manajemen preservasi koleksi monograf pada museum...
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PRESERVASI KOLEKSI MONOGRAF
PADA MUSEUM SIGINJEI KOTA JAMBI
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu (S.1)Dalam Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Oleh:
Novi Wikaharyani
IPT. 121338
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
2018
ii
NOTA DINAS
Jambi, 12 Juli 2018
Pembimbing I : Dr. Hj. Armida, M.Pd.I
Pembimbing II : Agus Fiadi, S.IP.M.SI
Alamat : Fakultas Adab Dan Humaniora UIN STS Jambi
Kepada Yth, Ibu Dekan Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi
Di Jambi
Assalamu’alaikum Wr Wb
Setelah membaca dan mengadakan perbaikan sepenuhnya, kami berpendapat
bahwa skripsi saudari Novi Wikaharyani yang berjudul “Manajemen Preservasi
Koleksi Monograf Pada Museum Siginjei Kota Jambi”, telah dapat diajukan
untuk dimunaqasahkan guna melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat
mencapai gelar sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Adab dan Humaniora,UIN
STS Jambi. Maka dengan ini kami ajukan skripsi tersebut agar dapat diterima
dengan baik.
Demikianlah,kami ucapkan terima kasih semoga bermanfaat bagi kepentingan
agama, nusa dan bangsa.
Wassalamu’alaikum Wr Wb
Pembimbing I,
Dr. Hj. Armida, M. Pd. iNIP. 19621223 199003 2001
Pembimbing II,
Agus Fiadi, S. IP. M. SiNIP. 19700807 20032 1005
iii
UNIVERSITAS ISLAM NEGERISULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBIFAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
PENGESAHANSkripsi ini telah dimunaqasahkan oleh sidang Fakultas Adab dan Humaniora Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi pada hari selasa tanggal3 Juli 2018 dan telah diterima sebagai bagian dari persyaratan yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) dalam Ilmu Perputakaan dengan nilai (C).
Jambi, 12 Juli 2018Dekan Fakultas Adab dan Humaniora
Prof. Dr. Maisah,M.Pd.iNIP. 197007 11199401 2001
Sekretaris sidang
Drs. H. Ahmad TarmiziNIP. 19600821 198401 1001
Ketua sidang
M. Rum, SS.M.S. iNIP. 19710711 200003 1003
Penguji I
Wenny Dastina, S.Sos.M.SiNIP. 19780109 200501 2006
Pembimbing I
Dr. Hj. Armida, M.Pd.iNIP. 19621223 199003 2001
Penguji II
Athiatul Haqqi, S.IPI.M.I.Kom NIP. 19730106 200003 2001
Pembimbing II
Agus Fiadi, S.IP.M.SiNIP. 19700807 200312 1005
iv
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI
Nama : Novi Wikaharyani
NIM : IPT.121338
Pembimbing I : Dr. Hj. Armida, M.Pd.I
Pembimbing II : Agus Fiadi, S. Ip. M.Si
Fakultas : Adab dan Humaniora
Jurusan : Ilmu Perpustakaan
Judul Skripsi :Manajemen Preservasi Koleksi Monograf Pada
Museum Siginjei Kota Jambi
Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi ini adalah asli bukan plagiasi serta telah
diselesaikan dengan ketentuan ilmiah munurut peraturan yang
berlaku.Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan
apabila dikemudian hari ditemukan sebuah pelanggaran plagiasi dalam karya
ilmiah/skripsi ini, maka saya siap diproses berdasarkan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku.
Jambi,12 Juli 2018
Novi WikaharyaniNIM. IPT.121338
MOTTO
Artinya : Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.1
1 Anonim, alqur’an dan terjemahan tafsir perkata, (Bandung : Insan Kamil) hal. 262
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan kepada :
Kedua orang tua, ayah anda Baharman Dan Ibu Anisa, Suami Abdulrahman Hafir,
Adiva, Maslamah, Terimakasih mendukung Untuk Tetap Semangat Penulis Skipsi
Ini Sampai Selesai.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha ‘Alim yang kita tidak
mengetahui kecuali apa yang diajarkan, atas iradah sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan. Shalawat dan salam atas Nabi Muhammad SAW pembawa risalah
pencerahan bagi manusia.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
akademik guna mendapatkan gelar sarjana strata satu (S.1) Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Adab dan Humaniora UIN STS Jambi. Peneliti menyadari
sepenuhnya bahwa penyelesaian skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah
memberikan motivasi baik moril maupun materil, untuk itu melalui kolom ini
peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Dr. Hadri Hasan, M.Pd.I., Selaku Rektor UIN Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
2. Prof. Dr. Maisah. M.Pd.I. Selaku Dekan Fakultas Adab Dan Humaniora UIN
Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.
3. M. Rum, SS,. M. Si Selaku Ketua Jurusan Ilmu Perpustakaan Dan Informasi
Islam.
4. Pembing I, Dr. Hj Armida, M. Pd.I
5. Pembimbing II, Agus Fiadi, S. Ip. M. Si
6. Kapada Rekan dan staf yang telah memberikan penelitian yang ada di Museum
Siginjei Kota Jambi.
7. Kepada Rekan Fakultas Adab Dan Humaniora UIN Sultan Thaha Saifuddin
Jambi.
viii
Akhirnya semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan dan amal
semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
pengembangan ilmu.
Jambi, 12 Juli 2018Penulis,
Novi WikaharyaniNIM: IPT.121338
ix
ABSTRAKNovi Wikaharyani: Sistem Manajemen Preservasi Koleksi Monograf Pada
Museum Siginjei Kota Jambi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana manajemen Preservasi koleksi monograf yang ada pada Museum Siginjei Provinsi Jambi, hambatan apa saja yang terdapat pada perencanaan pengorganisasian, dan penggerakan pada Museum Siginjei, serta upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sistem perencanaan, pengorganisasian dan penggerakan pada Museum Siginjei. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dan teknik pengumpulan data melalui metode observasi, wawancara serta dokumentasi. Berdasarkan analisis data, dapat dilihat faktor - faktor yang menyebabkan kendala Manajemen dalam kegiatan preservasi atau pelestarian koleksi pada Museum Siginjei Provinsi Jambi yang meliputi. Pihak Museum telah melakukan Manajemen preservasi koleksi monograf akan tetapi belum berjalan baik dikarenakan masih banyak kekurangan dalam melakukan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan. Dimana perencanaan, pengorganisasian, penggerakan. Dan pengawasan dilakukan oleh orang- orang yang belum begitu memahami bagaimana seharusnya reservasi pada koleksimonograf. hambatan yang dihadapi dalam manajemen preservasi koleksi monograf pada Museum adalah tidak ada tenaga ahli pada kegiatan preservasikoleksi, atau yang biasa disebut konservator pada museum. Sedangkan upaya yang dilakukan oleh pihak museum guna meningkatkan kualitas perencanaan, pengorganisasian, dan penggerakan pada Museum dengan mengikuti pelatihan bagi staf untuk bisa mendapatkan pengetahuan preservasi yang baik dan benar, mengadakan kerja sama antar pihak Museum guna mendapatkan bantuan dan pengetahuan kegiatan preservasi, meningkatkan sarana dan prasarana untuk koleksi agar dapat bertahan lama dan tidak segera punah.
Kata kunci: Manajemen, Preservasi, Koleksi, perpustakaan Museum
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................. i
NOTA DINAS........................................................................................ ii
PENGESAHAN..................................................................................... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS SKRIPSI....................... iv
MOTTO.................................................................................................. v
PERSEMBAHAN.................................................................................. vii
KATA PENGANTAR........................................................................... vii
ABSTRAK ............................................................................................. ix
DAFTAR ISI.......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..............................................................................1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................7
C. Batasan Masalah............................................................................................7
D. Tujuan Penelitian ..........................................................................................8
E. Kegunaan Penelitian......................................................................................8
F. Kerangka Teori..............................................................................................9
a. Pengertian Manajemen ...........................................................................9
b. Pengertian preservasi ..............................................................................13
c. Pengertian koleksi ....................................................................................16
d. Pengertian Museum.................................................................................17
e. Studi Relevan ..........................................................................................20
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
a. Ruang lingkup penellitian ........................................................................23
b. Lokasi Penelitian......................................................................................24
c. Subjek Penelitian......................................................................................24
d. Jenis dan Sumber Data .............................................................................24
e. Prosedur Pengumpulan Data ...................................................................27
f. Tehnik Analisis Data................................................................................39
xi
g. Trianggulasi Data .....................................................................................33
h. Jadwal Penelitian......................................................................................34
BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Siginjei Jambi ...............................................................35
B. Arsitektur Bangunan Museum Siginjei Jambi ............................................37
C. Jenis Koleksi Museum Siginjei Jambi ........................................................39
D. Visi dan Misi ...............................................................................................42
1. Visi ...........................................................................................................42
2. Misi ........................................................................................................42
3. Tugas danFungsi ....................................................................................42
4. Sarana dan prasarana..............................................................................43
a. Loby ...........................................................................................43
b. Ruang Potensi Alam ..................................................................44
c. Ruang Informasi Candi Muaro Jambi........................................45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
a. Pembahasan .................................................................................................46
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................59
B. Saran ...........................................................................................................60
C. Penutup .......................................................................................................60
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURICULUM VITAE
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pengetahuan mengenai manajemen perlu dimiliki oleh setiap individu,
baik yang baru mulai bekerja maupun yang sudah bekerja puluhan tahun.
Keberhasilan suatu organisasi ditentukan oleh fleksibelitas, kesepakatan dan
kemampuan responsif organisasi bersangkutan terhadap perubahan.1
Beberapa penelitian tentang manajemen yang sudah banyak dilakukan
tentang perubahan global dan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi mengungkapkan bahwa permasalahan yang selalu dijadikan
kambing hitam adalah dana yang tidak mencukupi. Padahal, banyak
organisasi membuktikan bahwa dengan dana sekecil apapun mereka mampu
berkembang, asalkan para pekerjanya kreatif. Jadi, bukan dana masalahnya
dan bukan pula jumlah pekerja yang kecil ataupun fasilitas yang kurang
memadai, melainkan cara berorganisasi yang menjadi kunci.
Setiap organisasi memerlukan manajemen. Manajemen berfungsi untuk
mengatur aktivitas seluruh elemen dalam suatu lembaga. Oleh karena itu,
dalam proses manajemen diperlukan perencanaan, pengorganisasian,
penganggaran, kepemimpinan, dan pengendalian.
1Laksmi dkk, Manajemen Lembaga Informasi : Teori dan Praktik ( Jakarta : Penaku, 2011 ) hal. 1
2
Pelesterian (preservation) mencakup semua aspek usaha melestarikan
bahan pustaka dan arsip, termasuk di dalam kebijakan pengolahan, metode
dan teknik, sumber daya manusia dan penyimpananya.2 Dalam Undang-
Undang No.43 Tahun 2007 Pasal 1 menyatakan bahwa koleksi adalah semua
dokumen tertulis, karya cetak / karya rekam dalam berbagai media yang
diterbitkan atau pun tidak diterbitkan, baik yang ada di dalam dan di luar
Negeri yang berumur sekurang-kurang 50 (lima puluh) Tahun dan yang
mempunyai nilai penting bagi kebudayaan Nasional, sejarah dan ilmu
pengetahuan.3
Koleksi yang dimaksud adalah koleksi yang mengandung nilai-nilai yang
menyentuh berbagai aspek kehidupan masyarakat sebagai gambaran
kehidupan manusia pada masa silam serta kebudaya. Berbicara tentang
koleksi berarti berbicara tentang informasi, karena koleksi memiliki nilai
informasi yang sangat berharga baik ditinjau dari aspek maupun kandungan
informasi yang termuat dalam koleksi tersebut.
Dalam ruang lingkup perpustakaan, pelestarian merupakan suatu
pekerjaan untuk memelihara dan melindungi koleksi atau bahan pustaka
sehingga tidak mengalami penurunan nilai dan bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam jangka waktu lama. Tujuan utama pelestarian bahan
pustaka adalah untuk melestarikan kandungan informasi yang direkam dalam
bentuk fisik, atau dialihkan pada media lain, agar dapat dimanfaatkan oleh
penggunaan perpustakaan. 2 Sulistyo Basuki, Pengantar Ilmu Perpustakaan( Jakarta : Gramedia, 1993 ). Hal 271
3 Undang -Undang No 43 Tahun Tentang Perpustakaan
3
Pengelolaan pelestarian bahan pustaka melibatkan beberapa komponen
seperti: sumber daya manusia, koleksi,peralatan,sarana dan prasarana, metode
dan uang. Dalam konsep manajemen, istilah tersebut dikenal dengan toos of
managemenatau sarana manajemen.4 Untuk meningkatkan sarana dan
prasarana menajemen yang jadikan peran utama adalah leader. leader yang di
maksud disini adalah manager atau pimpinan untuk memandu atau
menunjukan jalan dalam suatu organisasi yang berkembang.
Dalam manajemen preservasi koleksi monograf pada Museum Siginjei
Kota Jambi, yang menjadi leadernya adalah kepala Museum dan diberi
tanggung jawab kepada sumber daya manusia SDM seperti kepala bidang
perawatan koleksi, clening servise, dan staf yang berkaitan dengan perawatan
koleksi yang ada di Museum Siginjei.
Untuk mencapai tujuan pengembangan sumber daya manusia perlu
karyawan mengikuti latihan dan pendidikan agar efektifitas dan efesiensi
kerja dapat terlaksanakan dengan baik, dengan begitu bagi karyawan yang
tidak terlatih diubah menjadi karyawan yang berkemampuan, sehingga dapat
bertanggung jawab.
Preservasi sangat diperlukan dalam sebuah lembaga yang menyimpan
berbagai informasi, seperti perpustakaan, Museum, Galeri, toko buku agar
koleksi yang ada dapat terjaga dan terpelihara dengan baik.
4 Sutarno NS, Manajemen Perpustakaan : Suatu Pendekatan Praktik, ( Jkarta : Samitra Media Utama,2004 ) hal. 19
4
hal ini dimungkinkan kerana Museum atau perpustakaan salah sarana
pelestarian koleksi sebagai hasil budaya bangsa yang berfungsi sebagai
sumberinformasi.5
Pengembagan setiap organisasi apapun bentuk senantiasa akan berupaya
dapat tercapai tujuan organisasi yang berangkutan dengan efektif dan efesien,
efesiensi maupun efektifitas organisasi sangat tergantung pada keadaan
sebuah lembaga itu sendiri.
Dalam Museum yang diperulukan itu adalah ruang tertentu seperti
laboratorium, organisasi laboratorium meliputi struktur organisasi serta
susunan personalia yang mengelola laboratorium tersebut. Penanggung jawab
tertinggi organisasi di dalam laboratorium adalah kepala bidang kepala
bertanggung jawab terhadap sumua kegiatan yang di lakukan pada semua
peralatan yang ada, sementara yang berada dibawa kepemimpinan harus
sepenuh bertanggung jawab pada perkerjaan yang diberikan.
keterampilan para tenaga kerja didalam laboratorium harus selalu
ditingkatkan kualitas hal ini dapat diperoleh melalui pendidikan tambahan,
penataran, atau magang. Museum semestinya harus memiliki tenaga kerja
yang berpengalaman dan terlatih karena akan menghadapi pekerjaan ynag
sangat berat dalam hal kerusakan bahan pustaka, bermacam musuh pengrusak
dan peghancur dari berbagai faktor, seperti faktor biologi (binatang, serangga,
jamur) dengan faktor kimia (zat kimia,keasaman,oksida,tinta) dan faktor yang
lain seperti manusia, air, dan linggkugan serperti gempa bumi, kebakaran,
5 Sulistio Basuki, Op Cit.,
5
sunami, dan lain lainnya. tenaga kerja dan leader perlu mengetahui penyebab
kerusakan bahan pustaka sehingga dapat di lakukan tindakan yang tepat
apabila bahan pustaka sudah rusak. Bila kerusakan sanggat parahakan susah
untuk memperbaiki dan juga memerlukan biaya yang sangat banyak.
Koleksi perlu untuk dilestarikan keberadaannya agar tidak musnah dan
bermanfaat bagi kehidupan masyarakat. Upaya melestarikan bisa dilakukan
melalui penyimpanan di museum atau perpustakaan serta mengolah dengan
mengkaji isi yang terkandung di dalam agar mudah dipahami dan
dimanfaatkan oleh pengembang kebudayaan.
Museum Siginjei Kota Jambi merupakan Museum terbesar di Kota Jambi
yang memiliki fungsiuntuk melakukan pengumpulan, perawatan,
pengawetan, dan penyajian benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan
ilmiah, melakukan urusan perpustakaan dan dokumentasi ilmiah serta
memperkenalkan dan menyebarluaskan hasil penelitiaan benda koleksi yang
mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
Oleh karena itu, tentunya Museum Siginjei Kota Jambi sedikit banyak
sudah menerapkan sistem manajemen preservasi dalam rangka melaksanakan
fungsi-fungsi tersebut demi terjaganya ketuhan dan kualitas koleksi-koleksi
yang ada hingga tetap dapat dimanfaatkan oleh masyarakat terutama sarana
yang terdapat di Museum Siginjei Kota Jambi adalah ruang perpustakaan
yang menyimpan buku-buku sejarah sebagai bahan bacaan, referensi
penelitian dan lain sebagainya.
6
Masgia, salah satu pegawai di Museum Siginjei Kota Jambi menyatakan
bahwaMuseum Siginjei Kota Jambi memiliki beragam koleksi yang
berjumlah sekitar4.000 buah, antara lain geologi (benda koleksi
yang merupakan objek disiplin ilmu geologi antara lain meliputi batuan,
mineral, fosil dan benda-benda bentukan alam lainnya), biologi (benda
koleksi yang masuk kategori benda objek penelitian/dipelajari oleh disiplin
ilmu biologi), filologi (naskah-naskah kuno yang ditulis tangan, naskah
incung Kerinci yang ditulis di atas tanduk dan bambu, Alquran dan Kitab
Tasauf yang ditulis tangan), etnografi (koleksi yang menjadi objek
penelitian/disiplin ilmu antropologi, benda-benda tersebut merupakan hasil
budaya atau menggambarkan identitas suatu etnis), arkeologi (koleksi yang
menjadi objek penelitian/disiplin ilmu arkeologi, seperti: peninggalan masa
prasejarah), historis (koleksi yang menjadi disiplin ilmu sejarah, sejak
masuknya budata barat, benda yang berkaitan dengan peristiwa sejarah),
keramik (koleksi keramik terbuat dari tanah liat yang dibakar dengan suhu
tertentu), senirupa (koleksi seni yang mengekspresikan pengalaman artistik
manusia melalui objek dua dan atau tiga dimensi) dan teknologi (koleksi yang
menggambarkan perkembangan teknologi tradisional sampai dengan
teknologi modern).
Museum ini juga menyimpan benda peninggalan prasejarah seperti
beliung batu, gong bertuliskan aksara kuno Cina, teko, piring porselen,
fragmen tangan, arca Budha, arca dan sebagainya.
7
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis akan mengkaji
dan mengadakan penelitian lebih dalam tentang peleksanaan sistem
manajemen preservasi koleksi yang bertujuan menjaga dan meningkatkan
kualitas dari koleksi-koleksi yang ada di museum. Maka dari itu penulis
mengangkat dalam sebuah skripsi yang berjudul: Manajemen Preservasi
Koleksi Monograf Pada Museum Siginjei Kota Jambi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakangyang telah diuraikan di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Manajemen preservasi koleksi Monograf pada Museum Singinjei?
2. Hambatan apa saja yang terdapat dalam fungsi manajemen preservasi
koleksi monograf pada Museum Siginjei?
3. Apa Strategi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas preservasi
koleksi monograf pada Museum Siginjei?
C. Batasan Masalah
Penulis membatasi permasalahan dalam penelitian ini sehingga tidak
terjadi kesimpangsiuran dalam pembahasan yang sebenarnya. Maka penulis
membatasi masalah sampai pada “Manajemen Preservasi Koleksi Monograf
Pada Museum Siginjei Kota Jambi.”
8
D. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah di atas, penulis menentukan tujuan
dari penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui manajemen apa saja yang dilakukan pihak
museum agar koleksi tidak punah
b. Untuk mengetahui hambatan apa saja dalam manajemen
preservasi koleksi monograf pada Museum Siginjei Kota Jambi
c. Untuk mengetahui strategi apa saja yang terdapat pada preservasi
koleksi monograf pada Museum Siginjei dalam meningkatkan
kualitas
E. Kegunaan Penelitian
Kegunaan Penelitian ini diarahkan untuk memenuhi dua sasaran yakni
teoritis normatis dan praktis pragmatis. Dengan demikian, penelitian ini
diharapkan bermanfaat untuk:
1. Berdasarkan perspektif teoritis normatisnya, penelitian ini dapat memberikan
informasi bagi mahasiswa, khususnya dilingkungan UIN Sulthan Thaha
Saifuddin Jambi dalam meningkatkan cara manajemen preservasi koleksi agar
tidak punah.
2. Manfaat praktis pragmatisnya adalah memberikan informasi bagi masyarakat
bahwa menjaga dan preservasi koleksi pada museum merupakan suatu
kegiatan yang sangat penting.
3. Selain itu, bagi penulis selanjutnya, dapat dijadikan sebagai referensi dalam
melakukan penelitian berikutnya yang memfokuskan pada topik yang sama
9
F. Kerangka Teori
a. Pengertian Manajemen
Makna dasar dari kata manajemen berasal dari kosa kata bahasa
inggris, to manage, yang berarti mengurusi. Makna lain dari kata manajemen
selalu dikaitkan dengan pimpinan atau manajer, yaitu orang yang melakukan
kegiatan memimpin dalam suatu organisasi. Secara umum manajemen berarti
suatu rangkaian langkah atau proses, mulai dari perencanaan,
pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif dan efisien.6
Menurut Zulkifli Amsyah bagaimana yang dikutip oleh lasa HS,
manajemen adalah proses kegiatan pengelola sumber daya manusia, materi
dan metode berdasarkan fungsi-fungsi manajemen agar tujuan dapat dicapai
secara efisien dan efektif.7
Sedangkan menurut kamus kepustakawan, manajemen adalah proses
perencanaan, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota
lembaga, instansi atau organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi
untuk mencapai tujuan lembaga, instansi atau organisasi.8
Prinsip dasar yang perlu diketahui mengapa manusia membutuhkan
manajemen adalah pemahaman bahwa manusia memiliki martabat, harga diri
dan perasaan. Didalam organisasi, tiga kelompok yang dikenal sebagai
pemilik, karyawan dan konsumen memiliki kepentingan yang berbeda.
6 Laksmi, Op Cit., hal 27 Lasa Hs, Manajemen Perpustakaan Sekolah, ( Yogyakarta : Pustaka Book Publisher,2009) hal.178 Lasa Hs, Op Cit., hal.199
10
Pada dasarnya, manajemen adalah mengembangkan petunjuk dan
kebijakan dan mengatur tindakan manusia dalam berorganisasi.
a. Fungsi Manajemen
Secara lebih sederhana fungsi manajemen yaitu pelaksanaan
serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi atau lembaga
dengan melaksanakan sejumlah fungsi tertentu.9 Pengelolaan ini
dilakukan untuk mendayagunakan sumber daya yang dimiliki secara
terkodinasi untuk mencapai sebuah tujuan, masing-masing ahli berbeda
pendapat tentang fungsi-fungsi manajemen, menurut Sutarno NS fungsi
manajemern adalah perencanaan, pengorganisasian penggerakan dan
pengawasan.
Dalam upaya mengatur sesuatu, umumnya, kegiatan atau fungsi
yang pertama kali harus dilakukan adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan.Keempat fungsi pokok biasanya
disingkatkan sebagai POAC.10
b. Fungsi perencanaan
Perencanaan adalah proses menilai dan menentukan tujuan yang
diinginkan di masa yang akan datang serta mengembangkan dan
menyeleksi kegiatan-kegiatan alternative untuk mencapai. Pelaksanaan
fungsi membutuhkan keterlibatan individu di semua tingkatan dan tugas
setiap individu harus tertulis.
9Sutarno NS, Op.Cit, hal. 510Laksmi, Op.Cit hal. 17
11
Perencanaan operasional mengidentifikasi kegiatan apa saja yang
harus dilakukan untuk mengimplemtasikan perencanaan starategi dalam
mencapai tujuan. Jenis perencanaan operasional umumnya berupa:
1. Perencanaan produksi: perencanaan yang berhubungan dengan
metode dan teknologi dalam melakukan pekerjaan.
2. Perencanaan keuangan: perencanaan yang berhubungan dengan
dana yang dibutuhkan untuk aktifitas operasional.
3. Perencanaan fasilitas: perencanaan yang berhubungan dengan
fasilitas pekerjaan untuk mendukung tugas.
4. Perencanaan pemasaran: berhubungan dengan keperluan penjualan
dan distribusi barang / jasa.
5. Perencanaan sumber daya manusia: berhubungan dengan
rekruitmen, penyeleksian dan penempatan orang-orang dalam
berbagai pekerjaan.
c. Fungsi Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah penetapan struktur peran-peran melalui
penentuan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-
tujuan organisasi, pengelompokan kegiatan, penugasan kelompok-
kelompok kegiatan kepada para manajer, pendelegasian wewenang untuk
melaksanakannya, pengkordinasian hubungan wewenang dan informasi
bagi struktur organisasi baik horizontal maupun vertical.
12
Keuntungan fungsi pengorganisasian meliputi adanya sinkronasi
kegiatan, menyelaraskan kegiatan, meruntunkan kegiatan serta mencegah
tumpang tindih dan kekosongan kegiatan.
Pengorganisasian meliputi kekuasaan, yaitu kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain, bukan hanya dari posisi juga dari hubungan
antara individu dan otoritas, yaitu wewenang atau hak untuk mengambil
tindakan.
d. Fungsi Penggerakan
Penggerakan yang mencakup directing, motivating, staffing dan
leading adalah proses untuk menumbuhkan semangat pada karyawan
supaya bekerja dengan giat serta membimbing mereka melaksanakan
rencana dalam mencapai tujuan, termasuk didalamnya perekrutan
karyawan, pemanfaatan, pelatihan, pendidikan dan pengembangan
sumber daya karyawan tersebut dengan efektif.
e. Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan adalah suatu aktivitas menilai kinerja
berdasarkan standar yang telah dibuat untuk kemudian dibuat perubahan
atau perbaikan jika diperlukan. Fungsi ini juga memberikan
penilaian,koreksi dan evaluasi atas semua kegiatan, serta monitoring atas
pekerjaan yang sedang dilakukan. Pengawasan adalah suatu upaya
sistematis untuk menetapkan standar prestasi pada sasaran perencanaan,
merancang sistem umpan balik informasi, membandingkan prestasi kerja
dengan standar yang telah ditetapkan, menetapkan apakah ada
13
penyimpangan, mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa sumber daya perusahaan telah digunakan dengan cara
yang paling efektif dan efisien guna tercapainya sasaran perusahaan.11
b. Pengertian Preservasi
Pelestarian (preservation) menurut defenisi yang diberikan oleh
IFLA (international federation Library Association), mencakup semua
aspek usaha melestarikan bahan pustaka, keuangan, ketenangan, metode
dan teknik serta penyimpanannya.12
Preservasi adalah kegiatan yang terencana dan terkelola untuk
memastikan agar koleksi perpustakaan dapat terus dipakai selama
mungkin.Pada dasarnya preservasi itu upaya untuk memastikan semua
bahan pustaka cetak maupun non cetak pada suatu dokumen perpustakaan
bisa tahan lama dan tidak cepat rusak.
Menurut Sulistyo Basuki, tujuan pelestarian bahan pustaka adalah
melestarikan isi kandungan informasi bahan pustaka dengan ahli bentuk
menggunakan media lain atau melestarikan bentuk aslinya selengkap
mungkin untuk dapat digunakan secara optimal.13
11 Ibid., hal 2212 Karmidi Op. Cit hal.113 Sulistyo Basuki,Op Cit.,., hal.273
14
Tujuan utama pelestarian bahan pustaka adalah mengusahakan agar
koleksi bahan pustaka harus selalu sedia an siap pakai. Hal ini dapat
dilakukan dengan melestarikan bentuk fisik bahan pustaka, melestarikan
kandungan informasi ke dalam media lain (alihmedia) seperti microfilem,
microfish, foto reproduksi dan fotokopy. Atau melestarikan kedua-
duanya, yaitu bentuk fisik dan kandungan informasi.
Dalam rangkaian kegiatan pemeliharaan bahan pustaka ada dua
kegiatan, yaitu berusaha mencegah kemungkinan-kemungkinan timbulnya
kerusakan bahan dan membentukan atau memperbaiki bahan pustaka
yang telah rusak. Mengingat pentingnya bahan pustaka maka bahan
pustaka harus dilesterikan. Bahan pusta akan mudah rusak apabila
perawatan dan pelestarian kurang diperhatikan. Perawatan dan pelestarian
bahan pustaka dilakukan dengan tujuan melestarikan informasi bahan
pustaka tersebut.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pustaka pertama-
tama harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang biasanya dapat
merusak bahan pustaka, kemudian bagaimana cara mencegah sehingga
bahan pustaka tidak mudah rusak.Ada dua faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kerusakan bahan pustaka. Yaitu: Pertama,faktor
manusia. Kedua, faktor alamiah.
a. Faktor manusia
Manusia merupakan penyebab kerusakan yang berasal dari luar,
kerusakan yang berasal dari luar, kerusakan yang terjadi dapat bersifat
15
kimiawi, seperti memegang bahan pustaka pada saat tangan kotor dan
berminyak sehingga menimbulkan noda.Akan tetapi kerusakan yang
paling besar adalah kerusakan fisik seperti sampul buku rusak, kertaas
dan film robek dan putus, piringan hitam pecah dan retak, pita
rekaman macet, tergores dan bahkan suaranya terputus-putus.
b. Faktor alamiah
1. Temperature dan kelembaban udara
2. Cahaya
3. Pencemaran udara14
Dalam ruang lingkup perpustakaan, pelestarian (preservasi)
merupakan suatu pekerjaan untuk memelihara dan melindungi koleksi
atau bahan pustaka sehingga tidak mengalami penurunan nilai dan bisa
dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka waktu lama. Tujuan utama
pelestarian bahan pustaka adalah untuk melestarikan kandungan informasi
yang direkam dalam bentuk fisiknya, atau dialihkan pada media lain, agar
dapat dimanfaatkan oleh pengguna perpustakaan. Dalam strategi
preservasi koleksi, terdapat dua pendekatan yang dilakukan, yaitu
pendekatan terhadap fisik naskah dan pendekatan terhadap teks dalam
naskah (isi naskah).
14 Muhammadin Razak, Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka ( Jakarta : Perpustakaan Nasional RI, 1995).hal.7
16
Ada beberapa tujuan yang hendak dicapai terkait dengan kegiatan
pelestarian bahan pustaka:
a. Menyelamatkan nilai informasi yang terkandung dalam setiap bahan
pustaka atau dokumen.
b. Menyelamatkan bentuk fisik bahan pustaka atau dokumen
c. Mempercepat proses temu balik atau penelusuran perolehan
informasi.
d. Mengatasi kendala kekurangan ruangan (space)
e. Menjaga keindahan dan kerapian bahan pustaka.
a. Fungsi pelestarian bahan pustaka
c. Pengertian Koleksi Monograf
Koleksi monograf adalah sebuah lain koleksi buku dalam ilmu
perpustakaan, definisi monograf adalah terbitan yang bukan terbitan
berseri yang lengkap dalam suatu volume atau sejumlah volume yang
sudah ditentukan sebelumnya. Monograf berbeda dengan terbitan berseri
seperti majalah, jurnal, atau surat kabar.15
Monograf adalah bahan pustaka yang merupakan satu kesatuan yang
utuh dan tidak berseri. Berdasarkan standar dari UNI SCO, tebal buku
paling sedikit 48 halama tidak termasuk kulit maupun jaket buku. Contoh
adalah buku teks, buku rujukan, buku fiksi. Setiap buku biasanya
dilengkapi dengan nomor standar yang unik dan bersifat internasional,
yaitu ISBN (International Standar Book Nomber).
15 Soerjono soekanto. Dan Sri Mamudji. Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat. Jakarta : Hlm. 28
17
d. Pengertian Museum
Museum adalah institusi permanen, nirlaba, melayani kebutuhan
public dengan sifat terbuka, dengan cara melakukan usaha pengoleksian,
mengkonservasi, meriset, mengkomunikasikan, dan memamerkan benda
nyata kepada masyarakat untuk kebutuhan studi, pendidikan dan
kesenangan. Museum sebagai salah satu lembaga yang bertanggung
jawab atas warisan budaya, berfungsi melindungi dan melestarikan, mulai
dari menyimpan, merawat, mengamankan dan memanfaatkan benda-
benda bukti material hasil budaya manusia, alam dan lingkungannya.16
Menurut ICOM museum merupakan sebuah lembaga yang bersifat
tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan
berkembangnya, terbuka untuk umum, yang memperoleh,
merawat,mengkomunikasikan dan memamerkan benda-benda pembuktian
manusia dan lingkungannya untuk studi, pendidikan dan kesenangan.17
Pembahasan di international Council Of Museum ( ICOM ), 14 Juni
1974 di Denmark, menetapkan Sembilan fungsi Museum, yakni:
i. Pengumpulan dan pengamanan warisan alam budaya
ii. Dokumentasi dan peneliian ilmiah
iii. Konservasi dan preservasi
iv. Penyeberan dan pemerataan ilmu untuk umum
v. Pengenalan dan penghayatan kesenian
vi. Visualisasi warisan alam antar daerah dan antar bangsa 16Lakmi dkk, op. Cit. hal. 6617 Muhammad Erman, Bulletin Gema Sitimang Jambi :informasi dan komunikasi museum, ( Jambi : Museum Negeri Propinsi Jambi, 1998). Hal. 1
18
vii. Cermin pertumbuhan peradaban umat manusia, dan
viii. Pembangkit rasa takwa dan bersyukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.18
Selain menyimpan pengetahuan dan menyebarkan informasi,
museum dan perpustakaan memilki tujuan yang sama, yaitu pendidikan
masyarakat.
Museum memang bukan satu-satunya tempat identifitas
kebudayaan, tetapi melalui koleksi tetapi melalui koleksi yang disajikan
merupakan sumber yang sangat menguntungkan bagi dunia pendidikan.
ix. Karakteristik Museum
Sebagai lembaga informasi, museum memiliki beberapa
karakteristik tersendiri. Lembaga ini layaknya tontonan bagi pengunjung.
Masyarakat datang untuk melihat benda-benda budaya atau artefak yang
dipamerkan digaleri museum. Benda-benda yang dipajang tentu saja
memiliki makna dan nilai tertentu yang mewakili masa lalu, serta bisa
dijadikan sumber inspirasi dan kearifan dalam menuntut manusia merajut
masa depan yang lebih baik.
Pengelolaan museum yang ada di Indonesia dapat dibagi kedalam
dua kategori, yaitu museum yang dikelola atas nama perorangan/ pribadi
dan museum milik pemerintah.
18 Ibid, hal.66
19
Tata kerja di museum juga hampir mirip dengan perpustakaan,
mulai dari penerimaan, penyimpanan dan pengeluaran koleksi.Jika
diperpustakaan pengelolanya disebut pustakawan, maka museum dikenal
dengan kurator.
Bagian tersulit dalam pengelolaan museum adalah menentukan
benda yang benar-benar bermakna dan mewakili masa lalu sekaligus
mencerminkan masa depan. Seringkali penetapan benda yang disimpan di
museum sangat subjektif. Masalah lain yang banyak ditemukan di dunia
permuseuman adalah penyebaran informasi yang belum optimal, baik
tidak adanya brosur, leaflet maupun keterangan singkat didepan display
artefak. Masyarakat yang berkunjung tidak memperoleh gmbaran utuh
masa lalu dari artefak yang dipamerkan.19
x. Perawatan koleksi
Perawatan koleksi adalah suatu tindakan untuk mencegah,
menghambat proses kerusakan atau pelapukan koleksi serta tindakan
menangani koleksi yang sudah mengalami kerusakan dan menjaga agar
tetap berada pada kondisi baik sesuai dengan aslinya.20
19 Ibid, hal.6820 Surya Helmi, Pedoman Museum Indonesia( Jakarta : Direktur Pelestarian Cagar Budaya Dan Permuseuman, 2012).hal. 39
20
a. Secara umum perawatan koleksi dapat dilakukan melalui beberapa
tindakan sebagai berikut:
1. Identifikasi Masalah
2. Analisis Laboratorium
3. Pembersihan perbaikan
4. Konsolidasi
5. Pengawetan dan
6. Perlindungan.21
Sistem pemeliharaan di museum berkaitan erat dengan konservasi
preventif yang merupakan pencegahan atau tindakan mengintegrasikan
koleksi dengan lingkungan dimana koleksi itu berada.
b. Studi Relevan
Kajian-kajian atau tulisan-tulisan mengenai manajemen atau
pengelolaan preservasi koleksi monograf sebelumnya sudah pernah di
kaji atau di tulis baik oleh akademisi dan peneliti local maupun luar.
Perdebadan yang ditemui dalam manajemen atau pengelolaan preservasi
koleksi tidak bisa kita anggap sederhana, karena hal ini menyangkut
referensi atau rujukan para sarjanawan.
Oleh karena itu, peneliti akan mengulas beberapa tulisan yang
berkaitan dengan pembahasan mengenai kegiatan preservasi koleksi.
Tulisan tersebut di antaranya,
21Ibid, hal. 41
21
1. Kegiatan Preservasi Koleksi Majalah Merpati Pos Di Perpustakaan
Pos Indonesia.22 Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
sejauh mana proses pelaksanaan kegiatan preservasi di perpustakaan
pos Indonesia berlangsung, serta mengetahui bentuk dan teknik
penerapan kegiatan preservasi pada koleksi majalah merpati pos di
perpustakaan Indonesia. Dalam penelitian ini menggunakan teori
piramida preservasi oleh Rene Teygeler yaitu preservasi preventif,
konservasi pasif, dan konservasi aktif.
Koleksi majalah merpati pos disusun berdasarkan edisi terbit,
biasanya kalau sudah lama disimpan, dan diganti dengan edisi yang
baru. Untuk majalah yang sudah dijilid dan dibundle, dikeluarkan
apabila ada yang membutuhkan saja dan tidak boleh dibawa pulang.
Tentu hal ini berbeda dengan jenis penelitian ini, bahwa focusnya
adalah pada sebutan lain untuk buku, dan digunakan untuk
membedakan terbitan tersebut dengan terbitan berseri. Monograf berisi
satu topik atau sejumlah topik (subjek) yang berkaitan, dan biasanya
ditulis oleh satu orang. Selain itu, monograf merupakan terbitan
tunggal yang selesai dalam satu jilid dan tidak berkelanjutan.
2. Kegiatan Preservasi Di Museum Dalam Melestarikan Budaya, Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui tentang tindakan pencegahan
kerusakan pada koleksi manuskrip yang dimiliki Musium Sri Baduga,
Jawa Barat, Pendokumentasian dengan upaya untuk melestarikan nilai
22 Muhammad Nur Ihsan,., dkk, e-jurnal Mahasiswa Universitas Padjadjaran, Kegiatan Preservasi koleksi Majalah merpati pos di perpustakaan pos Indonesia, tahun 2012
22
budaya yang terkandung dalam manuskrip. Penelitian ini
menggunakan metode deskpriptif kualitatif.
Perlindungan yang dilakukan oleh pelaksana preservasi pada
manuskrip adalah dengan meletakan setiap manuskrip yang berbentuk
buku, lembaran terjilid atau lembaran terpisah dalam sebuah kotak
yang terbuat dari bahan khusus (alkaline). Untuk menjaga dari
kerusakan, manuskrip tidak boleh disentuh tanpa pengawasan
penanggung jawab pelestarian manuskrip. Karena sensitivitas
manuskrip terhadap cahaya, maka manuskrip tidak boleh difoto dengan
dibantu lampu kilat (flashlight).
Dua penelitian ini memiliki beberapa kesamaan dengan penelitian
yang sedang saya lakukan, namun penelitian saya lebih memfokuskan
kepada preversif terhadap koleksi monograf.
23
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
c. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) yang
bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif menekankan analisis proses dari proses
berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan
antarfenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika
ilmiah.23dimana dalam penyajian hasil penelitian penulis menggunakan
wacana dan argumentasi untuk mengemukakan masalah yang muncul di
lapangan.
Wacana atau argumentasi tersebut merupakan pemaparan atau
deskripsi dari keadaan yang ada di lapangan.Penulis mengarahkan penelitian
kualitatif yang bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan
mengadakan pemeriksaan dan pengukuran terhadap gejala tertentu untuk
memecahkan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi dengan menguraikan masalah dan fakta-fakta tersebut.24
Dalam penelitian ini penulis akan mengkaji masalah Manajemen
Preservasi Koleksi Monograf Pada Museum Siginjei Kota Jambi.
23Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2013), 80.24Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara,
2012), 44.
24
d. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Museum Siginjei, yang bertempat di Jl.
Urip Sumoharjo No. 1, Jambi.Pemilihan lokasi didasarkan atas pertimbangan
rasional bahwa Museum Siginjei Kota Jambi merupakan sebuah lembaga
yang diperuntukkan bagi masyarakat umum Kota Jambi untuk melihat dan
memahami berbagai warisan budaya Jambi.Selain itu, jumlah koleksi yang
terdapat di Museum Siginjei Kota Jambi cukup besar disertai dengan
penjelasan-penjelasan yang terangkum di setiap koleksi-koleksi yang ada.
e. Subjek Penelitian
Secara keseluruhan yang menjadi subjek penelitian tertuju pada informan.
Informan tersebut adalah kepala Museum, petugas Staf dan masyarakat
setempat. Teknik sampling yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
Sampling Purposive yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan
tertentu.25 Jadi dalam proses penentuan sampel beberapa besar tidak dapat
ditentukan sebelumnya, dalam sampel purposive besar sampel ditentukan
oleh perimbangan informasi.
f. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data
Untuk memudahkan pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penelitian ini, maka penulis menggunakan jenis data primer dan data
sekunder.
25 Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta. Hlm. 85.
25
a. Data primer
Data Primer adalah data yang langsung dari lapangan termasuk
laboratorium.26 Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
diperoleh darihasil observasi dan wawancara dengan Kepala
Museumsebagai pengelola dan staf urusan koleksi Museum Siginjei.
Dalam hal ini penulis mencari dan mengumpulkan data terkait Sistem
Manajemen Preservasi Koleksi Pada Museum Siginjei Kota Jambi.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari bahan bacaan.27 Data
ini di ambil untuk mendukung penelitian. Data sekunder dari
penelitian ini melipiti buku-buku, dokumentasi serta data-data lain
yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Data sekunder digunakan sebagai pelengkap atau pendukung
dari data primer yang meliputi:
1. Jenis Koleksi, Visi Misi Museum Singinjei
2. Sarana dan Prasarana serta tugas dan Fungsi Museum Singinjei
3. Letak Geografis dan Sejarah Museum Singinjei
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh. Data-data tersebut adalah data yang ada kaitannya Manajemen
Preservasi Kolekasi Monograf Pada Museum Siginjei Kota Jambi.
26 S. Nasution, Metode Reseach : Penelitian Ilmiah, ( Jakarta ; Bumi Aksara, 2009 ), hal. 14327Ibid…, hal. 143
26
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini terdiri dari
manusia, peristiwa dan dokumentasi yang terdapat di Museum Siginjei
Kota Jambi.
Sumber data yang penulis gunakan dalam memperoleh informasi
tentang preservasi koleksi pada Museum Singinjei Koleksi adalah:
a. Sumber data berupa manusia, yaitu staf urusan koleksi dan kepala
pengelolamuseum.Manusia, sebagai sumber data yang merespon atau
menjawab pertannyaan-pertannyaan peneliti, baik pertannyaan tertulis
maupun lisan.
b. Sumber data berupa suasana ditempatkan penelitian yang sesuai
dengan pembahasan dan sesuai dengan data yang diperlukan. Peristiwa
atau suasana sebagai sumber data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan atau proses terjadinya sesuatu. Sumber data berupa peristiwa
ini meliputi pelaksanaan dari sistem manajemen preservasi koleksi
yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas preservasi koleksi itu
sendiri sehingga dapat meningkatkan minat pengunjung di Museum
Siginjei Kota Jambi.
c. Sumber data berupa dokumen, yaitu semua buku dan dokumentasi
yang berkaitan dengan penelitian ini. Dokumentasi, sebagai sumber
data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau
simbol-simbol lain.
27
Sumber data dalam penelitian ini meliputi:
1. Kepala Museum
Kepala Museum merupakan informanyang memberikan informasi
tentang keadaan gedung, pustakawan, dan staf karena kepala museum
mengetahui tentang informasi yang terjadi dalam museum yang
dipimpin.
2. Staf
Staf merupakan informan yang dapat memberikan informasi
mengenai data-data pelaksanaan Preservasi Koleksi pada Museum
Singinjei Kota Jambi.
e. Prosedur Pengumpulan Data
1. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan ini peneliti gunakan untuk pengumpulan
data dengan terjun langsung kelapangan dan melakukan pengamatan data
lokasi penelitian dan kepala Museum, Staf Museum.
Prosedur ini digunakan untuk mengetahui kondisi tempat penelitian dan
mengamati subjek penelitian secara langsung. Sebelum melakukan
wawancara peneliti juga melakukan observasi untuk melakukan pendekatan
terhadap informan. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses
wawancara, sehingga informan lebih mudah mengungkapkan jawabannya
tanpa ada rasa canggung. Observasi ini juga peneliti lakukan pada saat
wawancara langsung untuk melihat aktivitas, peristiwa dan tingkahlaku
informan saat berinteraksi dengan peneliti penelitian ini.
28
2. Metode Wawancara
Menurut Esterberg, wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.28 Metode ini
penulis gunakan untuk memperoleh data secara langsung dari informan
yaitu:
a) Kepala museum
b) Staf yang ada di Museum
Kemudian jenis wawancara ini digunakan adalah wawancara
terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara untuk mengambil
data yang berkenaan dengan :
1) Manajemen preservasi Koleksi Pada Museum Singinjei.
2) Hambatan apa saja yang terdapat dalam fungsi manajemen
preservasi pada Museum Siginjei?
3) Apa upaya untuk meningkatkan kualitas preservasi pada Museum
Siginjei?
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah catatan kejadian yang sudah lampau
yang dinyatakan dalam bentuk lisan, tulisan dan karya yang diperoleh dari
museum.
28 Sugiyono. Ibid. Hlm. 231.
29
e.Tehnik Analisis Data
Analisis yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah model analisis
data SWOT. Tujuan penggunaan tahapan analisis SWOT ini yaitu untuk
mengkaji dan menguji eksistensi atas keberadaan suatu organisasi
(Perpustakaan) apakah perlu tetap ada, semakin berimbang, atau makin
diperkecil, dan bahkan dihilangkan sama sekali karena dinilai sudah tidak
dibutuhkan lagi. Analisis SWOT yang dimaksud meliputi:
1) Kekuatan (Stenght)
Perpustakaan yang merupakan suatu lembaga/organisasi yang
bergerak dibidang informasi dan ilmu pengetahuan akan tetap ada dan
makin berkembang karena pada dasarnya semua orang membutuhkan
informasi dan ilmu pengetahuan tersebut, sesuai kebutuhan secara tepat
guna dan tepat waktu. Sumber kekuatan perpustakaan ini antara lain :
1. Sumber daya manusia (SDM)
2. Koleksi bahan pustaka
3. Sarana dan prasarana
4. Pengunjung, anggota dan pemakai perpustakaan
5. Lingkungan perpustakaan
6. Mitra perpustakaan
7. Anggaran
30
2) Kelemahan (Weakness)
Kelemahan perpustakaan (Weakness) adalah suatu kondisi dimana
sebuah perpustakaan tidak atau kurang dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Dengan adanya kelemahan tersebut kemungkinan ada hambatan
atau kendala yang secara langsung atau tidak, dapat mempengaruhi
kinerja perpustakaan. Kelemahan internal adalah kelemahan yang berada
di dalam perpustakaan. kelemahan atau kesulitan yang dihadapi tersebut
biasanya meliputi:
1. Sumber daya manusia (SDM)
2. Administrasi
3. Manajemen
3) Tantangan dan Ancaman (Threat)
Sebuah perpustakaan akan tetap ada dan dapat menyelenggarakan
kegiatannya apabila mampu mengatasi berbagai ancaman yang dihadapi.
Semakin berkembang apabila kinerja, jatidiri dan penampilannya makin
diperlukan oleh masyarakat. Sebaliknya perpustakaan dapat saja semakin
kurang diminati masyarakat atau “berjalan ditempat” (stagnant),
sekiranya perpustakaan tidak dapat mengatasi ancaman dan tantangan,
baik yang ada di dalam maupun di luar perpustakaan. Ancaman dan
tantangan yang dihadapi perpustakaan meliputi :
31
1.Perkembangan pusat-pusat informasi yang lain
2.Perkembangan tempat-tempat hiburan (entertainment)
3.Tayangan acara televisi
4.Status dan kedudukan perpustakaan
5.Citra perpustakaan
4) Kesempatan atau Peluang (Opportunity)
Kesempatan atau peluang dalam analisis SWOT disebut
“Opportunity” adalah waktu dalam pengertian “moment” yang dimiliki
perpustakaan untuk dapat melakukan hal-hal yang berguna. Kesempatan
atau peluang yang dimiliki perpustakaan adalah :
1. Perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan,
2. Teknologi informasi,
3. Perkembangan bidang pendidikan,
4. Kebijakan pemerintah dibidang perpustakaan, dan
5. Persaingan perpustakaan dengan bidang-bidang lain. 29
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum
memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan.
Dalam hal ini Nasution menyatakan “Analisis telah mulai sejak
merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan
langsung terus sampai penulisan hasil penelitian”. Analisis data yang
penulis gunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
29 Sutarno NS. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta : Sagung Seto. Hlm. 120-148.
32
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang
pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah
peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
b. Penyajian Data (Data Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data
bias dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antara katagori. Dengan mendisplaykan data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan
kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
c. Verifikasi (Conclusion Drawing)
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut
Milesand Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara,
dan akan berubah bila tidak ditemukakan bukti-bukti yang kuat
yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi
apabila kesimpulan yang dikemukakan pada awal, didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke
33
lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang
dikemukakan merupakan kesimpulan yang Credible.30
f. Trianggulasi Data
Karena yang dicari kata-kata, maka tidak mustahil ada kata-kata yang
keliru yang tidak sesuai antara yang dibicarakan dengan kenyataan dengan
sesungguhnya. Hal ini bisa dipengaruhi oleh kreadibilitas informasinya,
waktu pengungkapan, kondisi yang dialami dan sebagainya. Maka penelitian
perlu melakukan Trianggulasi yaitu pengecekan data dari berbagai sumber
dengan berbagai cara dan waktu.
Menurut Moleong Lexy J Penelitian yang menggunakan teknik
trianggulasi dalam pemeriksaan melalui sumbernya artinya membandingkan
atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh
melalui waktu dan alat yang berbeda. Untuk itu perlu diadakan pengecekkan
ulang terhadap sumber-sumber data dengan cara:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan oleh seseorang di depan umum
dengan apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan apa yang dikatakan seseorang tentang situasi penelitian
dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.
4. Membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.31
30 Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung:
Alfabeta. Hlm. 245-25231Moleong Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. ( Bandung: Remaja Rosdakarya ).2006
34
g. Jadwal Penelitian
Jadwal penelitian ini disusun untuk menjadi pedoman dalam rangka
penelitian. Dengan adanya jadwal penelitian akan lebih mudah
mempersiapkan langkah-langkah penelitian yang akan dilaksanakan nantinya.
Lebih jelasnnya dapat dilihat pada tabel:32
32 Terlampir
35
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Sejarah Berdirinya Museum Siginjei Jambi
Pembangunan Museum Negeri Provinsi Jambi pada hakekatnya
merupakan perwujudan nyata dari gagasan sebuah museum di wilayah
Propinsi Jambi yang telah tumbuh semenjak lahirnya Provinsi Jambi.
Peletakan batu pertama pembangunan Museum Negeri Jambi dilakukan oleh
Gubernur Jambi, Maschun Sofwan, SH. Pada tanngal 18 februari 1981 pada
lahan seluas 13.350 m2 dengan luas bangunan 4.000 m2. peresmian museum
ini dengan nama Museum Negeri Provinsi Jambi dilakukan pada tanggal 6
juni 1988 oleh menteri pendidikan dan kebudayaan, Prof. Dr. Fuad Hasan.
Dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 Tentang Otonomi Daerah, Maka
Museum Negeri Propinsi Jambi diubah namanya menjadi Museum Negeri
Jambi, sesuai dengan peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2002.33
Sejarah mencatat bahwa tanah lokasi untuk pembangunan Museum
Negeri Propinsi Jambi ini pada mulanya adalah milik organisasi persatuan
Pamong Marga Desa ( P.P.M.D ) Propinsi Jambi yang anggota adalah para
Ninik mamak dan Tuo Tengganai masyarakat/menghibahkan tanah tersebut
untuk lokasi pembangunan Museum, kepada Gubernur KDH Tk.I Jambi.34
33Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen. Kebudayaan, Mengenal Museum Negeri Jambi,( Jambi : Museum Negeri Propinsi Jambi, 1992 ). Hal : 1434 Ibid ., hal 14
36
Dengan lokasi pembangunan seluas 13.350 m2 terletak di perempatan
Jalan Urip Sumoharjo dengan Jalan Prof. Dr. Sri Sudewi Masjchun Sofwan
SH. ( Sumbangan gratis pemda TK.I Jambi dan masyarakat daerah Jambi ).
Maka proses pembangunan gedung museum Negeri Jambi sudah memasuki
ambang penyelesaian ( 1986/ 1986 ).35 Usaha percepatan pembangunan
dalam priode 1981-1986 dipusatkan pada pembangunan fisik gedung dengan
tidak mengabaikan penumbuhan dan pembinaan pada aspek lainnya. Keadaan
demikian telah menepatkan pembangunan Museum Negeri Propinsi Jambi
pada tingkat siap untuk difungsikan.
Kini Museum Negeri Jambi sebagai Museum terbesar di kota Jambi,
telah berganti nama menjadi Museum Siginjei. Perubahan nama diharapkan
memperkuat ingatan kolektif masyarakat akan tempat peninggalan benda-
benda bersejarah Jambi.
Pergantian nama ini merupakan kesepakatan para budayawan Jambi.
Siginjei diambil dari nama ikon Jambi Sebilah keris Raaja Jambi. Perubahan
nama Museum Negeri Jambi menjadi Museum Siginjei ini berdasarkan
Peraturan Gubernur Nomor 26 tahun 2012. Dipilihnya nama Siginjei sebagai
pengganti, karena merupakan nama sebilah keris yang digunakan oleh Orang
Kayo Hitam, sebagai Raja Jambi di masa lalu dalam membela Negeri Jambi.
Nama ini lebih dikenal dan masyarakat diharapkan akan lebih mengenal
senjata pusaka yang berkaitan dengan sejarah berdirinya Jambi.
35 Ibid.,
37
Keris Siginjei sampai saat ini masi tersimpan di Museum Nasional di
Jakarta, dan duplikatnya tersimpan di Museum ini.36
B. Arsitektur Bangunan Museum Siginjei Jambi
Bangunan Museum secara keseluruhannya menampilkan karya
arsitektur perancang bangunan yang memperpadukan arsitektur tradisional
Jambi dengan kreasi bangunan masa kini.Bentuk- bentuk dan cirri-ciri rumah
tradisional Jambi yang dikenal dengan sebutan Rumah Kajang Lako dan
Rumah Larik atau Rumah Panjang, tertonjolkan pada bentuk tiang pilar yang
kokoh, mendukung ruangan bangsal beratap sirap dan bentuk-bentuk tiang
untuk ruamah Larik diasimilasikan pada saluran air dari atap bangunan.
Bentuk rumah Kajang Lako dituangkan pada bangunan gedung induk ( main
building ) serta bangunan Auditorium. Sedangkan bentuk ruamah Larik
dituangkan pada bangunan penunjang lainnya, gedung administrasi, gedung
storage, gedung konservasi dan preparasi.37 Gedung induk dengan arsitektur
Rumah Kaajang Lako terdiri dari 2 lantai, lantai pertama adalah pemnafaatan
dan penyesuaian bagian bawah, rumah Kajang Lako untuk keperluan teknis
kepameranan museum. Demikian pula dengan lantai 2 yang dibuat tanpa
pembagian ruangan atau sekat-sekat, untuk memudahkan pengaturan teknis
kepameranan yang merupakan fungsi utama dari bangunan induk. Fungsi
tangga pada bangunan rumah Kajang Lako, dialihkan menjadi tangga untuk
memasuki ruangan umum pada lantai pertama, sedangkan dibagian samping
dalam tersedia pula 2 buah tangga, yang pertama untuk naik ke lantai 2, di
36 Ibid.,37 Ibid ., hal : 16
38
sisi utara, dan tangga kedua berfungsi untuk turun ke lantai 1 yang berbeda
disisi selatan. Atap bangunan terdidri empat bidang, masing-masing
berbentuk empat persegi panjang.
Dua bidang pertama dibidang puncak membentuk sudut 450. sedangkan
kedua bidang lainya merupakan lanjutan pada dari kedua bidang puncak dan
masing-masing membentuk sudut tumpul. Tedeng laying berfungsi untuk
menutup ruangan di bawah atap, pada kedua ujung bangunan atap itu
membentuk bidang segitiga dan bidang trapezium di bagian bawah. Bentuk –
bentuk geometris yang demikian juga terdapat pada bangunan Auditorium,
yang berfungsi untuk berlangsung kegiatan Edukatif Kultural, diskusi dan
seminar pada khususnya, serta kegiatan – kegiatan lainnya yang berkaitan
dengan kegiatan permuseuman.
Arsitektur gedung induk dan gedung auditorium museum adalah dua
komponen bangunan yang dilihat dengan kecamata Rumah Kajang lako,
merupakan pengasimilasian dari komponen dari Rumah Induk Garang dan
Dapur. Rumah Induk tempat proses berlangsungnya kehidupan keluarga anak
beranak, dapur tempat untuk menggodok mengelola segala sesuatu yang akan
disajikan untuk keterbitan dan kelangsungan hidup keluarga. Sedangkan
Garang adalah bagian dari bangunan yang menghubungkan Rumah Induk
dengan dapur, ia merupakan sebuah bidang lantai diatas tiang tanpa atap,
tempat berlangsungnya kegiatan tanam-tanaman, yang masa kini dikenal
dengan tanaman pot, yang bersifat apotik hidup.
39
Lazimnya di samping Rumah Kajang Lako tersedia pula bangunan kecil
yang oleh masyarakat Jambi disebut “ Belubur “ atau lubang padi. Bentuk
bangunan itu pula yang diasimilasikan pada bangunan gedung pameran
Temporer.Biasanya Belubur itu terletak disamping atau belakang Rumah
Kajang Lako. Pada Museum Siginjei Jambi ditempatkan di bagian belakang
utara bangunan induk, yang secara langsung menghadap ke jalan raya, disisi
lain areal Museum Siginjei Jambi.
Tiga bangunan lainnya ( Gedung Administrasi umum, Gedung Storage
dan Gedung Konservasi dan Preparasi ) yang terletak di bagian belakang
bangunan yang disebut bangunan- bangunan dengan arsitektur Rumah Larik
atau Rumah Panjang, baik yang berlantai 2, maupun yang satu lantai,
memanjang menghadap jalan, dengan beberapa tangga yang menunjukkan
adanya beberapa keluarga batin yang mendiami satu bangunan Rumah
Panjang itu.38
C. Jenis Koleksi Museum Siginjei Jambi
Museum Siginjei Jambi memiliki tugas dan fungsi dan berperan untuk
mengumpulkan, memamerkan, merawat, meneliti dan menginformasikan
kepada masyarakat tentang benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah
yang meliputi 10 ( sepuluh ) Janis koleksi yaitu :39
38 Ibid., hal 1839 Dokumentasi Museum Siginjei Jambi
40
No. Jenis koleksi museum Ket.
1 Geologika
2 Biologika
3 Enthnografika
4 Arkeologika
5 Filologika
6 Historika
7 Numismatika/heraldika
8 Keramologika
9 Senirupa
10 Teknologika
Tabel 3.1. Jenis Koleksi Museum
a. Geologika yaitu benda koleksi yang merupakan objek disiplin ilmu
geologi antara lain meliputi batuan, mineral, fosil dan benda-benda
bentukan alam lainnya.
b. Biologika yaitu benda koleksi yang termasuk kategori benda objek
penelitian/dipelajari oleh ilmu biologi, antara lain berupa tengkorak
atau kerangka manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan.
c. Ethnografika yaitu koleksi yang menjadi objek penelitian/disiplin ilmu
antropologi, benda-benda tersebut merupakan hasil budaya atau
menggambarkan identitas suatu etnis.
41
d. Arkeologika yaitu koleksi yang merupakan hasil budaya manusia masa
lampau yang menjadi objek penelitian/disiplin ilmu arkeologi, seperti
peninggalan masa prasejarah.
e. Filologika yaitu benda koleksi yang menjadi objek penelitian filologi,
berupa naskah-naskah kuno yang ditulis tangan, naskah incung kerinci
yang ditulis di atas tanduk dan bambu, AlQur’an dan kitab tasawuf
yang ditulis dengan tangan.
f. Historika yaitu koleksi yang mempunyai nilai sejarah, yang menjadi
objek penelitian disiplin ilmu sejarah, sejak masuknya budaya barat,
benda-benda tersebut berkaitan dengan peristiwa sejarah.
g. Numismatika/heraldika adalah setiap mata uang atau alat tukar
(token) yang sah, sedangkan heraldika adalah tanda jasa, lambang
resmi termasuk cap/stempel.
h. Keramologika yaitu koleksi keramik tersebut dari tanah liat yang
dibakar dengan suhu tertentu.
i. Senirupa yaitu koleksi seni yang mengekpresikan pengalaman artistic
manusia melalui objek dua atau tiga dimensi.
j. Teknologika yaitu koleksi yang menggambarkan perkembangan
teknologi tradisional sampai dengan teknologi modern.
42
D. Visi dan Misi
1. Visi
Mewujudkan Museum Siginjei Jambi untu menjadikan budaya dan
destinasi wisata, pasti informasi budaya dan ilmu pengetahuan.40
2. Misi
a.Sebagai pu studi ilmiah, rekreasi budaya pelestarian budaya dan wisata.
b.Menyelamatkan dan mendokumentasikan koleksi benda warisan budaya
yang mempunyai nilai penting bagi seni, sejarah, ilmu pengetahuan,
teknologi, kebudayaan dan relegi.
c. Memelihara dan memanfaatkan benda warisan budaya untuk memajukan
adat dan budaya bangsa.
d. Mendorong pengembangan ilmu pengetahuan, seni, religi dan teknologi
dengang memanfaatkan wahana museum sebagai sumber inspirasi dan
apresiasi budaya dari generasi ke generasi.
e. Melestarikan nilai-nilai luhur budaya bangsa dalam upaya memperkokoh
jati diri serta rasa persatuan dan kesatuan.
f. Memberikan cerminan pengembangan alam, sejarah perjuangan, seni,
teknologi, religi dan peradaban manusia.
E. Tugas dan Fungsi
Museum Siginjei Jambi adalah museum umum mempunyai tugas
melaksanakan sebagain kewenangan dan tugas teknis tertentu yang diberi
Dinas Kebudayaan dan Parawisata dalam bidang pengumpulan,
40 Dukumentasi Museum Siginjei
43
penyimpanan, Pengawetan, Perawatan, Penyajian, penelitian koleksi dan
penerbitan hasilnya, memberikan bimbingan edukatif cultural benda-benda
yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah yang bersifat local regional
(provinsi ).41
Adapun fungsi Museum Siginjei Jambi yaitu :
a. Melakukan pengumpulan, perawatan, pengawetan dan penyajian
benda-benda yang mempunyai nilai budaya dan ilmiah.
b. Melakukan urusan perpustakaan dan dokumentasi ilmiah.
c. Memperkenalkan dan menyebarluaskan hasil penelitian benda
koleksi yang mempunyai nilai buday dan ilmiah.
d. Melakukan bimbingan edukatif cultural.
e. Melaksanakan urusan tata usaha.
F. Sarana dan Prasarana
a. Loby
Pada ruangan ini terdapat ruangan informasi awal ( resepsionis)
yang jugadidukung dengan peta pengenalan wilayah Jambi serta
pengenalan lambang Provinsi Jambi beserta makna dan profil Provinsi
Jambi dari sebelas ( 11 ) kabupaten/kota.
41 Ibid.,
44
b. Ruang Potensi Alam
Setelah mengenal wilayah Jambi, pengunjung diperkenalkan
dengan koleksi yang berasal dari alam, seperti batuan, flora dan fauna,
serta fosil kayu, dan dilanjutkan dengan pengenalan Jambi dari masa
ke masa serta benda budaya yang digunakan pada masa itu.
c. Ruang Informasi Candi Muaro Jambi
Di ruangan ini pengunjung di perkenalkan dengan berbagai
informasi tentang Candi Muaro Jambi melalui pete dan photo
persebaran candi baik sebelum dan sesudah ekskapasi.
d. Ruang Budaya Masyarakat Jambi
Pada ruangan ini dipamerkan rumah tradisional daerah jambi
serta koleksi budaya yang digunakan oleh masyarakat mulai dari
zaman berburu, bercocok tanam.Pertanian, kerajinan, amben,
pelaminan, pakaian adat suku berdasarkan suku yang ada di daerah
Jambi dan kamar tidur sultan/raja juga diperkenalkan alat musik
tradisional serta permainan tradisional masa lalu.
e. Miniature Goa
Di Museum juga di diperkenalkan miniature goa yang ada di
Sungai Manau Kabupaten Merangin yaitu Goa Tiangko yang
merupakan kediaman manusia purba ribuan tahun lalu dan
berdasarkan penelitian Bennet Bronson, Goa Tiangko menjadi
pemukiman tertua di Jambi, di goa ini ditemukan batu kapiler.
45
f. Ruang Khazanah Budaya Jambi
Di ruang ini dipamerkan koleksi budaya unggulan
(masterpeace) yang diawali dengan temuan beberapa koleksi di area
percandian Muaro Jambi dan temuan dari daerah lainnya.
g. Ruang Keramik
Pada ruangan ini dipamerkan beberapa jenis keramik dalam
maupun luar negeri seperti cina, Thailand, eropa, arab dan Myanmar
juga tehnik pembuatannya dan informasi peta perdagangan serta
temuan beberapa keramik cina yang ditemukan bawah air selat
malaka.
Adapun fasilitas pendukung yang disedian di Museum ini
yaitu:
1. Hotspot Free
2. Café
3. Ruangan Auditorium Visual
4. Auditorium
5. Perpustakaan
6. Mushollah
7. Parker Area
8. Toilet
9. Saung /Gazebo
10. Pentas Hiburan.
46
47
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Manajemen Preservasi Pada Museum
Berdasarkan analisis penulis dari observasi wawancara menunjukkan
bahwa manajemen pada Museum Siginjei masih belum begitu optimal.
Menurut pengamatan penulis adanya kesalahan manajemen yang terjadi
dalam museum tersebut berupa perencanaan, pengorganisasian, penggerakan
dan pengawasan. ini menyebabkan naskah-naskah tidak dapat dikelola
dengan baik karena para pengelola dibidang pelestarian naskah belum ada
pada Museum Siginjei. Dan para pengelola yang ada tidak begitu memahami
apa saja yang harus dilakukan dalam melakukan preservasi terdapat koleksi
atau naskah-nasakah kuno.
1. Plaining (perencanaan)
Dalam perencanaan yang harus diperhatikan adalah bagaimana
langgkah-langkah yang harus diambil untuk melaksanakan perencanaan
seperti prosedur, metode dan proses tata kerja serta program dan jadwal yang
akan dilakukan oleh para pengelola koleksi.
Berdasarkan hasil wawancara kepada kepala museum, Bapak Dendi
Denmar, Beliau maengatakan bahwa :
“Dalam perencanaan terhadap koleksi, disini kami langsung memberikan wewenang kepada kasi pengelolaan koleksi, dikarenakan dia sedikit lebih mengetahui tentang urusan koleksi-koleksi, dan lebih memahamibagaimana kondisi koleksi yang ada pada museum ini, nah nanti distu tergantung kepada kasi pengelolaan koleksi lagi, apakah melimpahkan lagi
48
kepada staf urusan koleksi karena mereka sama-sama memahami dan mengadakan kerjasama antar sesama pengelola.”42
Berdasarkan hasil wawancara dengan kasi pengelola koleksi ibu
Nurlaini mengatakan :
“sebagai kepala seksi pengelolaan koleksi saya diberi kewenangan dalam mengelolah dan memeliara koleksi termasuk naskah, dan menempatkan orang-orang yang memang berpengalaman terhadap koleksi, yakni dengan mengikuti pelatihan-pelatihan tentang pemeliharaan koleksiatau naskah-naskah kuno ini, agar naskah-naskah yang umurnya puluhan tahun ini bisa terselamatkan informasi. Di sini kami tidak menempatkan seseorang yang berlatar belakang konservasi untuk urusan naskah, mengingat belum adanya seseorang yang memang berlatar belakang dari konservator itu sendiri. Saya sendiri kewenangan menjadi kepala pengelolaan koleksi karena telah mendapatkan pelatihan beberapa kali dijambi.”43
Berdasarkan wawancara penulis dilapangan pada fungsi perencanaan
ini dilakukan oleh Kepala Museum. Pada proses prencanaan dilakukan oleh
kepala museum, proses perencanaan ini dilakukan setiap tahun, agar lebih
mengenalkan Museum Siginjei kepada masyarakat luar terhadap koleksi-
koleksi yang ada. Akan tetapi yang disanyangkan adalah pihak Museum
belum terfikirkan untuk benar-benar mencari seseorang yang berlatar
belakang konservator dalam menangani naskah yang memang membutuhkan
perhatian lebih dibanding koleksi-koleksi yang lain. Sehingga misi pada
Museum belum terealisasikan dengan baik.
2. Organingzing (pengorganisasian)
Dalam melaksanakan tugasnya Museum sebagai intansi perlu ada
langkah-langkah pengorganisasian. Pengorganisasian merupakan penyatuan
langkah-langkah dari seluruh kegiatan yang akan dilaksanakan oleh elemen
42 Dendi Denmar, 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )43 Nurlaini, 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )
49
dalam suatu lembaga. Pengaturan langkah penting agar tidak terjadi tumpang
tindih dalam pelaksanaan proses.
Proses pengorganisasian pada museum akan berjalan dengan baik
apalagi memiliki sumber daya, sumber dana, prosedur, koordinasi dan
pengarahan pada langkah-langkah tertentu.
Dalam hal ini, penulis mewancarain kepala museum, mengatakan :
“Dalam hal pengorganisasian bisa dilihat dari struktur organisasi yang ada.Hanya saja terkadang tidak berjalan dengan baik, apalagi pada koleksi yang berbentuk naskah, mereka yang menangani naskah hanya melakukan apa yang mereka tahu. Dan bagi yang telah mengingkari pelatihan biasanya mereka memberikan arahan bagaimana seharusnya koleksi itu dirawat.”44
Hal serupa juga dilakukan oleh Bapak Yusuf, selaku staf urusan
koleksi :
“Ya disini pengorganisasian terlihat pada stuktur organisasian. Dimana yang menjalankan kita langsung dari kepala museum, akan tetapi dalam hal pengurusan koleksi apalagi naskah kita lebih memilih orang yang telah mengikuti pelatihan, walaupun pelatihan hanya sebatas pelatihan merawat koleksi, tidak tergantung pada kepala pengelolaan menunjuk siapa yang pantas untuk mengelola naskah. Jika ada yang lebih paham, ya boleh-boleh saja mengurusi naskah.45
Dari hasil wawancara tersebut dapat dilihat bahwa pengorganisasian
yang ada pada urusan koleksi naskah dan pelestarian naskah seharusnya
dilakukan oleh seseorang berlatar belakang ahli. Akan tetapi pada urusan
koleksi naskah yang terjadi tidak demikian, untuk urusan naskah adalah
seseorang yang berlatar belakang sejarah dan bahasa yang diberi
kewenangan, tidak ada konservator ahli dalam menangani naska-naskah
kuno.
44 Dendi Denmar, 20 Oktober 201745 Yusuf, 02 Oktober 2017( wawancara pribadi )
50
3. Acaunting(penggerakakan)
Kepemimpinan yang disandang oleh kepala museum akan berjalan
dengan baik apabila dengan pengelolaan koleksi terealisasikan dengan baik
dan memahami prinsip dan teori dalam melaksanakan manajemen yang mana
tugasnya adalah mengarahkan staf untuk bekerja labih baik lagi, adanya
komunikasi yang baik dengan bawahan bisa memberikan motivasi bagi
bawahan dan menyediakan sarana dan prasarana.
Pada kesempatan ini kepala museum menyatakan bahwa :
“sebagai pemimpin kepala seksi pengelolaan hendak menjalin hubungan yang baik dengan staf lainnya. Agar pada naskah-naskah tersebut dapat dikelola dengan baik dan sebagaimana mestinya, jika tidak ada hubungan dan komunikasi yang baik, bagaimana proses pelestarian disini bisaberjalan jika diantara mereka ada yang saling tidak berbicara.”46
Dan ibu Nurlaini juga menyatakan bahwa :
Untuk penggerakan dibagian urusan koleksi, kami mencoba menempatkan beberapa orang staf yang telah terorganisasi dan sudahmenjalankankan tugas untuk melakukan kegiatan pelestarian, meskipun dalam hal pelestarian mereka belum begitu mengerti dan masih perlu untuk mengikuti pelatihan.47
Dan begitu juga Bapak Yusuf Martun menambahkan pernyataan bahwa :
“dalam hal penggerakan pasti ada dari atasan/ kepala, jika tidak ya bagaimana kita melakukan seluruh kegiatan pada museum ini, mau mengambil keputusan sendiri untuk menjalankan apa yang telah ditetpkan ya tidak bisa, di sini kan kita punya pemimpin, jadi ya harus ikut apa kata pemimpin.”48
46 Dendi Denmar, 02 Oktober 201747 Nurlaini, 02 Oktober 201748 Yusuf, 02 Oktober 2017
51
Dari hasil wawancara diatas menunjukkan bahwa pada museum
siginjei harus dan pasti ada penggerakan dari kepala, hal tersebut juga
menjelaskan bahwa dalam hal ini bukan hanya kepala seksi pengelolaan saja
yang memberi penggerakan kepada bawahannya, akan tetapi kepala museum
juga memberi arahan yang baik untuk bawahan.
4. Controlling (Pengawasan)
Funsi dari pada pengawasan adalah untuk mengetahui apakah
kegiatan yang ada dibagian pelestarian naskah benar-benar berjalan dengan
baik atau tidak, Karena pengawasan dilakukan lansung oleh kepala untuk
mengetahui kinerja staf.
Hal ini diungkapkan oleh ibu Nurlaini, menyatakanbahwa :
“Kalau soal pengawasan disini terkadang lansung oleh kepala museum, dalam hal ini juga saya punya wewenag untuk mengawasi kinerja disini, akan tetapi untuk urusan naskah itu kita mengawasinya bersama-sama,mengingat di sini belum begitu paham bagaimana koleksi itu seharusnya diperbaiki.”49
Dari hasil wawancara tersebut diketahui bahwa pada fungsi
pengawasan, masih belum begitu baik, mengingat naskah begitu sulit untuk
dirawat dan belum ada yang begitu memahami bagaimna seharusnya naskah
diperbaiki, akan tetapi kepala museum tetap mengawasi kerja staf.
49 Nurlaini, 02 Oktober 2017
52
B. Hambatan Yang Terdapat Pada Perencanaan, Pengorganisasian Dan
Penggerakan Pada Museum Siginjei
Hambatan yang dihadapi dalam melaksanakan perencanaan,
pengorganisaian penggerakan dan pengawasan dalam meningkatkan
manajemen pada pelestarian naskah adalah karena :
a. Tidak adanya ruang ahli :
Pada Museum Siginjei ini juga jumlah SDM yang ada sekitar 33
orang dan setiap orang memiliki peranan masing-masing pada Museum ini.
Dan pada seksi pengelolaan koleksi dikepalai oleh Dra. Nurlaini dari jurusan
sejarah, sedangkan untuk urusan koleksi pada bapak Yusup martun dari
jurusan ahli arkiologi, ibu meli dari jurusan sejarah.
Pada Museum Siginjai ini belum memiliki tenaga ahli dalam bidang
pelestarian naskah-naskah kuno, sehingga kegiatan pelesterian dikelola oleh
petugas yang tidak berlatar belakang tenaga ahli dalam pelestarian. Untuk
sementara ini, petugas museum Siginjei hanya melakukan pelestarian
mendasar seperti member pembatasan berupa kertasa penghilang asam pada
naskah, penjilidan dan member kamper dan silicagel pada lemari untuk
menghilangkan hewan pemakan kayu dan mengatur suhu kelembapan. Selain
itu fumigasi juga pernah dilakukan akan tetapi, dikarena akan memerlukan
biaya yang besar fumigasi tidak di teruskan, hal itu diungkapi oleh ibu
Nurlaini :
53
Dulu pernah diadakan fumigasi, akan tetapi mengingat biaya yang
besar dan SDM kita juga belum begitu paham jadinya ya kita fikir-fikir lagi
untuk mengadakan fumigasi.50
Faktor sumber daya manusia menjadi salah satu kendala dalam
melaksanakan kegiatan preservasi. Dimana sumber daya manusia pada
bagian preservasi bukanlah dari tenaga ahli yang menguasaikegiatan
preservasi.
Dari keterangan ibu Nurlaini di atas diketahui bahwa pada manajemen
bagian preservasi koleksi bukan dari tenaga ahli, melainkan berdasarkan
siapa saja yang mau masuk dan mau menerima pekerjaan yang sulit untuk
dilakukan.
Hal ini diungkapkan oeleh ibu Kharinas :
“Disini, belum ada tenaga ahli yang memang benar-benar menguasai preservasi koleksi, oleh karena itu kami di sini sebenarnya mengharapkan ada yang bias membantu dalam kegiatan preservasi mengingat koleksi di sini memiliki nilai penting bagi pihak Museum.”51
Lagi pula, SDM pada Museum Siginjei ini belum memiliki keahlian
khusus dalam hal preservasi, dikarenakan dilihat dari latar belakang
pendidikan yang bukan dari bidang ahli preservasi. Dimana Museum ini,
SDM sangatlah diperlukan mengingat belum ada SDM yang memang dari
bidang ahli. SDM pada Museum ini memamang belum begituu paham dan
mengerti tentang preservasi hanya ada beberapa saja yang mengerti
dikarenakan telah mengikuti pelatihan-pelatihan khusus.
50 Nurlaini, 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )51 Khairinas, 02 Oktober ( wawancara pribadi )
54
Tidak ada SDM yang berlatar belakang dari bidang ahli sangat
menjadi kurang efektif dalam kegiatan preservasi.
b. Kurangnya Dana
Dana merupakan hal yang tak kalah pentingnya dalam kegiatan
pelestarian, tanpa adanya dana maka akan kesulitan dalam melakukan proses
kegiatan preservasi.
Pada dasarnya, semua kegiatan di Museum agar dapat berjalan
tentunya harus ditopang dengan ketersediaan biaya atau anggaran yang
memadai. Tanpa adanya dana atau anggaran yang cukup niscahaya sulit
untuk melakukan berbagai kegiatan. Masalah sebenarnaya juga menjadi alas
an klasik yang menjadi kendala dalam setiap kegiatan yang direncanakan.
Hal ini juga diungkapkan oleh bapak yusuf, selaku urusan koleksi :
“Masalah dana atau anggaran sebenarnya juga menjadi salah satu
kendala dalam manajemen kita, kegiatan preservasi, jika dana tidak cukup
atau kurang mencukupi ya bagaimana kita bias melakukan kegiatan.
Seharusnya, anggaran haruslah terpenuh dengan baik.”52
Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu Nurlaini, yang merupakan kepala seksi
pengelolaan koleksi di Museum Siginjei :
“Faktor penghambat pada manajemen kita harus salah stu ya dana, dalam preservasi ini sangat tidak mudah mencapai apa yang kita harapkan. Kita mengharapkan kegiatan preservasi sisi mencapai 100 akan tetapi dikarenak 3 haal tersebut, makanya kegiatan preservasi hanay sebatas kemampuan kami di sini. Jangan dalam kegiatan preservasi, sarana danprasarana di ruangan naskah kuno saja belum maksimal, contohnya seperti AC dan lemari besi, belum ada perubahan.”53
52 Yusuf, 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )53 Nurlaini,02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )
55
Berdasarkan informasi tersebut, jalas bahwa masalah dana atau
anggaran yang tidak mencukupi menjadi salah satu kendala yang dapat
mempengaruhi manajemen, dan berdampak pada setiap keiatan yang akan
dilaksanakan. Tanpa adanya dana yang mencukupi, maka kegiatan apapun
akan sulit untuk terlaksanakan.
Dan ditambahkan lgi oleh bapak yusuf, mengatakan :
“Disini dana hanya beberapa persen saja yang turun, dan untuk melakukan kegiatan pelestarian memerlukan dana yang cukup besar tidak sedikit dana yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pelestarian terhadap naskah, tidak sama dengan pelestarian terhadap koleksi lainnya, naskah benar memerlukan tempat khusus untuk dilestarikan agar naskah bisa tetap awer dengan jangka waktu lama. Akan tetapi, dana yang ada tidak bisa dipergunakan untuk melakukan semua kegiatan pelestarian terhadap naskah yang ada pada museum siginjei, dikerenakan naskah memerlukan dana yang sangat besar dalam pelsetarian dibandingkan dengan koleksi museum yang lain.” 54
Meskipun begitu, pihak museum tetap untuk menjadi dan merawat
naskah tersebut meskipun dengan dana yang sangat minim. Alih media yang
seharusnya menjadi bagian dari kegiatan pelestarian juga tak dapat dilajankan
dengan baik, dikarenakan media yang ada pun tak bertahan lama dan rusak.
c. Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu bagian terpenting untuk
melakukan preservasi pada koleksi.tanpa adanya media seperti kertas yang
baik dan bagus sangatlah kurang efektif dalam melakukan preservasi koleksi.
yang seharusnya kertas pengaganti pada naskah bias bertahan lama, akibat
kurangnya media akan menjadi cepat penggantian kertas-kertas pada naskah.
54 Yusuf, 02 Oktober 2017 (wawancara pribadi)
56
Semua naskah yang ada berjenis kertas atau manuskrip pada museum
siginjei berjumlah 88 koleksi.20 pulu naskah mengalami rusak punah,30
naskah rusak sedang dan sisanya dalam kondisi baik.
“Akan tetapi dikarenakan media yang kami pakai itu sangat sulit
didapat. Seperti kertas tidak memadai, jadi sulit untuk mengadakan
preservasi terhadap koleksi.”55
Hal ini jelas tergambar, bahwa media yang digunakan oleh pihak
museum masih sangat minim untuk menjadikan naskah lebih baik lagi. Tidak
adanya media yang berkualitas baik akan mempercepat pelapukan terhadap
naskah tersebut.
Selain itu, pengalih media juga sangat berperan penting dalam
melindungi informasi yang ada di dalam naskah. Apabila naskah tersebut
tidak bisa diperbaiki lagi, ahli media merupakan salah satu jalan untuk
penyelamatan informasi yang ada dalam naskah tersebut, akan tetapi pada
museum ini ahli media hanya berbentuk fotokopi, seperti yang diungkapkan
oleh ibu Khairinas :
“Sebenarnaya ahli media juga sangat penting, akan tetapi disini untuk
ahli media berupa digitalisasi sepertinya belum ada. Kalau berbentuk fotokopi
ada. Itu pun dikarenakan yang asli disimpan pada badan arsip.”56
Selain dana yang belum begitu mencukupi, sarana dan prasarana pada
Museum Siginjei juga belum begitu optimal terlihat dari pihak Museum
melakukan kegiatan preservasi.
55 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )56 Khairinas, 02 Oktober 2017
57
Laboratorium di museum siginjei merupakan tempat utama untuk
melakukan kegiatan pelestarian. Akan tetapi untuk kegiatan pelestarian
naskah belum dikhususkan untuk naskah saja.
Kegiatan pelestarian naskah masih disatukan dengan pelestarisn
koleksi lainnya.Tidak menggunakan laboratorium khusus untuk pelestarian
naskah. Seperti yang diungkapkan oleh bapak yusuf:
“Jika melakukan pelestarian naskah, di sini masih kami satukan dengan koleksi yang lainnya, mengingat tidak adanya laboratorium khusus untuk naskah, ya kembali pada anggaran tadi, jangankan dana, sarana dan prasarana di sini saja belum begitu memadai.”57
Dari pertanyaan di atas, diketahui bahwa sarana dan prasarana yang
ada belum mencukupi dan melengkapi untuk hal pelesterian pada Museum
siginjei.
C. Upaya Untuk Meningkatkan Kualitas Sistem Perencanaan
Pengorganisasian Dan Penggerakan Pada Museum Siginjei
Museum Siginjei merupakan salah satu tempat informasi mengenai
sejarah masa lampau dan peninggalan bersejarah. Berbagai informasi yang
ada pada Museum ini sangatlah berarti bagi pihak penelitian. Akan tetapi,
informasi yang bernilai penting itu akan punah apabiala tidak dilakukan
preservasi dengan baik.
Dengan keadaan naskah yang masi belum dilestarika dan masih rusak,
pihak museum berusaha mempertahankan dan bemperbaiki naskah yang
masih bias dan masih bagus keadaan fisiknya agar informasi yang terkandung
57 Yusuf, 02 Oktober 2017
58
tidak punah. Dari hasil penelitian terdapat beberpa upaya yang dilakukan oleh
pihak Museum Siginjei yaitu :
1. Mengikuti pelatihan
Pelatihan adalah kegiatan yang dilakukan pihak Museum Siginjei agar
menambah pengetahuan dan wawasan tentang naskah dan pelestarian.Pihak
Museum Siginjei telah mengikuti kegiatan ini mengingat keadaan sumber
daya manusia yang tidak berlatar belakang sebagai konservator.
Hal ini dilakukan oleh bapak yusuf, beliau mengatakan :
Disini pihak kami telah mengikuti pelatihan khusus, seperti pelatihan konservator yang di bagi menjadi beberapa tingkatan yaitu tingkat dasar, menengah dan lanjutan. Selebihnya mengikuti kegiatan worksop, baru ini salah satu dari kita lebih mengikuti pelatiahan itu, akan tetapi hanya pada tingkat dasar belum kepada tingkat selanjutnya.58
Selain mengikuti pelatihan yang diikuti seperti worksop yang juga
telah pihak Museum ikuti guna untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia untuk hal konservasi. Setidak bisa lebih mengetahui dari apa yang
belum diketahui oleh pihak Museum.
Hal ini juga diungkapkan oleh ibu meli yang menyatakan bahwa :
“Ya, disini jika ada worksop atau pelatihan yang menyangkut masalah preservasi akan kami ikuti, guna membantu pihak museum dalam melestarikan naskah itu.Jika tidak kasihan juga melihat naskah yang seharusnya masih bisa diperbaiki jadi terabaikan.”59
58 Yusuf, 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )59 Meli, 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )
59
Dari hasil wawancara di atas jelas bahwa Museum Siginjei telah
berusaha untuk memajukan sumber daya manusia dengan cara mengikuti
kegiatan pelatihan. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk membangun
sumbr daya manusia yang lebih baik lagi.
2. Mengadakan kerjasama
Upaya selanjutnya yang dilakukan oleh pihak Museum adalah
mengadakan kerjasama antar museum, agar tercapainya suatu tujuan.
Meskipun kerjasama antar museum ini secara non-formal, akan tetapi tetap
ada korelasi antar museum seperti yang diungkap oleh bapak Drs H Zulheri
kasubang tata usaha :
Ya, Museum di sini memiliki kerjasama dengan Museum Nasional RI, akan tetapi secara non-formal dan tidak tertulis. Sebagai contoh, keris siginjei yang asli disimpan pada Museum Nasional. Dan terkadang pihak Museum Nasional melakukan kegiatan atau acara di sini, meskipun begitu kita tetap ada korelasi antar Museum.60
Seperti yang kita ketahui, Museum Siginjei berada di bawah naungan
UPTD Dinas Kebudayaan dan Parawisata, dan baru menuju ke struktur
organisasi pada museum, yang mana dana yang dikucurkan untuk
melaksanakan kegiatan di ambil dari APBD.
Dana yang diturunkan oleh APBD itu pun tidak sepenuhnya untuk
perservasi koleksi, tetapi untuk seluruh koleksi naskah, jika hanya untuk
preservasi nasaka sudah dipastikan koleksi yang lain tidak akan mendapatkan
perawatan.
60 Zulheri, 02 Oktober 2017 ( wawancara pribadi )
60
3. Meningkatkan Sarana dan Prasarana
Peningkatan sarana dan prasarana pada koleksi sangat diperlukan.
Sarana dan Sprasarana merupakan factor pendukung bagi kegiatan
preservasi. Apabila sarana dan prasarana preservasi memadai maka koleksi
yang berbentuk naskah akan lebih terjaga dengan baik.
Hal itu diungkapkan oleh Ibu Nurlaini :
“Masalah sarana dan prasarana pihak museum telah mengupayakan
agar bias lebih ditingkatkan lagi, akan tetapi mungkin masi membutuhkan
waktu bagi pemerintah untuk memperhatikan naskah, hanya ada beberapa
sarana yang kami tingkatkan di sini yaitu lemari, meskipun lemari masih
berbentuk kayu, untuk AC, disini belum begitu terpenuhi, mengingat kondisi
ruangan kita masih bersatu dengn koleksi yang lain, ac yang adapun kini
sudah tidak berfungsi dengan baik, sehingga suh disana tidak terjaga.”61
Dari hasil wawancara di atas terlihat bahwa pihak museum telah
semaksimal mungkin untuk menjaja koleksi dan naskah yang bisa terjaga dan
terpelihara dengan baik meskipun dengan sarana dan prasarana seadanya.
61 Nurlaili, 02 0ktober 2017 ( wawancara pribadi )
61
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan penemuan serta lokasi penelitian maka
penulis menyampaikan bahwa:
1. Pihak museum telah melakukan manajemen pada preservasi
koleksi akan tetapi belum berjalan dengan baik dikarenakan
masih banyak kekurangan-kekurangan dalam melakukan
perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan,
dimana perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan
pengawasan dilakukan oleh orang-orang yang belum begitu
memahami bagaimana seharusnya preservasi pada koleksi.
2. Hambatan yang dihadapi dalam manajemen preservasi pada
museum adalah tidak adanya tenaga ahli pada kegiatan preservasi
koleksi atau yang biasa disebut konservator pada museum
kurangnya dana dalam melakukan kegiatan preservasi pada
koleksi, kurangnya sarana dan prasarana untuk melakukan
kegiatan preservasi dan ini jelas menjadi hambatan bagi
pengelolaan koleksi terutama naskah.
3. sedangkan upaya yang dilakukan oleh pihak museum guna
meningkatkan kualitas perencanaan, pengorganisasian dan
penggerakan pada museum adalah dengan mengikuti pelatihan
bagi staf untuk bias mendapatkan pengetahuan untuk pelestarian
yang baik dan benar. Meningkatkan sarana dan prasarana untuk
koleksi naskah agar naskah dapat bertahan lama dan tidak
segera punah.
62
B. Saran
1. Didalam manajemen pada preservasi koleksi. langkah awal
yanga harus diambil oleh piahak museum adalah dengan
memiliki visi dan misi yang lebih memprioritaskan koleksi yang
rentan punah, bukan hanya terpaku pada koleksi yang mudah
dirawat.
2. Dalam mengatasi hambatan hendaknya pihak museum lebih
meningkat dana, sumber daya manusia serta sarana dan prasarana
pada pelestarian yang mana telah diketahui pada pelestarian yang
mana telah diketahui pada pelestarian terutama naskah belum
memiliki dana yang cukup, sumber daya manusia yang ahli dan
sarana dan prasarana yang memadai.
3. Hendaknya upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kualitas manajemen pada pelestarian bukan nanya terpaku pada
kerja sama antar museum, akan tetapi para curator yang ada juga
bias bekerja sama untuk mempertahankan kandungan informasi
pada naskah itu.
Daftar Pustaka
Anonim. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta : Gita Media Press. 2009.
Hasbullah. Dasar- Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo. 2009.
Karmidi Martoadmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka, Jakarta : Universitas Terbuka. 1993.
Kementrian. Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia : Undang- Undang Republika
Indonesia No.1 Tahun 2010, Tentang Benda Cagar Budaya. 2014.
Laksmi dkk. Manajemen Lembaga Informasi . Teori dan Praktik. Jakarta : Penaku. 2011.
Lasa Hs. Manajemen Perpustakaan Sekolah.. Yogyakarta : Pustaka Book Publisher. 2009 .
Lexy J. Moleong. Metode Penelitiain Kualitatif, Bandung : Remaja Rosda karya 2009.
Muhammadin Razak. Petunjuk Teknis Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta : Perpustakaan
Nasional RI. 1995.
Muhammad Erman. Bulletin Gema Sitimang Jambi : informasi dan komunikasi museum. Jambi :
Museum Negeri Propinsi Jambi. 1998.
Nasution. Metode Reseach : Penelitian Ilmiah. Jakarta : Bumi Aksara 2009.
Sulistyo Basuki. Pengantar Ilmu Perpustakaan. Jakarta : Gramedia1993.
Sutarno NS. Manajemen Perpustakaan. Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Samitra Media
Utama. 2004.
Surya Helmi. Pedoman Museum Indonesia. Jakarta : Direktur Pelestarian Cagar Budaya Dan
Permuseuman. 2012.
Sugiyono. Metodologi Penelitian : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta. 2007.
Tim Penyusun. Buku Adab Skripsi. Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Adab-Sastra dan
Kebudayaan Islam Jambi: Fakultas Adab- Sastra dan Kebudayaan Islam IAIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. 2011.
http://hayunirasasadaramultiply.Com/journal/item/18/pengertian Museum dan Museol ogi?&swo
interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem.
Dokumen Penelitian di Museum Siginjei Kota Jambi
Pintu Utama Museum SiginjeiKota Jambi
Ruang Receptionist Museum Siginjei Kota Jambi
Ruang perpustakan Museum Siginjei kota Jambi
Ruang RumahTanggaMuseum Siginjei Kota Jambi
Dokumen Foto Koleksi Buku-Buku Di Museum Siginjei Kota Jambi
Jadwal Penelitian
NoJadwal Kegiatan
Penelitian
BULAN
April Mei Juni Juli Agustus september
1Pembuatan proposal
√
2Pengajuan proposal dan penunjukan dosen pembimbimg
√ √ √ √
3Konsultasi dan perbaikan proposal
√
4Seminar proposal dan perbaikan hasil seminar
√ √ √
5Pengesahan judul dan izin riset
6Pengumpulan dan penyusunan data
7Analisa dan penulisan draf
8Penyempurnaan dan penggandaan
9 Ujian skripsi
46
Gambar, 3.1. Struktur Organisasi Museum SiginjeiSUSUNAN ORGANISASI UNIT PELAKSANAAN TEKNIS DINAS MUSEUM
NEGERI JAMBI DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA PROVINSI JAMBI45
a46
45 Dokumen Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Museum Negeri Jambi, Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Provinsi Jambi.
Kelompok Jabatan Fungsional
SUB. BAG. TATA USAHA
Drs. H. Zulheri
UrusanRumah Tangga1.Selamat2.Heri3.Idrus4.Siti djuwairiah5.Ali6.Mailinus7.Pensensius
Urusan Kepegawaian1.M. rajak2.Eko suwardi
Urusan Keuangan
1.Sulastri2. Pinoria
Urusan Kepegawaian
1.M. rajak2.Eko suwardi
KEPALA
Dendi Denmar
Perpustakaan
1.Hasnimar2.Sulaiman
Urusan Preparasi1.Zainal S.Pd2.Juhartono3.Mulyono4.Helmi
Urusan Edukasi1.Krisviorini2.Melizarni3.Irzal4.Tamrin5.Firdaus
Urusan Konservasi
1.Zulefinar2.Nurmayeti3.Udin4.M. Guntur
Urusan Koleksi1.Budi Prihatna. M, Hum2.Yusuf Martun. M, Hum3.Surya Darmawati4.Khairinas S. Ag5.Suharto
Seksi Bimbingan dan Publikasi
Masgia ,SH
Seksi Pengelolaan Koleksi
Dra. Nurlaini
CURICULUM VITAE
Nama : Novi Wikaharyani
Tempat/tgl lahir : Jambi/17 November 199I
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Jambi Suak Kandis, Desa Tarikan, Kecamatan
Kumpeh Ilir, Kabupaten Muaro Jambi
Latar Belakang Pendidikan:
No Tingkat Pendidikan Tempat Tahun Tamat1 SD SD 10/ Desa Rantau Suli 2004
2SMP SMP 4 Kabupaten Muaro
Jambi2008
3SMA SMA Negeri 5
Kabupaten Muaro Jambi2010
4 Perguruan Tinggi IAIN STS Jambi 2012
Jambi, 11 Juli 2018
Novi Wikaharyani