress bar

Peralatan kerja terjatuh

25 6 3 450 Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi)

15 6 3 135 Supervisi manajemen,

Beton rubuh 50 6 3 900 Penggunaan APD

50 6 0.5 150 Persiapan kerja dan supervisi manajemen Pemeriksaan kualitas

beton secara berkala

Terjatuh dari ketinggian

50 6 6 1800

Penggunaan APD (helm, sepatu, harness, rompi)

15 6 3 270 Peningkatan supervisi untuk pekerjaan di ketinggian Koordinasi dengan rekan

kerja

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 13: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Erection Box

Girder

Metode

Span by

Span

Menggu

nakan

Launching

Gantry

4. Pemasangan box girder sementara, digantung menggunakan pretention bar

Tertabrak alat berat

25 6 2 450 Penggunaan APD (helm, sepatu, dan rompi) 15 6 3 270

Pemasangan safety sign untuk tahapan kerja yang berbahaya Koordinasi dengan rekan kerja

Terpeleset 5 6 6 180 Penggunaan APD 1 6 6 36 - Terjatuh dari ketinggian 50 6 6 180

0 Penggunaan APD (helm, sepatu, harness)

15 6 3 270 Ketegasan manajemen dalam mewajibkan penggunaan harness

Box girder jatuh/terlepas dari gantry

50 6 6 1800 Traffic management, APD,

servis berkala 50 6 3 900

Supervisi manajemen Koordinasi dengan rekan kerja

5. Wet join untuk box girder yang menempel ke pier

Tertimpa material dan peralatan kerja

50 6 3 900 Penggunaan APD 50 6 1 300 Bekerja sesuai SOP Pengisian JSA sebelum bekerja

Terjatuh dari ketinggian

50 6 6 1800

Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi, body harness)

15 6 3 270

Peningkatan supervisi untuk pekerjaan di kettinggian

Koordinasi yang baik dengan rekan kerja

6. Pemasangan box girder, melakukan pengencangan mur pada box girder

Tergores peralatan kerja

5 6 10 300 Penggunaan APD 1 6 10 60 -

Jari terluka 5 6 10 300 Penggunaan APD 1 6 10 60 -

Terjatuh dari ketinggian

50 6 6 1800

Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi, body harness)

15 6 3 270

Ketegasan manajemen dalam melaksanakan peraturan penggunaan body harness saat bekerja di ketinggian

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 14: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja Sub Proses

Langkah Kerja Risiko

Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Pre stressing 1. Bongkar

muat material di lokasi proyek

Tertimpa material 25 6 3 450

Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi)

15 6 3 270 Supervisi manajemen dan koordinasi rekan kerja

Tali sling crane putus 25 6 3 450 Penggunaan APD 15 6 3 270 Servis & pemeliharaan crane

secara berkala

2. Instalasi strand

Tertusuk besi 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 - Terpeleset 15 3 3 135 Penggunaan APD 5 3 3 45 - Terperosok ke dalam lubang box girder

25 3 3 225 Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi)

15 3 3 135

Lubang sebaiknya ditutup saat tidak ada pekerjaan dibawah

Pemasangan safety sign

Terjatuh dari ketinggian 50 6 3 900

Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi, body harness)

15 6 3 270 Peningkatan supervisi untuk pekerjaan di ketinggian

3. Pengaturan jack hydraulic

Tergilas roda hydraulic pump

15 3 3 135 Penggunaan APD 5 3 3 45 Menggunakan safety shoes Peningkatan supervisi untuk pekerjaan di ketinggian

4. Penguncian strand

Tergores 5 3 6 90 Penggunaan APD 1 3 6 18 Supervisi manajemen

Terjepit besi 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 Menggunakan wearpack dan sarung tangan

Tertimpa material 25 3 6 450 Penggunaan APD 15 3 6 270 -

Terjatuh dari ketinggian 50 3 3 450 Penggunaan APD 15 3 3 135 Koordinasi dengan rekan kerja

Supervisi manajemen

5. Pemasangan witch

Terjatuh dari tangga 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 Supervisi manajemen

Kepala terbentur 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 Supervisi manajemen

Tertusuk besi strand 25 3 3 225 Penggunaan APD 5 3 3 45 Bekerja dengan hati-hati &

menggunakan wearpack

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 15: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja

Sub Proses

Langkah

Kerja

Risiko Basic Level

LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Stressing 1. Instalasi listrik untuk kegiatan stressing

Tersengat listrik 50 6 3 900 Penggunaan APD 50 6 1 300 Penggunaan sarung tangan isolator

Tersandung kabel 25 6 3 450 Penggunaan APD 15 6 3 270 Pengorganisasian dan penempatan

peralatan kerja yang baik, safety sign Terjatuh dari ketinggian 50 6 3 900 Penggunaan APD 15 6 3 270 Ketegasan manajemen dalam

mewajibkan penggunaan body harness 2. Handling

material Tertimpa material 50 3 3 450 Penggunaan APD 25 3 3 225 Koordinasi dengan rekan kerja

Terjepit material 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 Koordinasi dengan rekan kerja 3. Pemasanga

n duct Tertusuk besi 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 Bekerja dengan hati-hati

Tersandung material 15 3 3 135 Penggunaan APD 5 3 3 45 -

4. Pemasanga

n strand

Terpeleset 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 Bekerja dengan hati-hati

Tertusuk besi 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 Koordinasi dengan rekan kerja Kepala terbentur mur 25 3 3 225 Penggunaan APD &

lampu 5 3 3 45 Bekerja dengan teliti, perhatikan lingkungan kerja

Tertusuk strand 25 3 3 225 Penggunaan APD & lampu 15 3 3 135 Penggunaan wearpack

5. Pemasanga

n witch Tergores 5 3 3 45 Penggunaan APD &

lampu 1 3 3 9 -

Terjepit 15 3 3 135 Penggunaan APD & lampu 5 3 3 45 -

Terjatuh karena pusing 15 3 3 135 Penggunaan APD &

lampu 15 3 3 135 Pengaturan shift kerja

6. Stressing strand Tersengat listrik 50 6 3 900 Penggunaan APD 50 6 1 300 Penggunaan safety shoes dan sarung

tangan isolator

Terjatuh dari ketinggian 50 3 3 450

Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness, rompi)

15 3 3 135 Penggunaan body harness

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 16: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tahap

Kerja

Sub Proses

Langkah

Kerja

Risiko Basic Level LR

Kontrol Risiko Existing Level

LR

Rekomendasi Kontrol C E P BL C E P EL

Pot Bearing

&

Expansion

Joint

1. Melepas concrete block

Terjepit 25 1 3 75 Penggunaan APD (helm, sepatu, rompi) 15 1 3 45 -

Tertimpa alat berat 50 1 3 150 Penggunaan APD 15 1 3 45 -

Terjatuh dari ketinggian

50 1 6 300 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness, rompi)

15 1 6 90 Ketegasan manajemen dalam mewajibkan pengguaan body harness

2. Membersih- kan celah sambungan angkur

Terperosok ke dalam lubang 25 3 3 225 Penggunaan APD

(helm, sepatu, rompi) 15 3 3 135 Supervisi manajemen dan koordinasi dengan rekan kerja

Tangan terjepit 25 3 3 225 Penggunaan APD 15 3 3 135 -

Tangan tergores 15 3 3 135 Penggunaan APD 5 3 3 45 -

Terjatuh dari ketinggian

50 1 6 300 Penggunaan APD (helm, sepatu, body harness, rompi)

15 1 6 90 Ketegasan manajemen dalam mewajibkan penggunaan harness

3. Melapisi sambungan angkur dengan lem beton

Terpeleset 15 1 6 90 Penggunaan APD 5 1 6 30 -

Terperosok 25 1 6 150 Penggunaan APD 15 1 6 90

Bekerja dengan teliti dan berkoordinasi dengan rekan kerja

Terjatuh dari ketinggian 50 1 6 300 Penggunaan APD 15 1 6 90

Ketegasan manajemen dalam mewajibkan pengguaan body harness

4. Memasang kaki pot bearing ke dalam celah di antara abutment

Terjepit peralatan kerja 25 1 6 150 Penggunaan APD 15 1 6 150 Bekerja dengan teliti dan hati-

hati

Tertimpa alat berat 25 1 6 150 Penggunaan APD 15 1 6 90 Koordinasi dengan rekan kerja

Terjatuh dari ketinggian

50 1 6 300 Penggunaan APD 15 1 6 90 Ketegasan manajemen dalam mewajibkan pengguaan body harness

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 17: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

5. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian dan

penilaian risiko, risiko tertinggi pada

pekerjaan bangunan atas di proyek

pembangunan jalan layang tol BORR

seksi 2A yaitu risiko box girder

terlepas dari gantry, box girder terlepas

dari crane, serta tumpahan solar.

Terdapat beberapa jenis risiko yang

sama namun memiliki nilai yang

berbeda, hasil penilaian risiko

bergantung pada tingkat konsekuensi,

pajanan, dan kemungkinan, serta

pengendalian risiko yang telah

dilakukan oleh PT. Wijaya Karya.

Tingkat

Risiko

Basic

Level

Risk

Existing

Level

Risk

Very High 40 5

Priority 1 28 26

Substantial 38 48

Priority 3 4 28

Acceptable 4 7

6. Kesimpulan

a) Upaya pengendalian yang telah

dilakukan oleh PT. Wijaya Karya

diantaranya melakukan

pemeliharaan peralatan kerja,

pengawasan kerja, penyediaan

gudang dan alat pelindung diri

berupa sarung tangan kain, rompi,

helm, kacamata, sepatu, body

harness.

b) Risiko dalam kategori very high

pada saat perhitungan basic level

risk dapat direduksi dengan adanya

upaya pengendalian yang telah

dilakukan PT. Wijaya Karya, yaitu:

• Sebanyak 25 risiko very high

pada basic level risk dapat

diturunkan menjadi priority 1

pada perhitungan existing level

risk,

• Sebanyak 10 risiko very high

pada basic level risk dapat

diturunkan menjadi substantial

pada perhitungan existing level

risk,

• 5 risiko masih berada dalam

kategori very high setelah

perhitungan existing level risk.

c) Risiko yang masih berada dalam

kategori very high pada saat

perhitungan existing level risk,

yaitu:

• Box girder terlepas dari holder

crane pada saat pengangkatan

produk segmen box girder

• Box girder terlepas dari holder

crane pada saat pemindahan

produk ke stockyard

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 18: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

• Box girder terlepas dari holder

crane pada saat pengangkatan

box girder dalam tahap erection

• Tumpahan solar saat perakitan

launching gantry, dan

• Box girder terlepas dari gantry

saat pemasangan

7. Saran

a) Mengembangan pengendalian

risiko dari sisi teknis, seperti:

• Pemeliharaan peralatan kerja

seperti, alat-alat berat untuk

mobilisisasi kerja, jacking

force, hidrolik, dll

• Pengecekan material kerja

secara rutin dan terstruktur

• Pengaturan alat-alat kelistrikan

b) Melakukan pengembangan

pengendalian risiko dari sisi

administratif, seperti:

• Melengkapi SOP (Standard

Operational Procedure ) yang

telah ada dan melakukan

sosialisasi untuk setiap tahapan

pekerjaan

• Penempatan pekerja yang

berkompetensi sesuai dengan

bidangnya dan memastikan

bahwa pekerjaan yang akan

dilakukan sudah dipahami

dengan baik

• Tanggap darurat, seperti

membuat jalur evakuasi beserta

rambu-rambunya., penyediaan

APAR di setiap area kerja

sebagai tindakan preventif

untuk mengurangi konsekuensi

dari risiko kebakaran.

c) Melakukan pengembangan

pengendalian risiko dari sisi alat

pelindung diri, yaitu dengan

menyediakan APD yang tepat

sesuai jenis pekerjaan, seperti:

sarung tangan rubber untuk pekerja

yang bekerja dengan peralatan

listrik atau pekerjaan pembersihan

celah sambungan angkur, wearpack

untuk pekerja yang bekerja di

ketinggian atau melakukan

pekerjaan pengelasan.

d) Memberikan pelatihan kepada

pekerja untuk mengenali potensi

bahaya dan risiko di tempat kerja

serta bagaimana cara untuk

mencegah dan menanggulangi

bahaya tersebut. Misalnya dengan

membuat lembar temuan

hazard/risiko yang disebarkan bagi

setiap pekerja, kemudian

dikumpulkan dan dibahas dalam

toolbox meeting.

e) Melakukan komunikasi dan

kampanye keselamatan kerja

dengan melakukan pemasangan

safety poster dan safety sign

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 19: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

(contoh : “Hati-Hati Ada Lubang”,

“Perhatikan Langkah Anda, Ada

Kabel Listrik”,dll).

f) Melakukan pengawasan di area

kerja untuk memastikan bahwa

pekerjaan dilakukan dengan aman

dan menggunakan alat pelindung

diri yang tepat, sesuai dengan

standar operasional prosedur. Oleh

karena itu, dibutuhkan ketegasan

dari manajemen agar peraturan

penggunaan alat pelindung diri dan

pengenaan sanksi bagi setiap

pekerja maupun tamu yang

memasuki area proyek dapat

dilaksanakan dengan baik.

Kepustakaan

Australian Standard/ New Zealand

Standard. (2004). Australian

Standard /New Zealand Standar Risk

Management 4360:2004. Sydney and

Wellington : Author.

Colling, David A. (1990). Industrial Safety

Management and Technology, New

Jersey : Pretince-Hall Inc.

Cross, Jean. (1998). Study Notes : Risk

Management. University of New

South Wales : Sydney

Djunedi, Zulkifli, dr, MECH. (2004).

Manajemen Risiko : Modul Kuliah

Manajemen Risiko. Fakultas

Kesehatan Masyarakat, Universitas

Indonesia.

Fine, William T. (1971). Mathematical

Evaluation for Controlling Hazard.

Australia: Central Queensland

University.

HB 436 : Risk Management Guidelines

Companion to AS/NZS 4360:2004,

Standard Australia International Ltd.

ILO. (1998). Encyclopedia of

Occupational Health and safety.

Edisi 4. Volume 3.

Internatioanl Organization for

Standarization (2008).

Kolluru, Rao V, et al. (1996). Risk

Assesment and Management Hand

Book. New York : Mc Graw-Hill, In.

Ridley, John, et al. (1998). Risk

Management. The Institution of

Occupational Safety and Health,

United Kingdom.

Ridley, John. (2008). Ikhtisar Kesehatan

dan Keselamatan Kerja, Edisi

Ketiga. Jakarta : Penerbit Erlangga

Santoso, Gempur, Drs, M.Kes, Dr. (2004).

Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja. Jakarta : Prestasi

Pustaka.

Satrya, Chandra. (2012). Manajemen

Risiko : Modul Kuliah Manajemen

Risiko. Fakultas Kesehatan

Masyarakat, Universitas Indonesia.

Silalahi, Ferdinand. (1997). Manajemen

Risiko dan Asuransi. Jakarta :

Pustaka Utama.

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.

Page 20: MANAJEMEN RISIKO KESELAMATAN KERJA PADA PEKERJAAN …

Tim Redaksi Nuansa Aulia. Himpunan

Peraturan Perundang-Undangan RI

Tentang Keselamatan dan Kesehatan

Kerja. (2008). Bandung : Nuansa

Aulia.

Widiarno, Bambang, et al. (2003).

Konstruksi Indonesia : Melintasi

Sejarah Menyongsong Masa Depan.

Jakarta : Departemen Permukiman

dan Prasarana Wilayah.

Wijaya Karya, PT. (2013). Persyaratan

Hukum K3L.

Wijaya Karya, PT. (2013). Sasaran

Program K3L.

Wijaya Karya, PT. (2013). Hazard

Identification and Risk Assessment.

Wijaya Karya, PT. (2013). Analisa dan

Pengendalian Risiko.

Wijaya Karya, PT. (2013). Aspect Impact.

Wijaya Karya, PT. (2013). Metode

Konstruksi.

Yohanes, OE (2012)

http://konstruksimania.blogspot.com

(diakses pada 2 Juni 2013, 23.47).

Manajemen risiko..., Alifah Komaraningsih, FKM UI, 2013.