manajemen pendidikan
DESCRIPTION
manajemen pendidikanTRANSCRIPT
MANAJEMEN KURIKULUM
Manajemen Pendidikan
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Pendidikan
Prodi PPB Jurusan Bimbingan dan Konseling
2014
MANAJEMEN KURIKULUM
Manajemen Pendidikan
Drs. H. Budiono S, M.Pd
Nunuk Hidayati, M.Pd
Oleh Kelompok :
Nadia Meidy Adriyani 13010014022
Totok Kurniawan 13010014055
Annisa Anggun P. W 13010014072
Qoyyimatun A’yuni 13010014075
Meta Adeana Wulansari 13010014078
Nindya Ayu Martiarani 13010014082
Universitas Negeri Surabaya
Fakultas Ilmu Pendidikan
Prodi PPB Jurusan Bimbingan dan Konseling
2014
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT semata, yang telah
melimpahkan karuniaNya, inayahNya, dan hidayahNya sehingga terselesaikannya makalah
ini.
Makalah ini disusun untuk melengkapi dan memenuhi tugas Manajemen
Pendidikan semester III di lingkungan Universitas Negeri Surabaya, dengan judul:
“Manajemen Kurikulum”.
Adapun isi dari makalah ini kami buat berdasarkan data yang diperoleh dari
buku dan sumber internet.
Kami menyadari bahwa terselesaianya penulisan makalah ini tidak lepas dari
bantuan beberapa pihak, baik berupa bimbingan, dukungan, material, maupun spiritual.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak yang sedang mempelajari tentang makalah ini.
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk
itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pembaca dan tim penilai
khususnya sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Surabaya, 30 September
2014
PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional
adalah aspek kurikulum. Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki
peran strategis dalam system pendidikan. Kurikuum merupakan suatu system program
pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga
kurikulum memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu dan
berkwalitas. Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional
merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dan bangsa Indonesia yang
mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap dalam memasuki era
globalisasi dan informasi sekarang ini. Yang dimaksud dengan kurikulum dalam uraian
ini adalah seperangkap rencana dan pengturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara
digunakan sebagai pedoman penyelenggarakan belajar mengajar di sekolah.
Perkembangan yang terkait dengan IPTEK, masyarakat berbangsa dan bernegara,
maupun isu-isu di dalam dan di luar negeri merupakan tantangan yang harus
dipertimbangkan dalam kurikulum. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini departemen
pendidikan nasional harus mampu dengan cepat menjawab tantangan-tantangan tersebut
untuk direalisasikan dalam program pendidikan di wilayah kerjanya. Banyak aspek
pembaruan dalam bidang pendidikan yang berpengaruh dalam kurikuum, seperti program
percepatan pembelajaran, kurikulum muatan lokal, desentralisasi, pelaksanaan remidi dan
pengayaan. Disamping itu, paradigm pendidikan dan pilar-pilar pembelajaran yang telah
direncangkan pemrintah harus menjadi landasan dalam pengembangan kurikulum
(desain, implementasi, manajemen, supervise, dan evaluasi kurikulum) di setiap lembaga
pendidikan.
Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keberhasilan kurikuum adalah pemberdayaan
bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum di lembaga pendidikan yang
bersangkutan. Pengelolaan kurikulum sekolah perlu dikoordinasikan oleh pihak pimpinan
lembaga dan pembantu pimpinan dan disesuaikan dengan visi dan misi lembaga
pendidikan yang bersangkutan.
Manajemen kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu berdasarkan pertimbangan-
pertimbangan sebagai berikut.
1. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 36 ayat 2.
2. Peraturan Pemerintah NO. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada
Pasal 17 ayat 1.
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional NO. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional NO. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
5. Perkembangan dalam bidang ilu pengetahuan dan teknologi yang sinkron dengan
kebutuhan pembangunan dan memenuhi keperluan system pendidikan dalam upaya
memanfaatkan, mengembangkan, dan menciptakan Ipteks agar tercipta pendidikan
yang berwalitas.
Untuk mengetahui dan memahami lebih lengkap tentang kurikulum maka kami
membuat makalah ini dengan menggabungkan dari berbagai sumber. Diharapkan dengan
demikian calon pendidik dan pendidik dapat lebih memahami tentang apa yang dimaksud
dengan kurikulum. Dalam makalah ini akan dibahas tentang konsep dasar kurikulum,
tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum, fungsi-fungsi manajemen
kurikulum, sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum,
mengembangkan kurikulum muatan lokal.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa itu konsep dasar kurikulum?
2. Bagaimana tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum?
3. Apa saja fungsi-fungsi manajemen kurikulum?
4. Apa saja sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum?
5. Bagaimana mengembangkan kurikulum muatan lokal?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep dasar kurikulum.
2. Untuk mengetahui tugas dan peran kepala sekolah dalam manajemen kurikulum.
3. Untuk mengetahui fungsi-fungsi manajemen kurikulum.
4. Untuk mengetahui sumber daya pendukung keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
5. Untuk mengetahui mengembangkan kurikulum muatan lokal.
1.4 Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah wawasan dan ilmu serta semakin percaya diri sehingga
mempermudah kami calon pendidik dalam mengetahui apa dan bagaimana
manajemen kurikulum itu dan sebagai acuan dalam menyusun makalah selanjutanya.
2. Bagi Konselor
Makin bertambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana proses
manajemen kurikulum yang baik dan benar di dalam system pendidikan nasional.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Dasar Kurikulum
A. Pengertian Manajemen Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Saylor,
Alexander, dan Lewis (1974) kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk
memengaruhi siswa agar dapat belajar, baik dalam ruangan kelas maupun di luar
sekolah. Sementara itu, Harold B. Alberty (1965) memandang kurikulum sebagai
semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah (all of
the activities that are provided for the students by the school).
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum. Keterlibatan masyarakat dalam manajemen kurikulum
dimaksudkan agar dapat memahami, membantu, dan mengontrol implementasi
kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut kooperatif juga
mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain kurikulum,
menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum, baik kepada
masyarakat maupun pada pemerintah.
B. Ruang Lingkup Manajemen Kurikulum
Lingkup manajemen kurikulum meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.
1. Perencanaan
Perencanaan kurikulum di bedakan menjadi dua yakni tingkat pusat dan yang
diaksanakan oleh sekolah:
a. Perencanaan tingkat pusat, meliputi tujuan pendidikan, bahan pelajaran. Dalam
tujuan pendidikan terdapat TIU dan TIK.
b. Bahan pembelajaran,dari pusat kemudian di serahkan kepada sekolah dalam
bentuk Garis-Garis Besar Program Pengajaran ( GBPP). Perencanaan yang
harus dilakukan disekolah.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan kurikulum merupakan interaksi belajar mengajar yang setidaknya
melalui tiga tahap yaitu :
a. Tahap persiapan pembelajaran, adalah kegiatan yang dialakukan guru sebelum
melakukan proses pembelajaran.
b. Tahap pelaksanaan pembelajaran, adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru dan murid mengenai pokok bahasan yang harus di sampaikan. Dalam
tahap ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu pendahuluan, pelajaran inti, dan
evaluasi.
c. Tahap penutupan, adalah kegiatan yang dilakukan setelah penyampaian materi.
3. Evaluasi
Evaluasi merupakan bagian dari sistem manajemen yaitu perencanaan,
organisasi, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi. Kurikulum juga dirancang dari
tahap perencanaan, organisasi kemudian pelaksanaan dan akhirnya monitoring dan
evaluasi. Tanpa evaluasi, maka tidak akan mengetahui bagaimana kondisi
kurikulum tersebut dalam rancangan, pelaksanaan serta hasilnya.
C. Prinsip dan Fungsi Manajemen Kurikulum
Terdapat lima prinsip yang harus diperhatikan dalam melaksanakan manajemen
kurikulum, yaitu sebagai berikut:
1. Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalam kegiatan kurikulum merupakan
aspek yang harus dipertimbangkan dalam manajemen kurikulum. Pertimbangan
bagaimana agar peserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai dengan tujuan
kurikulum harus menjadi sasaran dalam menajemen kurikulum.
2. Demokratisasi, pelaksanaan manajemen kurikulum harus berasaskan demokrasi
yang menempatkan pengelola, pelaksana dan subjek didik pada posisi yang
seharusnya dalam melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab untuk
mencapai tujuan kurikulum.
3. Kooperatif, untuk memperoleh hasil yang diharapkan dalam kegiatan manajemen
kurikulum perlu adanya kerja sama yang positif dari berbagai pihak yang terlibat.
4. Efektivitas dan efesiensi, rangkaian kegiatan manajemen kurikulum harus
mempertimbangkan efektivitas dan efesiensi untuk mencapai tujuan kurikulum
sehingga kegiatan manajemen kurikulum tersebut memberikan hasil yang berguna
dengan biaya, tenaga,dan waktu yang relatif singkat.
5. Mengarahkan visi, misi, dan tujuan yang ditetapkan dalam kurikulum, proses
manajemen kurikulum harus dapat memperkuat dan mengarahkan visi, misi, dan
tujuan kurikulum.
Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan manajemen kurikulum agar
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien, dan
optimal dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun
komponen kurikulum. Ada beberapa fungsi dari manajemen kurikulum di antaranya
sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya kurikulum, pemberdayaan
sumber maupun komponen kurikulum dapat ditingkatkan melalui pengelolaan
yang terencana dan efektif.
2. Meningkatkan keadilan (equity) dan kesempatan pada siswa untuk mencapai hasil
yang maksimal, kemampuan yang maksimal dapat dicapai peserta didik tidak
hanya melalui kegiatan intrakulikuler, tetapi juga perlu melalui kegiatan ekstra
dan kokulikuler yang dikelola secara integritas dalam mencapai tujuan
kurikulum.
3. Meningkatkan relevansi dan efektivitas pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik maupun lingkungan sekitar peserta didik, kurikulum yang dikelola
secara efektif dapat memberikan kesempatan dan hasil yang relevan dengan
kebutuhan peserta didik maupun lingkungan sekitar.
4. Meningkatkan efektivitas kinerja guru maupun aktivitas siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran, pengelolaan kurikulum yang profesional, efektif, dan
terpadu dapat memberikan motivasi pada kinerja guru maupun aktivitas siswa
dalam belajar.
5. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses belajar mengajar, proses
pembelajaran selalu dipantau dalam rangka melihat konsistensi antara desain
yang telah direncanakan dengan pelaksanaan pembelajaran. Dengan demikian,
ketidaksesuaian antara desain dengan implementasi dapat dihindarkan. Di
samping itu, guru maupun siswa selalu termotivasi untuk melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan efisien karena adanya dukungan kondisi positif
yang diciptakan dalam kegiatan pengelolaan kurikulum.
6. Meningkatkan partisipasi masyarakat untuk membantu mengembangkan
kurikulum, kurikulum yang dikelola secara profesional akan melibatkan
masyarakat, khususnya dalam mengisi bahan ajar atau sumber belajar perlu
disesuaikan dengan ciri khas dan kebutuhan pembangunan daerah setempat.
2.2 Tugas dan Peran Kepala Sekolah Dalam Manajemen Kurikulum
Dalam konteks kepemimpinan Kepala Sekolah, nampaknya arah dari
pengembangan SDM Kepala sekolah berorientasi pada Manajemen Kinerja berbasis
Kompetensi, dimana berbagai aktualisasi Kinerja yang harus diperankan oleh Kepala
Sekolah mesti dipertahankan dan ditingkatkan melalui upaya peningkatan Kompetensi
baik secara individu maupun organisasi. Hal ini tercermin dari Permen 13 tahun 2007,
tentang Standar Kepala Sekolah yang di dalamnya memuat berbagai Kompetensi yang
harus dimiliki oleh Kepala Sekolah dalam menjalankan Perannya sebagai Manajer dan
Pemimpin Pendidikan pada suatu Satuan Pendidikan. Adapun Kompetensi-Kompetensi
tersebut mencakup:
a. Kompetensi Kepribadian
1. Berakhlak mulia, mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi
teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah.
2. Memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin.
3. Memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah.
4. Bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
5. Pokok dan fungsi.
6. Mengendalikan diri dalam menghadapi masalah
7. Dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/madrasah.
8. Memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendidikan.
b. Kompetensi manajerial
1. Menyusun perencanaan sekolah/madrasah untuk berbagai tingkatan perencanaan.
2. Mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan kebutuhan.
3. Memimpin sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya
sekolah/madrasah secara optimal.
4. Mengelola perubahan dan pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif.
5. Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan inovatif bagi
pembelajaran peserta didik.
6. Mengelola guru dan staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia
secara optimal.
7. Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka pendayagunaan
secara optimal.
8. Mengelola hubungan sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah.
9. Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik.
10. Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran sesuai dengan
arah dan tujuan pendidikan nasional.
11. Mengelola keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien.
12. Mengelola ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan
sekolah/madrasah.
13. Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah dalam mendukung kegiatan
pembelajaran dan kegiatan peserta didik di sekolah/madrasah.
14. Mengelola sistem informasi sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan
program dan pengambilan keputusan.
15. Memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi peningkatan pembelajaran dan
manajemen sekolah/madrasah.
16. Melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta merencanakan tindak
lanjutnya.
c. Kompetensi Kewirausahaan
1. Menciptakan inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah.
2. Bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah sebagai organisasi
pembelajar yang efektif.
3. Memiliki motivasi yang kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya sebagai pemimpin sekolah/madrasah.
4. Pantang menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala
yang dihadapi sekolah/madrasah. 3.5 Memiliki naluri kewirausahaan dalam
mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai sumber belajar
peserta didik.
d. Kompetensi Supervisi
1. Merencanakan program supervisi akademik dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
2. Melaksanakan supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat.
3. Menindaklanjuti hasil supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru.
e. Kompetensi Sosial
1. Bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan sekolah/madrasah
2. Berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan.
3. Memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau kelompok lain.
Melihat kompetensi-kompetensi sebagaimana dikemukakan di atas, terdapat dua
unsur yang penting untuk dicermati, yaitu unsur yang melekat dalam karakteristik
individu dalam konteks kehidupan sosial yang menuntut internalisasi dan sosialisasi,
serta unsur yang berkaitan dengan kemampuan yang menuntut pada pendidikan dan
latihan. Namun meskipun demikian keduanya sangat berkaitan dimana yang satu perlu
jadi fondasi kepemimpinan dan yang lainnya merupakan pengembangan dalam
kepemimpinan
2.3 Fungsi-Fungsi Manajemen Kurikulum
A. Fungsi Fungsi Manajemen Kurikulum
1. Mengelola Perencanaan Kurikulum
Pemerintah pusat perlu merumuskan dan menetapkan kurikulum standar bersifat
nasional yang berfungsi sebagai acuan untuk pengembangan kurikulum pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut pihak daerah maupun sekolah bertugas untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kondisi, kebutuhan, dan kemampuan
daerah atau sekolah yang bersangkutan. Oleh karena itu, perencanaan atau desain
kurikulum baik berupa silabus maupun rencana pelaksanaan pembelajaran perlu
dikembangkan secara spesifik, efektif, efisien, relevan, dan komprehensif.
2. Mengelola Implementasi Kurikulum
Implementasi kurikulum merupakan bentuk aktualisasi dari kurikulum yang
telah direncanakan. Bentuk implementasi kurikulum adalah kegiatan pembelajaran
yang dilakukan guru bersama siswa untuk mencapai tujuan kurikulum yang telah
ditetapkan. Muara keberhasilan kurikulum secara actual akan ditentukan oleh
implementasi kurikulum di lapangan. Sering terjadi implementasi atau pelaksanaan
kurikulum (pembelajaran) tidak sesuai dengan perencanaan kurikulum, sehingga
mengakibatkan ketidaktercapaian tujuan atau kompetensi yang telah ditetapkan.
Hal ini sejalan dengan pilar-pilar pendidikan yang dikemukakan UNESCO
seperti belajar mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do),
belajar menjadi diri sendidri (learning to be), dan belajar dalam hidup kebersamaan
(learning to live together).
3. Mengelola Pelaksanaan Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum secara legal formal tertuang dalam Pasal 57 UU No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai dasar bagi pelaksanaan
evaluasi kurikulum.
Kegiatan evaluasi haru dilakukan secara sistemik, sistematis, dan
komprehensif yang mengacu pada visi, misi, dan tujuan kurikulum. Pengendalian
umum hasil pelaksanaan kurikulum dapat ditentukan oleh kegiatan evaluasi
kurikulum maupun pembelajaran. Kegiatan merumuskan kisi-kisi, instrument, dan
melaksanakan evaluasi kurikulum dan pembelajaran harus dikelola secara
professional. Setiap guru harus memiliki kemampuan dalam melakukan evaluasi
kurikulum dan pembelajaran secara tepat dan benar.
4. Mengelola Perumusan Penetapan Kriteri dan Pelaksanaan Kenaikan
Kelas/Kelulusan
Kriteria kenaikan kelas harus dipahami betul oleh kepala sekolah maupun guru
sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengambil keputusan yang keliru.
Penetapan kriteria kelulusan perlu dilakukan secara tepat sesuai dengan ketetapan
yang berlaku.
5. Mengelola Pengembangan Bahan Ajar, Media Pembelajaran, dan Sumber Belajar
Bahan ajar yang dipelajari siswa sebaiknya tidak hanya berdasarkan pada buku
teks pelajaran, melainkan perlu menggunakan dan mengembangkan berbagai bahan
ajar melalui media dan sumber belajar yang sesuai dengan topic bahasan. Demikian
pula, keterlibatan masyarakat sekelilingnya harus mulai dikembangkan secara
strategis supaya menghasilkan kemampuan siswa yang terintegrasi dengan
lingkungan.
Disamping itu, kurikulum pendidikan masih memberikan alokasi waktu untuk
mengembangkan kurikulum muatan local yang disesuaikan dengan kebutuhan,
kemampuan, dan kondisi daerah maupun sekolah tempat kurikulum tersebut
dikembangkan.
Perkembangan IPTEKS yang sangat pesat tentunya merupakan tantangan
sekaligus peluang bagi para guru dan siswa dalam memanfaatkan dan
mengembangkan ICT (Information and Communication Technologies) sebagai
media pembelajaran dan sumber belajar yang efektif dan efisien untuk
mengoptimalkan kegiatan pembelajaran. Kita dapat merancang dan memanfaatkan
ICT, seperti internet, e-learning, e-book, m-learning, dll, kemudian memanfaatkan
media dan sumber belajar seperti media audio, TV/Video, media proyeksi, seperti
OHB, LCD, Slide Projector, dan media yang lainnya.
6. Mengelola Pengembangan Ekstrakuliker dan Korikuler
Kegiatan ekstrakulikuler adalah kegiatan pendidikan di luar mata pelajaran
dan pelayanan konseling untuk membantu pengembangan siswa sesuai dengan
kebutuhan, potensi, bakat, dan minat mereka melalui kegiatan yang secara khusus
diselenggarakan oleh pendidik dan atau tenaga kependidikan yang berkemampuan
dan berkwenangan di sekolah atau madrasah.
Kegiatan Kokurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran
intra kurikuler dan pada dasarnya bertujuan agar peserta didik lebih mendalami dan
menghayati materi pelajaran yang dipelajari dalam kegiatan intra kurikuler dapat
berupa antara lain mempelajari buku-buku tertentu, melakukan percobaan
sederhana, mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya.
Kegiatan Intrakurikuler adalah segala kegiatan proses belajar mengajar yang
dilakukan di sekolah sesuai dengan struktur program kurikulum yang berlaku untuk
menggapai tujuan minimal tiap pelajaran seperti Assembly (Pertunjukan Siswa),
Field Trip, Pengenalan Profesi, Kunjungan Mesjid, Peringatan Hari Besar Islam,
Manasik Haji, Pekan Ramadhan, Out Bound.
Keberhasilan suatu kurikulum akan optimal bila didukung oleh kegiatan
ekstrakulikuler dan kokurikuler yang dikelola secara efektif dan professional.
Kegiatan ini sering terabaikan karena pihak sekolah merasa bahwa kegiatan ini
bukan prioritas utama program sekolah. Padahal hasil kegiatan ini dapat lebih
mengoptimalkan kemampuan siswa dan dapat mengembangkan bakat dan mita yang
dimilikinya.
B. Perencanaan Kurikulum
1. Pengertian Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar
yang dimaksudkan untuk membina siswa kea rah perubahan tingkah laku yang
diinginkan dan menilai sampai mana perubahan-perubahan telah terjadi pada diri
siswa. Di dalam perencanaan kurikulum minimal ada lima hal yang memengaruhi
perencanaan dan pembuatan keputusan, yaitu filosopis, konten/materi, manajemen
pembelajaran, pelatihan guru, dan system pembelajaran. Perencanaan kurikulum
mencakup pengumpulan, pembentukan, sintesis menyeleksi informasi yang relevan
dan berbagai sumber. Kemudian informasi yang didapat digunakan untuk
mendesain pengalaman belajar sehingga siswa dapat memperoleh tujuan kurikulum
yang diharapkan.
Tujuan perencanaan kurikulum dikembangkan dalam bentuk kerangka teori
dan penelitian terhadap kekuatan social, pengembangan masyarakat, kebutuhan, dan
gaya belajar siswa. Beberapa keputusan harus dibuat ketika merencanakan
kurikulum dan keputusan tersebut harus mengarah pada spesifikasi berdasarkan
kriteria.
Perencanaan kurikulum sangat tergantung pada pengembangan kurikulum dan
tujuan kurikulum yang akan menjadi penghubung teori-teori pendidikan yang
digunakan. Perencanann kurikulum ini berfungsi sebagai pedoman atau alat
manajemen yang berisi petunjuk tentang jenis dan sumber individu yang diperlukan,
sumber biaya, tenaga, dan sarana yang diperlukan, system monitoring dan evaluasi,
peran unsur-unsur ketenagaan untuk mencapai tujuan manajemen lembaga
pendidikan. Di samping itu, perencanaan kurikulum juga berfungsi sebagai
pendorong untuk melaksanak system pendidikan sehingga mencapai hasil yang
optimal.
2. Perumusan Tujuan Kurikulum
a. Tujuan Kurikulum
Tujuan kurikulum di bagi menjadi empat yaitu:
1. Tujuan Pendidikan Nasional (TPN)
TPN adalah tujuan umum yang sarat dengan muatan filosofis.TPN
merupakan sasaran akhir yang harus di jadikan pedoman oleh setiap usaha
pendidikan artinya setiap lembaga dan penyelenggaraan itu,baik pendidikan
yang di selenggarakan oleh lembaga pendiddikan formal,informal maupun non
formal.tujuan pendidikan umum biasanya di rumuskan dalam bentuk perilaku
yang ideal sesuai dengan pandangan hidup dan filsafat suatu bangsa yang di
rumuskan oleh pmerintah dalam bentuk undang-undan.TPN merupakan sumber
dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan.
2. Tujuan Institusional (TI)
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap
lembaga pendidikan. Dengan kata lain tujuan ini dapat di definisikan sebagai
kualifikasi yang harus di miliki oleh setiap siswa setelah mereka menempuh
atau dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu.tujuan
institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang di
rumuskan dalam bentuk kompetisi lulusan setiap jenjang pendidikan. Seperti
misalnya Standar kompetensi pendidikan dasar, menengah, kejuruan dan
jenjang pendidikan tinggi.
Standar kompetensi lulusan pada satuan pendidikan menengah umum
bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak
mulia,serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan tinggi bertujuan
untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
berakhlak mulia,memiliki pengetahuan,keterampilan,kemandirian, dan sikap
untuk menemukan, mengembangkan, serta menerapkan ilmu,teknologi dan
seni,yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
3. Tujuan Kurikuler (TK)
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus di capai oleh setiap bidang
studi atau mata pelajaran.tujuan kurikuler dapat di definisikan sebagai
kualifikasi yang harus di miliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu
bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan.tujuan kurikuler juga
pada dasarnya merupakan tujuan untuk mencapai tujuan lembaga
pendidikan.dengan demikan, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung
dan di arahkan untuk mencapai tujuan konstisional.
Pada peraturan pemerintah No 19 tahun 2005 tntang Standar Nasional
pendidikan pasal 6 di nyatakan bahwa kurikulum untuk jenis pendidikan
umum, kejuruan,dan khusus pada jenjang pendidikan menengah terdiri atas:
a) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
b) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan keprinabian.
c) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
d) Kelompok mata pelajaran estetika.
e) Kelompok mata pelajaran jasmani,olahraga dan kesehatan.
4. Tujuan Pembelajaran atau Instruksional (TP)
Tujuan pembelajaran atau instruksional merupakan tujuan yang paling
khusus.tujuan pembelajaran adalah kemampuan atau keterampilan yang di
harapkan dapat di miliki oleh siswa setelah mereka melakukan proses
merupakan syarat mutlak bagi guru.
3. Landasan Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum pendidikan harus mengasimilasi dan mengorganisasi
informasi dan data secara intensif yang berhubungan dengan pengembangan program
lembaga atau sekolah. Informasi dan data yang menjadi area utama adalah sebagai
berikut.
a. Kekuatan Sosial
b. Perlakuan Pengetahuan
c. Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
4. Perumusan Isi Kurikulum
a. Pengertian Isi Kurikulum
John Dewey (1996) mengungkapkan bahwa isi kurikulum lebih dari
sekedar informasi yang dipelajari ketika dua kondisi muncul. Pertama, isi harus
memiliki hubungan dengan pertanyaan yang menjadi perhatian siswa. Kedua, isi
harus secara langsung masuk ke dalam tingkah laku sebagai upaya meningkatkan
makna dan kedalaman arti. Isi merupakan komponen yang penting dalam
konstruksi kurikulum.
b. Organisasi Isi Kurikulum
Organisasi isi kurikulum harus mempertimbangkan dua hal. Pertama,
berguna bagi siswa sebagai individu yang dididik dalam menjalani kehidupannya
dan kedua, isi kurikulum tersebut siap untuk dipelajari siswa. Isi dapat berbentuk
data, konsep, generalisasi, dan materi pelajaran sekolah secara rasional dan logis
diorganisasikan ke dalam struktur ilmu pengetahuan atau disiplin sebagai sumber
yang diyakini kebenarannya.
c. Ruang Lingkup Isi Kurikulum
Ruang lingkup dari isi kurikulum meliputi beberapa hal berikut.
1. Isi yang bersifat umum, berlaku untuk semua siswa yang berguna dalam proses
interaksi dan pengembangan tingkat berpikir, mengasah perasaan, dan berbagai
pendekatan untuk dapat saling memahami satu sama lain, yang menegaskan
posisi setiap siswa sebagai anggota dan hidup dalam lingkungan masyarakat.
2. Isi bersifat khusus, berlaku untuk program tertentu, siswa yang mempunyai
kebutuhan berbeda atau mempunyai kemampuan “istimewa” disbanding siswa
lainnya, yang membutuhkan perlakuan yang berbeda untuk dapat
mengaktualisasikan seluruh potensi yang dimilikinya.
d. Urutan Isi Kurikulum
Dilihat dari urutan mana yang harus ditampilkan dalam kurikulum, Zais
mengemukakan bahwa urutan dapat disajikan tergantung dari sudut pandang
seseorang terhadap struktur materi pelajaran yang akan disajikan atau teori
psikologis yang melandasi orang tersebut. Penyajian urutan materi dalam
kurikulum. Yaitu dari yang sederhana menuju hal yang lebih kompleks, pelajaran
prasyarat, secara keseluruhan, dan kronologis atau kejadian.
e. Kriteria Pemilihan Isi Kurikulum
Sebuah isi kurikulum dikatakan signifikan apabila menjadi dasar dalam
pembentukan perilaku individu dan secara logis menjadi dasar dalam berbagai
studi lapangan. Isi kurikulum dikatakan mempunyai kegunaan apabila mempunyai
pengaruh dalam aktivitas siswa dan dijadikan dasar studi empiris tentang cara
manusia pada umumnya bias hidup secara efektif dalam masyarakat.
Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih dan menetapkan isi kurikulum
adalah sebagai berikut.
1. Tingkat kematangan siswa, sesuai dengan tahap-tahap perkembangan dan
kematangan siswa.
2. Tingkat pengalaman anak
3. Taraf kesulitan materi, yaitu disusun dari yang kongret menuju yang abstrak,
dari yang mudah menuju ke yang susah, dan dari yang sederhana menuju ke
yang kompleks.
5. Model-Model Perencanaan/Desain Kurikulum
Desain adalah rancangan, pola, atau model. Mendesain kurikulum berarti menyusun
rancangan atau menyusun model kurikulum sesuai dengan misi dan visi sekolah.
Tugas dan peran seorang perancang kurikulum sama seperti seorang arsitek.
Sebelum ia menetukan baham dan cara mengonstruksi bangunan terlebih dahulu
seorang arsitek harus merancang model bangunan yang akan dibangun.
a. Jenis-Jenis Model Perencanaan/Desain Kurikulum
1. Model Desain Kurikulum Humanistik
Pendidikan humanistik merupakan model pendidikan yang
berorientasi dan memandang manusia sebagai manusia (humanisasi), yakni
makhluk ciptaan Tuhan dengan fitrahnya. Maka manusia sebagai makhluk
hidup, ia harus mampu melangsungkan, mempertahankan, dan
mengembangkan hidupnya. Maka posisi pendidikan dapat membangun
proses humanisasi, artinya menghargai hak-hak asasi manusia, seperti hak
untuk berlaku dan diperlakukan dengan adil, hak untuk menyuarakan
kebenaran, hak untuk berbuat kasih sayang, dan lain sebagainya.
Pendidikan humanistik, diharapkan dapat mengembalikan peran dan fungsi
manusia yaitu mengembalikan manusia kepada fitrahnya sebagai sebaik-baik
makhluk. Maka, manusia “yang manusiawi” yang dihasilkan oleh
pendidikan yang humanistik diharapkan dapat mengembangkan dan
membentuk manusia berpikir, berasa dan berkemauan dan bertindak sesuai
dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan yang dapat mengganti sifat
individualistik, egoistik, egosentrik dengan sifat kasih sayang kepada sesama
manusia, sifat menghormati dan dihormati, sifat ingin memberi dan
menerima, sifat saling menolong, sifat ingin mencari kesamaan, sifat
menghargai hak-hak asasi manusia, sifat menghargai perbedaan dan
sebagainya.
Kurikulum humanistik memiliki beberapa karakteristik yang tidak
lepas dari karakteristik pendidikan humanis, diantaranya adalah
a. Adanya hubungan yang harmonis antara guru dan siswa
b. Integralistik
c. Totalitas
d. Model Evaluasi
Ciri kurikulum humanistik Kurikulum konfluen memiliki beberapa
ciri utama yaitu:
a. Partisipasi
b. Integrasi
c. Relevansi
d. Pribadi anak
e. Tujuan
2. Model Desain Kurikulum Sistemik
Dalam model ini dikemukakan lima tahap dalam pengembangan
kurikulum, yaitu menetapkan arena atau lingkup wilayah yang akan
melakukan perubahan kurikulum, menetapkan personalia yang terlibat
dalam pengembangan kurikulum dan hal ini disarankan oleh Beauchamp
agar melibatkan seluas-luasnya para tokoh dimasyarakat, organisasi dan
prosedur pengembangan kurikulum, implementasi kurikulum, dan evaluasi
kurikulum.
Kurikulum model sistemik Beauchamp mengidentifikasi serangkaian
pembuatan keputusan penting dalam dunia pendidikan yang saat ini masih
terpakai dalam pengimplementasian rangkaian materi ajar. Ada beberapa
pemikiran Beaucham yang berpengaruh terhadap penerapan kurikulum,
diantaranya sebagai berikut:
1. Adanya arena rekayasa kurikulum. Untuk mengimplemntasikan
kurikulum pendidikan harus ada wadah yang tepat berupa wadah/lembaga
pendidikan guna bagaimana menerapkan, mengevaluasi dan merevisi
pengembangan rekayasa kurikulum tersebut. Dengan adanya arena
rekayasa kurikulum maka diharapkan mampu menunjukkan perbandingan
ketepatan-mana yang bisa terpakai dan mana yang memerlukan perbaikan
yang berlanjut.
2. Memilih dan melibatkan:
a. Spesialis
b. Guru kelas
c. Para profesional dalam sistem sekolah
d. Para profesional ditambah beberapa anggota masyarakat dari berbagai
lapisan yang diambil secara refresentatif
3. Implementasi kurikulum. Penerapan kurikulum merupakan reaksi
masukan dari berbagai elemen dan sesuai dengan perkembangan
pendidikan sehingga akan menghasilkan pengetahuan objektif dan
mampu/trampil meningkatkan tarap hidup masyarakat.
4. Evaluasi kurikulum. Dalam hal ini minimal memiliki empat dimensi:
a. Evaluasi terhadap kurikulum yang digunakan guru
b. Evaluasi desain kurikulum
c. Evaluasi lulusan
d. Evaluasi sistem kurikulum.
3. Model Desain Kurikulum Subjek Akademik
Kurikulum subjek akademis adalah model konsep kurikulum tertua
dan masih sering dipakai sampai saat ini, karena kurikulum ini cukup
praktis, mudah disusun, mudah digabungkan dengan tipe lainnya. Kurikulum
subjek akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme dan
esensialisme) yang berorientasi pada masa lalu. Kurikulum ini lebih
mengutamakan isi pendidikan. Pada kurikulum ini, orang yang berhasil
dalam belajar adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi
pendidikan yang diberikan atau disiapkan oleh guru.
Isi pendidikan disesuaikan dengan displin ilmu. Para pengembang
kurikulum tidak perlu menyusun dan mengembangkan bahan sendiri,
melainkan cukup mengorgansisasi secara sistematis mengenai isi materi
yang dikembangkan para ahli disiplin ilmu, sesuai dengan tujuan pendidikan
dan tahap perkembangan siswa yang akan mempelajarinya. Kurikulum ini
sangat mengutamakan pengetahuan maka pendidikannya lebih bersifat
intelektual.
Kurikulum subjek akademis tidak berarti hanya menekankan pada
materi yang disampaikan, dalam secara berangsur memperhatikan proses
belajar yang dilakukan siswa. Salah satu contoh kurikulum yang berdasarkan
atas struktur pengetahuan adalah Man: A Course of Study
(MACOS). MACOS adalah kurikulum untuk sekolah dasar, terdiri atas buku-
buku, film, poster, rekaman, permainan, dan perlengkapan kelas lainnya.
Kurikulum ini ditujukan untuk mengadakan penyempurnaan tentang
pengajaran ilmu sosial dan humanitas, dengan pengarahan dan bimbingan
Brunner. Sasaran utama kurikulum MACOS adalah perkembangan
kemampuan intelektual, yaitu membangkitkan penghargaan dan keyakinan
akan kemampuan sendiri dan memberikan serangkaian cara kerja yang
memungkinkan anak walaupun dengan cara sederhana mampu menganalisis
kehidupan sosial.
Ada 3 pendekatan dalam perkembangan kurikulum subjek akademis, yaitu:
1. Melanjutkan pendekatan struktur pengetahuan.
2. Studi yang bersifat integratif
3. Pendekatan yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah fundamentalis.
Ciri-ciri kurikulum subjek akademis yaitu sebagai berikut:
1. Bertujuan untuk pemberian ide pengetahuan yang solid serta melatih para
siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”.
2. Metode yang paling sering digunakan adalah metode ekspositori dan
inkuiri.
3. Materi/ide-ide diberikan oleh guru yang kemudian dielaborasi oleh siswa
sampai terkuasai, dengan proses sebagai berikut: konsep utama disusun
secara sistematis, kemudian dikaji, selanjutnya dicari berbagai masalah
penting, kemudian dirumuskan dan dicari cara pemecahannya.
Pola-pola organisasi isi (materi pelajaran) kurikulum subjek akademis
diantaranya sebagai berikut:
1. Correlated curriculum adalah pola organisasi materi atau konsep suatu
pelajaran yang dikorelasikan dengan pelajaran lainnya.
2. Unifyied atau Concentrated curriculum adalah pola organisasi bahan
pelajaran tersusun dalam tema-tema pelajaran tertentu, yang mencakup
materi dari berbagai pelajaran displin ilmu.
3. Integrated curriculum yaitu sama halnya dengan unifyied curriculum,
namun yang membedakan pada integrated curriculum tidak nampak lagi
displin ilmunya. Bahan ajar diintegrasikan dalam suatu persoalan, kegiatan
atau segi kehidupa tertentu.
4. Problem solving curriculum adalah pola organisasi isi yang berisi topik
pemecahan masalah sosial yang dihadapi dalam kehidupan dengan
menggunakan pengetahuan dan keterampilan yag diperoleh dari berbagai
displin ilmu.
Untuk evaluasi, kurikulum subjek akademis menggunakan bentuk
evaluasi yang bervariasi, namun lebih banyak digunakan bentuk uraian (essay)
dari pada tes objektif.
C. Organisasi Kurikulum
Organisasi kurikulum merupakan pola atau desain bahan kurikulum yang
tujuannya untuk mempermudah siswa dalam mempelajari bahan pelajaran serta
mempermudah siswa dalam kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif. Tujuan pendidikan yang dirumuskan dapat mempengaruhi pola
atau desain kurikulum karena tujuan tersebut dapat menentukan pola atau kerangka
untuk memilih, merencanaka, dan melaksanakan segala pengalaman dan kegiatan
disekolah.
Dalam penyusunan organisasi kurikulum ada sejumlah faktor yang harus
diperhatikan, yakni:
1. Ruang lingkup (Scope)
Merupakan keseluruhan materi pelajaran dan pengalaman yang harus dipelajari
siswa. Ruang lingkup bahan pelajaran sangat tergantung pada tujuan pendidikan
yang hendak dicapai.
2. Urutan bahan (Sequence)
Berhubungan dengan urutan penyusunan bahan pelajaran yang akan disampaikan
kepada siswa agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar.Urutan bahan
meliputi dua hal yaitu urutan isi bahan pelajaran dan urutan pengalaman belajar
yang memerlukan pengetahuan tentang perkembangan anak dalam menghadapi
pelajaran tertentu.
3. Kontinuitas
Berhubungan dengan kesinambungan bahan pelajaran tiap mata pelajaran, pada tiap
jenjang sekolah dan materi pelajaran yang terdapat dalam mata pelajaran yang
bersangkutan. Kontinuitas ini dapat bersifat kuantitatif dan kualitatif.
4. Keseimbangan
Adalah faktor yang berhubungan dengan bagaimana semua mata pelajaran itu
mendapat perhatian yang layak dalam komposisi kurikulum yang akan
diprogramkan pada siswa. Keseimbangan dalam kurikulum dapat ditinjau dari dua
segi yakni keseimbangan isi atau apa yang dipelajari, dan keseimbangan cara atau
proses belajar.
5. Integrasi atau keterpaduan
Berhubungan dengan bagaimana pengetahuan dan pengalaman yang diterima siswa
mampu memberi bekal dalam menjawab tantangan hidupnya, setelah siswa
menyelesaikan program pendidikan disekolah.
Struktur horizontal dalam organisasi kurikulum adalah suatu bentuk penyusunan
bahan pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. Hal ini berkaitan erat dengan
tujuan pendidikan, isi pelajaran, dan strategi pembelajarannya. Dalam kaitannya
dengan struktur horizontal ini terdapat tiga macam bentuk penyusunan kurikulum,
yaitu :
a. Separated Subject Curriculum (Kurikulum Berdasarkan Mata Pelajaran)
Kurikulum ini disebut demikian karena segala bahan pelajaran disajikan
dalam subject atau mata pelajaran yang terpisah-pisah.Sehingga banyak jenis mata
pelajaran menjadi sempit ruang lingkupnya. Jumlah mata pelajaran yang diberikan
cukup bervariasi bergantung pada tingkat dan jenis sekolah yang bersangkutan.
Dalam praktek penyampaian pengajarannya, tanggung jawab terletak pada masing-
masing guru atau pendidik yang menangani suatu mata pelajaran yang dipegangnya.
Kurikulum yang disusun dalam bentuk terpisah ini lebih bersifat subject
centered, berpusat ada bahan pelajaran daripada child centered yang berpusat pada
minat dan kebutuhan anak. Dari segi ini jelas kurikulum bentuk terpisah sangat
menekankan pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan
kepribadian anak secara keseluruhan.
Kurikulum ini sejak lama diterapkan pada sekolah-sekolah kita, sampai
dengan munculnya kurikulum tahun 1968 dan kurikulum tahun 1975. Kurikulum ini
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Terdiri atas sejumlah mata pelajaran yang terpisah satu sama lain, dan masing-
masing berdiri sendiri.
b. Tiap mata pelajaran seolah-olah tersimpan dalam kotak tersendiri dan diberikan
dalam waktu tertentu.
c. Hanya bertujuan pada penguasaan sejumlah ilmu pengetahuan dan mengabaikan
perkembangan aspek tingkah laku lainnya.
d. Tidak didasarkan pada kebutuhan, minat, dan masalah yang dihadapai para siswa.
e. Bentuk kurikulum yang tidak mempertimbangkan kebutuhan, masalah, dan
tututan dalam masyarakat yang senantiasa berubah dan berkembang.
f. Pendekatan metodologi mengajar yang digunakan adalah sistem penuangan
(imposisi) dan menciptakan perbedaan individual di kalangan para siswa
g. Guru berperan aktif, dengan pelaksaan sistem guru mata pelajaran dan
mengabaikan unsur belajar aktif di kalangan para siswa.
h. Para siswa sama sekali tidak dilibatkan dalam perencanaan kurikulum secara
kooperatif.
Ada beberapa keuntungan yang diperoleh dari kurikulum ini, antara lain:
a. Penyajian bahan pelajaran dapat disusun secara logis dan sistematis.
b. Organisasi kurikulum bentuk ini sangat sederhana dan tidak terlalu sulit untuk
direncanakan, serta mudah dilaksanakan.
c. Mudah dievaluasi dan dites.
d. Dapat digunakan dari tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
e. Pendidik atau guru sebagai pelaksana kurikulum dalam mempergunakannya lebih
mudah.
f. Tidak sulit untuk diadakan perubahan-perubahan.
Di samping adanya keuntungan kurikulum bentuk tersebut, ada juga beberapa
kelemahan dari bentuk separated subject curriculum, sebagai berikut:
a. Bentuk mata pelajaran yang terpisah dengan lainnya tidak relevan dengan
kenyataan dan tidak mendidik anak dalam menghadapi stuasi kehidupan mereka.
b. Tidak memperhatikan masalah sosial kemasyarakatan yang dihadapi peserta didik
secara faktual dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini disebabkan hanya
berpedoman pada apa yang tertera dalam buku atau teks.
c. Kurang memperhatikan faktor-faktor kejiwaan peserta didik.
d. Tujuan kurikulum ini sangat terbatas dan kurang memperhatikan pertumbuhan
jasmani, perkembangan emosional dan sosial peserta didik serta hanya
memusatkan pada perkembangan intelektual.
e. Kurikulum semacam ini kurang mengembangkan kemampuan berfikir, karena
mengutamakan penguasaan dan pengetahuan dengan cara hafalan.
f. Separated curriculum ini cenderung menjadi statis dan tidak bersifat inovatif.
b. Correlated Curriculum (Kurikulum Gabungan)
Correlated curriculum adalah bentuk kurikulum yang menunjukkan adanya
suatu hubungan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya, Tetapi
tetap memperhatikan karakteristik tiap mata pelajaran tersebut. Hubungan antar
mata pelajaran dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
· Pertama, insidental artinya secara kebetulan ada hubungan antar mata pelajaran
yang satu dengan mata pelajaran lainnya. Misalnya mata pelajaran IPA disinggung
tentang mata pelajaran geografi dan sebagainya.
· Kedua, menghubungkan secara lebih erat jika terdapat suatu pokok bahasan yang
dibicarakan dalam berbagai mata pelajaran. Misalnya masalah moral dan etika
dibicarakan dalam mata pelajaran agama.
· Ketiga, batas mata pelajaran disatukan dan difungsikan dengan menghilangkan
batasan masing-masing mata pelajaran. Penggabungan antara beberapa mata
peajaran menjadi satu disebut sebagai broad field. Misalnya mata pelajaran bahasa
merupakan peleburan dari mata pelajaran membaca, tata bahasa, menulis,
mengarang,menyimak dan pengetahuan bahasa.
Ciri-ciri kurikulum ini di antaranya adalah sebagai berikut :
a. Berbagai mata pelajaran di korelasikan satu dengan yang lainnya.
b. Sudah dimulai dengan adanya usaha untuk merelevansikan pelajaran dengan
permasalaham kehidupan sehari-hari, kendatipun tujuannya masih penguasaan
pengetahuan.
c. Sudah mulai mengusahakan penyesuaian pelajaran dengan minat dan kemapuan
para siswa, meski pelayanan terhadap perbedaan individual masih sangat terbatas.
d. Metode penyampaian menggunakan metode korelasi, meski masih banyak yang
menghadapi kesulitan.
e. Meski guru masih memegang peran penting, namun aktivitas siswa sudah mulai
dikembangkan.
Organisasi kurikulum yang disusun dalam bentuk correlated mempunyai
beberapa keunggulan dan kelemahan. Beberapa keunggulan yang dimaksud antara
lain:
1. Menunjukkan adanya integrasi pengetahuan kepada peserta didik, yang mana
dalam pelajaran disoroti dari berbagai bidang dan disiplin ilmu
2. Dapat menambah interes dan minat peserta didik terhadap adanya hubungan
antara berbagai mata pelajaran
3. Pengetahuan dan pemahaman peserta didik akan lebih mudah dalam dengan
penguraian dan penjelasan dari berbagai mata pelajaran
4. Adanya kemungkinan untuk menggunakan ilmu pengetahuan lebih fungsional
5. Lebih mengutamakan pada pemahaman dari prinsip-prinsip daripada pengetahuan
(knowledge) dan penguasaan fakta-fakta.
Selain itu, correlated curriculum mempunyai kelemahan, antara lain:
1. Bahan yang disajikan tidak berhubungan secara langsung dengan kebutuhan dan
minat peserta didik.
2. Pengetahuan yang diberikan tidak mendalam dan kurang sistematis pada
berbagai mata pelajaran.
3. Urutan penyusunan dan penyajian bahan tidak secara logis dan sistematis.
4. Kebanyakan di antara para pendidik atau guru kurang menguasai antar disiplin
ilmu, sehingga mengaburkan pemahaman peserta didik atau siswa.
Untuk mengurangi kelemahan dengan adanya keterpisahan diantara berbagai
mata pelajaran tersebut, diusahakanlah agar mata pelajaran tersebut disusun dalam
pola korelasi. Ada tiga jenis korelasi yang sifatnya bergantung dari jenis mata
pelajaran :
1. Korelasi factual
2. Korelasi deskriptif
3. Korelasi normative
c. Integrated Curriculum (Kurikulum Terpadu)
Dalam integrated curriculum mata pelajaran dipusatkan pada suatu masalah
atau unit tertentu. Dengan adanya kebulatan bahan pelajaran diharapkan dapat
terbentuk kebulatan pribadi peserta didik yang sesuai dengan lingkungan
masyarakatnya.Oleh karena itu, hal-hal yang diajarkan di sekolah harus disesuaikan
dengan situasi, masalah dan kebutuhan kehidupan di luar sekolah.
Ciri-ciri umum dari kurikulum terpadu ini adalah sebagai berikut :
a. Kurikulum terdiri atas suatu bidang pengajaran, yang di dalamnya terpadu
sejumlah mata pelajaran sejenis dan memiliki ciri-ciri yang sama.
b. Pelajaran bertitik tolak dari core subject, yang kemudian diuraikan menjadi
sejumlah pokok bahasan.
c. Berdasarkan tujuan kurikuler dan tujuan instruktusional yang telah digariskan.
d. Sistem penyampaian bersifat terpadu.
e. Guru berperan selaku guru bidang studi.
f. Minat, masalah, serta kebutuhan siwa dan masyarakat dipertimbangkan sebagai
dasar penyusunan kurikulum, walaupun masih dalam batas-batas tertentu.
g. Dikenalkan berbagai jenis bidang studi.
Adapun kelebihan dari integrated curriculum, yaitu:
a. Segala hal yang dipelajari dalam unit bertalian erat satu sama lain.
b. Sangat sesuai dengan perkembangan moderen tentang belajar mengajar yang
mendasarkan pada pengalaman, kematangan, dan minat anak.
c. Memungkinkan adanya hubungan antara sekolah dan masyarakat
d. Sesuai dengan ide demokrasi, dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir
sendiri, bekerja sendiri dan memikul tanggung jawab bersama serta bekerja sama
dalam kelompok.
Adapun kelemahan dari organisasi kurikulum ini adalah:
a. Organisasinya tidak logis dan kurang sistematis.
b. Pendidik atau guru pada ummumnya kurang dipersiapkan untuk menjalankan
kurikulum dalam bentuk ini.
c. Pelaksanaan kurikulum ini sangat memerlukan waktu dan dukungan peralatan
serta sarana dan prasarana yang cukup.
d. Tidak memiliki standar hasil belajar yang kelas.
D. Implementasi Kurikulum
Pengertian secara bahasa sebagaimana dalam Oxford Advance Leraner’s
Dictionary yang dikutip dalam Mulyasa Implementasi adalah penerapan suatu yang
memberikan efek atau dampak. Lebih lanjut disebutkan implementasi adalah proses
penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingg
memberiksn dampak baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan, ataupun nilai
dan sikap.
Maka implementasi kurikulum adalah penerapan, ide, konsep kurikulum
potensial (dalam bentuk dokumen kurikulum) kedalam kurikulum aktual dalam bentuk
proses pembelajaraan. Kemampuan-kemampuan yang harus dikuasai guru dalam
mengimplementasikan kurikulum adalah sebagai berikut.
1. Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum.
2. Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan
yang lebih spesifik.
3. Kemempuan untuk menerjemahkan tujuan khusus kepada kegiatan pembelajaran.
Dalam implementasi kurikulum terdapat model-model implementasi
kurikulum, yakni sebagai berikut.
1. The Concerns Based Adaptation Model (CBAM)
Inti dari model ini adalah menggambarkan, mengidentifikasi beberapa tingkat
perhatian atau kepedulian guru tentang suatu inovasi dan bagaimana guru
menggunakan inovasi di dalam kelas. Model ini merupakan hasil riset
implementasiinovasi di sekolah dan perguruan tinggi, yang diselenggarkan oleh
Universitas Pusat Penelitian dan Pengembangan Texas. CBAM mengemukakan
dua deminsi untuk menguraikan perubahan yaitu :
- Stage of Concern about the Inovation (SoC), dengan menguraikan perasaan
guru dalam proses perubahan,
- Level of Use the Inovation (LoU) dengan menguraikan performen guru dalam
menggunakan sebuah program baru. Model ini dikembangkan oleh Hall dan
Louck (1978).
2. Model Leithwood
Model ini memfokuskan pada guru. Asumsi yang mendasari model ini adalah
setiap guru mempunyai kesiapan yang berbeda, implementasi merupakan proses
timbal balik serta pertumbuhan dan perkembangan dimungkinkan adanya tahap-
tahap individu untuk identifikasi. Inti dari model ini membolehkan para guru dan
pengembang kurikulum mengembangkan profil yang merupakan hambatan untuk
perubahan dan bagaimana para guru dapat mengatasi hambatan tersebut.
3. Model TORI
Model ini dimaksudkan untuk menggugah masyarakat dalam mengadakan
perubahan. Dengan model ini diharapkan adanya minat dalam diri guru untuk
memanfaatkan perubahan. Esensi dari model TORI adalah (1) trusting,
menumbuhkan kepercayaan diri (2) opening, menumbuhkan dan membuka
keinginan (3) realizing, mewujudkan, dalam arti setiap orang bebas berbuat dan
mewujudkan keinginannya untuk perbaikan (4) interdepending, saling
ketergantungan dengan lingkugan. Inti dari model ini memfokuskan pada
perubahan personal dan perubahan sosial.
Sementara itu, Zais mengemukakan delapan model pengembangan kurikulum, yaitu:
1. Model Administratif
2. Model Grass-Roots
3. Model Demonstrasi
4. Model Bauchamp
5. Model Taba
6. Model Regers
7. Model Penelitian Tindakan Sistematik
8. Model Berdasarkan Teknik yang Sedang Berkembang
E. Evaluasi Kurikulum
Dari pengertian evaluasi dan kurikulum di atas maka penulis menyimpulkan bahwa
pengertian evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat,
kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi
kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid
dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah
dijalankan.
Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-
masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam
kurikulum tersebut.Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan
penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik,
menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan
penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan,
menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum
apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas
dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji
teori atau membuat teori baru.
Fokus evaluasi kurikulum dapat dilakukan pada outcome dari kurikulum tersebut
(outcomes based evaluation) dan juga dapat pada komponen kurikulum tersebut (intrinsic
evaluation). Outcomes based evaluation merupakan fokus evaluasi kurikulum yang paling
sering dilakukan. Pertanyaan yang muncul pada jenis evaluasi ini adalah “apakah
kurikulum telah mencapai tujuan yang harus dicapainya?” dan “bagaimanakah pengaruh
kurikulum terhadap suatu pencapaian yang diinginkan?”. Sedangkan fokus
evaluasi intrinsic evaluation seperti evaluasi sarana prasarana penunjang kurikulum,
evaluasi sumber daya manusia untuk menunjang kurikulum dan karakteristik mahasiswa
yang menjalankan kurikulum tersebut.
Evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan
pendidikan yang ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan.
1. Untuk perbaikan program
Bersifat konstruktif, karena informasi hasil evaluasi dijadikan input bagi perbaikan yang
diperlukan di dalam program kurikulum yang sedang dikembangkan.
2. Pertanggungjawaban kepada berbagai pihak
Diperlukan semacam pertanggungjawaban dari pihak pengembang kurikulum kepada
berbagai pihak yang berkepentingan. Pihak tersebut baik yang mensponsori kegiatan
pengembangan kurikulum maupun pihak yang akan menjadi konsumen dari kurikulum
yang telah dikembangkan. Tujuan yang kedua ini tidak dipandang sebagai suatu
kebutuhan dari dalam melainkan lebih merupakan suatu ‘keharusan’ dari luar.
3. Penentuan tindak lanjut hasil pengembangan
Tindak lanjut hasil pengembangan kurikulum dapat berbentuk jawaban atas dua
kemungkinan pertanyaan: pertama, apakah kurikulum baru tersebut akan atau tidak
akan disebar luaskan ke dalam sistem yang ada? Kedua, dalam kondisi yg bagaimana
dan dengan cara yang bagaimana pula kurikulum baru tersebut akan disebarluaskan ke
dalam sistem yang ada? Dan untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam
menjawab pertanyaan diperlukan kegiatan evaluasi kurikulum.
F. Model untuk Evaluasi
1. Model Konsensus ( Tradisional dan Teknik Evaluasi)
a. Keputusan dan Teknik Evaluasi
Evaluasi terdiri atas dua kelompok, yaitu evaluasi formatif dan sumatif. Evaluasi
formatif digunakan memperbaiki program sedangkan evaluasi sumatif digunakan
untuk memutuskan program dan bahan ajar mana yang paling baik. Evaluasi formatif
tidak meminta semua siswa untuk menjawab pertanyaan yang sama. Sebaikya, berapa
pun banyaknya pertanyaan pertanyaan yang memungkinkan untuk diberikan
hendaklah berbeda-beda. Evaluasi sumatif mimiliki beberapa tujuan. Salah satu
tujuannya dipilih dari beberapa program kurikulum atau rancangan yang mesti
dilanjutkan dan belum berubah.
b. Tujuan Evaluasi Tradisional
Salah satu tujuan evaluasi adalah untuk memutuskan nilai dalam
pembelajaran. Rancangan dari rentetan waktu yang terbuang sangat penting untuk
tujuan ini. Tujuan yang lain adalah untuk memutuskan lamanya jangka waktu
kebaikan nilai yang ditawarkan kurikulum.
c. Evaluasi adalah Sebuah Rancangan Kurikulum
Sistematika evaluasi merupakan rancangan kurikulum dengan menilai kebaikan
tujuan, kualitas rencana, perluasan rencana yang dapat digunakan, hasil yang dicapai.
2. Model Pluralistik (Humanistik dan Evaluasi Pembangunan Sosial)
Model evaluasi dalam pluralistik memusatkan pada kemanusiaan dan
pembangunan sosial yang telah memiliki pengaruh yang kuat. Model evaluasi
pluralistik cenderung digunakan hanya ketika penelitian kurang menarik untuk
alasan yang baik , biaya, atau pelaksanaannya. Model ini digunakan dengan
kurikulum tambahan dan disamakan dengan rancangan ragam kebudayaan, dan
alternatif suatu sekolah. Model pluralistik juga sebagai suplemen dalam rancangan
eksperimental.
G. Model Evaluasi Kurikulum
Menurut R. Ibrahim model evaluasi kurikulum secara garis besar digolongkan ke
dalam empat rumpun model, yaitu sebagai berikut.
a. Measurement
Konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat berarti dalam penekanannya
terhadap penringnya objektivitas dalam proses evaluasi. Aspek obyektifitas yang
ditekankan dalam konsep ini dijadikan landasan yang terus menerus dalam rangka
mengembangkan konsep dan evaluasi kurikulum. Pendekatan yang digunakan dalam
berbagai kegiatan pendidikan seperti seleksi dan klasifikasi siswa, pemberian nilai di
sekolah, dan kegiatan penelitian pendidikan.Kelemahan dari konsep ini terletak pada
penekanannya yang berlebih-lebihan pada aspek pengukuran dalam kegiatan evaluasi
pendidikan. “Measurement is not evaluation, but it can provide useful data for
evaluation”.
Sebagai konsekuensi dari penekanan yang berlebih-lebihan terhadap aspek
pengukuran, evaluasi cenderung dibatasi pada dimensi tertentu dari program
pendidikan yang dapat diukur, terutama hasil belajar yang bersifat kognitif tersebut
bukanlah satu-satunya indikator keberhasilan suatu kurikulum. Sebagai suatu wahana
untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan kurikulum diharapkam mampu
mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki siswa. Selain itu, peranan evaluasi
yang diharapkan mampu memberikan input bagi penyempurnaan program dalam setiap
tahap menjadi kurang dapat terpenuhi dengan dibatasinya evaluasi pada pengukuran
hasil belajar saja apalagi hanya ditekankan pada bidang kognitif.
b. Congruence
Konsep ini telah memperlihatkan adanya “high degree of integration with the
instructional process”. Dengan mengkaji efektivitas kurikulum dalam mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan. Hasil evaluasi yang diperoleh tidak bersifat relatif karena
selalu dihubungkan dengan tujuan yang hendak dicapai sebagai kriteria perbandingan.
Kelemahan dari konsep ini terletak pada ruang lingkup evaluasinya. Sekalipun
tujuan evaluasi diarahkan pada kepentingan penyempurnaan program kurikulum, tapi
konsep ini tidak menjadikan input dan proses pelaksanaan sebagai obyek langsung
evaluasi dan yang dijadikan perhatian adalah hubungan antara tujuan dan hasil belajar.
Pelaksanaan evaluasi dari konsep ini terjadi pada saat kurikulum sudah selesai
dilaksanakan, dengan jalan membandingkan antara hasil pretest dan pratest.
Akibatnya, informasi yang dihasilkan hanya dapat menjawab pertanyaan tentang
tujuan-tujuan mana yang telah dan yang belum dapat tercapai. Pendekatan yang
digunakan oleh konsep ini menghasilkan suatu teknik evaluasi yang sifatnya
terminal/postfacto. Pendekatan seperti ini dapat membantu untuk menentukan bagian-
bagian mana dari program yang masih lemah, tapi kurang membantu di dalam mencari
jawaban tentang segi-segi apanya yang masih lemah dan kemungkinan mengatasi
kelemahan tersebut. Konsep ini telah memberikan sumbangan yang sangat besar bagi
perkembangan konsep evaluasi kurikulum, khususnya dalam usaha :
1. Menghubungkan hasil belajar dengan tujuan tujuan pendidikan sebagai kriteria
perbandingan.
2. Memperkenalkan sistem pengolahan hasil evaluasi secara bagian demi bagian, yang
ternyata lebih relevan dengan kebutuhan pengembangan kurikulum.
c. Illumination
Sebagai reaksi terhadap konsep measurement dan congruence yang bersifat
‘terminal’, konsep illumination menekankan pentingnya dilakukan evaluasi yang
berkelajutan selama proses pelaksanaan kurikulum sedang berlangsung. Gagasan yang
terkandung dalam konsep ini penting karena pihak pengembang kurikulum akan
memperoleh informasi yang cukup terintegrasi sebagai dasar untuk mengoreksi dan
menyempurnakan kurikulum yang sedang berlangsung.
Kelemahan konsep ini terletak pada teknis pelaksanaannya. Pertama, kegiatan
evaluasi tidak didahului adanya perumusan kriteria yang jelas sebagai dasar bagi
pelaksana dan penyimpulan hasil evaluasi yang mengakibatkan sejumlah segi-segi
yang penting kurang mendapatkan perhatian, karena evaluator hanyut di dalam
mengamati segi-segi tertentu yang menarik perhatiannya. Kedua, obyektivitas dari
evaluasi yang dilakukan perlu dipersoalkan, persoalan inilah yang justru dipandang
sebagai salah satu kelemahan konsep ini. Disamping konsep ini lebih menitikberatkan
penggunaan judgement dalam proses evaluasi, terdapat pula kecenderungan untuk
menggunakan alat evaluasi yang ‘terbuka’ dalam arti kurang spesifik/berstruktur.
Evaluasi yang diajukan oleh kosep ini lebih berorientasi pada proses dan hasil yang
dicapai oleh kurikulum yang bersangkutan.
d. Educational System Evaluation
Konsep ini memperlihatkan banyak segi-segi yang positif untuk kepentingan
proses pengembangan kurikulum. Ditekankannya peranan kriteria (absolut maupun
relatif) dalam proses evaluasi sangat penting dalam memberikan ciri-ciri khas bagi
kegiatan evaluasi. Sehubungan dengan ruang lingkup evaluasi, konsep ini
mengemukakan perlunya evaluasi itu dilakukan terhadap berbagai dimensi program,
tidak hanya hasil yang dicapai tapi juga input dan proses tahap demi tahap.
Kelemahan dalam konsep ini adalah mngenai pandangannya tentang evaluasi untuk
menyimpulkan kebaikan program secara menyeluruh. Ada dua persoalan yang perlu
mendapatkan penegasan dari konsep ini, pertama menyangkut segi teknis berkenaan
dengan prosedur yang ditempuh dalam membandingakan hasil kurikulum yang baru
dan yang ada. Persoalan yang kedua menyangkut segi strategis yaitu persoalan nasib
dari kurikulum yang baru tersebut bila hasil perbandingan menunjukan perbedaan yang
tidak berarti.
2.4 Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Pelaksanaan Kurikulum
A. Memanfaatkan Sumber Belajar
Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang
dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara
terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam
mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Fungsi sumber belajar
meningkatkan produktivitas pembelajaran, memberikan kemungkinan pembelajaran
yang sifatnya lebih individual, memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap
pembelajaran, lebih memantapkan pembelajaran, memungkinkan belajar secara
seketika, memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas.
Secara garis besarnya, terdapat dua jenis sumber belajar yaitu:
1. Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber
belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen
sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat
formal.
2. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu
sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan
keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran 1
Dari kedua macam sumber belajar, sumber-sumber belajar dapat berbentuk pesan,
orang, bahan, alat/perlengkapan, pendekatan/metode/ teknik, lingkungan
B. Manajemen Sekolah
Manajemen sekolah harus difahami sebagai usaha menumbuh kembangkan
kekuatan dan potensi sumber daya sekolah untuk mengeksploitasi peluang yang
muncul sehingga mencapai tujuan pendidikan yang bermutu.
Setiap sekolah melaksanakan manajemen peningkatan mutu dengan langkah –
langkah:
1. Merumuskan visi, misi, tujuan dan target peningkatan mutu secara berkelanjutan
2. Menyusun perencanaan sekolah meggunakan model perencanaan strategic
3. Melaksanakan program sekolah sesuai formulasi perencanaan
4. Melakukan evaluasi secara terus menerus terhadap program kerja yang dilaksanakan
untuk mengetahui tingkat efisiensi dan efektifitas serta kualitas penyelenggaraan
program sekolah
5. Menyusun laporan kemajuan sekolah dan melaporkannya kepada orang tua siswa
6. Merumuskan program baru sebagai hasil evaluasi program sekolah dan kelanjutan
dari program yang telah dilaksanakan menggunakan perencanaan strategic sekolah.
C. Strategi Model Pembelajaran
Strategi mengajar (pengajaran) adalah “taktik” yang digunakan guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar (pengajaran) agar dapat mempengaruhi para
siswa (peserta didik) mencapai tujuan pengajaran secara lebih efektif dan
efisien.Strategi mengajar/pengajaran ada pada pelaksanaan, sebagai tindakan nyata
atau perbuatan guru itu sendiri pada saat mengajar berdasarkan pada rambu-rambu
dalam satuan pelajaran. Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan
bahwa strategi pembelajaran harus mengandung penjelasan tentang metode/prosedur
dan teknik yang digunakan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan kata
lain, strategi pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas daripada metode dan
teknik. Artinya, metode/prosedur dan teknik pembelajaran merupakan bagian dari
strategi pembelajaran. Dari metode, teknik pembelajaran diturunkan secara aplikatif,
nyata, dan praktis di kelas saat pembelajaran berlangsung.
Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal
sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dalam model
pembelajaran terdapat strategi pencapaian kompetensi siswa dengan pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
Beberapa model pembelajaran yang dapat kami bahas di sini di antaranya:
1. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa
disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan
belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber
belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang
berupa hapalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang
memungkinkan peserta didik belajar.
2. Bermain Peran (Role Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan
pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan
antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan
peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan
kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadianMelalui bermain
peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia
dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama
para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai,
dan berbagai strategi pemecahan masalah.
3. Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan
model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
4. Belajar Tuntas (Mastery Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta
didik mampu belajar dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap
seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar
secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis.
Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan,
terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan
memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang
telah ditetapkan.
5. Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan
tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan
oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru. Pada
umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen,
diantaranya: (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar
kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. Tugas utama guru
dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur proses
belajar, antara lain: (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; (2)
membantu peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau
pelaksanaan tugas; (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.
6. Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu
(benda, manusia atau peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga
mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.
D. Kualitas dan Kinerja Guru
Menjadi guru kreatif, menggairahkan dan disenangi peserta didik merupakan
kebanggaan bagi pendidik sejati. Tetapi bagaimana caranya masih banyak yang
menghadapi kesulitan. Dua hal kegiatan guru di kelas, yakni mengajar dan mengelola
kelas. Sering dijumpai bahwa guru lema dalam mengelola kelasnya, sehingga
pembelaajran tidak berhasil maksimal.seorang guru dituntut untuk lebih kreatif dan
mengembangkan materuinya. Pengembangan profesionalisme guru secara aktif dan
terintegrasi akan melahirkan sosok guru yang kreatif dan inovatif, guru demikian akan
menjadi motivator yang handal bagi pengembangan karakter siswa, menjadi sosok
yang dapat digugu dan ditiru (teladan).
Guru adalah merupakan faktor penentu kualitas hasil pendidikan. Guru yang
tidak berkualitas dianggap sulit bisa melahirkan lulusan yang hebat. Apalagi,
keberadaan guru tidak bisa digantikan oleh faktor lain. Sehingga untuk meningkatkan
mutu pendidikan, upaya-upaya peningkatan kualitas guru harus selalu dilakukan
secara terus menerus tanpa henti. Posisi guru yang sedemikian strategis itu, maka di
akhir-akhir ini, maka mereka mendapatkan perhatian serius. Sebagai bagian
peningkatan kualitas itu, guru disertifikasi. Kenyataan bahwa sertifikasi dan juga
peningkatan kesejahteraan guru lewat tunjangan profesi tidak serta merta berhasil
meningkatkan kompetensi guru. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan selalu
tidak sederhana. Selain itu untuk menentukan kualitas guru juga tidak semudah yang
dibayangkan. Bekal guru tidak saja berupa pengetahuan dan ketrampilan mengajar,
melainkan juga ada faktor lain seperti misalnya etos, integritas, tanggung jawab,
kecintaan terhadap profesi, dan masih banyak lagi.
E. Monitoring Pelaksanaan Kurikulum
1. Pengertian Pemantauan (Monitoring)
Kegiatan monitoring terhadap pelaksanaan kurikulum pada dasarnya
dimaksudkan untuk mengetahui sampai di mana kurikulum baru itu telah dilaksanakan
di sekolah-sekolah dan persoalan-persoalan apa ang dirasakan di dalam melaksanakan
kurikulum tersebut. Dengan kata lain, kegiatan monitoring ini sebenarnya merupakan
kegiatan mengikuti jalannya pelaksanaan kurikulum di sekolah pada tahun-tahun
permulaan ditetapkannya kurikulum tersebut.
Sasaran di dalam kegiatan monitoring ini lebih dipusatkan pada pemantauan
terhadap kelancaran proses pelaksanaan kurikulum serta sarana yang diperlukan di
dalam kegiatan pelaksanaan tersebut. Segi hasil belajar murid tidak menjaadi sasaran
utama di dalam kegiatan monitoring ini.
Untuk mengumpulkan keterangan di dalam pelaksanaan monitoring tersebut
dapat digunakan wawancara, observasi maupun angket untuk para pelaksana.
Monitoring dilakukan pada tahun-tahun permulaan dilaksanakanna kurikulum baru di
sekolah-sekolah, dimana kegiatan ini dilakukan oleh pihak pengembang kurikulum
untuk mengambil tindakan guna memperlancar penyebaran dan pelaksanaan
kurikulum di sekolah-sekolah.
2. Cara Pelaksanaan Monitoring.
Cara pelaksanaan pemantauan (monitoring) terhadap kurikulum dapat dilakukan
melalui dua cara yaitu cara langsung dan tidak langsung. Kedua cara tersebut
dilakukan dengan seperangkat kegiatan monitoring yang sama yaitu kegiatan ang
berkaitan dengan mengumpulkan, mencatat, mengolah informasi dan pelaksanaan
suatu proyek; kemudian dituangkan dalam suatu laporan monitoring. Jenis
monitoring :
a. Pemantaun Langsung
Pengertian pemantauan langsung adalah pemantauan yang dilakukan dengan
cara mengunjungi lokasi proyek. Dengan cara demikian petugas monitoring dapat
secara bebas mengumpulkan informasi ang diperlukan.
b. Pemantauan Tidak Langsung.
Cara ini menghendaki petugas monitoring tidak perlu terjun langsung ke
lokasi; tetapi penggalian data dilakukan dengan cara mengirim seperangkat daftar
isian untuk diisi oleh orang lain di lokasi penelitian. Cara tidak langsung ini juga
dapat dilakukan dengan mengumpulkan data melalui laporan-laporan yang dibuat
pimpinan pemantau.
2.5 Mengembangkan Kurikulum Muatan Lokal
Muatan lokal, sebagaimana dimaksud dalam Penjelasan Atas Undang-undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, merupakan bahan kajian yang
dimaksudkan untuk membentuk pemahaman peserta didik terhadap potensi di daerah
tempattinggalnya.
Dalam Pasal 77 N Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional dinyatakan
bahwa (1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan berisi muatan dan proses
pembelajaran tentang potensi dan keunikan lokal; (2) Muatan lokal dikembangkan dan
dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Muatan lokal sebagai bahan kajian yang membentuk pemahaman terhadap potensi di
daerah tempat tinggalnya bermanfaat untuk memberikan bekal sikap, pengetahuan, dan
keterampilan kepada peserta didik agar:
1. Mengenal dan menjadi lebih akrab dengan lingkungan alam, sosial, dan budayanya;
2. Memiliki bekal kemampuan dan keterampilan serta pengetahuan mengenai
daerahnya yang berguna bagi dirinya maupun lingkungan masyarakat pada
umumnya; dan
3. Memiliki sikap dan perilaku yang selaras dengan nilai-nilai/aturan-aturan yang
berlaku di daerahnya, serta melestarikan dan mengembangkan nilai-nilai luhur budaya
setempat dalam rangka menunjang pembangunan nasional.
Jenis muatan lokal meliputi empat rumpun muatan lokal yang merupakan
persinggungan antara budaya lokal (dimensi sosio-budaya-politik), kewirausahaan, pra-
vokasional (dimensi ekonomi), pendidikan lingkungan, dan kekhususan lokal lainnya
(dimensi fisik).
1. Budaya lokal mencakup pandangan-pandangan yang mendasar, nilai-nilai sosial,
dan artifak-artifak (material dan perilaku) yang luhur yang bersifat lokal.
2. Kewirausahaan dan pra-vokasional adalah muatan lokal yang mencakup pendidikan
yang tertuju pada pengembangan potensi jiwa usaha dan kecakapannya.
3. Pendidikan lingkungan & kekhususan lokal lainnya adalah mata pelajaran muatan
lokal yang bertujuan untuk mengenal lingkungan lebih baik, mengembangkan
kepedulian terhadap lingkungan, dan mengembangkan potensi lingkungan.
4. Perpaduan antara budaya lokal, kewirausahaan, pra-vokasional, lingkungan hidup, dan
kekhususan lokal lainnya yang dapat menumbuhkan suatu kecakapan hidup.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif, komprehensif, sistemik, dan sistematik dalam rangka mewujudkan
ketercapaian tujuan kurikulum.
3.2 Saran
Diakhir penulisan makalah ini, penulis berkeinginan menyampaikan beberapa saran baik
itu untuk universitas maupun untuk semua yang membaca makalah ini khususnya semua
mahasiswa.
1. Dosen sebagai motivator langsung bagi mahasiswa hendaknya senantiasa
bersemangat dan bersabar serta berkomitmen dalam menjalankan tugasnya mendidik
semua mahasiswa agar dapat menjadikan mahasiswa sebagai generasi penerus
bangsa yang sehat dan cerdas.
2. Kepada semua mahasiswa untuk selalu menambah wawasannya. Pengertian, prinsip,
dan perkembangan manajemen kurikulum hendaknya dipahami oleh para pendidik
dan diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan
akan benar-benar dapat dicapai. Dengan memahami konsep manajemen kurikulum,
pendidikan yang berkembang di bangsa kita niscaya akan menghasilkan output-output
yang berkualitas yang mampu membentuk manusia Indonesia seutuhnya. Bahkan ada
pepatah yang mengatakan bahwa dengan membaca kita akan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan.
REFERENSI
Amanah, Isokah. 2013. Model-Model Pengembangan Kurikulum (online),
(http://isookamanah.blogspot.com/2013/03/bdp-group-task-model-model-
pengembangan.html, diakses 27 September 2014).
Aswel. 2011. Evaluasi Kurikulum (online),
(http://sataaswelputra.blogspot.com/2011/02/evaluasi-kurikulum.html, diakses 27
September 2014)
Citra, Aulia. 2011. Macam-Macam Model Konsep Kurikulum (online),
(http://auliagustina.blogspot.com/2011/03/macam-macam-model-konsep-
kurikulum.html, diakses 27 September 2014)
Damanik, Ramahadin. 2009. Kurikulum Humanistik (online),
(http://ramahadindamanik.blogspot.com/2009/12/kurikulum-humanistik.html, diakses
27 September 2014).
Faujiah. 2012. Makalah Evaluasi Kurikulum (online), (http://faujiahganbaru-
faujiahganbaru.blogspot.com/2012/03/makalah-evaluasi-kurikulum_15.html diakses
27 September 2014)
Kartiana, Aprilia. 2013. Sumber Daya Pendukung Keberhasilan Implementasi Kurikulum
(online), (http://apriliakartiana.blogspot.com/2013/05/sumber-daya-pendukung-
keberhasilan_6.html, diakses 30 September 2014)
Kemendikbud. 2014. Konsepsi Implementasi dan Peran Kepala Sekolah. Ikatan Sarjana
Pendidikan Indonesia, (online). (http://www.ispi.or.id/2014/03/23/kurikulum-2013-
konsepsi-implementasi-dan-peran-kepala-sekolah/, diakses 30 September 2014)
Rusman. 2011. Manajemen Kurikulum. Jakarta: Rajawali Press.
Wisudita, Cokro. 2014. Muatan Lokal dan Ekstrakulikuler dalam Kurikulum 2013 (online),
(http://cokrowisudita.blogspot.com/2014/01/muatan-lokal-dan-ekstrakurikuler-
dalam.html, diakses 30 September 2014)