manajemen penyelenggaraan pendidikan tinggi yang...
TRANSCRIPT
MANAJEMEN PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN TINGGI YANG
BERMUTU
Dr. Kusnanto
VISI DAN MISI
KEMENRISTEKDIKTI
VISI“Terwujudnya pendidikan tinggi yang bermutu serta
kemampuan iptek dan inovasi untuk mendukung
daya saing bangsa”
MISI1. Meningkatkan akses, relevansi,
dan mutu Pendidikan Tinggi untukmenghasilkan SDM yang berkualitas
2. Meningkatkan kemampuan IPTEK dan Inovasi untuk menghasilkannilai tambah produk inovasi
3. Mewujudkan tata kelolapemerintah yang baik dalamrangka reformasi birokrasi
Perguruan tinggi yang bermutu dan
menghasilkan lulusan yang berdaya
saing siap menghadapi era
persaingan global
Bagaimana
• Populasi Penduduk : ~258 juta• Disparitas Kualitas Pendidikan Tinggi:
- Dosen: 247 ribu (~13% berkualifikasi Doktor).- Mahasiswa: ~ 7 juta- Capaian mutu PT:
* Prodi terakreditasi : A:10,2%, B: 39,1%, C: 26,2%, belum terakreditasi*: 24.5 %
* 149 Prodi telah memiliki akreditasiinternasional.
- World Rank (QS): 3 PT (Top 500: 277-401) : UI, ITB, UGM
*) belum terakreditasi antara lain : dalam proses penilaianakreditasi, dalam proses pergantian nama prodi/merger, tidak aktif, dll
~ 4572 perguruan tinggi~ 26000 program studi
~ 2.846 program studi bidang kesehatan (14 %)
Potret Pendidikan Tinggi di Indonesia
Bagaimana Kesiapan Indonesia menghadapi
Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0) ?
Tantangan Pendidikan Tinggi bidang KesehatanPotret Kualitas Institusi Pendidikan dan Lulusan bidang Kesehatan
• Pimpinan PT perlu memanfaatkan umpan balik hasil uji kompetensi untuk perbaikan
sistem pendidikan (input, proses, output)
• Akreditasi dan kelulusan uji kompentensi menjadi parameter utama dalam penentuan
kuota nasional mahasiswa bidang kesehatan (saat ini telah diterapkan pada FK dan FKG)
Sumber : Data LAM-PTKes & BAN-PT, Juli 2018
“Disparitas Kualitas Institusi Pendidikan dan Lulusan …”
Keperawatan menurut KepmenristekdiktiNo.257/2017
No Nama Prodi
Vokasi Akademik
GelarDIII DIV
Profe
siS1 S2 S3
1. Keperawatan √ √ √ √ .Kep
2.Keperawatan
Anestesiologi√
.Kes
3. Pendidikan Profesi Ners √ Ners.
No Nama ProdiSpesiali
s
Gelar
1. Keperawatan Anak √ Kep. A
2. Keperawatan Jiwa √ Kep. J
3. Keperawtan Komunitas √ Kep. K
4. Keperawatan Maternitas √ Kep. M
5. Keperawatan Medikal Bedah √ Kep. MB
Jumlah Peserta/PeriodeUji Kompetensi Program Diploma Kebidanan, Diploma
Keperawatan, dan Ners(2014-2018)
I/2014 II/2014 I/2015 II/2015 I/2016 II/2016 I/2017 II/2017 III/2017 I/2018
Bidan 15701 45072 12729 48527 26491 49459 25134 12432 33792 19973
Perawat 6860 29983 11131 22868 15960 37631 19371 12601 29610 12555
Ners 6361 5489 10053 11635 17654 21430 22083 15111 21599 21539
0
10000
20000
30000
40000
50000
60000
Jumlah Peserta 2014 – 2018 :
Prosentase Kelulusan per Periode Uji Kompetensi Program Diploma Kebidanan, Diploma Keperawatan, Ners (2013 – 2018)
I/2013
II/2013
I/2014
II/2014
I/2015
II/2015
I/2016
II/2016
I/2017
II/2017
III/2017
I/2018
% kelulusan Bidan 53.50 30.46 64.65 76.32 36.03 71.78 49.53 63 51.61 21.69 60.6 27.95
% kelulusan Perawat 67.50 24.23 47.81 39.90 29.41 64.38 25 49 32.17 31.41 83.6 18.02
% kelulusan Ners 46.70 26.94 57.81 46.20 45.50 53.61 42.31 38 38.19 38.64 35.29 40.27
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
80.00
90.00
BidanPerawatNers
Hasil fluktuatif: Perlu evaluasisistem ujisecarakomprehensifuntukmenentukanbentukintervensiperbaikanyang efektif
PROGRAM STUDIJUMLAH
INSTITUSIKELULUSAN (%)
> 75% 50 - 75 % < 50%
Bidan 507 50 76 381
Perawat 375 9 34 332
NERS 273 20 56 197
Total 79 166 910
Peta Persentase Kelulusan Uji KompetensiTahun 2018
79 % peserta % kelulusan < 50 %
BAGAIMANA UPAYA UNTUK MENINGKATKAN MUTU
PERGURUAN TINGGI ?
Melakukan Sistem Penjaminan Mutu…..
• Per-BAN-PT No. 2 Tahun 2017, Sistem Akreditasi Nasional Dikti
• Per-BAN-PT No. 4 Tahun 2017, Kebijakan Penyusunan Instrumen Akreditasi
• Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015, SN-Dikti
• Permenristekdikti No. 32 Tahun 2016, Akreditasi Prodi & PT
• Permenristekdikti No. 61 Tahun 2016, PD-Dikti
• Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016, SPM-Dikti
• Permenristekdikti No. 100 Tahun 2016, Pendirian Perubahan
Pembubaran PTN dan PTS
13
Undang-Undang No. 12 Tahun 2012, Pendidikan Tinggi
PENJAMINAN MUTU
Dasar Hukum
Pendidikan Tinggi
UU No. 12 Tahun 2012 Tentang
Pendidikan Tinggi (UU Dikti)
Pasal 52 ayat (3) UU Dikti
Menteri menetapkan:
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
dan Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Tnggi (SPM Dikti)
Permenristekdikti No. 44 Tahun 2015 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Tnggi (SN Dikti)
14
PENJAMINAN MUTUDasar Hukum
Pendidikan Tinggi
BAB III: PENJAMINAN MUTU
Bagian Kesatu : Sistem Penjaminan Mutu
Bagian Kedua : Standar Pendidikan Tinggi
Bagian Ketiga : Akreditasi
Bagian Keempat : Pangkalan Data Pendidikan Tinggi
Bagian Kelima : Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi
Mutu
Pendidikan
Tinggi
adalah kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu pendidikan
tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
adalah kegiatan sistemik penjaminan mutu pendidikan tinggi
oleh setiap perguruan tinggi secara otonom untuk
mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan
tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan pendidikan
tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri atas
Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Standar Pendidikan
Tinggi yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi.
15
Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016 (Pasal 1)
Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Tinggi (SPM
Dikti)
Sistem
Penjaminan Mutu
Internal (SPMI)
adalah kegiatan penilaian melalui akreditasi untuk menentukan
kelayakan dan tingkat pencapaian mutu program studi dan
perguruan tinggi.
adalah kumpulan data penyelenggaraan pendidikan tinggi
seluruh perguruan tinggi yang terintegrasi secara nasional.
16
Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016 (Pasal 1)
Sistem
Penjaminan
Mutu Eksternal
(SPME)
Pangkalan Data
Pendidikan
Tinggi (PD Dikti)
Evaluasi Data dan Informasi
Penetapan Status Akreditasi dan Peringkat Terakreditasi
Pemantauan dan Evaluasi Status Akreditasi dan Peringkat Terakreditasi
Penetapan Standar Dikti;
Pelaksanaan Standar Dikti;
Evaluasi (pelaksanaan) Standar Dikti;
Pengendalian (pelaksanaan) Standar Dikti; dan
Peningkatan Standar Dikti.17
PENJAMINAN MUTUSistem
Pendidikan Tinggi
SPM Dikti
E
PP
SPMI SPME/Akreditasi
Pangkalan Data Pendidikan Tinggi(PD Dikti)
Standar Pendidikan Tinggi
(Standar Dikti)
P
P
EP
P
Budaya Mutu
Pola pikir
Pola sikap
Pola perilaku
berdasarkan
Standar Dikti
Tujuan Pengembangan SPMI
Menciptakan sistem pengendalian penyelenggaraan pendidikan
tinggi oleh perguruan tinggi secara mandiri, karena perguruan
tinggi memiliki otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan tinggi.
Internally driven;
Pemerintah (dhi. Ditjen Belmawa, Direktorat Penjamu)
memberikan inspirasi (inspiring) tentang:
o Tujuan SPMI;
o Prinsip SPMI;
o Manajemen SPMI (PPEPP);
o Dokumen SPMI;
o Praktik baik SPMI.
Pasal 5 Ayat (6)
Permenristekdikti
No. 62/2016↓
SPMI ditetapkan dalam
peraturan pemimpin
perguruan tinggi bagi
PTN atau peraturan
badan hukum
penyelenggara bagi
PTS, setelah disetujui
senat atau senat
akademik perguruan
tinggi.
18
PENJAMINAN MUTUSistem
Internal (SPMI)
Sifat Pengembangan SPMI
Pasal 5 ayat (1) Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016 Tentang SPM Dikti → SPMImemiliki siklus kegiatan yang terdiri atas:
Pasal 6 ayat (1) Permenristekdikti No. 62 Tahun 2016 Tentang SPM Dikti → TahapanAkreditasi sbb:
19
INTI SPMI
P
P
EP
P
Penetapan Standar
Dikti
Pelaksanaan Standar
Dikti;
Evaluasi
(Pelaksanaan)
Standar Dikti;
Pengendalian
(Pelaksanaan)
Standar Dikti; dan
Peningkatan Standar
Dikti.
E
PP
Evaluasi Data dan
Informasi
Penetapan Status
Akreditasi dan
Peringkat Terakreditasi
Pemantauan dan
Evaluasi Status
Akreditasi dan
Peringkat Terakreditasi
INTI SPME
• Pasal 1 angka 17 UU Dikti
Program Studi adalah kesatuan kegiatan Pendidikan dan pembelajaran yang
pembelajaran tertentu dalam satu jenis pendidikan akademik, pendidikan
vokasi
• Pasal 33 ayat (4) UU Dikti
Program Studi dikelola oleh suatu satuan unit pengelola yang ditetapkan oleh
20
IMPLEMENTASIAras
SPMI
Fakultas
Unit Pengelola
Program Studi
Sekolah Tinggi
Unit Pengelola
Program Studi
Politeknik/Akademi/
Akademi Komunitas
Unit Pengelola
Program Studi
MODEL ORGANISASI
Permenristekdikti No. 62 Tahun
2016 Pasal 8 ayat 4 (c)
Membentuk unit khusus
SPMI
Mengintegrasikan
implementasi SPMI ke
dalam manajemen PT
Mengombinasikan kedua model
di atas
Standar Nasional
PKM
Standar Hasil PKM
Standar Isi PKM
Standar Proses PKM
Standar Penilaian PKM
Standar Pelaksana PKM
Standar Sarpras PKM
Standar Pengelolaan
PKM
Standar Pendanaan &
Pembiayaan PKM
Standar Nasional
Penelitian
Standar Hasil Penelitian
Standar Isi Penelitian
Standar Proses
Penelitian
Standar Penilaian
Penelitian
Standar Peneliti
Standar Sarpras
Penelitian
Standar Pengelolaan
Penelitian
Standar Pendanaan &
Pembiayaan Penelitian
Standar Nasional
Pendidikan
Standar Kompetensi
Lulusan
Standar Isi Pembelajaran
Standar Proses
Pembelajaran
Standar Penilaian
Pembelajaran
Standar Dosen dan
Tenaga Kependidikan
Standar Sarana dan
Prasarana Pbelajaran
Standar Pengelolaan
Pembelajaran
Standar Pembiayaan
Pembelajaran
Standar Bidang
Akademik
Standar….
Standar ….
Dst
Standar Pengabdian
Kepada Masyarakat
Standar….
Standar ….
Dst
SN Dikti(Standar Minimal)
Standar Dikti
(Melampaui SN Dikti)
Permenristek-
dikti No. 44
Tahun 2015
Ditetapkan
Perguruan
Tinggi
+ +
dan
PT
Prodi
21
STANDAR PENDIDIKAN TINGGI
SN Dikti
SN Dikti
Jumlah Standar Pendidikan Tinggi Dalam SPMI
SN Dikti (Standar Minimal)
Standar Dikti(Melampaui SN Dikti)
Ditetapkan
Menristekdikti
Ditetapkan
Perguruan
Tinggi
Standar Dikti yang
ditetapkan oleh Perguruan
Tinggi yang harus
‘melampaui’ SN Dikti
ditentukan oleh Visi
Perguruan Tinggi.
Sta
nd
ar
Dik
ti
Pengertian ‘melampaui’ atau ‘dilampaui’:
a. melebihi atau dilebihi secara ‘kuantitatif’, dan/atau
b. melebihi atau dilebihi secara ‘kualitatif
SN Dikti dapat
‘dilampaui’ sesuai
dengan Visi
Perguruan Tinggi
SN Dikti
SN Dikti
Visi Perguruan Tinggi
P
P
EP
P
Standar Dikti
22
Penetapan Standar Pendidikan TinggiP
Contoh Penjabaran Standar Dikti ke Standar Turunan
(Standar Dosen)
• Standar Rekrutasi
• Standar Masa Percobaan
• Standar Perjanjian Kerja
• Standar Penilaian Prestasi Kerja
• Standar Mutasi, Promosi, Demosi
• Standar Waktu Kerja
• Standar Kerja Lembur & Cuti
• Standar Penghasilan & Penghargaan
• Standar Jamsos & Kesejahteraan
• Standar Pengembangan & Pembinaan
• Standar Keselamatan & Kesehatan
Kerja
• Standar Disiplin
• Standar Perjalanan Dinas
• Standar Pengakhiran Hubungan Kerja
Standar Dikti
Standar Dosen
Visi Perguruan Tinggi
Standar Pendidikan Tinggi yang
ditetapkan oleh PT disusun dan
dikembangkan oleh PT dan
ditetapkan dalam peraturan
pemimpin PT bagi PTN, atau
peraturan badan hukum
penyelenggara bagi PTS, setelah
disetujui senat pada tingkat PT.
Pasal 4, Ayat (4)
Permenristekdikti No
62/2016
23
P
P
EP
P Penetapan Standar Pendidikan TinggiP
Teknik Perumusan Standar Dikti (salah satu alternatif)
Perumusan Standar Dikti menggunakan kata kerja yang dapat diukur, contoh
menetapkan, membuat, menyusun, merancang, dan hindari kata kerja yang tidak
dapat diukur, contoh memahami, merasakan.
Rumusan Standar Dikti memenuhi unsur:
1. Audience
2. Behavior
3. Competence
4. Degree
Contoh Rumusan Standar Dikti:
Pimpinan perguruan tinggi, fakultas, dan jurusan sesuai kewenangan masing-masing (A)
harus melakukan rekrutasi, pembinaan, dan pengembangan dosen tetap (B) agar tercapai
rasio dosen dan mahasiswa sebesar 1:30 dan 1:45 (C) paling lambat pada tahun 2017 (D).
24
P
P
EP
P Penetapan Standar Pendidikan TinggiP
Tahap Membangun SPMI
Peningkatan
Standar Dikti
Evaluasi
Pelaksanaan
Standar Dikti
Pelaksanaan
Standar Dikti
Dokumen/
Buku
Kebijakan
SPMI
Dokumen/
Buku
Manual
SPMI
Dokumen/
Buku
Standar
SPMI
Ka
ize
n S
PM
I
Dokumen/
Buku
Formulir
SPMI
Dokumen SPMI
Pengendalian
Pelaksanaan
Standar Dikti
Permenristekdikti No 62 Tahun 2016 Pasal 8 Ayat 4 (b) 25
P
P
EP
P Pelaksanaan Standar Pendidikan TinggiP
Evaluasi Diri (Self Assessment Report) → penting
AMI → oleh Tim Internal.
Auditor AMI → memenuhi syarat yang ditetapkan Pimpinan PT.
Permenristekdikti No
62 Tahun 2016
Pasal 5 ayat 2
26
P
P
EP
P Evaluasi Pelaksanaan Standar DiktiE
Evaluasi Pelaksanaan Standar Dikti dilakukan dengan menyelenggarakan Audit Mutu Internal
(AMI), yaitu memeriksa tentang pemenuhan Standar Dikti pada Tahap Pelaksanaan Standar
dilaksanakan).
Hasil Audit Mutu Internal dapat terdiri atas:
a. Pelaksanaan Standar Dikti mencapai Standar Dikti yang telah ditetapkan;
b. Pelaksanaan Standar Dikti melampaui Standar Dikti yang telah ditetapkan;
c. Pelaksanaan Standar Dikti belum mencapai Standar Dikti yang telah ditetapkan;
d. Pelaksanaan Standar Dikti menyimpang dari Standar Dikti yang telah ditetapkan.
Apapun hasil Audit Mutu Internal pelaksanaan Standar Dikti, yaitu mencapai, melampaui,
dari Standar, perguruan tinggi harus melakukan tindakan Pengendalian Standar Dikti.
27
P
P
EP
P Evaluasi Pelaksanaan Standar DiktiE
Hasil Evaluasi
Pelaksanaan Standar Dikti
Pengendalian
Standar Dikti
Mencapai Standar Dikti Perguruan Tinggi mempertahankan
berupaya meningkatkan Standar Dikti
Melampaui Standar Dikti Perguruan Tinggi mempertahankan
berupaya lebih meningkatkan Standar Dikti
Belum Mencapai Standar Dikti Perguruan Tinggi melakukan tindakan
Standar Dikti agar Perguruan Tinggi
pelaksanaan Standar Dikti pada StandarMenyimpang dari Standar Dikti
28
P
P
EP
P Pengendalian Pelaksanaan Standar DiktiP
PPEPP setiap Standar Dikti akan menghasilkan kaizen atau continuous quality
improvement (CQI) pada semua Standar Dikti, sehingga tercipta Budaya Mutu.
Peningkatan Standar DiktiP
SIKAP MENTAL
PENYELENGGARAAN
SPMI
1. Quality first
2. Stakeholder in
3. The next processes
is our stakeholder
4. Speak with data
5. Upstream
management
29
P
P
EP
P
Budaya Mutu
Pola pikir
Pola sikap
Pola perilaku
berdasarkan
Standar Dikti
PPEPP
PPEPP
PPEPP
PPEPP
PP
EP
P PP
EP
P PP
EP
P
PP
EP
P PPEPP
Mutu Pendidikan Tinggi selain diukur dari pemenuhan
setiap Standar Pendidikan Tinggi, tetapi harus pula
interaksi antar standar Pendidikan Tinggi, untuk
mewujudkan Budaya Mutu
Pengukuran Mutu Pendidikan Tinggi Berbasis Interaksi Antar standar Pendidikan Tinggi
Pasal 3 ayat (1) Permenristekdikti No. 32 Tahun 2016 Tentang Aktreditasi Program Studi
dan Perguruan Tinggi.
Akreditasi dilakukan terhadap Program Studi dan Perguruan Tinggi berdasarkan interaksi
antar standar di dalam Standar Pendidikan Tinggi.
30
MUTUPengukuran
Pendidikan Tinggi
Standar
Proses
Standar
Dosen
Standar
Isi
Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran
Keluaran dan Dampak Tridharma
Standar Kompetensi Lulusan Standar Hasil Penelitian Standar Hasil PKM
Standar Isi Pembelajaran
Standar Proses Pembelajaran
Standar Penilaian Pembelajaran
Pendidikan
Standar Isi Penelitian
Standar Proses Penelitian
Standar Penilaian Penilitian
Penelitian
Standar Isi PkM
Standar Proses PkM
Standar Penilaian PkM
Pengabdian Kepada Masyarakat
Mahasiswa
Standar Dosen dan Tendik Standar Peneliti Standar Pelaksana PkM
SDM
Standar SarPras Pembelajaran Standar SarPras Penelitian Standar Pelaksana PkM
Keuangan, Sarana, dan Prasarana
Standar Pembiayaan Pembelajaran Standar Pendanaan dan Pembiayaan Penelitian Standar Pendanaan dan Pembiayaan PkM
Standar Pengelolaan Pembelajaran Standar Pengelolaan Penelitian Standar Pengelolaan PkM
Tata Pamong dan Kerja Sama
Hubungan SN Dikti - Kriteria Akreditasi (SAN 2017)
Sistem Akreditasi Nasional (SAN) Pendidikan Tinggi, BAN-PT, 2017
1
2
3
4
5
6 7 8
9
31
32
Kriteria Penilaian (SAN 2017)
Sistem Akreditasi Nasional (SAN) Pendidikan Tinggi, BAN-PT,
2017Visi, Misi, Tujuan, Strategi
Tata Pamong,
Tata Kelola, dan
Kerja sama
MahasiswaSumber Daya
Manusia
Keuangan,
Sarana, dan
Prasarana
Pendidikan Penelitian
Pengabdian
Kepada
Masyarakat
Luaran dan Capaian:
Hasil Pendidikan, Hasil Penelitian, Hasil PkM
Sis
tem
Pe
nja
min
an
Mu
tu In
tern
al
Ke
pu
asa
aa
nP
em
an
gku
Ke
pe
nti
nga
nd
an
Re
ko
gn
isiM
asya
raka
t
1
2 3 4 5
6 7 8
9
Peran Pemerintah : Externally driven Peran Perguruan Tinggi : Internally driven
33
MEMBANGUN BUDAYA MUTUTahap
Perguruan Tinggi
Budaya Mutu
Pola pikir
Pola sikap
Pola perilaku
berdasarkan
Standar Dikti
KEBIJAKAN TERKAIT MUTU PT
1. UU RI no. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
2. PP RI no. 4 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan PerguruanTinggi
3. Permenristekdikti RI no. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
4. Permen Ristekdikti RI no. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi
5. Permen Ristekdikti RI no. 32 tahun 2016 tentang Akreditasi PS dan PT
6. Peraturan BAN PT no. 2 tahun 2017 tentang Sistem Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi
7. Kepmenristekdikti 257 tahun 2017 tentang Nama Program Studi pada Perguruan Tinggi
8. Dll.
PP RI no. 4 tahun
Pasal 22
(1) Perguruan Tinggi memiliki otonomi untuk mengelola sendiri lembaganya sebagaipusat penyelenggara Tridarma Perguruan Tinggi
(2) Perguruan Tinggi, meliputi PTN, PTN Badan Hukum dan PTS
(3) Otonomi Pengelolaan Perguruan Tinggi terdiri atas:
a. otonomi di bidang akademik, yang meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan:
1. pendidikan;
2. penelitian; dan
3. pengabdian kepada masyarakat,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
b. otonomi di bidang nonakademik yang meliputi penetapan norma dan kebijakan operasional serta pelaksanaan:
1. organisasi;
2. keuangan;
3. kemahasiswaan;
4. ketenagaan; dan
5. sarana prasarana,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Otonomi pengelolaan pada PTN
(pasal 23)
Bidang Akademik:
1. penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan pendidikan terdiri atas:
a) persyaratan akademik mahasiswa yang akan diterima;
b) kurikulum Program Studi;
c) proses Pembelajaran;
d) penilaian hasil belajar;
e) persyaratan kelulusan; dan
f) wisuda;
2. penetapan norma, kebijakan operasional, serta pelaksanaan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat;
Otonomi pengelolaan pada PTN
(pasal 23)
Bidang Nonakademik:
Pasal 23
1. penetapan norma, kebijakan
operasional, dan pelaksanaan
organisasi terdiri atas:
a) rencana strategis (Renstra) dan
rencana kerja tahunan (Renop)
b) sistem penjaminan mutu
internal
2. penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan keuangan terdiri atas:
a) membuat perjanjian dengan pihak ketiga dalam lingkup Tridharma Perguruan Tinggi
b) sistem pencatatan dan pelaporan keuangan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan kemahasiswaan terdiri atas:
a) kegiatan kemahasiswaan intrakurikuler dan ekstrakurikuler;
b) organisasi kemahasiswaan; dan
c) pembinaan bakat dan minat mahasiswa
4. penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan ketenagaan terdiri atas:
a) penugasan dan pembinaansumber daya manusia; dan
b) penyusunan target kerja dan jenjang karir sumber daya manusia; dan
5. penetapan norma, kebijakan operasional, dan pelaksanaan pemanfaatan sarana dan prasarana terdiri atas:
a) penggunaan sarana dan prasarana;
b) pemeliharaan sarana dan prasarana; dan
c) pemanfaatan sarana dan prasarana;
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
POLA PENGELOLAAN PTN
Pasal 27
(1) Pola pengelolaan PTN:
a. PTN dengan pola pengelolaan keuangan negara pada umumnya;
b. PTN dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum; atau
c. PTN sebagai badan hukum
(2) Penetapan dan perubahan pola pengelolaan PTN dengan pola pengelolaan keuangan Negara dilaksanakan berdasarkan evaluasi kinerja oleh Menteri terhadap PTN.
(3) Penetapan PTN dengan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum dilakukan dengan penetapan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang keuangan atas usul Menteri.
(4) Penetapan PTN Badan Hukum dilakukan dengan Peraturan Pemerintah.
Organisasi PTN dan PTS
paling sedikit terdiri atas unsur
Pasal 28
a. penyusun kebijakan;
b. pelaksana akademik;
c. pengawas dan penjaminan mutu;
d. penunjang akademik atau sumber belajar
e. pelaksana administrasi atau tata usaha.
ORGANISASI PTN
paling sedikit terdiri atas:
Pasal 29 (1)
a. Senat Politeknik sebagai unsur penyusun kebijakan, yang menjalankan fungsi penetapan dan pertimbangan pelaksanaan kebijakan akademik
b. Pemimpin Perguruan Tinggi sebagai unsur pelaksana akademik, yang menjalankan fungsi penetapan kebijakan nonakademik dan Pengelolaan Perguruan Tinggi untuk dan atas nama Menteri;
c. Satuan pengawas internal yang dibentuk oleh Pemimpin Perguruan Tinggi sebagai unsur pengawas, yang menjalankan fungsi pengawasan nonakademik untuk dan atas nama Pemimpin Perguruan Tinggi; dan
d. Dewan penyantun atau nama lain yang menjalankan fungsi pertimbangan nonakademik dan fungsi lain yang ditetapkan dalam Statuta.
(2) Pemimpin PT akademik atau sumber belajar, dan unsurpelaksana administasi atau tata usaha diangkat dandiberhentikan oleh Menteri
(3) Unsur pengawas dan penjaminan mutu, unsur penunjangakademik atau sumber belajar, dan unsur pelaksana administrasi atau tata usaha, serta unsur lain yang menjalankan fungsi komplementer ditetapkan dalam Peraturan Menteri tentang Statuta masing-masing PTN
(4) Senat Politeknik memiliki anggota wakil dari dosen yang mewakili bidang ilmu dan teknologi atau kelompok bidang ilmu dan teknologi yang dikembangkan di Perguruan Tinggi yang bersangkutan.
(5) Pemimpin Perguruan Tinggi dibantu oleh paling sedikit 2 (dua) orang:
a. wakil pemimpin bidang akademik; dan
b. wakil pemimpin bidang nonakademik.
(6) Wakil pemimpin dan pimpinan unit organisasi di bawah Pemimpin Perguruan Tinggi diangkat dan diberhentikan oleh Pemimpin Perguruan Tinggi.
(7) Satuan pengawas internal paling sedikit memiliki anggota yang menguasai:
a. pencatatan dan pelaporan keuangan
b. tata kelola Perguruan Tinggi
c. peraturan perundang-undangan di bidang Pendidikan Tinggi
d. pengelolaan barang milik negara.
STATUTA PERGURUAN TINGGI
paling sedikit memuat:
Pasal 32
a. Ketentuan umum
b. identitas
c. penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi
d. sistem pengelolaan
e. sistem penjaminan mutu internal
f. bentuk dan tata cara penetapan peraturan
g. pendanaan dan kekayaan
h. ketentuan peralihan
i. ketentuan penutup.
Substansi dan tata
urut substansi
disesuaikan dg
kebutuhan PT
Peran Perguruan Tinggi Menghadapi
Revolusi Industri 4.0
Wajah Kegiatan Ekonomi Dunia saat IniRevolusi Industri Ke-4
Smart Manufacturing Smart City
e-Education e-Government
Online Health ServicesCloud Collaborative
Sharing economy
Marketplace
Smart Appliances
Saat ini berbagai macam kebutuhan
manusia telah banyak menerapkan
dukungan internet dan dunia digital
sebagai wahana interaksi dan transaksi
5
Era Baru Industrilisasi DigitalAncaman:- Secara global era digitalisasi akan menghilangkan sekitar 1 – 1,5
miliar pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya
posisi manusia dengan mesin otomatis (Gerd Leonhard, Futurist);- Diestimasi bahwa di masa yang akan datang, 65% murid sekolah
dasar di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada
di hari ini (U.S. Department of Labor report).
Peluang:- Era digitalisasi berpotensi memberikan peningkatan net tenaga
kerja hingga 2.1 juta pekerjaan baru pada tahun 2025
- Terdapat potensi pengurangan emisi karbon kira-kira 26 miliar
metrik ton dari tiga industri: elektronik (15,8 miliar), logistik (9,9
miliar) dan otomotif (540 miliar) dari tahun 2015-2025 (World
Economic Forum).
Dampak Dunia Digital dan Revolusi Industri Keempat
8
Gejala-Gejala Transformasi di IndonesiaDunia Digital dan Revolusi Industri Keempat
Toko Fisik Market Place Online
Ojek dan Taksi Konvensional GO-Jek, Grab, Uber, dll.
Saat ini beberapa jenis model bisnis dan pekerjaan di Indonesia sudah terkenadampak dari arus era digitalisasi
• Toko konvensional yang adasudah mulai tergantikandengan model bisnismarketplace.
• Taksi atau Ojek Tradisionalposisinya sudah mulaitergeserkan dengan moda-moda berbasis online
10
Skill di Industri Masa Depan
Sumber: The Future of Jobs Report, World Economic Forum, definisi skill berdasarkan O*NET Content Model, US Department of Labor & Bureau of Labor Statistics
Tantangan-Tantangan
Complex Problem SolvingKemampuan untuk memecahkan masalah yang asing dan belum
diketahui solusinya di dalam dunia nyata.
SkillsScale of Skill
Demand in 2020
(Share of jobs requiring skills family as part of their core skill set, %)
Social SkillKemampuan untuk melakukan koordinasi, negosiasi, persuasi, mentoring,
kepekaan dalam memberikan bantuan hingga emotional intelligence
Process SkillKemampuan terdiri dari: active listening, logical thinking, dan monitoring self
and the others
System SkillKemampuan untuk dapat melakukan judgement dan keputusan dengan
pertimbangan cost-benefit serta kemampuan untuk mengetahui bagaimana
sebuah sistem dibuat dan dijalankan
Cognitive AbilitiesSkill yang terdiri dari antara lain: Cognitive Flexibility, Creativity, Logical
Reasoning, Problem Sensitivity, Mathematical Reasoning, dan Visualization .
14
Sumber: idem
(Change in demand for core work-related skills, 2015-2020, all industries)
1) Cognitive Abilities
2) System Skills
3) Complex Problem
Solving
4) Content Skills
5) Process Skills
Merupakan 5 skills yang
pertumbuhan
permintaannya akan
paling tinggi
berdasarkan beberapa
sektor industri, di mana
sebelumnya sektor
tersebut tidak banyak
membutuhkannya
Skill di Industri Masa Depan (2)Tantangan-Tantangan
15
Bagaimana Merespon Masa DepanStrategi Menghadapi Era Digital
1. Komitmen peningkatan investasi di
pengembangan digital skills2. Selalu mencoba dan menerapkan prototype
teknologi terbaru, Learn by doing! 3. Menggali bentuk kolaborasi baru bagi model
sertifikasi atau pendidikan dalam ranah
peningkatan digital skill4. Dilakukanny kolaborasi antara dunia industri,
akademisi, dan masyarakat untuk
mengidentifikasi permintaan dan ketersediaan
skill bagi era digital di masa depan
5. Menyusun kurikulum pendidikan yang telah
memasukan materi terkait human-digital skills
16
Tujuan dan Sasaran Strategis Kemenristekdikti 2015-2019
Meningkatnya
Kualitas
Meningkatnya
Meningkatnya
relevansi, kualitas, dan
kuantitas sumber daya
Iptek dan Dikti
Meningkatnya
relevansi
dan
Menguatnya
kapasitas inovasi
Pembelajaran dan
Kemahasiswaan
Pendidikan
Tinggi
kualitaskelembagaan
produktivitas
Riset danpengembangan
Iptek dan
Dikti
1
2
3
5
4
Meningkatnya
relevansi, kuantitas dan
kualitas sumber daya
manusia berpendidikan
tinggi, serta
kemampuan Iptek dan
inovasi untuk
keunggulan daya saing
bangsa
55
Kebijakan, Strategi, Program, Indikator, dan Target (1)
KEBIJAKAN Meningkatkan tenaga terdidik dan terampil berpendidikan tinggi
ST
RA
TE
GI Meningkatkan angka partisipasi kasar serta jumlah mahasiswa yang berwirausaha,
lulusan bersertifikat kompetensi, prodi terakreditasi unggul, mahasiswa peraih emas
tingkat nasional dan internasional, lulusan yang langsung bekarja, LPTK yang meningkat
mutu penyelenggaraan pendidikan akademik, calon pendidik mengikuti profesi guru
No Indikator ProgramTarget
2015 2016 2019
1 Angka Partisipasi Kasar (APK) Perguruan Tinggi 26,86% 28.16% 32.56%
2 Jumlah mahasiswa yang berwirausaha 2.000 2.500 4.000
3 Prosentase lulusan bersertifikat kompetensi 55% 60% 75%
4 Jumlah Prodi terakreditasi unggul 10.800 12.000 15.000
5 Jumlah mahasiswa peraih emas tingkat nasional dan internasional 380 390 420
6 Prosentase lulusan yang langsung bekerja 50% 60% 90%
7 Jumlah LPTK yang meningkat mutu penyelenggaraan pendidikan akademik 17 46 46
8 Jumlah calon pendidik mengikuti pendidikan profesi guru 4.458 5.458 12.000
PROGRAM Penguatan Pembelajaran dan Kemahasiswaan
56
Kebijakan, Strategi, Program, Indikator, dan Target (2)KEBIJAKA
NMeningkatkan Kualitas Pendidikan Tinggi dan Lembaga Litbang
ST
RA
TE
GI
• Meningkatkan jumlah perguruan tinggi masuk dalam ranking 500 top dunia, perguruan tinggi
berakreditasi A
• Mengembangkan jumlah Taman Sains dan Teknologi yang dibangun, Taman Sains dan Teknologi yang
mature, Pusat Unggulan Iptek
No Indikator ProgramTarget
2015 2016 2019
1 Jumlah Perguruan Tinggi masuk top 500 dunia 2 3 5
2 Jumlah Perguruan Tinggi berakreditasi A (Unggul) 29 39 194
3 Jumlah Taman Sains dan Teknologi (TST) yang dibangun 77 100 100
4
Jumal Taman dan Teknologi yang mature
(menghasilkan teknologi yang siap untuk diterapkan dalam lingkungan sesungguhnya (Taman Sains),
menghasilkan usaha baru secara berkesinambungan (Taman Tekno), melaksanakan riset berkesinambungan,
menghasilkan perusahaan pemula dan mampu menarik industri (N-TST)
6 14 58
5 Pusat Unggulan Iptek 12 15 30
PROGRAM Penguatan Kelembagaan
57
Kebijakan, Strategi, Program, Indikator, dan Target (3)KEBIJAKA
NMeningkatkan Sumber Daya Litbang dan Pendidikan Tinggi yang berkualitas
ST
RA
TE
GI
• Meningkatkan jumlah dosen berkualifikasi S3, jumlah SDM Dikti yang meningkat kompetensinya, jumlah
pendidik yang mengikuti sertifikasi dosen
• Meningkatkan jumlah SDM litbang berkualifikasi master dan doktor, jumlah SDM Iptek yang meningkat
kompetensinya, jumlah sarpras Iptek dan Dikti yang direvitalisasi
No Indikator ProgramTarget
2015 2016 2019
1 Jumlah Dosen Berkualifikasi S3 23.500 28.000 41.500
2 Jumlah SDM Dikti yang meningkat kompetensinya 2.000 2.000 2.000
3 Jumlah pendidik mengikuti sertifikasi dosen 8.000 10.000 10.000
4 Jumlah SDM Litbang Berkualifikasi Master dan Doktor 3.350 3.700 5.450
5 Jumlah SDM iptek yang meningkat kompetensinya 95 161 205
6 Jumlah Sarpras Lemlitbang dan PTN yang direvitalisasi 126 142 153
PROGRAM Penguatan Sumber Daya
58
Kebijakan, Strategi, Program, Indikator, dan Target (4)
KEBIJAKAN Meningkatkan produktivitas penelitian dan pengembangan
Meningkatkan jumlah HKI didaftarkan, publikasi internasional dan prototipe hasil litbang
No Indikator ProgramTarget
2015 2016 2019
1 Jumlah HKI yang didaftarkan 1.580 1.735 2.305
2 Jumlah publikasi internasional 5.008 6.229 12.089
3Jumlah prototipe R & D
TRL s.d 6
50 75 100
4 Jumlah prototipe laik industri TRL 7 5 20 35
PROGRAM Penguatan Riset dan Pengembangan
59
STRATEGI
Kebijakan, Strategi, Program, Indikator, dan Target (5)
KEBIJAKAN Meningkatkan inovasi
Meningkatkan jumlah produk inovasi
No Indikator ProgramTarget
2015 2016 2019
1Jumlah produk inovasi
Produk hasil litbang yang telah diproduksi10 15 30
PROGRA
MPenguatan Inovasi
60
STRATEGI
TRIGGER
(INSENTIF)
Potensi Nasional (Litbang, SDA,
SDM dll)
Menjadi pendorong kekuatan
ekonomi nasional.Inovasi
•Masyarakat•BUMD/BUMN•Investor
•PT•LPNK•Lemlit
•KEUANGAN, BAPENAS•SEKTOR•RISTEKDIKTI•Perindustrian dll
Industri
academia
PENGIKAT
(Kebijakan Nasional)
KESAMAAN
LANGKAH
(INSENTIF)
KERANGKA SISTEM INOVASI NASIONAL
Tantangan di Era Revolusi Industri 4.0 Bagi Perguruan Tinggi Indonesia
• Kuantitas bukan lagi menjadi indikator utama bagi suatu
perguruan tinggi dalam mencapai kesuksesan, melainkan
kualitas lulusannya.
• Kesuksesan sebuah negara dalam menghadapi revolusi industri
4.0 erat kaitannya dengan inovasi yang diciptakan oleh sumber
daya yang berkualitas, sehingga Perguruan Tinggi wajib dapat
menjawab tantangan untuk menghadapi kemajuan teknologi dan
persaingan dunia kerja di era globalisasi.
• Dalam menciptakan sumber daya yang inovatif dan adaptif
terhadap teknologi, diperlukan penyesuaian sarana dan
prasarana pembelajaran dalam hal teknologi informasi, internet,
analisis big data dan komputerisasi.
• PT menyediakan infrastruktur pembelajaran agar mampu
menghasilkan lulusan yang terampil dalam aspek literasi data,
literasi teknologi dan literasi manusia.
• Terobosan inovasi akan berujung pada peningkatan
produktivitas industri dan melahirkan perusahaan pemula
berbasis teknologi, seperti yang banyak bermunculan di
Indonesia saat ini.
• Rekonstruksi kurikulum PT yang responsif terhadap revolusi
industri juga diperlukan, seperti desain ulang kurikulum
dengan pendekatan human digital dan keahlian berbasis
digital.
• Sistem perkuliahan berbasis teknologi informasi
Beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan
untuk meningkatkan kualitas pendidikan:
Aspek sistem tata kelola suatu institusi pendidikan
1. Pimpinan institusi dan pimpinan level di bawahnya mutlak harus
memiliki kemampuan leadership dan kemampuan pendukung
lainnya.
2. Adanya kejelasan wewenang dan tanggung jawab tiap jabatan
dalam institusi pendidikan.
3. Kepemimpinan dievaluasi secara berkala dalam hal pencapaian
visi, misi dan tujuan suatu institusi pendidikan.
4. Adanya dasar yang jelas dalam berkomitmen terhadap institusi.
5. Civitas akademika khususnya pejabat institusi memiliki tanggung jawab yang sama dalam menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif secara psikis.
6. Pimpinan mampu memotivasi orang-orang yang dipimpin untuk selalu bekerja dengan berorientasi pada visi, misi dan tujuan institusi.
7. Adanya sistem reward dan punishment untuk mendorong kinerja yang lebih baik.
Aspek Pengabdian pada Masyarakat
• Kegiatan PkM sebaiknya dilakukan dengan dasar memberikan manfaat secara luas terhadap masyarakat mengembangkan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang dimiliki.
• PkM hendaknya mampu memberikan umpan balik untuk kepentingan institusi baik untuk proses pembelajaran maupun penelitian yang dilakukan.
• PkM harus berorientasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat salah satunya dengan menciptakan produk tepat guna dan menyelesaikan permasalahan yang sedang berkembang
Aspek Kurikulum PS
• Kurikulum disusun dan dievaluasi secara kontinyu mengingat kebutuhan dunia kerja yang dinamis institusi memiliki responsifitas yang tinggi (ex. Era Disruption)
• Kurikulum disusun sesuai kebijakan (berbasis kompetensi atau OBE) dan selalu up date.
• Kurikulum yang disusun mampu menghasilkan lulusan yang bertanggung jawab terhadap kemajuan bangsa dan senantiasa ingin mengembangkan keilmuan yang dimiliki.
Aspek Proses Pembelajaran
• Pembelajaran tidak hanya difokuskan pada pengembangan intelektualitas mahasiswa sesuai disiplin ilmu, namun perlu diimbangi dengan pengembangan soft skill mahasiswa
• Adanya objektivitas dan sistem evaluasi hasil studi yang transparan didukung dengan adanya umpan balik dari dosen mengenai hasil evaluasi itu sendiri.
• Proses pembelajaran sebaiknya merupakan proses dua arah yang melibatkan komponen dosen dan mahasiswa sehingga ada timbal balik dalam transfer ilmu pengetahuan antara keduanya.
Aspek Sumber Daya Manusia (dosen)
• Sistem rekrutmen dan pengembangan dosen disesuaikan dengan kebutuhan kurikulum baik untuk kualifikasi, terutama soft skill yang dimiliki.
• Mampu menyusun program pembelajaran yang berkelanjutan, rasional dan relevan dengan kebutuhan dunia industri secara up date.
• Adanya promosi dosen yang dilakukan secara objektif berdasarkan prestasi dan pengabdian baik dari sisi pengajaran, penelitian dan publikasi, serta PkM.
• Adanya job description yang jelas meliputi materi pembelajaran dan beban kerja.
Aspek Sumber Daya Manusia (tendik)
• Sistem rekrutmen dan pengembangan karyawan disesuaikan
dengan kebutuhan pelaksanaan program pembelajaran baik
untuk kualifikasi, terutama soft skill yang dimiliki.
• Adanya promosi karyawan yang dilakukan secara objektif
berdasarkan prestasi dan pengabdian.
• Adanya job description yang jelas meliputi tugas dan
pekerjaan yang harus dilaksanakan beikut beban kerja.
Aspek Suasana Akademik
• Adanya perencanaan pemenuhan kebutuhan sarana dan alokasi dana dalam rangka mendukung terciptanya suasana akademik yang dibutuhkan
• Civitas akademika hendaknya memiliki tanggung jawab yang sama dalam menciptakan suasana proses pembelajaran yang harmonis, nyaman, saling menghargai dan saling menghormati sehingga tercipta suasana pembelajaran yang mendukung.
• Adanya kebijakan untuk memberikan penghargaan dan sanksi agar masing-masing civitas akademika memiliki tanggung jawab yang besar untuk bersama-sama menciptakan suasana yang nyaman dan mendukung proses pembelajaran.
Aspek Penelitian dan Publikasi
• Penelitian sebaiknya lebih banyak melibatkan mahasiswa.
• Penelitian yang dilakukan harus memenuhi standar mutu baik untuk
tingkat nasional maupun internasional.
• Hasil penelitian mampu mendukung pengembangan ilmu
pengetahuan, mendukung kebijakan pemerintah dan memperkaya
kasanah keilmuan dunia pendidikan.
• Pihak institusi mendorong dilakukannya penelitian baik dari segi
jumlah maupun kualitas penelitian itu sendiri secara kontinyu.
• Adanya penghargaan bagi peneliti baik berdasarkan cakupan penelitian maupun jumlah dan kualitas penelitian.
• Menjalin kerja sama dengan dunia industri baik dalam hal pendanaan maupun objek penelitian.
• Hasil penelitian dipublikasikan dan dapat diakses secara luas oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan.
• Menjalin kerja sama baik antar jurusan maupun dengan pihak institusi lain untuk dapat menghasilkan penelitian yang semakin berkualitas.
Aspek Kemahasiswaan
• Pihak institusi sedapat mungkin mendorong mahasiswa untuk memiliki peranan dalam satu atau lebih organisasi kemahasiswaan.
• Menyediakan fasilitas pendukung kegiatan ekstrakurikuler seperti ruangan, tenaga pendidik/pelatih dan peralatan.
• Kegiatan kemahasiswaan yang dilakukan hendaknya mampu meningkatkan kompetensi lulusan.
• Pihak institusi secara aktif menjalin kerja sama dengan pihak industri (perusahaan) dalam memberikan dukungan dana maupun untuk kegiatan magang mahasiswa.
Aspek Keuangan
• Penetapan besar biaya pendidikan yang harus dikeluarkan mahasiswa harus berada dalam batas kewajaran dan memperhatikan faktor kebutuhan.
• Adanya evaluasi secara berkala terhadap besaran biaya pendidikan yang harus dikeluarkan mahasiswa.
• Pihak institusi mengembangkan kerja sama saling menguntungkan dengan pihak industri untuk mendukung pembiayaan pendidikan.
• Pengalokasian dana sebaiknya disesuaikan dengan prioritas kebutuhan dan berorientasi pada peningkatan mutu.
• Adanya pertanggungjawaban pengunaan dana secara berkala.
Aspek Prasarana dan sarana
• Pihak institusi memiliki prioritas pengembangan prasarana dan sarana sesuai target capaian yang dimiliki.
• Adanya tanggung jawab bersama seluruh civitas akademika terhadap pemeliharaan prasarana dan sarana.
• Prasarana dan sarana yang disediakan harus dapat diakses oleh seluruh civitas akademika.
• Prasarana dan sarana yang dimiliki hendaknya memenuhi persayaratan teknis baik dari segi luas (bangunan), jumlah, kualitas dan kontinuitas pemeliharaannya.
Referensi
• Gaspersz, Vincent. (2000). Penerapan Total Quality Management in Education (TQME) pada Perguruan Tinggi di Indonesia: Suatu Upaya untuk Memenuhi Kebutuhan Sistem Industri Modern, Gramedia
• Tim Quality Assurance. (2006). Panduan Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT). Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi .
• Sallis, E., (2006). Total Quality Management in Education. IRCiSoD, Yogyakarta.
UU NO. 12/2012 PENDIDIKAN TINGGI
Pasal 28
(3) Gelar akademik dan gelar vokasi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh
Menteri apabila dikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atauProgram Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau
b.Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara Pendidikan Tinggi yang tanpa hak mengeluarkangelar akademik dan gelar vokasi.
(4) Gelar profesi dinyatakan tidak sah dan dicabut oleh Menteri apabila dikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atau Program Studi yang tidak terakreditasi; dan/atau
b. Perseorangan, organisasi, atau lembaga lain yang tanpa hak mengeluarkan gelar profesi.
Permenristekdikti No 32 Tahun2016
Pasal 47
(2) Pemimpin Perguruan Tinggi wajib mengajukan permohonan
akreditasi ulang paling lambat 6 (enam) bulan sebelum masa
berlaku status akreditasi dan peringkat terakreditasi
Program Studi dan/atau Perguruan Tinggi berakhir.
Permenristekdikti No 32 Tahun2016
Pasal 52
(1) Izin pembukaan Program Studi dan/atau izin pendirian Perguruan Tinggi yangsudah diterbitkan sebelum tanggal 10 Agustus 2012 dinyatakan tetap berlaku
(2) Program Studi dan/atau Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum terakreditasi, dinyatakan terakreditasi dan tunduk pada Peraturan Menteri ini
(3) Program Studi dan/atau Perguruan Tinggi yang dinyatakan terakreditasisebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus melakukan akreditasi ulang paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini diberlakukan
.
UPAYA PENINGKATAN MUTU
BERKELANJUTAN
• Setiap institusi pendidikan tinggi harus merencanakan seluruh upaya pengembangannya berbasis ED yang dilakukan secarakomprehensif, terstruktur dan sistematis
• ED harus digunakan untuk memahami dengan baik kondisi dan mutu institusi saat ini (Institution Quality and ConditionatPresent/IQCAP) yang digunakan sebagai landasan institusimenentukan kondisi dan mutu yang diinginkan dimasa yang akandatang (Institution Quality and Condition at Future/IQCAF)
• Dalam manajemen, evaluasi merupakan tahapan yang krusialdalam penyusunan program pengembangan
PENILAIAN
The Old Instrument
Jenjang Sumber penilaian Bobot
Deskripsi &
Asesmen
AIPT Borang PT (101 butir) 90 %
Evaluasi Diri (11 butir) 10 %
APS Borang PS (98-103
butir)
75 %
Evaluasi Diri PS (11
point)
10 %
Borang Pengelola PS
(44 point)
15 %
manajemen
The New Instrument
EVALUASI DIRI KINERJA PT
In
put
Pro
ses
Out
put
Out
come
input Pro
ses
Out
put
Out
come
33.19 18.24 3.73 1.07 14.82 5.51 21.71 17.56
28.7
%
15.7
%
3.2
%
0.9
%
12.8
%
4.8
%
18.7
%
15.2
%
48.5% 51.5%
Profil
PS
INSTRUMEN BARU
1. Berbasis Evaluasi Diri: menemukenali kekuatan dan kelemahan
2. Berorientasi pada output & outcomes
3. Lebih spesifik untuk berbagai jenis institusi (PTN BH, PTS, PT BLU, SATKER; Universitas, Institut, Politeknik, Akademi, Akom), dan Program (Sarjana, Diploma, Profesi, Magister, Doktor) mission differentiation
4. Sebagai bagian integral dari CQI (Continuous Quality Improvement)
5. Unik untuk berbagai jenis institusi/ program: tidak mudah direkayasa
6. Tidak mudah di scale up
7. Memerlukan kemampuan yang lebih tinggi dari asesor
Proses Akreditasi
Usulanakreditasi
Penetapanassessor
Desk Review (AK)
PenetapanKelayakan AL
Site Evaluation
PenetapanStatus danPeringkat
Penerbitan SK dan Sertifikat
Validasi
Validasi
PT dan PS dapat melakukan Banding;
Ditelaah dan ditetapkan oleh MA
Sistem akreditasi onlineAssessors
PD-Dikti
SAPTO
Perguruan Tinggi
DE-BANPT
Hasil Akreditasi
• Status
• Terakreditasi
• Tidak terakreditasi
• Peringkat Terakreditasi
• Saat ini: A (361 – 400), B (301 – 360), C (200 – 300)
• Akan datang: Unggul, Baik Sekali, Baik
• Akan ditetapkan oleh Majelis Akreditasi BAN-PT
• Untuk program studi/institusi baru
• Terakreditasi minimal
• Status dan Peringkat dituangkan dalam
• SK dan Sertifikat Akreditasi
• Makna peringkat terakreditasi Program Studi dan Perguruan
Tinggi sebagai berikut:
• terakreditasi baik, yaitu memenuhi Standar Nasional Pendidikan
Tinggi;
• terakreditasi baik sekali dan terakreditasi unggul, yaitu melampaui
Standar Nasional Pendidikan Tinggi.
Mekanisme dan Penanganan Banding
• Perguruan tinggi atau pihak ketiga lainnya yang tidak puas
dengan hasil akreditasi dapat mengajukan keberatan
• Keberatan diajukan ke Majelis Akreditasi paling lambat 6
bulan setelah keputusan
• Disertai bukti data yang valid dan terjadi pada saat atau sebelum
assessment
• DE dapat melakukan pengecekan di lapangan untuk verifikasi klaim
atas rekomendasi MA
90
UU No. 12 Tahun 2012 tentangPendidikan Tinggi
Pasal 28 ayat (3)
Gelar akademik dan gelar vokasidinyatakan tidak sah dan dicabutoleh Menteri apabila dikeluarkanoleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atauProgram Studi yang tidakterakreditasi; dan/atau
b. perseorangan, organisasi, atau penyelenggaraPendidikan Tinggi yang tanpahak mengeluarkan gelarakademik dan gelar vokasi
Pasal 28 ayat (4)
Gelar profesi dinyatakan tidak sahdan dicabut oleh Menteri apabiladikeluarkan oleh:
a. Perguruan Tinggi dan/atauProgram Studi yang tidakterakreditasi; dan/atau
b. perseorangan, organisasi, ataulembaga lain yang tanpa hakmengeluarkan gelar profesi
Pasal 52; Ketentuan Peralihan
Permenristekdikti 32/2016(1) Izin pembukaan Program Studi dan/atau izin pendirian Perguruan Tinggi yang sudah diterbitkan sebelum tanggal
10 Agustus 2012 dinyatakan tetap berlaku.
(2) Program Studi dan/atau Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang belum terakreditasi, dinyatakan terakreditasi dan tunduk pada Peraturan Menteri ini.
(3) Program Studi dan/atau Perguruan Tinggi yang dinyatakan terakreditasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus melakukan akreditasi ulang paling lama 2 (dua) tahun sejak Peraturan Menteri ini diberlakukan.
(4) Status akreditasi dan peringkat terakreditasi Program Studi dan/atau Perguruan Tinggi sebagaimana dimaksudpada ayat (2) yang telah diterbitkan oleh BAN-PT masih tetap berlaku sampai status akreditasi dan peringkatterakreditasi yang ditetapkan oleh BAN-PT berakhir.
(5) Status akreditasi dan peringkat terakreditasi Program Studi dan/atau Perguruan Tinggi sebagaimana tercantumdalam Keputusan Menteri tentang izin pembukaan Program Studi dan/atau izin pendirian Perguruan Tinggi yang diterbitkan antara 10 Agustus 2012 sampai dengan diterbitkan Peraturan Menteri ini, dinyatakan tetap berlakuselama 5 (lima) tahun terhitung sejak Keputusan Menteri tersebut ditetapkan.
92
UU No. 12 Tahun 2012 tentangPendidikan Tinggi
Pasal 33 ayat (3)
(3) Program Studidiselenggarakan atas izinMenteri setelah memenuhipersyaratan minimum akreditasi.
Pasal 33 ayat (6)
(6) Program Studi wajibdiakreditasi ulang padasaat jangka waktuakreditasinya berakhir.
93
UU No. 12 Tahun 2012 tentangPendidikan Tinggi
Pasal 60 ayat (4)
(4) Perguruan Tinggi yang didirikan harusmemenuhi standar minimum akreditasi.