manajemen konflik pada individu pernikahan beda … · subyek memiliki cara dalam manajemen ......
TRANSCRIPT
i
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA
(Studi Kasus)
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Disusun Oleh:
Marsilia Malavia
NIM: 121114025
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
SKRIPSI
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA
Oleh:
Marsilia Malavia
NIM: 121114025
Telah disetujui oleh:
Pembimbing
Tanggal, 16 Agustus 2016
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
SKRIPSI
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA AGAMA
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Tekun, sabar, dan waspada
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
Tuhan Yesus
Orang tuaku tercinta
Program Studi Bimbingan dan Konseling USD
Orang-orang yang ku cinta
Teman-teman BK Angkatan 2012
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tuliskan ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya suatu karya ilmiah.
Yogyakarta,16 Agustus 2016
Penulis
Marsilia Malavia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI HASIL ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswi Universitas Sanata Dharma:
Nama : Marsilia Malavia
NIM : 121114025
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA
AGAMA
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas,
dan mempublikasikan di internet maupun media lain untuk kepentingan
akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty
kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta,16 Agustus 2016
Yang menyatakan
Marsilia Malavia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAK
MANAJEMEN KONFLIK PADA INDIVIDU PERNIKAHAN BEDA
AGAMA
Marsilia Malavia
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2016
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konflik yang terjadi dalam
pernikahan beda agama, mengetahui cara manajemen konflik yang dilakukan pada
tiga subyek pada pernikahan beda agama, sehingga dalam pernikahan beda agama
tetap utuh mempertahankan pernikahannya.
Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif dengan metode studi kasus.
Instrumen penelitian berupa pedoman wawancara dan observasi dengan
melibatkan tiga subyek (salah satu pasang) pernikahan beda agama dengan latar
belakang agama Katolik dan Islam.
Hasil penelitian menemukan adanya konflik yang terjadi dalam pernikahan
beda agama meliputi: penentuan agama anak, pemilihan sekolah anak, di tempati
untuk doa lingkungan, memaksakan agama anak, dan relasi dengan keluarga dan
lingkungan. Adanya konflik yang terjadi di dalam pernikahan, ternyata ketiga
subyek memiliki cara dalam manajemen konflik yakni Subyek pertama lebih
cenderung menggunakan cara: (menarik diri, menyerah, negosiasi, dan
akomodasi), sedangkan subyek kedua dan ketiga lebih menggunakan cara:
(kompromi, negosiasi, akomodasi, collaboration, menarik diri, dan selalu dalam
bentuk tatap muka).
Kata kunci: manajemen konflik, konflik, pernikahan beda agama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRACT
INDIVIDUAL CONFLICT MANAGEMENT IN DIFFERENT RELIGIOUS
WEDDING
Marsilia Malavia
Sanata Dharma University
2016
This research goals are to determine conflicts that occurred in a different
religion, marriage, to determine the conflict management in three marriage subjects,
thus in sunch marriage case the subjects are able to maintain their marriage.
This research can be classified as qualitative research with case studies method.
The research instrumentations are interview guidelines and observation with three
subjects (one pair couple) of different religion marriage case, and for this research is
between Catholic and Moslem.
The reaearch found the existence of a conflict in marriage is different religions
include: determination of the child's religion, the election of school children, in
prayer to inhabit the environment, imposing religion, and relations with family and
the environment. The existence of a conflict that goes on in a marriage, it turns out
that these three subjects have a way in conflict management i.e. Subjects are more
likely to use the first way: (withdraw, surrender, negotiations, and accommodation),
while the second and third subject more using way: (compromise, negotiation,
accommodation, collaboration, withdrew, and always in the form of face-to-face).
Key words: conflict, conflict management, different religious wedding
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
Pertolongan, hikmat, dan penyertaan-Nya dalam persiapan, pelaksanaan, serta
penyelesaian laporan penelitian dalam bentuk skripsi ini.
Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan dari Program Studi Bimbingan dan Konseling,
Jurusan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Disadari bahwa penyelesaian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan
dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, diucapkan terimakasih yang tulus
kepada:
1. Rohandi, Ph.D. sebagai Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma
2. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan
Konseling Universitas Sanata Dharma.
3. Dra. M.J. Retno Priyani, M.Si., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar
dan tulus telah memberikan waktu, motivasi, masukan, dan banyak
pembelajaran berharga sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membekali dengan berbagai ilmu
pengetahuan yang berguna dalam penulisan skripsi ini.
5. Mahasiswa prodi BK angkatan 2012, atas masukan, motivasi untuk
menyelesaikan skripsi ini.
6. Orang tuaku tercinta Bapak Petrus Waspodo dan Ibu Yuliana Sriwikanti dan
Yulia Kasih Lestari, adik serta keluarga besar, atas doa, dukungan, perhatian,
kasih sayang, dan biaya yang diberikan selama menempuh studi di Universitas
Sanata Dharma.
7. Sahabat-sahabatku Griya Kanna (Tasya, Cindy, Putri, Ocep, Mbk Celly, Macho,
Gerry, David, Lia, Sigit, Nanda, Bertha, Edward, Bang Tody, Caci) atas sharing
dan dukungannya. Semua cerita kita tidak akan terlupakan.
8. Agung Hananto, S.Pd, atas bantuan, dukungan, saran, dan motivasi selama
pengerjaan skripsi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
9. Kepada ketiga subjek pernikahan beda agama yang telah bersedia berbagi
pengalaman dan membantu proses penyelesaian skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan,
saran, dan kritik terhadap karya ini sangat diperlukan. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta , 16 Agustus 2016
Marsilia Malavia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …………………………………………………………… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………….. ii
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………….. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ………………………………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………….. v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ………... vi
ABSTRAK ……………………………………………………………………... vii
ABSTRACT ……………………………………………………………………. viii
KATA PENGANTAR …………………………………………………………. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………………… xi
DAFTAR LAMPIRAN………………………..................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………… 1
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………. 1
B. Identifikasi Masalah …………………………………………………….. 4
C. Pembatasan Masalah ……………………………………………………. 5
D. Pertanyaan Penelitian …………………………………………………… 5
E. Tujuan Penelitian ………………………………………………………... 5
F. Manfaat Penelitian ………………………………………………………. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA …………………………………………………... 7
A. Hakikat Konflik dan Manajemen Konflik ……………………………… 7
1. Pengertian Konflik …………………………………………………... 7
2. Sumber-sumber Konflik …………………………………………….. 9
3. Faktor-faktor Penyebab Konflik ……………………………………. 11
4. Konflik dalam Pernikahan Beda Agama ………………………….. 13
5. Pengertian Manajemen Konflik ……………………………….......... 16
6. Cara Manajemen Konflik …………………………………………... 17
B. Hakikat Pernikahan Beda Agama………………………………………... 20
1. Pengertian Pernikahan …………………………................................ 20
2. Pengertian Beda Agama …………………………………………... 22
3. Pengertian Pernikahan Beda Agama ………………………………. 22
C. Manajemen Konflik dalam Pernikahan Beda Agama ………………….. 24
D. Kajian Penelitian yang Relevan ………………………………………… 25
E. Kerangka Pikir ………………………………………………………….. 27
BAB III METODE PENELITIAN ……………………………………………... 29
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………….. 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian …………………………………………... 30
C. Subjek Penelitian ……………………………………………………….. 30
D. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ……………………………… 31
E. Keabsahan Data …………………………………………………………. 35
F. Teknik Analisis Data …………………………………………………….. 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……………………… 39
A. Deskripsi Data ………………………………………………………….. 39
B. Pembahasan …………………………………………………………….. 41
1. Konflik pada Pernikahan Beda Agama ……………………………… 45
2. Cara Manajemen Konflik ……………………………………………. 68
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 96
A. Kesimpulan …………………………………………………………….. 96
B. Implikasi ………………………………………………………………... 97
C. Keterbatasan Penelitian ………………………………………………… 98
D. Saran …………………………………………………………………… 99
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………. 100
LAMPIRAN ……………………………………………………………………… 102
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Subjek Penelitian ………………………………………………………………….. 30
Table 2. Significan Other …………………………………………………………………… 30
Tabel 3. Lembar Observasi …………………………………………………………………. 32
Tabel 4. Pedoman Wawancara Mendalam . …………………………………………............ 33
Tabel 5. Agenda Kunjungan Rumah ……………………………………………………….. 39
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Informan ……………………………………….. 102
Lampiran 2. Verbatim …………………………………………………………………….. 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini dipaparkan latar belakang masalah yang
mendeskripsikan mengenai permasalahan yang terjadi di lapangan dan yang
ditentukan oleh peneliti. Pada bab ini juga dipaparkan identifikasi masalah, batasan
masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian.
A. Latar Belakang Masalah
Pernikahan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan kuat sebagai
penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam membentuk suatu
keluarga atau rumah tangga. Membentuk suatu keluarga tentunya memerlukan suatu
komitmen yang kuat diantara pasangan tersebut, dengan memiliki tujuan dalam
pernikahan yang bertekat membangun keluarga bahagia.
Hal serupa ternyata diharapkan oleh mereka yang melangsungkan
pernikahan beda agama. Kenyataan dalam kehidupan masyarakat bahwa perkawinan
berbeda agama itu terjadi sebagai realitas yang tidak dipungkiri. Pernikahan beda
agama cukup menarik perhatian masyarakat di negara ini, meskipun pernikahan ini
dianggap berbeda dengan kebiasaan masyarakat pada umumnya, namun pada
kenyataanya fenomena pernikahan beda agama masih dijumpai. Pada kenyataannya
setiap agama tentunya menghendaki pernikahan atas dasar kesamaan iman yang
dimiliki pasangan yang akan menikah.
Peristiwa pernikahan beda agama menjadi salah satu masalah perbedaan yang
cukup kompleks. Permasalahan pernikahan beda agama dalam hukum Islam,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
senantiasa dimaknai dan dipahami secara berbeda oleh para penganutnya. Hal ini
merupakan konsekuensi logis dari kandungan kitab suci Al-Quran. Oleh karena itu,
pernikahan beda agama dalam Islam menjadi sesuatu yang tak pernah selesai
diperdebatkan sebagai bentuk pelarangan terhadap pernikahan beda agama,
sedangkan bagi umat Katolik pernikahan beda agama adalah salah satu halangan
yang membuat tujuan pernikahan tidak dapat diwujudkan. Apabila pernikahan beda
agama ini masih dilaksanakan harus terlebih dahulu meminta izin atau dispensasi
kepada Uskup setempat. Pernikahan ini tidak ada keharusan bagi umat yang bukan
Katolik untuk ikut menjadi Katolik, tetapi ia harus menerima prinsip-prinsip, sifat,
dan tujuan pernikahan menurut agama Katolik. Hal ini tidak menyurutkan tekad bagi
mereka yang menikah beda agama memiliki tujuan dalam pernikahannya agar hidup
bahagia tanpa harus meninggalkan keyakinan mereka dan tetap taat kepada agama
yang dianutnya (beribadah).
Di Indonesia, pernikahan beda agama bisa dilakukan bila salah satu pasangan
yang akan melaksanakan pernikahan beda agama terlebih dahulu melakukan
perpindahan agama sehingga kedua pasangan memiliki kesamaa agama. Di sisi lain,
pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan UUD 1945, sebagai konstitusi
dasar pasal 29 ayat 2 yang secara tegas menyatakan adanya kebebasan beragama
bagi setiap warga negara, tanpa terkecuali. Ketika akan meresmikan pernikahan beda
agama mengalami kendala yang membuat meraka merasa tidak terlindungi oleh
hukum yang ada. Namun nyatanya bagi sebagian yang melangsungkan pernikahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
beda agama bisa menikah di Indonesia tanpa beralih agama hanya untuk dipandang
sah di mata negara.
Kasus mengenai perkawinan, yaitu bagaimana jika calon yang akan menikah
tersebut berbeda agama, sampai sekarang pemerintah belum memberikan hukum
yang secara tegas dalam menyikapi hal tersebut. Dalam realitas kehidupan di
masyarakat, terdapat beberapa perkawinan yang tidak seagama. Data pada tahun
2011 terdapat kasus pernikahan beda agama yang berjumlah 229 pasangan.
Sedangkan perkawinan beda agama dari tahun 2004-2012 terdapat 1.109 pasangan
yaitu dari urutan terbesar Islam-Katolik.
Konflik dalam pernikahan kerap kali terjadi, dan banyak konflik atau masalah
yang ada mengakibatkan rusaknya komunikasi, kehilangan tujuan bersama dalam
pernikahan sampai kepada masalah seksual. Hal ini tentunya mengarah pada
penurunan kualitas hubungan dalam pernikahan itu sendiri. Masalah-masalah lain
yang mungkin timbul adalah masalah keuangan, anak-anak, sampai kepada masalah
dengan keluarga pasangan. Konflik-konflik yang disebutkan di atas adalah masalah
yang umumnnya timbul dalam suatu pernikahan, tetapi pernikahan beda agama
memiliki konflik yang lebih khusus sehubungan dengan adanya perbedaan agama
dalam pernikahan mereka. Pernikahan beda agama memiliki kemungkinan besar
untuk tersandung masalah dengan pasangannya, karena itu dalam membangun
pernikahan beda agama membutuhkan kesiapan psikologis yang lebih besar.
Memang, tak berarti pasangan berbeda agama akan cenderung gagal atau berhasil.
Semuanya tergantung kesiapan psikologis masing-masing.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
Bertolak dari berbagai sumber maka penelitian ini bertujuan memberikan
gambaran mengenai konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama, dan
bagaimana pasangan beda agama mampu mempertahankan pernikahan dengan
persoalan yang pelik dan mengetahui cara yang mengatasinya. Penelitian ini tidak
hanya berguna bagi yang sudah menikah namun tidak menutup kemungkinan bagi
konselor keluarga sehingga semakin luas memahami pernikahan beda agama, yang
menjalani hubungan dengan latar belakang beda agama, bagi yang akan menikah,
ataupun bagi para orang tua mampu melihat dari sudut pandang yang positif atas
terjalinnya dua pribadi beda agama.
Bertolak dari adanya konfik yang bersumber pada pernikahan beda agama serta
cara yang cenderung digunakan dalam manajemen konflik. Oleh karena itu,
dilakukan penelitian mengenai: Manajemen Konflik pada Pernikahan Beda Agama
(Studi Kasus pada subjek pernikahan beda agama, di Paingan, Minomartani, dan
Purworejo Jawa Tengah.
B. Identifikasi Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah terkait dengan manajemen konflik dan
pernikahan beda agama, diidentifikasi berbagai masalah sebagai berikut:
1. Di Indonesia, pernikahan beda agama bisa dilakukan bila salah satu pasangan
yang akan melaksanakan pernikahan beda agama terlebih dahulu melakukan
perpindahan agama sehingga kedua pasangan memiliki kesamaa agama. Di
sisi lain, pernyataan tersebut sama sekali tidak sesuai dengan UUD 1945,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
sebagai konstitusi dasar pasal 29 ayat 2 yang secara tegas menyatakan adanya
kebebasan beragama bagi setiap warga negara, tanpa terkecuali.
2. Data pada tahun 2011 terdapat kasus pernikahan beda agama yang berjumlah
229 pasangan. Sedangkan perkawinan beda agama dari tahun 2004-2012
terdapat 1.109 pasangan yaitu dari urutan terbesar Islam-Katolik.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini fokus penelitian diarahkan pada menjawab masalah-masalah
yang teridentifikasi mengenai Manajemen Konflik pada Pernikahan Beda Agama.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dirumuskan pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Konflik apa sajakah yang terjadi pada pernikahan beda agama
2. Bagaimana cara manajemen konflik yang digunakan dalam pernikahan beda
agama?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama.
2. Menggali cara-cara yang digunakan dalam manajeman konflik pada
pernikahan beda agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara Teoritis
Secara teoritis penelitian ini memiliki manfaat, sebagai berikut:
Memberikan sumbangan ilmiah (pengetahuan) dalam bidang Bimbingan
dan Konseling keluarga dan masyarakat, serta dapat membangkitkan minat
para peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut, khususnya seputar
pernikahan beda agama.
2. Manfaat secara Praktis
Secara praktis penelitian ini memiliki beberapa manfaat, antara lain sebagai
berikut:
a. Pasangan Beda Agama
Mengetahui gambaran manajeman konflik yang dilakukan didalam
rumah tangga pernikahan beda agama.
b. Orang Tua
Mampu melihat dari sudut pandang yang positif atas terjalinnya
sebuah hubungan antar beda agama.
c. Peneliti
Mengetahui konflik dan cara manajemen konflik yang digunakan
dalam pernikahan beda agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada bab kajian pustaka ini dipaparkan terkait dengan variabel yang akan
diteliti, adanya kajian penelitian yang relevan yanga akan semakin menguatkan
penelitian yang akan dilakukan, dan kerangka pikir yang akan mempermudah
dalam penelitian dan bagi pembacanya.
A. Hakikat Konflik dan Manajemen Konflik
1. Pengertian Konflik
Ting-Toomey (dalam Liu, 2012) mendefinisikan konflik sebagai
persepsi yang bertentangan mengenai nilai, ekspektasi, proses dan hasil di
antara dua pihak atau lebih mengenai isu yang sama atau berkaitan. Konflik
dapat mempengaruhi beberapa tipe hubungan yang telah terbangun
termasuk di antaranya hubungan perkawinan. Konflik di dalam hubungan
perkawinan biasanya disebabkan oleh beberapa faktor yaitu pertentangan,
kebencian, argumen, dan ketegangan. Pendapat Liu (2012) diperkuat oleh
Dildar, Sitwat, & Yasin, (2013) bahwa hal tersebut dapat berpengaruh pada
perbaikan hubungan jika dapat ditangani dengan baik, tetapi dapat
memperburuk hubungan jika konflik tidak dikelola dengan baik.
Pernyataan tersebut sesuai dengan bukti empiris bahwa konflik dapat
terjadi baik dalam pernikahan yang harmonis maupun tidak harmonis,
namun baik buruknya pengelolaan konflik tergantung pada kedua belah
pihak suami dan istri.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Menurut Antonius, dkk (2002: 175) konflik adalah suatu tindakan
salah satu pihak yang berakibat menghalangi, menghambat, atau
mengganggu pihak lain dimana hal ini dapat terjadi antar kelompok
masyarakat ataupun dalam hubungan antar pribadi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Morton Deutsch, seorang pionir pendidikan resolusi konflik
(Bunyamin Maftuh, 2005: 47) yang menyatakan bahwa dalam konflik,
interaksi sosial antar individu atau kelompok lebih dipengaruhi oleh
perbedaan dari pada oleh persamaan. Sedangkan menurut Scannell
(2010:2) konflik adalah suatu hal alami dan normal yang timbul karena
perbedaan persepsi, tujuan atau nilai dalam sekelompok individu .
Hunt and Metcalf (1996: 97) membagi konflik menjadi dua jenis, yaitu
konflik intrapersonal dan konflik interpersonal. Konflik intrapersonal
adalah konflik yang terjadi dalam diri individu sendiri, misalnya ketika
keyakinan yang dipegang individu bertentangan dengan nilai-nilai budaya
atau keinginannya tidak sesuai dengan kemampuannya. Konflik
intrapersonal ini bersifat psikologis, yang jika tidak mampu diatasi dengan
baik dapat menggangu bagi kesehatan psikologis atau kesehatan mental
individu yang bersangkutan. Sedangkan konflik interpersonal ialah konflik
yang terjadi antar individu. Konflik ini terjadi dalam setiap lingkungan
sosial, seperti dalam keluarga, kelompok teman sebaya, sekolah,
masyarakat dan negara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Berdasarkan pandangan para ahli terkait dengan konflik maka dapat
ditarik sebuah kesimpulan bahwa konflik ialah sebuah masalah yang
ditimbulkan dua pihak yang dapat saling menghambat. Namun apabila
kedua belah pihak tidak terhambat atau tidak melihat pihak lain sebagai
hambatan, maka konflik tidak akan terjadi.
2. Sumber- sumber Konflik
Menurut Wijono (1993, pp.7-15) ada tiga jenis konflik yang berkaitan
dengan tujuan yang hendak dicapai. Berikut sumber-sumber konflik yang
dapat terjadi antara lain:
a. Konflik dalam Diri Individu
1) Konflik yang berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai
Menurut Wijono (1993, pp.7-15), ada tiga jenis konflik yang
berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai, yaitu:
a) Approach-approach conflict, dimana orang didorong untuk
melakukan pendekatan positif terhadap dua persoalan atau
lebih, tetapi tujuan-tujuan yang dicapai saling terpisah satu
sama lain.
b) Approach-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk
melakukan pendekatan terhadap persoalan-persoalan yang
mengacu pada satu tujuandan pada waktu yang sama didorong
untuk melakukan terhadap persoalan-persoalan tersebut dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
tujuannya dapat mengandung nilai positif dan negatif bagi
orang yang mengalami konflik tersebut.
c) Avoidance-Avoidance Conflict, dimana orang didorong untuk
menghindari dua atau lebih hal yang negatif tetapi tujuan-
tujuan yang dicapai saling terpisah satu sama lain.
Dalam hal ini, approach-approach conflict merupakan jenis
konflik yang mempunyai resiko paling kecil dan mudah
diatasi, serta akibatnya tidak begitu fatal.
b. Konflik yang Berkaitan dengan Peran dan Ambigius
Konflik seringkali terjadi karena adanya perbedaan peran dan
ambigius dalam tugas dan tanggung jawab terhadap sikap-sikap, nilai-
nilai dan harapan-harapan yang telah ditetapkan.
c. Perbedaan pendirian dan perasaan
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang
memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan
lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial,
sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan
dengan kelompoknya.
d. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-
pribadi yang berbeda
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola
pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang
dapat memicu konflik.
e. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar
belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang
bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan
yang berbeda-beda, kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang
sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
f. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan
tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial.
Berdasarkan pandangan para ahli mengenai sumber-sumber konflik yang
dapat terjadi dapat ditarik kesimpulan bahwa konflik muncul karena ada
kondisi yang melatar-belakanginya dan berkaitan dengan tujuan yang hendak
dicapai.
3. Faktor- faktor Penyebab Konflik
Stevenin (2000, pp.132-133), ada beberapa faktor yang mendasari
munculnya konflik antar pribadi diantaranya:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
a. Pemecahan masalah secara sederhana yakni fokusnya tertuju pada
penyelesaian masalah dan orang-orangnya tidak mendapatkan perhatian
utama.
b. Penyesuaian dimana kedua pihak bersedia saling memberi dan
menerima, namun tidak selalu langsung tertuju pada masalah yang
sebenarnya. Waspadailah masalah emosi yang tidak pernah disampaikan
cenderung ada ketidakpuasan.
c. Tidak sepakat yakni tingkat konflik ini ditandai dengan pendapat yang
diperdebatkan, mengambil sikap menjaga jarak, memanfaatkan dan
menunjukkan aspek-aspek yang sehat dari ketidaksepakatan tanpa
membiarkan adanya perpecahan dalam kelompok.
d. Kalah/Menang ini adalah ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing
yang amat kuat. Pada tingkat ini, sering kali pendapat dan gagasan orang
lain kurang dihargai. Sebagian di antaranya akan melakukan berbagai
macam cara untuk memenangkan pertarungan.
e. Pertarungan ini adalah konflik “penembak misterius”, orang-orang yang
terlibat di dalamnya saling menembak dari jarak dekat kemudian
mundur untuk menyelamatkan diri. Bila amarah meledak, emosi pun
menguasai akal sehat dan orang-orang saling berselisih.
f. Keras Kepala ini adalah mentalitas “dengan caraku atau tidak sama
sekali”. Satu-satunya kasih karunia yang menyelamatkan dalam konflik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
ini adalah karena biasanya hal ini tetap mengacu pada pemikiran yang
logis. Meskipun demikian, tidak ada kompromi sehingga tidak ada
penyelesaian.
g. Penyangkalan ini adalah salah satu jenis konflik yang paling sulit diatasi
karena tidak ada komunikasi secara terbuka dan terus-terang. Konflik
hanya dipendam. Konflik yang tidak bisa diungkapkan adalah konflik
yang tidak bisa diselesaikan.
Berdasarkan pandangan para ahli mengenai faktor terjadinya konflik
dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya yang mendasari mengenai pemecahan
masalah, penyesuaian dimana kedua pihak bersedia saling memberi dan
menerima, adnya ketidak sepakat yakni tingkat konflik ini ditandai dengan
pendapat yang diperdebatkan, sikap kalah/menang dimana adanya
ketidaksepakatan yang disertai sikap bersaing yang amat kuat, pertarungan
yakni konflik “penembak misterius”, orang-orang yang terlibat di dalamnya
saling menembak, sifat keras kepala dimana seseorang mentalitasnya “dengan
caraku atau tidak sama sekali, dan cara penyangkalan yakni salah satu jenis
konflik yang paling sulit diatasi.
4. Konflik Dalam Pernikahan Beda Agama
Konflik dalam pernikahan beda agama antaranya dapat berupa konflik
antar individu dan kelompok, baik di dalam sebuah kelompok maupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
antar kelompok. Konflik yang muncul pada Pernikahan Beda Agama
Menurut Paramitha, (2002) antara lain:
a. Penetuan Agama anak
Penentuan agama anak bagi pasangan pernikahan beda agama
benar-benar menjadi perhatian khusus dan perlu dipikirkan secara
matang. Kerendahan hati suami memperbolehkan anak ikut agama istri
dan begitu sebaliknya, dengan berdiskusi secara terbuka dan adanya
keterampilan berkomunikasi menurut Scannell (2010:18) bahwa hal
tersebut dapat mempengaruhi individu saling memahami serta
meresolusi adanya konflik. Sikap tegas mengharuskan anak mengikuti
agama salah satu pasangan suami atau istri tanpa berdiskusi terlebih
dahulu
b. Pemilihan Sekolah Anak
Tanggung jawab dalam mendidik anak terletak di atas bahu orang
tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat memberikan pengaruh dalam
pembentukan pribadi anak dan watak yang akan dibawa hingga
dewasa. Pilihan sekolah yang tepat akan sangat membantu
memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak. Sekolah bukan hanya
sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih dari itu, sekolah
menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian anak. Oleh
sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang terbaik untuk
anak. Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik adalah yang sesuai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dengan kebutuhan anak. Demikian bagi seorang yang menikah dengan
beda agama, hal ini akan menjadi pertimbangan serta pilihan yang perlu
dibicaran dan disepakati bersama.
c. Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan
Relasi dalam keluarga akan mempengaruhi karakter atau
kepribadian dari seorang anak bahwa fondasi utama pendidikan adalah
keluarga, bukan sekolah. Pola komunikasi orang tua harus disiapkan
dengan baik, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang tua dan
anak-anaknya,terutama yang berhubungan dengan upaya membantu
mereka untuk memecahkan masalahnya. Ketika orang tua tidak bisa
berkomunikasi dengan baik kepada anaknya, maka dapat dikatakan
bahwa relasi atau hubungan mereka kurang baik.
Hubungan yang kurang baik yang dilihat dari pola komunikasinya
tersebut akan mempengaruhi sikap dan kepribadian anak hal itu
dikarenakan pendidikan dalam keluarga memiliki nilai strategis dalam
pembentukan kepribadian anak. Semua dan perilaku anak yang telah
dipolesi dengan sifat atau pola asuh yang dilakukan oleh orang tua
kepada anaknya. Dampak dari pernikahan beda agama mampu
mempengaruhi relasi anak dengan keluarga ataupun lingkungannya.
Maka dari itu sangat diperlukan pola asuh yang tepat bagi sang buah
hati.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
d. Ditempati Doa Lingkungan
Menurut Huub Boelaars (2005) salah satu kekhasan Gereja Katolik
Indonesia adalah adanya sistem lingkungan/ kring/ stasi dalam
pelayanan pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin
banyak kaum beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja
e. Memaksakan Agama Anak
Menurut Amsal Bakhtiar (2007) bahwa tidak dibolehkannya
melakukan pemaksaan dalam agama, ini bisa dimaklumi karena Allah
memposisikan manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya,
manusia bisa memilih agama mana yang terbaik buat dirinya tentang
kebebasannya.
5. Pengertian Manajemen Konflik
Manajemen konflik menurut (Lazarus 1985) kemampuan problem
coping sebagai suatu cara suatu individu untuk mengatasi situasi atau
masalah yang dialami baik secara ancaman atau sutu tantangan yang
menyakitkan. Sedangkan Menurut (Chaplin,2004) merupakan suatu
tingkah laku dimana indivudu melakukan interaksi dengan lingkungan
sekitarnya dengan tujuan menyelesaikan tugas atau masalah. Dan menurut
(Coynek 1981) menyatakan bahwa kemampuan problem coping
merupakan usaha-usaha baik kognitif maupun perilaku yang bertujuan
untuk mengelola tuntutan lingkungan dan internal, serta mengelola konflik
yang mempengaruhi individu melampaui kapasitas individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Berdasarkan sejumlah pendapat dari para ahli tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kemampuan problem coping merupakan aktivitas-
aktivitas spesifik berupa respon yang dilakukan oleh individu dalam bentuk
kognitif dan perilaku, baik disadari maupun tidak oleh individu tersebut,
yang bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi ancaman-ancaman
yang ditumbuhkan oleh masalah internal maupun eksternal dan
menyesuaikan dengan kenyataan-kenyataan negatif, mempertahankan
keseimbangan emosi, serta meneruskan hubungan yang memuaskan
dengan orang lain. Kemampuan manajemen konflik juga banyak didukung
oleh karakteristik-karakteristik seperti keterbukaan akan pendapat,
hubungan yang hangat, serta kebiasaan untuk tidak memecahkan masalah
secara sepihak.
6. Cara Manajemen Konflik
Cara Manajemen Konflik menurut Gottman dan Korkoff (Mardianto,
2000) menyebutkan bahwa secara garis besar ada dua cara manajemen
konflik, yaitu :
a. Manajemen konflik dimana suatu kondisi ataupun konflik yang
menghasilkan efek negatife kepada seseorang, menimbulkan
kerugian bagi individu atau individu-individu yang terlibat di
dalamnya. Sifat yang sering muncul pada seorang yang destruktif
yaitu mudah menyerah, perasaan tegang (stres) yang tidak perlu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
atau yang mencekam, komunikasi yang menyusut. Cara yang biasa
digunakan dalam manajemen konflik meliputi:
1) Menyerah terjadi bila salah satu pihak menyerahkan
kemenangan pada pihak lain yang terlibat konflik.
2) Menarik Diri ialah ketika seseorang berada di situasi tertentu
yang kadang- kadang situasi tersebut sangat menakutkan
hingga menjauhkan diri ketika menghadapi konflik dengan
menggunakan mekanisme pertahan diri.
3) Menguasai merupakan perilaku yang asertif dan tidak
kooperatif yang terwujud dari adanya unsur persaingan antar
individu. Dalam model kompetitif, individu cenderung agresif,
memaksakan kehendak dan berusaha untuk menang tanpa ada
keinginan untuk menyesuaikan tujuan dan keinginannya
dengan orang lain. Individu saling melawan dengan
memperlihatkan keunggulan masing-masing.
2. Manajemen konflik positive problem solving karena dalam upaya
menyelesaikan konflik tersebut kelangsungan hubungan antara
pihak- pihak yang berkonflik masih terjaga dan masih berinteraksi
secara harmonis, sehingga adanya saling membangun, membina,
dan memperbaiki. Cara yang biasa digunakan dalam manajemen
konflik meliputi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
1) Kompromi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi
tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada. Manajemen konflik ini lebih bersifat mengontrol
dan tidak menyerang lawan dalam proses penyelesaian
konflik tetapi lebih-lebih dengan cara yang bersifat
perdamaian tanpa menyerang lawan yang berkonflik.
2) Menarik diri, pada manajemen konflik ini penyelesaian
konflik, pihak yang berkonflik tidak menarik diri dari konflik
yang dialami dan tidak menggunakan mekanisme pertahan
diri, tetapi lebih berusaha menampilkan diri untuk terus
mempertahankan diri guna meyelesaikan konflik yang
terjadi.
3) Hampir selalu berbentuk tatap-muka yang menggunakan
bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah.
4) Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau
sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi.
5) Collaboration (kerjasama/ menghadapi) merupakan sikap
bekerjasama dengan tujuan untuk mencari alternatif solusi
dari permasalahan yang sedang dihadapi individu, dan
memiliki tingkat keasertifan (ketegasan) sehingga memenuhi
harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
6) Accommodation (akomodasi) merupakan sikap cenderung
mengesampingkan keinginan pribadi dan berusaha untuk
memenuhi keinginan dan kebutuhan orang lain. Cara ini juga
disebut dengan obliging style, dimana seseorang yang
menggunakan cara manajemen konflik ini, ia akan berusaha
untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas
kepentingan diri sendiri.
B. Hakikat Pernikahan Beda Agama
1. Pengertian Pernikahan
Pernikahan adalah upacara resmi yang menandakan bahwa seorang pria
dan seorang wanita mulai menjadi suami istri yang sah menurut hukum,
dihadapan negara, dan dihadapan umat beragama. Upacara dapat dilakukan
secara sederhana, asal memuat acara paling inti, atau secara meriah dan
lengkap, dengan memuat berbagai acara-acara tambahan yang sebenarnya
tidak mempengaruhi sah atau tidak sahnya perkawinan itu (Hadiwardoyo,
DR., AL, 1990).
Menurut Rusli dan R. Tama mengemukakan, bahwa dari pengertian
pernikahan yang dirumuskan dalam pasal 1 UU No 1 Tahun 1974,
pernikahan beda agama ialah ikatan lahir dan ikatan batin antara seorang
pria dan seorang wanita yang karena berbeda agama, menyebabkan
tersangkutnya dua peraturan yang berlainan mengenai syarat-syarat dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
tata cara pelaksanaan pernikahan sesuai dengan hukum agamanya masing-
masing (Rusli dan Tama, 1986: 17).
Menurut Bachtiar (2004) defenisi pernikahan adalah pintu bagi
bertemunya dua hati dalam naungan pergaulan hidup yang berlangsung
dalam jangka waktu yang lama, yang di dalamnya terdapat berbagai hak dan
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak untuk
mendapatkan kehidupan yang layak, bahagia, harmonis, serta mendapat
keturunan. Pernikahan itu merupakan ikatan yang kuat yang didasari oleh
perasaan cinta yang sangat mendalam dari masing-masing pihak untuk
hidup bergaul guna memelihara kelangsungan manusia di bumi. Adapun
tujuan dalam pernikahan ialah untuk mempertahankan kebahagiaan lahir
dan batin, yang diliputi rasa kasih sayang hingga pada akhirnya terpisah
dengan kematian. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan
melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan kepribadiannya
membantu dan mencapai spiritual dan material.
Berdasarkan berbagai definisi tentang pernikahan di atas, dapat
disimpulkan bahwa pernikahan merupakan ikatan lahir batin antara laki-laki
dan perempuan sebagai suami isteri yang memiliki kekuatan hukum dan
sosial dengan tujuan membentuk keluarga sebagai kesatuan yang
menjanjikan dengan tujuan yang sama untuk membangun pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
2.Pengertian Beda Agama
Secara terminologi definisi agama atau beda agama menurut
Departemen Agama (Khotimah, 2006) adalah jalan hidup dengan
kepercayaan kepada Tuhan yang Maha Esa berpedoman kitab suci dan
dipimpin oleh seorang nabi. Sedangkan menurut Mukti Ali (Khotimah,
2006) mengatakan bahwa agama adalah kepercayaan akan adanya Tuhan
yang Maha Esa dan hukum yang diwahyukan kepada utusan-utusanNya
untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
3. Pengertian Pernikahan Beda Agama
Pernikahan beda agama ialah suatu pernikahan yang dilakukan oleh
orang-orang yang memeluk agama dan kepercayaan yang berbeda antara
yang satu dengan yang lainnya. Misalnya pernikahan antara seorang pria
muslim dengan seorang wanita Protestan dan sebaliknya.
(Prawirohamidjojo ,S., 1988: 39).
Pernikahan beda agama adalah penyatuan dua pola pikir dan cara hidup
yang berbeda, dan perbedaan agama dengan pasangan dalam pernikahan
banyak menimbulkan permasalahan dalam pernikahan beda agama,
adaptasi sangat perlu dilakukan, karena pada saat pria dan wanita yang
berbeda agama menikah, tentunya masing-masing membawa nilai budaya,
sikap, gaya penyesuaian dan keyakinan kepernikahan tersebut (Rusli & R
Tama, 1986).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Ada beberapa cara yang ditempuh oleh mereka yang akan melakukan
perkawinan beda agama, salah satu dari pasangan mengikuti keyakinan
agama pasangannya dan menikah menurut agama dari pasangannya
tersebut. Ada dua bentuk perpindahan keyakinan agama yang dilakukan
pasangan untuk dapat melangsungkan pernikahan dengan pasangannya,
yaitu;
a. Pertama, perpindahan agama hanya berupa persyaratan agar
pernikahannya dapat dilangsungkan dan dicatatkan secara resmi,
namun kemudian setelah perkawinan tersebut berlangsung yang
bersangkutan kembali kepada keyakinan agamanya semula dan
tetap menjalankan aturan agamanya. Kasus perkawinan beda
agama dengan cara seperti ini banyak terjadi yang menyebabkan
timbulnya gangguan terhadap kehidupan rumah tangga dan
keluarga di kemudian hari.
b. Kedua, yang betul-betul secara tulus melakukan peralihan
keyakinan agamanya dan menjalankan ajarannya untuk
seterusnya dalam kehidupan perkawinan dan keluarga mereka.
Untuk pasangan yang melakukan pilihan kedua ini, mungkin
tidak akan terlalu ada masalah dalam menjalankan kehidupan
perkawinan dan keluarga, terutama yang terkait dengan urusan
agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Berdasarkan pemaparan di atas dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa
pernikahan beda agama ialah seorang pria dan wanita yang secara kepercayaan
atau agama yang berbeda namun menjalin suatu ikatan batin yang di wujudkan
dalam sebuah pernikah tanpa berpindah agama dari salah satu pasangan
tersebut. Penyatuan dua pola pikir dan cara hidup yang berbeda, dan perbedaan
agama dengan pasangan dalam pernikahan.
C. Manajemen Konflik dalam Pernikahan Beda Agama
Menurut Esere (2003) manajeman konflik dalam perkawinan adanya
perbedaan persepsi dan harapan-harapan yang terjadi pada pasangan suami istri
tentang masalah pernikahan. Masalah-masalah itu antara lain latar belakang
pengalaman yang berbeda, kebutuhan-kebutuhan dan nilai-nilai yang mereka
anut sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan perkawinan.
Manajemen konflik dalam pernikahan merupakan usaha pasangan suami istri
guna mengolah sebuah konflik yang berasal dari dalam keluarga itu sendiri
ataupun disebabkan oleh pihak luar. Pernyataan di atas disinggung mengenai
manajeman konflik didalam sebuah pernikahan beda agama, bagaimana seorang
pasangan beda agama mampu mengelola konflik dan dapat melihat berbagai
kemungkinana yang terjadi didalam pernikahan.
Manajemen konflik dimaksudkan pasangan dapat melihat dari sisi yang
positif dari pasangannya dan dapat mengkomunikasikan atau menyelesaikan
masalah didalam rumah tangga tanpa membuat konflik semakin parah dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
saling menyakiti. Perbedaan agama, cara pandang seringkali membuat pasangan
yang beda agama gelap mata dalam megatasi konfliknya sendiri di dalam
pernikahannya.
Berdasarkan pemaparan para ahli terkait dengan manajemen konflik dalam
pernikahan dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bagaimana seorang
pasangan beda agama mampu mengelola konflik dan dapat melihat berbagai
kemungkinana yang terjadi didalam pernikahan. Manajemen konflik
dimaksudkan pasangan dapat melihat dari sisi yang positif dari pasangannya
dan dapat mengkomunikasikan atau menyelesaikan masalah didalam rumah
tangga tanpa membuat konflik semakin parah dan saling menyakiti.
D. Kajian Penelitian yang Relevan
Penelitian Nur Laili Oktafian tentang Manajemen Konflik pada Pasangan
suami Istri yang menjalani Perkawinan Campuran. Hasil dari penelitian ini
menunjukkan dua subyek sebagai pasangan wanita Jawa dan pria Belanda
menggunakan cara manajemen konflik kompetitif, menghindar, dan kompromi
dalam mengelola konflik, sedangkan satu subyek yang merupakan pasangan
dengan etnis Jawa-Perancis lebih banyak menggunakan perpaduan antara cara
menghindar dan kolaborasi dalam penyelesaian konflik diantara mereka.
Penelitian studi kasus Tri Artha Fransiska dalam Komunikasi Keluarga
Pasangan Beda Agama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa motif cinta
adalah motif yang digunakan pelaku pernikahan beda agama. Seperti
menggunakan cara kompromi, cara mengikuti kemauan orang lain dan cara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
kolaborasi dalam menentukan tata cara keagamaan dalam pernikahan dan
penunjukan simbol keagamaan. Pengambilan keputusan dengan cara
akomodatif dalam menentukan agama anak. sedangkan, manajemen konflik
keluarga beda agama dalam menjalankan ibadah dan hari besar keagamaan
menggunakan cara kolaborasi dan cara kompromi.
Penelitian Asteria Agustin mengenai Manajemen Konflik Antar Pribadi
Pasangan Suami Istri Beda Agama. Hasil penelitian bahwa
mengkomunikasikan dengan cara saling membicarakan (berkolaborasi) dan
berunding kepada pasangan guna menyelesaikan masalah, mereka bekerja
sama dan mencari pemecahan yang memuaskan.
Berdasarkan beberapa penelitian yang sudah dipaparkan pada paragraf
sebelumnya, terdapat beberapa perbedaan antara penelitian diatas dengan
penelitian ini. Penelitian ini berfokus pada manajemen konflik yang digunakan
pada tiga subjek pernikahan beda agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
E. Kerangka Pikir
PERNIKAHAN BEDA AGAMA
ISLAM DAN KHATOLIK
KONFLIK (Tata cara Pernikahan,
Penentuan Agama Anak, Pemilihan
Sekolah Anak, Relasi dalam Keluarga dan
Lingkungan, Ditempati untuk doa
Lingkungan
CARA MANAJEMEN
KONFLIK
KOMPROMI, MENARIK DIRI,
HAMPIR SELALU BERTATAP
MUKA,
NEGOSIASI,COLLABORATION,
ACCOMMODATION
MENYERAH, MENARIK DIRI,
MENGUASAI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 1. Kerangka pikir
Berdasarkan keterangan bagan mengenai manajeman konflik diatas dalam
penyelesaian konflik yang menyangkut perbedaan agama, diharapkan ketiga subjek
pernikahan beda agama dapat mengkomunikasikan atau berunding kepada pasangan
guna menyelesaikan konflik, dan mampu bekerjasama mencari manajemen konflik
yang tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
BAB III
METODE PENELITIAN
Bab ini menjabarkan beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian,
tempat penelitian, tahap-tahap penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,
teknik analisis data, dan rencana pengujian keabsahan data.
A. Jenis Penelitian
Sugiyono (2010: 15) menyatakan bahwa jenis penelitian kualitatif adalah
jenis penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel
sumber data dilakukan secara Purposive, teknik pengumpulan triangulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian
kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Penelitian kualitatif
sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan
pada kondisi yang alamiah (natural). Pada penelitian kualitatif ini peneliti
menggunakan cara studi kasus.
Studi kasus adalah salah satu bagian dari pendekatan penelitian kualitatif.
Studi kasus memungkinkan peneliti untuk mempertahankan karakteristik
holistik dan bermakna dari peristiwa-peristiwa kehidupan nyata, seperti siklus
kehidupan seseorang, perubahan lingkungan sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Paingan, Minomartani, dan Purworejo, Jawa Tengah.
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2015 - Juli 2016 pertemuan akan
dilakukan 3 kali dalam 1 minggu terhadap tiga subyek beda agama.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini di identifikasi sebagai berikut:
Tabel 1
Data Diri Subjek Penelitian: 3 beda agama (Katolik dan Islam)
No Inisial Agama Alamat Jenis
Kelamin
Pekerjaan Usia Jumlah
Anak
1. MC Katolik Paingan P Ibu RT 30 thn 2
2. BC Islam Minomartani P Konsultan
Lingkungan
62 thn 5
3. AD Islam Purworejo L Guru SMP 50 thn 2
Tabel 2
Data Diri Significan Other
No Inisial Agama Alamat Jenis
Kelamin
Pekerjaan Usia Jumlah
Anak
1. MM Katolik Paingan P Pegawai
Bank
73 4
2. AL/suami Katolik Minomartani L Dosen 60 5
3. AN/anak Katolik Minomartani L Wiraswasta 24 -
4. RI/ istri Katolik Purworejo P Guru SD 49 2
5. DM/anak Katolik Purworejo L Mahasiswa 20 -
6. SR/anak Katolik Purworejo P Guru TK 25 -
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
D. Teknik dan Intrumen Pengumpulan Data
Yin (2013:103-118) menyatakan metode pengumpulan data dalam penelitian
ini menggunakan wawancara berdasarkan pedoman wawancara mendalam dan
observasi. Tujuan dari wawancara dan juga observasi dimaksudkan guna
menemukan permasalahan secara terbuka. Menyiapkan topik dan daftar
pertanyaan sebelum wawancara dilakukan. Observasi dilakukan selama
wawancara dengan subjek, peneliti melakukan pengamatan secara bebas,
mencatat hal-hal yang penting, melakukan analisis dan kesimpulan. Masing-
masing teknik pengumpulan data. ada sumber bukti yang dapat djadikan fokus
bagi pengumpulan data studi kasus:
1. Wawancara
Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan
makna dalam suatu topik tertentu (Sugiyono, 2010: 317). Jenis wawancara
yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam (in
depth interview). Pertanyaan yang digunakan dalam wawancara ini adalah
pertanyaan terbuka. Pertanyaan-pertanyaan yang disiapkan adalah
pertanyaan yang mampu mengungkap konflik dan cara manajemen
konflik pada pernikahan beda agama.
2. Observasi
Observasi adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan
mengamati perilaku subyek secara langsung. Melalui observasi dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
belajar mengenai perilaku, dan makna dari perilaku tersebut (Sugiyono,
2010:310). Penelitian ini dilakukan observasi pasif, dan peneliti hanya
bisa mengamati tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan di dalam tempat
tingal itu. Peneliti melakukan observasi partisipan, maka data yang
diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat
makna dari setiap perilaku yang nampak.
LEMBAR OBSERVASI
Lembar Pengamatan:
Tempat :
Tanggal :
Lama Pengamatan :
No Kegiatan Keterangan
Kesimpulan: ………………………………………………………..
……………………………………………………….
…………………………………………………….....
………………………………………………………..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Tabel 2
Panduan Wawancara Mendalam
No Cara-cara Pertanyaan Wawancara
1. Menyerah 1.Bagaimana cara anda agar mampu memperjuangkan
kemenangan pada saat terlibat konflik?
2. Bagaimana cara anda ketika menghadapi konflik yang
menyebabkan anda harus menyudahi konflik yang
terjadi?
2. Menarik diri 1. Bagaimana cara anda tetap hadir ketika terjadi
masalah?
2. Bagaimana cara anda tetap hadir dalam situasi
yang menakutkan?
3. Bagaimana cara anda menjauhkan diri ketika
menghadapi konflik?
3. Kompromi 1. Bagaimana sikap kompromi itu dapat
dihadirkan ketika ada perselisihan di tengah
pernikahan anda?
2. Sikap apa yang anda ambil ketika ada tuntutan-
tuntutan yang memberatkan anda?
3. Penyelesain yang seperti apa yang anda
harapkan dari dihadirkannya sikap kompromi di
tengah perselisihan yang sedang terjadi?
4. Negosiasi 1. Negosiasi yang seperti apa yang mampu anda
ciptakan dan lakukan dalam penyelesaiaan
konflik dalam pernikahan anda?
2. Bagaimana jika ada kesepakatan yang tidak
mampu diterima dari pasangan anda?
3. Kesepakatan yang seperti apa yang anda
harapkan dari penyelesaiian konflik ditengah
pernikahan anda?
5. Hampir selalu berbentuk
tatap-muka yang
menggunakan bahasa
lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah.
1. Bagaimana anda atau pasangan anda
mengekspesikan sikap-sikap ketika terjadi
konflik?
2. Bagaimana sikap anda ketika harus
mengkomunikasikan konflik yang sedang
terjadi?
6. Competitive
(menguasai)
1. Bagaimana tanggapan anda jika pasangan lebih
dominan ketika sedang ada masalah?
2. Bagaimana cara mengendalikan sikap menguasai
dari pasangan ataupun anda sendiri?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
7. Collaboration
(kerjasama/menghadapi)
1.Bagaimana bentuk kerjasama anda dan pasangan
jika ada masalah yang menuntut kalian untuk satu
pemikiran?
2. Bagaimana jika pasangan anda tidak mampu
menghadapi situasi yang sulit dalam pernikahan?
3. Bagaimana jika kerjasama yang harus kalian
lakukan bersama tidak anada setujui?
8. Accommodation
(akomodasi/ melunak)
1. Bagaiamana jika keinginan yang penting untuk
dibahas namun tidak dipenuhi oleh pasangan
anda?
2. Bagaimana jika pasangan anda lebih cenderung
mementingkan masalah orang lain padahal
masalah rumah tangga jauh lebih rumit?
3. Bagaimana sikap anda apabila pasangana anda
cenderung diam dan tidak mau menemuka jalan
keluar bersama?
9. Tata Cara Pernikahan 1. Bagaimana menikah beda agama menjadi
keputusan anda?
2. Bagaimana keputusan keluarga anda terkait
pernikahan beda agama?
3. Bagaimana menghadapi kesulitan ketika
melangsungkan pernikahan beda agama?
4. Bagaimana tanggapan pasangan anda ketika
menikah beda agama menjadi pilihan?
10. Penentuan Agama Anak 1. Bagaimana ketika anak harus diajarkan salah satu
agama dari pasangan anda?
2. Bagaimana tanggapan anak-anak tentang
agamanya berbeda dengan salah satu orang
tuanya?
3. Bagaimana jika pasangan anda memaksakan anak
harus mengikuti agamanya?
4. Bagaimana cara menetukan agama anak tanpa
adanya konflik?
5. Bagaimana menaggapi larangan yang
diberlakukan oleh pasangan anda?
6. Bagaimana menemukan solusi bagi agama anak-
anak anda?
11. Pemilihan Sekolah
Anak
1. Bagaimana anda dan pasangan mendiskusikan
mengenai sekolah anak-anak?
2. Bagaimana menentukan sekolah yang sesuai
untuk anak-anak anda?
3. Bagaimana jika pasangan anda tidak mengizinkan
anda ikut campur dalam memilih sekolah anak?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
12. Relasi dalam Keluarga
dan Lingkungan
1. Bagaimaa relasi anda dan keluarga besar
berkenaan dengan perbedaan agama?
2. Bagaimana relasi anak-anak anda dengan
keluarga besar dan juga lingkungan rumah?
3. Bagaimana cara anda membangun relasi dalam
keluarga kecil sehingga terhindar dari konflik?
E. Keabsahan Data
Keabsahan data yang didapat sehingga benar-benar sesuai dengan tujuan
dan maksud penelitian, maka peneliti menggunakan teknik triangulasi.
Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu
yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding data tersebut (Moleong, 2007: 330). Adapun triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi dengan sumber dan metode,
yang berarti membandingkan dan mengecek derajat balik kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode
kualitatif Patton dalam (Moleong, 2007: 330). Hal ini dapat peneliti capai
dengan jalan sebagai berikut:
1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil
wawancara.
2. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan
apa yang dikatakannya secara pribadi.
3. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai
pendapat dan pandangan orang seperti orang yang berpendidikan
lebih tinggi atau ahli dalam bidang yang sedang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
F. Teknik Analisi Data
Analisis data menurut Patton (Moleong, 2009: 280) merupakan proses
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategorisasi,
dan satuan uraian dasar. Menurut Bogdan dan Biklen dalam (Moleong, 2009:
280) analisis data sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk
menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja (ide) seperti yang disarankan
oleh data dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan pada tema dan
hipotesis kerja itu. Moleong (2009) menyatakan bahwa analisis data adalah
proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan
satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan
hipotesis kerja seperti yangn disarankan oleh data.
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengacu
pada konsep Milles & Huberman dalam (Sugiyono, 2010), aktivitas dalam
analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion
drawing/verification.
1. Reduksi data (Data Reduction )
Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Data
yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu
dicatat secara teliti dan rinci. Semakin lama peneliti dilapangan, maka
jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Mereduksi data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang
tidak perlu.
2. Penyajian data ( Display Data )
Data ini sudah berupa rangkuman , uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori. Yang paling sering digunakan untuk menyajikan data
dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif.
3.Penarikan kesimpulan dan verifikasi (Conclusion Drawing and
Verification)
Kesimpulan awal biasanya bersifat sementara, dan akan berubah
jika dalam perjalanannya tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan diawal didukung dengan bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan mungkin bisa menjawab rumusan
masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena
seperti telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam
penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang
setelah penelitian berada di lapangan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif yang diharapkan adalah
merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya
masing belum jelas atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Bab ini peneliti akan memaparkan mengenai deskripsi data. Hasil penelitian
berupa analisis data dari berbagai sumber. Proses trianggulasi data dari beberapa
Subjek. Dalam bab ini juga, peneliti mendeskripsikan validitas data penelitian.
A. Deskripsi Data
Pelaksanaan penelitian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran dari
pernikahan beda agama yang masing-masing beragam Katolik dan Islam dengan
melihat fenomena yang ada disekitar melalui berbagai sudut pandang. Penelitian
di ambil dari tiga subjek dimulai pada bulan Oktober 2015 dan mulai berjalan
kembali pada April 2016 dengan terjun ke rumah informan untuk melakukan
tahap perkenalan dilanjutkan observasi dan wawancara. Setelah itu,
mempersiapkan perlengkapan penelitian berupa pedoman wawancara sehingga
peneliti memfokuskan kegiatan penelitian. Berikut agenda kunjungan rumah yang
dilakukan.
Tabel. 3
Agenda Kunjungan Rumah Ibu Marcel
No Hari dan Tanggal Kegiatan Deskripsi Kegiatan
1. Jum’at, 15/04/2016 Wawancara
dan
Observasi
Datang ke rumah Ibu
Marcel dan menjelaskan
maksud dan tujuan ke Ibu
Marcel.
2. Kamis, 21/04/2016 Wawancara Ke rumah Ibu Marcel dan
melakukan wawancara
3. Jum’at, 29/04/2016 Observasi
dan
Wawancara
(SO)
Ke rumah Ibu Marcel untuk
melakukan wawancara
dengan Ibu Marcel dan
Mama dari Ibu Marcel (SO)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Table. 4
Agenda Kunjungan Rumah Ibu Bianca
Tabel. 5
Agenda Kunjungan Rumah Bapak Adi
4. Rabu, 04/05/2016 Wawancara Melakukan wawancara (SO)
No Hari dan Tanggal Kegiatan Deskripsi Kegiatan
1. Jum’at, 22/04/2016 Observasi
dan
wawancara
Datang kerumah Ibu
Bianca untuk menjelaskan
maksud dan tujuan dari
kedatangan peneliti.
2. Selasa, 26/04/2016 Wawancara Wawancara dengan Ibu
Bianca
3. Minggu,11/05/2016 Observasi
dan
Wawancara
Wawancara dengan Bapak
Almos (SO)
4. Minggu,22/05/2016 Wawancara Wawancara dengan Andi
(Anak)
No Hari dan Tanggal Kegiatan Deskripsi Kegiatan
1. Rabu, 25/05/2016 Observasi dan
wawancara
Datang kerumah Bapak
Adi untuk menjelaskan
maksud dan tujuan dari
kedatangan peneliti.
2. Jum’at,27/05/2016 Wawancara Wawancara dengan Ibu
Ria (SO)
3. Jum’at,17/06/2016 Wawancara Wawancara Bapak Adi
4. Kamis,07/07/2016 Observasi Observasi ke rumah Bapak
Adi
5. Jum’at,08/07/2016 Wawancara Wawancara Sarah (SO)
6. Sabtu, 09/07/2016 Wawancara Wawancara Dimas (SO)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara
dan observasi di rumah dilakukan proses reduksi data. Proses reduksi data ini
untuk memilah-milah hal penting, merangkum data, mencari pola atau tema dan
membuang data-data yang tidak perlu. Selanjutnya akan menyajikan data hasil
penelitian dalam bentuk teks deskriptif. Banyaknya data hasil penelitian membuat
krepotan dalam proses reduksi data dan hasil penelitian. Banyaknya data hasol
penelitian yang harus dicek validitasnya.
Proses memilah-milah data dilakukan dari awal penelitian serta membuat
pedoman wawancara dan observasi yang berfokus pada hal yang akan digali. Hal
yang penting langsung ditulis dibuku agenda penelitian, ditambah lagi dibuatlah
verbatim dari hasil wawancara dengan subjek terkait mempermudah dalam
memilah data. Setelah proses memilah-milah, lalu hal yang tidak diperlukan
langsung dibuang dalam arti dipisahkan dari hal yang penting. Setelah diperoleh
hal-hal penting lalu merangkum hal penting dari penelitian sesuai dengan
kebutuhan data. Misalnya adanya potensi konflik yang terjadi pada pernikahan
beda agama, mencari data dari hasil penelitian baik wawancara atau pun observasi
untuk dirangkum menjadi poin-poin penting lalu dijelaskan dalam bentuk kalimat
deskriptif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan adanya konflik yang dialami oleh
ketiga subjek. Gambaran mengenai pernikahan ketiga subjek yang diresmikan
secara Katolik, akan tetapi ada perbedaan yang terjadi di dalam pernikahannya.
Subjek yang pertama yakni Ibu Marcel seorang yang beragama Katolik menikah
dengan seorang Islam yang sekarang resmi menjadi suami dan telah dikaruniai dua
orang anak. Berawal dari pernikahan inilah konflik yang dialami oleh Ibu Marcel.
Ibu Marcel yang mengalami kecelakaan yakni hamil diluar nikah memutuskan
untuk menikah lebih cepat karena melihat kondisinya, orang tua dari kedua belah
pihak mengetahui akan hal tersebut, akan tetapi mama dari Ibu Marcel ingin
anaknya menikah secara Katolik dengan syarat dispensasi.
Kehamilan ini kenyataannya terjadi dikarena Ibu Marcel merasa terpuruk dan
kehilangan arah setelah putus dengan mantan pacarnya. Proses jalinan cinta Ibu
Marcel dan suami sudah cukup lama akan tetapi pertemuan keduanya tidak terlalu
intens. Pertemuan yang tidak intens malah justru memunculkan hubungan yang
fatal pada Ibu Marcel yang disebabkan permasalahan pribadi dan perasaan
tertekan. Sikap masa bodoh Ibu Marcel berujung pada kehamilan. Semasa hamil
Ibu Marcel merasa tertekan dan malu apabila harus sering datang ke kampus, oleh
sebab itu Ibu Marcel memutuskan untuk cuti kuliah sembari mengurus anak dan
menyelesaikan tugas akhirnya di rumah.
Ternyata tidak berhenti pada peresmian pernikahan konflik yang terjadi bermula
dari suami Ibu Marcel yang bersedia tanggung jawab dan awalnya bersedia
menjadi Katolik akan tetapi hal tersebut tidak dilakukan oleh suami sampai saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
ini. Justru berimbas pada kedua anaknya yakni harus menjadi Muslim. Ibu Marcel
merasa sakit hati dan merasa psikisnya sudah mulai terganggu, sampai keinginan
untuk memiliki satu anak saja dilontarkan oleh Ibu Marcel.
Berbeda dengan subjek kedua Ibu Bianca ialah seorang yang beragama Islam,
pernikahannya pada awalnya hanya di resmikan secara catatan sipil. Lalu pada
tahun 2000 Ibu Bianca dan suami melakukan pembaharuan pernikahan di gereja
dengan menyetujui syarat yang diajukan oleh gereja. Ibu Bianca memiliki lima
orang anak yang semuanya ikut agama sang bapak yakni agama Katolik. Hal ini
disetujui oleh Ibu Bianca tanpa menuntut salah satu dari kelima anaknya menjadi
berpindah agama Islam. Akan tetapi ada kecenderungan Ibu Bianca dan suami
yang mengharuskan anaknya menikah dengan pasangan yang beragama Katolik,
hal ini terkesan memaksakan kehendak orang tua pada anak sekalipun
dimaksudkan demi kebaikan anaknya.
Beranjak kesubjek yang ketiga yakni Bapak Adi, peresmian pernikahannya
dilakukan di gereja dengan syarat dispensasi yang sebelumnya sudah disepakati
oleh kedua belah pihak keluarga besarnya. Dalam pernikahannya Bapak Adi telah
dikaruaniai dua orang anak, kedua anaknya sepakat menjadi orang Katolik sesuai
dengan syarat dari gereja. Namun Bapak Adi tidak memaksakan anak untuk mau
mengikuti agama sang Bapak. Lalu tidak ada unsur pemaksaan dari kedua belah
pihak keluarga untuk berpindah agama ketika memutuskan untuk menikah beda
agama. Menurut Bapak Adi menikah beda agama bukanlah sebuah perkara yang
harus dibesa-besarkan jikalau pada akhirnya bisa bersatu dan bahagia bersama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
tanpa memaksakan harus menjadi satu agama. Dari hasil wawancara dan observasi
berbeda dari Ibu Marcel ataupun Ibu Bianca, Bapak Adi adalah seorang yang
membebaskan anaknya menjalin hubungan dengan siapapun dalam artian secara
agama mengingat Bapak Adi juga seorang yang menikah beda agama.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ketiga subjek mengenai tata cara
atau peresmian pernikahan terlihat bahwa ada perbedaan yang sangat nampak, Ibu
Marcel yang justru mendapatkan bias dari pernikahan beda agama, namun berbeda
dengan Ibu Bianca yang tidak mengalami kendala dalam peresmian pernikahannya
walau harus diawali dengan menikah dicatatan sipil dan baru melakukan
pembaharuan pernikahan digereja, akan tetapi cenderung memaksakan agama sang
anak untuk menikah secara Katolik sehingga nampak tidak mementingkan
perasaan dari anak dan keluarga besa calon menantunya, dan berbeda pula dengan
Bapak Adi karena dapat dikatakan pernikahan Bapak Adi nampak baik-baik saja
bermula dari peresmian pernikahan, memegang janji mengenai syarat dari gereja
tanpa memaksakan mengenai hak agama anak, hingga sekilas mengenai
keputusannya yang tidak melarang anak-anaknya mengenai hubungan asmara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
mendalam terhadap ketiga subjek secara intens ternyata ada beberapa konflik yang
terjadi dalam pernikahan beda agama yang diperkuat oleh pendapat Paramitha
(2002) mengenai konflik yang terjadi pada pernikahan beda agama, berikut
hasilnya:
Berikut hasil penelitian mengenai adanya potensi konflik yang terjadi pada
pernikahan beda agama pada subjek pertama yakni Ibu Marcel:
1. Penentuan Agama Anak
Menurut Paramitha (2002) menetuan agama anak bagi pasangan
pernikahan beda agama benar-benar menjadi perhatian khusus dan
perlu dipikirkan secara matang. Kerendahan hati suami
memperbolehkan anak ikut agama istri dan begitu sebaliknya, dengan
berdiskusi secara terbuka dan adanya keterampilan berkomunikasi
menurut Scannell (2010:18) bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi
individu saling memahami serta meresolusi adanya konflik. Sikap tegas
mengharuskan anak mengikuti agama salah satu pasangan suami atau
istri tanpa berdiskusi terlebih dahulu ternyata dialami oleh Ibu Marcel,
berikut ungkapkan Ibu Marcel:
“ (Dengan berkaca-kaca) saya sedih mbk, saya banyak ngalah
untuk kemauan suami yang maunya agama anak saya ikut dia.
Tanpa ada kesepakatan apapun suami mengharuskan anak-
anak ikut suami semua agamanya. Karena kata suami saya doa
yang bisa menyelamatkan orang tuanya ya doa anak maka dari
itu suami saya mendidik iman anak saya secara agama Islam
tanpa melihat saya. Mungkin juga karna dari jaman sekolah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
suami saya di pondok jadi ya kebawa sampai sekarang gitu”.
MC-PAA-1/44/24
Kesedihan Ibu Marcel bertambah ketika suatu hari Ibu Marcel
mengajak anak pertama gereja, melihat anak pertamanya sangat senang
berada digereja membuat Ibu Marcel semakin sedih karena suami yang
tidak mengizinkan salah satu dari anaknya menjadi orang Katolik. Setiba di
rumah A bercerita kepada ayahnya bahwa dia melihat ada patung yang
sangat bagus.
Pertikaian mulai terjadi ketika suami Ibu Marcel tidak terima anaknya
diajak kegereja. Kejadian itu membuat Ibu Marcel dan suami bertengkar
dan membuat suami pergi dari rumah selama 2 minggu. Rasa tidak terima
dan sedih Ibu Marcel rasakan terlebih jika perasaa itu semakin dituruti akan
membuat Ibu Marcel menjadi gila. Bagaimanapun Ibu Marcel tetap
menerima perlakuan suaminya dengan tidak membawa kemarahannya pada
kedua anaknya. Ketika kedua anaknya menanyakan keberadaan sang ayah
Ibu Marcel tetap menjawab dengan mengatakan “ayah sedang bekerja”.
Petikan wawancara diatas di perjelas oleh sang Mama yang
mengungkapkan kesedihan anaknya, namun dari sang mama juga tidak
melarang sang cucu mengikuti agama menantunya karna bagi sang mama
agama apapun baik:
“Ya saya juga merasakan kesedihan anak saya, tapi saya iringi
dengan doa saja, cucu saya juga sebenarnya ingin ikut
mamanya kegereja atau saya gereja tapi takut sama ayahnya.
Anak saya juga gak mau ada masalah, jadi cukup menerima”.
MM-SO-PAA-1/45/47
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Terlihat kerelaan hati Ibu Marcel untuk tetap mendukung dan
menerima akan agama yang dianut oleh kedua anaknya walau berat. Ibu
Marcel dan sang Mama nyatanya mendukung dan diwujudkan dalam
berbagai hal antaranya mengingatkan untuk sholat, mendukung anak untuk
membaca Alquran, sholat jum’at dengan sang ayah dan belajar berpuasa.
Ibu Marcel hanya bisa berdoa, berserah dan yakin bahwa Tuhan
mempunyai kado terindah dan harapan untuk kelurga kecilnya agar selalu
rukun. Menurut hasil penelitian Ibu Marcel sudah cukup bisa mendukung
kegiatan anak-anak dengan perwujutan dari kerelaan hatinya, akan tetapi
keterbukaan untuk mengkomunikasikan lebih baik pada suami kurang bisa
dibangun oleh Ibu Marcel dikarenakan merasa takut apabila hal ini justru
membuat perkara besar untuk rumah tangganya, maka dari itu hanya
harapan dan dukungan yang diberikan untuk kedua anaknya.
2. Pemilihan Sekolah Anak
Menurut Paramitha (2002) tanggung jawab dalam mendidik anak
terletak di atas bahu orang tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat
memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak
yang akan dibawa hingga dewasa. Pilihan sekolah yang tepat akan
sangat membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak.
Sekolah bukan hanya sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih
dari itu, sekolah menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian
anak. Oleh sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
terbaik untuk anak. Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik
adalah yang sesuai dengan kebutuhan anak.
Demikian seorang yang menikah beda agama, hal ini akan menjadi
pertimbangan serta pilihan yang perlu dibicarakan dan disepakati
bersama demi kelancaran dan pemenuhan pendidikan yang tepat dan
layak bagi sang anak. Hal ini dialami oleh Ibu Marcel yang berkaitan
dengan pemilihan sekolah sang anak berikut ungkapan Ibu Marcel:
“Untuk milih sekolah pokoknya semua suami saya. Suami maunya
dia yang mengatur dan akhirnya kedua anak saya juga
disekolahkan di swasta Islam satu SD satu TK, saya berpendapat
bukan melarang tapi untuk perbandingan nanti SMP atau SDnya
di sekolah lain tapi suami tetep kekeh ya udah biar disana aja gitu,
suami saya ya kalo anak-anak sekolah dia yang antar-jemput.” .
MC-PSA-/47/52
Ibu Marcel tidak diberi kesempatan oleh sang suami ikut membantu
memilih sekolah bagi kedua anaknya, sikap tidak terima dialmai oleh Ibu
Marcel begitu pula kesedihan yang dirasakannya. Pernyataan Ibu Marcel
mendapat pembenaran dari sang mama yang menyerahkan segala urusan
anak kepada menantunya berkaitan dengan kedua cucunya:
“Iya, untuk sekolah semua jadi urusan ayahnya, kan mantu saya itu
dari jaman SMP sekolahnya di pondok jadi ya agamanya kental
sekali mbk. Bahkan cucu saya yang nomer satu niatnya biar
sekolah di tempat lain untuk perbandingan juga mantu saya
bilangnya biar di sana aja gitu, ya sudah ndak apa-apa…” MM-
SO-PSA-1/47/9
Mendengar pernyataan dari sang suami maka Ibu Marcel menyetujui
dan mengikuti keputusan dari suami. Ibu Marcel hanya mengatakan bahwa
anaknya juga pasti bisa berkembang walau selalu ada ditempat yang sama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
untuk dunia belajarnya. Pendapat Paramitha (2002) sesuai dengan keadaan
Ibu Marcel, yang harapannya berada di sekolah yang tepat akan sangat
membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anaknya. Menurut
hasil penelitian nyatanya anak Ibu Marcel juga bisa mendapatkan nilai
yang baik setiap semesternya. Saat melakukan observasi di rumah Ibu
Marcel terlihat hasil ujian A yang mendapat nilai baik, sembari Ibu Marcel
ikut mengajari A belajar bersama adiknya. Ibu Marcel sudah melakukan
yang terbaik bagi anak-anaknya dengan mendukung melalu berbagi
kegiatan, akan tetapi lagi-lagi sikap menerima karena tidak ada kesempatan
yang tidak mampu Ibu Marcel perjuangkan didepan suam, akan tetapi yang
dilakukan Ibu Marcel terkesan tidak akan membawa perubahan dalam
rumah tangganya terlebih bagi suami yang akan semakin tidak mau tahu.
3. Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan
Menurut Paramitha (2002) relasi dalam keluarga akan mempengaruhi
karakter atau kepribadian dari seorang anak bahwa fondasi utama
pendidikan adalah keluarga, bukan sekolah. Pola komunikasi orang tua
harus disiapkan dengan baik, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang
tua dan anak-anaknya,terutama yang berhubungan dengan upaya
membantu mereka untuk memecahkan masalahnya. Ketika orang tua tidak
bisa berkomunikasi dengan baik kepada anaknya, maka dapat dikatakan
bahwa relasi atau hubungan mereka kurang baik bagi diri dan
lingkunganya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Relasi yang terjalin antara pasangan yang berbeda agama juga
terkadang mempengaruhi bagi psikologis anak ditengah keluarga dan
lingkungan seperti yang diungkapkan oleh Ibu Marcel:
“Anak pertama saya si A yang paling besar juga suka minder kalo
ketemu sama saudara-saudaranya yang lain, apalagi saudara dari
mama yang semua agamanya Katolik”. MC-RKDL-1/49/64
Ternyata perbedaan agama mempengaruhi psikologis anak salah
satunya sikap minder yang dialami oleh salah satu anak Ibu Marcel. Hal
yang diungkapkan oleh Ibu Marcel juga dibenarkan oleh sang mama yang
pernah mengajak A pergi bersamanya, berikut petikan wawancara
bersama mama:
“Pas kemarin sewaktu natal saya ajak A ke Mboro di sana dia
itu diam aja sepanjang hari. Waktu kumpul-kumpul juga gitu
makan juga gak mau ambil sendiri pokoknya diem aja. Setelah
saya mau ke gereja dia itu kayak takut, terus saya bilang gak
usah bilang bunda sama ayah ya kalau kita kegereja. Baru dia
mau maen sana sini, makan, ngomong juga saya terharu mbk dia
kok sampek mikir segitunya. Kemungkinan dia itu sudah tau kalo
kegereja bakalan dimarahi ayahnya.” MM-SO-RKDL-1/49/13
Nampaknya pendapat Paramitha (2002) menegenai relasi dalam
keluarga dan lingkungan sesuai dengan keadaan yang dialami oleh anak
Ibu Marcel, relasi yang terbangun ditengah keluarga besarnya menjadikan
anak minder dan tidak bisa bebas seperti halnya ketika berada di tengah
keluarga kecilnya, hal itu dikarenakan sang anak yang sudah menyadari
perbedaan agamanya dengan keluarga besarnya alhasil cara anak agar tetap
dapat bertahan dalam situasi yang membuatnya minder sang anak hanya
berdiam diri. Hal ini membuat sang nenek merasa kasihan dan pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
akhirnya ketika akan pergi kegereja nenek berpesan, agar tidak
mengatakannya kepada orang tuanya mulai dari pernyataan sang nenek
sang cucu merasa senang dan mau berdinamika bersama sanak saudara.
Menurut peneliti Ibu Marcel merasa kesulitan untuk bisa mengubah
keadaan yang terjadi dalam pernikahannya karena kembali mengingat apa
yang sudah menjadi keputusan suaminya hingga berdampak bagi sang
anak. komunikasi yang dibangun Ibu Marcel dan suami agaknya sulit untuk
dicairkan ketika membahas mengenai agama anak-anaknya.
4. Ditempati Doa Lingkungan
Menurut Huub Boelaars (2005) salah satu kekhasan Gereja Katolik
Indonesia adalah adanya sistem lingkungan/ kring/ stasi dalam pelayanan
pastoral parokial-teritorial yang memungkinkan semakin banyak kaum
beriman awam terlibat dalam pengembangan Gereja. Akan tetapi hal ini
tidak dilakukan oleh Ibu Marcel dengan alasan menghargai suami dan juga
takut kalau suaminya marah jikalau mengadakan doa lingkungan di rumah.
Tapi pada kenyataannya Ibu Marcel ada kerinduan mengikuti doa
lingkungan layaknya umat Katolik lainnya. Namun kenyataannya Ibu
Marcel tidak melakukan kewajibannya tersebut maka dari itu pendapat
mengenai doa lingkungan yang harus dilakukan umat Katolik sesuai
dengan Ibu Marcel. Terlihat sikap Ibu Marcel justru membuatnya semakin
jauh akan kewajibannya tersebut, tidak ada niatan mengutarakan
keinginannya karena merasa takut dengan suami. Jika hal ini semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
dilanjutkan akan membuat Ibu Marcel semakin merasa jauh dengan salah
satu kewajibannya.
5. Memaksakan Agama Anak
Menurut Amsal Bakhtiar (2007) bahwa tidak dibolehkannya melakukan
pemaksaan dalam agama, ini bisa dimaklumi karena Allah memposisikan
manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya, manusia bisa memilih
agama mana yang terbaik buat dirinya tentang kebebasannya. Melalui hasil
penelitian mengenai memaksakan agama anak tidak sesuai dengan Ibu
Marcel karena kedua anaknya sudah menjadi umat Islam sesuai dengan
keinginan suami. Tetapi menurut peneliti ada harapan dari Ibu Marcel
untuk salah satu anaknya ada yang menjadi orang Katolik meskipun harus
menunggu untuk kurun waktu yang lama. Nampak karena melihat usia
anaknya yang masih kecil, yang kemungkinan kelak dewasa sudah bisa
memilih mengenai agamanya sendiri karena memiliki pandangan hidup
yang berbeda.
Berdasarkan penelitian dan observasi dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam pernikahan Ibu Marcel dan suami masih terdapat beberapa kendala
yang megakibatkan konflik tanpa penyelesaian dan kurang adanya dampak
positif bagi kedua belah pihak. Merasa sedih dan tertekan terkadang
melanda karena sikap suami yang cenderung tertutup terlebih masalah
penentuan agama, kelanjutan sekolah kedua anaknya, dan mengenai doa
lingkungan yang tidak ada cela bagi Ibu Marcel ikut berperan penting
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
didalamnya. Ibu Marcel hanya dapat mengikuti keinginan suami, serta
mendukung kedua anaknya agar menjadi pribadi yang baik dan
berpendidikan.
Berikut hasil penelitian mengenai adanya konflik yang terjadi pada
pernikahan beda agama pada subjek kedua dengan Ibu Bianca.
1. Penentuan Agama Anak
Menurut Paramitha (2002) menetuan agama anak bagi pasangan
pernikahan beda agama benar-benar menjadi perhatian khusus dan perlu
dipikirkan secara matang. Kerendahan hati suami memperbolehkan anak
ikut agama istri dan begitu sebaliknya, dengan berdiskusi secara terbuka
dan adanya keterampilan berkomunikasi menurut Scannell (2010:18)
bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi individu saling memahami serta
meresolusi adanya konflik. Sikap tegas mengharuskan anak mengikuti
agama salah satu pasangan suami atau istri tanpa berdiskusi terlebih dahulu
Nampaknya pendapat Paramitha (2002) kurang sesuai pada Ibu Bianca,
penentuan agama anak bagi keluarga Ibu Bianca ternyata sudah
dibicarakan dan disepakati bersama sebelum mereka menikah seperti yang
diungkapkan oleh Ibu Bianca:
a. Peneliti: bagaimana dengan agama kelima anak ibu?
b. Ibu Bianca: “Saya mempunyai 5 anak , 2 putri dan 3 putra. Kelima
anak kami dibaptis secara Katolik, dan kami mempunyai harapan
anak lebih baik dan sukses/ diusahakan dalam perkawinan seiman.
BC-PAA-2/52/52
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
Pernyataan Ibu Bianca dibenarkan oleh Bapak Almos, mereka memiliki
harapan yang sama untuk kelima anaknya yakni semakin baik dan sukses.
Kesepkatan yang dibangun dan di komunikasikan pasangan ini cukup baik
tidak ada unsur memaksakan, adanya kompromi dan dukungan yang baik
dari Ibu Bianca membantu pernikahannya terhindar dari konflik terkait
penentuan agama anak-anaknya. Berikut petikan wawancara bersama
Bapak Almos:
“Harapannya kami semoga anak-anak kami menjadi lebih baik,
dan sukses dalam setiap rencananya. Saya juga senang ibu juga
mendukung kelima anak kami.” AL-SO-PAA-2/53/10
Bentuk dukungan dan sikap menerima diwujudkan oleh Ibu Bianca
secara langsung kepada kelima anaknya, dengan senang hati menemani dan
mendampingin kelima anaknya untuk mengikuti kegiatan sebagai umat
Katolik. Berikut pernyataan Ibu Bianca:
”Saya dengan senang hati menerima dan mendukung kelima anak
saya jadi umat Katolik. Saya mendampingi saat mereka baptis,
sekolah minggu juga mbk..sampai dirasa mereka sudah cukup
besar untuk bisa pergi kegereja sendiri dan mengikuti kegiatan
digereja. BC-PAA-2/5362
Pernyataan Ibu Bianca dibenarkan oleh Andi bahwa Ibunya sangat
mendukung kelima anaknya dalam mengikuti kegitan gereja. Ibu Bianca
bersedia mengantarkan anaknya sekolah minggu, hingga pembaptisan
keliama anaknya. Ibu Bianca tidak ingin anak-anaknya merasa terabaikan,
hal ini juga salah satu bentuk kerjasamanya bersama suami untuk
bertanggung jawab atas kelima anaknya. Terlebih keluarga Ibu Bianca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
agama sudah tidak lagi menjadi perdebatan yang saling melempar
tanggung jawab karena alasan kelima anaknya mengikuti agama suami
hingga mengharuskan suami yang mengurusi semua kewajiban kelima
anaknya di gereja tanpa berakhir konflik.
Keterbukaan diri dan tidak saling memaksakan kehendak dilakukan
oleh Ibu Bianca terlebih menentukan kelima agama anaknya. Komunikasi
yang dibangun juga nampak baik. Keluarga yang kompak sangat nampak
sehingga didalam keluarga tidak membuat agama menjadi topik yang
memancing konflik karena mengingat komitmen yang sudah disepakati
sebelum menikah.
Menurut hasil penelitian nampak bahwa dalam menetukan agama anak
Ibu Bianca tidak memperdebatkan hal tersebut karena mengetahui syarat
dari pihak gereja Katolik. Suami juga tidak memberikan tekanan kepada
Ibu Bianca sehingga merasa sendiri secara agama tapi saling mengisi
dengan perbedaan mereka. Serta komunikasi yang dibangun di tengah
pernikahan Ibu Bianca cukup baik, dukungan Ibu Bianca juga dilakukan
dengan mau mengantarkan anak-anaknya mengikuti kegiatan gereja.
2. Pemilihan Sekolah Anak
Menurut Paramitha (2002) Tanggung jawab dalam mendidik anak
terletak di atas bahu orang tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak
yang akan dibawa hingga dewasa. Pilihan sekolah yang tepat akan
sangat membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak.
Sekolah bukan hanya sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih
dari itu, sekolah menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian
anak. Oleh sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang
terbaik untuk anak. Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik
adalah yang sesuai dengan kebutuhan anak. Demikian seorang yang
menikah beda agama, hal ini akan menjadi pertimbangan serta pilihan
yang perlu dibicarakan dan disepakati bersama demi kelancaran dan
pemenuhan pendidikan yang tepat dan layak bagi sang anak. Hal
tersebut menjadi sesuatu yang penting bagi Ibu Bianca:
“kelima anak saya bersekolah di tempat yang sama, saya tidak
melarang karna sudah didiskusikan dan melihat kualitasnya.”BC-
PSA-2/55/74
Pernyataan Ibu Bianca juga di setujui oleh sang suami karena
pendidikan bagi anak jangan sampai menimbulkan kebingungan
apalagi sampai menjadi konflik antar suami istri. Akan lebih baik jika
hal ini didiskusikan sehingga membuat anak-anak nyama dan mendapat
kebutuhan yang sesuai di tempat mereka besekolah. Hasil wawancara
dengan Bapak Almos sebagai berikut:
“Semua anak memang kami sekolahkan di tempat yang sama itu
juga persetujuan dari istri dan justru mendukung sekali. Bukan
memaksakan namun melihat kualitas yang akan membentuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
mereka, kalau kuliah itu pilihan kami tapi ya beberapa anak saya
ada juga atas dasar pilihan mereka sendiri.” AL-SO-PSA-2/55/16
Pendapat Mardianto (2002) nampaknya sesuai deangan Ibu Bianca
karena memilih sekolah untuk kelima anaknya merupakan tanggung
jawab dari orang tua, selain itu Ibu Bianca mengatakan bahwa memilih
sekolah tidak melihat yang termahal akan tetapi dari segi kualitas,
dengan harapan kelima anaknya mendapatkan kenyamanan dan merasa
senang di tempat mereka bersekolah. Selain itu adanya kesepakatan
semakin mempermudah Ibu Bianca dan suami dalam memilih sekolah
bagi kelima anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian dan observasi pada Ibu Bianca tidak
ditemukan konflik yang serius selalu ada komunikasi yang baik,
keterbukaan, dan kompromi yang baik. Secara lugas Ibu Bianca
menceritakan mengenai pemilihan sekolah kelima anaknya tanpa saling
memaksakan kehendaknya masing-masing, namun berusaha untuk
menemukan jalan keluar yang berdampak positif bagi kelima anak-
anaknya.
Melalui wawancara dan observasi dengan anak kelima Ibu Bianca
dan suami bahwa untuk sekolah Ibu Bianca cenderung melihat sekolah
dari segit kualitas dan kenyamanan bagi anak-anaknya tidak
memaksakan harus sekolah di tempat yang terkenal ataupun mahal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
3. Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan
Menurut Paramitha (2002) relasi dalam keluarga akan
mempengaruhi karakter atau kepribadian dari seorang anak bahwa
fondasi utama pendidikan adalah keluarga, bukan sekolah. Pola
komunikasi orang tua harus disiapkan dengan baik, komunikasi dialogis
yang terjadi antara orang tua dan anak-anaknya,terutama yang
berhubungan dengan upaya membantu mereka untuk memecahkan
masalahnya. Ketika orang tua tidak bisa berkomunikasi dengan baik
kepada anaknya, maka dapat dikatakan bahwa relasi atau hubungan
mereka kurang baik bagi diri dan lingkunganya.
Ternyata relasi yang ada di keluarga Ibu Bianca berbeda, pendapat
Paramitha (2002) menganai relasi ternyata tidak sesuai karena yang
terjalin di tengah keluarga dan lingkungan Ibu Bianca sangat baik antara
orang tua pada kelima anak-anaknya dan sebaliknya, begitu pula dengan
lingkungan sekitar. Kelima anak-anaknya dididik dengan pola yang
membangun agar anak-anaknya berani bersosialisasi ditengah
lingkungan keluarga Ibu Bianca dikenal baik dan menjadi panutan di
tengah lingkungannya sepeti penuturan Ibu Bianca:
“Seperti kapan itu ada acara di lingkungan sini kayak OVJ Jawa
gitu saya sama bapak juga ngisi acaranya malah banyak yang
suka. Saya dan suami di minta ngisi untuk berpartisipasi
memeriahkan acaranya.”BC-RKL-2/57/102
Relasi yang dibangun Ibu Bianca dengan lingkungan cukup baik
dengan ikut serta memeriahkan acara yang diadakan di tempat Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Bianca tinggal, tak hanya Ibu Bianca ternyata kekompakan juga
diperlihatkan suami yang dilakukan dalam kesehariannya bersama istri
dan anaknya, serta aktif berpartisipasi dalam acara dilingkungan rumah.
Berikut petikan wawancara bersama Bapak Almos:
“Iya saya dan istri itu kalau dirumah ya saling ngoda apalagi
anak-anak saya itu suka guyon (bercanda). Apalagi di lingkungan
saya aktif di gereja, di berbagai acara lingkungan bersama ibu
juga. Anak saya yang dirumah tinggal satu kalau ada apa-apa ya
dia ikut terlibat.”AL-SO-RKDL-2/57/26
Anak kelima Ibu Bianca juga tak kalah kompak, ketika ada acara di
lingkungan mereka juga ikut memeriahkan acara tersebut. Walau di
rumah hanya tinggal anak terakhir dan satu-satunya yang diandalakan
oleh Ibu Bianca dan suami ketika ada kegiatan atau acara lingkungan,
Andi bersedia ikut untuk berpartisipasi, kemampuannya dalam
mengoprasikan kamera Andi salurkan dalam acara tersebut untuk
mengabadikan moment kebersamaan orang tuanya dengan warga
sekitar. Ketika ada kegiatan kerja bakti di lingkungan, Ibu Bianca,
suami, dan anaknya ikut bergotong-royong bersama warga sekitar.
Menurut Ibu Bianca hal-hal seperti ini yang semakin merekatkan
hubungan orang tua dan anak, begitu pula dengan lingkungan sekalipun
usia mereka tidak lagi muda dan anak Ibu Bianca juga sudah cukup
dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
4. Memaksakan Agama Anak
Menurut Amsal Bakhtiar (2007) bahwa tidak dibolehkannya melakukan
pemaksaan dalam agama, ini bisa dimaklumi karena Allah
memposisikan manusia sebagai makhluk berakal. Dengan akalnya,
manusia bisa memilih agama mana yang terbaik buat dirinya tentang
kebebasannya. Dari hasil penelitian mengenai memaksakan agama
anak nampaknya sesuai dengan Ibu Bianca karena mengharuskan
kelima anaknya untuk menikah secara agama Katolik sekalipun
anaknya menjalin hubungan dengan beda agama. Menurut hasil
wawancara dengan anak kelima Ibu Bianca semakin jelas bahwa
anaknya secara tidak langsung dipaksa untuk menikah secara agama
Katolik dan meminta pasangan menjadi Katolik.
Kebebasan untuk memilih seharusnya sudah bisa dirasakan dan
lakukan melihat usianya yang sudah menjelang 25 tahun. Namun Andi
anak kelima Ibu Bianca melihat harapan orang tua dan pengalaman
hidupnya sebagai orang Katolik menjadikan Andi menuruti kemauan
orang tuanya. Usia yang sudah matang ternyata tidak cukup membantu
bagi Andi untuk mengambil keputusan akan menikah dengan cara beda
agama sesuai dengan keinginan awalnya karena melihat orang tuanya
yang meskipun berbeda tapi tetap bisa bahagia. Namun nyatanya
harapan tersebut tidak dapat Andi lakukan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
Pernyataan ibu Bianca memperlihatkan bahwa relasi yang terbangun
di dalam keluarganya dapat terjalin cukup baik, begitu pula di tengah
lingkungan. Tidak ada kesulitan yang menghambat relasi dalam
keluarga Ibu Bianca. Pola komunikasi yang terjalin dapat tersampaikan
antara orang tua dan anak, begitu pula dengan lingkungan. Sehinga tidak
ada kesulitan yang dihadapai anak-anak Ibu Bianca ketika berelasi di
tengah banyak orang sekalipun lingkungan yang baru. Begitu pula
dengan penentuan agama anak, pemilihan sekolah, dan mengenai doa
lingkungan yang masing-masing tetap berjalan. Akan tetapi mengenai
anak yang harus menikah dengan orang yang satu agama terkesan
memaksakan anak untuk mengkuti aturan yang disepakat oleh Ibu
Bianca dan suami.
Berikut hasil penelitian mengenai adanya konflik yang terjadi pada
pernikahan beda agama pada subjek ketiga dengan Bapak Adi.
1.Penentuan Agama Anak
Menurut Paramitha (2002) menetuan agama anak bagi pasangan
pernikahan beda agama benar-benar menjadi perhatian khusus dan perlu
dipikirkan secara matang. Kerendahan hati suami memperbolehkan anak
ikut agama istri dan begitu sebaliknya, dengan berdiskusi secara terbuka
dan adanya keterampilan berkomunikasi menurut Scannell (2010:18)
bahwa hal tersebut dapat mempengaruhi individu saling memahami serta
meresolusi adanya konflik. Sikap tegas mengharuskan anak mengikuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
agama salah satu pasangan suami atau istri tanpa berdiskusi terlebih
dahulu.
Nampaknya pendapat tersebut sesuai dengan keadaan Bapak Adi,
karena tidak ada paksaan secara pribadi untuk agama anak dan adanya
komunikasi terbuka yang dilakukan Bapak Adi dan istri yang disepakati
jauh sebelum melaksanakan pernikahan beda agama. Agama anak telah
diketahui Bapak Adi bahwa dalam syarat dispensasi gereja, anak wajib
mengikuti agama sang istri yang beragama Katolik. Dari petikan
wawancara dengan Bapak Adi menunjukkan bahwa menurut Bapak Adi
agama Katolik adalah yang terbaik bagi anaknya. Berikut pernyataan
Bapak Adi:
a. Peneliti: Bagaimana pendapat ke dua anak bapak suatu ketika
menanyakan agamanya ikut sang ibu?
b. Bapak Adi: “ intinya saya menjelaskan bahwa itu yang terbaik.
Saya serahkan pada ibu untuk mendidik anak-anak menjadi
orang Katolik. Tapi saya juga gak merasa kesulitan untuk
memahami kedua anak saya mbk. Kadangkala saya juga
memberikan gambaran tentang agama saya sendiri. Setidaknya
mereka dapat memahami dengan baik biar gak ada pandangan
buruk. AD-PAA-3/60/40
Terbaik menurut Bapak Adi ketika anaknya menjadi orang Katolik
seperti istrinya, namun tidak membuat Bapak Adi merasa kesulitan untuk
memahami anak-anaknya. Bapak Adi juga memberikan gambaran
mengenai agama Muslim agar tidak ada pandangan buruk dari anak-
anaknya. Hal serupa dibenarkan oleh sang istri yang sungguh bangga
dengan sikap sang suami yang dengan sepenuh hati memberikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
kepercayaan ketika kedua anaknya menjadi orang Katolik. Namun hal
tersebut tidak mengurangi kerjasama mereka dalam mengasuh,
membimbing, dan mengajari anak tanpa melihat perbedaan agama, berikut
petikan wawancara Ibu Ria:
“saya senang mbk denger suami saya tiap kali bilang seperti itu,
tapi kita tetap kompak dalam memberikan arahan pada anak-anak.
Kiranya yang saya ajarkan kurang sesuai ya bapak yang
mengingatkan dan memberi saran sama saya ketika sudah tidak
ada anak-anak. baiknya begini lho bu gitu mbk..” R-SO-PAA-
3/61/16
Layaknya pasangan yang seiman dengan rendah hati Bapak Adi
berusaha untuk kedua anaknya tetap menjadi orang Katolik yang
harapannya menjadi lebih baik. Tanpa membedakan ajaran dari Bapak Adi,
Ibu Ria pun rela menerima kritikan dari suami tanpa beradu pendapat yang
menyebabkan konflik. Hasil penelitian menunjukkan bhwa ada hal positif
yang mampu Bapak Adi lakukan yakni mengingatkan anaknya untuk tidak
lupa berdoa, kegereja setiap hari minggu, dan berpantang saat menjelang
Paskah. Bapak Adi juga mendampingi kedua anaknya ketika pembaptisan
di gereja. Hal itu salah satu bentuk Bapak Adi saling menghormati agama
istri dan kedua anaknya, meskipun ketika ada kegiatan sekolah minggu
cenderung istri yang mendampingi. Mengenai penentuan agama anak
Bapak Adi sangat ingat dan konsisten dengan janji pernikahannya dengan
mengingat syarat dari gereja, hingga kedua anaknya tumbuh dewasa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Pemilihan Sekolah Anak
Menurut Paramitha (2002) tanggung jawab dalam mendidik anak
terletak di atas bahu orang tua. Melalui pendidikan, orang tua dapat
memberikan pengaruh dalam pembentukan pribadi anak dan watak yang
akan dibawa hingga dewasa. Pilihan sekolah yang tepat akan sangat
membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak. Sekolah
bukan hanya sebagai tempat anak mencari ilmu, namun lebih dari itu,
sekolah menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian anak. oleh
sebab itu, orang tua jelas harus memilih sekolah yang terbaik untuk anak.
Terbaik bukan berarti yang termahal. Terbaik adalah yang sesuai dengan
kebutuhan anak. Demikian seorang yang menikah beda agama, hal ini akan
menjadi pertimbangan serta pilihan yang perlu dibicarakan dan disepakati
bersama demi kelancaran dan pemenuhan pendidikan yang tepat dan layak
bagi sang anak.
Pernyataan tersebut sesuai karena Bapak Adi mendukung bahwa
sekolah membantu memaksimalkan perkembangan kecerdasan anak, serta
menjadi tempat pembentukan karakter dan kepribadian yang terbaik untuk
anak. Mendukung hal tersebut tidak lantas membuat Bapak Adi
memaksakan kehendaknya untuk menentukan sekolah kedua anaknya.
Seperti yang diungkapakan oleh Bapak Adi:
“Kalau pendidikan kami juga mendiskusikan tapi anak saya juga
sudah punya pilihan sekolah yang sejalan dengan kami yaa jadinya
kami tidak perlu memaksakan. Kami berusaha untuk memberikan
yang ternyaman bagi anak kami.” AD-PSA-3/62/59
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Keputusan Bapak Adi juga benarkan oleh Ibu Ria yang juga
mendukung keputusan suaminya bahwa untuk pemilihan sekolah
seluruhnya diserahkan pada kedua anaknya. Berikut pernyataan Ibu Ria
mengenai pemilihan sekolah anaknya:
“Untuk pendidikan saya dan suami ya diskusi juga, tapi tidak
memaksakan kehendak kita pada anak. hanya memberi gambaran
mengenai sekolah, mau milihnya dimana ya ndak apa kebetulan
anak pertama dan kedua sekolahnya pengen ditempat yang sama.
R-SO-PSA-3/63/10
Kenyataannya untuk keberlanjutan sekolah Bapak Adi dan Ibu Ria saling
berdiskusi guna kenyamanan kedua anaknya tanpa memaksakan kehendak
mereka sebagai orang tua. Pernyataan tersebut di benarkan oleh Dimas
berikut pernyataannya :
“ Ibu sama bapak gak pernah maksa (milih sekolah) mbk cuma
sering ingatkan aja, tapi ya aturannya ketat, waktunya pulang ya
pulang baru kalau mau maen. Bapak ibu orangnya disiplin tapi ya
gak terus buat saya dan kakak saya takut.”D-SO-PSA-3/63/24
Petikan wawancara dengan Dimas dapat dikatakan Bapak Adi dan Ibu
Ria tidak ingin terlalu menyetir kedua anaknya. Justru dengan menerapkan
kedisiplinan tanpa mengurangi kenyamanan kedua anaknya itulah yang
diterapkan dalam keluarga Bapak Adi. Bapak Adi memberikan kebebasan
anaknya untuk memilih sekolah yang mereka sukai, memberikan
kenyamanan, serta tidak mengurangi semangat belajar kedua anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
3. Relasi dalam Keluarga dan Lingkungan
Menurut Paramitha (2002) relasi dalam keluarga akan mempengaruhi
karakter atau kepribadian dari seorang anak bahwa fondasi utama
pendidikan adalah keluarga, bukan sekolah. Pola komunikasi orang tua
harus disiapkan dengan baik, komunikasi dialogis yang terjadi antara orang
tua dan anak-anaknya,terutama yang berhubungan dengan upaya
membantu mereka untuk memecahkan masalahnya. Ketika orang tua tidak
bisa berkomunikasi dengan baik kepada anaknya, maka dapat dikatakan
bahwa relasi atau hubungan mereka kurang baik bagi diri dan lingkungan.
Relasi yang terjalin antara pasangan yang berbeda agama juga
terkadang mempengaruhi bagi psikologis anak ditengah keluarga dan
lingkungan. Ketika melakukan wawancara mengenai relasi Bapak Adi
mengungkapkan pernyataan berikut:
“Kalo untuk relasi dengan keluarga baik-baik saja semua sudah
tau kalau saya dan istri berbeda begitu dengan anak-anak yang
ikut ibunya. Tapi ya namanya hidup ditengah banyak orang dan
keluarga yang berbeda-beda pasti punya pandangan yang lain
juga. Kalau dikeluarga besar saya baik semua, keluarga istri juga
baik tanggapannya.” AD-RKDL-3/64/68
Hal ini membuat Bapak Adi semakin mampu belajar menyikapi
keadaan yang ada disekitarnya. Hasil observasi ketika berada di rumah,
Bapak Adi mengajak Dimas untuk menghadiri acara syukuran tetangga
yang merayakan kataman yang menjadi tradisi umat Muslim, ajakan
Bapak Adi disambut baik oleh Dimas. Bapak Adi senang ketika anaknya
mau datang ke acara yang digelar oleh tetangganya tersebut. Ketika ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
acara Bapak Adi dan keluarganya selalu mencoba ambil bagian untuk
memeriahkan acara dilingkungannya. Ketika melakukan observasi saat
perayaan Idul Fitri, Bapak Adi mengizinkan anak-anaknya mengundang
teman-teman sebayanya untuk makan bersama dengan mempersilahkan
bakar ikan bersama. Bapak Adi. Ibu Ria mengatakan bahwa meskipun
suaminya seorang Islam akan tetapi tidak luput selalu mengajari anaknya
berbagi dan mengingatkan anak dan istri bersikap baik kepada orang lain
seperti ajaran Yesus. Seperti petikan wawancara dengan Ibu Ria berikut
ini:
“kami kan tinggal dilingkungan yang mayoritas Muslim ya kalau
ada omongan yang kurang enak didengar ya biarkan saja,
nyatanya kami baik-baik saja, tinggal bagaimana kita
menyikapinya. Kalau ada acara kataman anak-anak gitu ya kami
juga datang mbk. Lebaran juga pada bakar-bakar dirumah, temen-
temenya anak saya juga pada datang ya tetangga sini mbk.. Tapi
mbk gimanapun suami saya Muslim, tapi suami saya juga
mengajarkan anak-anak untuk tetap ramah, berbagi juga.. kata
suami saya sama seperti Yesus yang penuh kasih walau sekalipun
ada orang yang tidak suka sering bapak bilang gitu sama saya dan
anak-anak.” R-SO-RKDL-3/65/46
Nampaknya pendapat Paramitha (2002) tersebut tidak sesuai karena
Bapak Adi dan Ibu Ria memulai komunikasi secara terbuka dengan kedua
anaknya. Bapak Adi mengajarkan kedua anaknya untuk bertegur sapa dan
saling berbagi sekalipun mereka tidak sukai. Bapak Adi melibatkan kasih
Tuhan dalam menjalin relasi ditengah keluarga dan lingkungannya. Bapak
Adi juga dikenal sebagai orang yang penting di lingkungannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
Petikan wawancara diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga Bapak
Adi mampu mengatasi konflik yang ada ditengah keluarga kecilnya, dengan
adanya komunikasi yang baik, adanya kerendahan hati antara Bapak Adi dan Ibu
Ria, sehingga berdampak positif bagi hubungan rumah tangganya. Bapak Adi
jarang melarang anaknya untuk belajar di luar rumah dengan syarat disiplin dalam
mengatur waktu.
Berdasarkan poin 1, 2 ,3, 4 dari ketiga pernyataan subjek serta berdasarkan
hasil observasi dan wawancara, dapat disimpulkan bahwa dalam pernikahan beda
agama ditemukan adanya potensi konflik yang dapat terjadi di tengah pernikahan
beda agama. Latar belakang dan komitmen yang berbeda membuat ketiga subjek
memiliki cara manajemen konflik yang berbeda dan digunakan dalam pernikahan
beda agama. Berikut cara-cara yang digunakan ketiga subjek berdasarkan hasil
observasi dan wawancara.
Subjek pertama yaitu Ibu Marcel yang beranjak dari adanya konflik yang
terjadi serta cara manajemen konflk yang digunakan. Berikut uraian hasil
penelitian di lapangan:
Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000) ada beberapa cara
Manajemen Konflik pada pernikahan beda agama yang digunakan yaitu:
1. Menarik Diri
Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000) menarik diri
ialah ketika seseorang berada di situasi tertentu yang kadang- kadang
situasi tersebut sangat menakutkan hingga menjauhkan diri ketika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
menghadapi konflik dengan menggunakan mekanisme pertahan diri.
Suami yang cenderung diam dan tertutup membuat Ibu Marcel
cenderung menarik diri ketika bertengkar, hal itu juga disebabkan suami
kerap melontarkan suara yang keras dan terkesan membentak. Sikap
suami yang sulit ditebak dan tidak ada niatan baik untuk menyelesaikan
masalah secara langsung semakin membuat Ibu Marcel lelah dan
menyerah.
Ketika melakukan wawancara dengan Ibu Marcel dan sang mama
bahwa menantunya kerap kali pergi atau diam ketika terjadi masalah
terlebih yang berkaitan dengan agama anak. Sikap suami yang acuh
membuat Ibu Marcel kerap membalas sikap acuh dengan mendiamkan
sang suami dan asik dengan kegiatannya tanpa bertegur sapa dengan
suami. Ketika konflik terjadi suami kerap kali melontarkan kata-kata
yang kasar, membating pintu cukup keras. Pernyataan Ibu Marcel juga
dibenarkan oleh sang mama yang mengetahui permasalahannya,
mengetahui kejadian tersebut sang mama tidak ikut campur karena tidak
ingin memperkeruh suasana. Sang mama membenarkan bahwa
menantunya adalah orang yang pendiam dan susah dtitebak serta
kemarahannya bisa meledak-leda ketika aturannya dilanggar. Berikut
penuturan sang mama:
“ Mantu saya itu pendiam, tertutup juga mbk jadi ya ada apa-apa
cuma diam jadi anak saya ya cuma diam tanya kenapa juga
enggak. Tapi sekalinya mantu saya itu marah ya ngomongnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
keras, mbentak-mbentak, nutup pintu keras, palingan terus diem
dikamar tidur gitu mbk.” MM-SO-MD-1/6751
Pendapat mengenai manajemen konflik dengan cara destruktif
terkait menarik diri ternyata dilakukan oleh Ibu Marcel karena nampak
dari sikap mengalah yang dilakukan oleh Ibu Marcel. Sikap menyerah
juga dilakukan oleh Ibu Marcel karena hal tersebut terjadi bila salah satu
pihak menyerahkan kemenangan pada pihak lain yang terlibat konflik.
Pendapat Mardianto (2000) nampaknya sesuai dengan yang dialami Ibu
Marcel karena dari petikan wawancara dengan Ibu Marcel dapat
dikatakan bahwa Ibu Marcel secara tidak langsung menyerah dengan
sikap, dan keputusan yang dibuat oleh suaminya. Semata-mata tidak
ingin menambah konflik di antara Ibu Marcel dan suami.
Manajemen konflik yang dilakukan mengenai menarik diri jikalau
tetap dilakukan ketika seorang merespon sikap yang tidak sesuai maka
akan menjadi bias bagi hubungan suami istri sebab tidak adanya
keterbukaan dalam menjalin komunikasi sehingga sering kali
menimbulkan ketegangan dan ketakutan.
2. Negosiasi
Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu
yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi. Bernegosiasi juga diajukan
oleh Ibu Marcel sebelum anak keduanya lahir. Namun ketika anak
pertama lahir dan harus menjadi muslim Ibu Marcel seketika marah dan
mengatakan akan memiliki satu orang anak saja dengan alasan tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
ingin semua anaknya menjadi muslim. Namun suami tidak
menghiraukannya, ternyata setelah Ibu Marcel menyelesaikan tugas
akhir barulah Ibu Marcel mengetahuinya jika dia sedang mengandung
anak kedua. Kekesalan Ibu Marcel semakin meledak-ledak hingga niat
menggugurkan kandungan sempat terbesit dipikirannya.
Keputusan untuk tidak menggugurkan anak keduanya Ibu Marcel
memiliki alasan yakni, Ibu Marcel mendengar percakapan kedua ibu-ibu
digereja yang membicarakan kehamilan mereka. Salah seorang ibu
belum memiliki anak yang dan satu telah hamil besar. Seketika Ibu
Marcel tersentuh hatinya.
Hal ini yang membuat Ibu Marcel mengurungkan niatnya untuk
menggugurkan kandungannya. Pada akhirnya anak keduanya lahir dan
Ibu Marcel mengajukan permintaan pada sang suami yang berkaitan
dengan kedua anaknya. Ibu Marcel meminta hak untuk mengajari kedua
anaknya walaupun hanya sebatas pelajar umum, serta untuk mengajari
kedua anaknya bergaul ditengah lingkungan. Hal tersebut disetujui oleh
sang suami dan memberikan kepercayaan pada Ibu Marcel.
“Kalau saya dikasih hak buat sebatas ngajarin anak-anak saya
pelajaran umum mbk tapi yang berbau agama ayahnya..”MC-NG-
1/69/42
Pendapat Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000)
nampaknya sesuai dengan keadaan Ibu Marcel ketika masalah agama
dan pemilihan sekolah seluruhnya menjadi kewenangan sang suami. Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
Marcel mengajukan negosiasi kepada suami. Sang mama juga
menyetujui hal tersebut bahwa putrinya diijinkan untuk mengajari kedua
cucunya walaupun hanya pelajaran umum. Sedangkan menantunya
memiliki hak yang lebih untuk mengajari keagamaan.
Cara menangapi respon dengan bernegosiasi sangat dianjurkan akan
tetapi harus mengerti dan paham mengenai hal apa yang akan disepakati
bersama, akankah berdampak baik atau sebaliknya. Sehingga penting
mempertimbangkan cara negosiasi ini.
3. Accommodation (akomodasi/ melunak)
Accomodation merupakan sikap cenderung mengesampingkan
keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan orang lain. Cara ini juga disebut dengan obliging style,
dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia
akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas
kepentingan diri sendiri. Perdapat Gottman dan Korkoff (dalam
Mardianto, 2000) nampaknya sesuai dengan keadaan Ibu Marcel sikap
lebih mementingkan keputusan atau keinginan suami lebih diutamakan.
Keinginan atau saran yang selalu saja membuat suami emosi lebih
baik tidak disampaikan oleh Ibu Marcel sehingga sikap diam, mengalah,
dan menyutujui keputusan suami dilakukan oleh Ibu Marcel. Sang
mama yang menjadi pendengar setia Ibu Marcel juga menyetujui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
pernyataan sang anak dari pada suasana menjadi panas lebih baik terima
dan iringi dengan doa. Setiap kali Ibu Marcel menceritakan mengenai
keluarga kecilnya selalu saja diiringi dengan linangan air mata. Sikap
selalu mengalah Ibu Marcel dirasa sudah cukup sering, namun suami
tetap saja diam.
Hasil dari petikan wawancara dan observasi dapat disimpulkan
bahwa adanya cara manajemen konflik yang cenderung digunakan oleh
Ibu Marcel ialah cara destruktif-konstruktif yakni menarik diri-
mengalah, dengan adanya negosiasi,dan akomodasi. Setiapa kali Ibu
Marcel membahas agama kedua anaknya dan hak yang diberika suami
pada Ibu Marcel, hanya tetesan air mata yang Ibu Marcel tampakkan.
Melihat cara yang digunakan oleh Ibu Marcel tidak cukup membantu
menyelesaikan konflik yang terjadi, karena sikap Ibu Marcel yang
adakalanya merasa menyerah dan menarik diri ketika bertemu dengan
suami. Negosiasi yang diajukan ternyata justru memberatkan Ibu Marcel
dan membuatnya tertekan, karena Ibu Marcel hanya diberi hak untuk
mengajari anaknya dalam pelajaran umum tanpa suami menghiraukan
keinginan Ibu Marcel untuk andil dalam membimbing anaknya bisa
menjadi orang Katolik, paling tidak satu diantara kedua anak Ibu
Marcel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Hasil wawancara dan observasi dari subjek ke-2 yaitu Ibu Bianca yang
beranjak dari adanya potensi konflik yang terjadi serta cara manajemennya
konflik yang dilakukan. Berikut uraian hasil penelitian di lapangan:
1. Kompromi
Menurut Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto, 2000)
mengatakan bahwa kompromi, dimana pihak-pihak yang terlibat
mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap
perselisihan yang ada. Cara berkompromi mampu diterapkan oleh Ibu
Bianca sehingga pertengkaran masalah agama diantara mereka hampir
tidak ada. Komunikasi dan dialog mendalam mengenai agama dan
persoalan lain menjadi faktor penting dalam menjaga keutuhan keluarga.
Ibu Bianca tidak meminta satu diantara kelima anaknya mengikutinya
secara keyakinan, karna Ibu Bianca yakin doa anak untuk ibunya akan
didengar. Berikut petikan wawancara bersama Ibu Bianca:
a. Peneliti: apakah ibu tidak merasa sedih ketika satu diantara
kelima anak ibu tidak ada yang seperti ibu?
b. Ibu Bianca: “Lebih baik saya dan suami membahas
kelangsungan hubungan anak kelima kami agar sama-sama
tidak binggung dan akhirnya sama-sama tidak diberatkan,
saya yakin itu yang terbaik. Saya gak sedih mbk. Hanya
rasanya ketika saya ikut kegereja saya kurang bisa mengena
dihati gitu mbak ada yang beda dan tidak bisa dipaksakan.”
BC-KM-2/72/56
Pendapat mengenai kompromi nyatanya sesuai dengan keadaan Ibu
Bianca. Tuntutan yang hampir tidak dilakukan oleh Ibu Bianca
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
mengenai agama kelima anaknya untuk ikut menjadi Muslim tidak
membuat berselisih paham dengan suami. Namun hal tersebut tidak
megurangi rasa saling menghargai satu dengan yang lain Ibu Bianca
tetap melakukannya sebagai umat Islam dan begitu pula suami dan
anaknya. Andi mengatakan bahwa tidak adanya tuntutan yang
berlebihan dari Ibu membuatnya semakin menyayanginya. Bapak Almos
juga tidak melarang istri melakukan kewajibanya sebagai umat Muslim
justru mendukung istri dengan ikut berpuasa ketika bulan puasa tiba.
Hasil observasi saat di gereja terlihat Bapak Almos terburu-buru akan
pulang untuk menemani istri buka puasa bersama.
Cara mengenai kompromi baik jika disadari bersama antara suami
dan istri mengenai tuntutan-tuntutan yang harus dikurangi ketika
mengalami konflik di tengah pernikahan, dengan demikian akan
semakin berdampak positif bagi kedua belah pihak.
2. Menarik Diri
Manajemen konflik ini, pihak yang berkonflik tidak menarik diri
dari konflik yang dialami dan tidak menggunakan mekanisme pertahan
diri, tetapi lebih berusaha menampilkan diri untuk terus
mempertahankan diri guna meyelesaikan konflik yang terjadi. Pendapat
Mardianto (2000) tersebut sesuai dengan yang dialami oleh Ibu Bianca
bahwa tidak ada keluarga yang tidak pernah cekcok, akan tetapi tetap
hadir sebagai seorang yang bertanggung jawab untuk menyelesaikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
masalah yang ada dan membangun suasana ditengah keluarga menjadi
lebih hangat. Hal serupa juga diungkapkan oleh Bapak Almos rumah
tangga yang bahagia bukan berarti tidak ada keributan, untuk itu
diperlukan seni untuk mengatasi konflik, semakin bisa menyesuaikan
diri maka akan semakin harmonis, semakin mengenal dan bahagia.
Menurut Ibu Bianca dan sang suami cekcok kecil mendatangkan
bahagia, sedangkan cekcok besar bisa mendatangkan bahaya, sehingga
perlu mawas diri dan mampu menghadapinya. Setiap ada perkara selalu
dihadapi dengan kepala dingin walau pasti ada api didalam hati. Hal
tersebut diutarakan Ibu Bianca, akan tetapi tidak membuat suami istri ini
pergi dan mengabaikan permasalahan yang sedang dialami.
Respon mengenai menarik diri ini justru tidak menghindar atau
menggunakan mekanisme pertahanan diri sehingga baik jika cara ini
dapat digunakan dalam pernikahan beda agama, karena dampaknya akan
menjadi semakin baik ketika terjadi konflik mampu menyelesaikannya
secara langsung tanpa harus saling menunggu.
3. Hampir selalu Berbentuk Tatap Muka
Cenderung menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun
ekspresi wajah. Nampaknya pendapat Mardianto (2000) sesuai dengan
keadaan yang alami Ibu Bianca karena, ketika menghadapi konflik
mereka sepakat menyelesaikan saat mereka sudah berkumpul dirumah
tanpa menunggu hari esok, itu salah satu prinsip Ibu Bianca. Saat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
melakukan wawancara, Bapak Almos mengatakan bahwa yang sering
meminta maaf ialah dia dan ternyata berdampak positif pula bagi Ibu
Bianca, ia meminta maaf terlebih dahulu dengan tujuan agar situasi
yang kurang hangat dapat mencair.
Bapak Almos yang sering memuji dan memperlakukan Ibu Bianca
seperti memegang kelingking dan mengusap rambutnya membuat Ibu
Bianca sulit untuk tidak langsung reda saat merasa kesal. Ucapan
Bapak Almos yang sering bercanda membuat Ibu Bianca semakin tidak
betah berlama-lama marah. Bapak Almos yang humoris ternyata
menjadi salah satu cara yang sering digunakan untuk mencairkan
suasana ketika Ibu Bianca kesal. Andi juga membenarkan pernyataan
mengenai cara yang sering digunakan Bapak dan Ibunya. Berikut
petikan wawancara dengan Andi:
Peneliti: Mas kalau bapak dan ibu sedang marah gimana sikap
mereka?
Andi: “walaupun suasana sedang memanas, saat itu juga harus
diselesaikan apalagi Ibu yang sebenarnya masih jengkel tapi
bapak orangnya suka ngelucu jadi bapak coba bikin ibu gak
marah lagi, gak tau itu dari dagelan omongannya atau sikapnya
yang agak konyol gitu hehehe…”. AN-SO-HSBTM-2/75/22
Kebiasaan yang digunakan Ibu Bianca dan suami dapat menjadi
satu cara dalam mengatasi konflik dan ketegangan yang terjadi
ditengah pernikahan. Menciptakan suasana yang ceria dan membuat
orang lain tertawa dapat semakin mudah mengutarakan kekesalan yang
sulit diungkapkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
Merespon dengan cara Humor ditemukan di dalam pernikahan Ibu
Bianca dan baik jika dapat digunakan. Dampak positif yang diterima
ternyata tidak sedikit ketika dalam pernikahan mampu menggunakan
cara dan kebiasaan yang cenderung memanjakan pasangannya dengan
cara-cara yang unik.
4. Negosiasi
Negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu
yang belum terjadi dan kita inginkan terjadi. Nampaknya pendapat
Mardianto (2000) sesuai dengan yang dialami Ibu Bianca.
Kesepakatan untuk kelima anaknya dibaptis secara Katholik. Harapan
Ibu Bianca yakni anak menjadi lebih baik dan sukses atau diusahakan
dalam perkawinan seiman. Ibu Bianca dan suami sepakat untuk
kelima anaknya diwajibkan menikah diusia 25 tahun baik laki-laki
ataupun perempuan. Kedua anak Ibu Bianca menikah diusia 25 tahun,
sedangkan anak ketiga menikah diusia 26 tahun. Anak keempat Ibu
Bianca menjelang menikah diusia 25 tahun setelah lulus Pasca
Sarjana. Anak kelima Ibu Bianca justru memiliki jalan cerita yang
sama dengan orang tuanya yakni memilki calon pendamping seorang
Muslim. Pada awalnya Andi megatakan kepada orangtuanya bahwa
Andi akan menikah secara beda agama mengikuti jejak orangtuanya,
akan tetapi Ibu Bianca dan suami memberikan arahan kepada anaknya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
Bapak Almos mencoba mengajak Andi bicara, harapan untuk
anaknya bisa bersatu dalam agama yang sama dan lebih baik. Tidak
ada larangan orang tua jikalau akan melanjutkan hubungan yang lebih
serius dan memantapkan hubungan mereka. Andi mengindahkan saran
dari orang tuanya dan mengatakan pada calon pendampingnya hingga
sampai pada orang tuanya. Tanggapan yang baik diterima Andi dari
kedua orang tua calon pendampingnya, mereka berdua bersedia untuk
hidup dalam satu iman walau ada berbagai pertimbangan dan
persiapan dari pihak wanita. Pernyataan Ibu Bianca dan suami
dibenarkan oleh Andi bahwa masih banyak yang harus dipersiapkan
baik bagi Andi ataupun calon pendampingnya.
Bernegosiasi di dalam pernikahan memanglah penting, akan tetapi
harus mencermati dan mempertimbangakan pihak lain agar tidak ada
kesenjangan atau paksaan dari pihak lainnya.
5. Collaboration (kerjasama)
Collaboration merupakan sikap bekerjasama dengan tujuan untuk
mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi
individu, dan memiliki tingkat keasertifan (ketegasan) sehingga
memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Pendapat
Gottman dan Korkoff (dalam Mardianto 2000) nampaknya sesuai
dengan keadaan Ibu Bianca karena dalam keluarga kecilnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
menerapkan prinsip keluar yang dimaksud ialah keluar dari sifat
kekanak-kanakan, ketergantungan orangtua, kenangan masa lalu.
Prinsip komunikasi terbuka akan menambah sikap saling
pengertian, bebas dari kecurigaan, dan akan menambah keharmonisan
(tidak adanya rahasia diantara kami berdua) sesuai pula dengan
pendapat Scanell (2010:18) yang mengatakan bahwa ketrampilan
dalam berkomunikasi dapat mempengaruhi individu dapat memahami
sebuah konflik. Hal tersebut diterapkan oleh Ibu Bianca hingga
mempermudah dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Prinsip
kewajiban terhadap istri atau suami (kebutuhan roh) seperti halnya
kebutuhan jiwa menurut Bapak Almos yakni tunduk, tulus (kejujuran,
rasa aman, rasa hormat, dan kepercayaan.
“Menjadi suami yang memberikan itu semua menjadi sebuah
kebanggaan dan membuat istri saya bahagia mbk. Nikmatilah
hidup dengan istrimu yang kau kasihi seumur hidup, tidak
mengungkap masa lalu/ jangan membanding-bandingkan, itu
sangat saya terapkan.” AL-SO-CLB-2/77/58
Menurut Ibu Bianca kerjasama juga ditunjukkan melalui loyalitas
atau setia dimana kesetiaan untuk saling memiliki, tak ada simpanan
dan kebutuhan tubuh yaitu tanggung jawab masalah seksual kasih itu
cenderung lebih ke-memberi. Penguasaan diri, bertanggung jawab
dalam pengelolaan uang, penentuan prioritas, hati-hati dengan hutang
dan berpendirian teguh terhadap rayuan iklan. Kerjasama yang dijalin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
dalam keluarga Bapak Almos dan Ibu Bianca menjadi sangat
kompleks sehingga hampir tidak ada cekcok diantara mereka.
Kerjasama sangat di butuhkan dalam pernikahan beda agama maka
cara ini sangat baik apabila mampu dilakukan bersama, serta semakin
kompleks kebahagiaan yang ada dalam pernikahan.
6. Accommodation (akomodasi/ melunak)
Accommodation adalah sikap yang cenderung mengesampingkan
keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan orang lain. cara ini juga disebut dengan obliging style,
dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia
akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas
kepentingan diri sendiri. Pendapat Mardianto (2000) nampaknya
sesuai dengan keadaan Ibu Bianca. Adanya sikap cenderung mengalah
untuk berdamai sekalipun ada perasaan kesal namun dengan rendah
hati Ibu Bianca meminta maaf terlebih dahulu supaya perselisihan
tidak semakin berlarut-larut. Bapak Almos dan Ibu Bianca sadar
bahwa pernikahan beda agama memiliki banyak tantangannya, namun
perkawinan mereka berdua merupakan suatu pilihan, dengan cinta
kuat, ada kesiapan menghadapi masalah. Bapak Almos dan Ibu Bianca
mengungkapkan bahwa:
“Saya memilih Ibu karena banyak kualitas diri yang kusuka
dan kukagumi dari pasanganku”AL-AKMD-2/79/72
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
“Saya memilih Bapak karena kepribadian yang
bersahaja/sederhana dan mempunyai rasa tanggung jawab
terhadap komitmen yang sudah disepakati bersama”.BC-
AKMD-2/79/50
Sikap saling mengahargai kepribadian pasangannya dan selalu
mengindahkan komitmen bersama akan semakin mempererat
hubungan suami istri ketika terjadi konflik. Hal tersebut dilakukan
oleh Ibu Bianca dan suami. Saling menghargai dan menjaga komitmen
menjadi salah satu cara dalam manajemen konflik didalam pernikahan.
Hasil wawancara dan observasi yang dapat disimpulkan bahwa Ibu
Bianca dapat menjaga keharmonisan keluarga, dengan menerapkan
cara-cara seperti kerjasama, akomodasi, negosiasi, kompromi, menarik
diri dan selalu bertatap muka ketika terjadi konflik. Adanya
kepercayaan terhadap sesama sangat mereka junjung tinggi, dan juga
sifat Bapak Almos yang humoris merupakan salah satu cara
mengurangi ketegangan dalam mengatasi konflik dengan pasangan.
Hasil wawancara dan observasi dari subjek ke-3 yaitu Bapak Adi yang
beranjak dari adanya potensi konflik yang terjadi serta cara manajemen konflik
yang digunakan. Berikut uraian hasil penelitian dilapangan:
1. Kompromi
Kompromi dimana pihak-pihak yang terlibat mengurangi
tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
Nampaknya pendapat Mardianto (2000) sesuai dengan keadaan Bapak
Adi. Mengurangi tuntutan dengan pasangan atau dengan anak
diterapkan oleh Bapak Adi, ketika menghadapi persoalan dapat
ditemukan jalan keluar bersama yang disepakati tanpa menyalahkan
pasangan.
Wawancara yang dilakukan dengan Bapak ada benarnya jika
tuntuntan itu hampir tidak ada pernyataan tersebut didukung oleh anak
pertama Bapak Adi, Dimas sering melihat orang tuanya berselisih
paham akan hal-hal kecil seperti ibu tidak terlalu suka Dimas
menghabiskan waktu untuk berolahraga karena sampai sore, akan
tetapi anak kedua Bapak Adi mempunyai impian menjadi guru
olahraga. Mengalami perdebatan dengan istri, Bapak Adi memberikan
masukan pada istri terkait hobby sang anak yang akan berdampak baik
ketika mereka berdua mendukung sang anak, Bapak Adi
mengingatkan istri untuk tidak terlalu melarang anak. Bapak Adi
mengatakan ketika anak pertamannya menginginkan kuliah jurusan
PAUD sang istri setuju dengan pilihan anaknya. Bapak Adi
mengingatkan kembali bahwa sekarang anaknya bisa menjadi guru
PAUD di salah satu sekolah Swasta di Jakarta, maka tidak menutup
kemungkinan untuk anak keduanya juga bisa menjadi guru olahraga.
Cara yang Bapak Adi terapkan mampu membuat istri mengerti
untuk mempertimbangkan masukan Bapak Adi namun tidak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
mengharuskan disetujui, mengingat pengalaman anak pertamanya.
Seperti yang sudah dikatakan pada pernyataan sebelumnya (Pemilihan
Sekolah Anak). Bapak Adi menyampaikan kepada istri untuk tidak
menuntut dalam kelanjutan sekolah anak-anaknya, biarkan anak-anak
memilih. Belajar tidak hanya di rumah, karena belajar di luar rumah
akan menambah kemampuan anak untuk lebih terampil, dan
mempunyai pandangan mengenai keberlanjutan studinya dengan
mencari informasi.
Cara merespon terkait kompromi sangat baik jika dapat digunakan
untuk mengurangi segala tuntutan yang berlebihan, akan lebih baik
ketika tuntutan itu berubah menjadi masukan yang menyadarkan akan
suatu hal yang kurang baik menuju arah yang lebih positif.
2. Menarik Diri
Manajemen konflik ini dimana, pihak yang berkonflik tidak
menarik diri dari konflik yang dialami dan tidak menggunakan
mekanisme pertahan diri, tetapi lebih berusaha menampilkan diri
untuk terus mempertahankan diri guna meyelesaikan konflik yang
terjadi. Bapak Adi cenderung bersikap hangat ketika menghadapi
konflik atau perselisihan dengan sang istri. Bapak Adi meminta pada
sang istri untuk saling mengalah dan mau intropeksi diri. Seperti
penyataan yang disampaikan Bapak Adi:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
“saling intropeksi diri biar bisa jadi pelajaran bagi kami
berdua. Kalau ibu gak bisa ngalah ya saya yang diam dulu.
Habis itu baru saya yang bicara, kalo udah ketemu jawabanya
yang cocok baru dibahas lagi baikanya yang mana atau gimana
gitu..” AD-MD-3/81/10
Nampak jelas bahwa tidak adanya saling serang antara suami istri
tersebut ketika menghadapi konflik yang terjadi. Cara yang sering
mereka gunakan ketika menemukan jalan damai selalu ada ulasan
hasil dari solusi yang sudah ditemukan bersama dalam percakapan
mereka. Ketika mengahadapi konflik Bapak Adi selalu mengusahakan
untuk tidak membawa permasalah tersebut keluar rumah seperti yang
diuangkapkan oleh Ibu Ria:
“Bapak itu mbk nek marah gak mau pergi apa keluar dari rumah
mbk. Diem tapi abis itu mangil saya kalo anak-anak udah masuk
kamar. Umpama saya salah bapak ya bilang salah saya
dimananya, gitu juga bapak nek keliru ya ngakui dadine yo podo
penak’e tapi kadang saya ya sebel nek diomong sama bapak
terang-terangan gitu hahahaha…. “R-SO-MD-3/82/60
Ketika terlibat perselisihan Bapak Adi selalu berusaha untuk tidak
menghindar ataupun menyerah dengan keadaan. Hal ini terlihat ketika
melakukan observasi dan melakukan wawancara. Anak pertama Bapak
Adi juga menambahkan jika orangtuanya cenderung tidak ingin ada
perselisihan yang terbawa sampai hari berganti. Pendapat Mardianto
(2000) nampaknya sesuai dengan yang dialami Bapak Adi yang tetap
mampu menampilkan diri ketika menghadapi masalah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Menarik diri identik dengan menghindari permasalahan yang
sedang dialami dengan pergi ataupun bertahan tanpa berani
menyelesaikan. Namun berbeda ketika menarik diri secara kontruktif
mampu dilakukan maka akan meringankan beban pribadi ketika hal itu
mampu tersampaikan secara langsung untuk menemukan titik temu
yang tepat.
3. Hampir selalu Berbentuk Tatap Muka
Cenderung menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun
ekspresi wajah. Nampaknya pendapat Mardianto (2000) sesuai dengan
keadaan Bapak Adi. Cara yang paling sering mereka lakukan ketika
terjadi konflik ialah mengucapkan kata maaf dan mencium kening sang
istri. Dimas dan sang kakak yang sering melihat hal itu menjadi bangga
dan senang karena tidak banyak orang tua yang mampu
mengekspresikan kasih sayang didepan anak-anaknya. Berikut petikan
wawancara dengan Dimas:
a. Peneliti: gimana dim liat bapak ibu mesra gitu?
b. Dimas: ya seneng mbk soalnya gak biasa menurutku jaman
sekarang orangtua gak malu sama anaknya..hehehe”DS-
SO-HSBTM-3/83/20
Pernyataan Dimas sama halnya dengan yang diuraikan Ibu Ria
bahwa ketika terjadi konflik Bapak Adi selalu mengusahakn tetap ada
di rumah untuk bisa menyelesaikan masalah secara langsung.
Pernyataan tersebut semakin menunjukkan bahwa Bapak Adi selalu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
berusaha menggunakan cara face to face , berusaha menyelesaikan
konflik dengan sikap yang hangat terhadap istrinya. Ternyata kebiasaan
Bapak Adi membuat Dimas nyaman berada di rumah, Dimas juga tidak
sering berkonfllik dengan sang kakak ketika berdebat atau iri saat apa
yang kakaknya miliki Dimas belum bisa mendapatkannya. Menurut
Bapak Adi cara yang dilakukanya memang bukan semata-mata saat
sedang bertengkar dengan istri namun Bapak Adi lakukan untuk
memberikan pujian pada istri dan anaknya. Salah satu bentuk kasih
yang diberikan Bapak Adi untuk menghangatkan suasana rumah. Cara
manajeman konflik ini ternyata membawa pengaruh positif bagi
pasangan ataupun anak.
Menyelesaikan konflik dengan cara mampu bertatap muka atau face
to face akan memeberikan kelegaan bagi pribadi tersebut. Sama halnya
jika dalam mengunggakapkan ada kebiasaan yang positif yang mampu
dilakukan terhadap pasangannya.
4. Negosiasi
Menurut Mardianto (2000) negosiasi biasanya menyangkut hal-hal
di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita inginkan
terjadi. Pendapat mengenai negosiasi nampaknya sesuai dengan Bapak
adi karena cara bernegosiasi digunakan. Adanya yang kesepakatan
bersama istri yakni mengenai kedua anaknya. Ketika kedua anaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
kelak mendapatkan pasangan beda agama, orang tua tidak akan ikut
campur dalam persoalan hubungan asmara kedua anaknya (melarang)
atau sampai menyulitkan anaknya untuk mendapatkan pasangan.
Ternyata hal itu dialami oleh anak pertama Bapak Adi. Berikut petikan
wawancara dengan Sarah:
“Aku juga dapet orang Muslim dek makanya bapak sama ibuku
gak terlalu ikut campur soal itu.”SR-NG-SO-3/84/2
Bapak Adi dan sang istri tidak ingkar atas janji yang mereka
sepakati. Namun Bapak Adi dan istri tidak berarti lepas tangan mereka
selalu mengingatkan dan memberikan arahan pada Sarah. Ketika
melakukan observasi di rumah Bapak Adi dalam perayaan Idul Fitri
pacar dari anak pertama Bapak Adi datang dan disambut baik oleh
keluarga. Ternyata hubungan anaknya sudah cukup lama sejak Sarah
masih kuliah di Yogyakarta, mereka berdua satu kampus dan sering
diajak pulang oleh Sarah untuk dikenalkan. Saat ini keduanya sudah
bekerja maka dari itu hubungan keduanya semakin serius. Melihat itu
terjadi pada anaknya, Bapak Adi hanya menunggu anaknya
mengutarakan niatan yang lebih jelas akan dibawa kemana jalinan
hubungan mereka berdua.
Negosiasi yang dibangun dengan melihat dirinya ataupun kepentingan
orang lain akan semakin berdampak baik bagi kedua belah pihak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Seperti halnya didalam pernikahan ini akan semakin baik jika mampu
diusahakan bersama.
5. Collaboration (kerjasama/ menghadapi)
Collaboration merupakan sikap bekerjasama dengan tujuan untuk
mencari alternatif solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi
individu, dan memiliki tingkat keasertifan (ketegasan) sehingga
memenuhi harapan kedua belah pihak yang terlibat konflik. Kerjasama
menurut Bapak Adi yakni tidak menghindar ketika menghadapi konflik,
tidak mengandalakan salah satu pihak dalam penyelesaiaan konflik,
tidak menjadi lebih dominan, dapat mengendalikan diri supaya tidak
berbuat atau berkata kasar terhadap istri, dan tidak selalu
mengunggulkan dirinya sendiri, sehingga dalam mengahadapi konflik
akan menemukan titik temu yang tepat. Nampaknya Pendapat
Mardianto (2000) sesuai dengan keadaan Bapak Adi terlihat dari
ketegasannya ketika terjadi konflik tidak berusaha mengabaikan dan
memperkeruh keadaan yang terjadi dalam rumah tangganya.
Bekerjasama untuk saling mencari solusi sangat dibutuhkan dalam
pernikahan hal ini akan berdampak baik ketika saling mendukug satu
dengan yang lainnya, akibatnya tidak ada yang merasa hanya
mengusahakan secara sepihak. Maka sangat penting kerjasama ini
digunakan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
6. Accommodation (akomodasi)
Accommodation merupakan sikap cenderung mengesampingkan
keinginan pribadi dan berusaha untuk memenuhi keinginan dan
kebutuhan orang lain. Cara ini juga disebut dengan obliging style,
dimana seseorang yang menggunakan cara manajemen konflik ini, ia
akan berusaha untuk mementingkan kepentingan orang lain di atas
kepentingan diri sendiri. Berikut penuturan sang Ibu Ria:
“Bapak bersedia mengantarkan kami kegereja dan menunggu
kami sampai selesai”R-SO-ACC-3/86/72
Nampaknya Pendapat Mardianto (2000) sesuai karena adanya sikap
mengesampingkan kepentingan pribadi untuk lebih mementingkan orang
lain. Mengantarkan kegerja sering dilakukan oleh Bapak Adi salah satu
bentuk saling menghargai dan mendukung istri dan kedua anaknya untuk
beribadah terlebih pada moment terpenting seperti hari Raya Natal. Pada
hari perayaan Natal Bapak Adi lebih ingin berada dirumah dan menerima
tamu dibanding harus pergi keluar kota untuk memenuhi undangan
saudaranya yang juga tidak kalah pentingnya. Hari Natal bagi Bapak Adi
adalah moment penting bagi istri dan kedua anaknya, maka dari itu
Bapak Adi tidak mau menyia-nyiakan kebersamaan itu.
Namun tidak hanya Bapak Adi yang melakukan hal tersebut, demikian
pula dengan Ibu Ria ketika perayaan Idul Fitri Ibu Ria mengadakan acara
open house yang dihadiri oleh kerabat ataupun tetangga. Walaupun Ibu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
Ria tidak mengantarkan sang suami ke Masjid tetapi Ibu Ria dan kedua
anaknya menanti Bapak Adi dirumah. Kebiasaan setelah Sholat Ied Ibu
Ria dan kedua anaknya sungkem untuk saling memaafkan. Budaya dari
suami ataupun istri tidak pernah dilupakan oleh Bapak Adi walau tidak
memaksakan akan tetapi keluarganya cukup mengerti akan kebiasaan
tersebut.
Mengesampingkan tidak berarti acuh akan tetapi dalam hal ini sikap
memetingkan kepentingan orang lain agaknya patut dilakukan sesuai
dengan konteksnya. Cara ini akan berdampak baik bagi kedua belah pihak
dengan saling mengerti mengenai prioritas terkait dengan kepentingan
dalam pernikahan beda agama. Ketika sudah saling mengetahui kebutuhan
pasangannya dan mampu mengerti maka akan semakin tercipta
keharmonisan di tengah pernikahannya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dikemukakan oleh Bapak
Adi ternyata cara manajemen konflik yang dilakukan cenderung konstruktif
dengan menggunakan cara seperti kompromi, menarik diri, hampir selalu
berbentuk tatap muka, negosiasi, collaboration, dan accommodation ditengah
pernikahannya.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi ketiga subjek semakin
menguatkan data dari penelitian di lapangan. Perbedaan yang terlihat dari satu
subjek dengan subjek lainnya sangat nampak. Potensi adanya konflik yang subjek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
alami masing-masing berbeda cara mengatasinya. Konflik yang dialami tidak lepas
bersumber dari pernikahan beda agama. Pernikahan dari Ibu Marcel, Ibu Bianca,
dan Bapak Adi sungguh berbeda.
Hasil petikan wawancara dapat disimpulkan bahwa adanya cara manajemen
konflik yang digunakan oleh Ibu Marcel dalam mengahdapi konflik yang terjadi
padanya yaitu menarik diri, adanya negosiasi,dan akomodasi, akan tetapi cara yang
digunakan Ibu Marcel cenderung manajemen konflik destruktif-konstruktif karena
mengarah pada sifat mengalah, acuh, dan menyerah. Ibu Marcel cenderung
mengalah kepada suami, setiap kali membahas mengenai agama kedua anaknya
Ibu Marcel berkaca-kaca seakan-akan menahan beban yang sangat berat. Ibu
Marcel mengatakan bahwa perasaan sedih dan tidak bisa mengungkapkan didepan
suami terkadang membuatnya merasa tertekan dan takut apabila kemarahan sang
suami meledak-ledak seperti sebelumnya. Apabila hal tersebut diperdebatkan
hanya ada pertikaian dan perceraian yang terjadi. Alhasil Ibu Marcel merasa
melakukan berbagai cara hasilnya sama, hanya harus mengalah, bernegosiasi yang
pada akhirnya harus menyetujui kemauan sang suami.
Berbeda dengan keluarga Ibu Bianca bahwa pertengkaran masalah agama
dapat diatasi walaupun ada konflik dimana Ibu Bianca terkesan memaksakan
anaknya untuk menikah dengan orang Katolik. Namun, Ibu Bianca tetap dapat
menjaga keharmonisan keluarga, dengan menerapkan cara-cara seperti kerjasama,
akomodasi, negosiasi, kompromi, menyerang & lepas control, menyerah, dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
selalu bertatap muka. Cara lain yang ditemuka dikeurga Ibu Bianca ialah sosok
Bapak Almos yang humoris merupakan salah satu cara manajemen konflik yang
dapat mengurangi ketegangan dalam mengatasi konflik dengan pasangan.
Komunikasi dan dialog mendalam mengenai agama dan persoalan lain menjadi
faktor penting dalam menjaga keutuhan keluarga. Penolakan dan kecurigaan pihak
luar sering dialami dapat diatasi karena berpegang teguh pada komitmen (saling
percaya , mendukung, dan melindungi) serta kualitas dialog dan komunikasi
menjadi dalam dan kuat.
Berbeda pula dengan yang dialami Bapak Adi yang dapat dikatakan baik
untuk cara manajemen konflik dalam pernikahannya. Bapak Adi justru meminta
sang istri menuntun anaknya menjadi orang Katolik. Kerendahan hati Bapak Adi
mendukung segala yang terbaik bagi kedua anaknya. Menghadapi konflik dalam
pernikahannya Bapak Adi lebih cenderung menggunakan cara-cara seperti
kompromi, menyerang & lepas kontrol, menarik diri, hampir selalu bertatap muka,
melakukan negosiasi, kerjasama, dan akomodasi. Lalu ditemukan adanya cara
yang sering dilakukan Bapak Adi sehingga bisa menjadi cara manajemen konflik
yakni kebiasaan bersikap romantis ternyata membawa pengeruh untuk hubungan
pernikahan beda agama. Ternyata dalam pernikahan beda agama ada kemungkinan
salah seorang anak dari mereka memiliki hubungan yang sama dengan orang
tuanya, walaupun masih dalam tahap pacaran akan tetapi niatan yang serius
nampak dari anak Bapak Adi dan juga Ibu Bianca yang memiliki jalan cerita
asmara yang sama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
Nampak jelas adanya perbedaan yang sangat terlihat melalui pernikahan
beda agama dari Ibu Marcel, Ibu Bianca, dan Bapak Adi. Ibu Marcel yang
cenderung dalam pernikahannya memiliki kesulitan dalam mengatasi konflik yang
terjadi. Berbeda dengan Ibu Bianca yang terkesan memaksakan kehendakanya
mengenai agama anaknya yang harus menikah secara Katolik. Nampak berbeda
sekali dengan Bapak Adi yang sama sekali tidak pernah melarang atau menuntut
banyak hal mengenai anak-anaknya ataupun istrinya akan tetapi sepenuhnya
memberikan hak dan kebebsan memilik untuk kedua buah hatinya.
Penelitian ini membandingkan data dari hasil observasi dan wawancara
Ibu Marcel dengan sang mama, lalu Ibu Bianca dengan suami dan anak kelimanya,
dan Bapak Adi dengan Ibu Ria dan kedua anaknya. Berdasarkan teori yang
digunakan dalam penelitian, pada saat terjun kelapangan dan memeperoleh hasil
yang berhubungan dengan teori yang digunakan sebagai pedoman penelitian,
langsung memebandingkan antara hasil lapangan dengan teori yang digunakan.
Namun tidak semua teori dari Mardianto (2000) mengenai manajemen
konflik dapat digunakan pada pernikahan beda agama dengan keadaan di
lapangan. Seperti manajemen konflik konstruktif kurang sesuai dengan Ibu
Marcel karena hanya beberapa cara yang digunakan dan mengarah pada sifat yang
menunjukkan cara destruktif. Manajemen konflik konstruktif dari hasil observasi
dan wawancara didapatkan bahwa teori yang digunakan dan hasil penelitian di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
lapangan cocok. Ibu Bianca dan Bapak Adi ternyata menggunakan cara
manajemen konstruktif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari hasil studi kasus dan analisa data, maka dapat diambil kesimpulan
dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang Manajemen Konflik Pada Pernikahan Beda
Agama diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Konflik yang dialami dalam pernikahan beda agama meliputi, penentuan
agama anak, pemilihan sekolah anak, ditempati doa lingkungan, memaksakan
agama anak, dan relasi dengan keluarga dan lingkungan.
2. Manajemen konflik yang tepat dapat terjadi dalam pernikahan beda agama
apabila suami istri mampu mengindahkan komitmen yang telah disepakati
bersama, mampu menjalin komunikasi antar pribadi yang baik dengan
bernegosiasi, kompromi, collaboration, accommodation, tidak menarik diri dan
mampu menyelesaikan dengan cara bertatap muka ketika terjadi konflik
3. Manajemen konflik dengan cara humor dan menggunakan kebiasaan yang
romantis dapat dilakukan pada pernikahan beda agama guna mencairkan
ketegangan yang sedang dialami.
4. Ternyata dalam pernikahan beda agama ada kemungkinan salah seorang
anaknya menjalin hubungan dengan pasangan beda agama.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
B. Implikasi
Hasil pembahasan dalam peneltian tentang manajemen konflik pada
pernikahan beda agama diperoleh kesimpulan adanya potensi konflik pada
pernikahan beda agama meliputi: (a) Tata cara pernikahan (b) Penentuan agama
anak (c) Pemilihan sekolah anak (d) Relasi dalam keluarga dan lingkungan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara manajemen konflik yang
digunakan dalam pernikahan beda agama agar tetap utuh dan harmonis. Ketiga
subjek memiliki cara dalam manejemen konflik adapun dampak positif ataupun
negative yang dirasakan orang-orang terdekat antaranya: suami/ istri, anak-anak,
mertua, sanak-saudara, dan lingkungan. Kemampuan dalam manejemen konflik
dibutuhkan kerjasama, kompromi antar pasangan serta komunikasi yang baik.
Penelitian ini bermanfaat bagi para pasangan yang saat ini sedang mengalami hal
yang sama terlebih bagi pasangan yang sedang berpacaran, menjelang menikah
dengan latar belakang agama yang berbeda ataupun bagi para orang tua dalam
menyikapi dan mengkomunikasikan hal tersebut.
Hubungan yang dalam pernikahan beda agama nyatanya unik dan saling
melengkapi. Yang perlu diketahui agar agama tidak menjadi perdebatan dan
berakhir pada konflik ialah jangan mengungkit agama menjadi sebuah penghalang
namun jadikan itu adalah warna dalam mengarungi rumah tangga. Menikah beda
agama tetap menyembah Tuhan yang sama, demikian yang di percayai oleh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
mereka yang menikah dengan beda agama, maka konflik besar dapat
terhindarkan.
C. Keterbatasan Penelitan
Dalam penelitian masih terdapat keterbatasan, namun dengan adanya
keterbatasan ini diharapkan dapat dilakukan perbaikan untuk penelitian yang akan
datang, adapun keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pada penelitian ini hanya meneliti konflik yang terjadi ditengah
pernikahan beda agama dan cara-cara manajemen konflik yang
digunakan ditengah pernikahan beda agama.
2. Pada penelitian ini kesulitan mendapat subjek penelitian yang
ditentukan. Peneliti hanya dapat melibatkan 3 subjek masing-masing
dari salah satu pasangan pernikahan beda agama.
3. Pada penelitian ini belum dapat menggali mengenai konflik secara
pribadi pada individu pernikahan beda agama.
D. Saran
1. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu mengungkap fenomena lain didalam
pernikahan beda agama terkait konflik secara pribadi.
2. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mencari pasangan beda agama agar
semakin mendalam guna mendapatkan informasi yang lebih mendalam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
DAFTAR PUSTAKA
Antonius, (2002). Empowerment, Stress dan Konflik. Jakarta: Ghalian Indonesia.
Bakhtiar, M. A (2007) . Filsafat Agama. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada
Bunyamin Maftuh, (2005),Pendidikan Resolusi Konflik: Membangun Generasi
Muda yang Mampu Menyelesaikan Konflik Secara Damai, Bandung:
Program Pendidikan Kewarganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia
Byadgi, S. (2011). Conflict Management and Marital Satisfaction Among Dual
Earning Couple. Thesis. (tidak diterbitkan). Dharwad: College of Rural
Home Science: University of Science.
Chaplin, J.P. 2004. Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Dildar, S., Sitwat, A., & Yasin, S. (2013). Intimate Enemies: Marital Conflicts and
Conflict Resolution Styles in Dissatisfied Married Couple. Middle-East
Journal of Scientific Research
Esere, D. M. (2003). Resolving Conflict in Marriages: A Counsellor's Viewpoint.
Ilorin Journal of Education, 1.
Folkman, S., Lazarus, R.,S., Gruen, R.J., & Logis, A. (1986). Apprasial, Coping,
Healty Status, and Psychological Symptoms. Journal of Personality and
Social Psychology. Vol. 50,No. 3, 571-579.
Gunawan, K. (2011). Manajemen Konflik Atasi Dampak Masyarakat Multikultural
di Indonesia. Jurnal Mitra Ekonomi dan Manajemen Bisniss, Vol. 2, No.
2, Oktober 2011 , 216.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Hadiwardoyo. (1990). Perkawinan menurut Islam dan Katolik: Implikasinya dalam
kawin campur. Yogyakarta : Kanisius.
Oktafian. N. L. “Fakta Empiris Nikah Beda Agama” wawancara diakses tanggal 16
Juni 2016, dari http://islamlib.com.
Fransiska. T.A. “Fakta Empiris Nikah Beda Agama” diakses tanggal 14 Juni
20016, dari http://psikologi.ub.ac.id.
Agustin. A. “Fakta Empiris Nikah Beda Agama” diakses tanggal 21 Juli 20016,
dari http://ejournal-s1.undip.ac.id
Huub Boelaars. (2005) hlm. 353. OFM Cap dalam Indonesianisasi “Dari Gereja
Katolik di Indonesia Menjadi Gereja Katolik Indonesia”. Kanisius.
Hunt, M.P & Metcalf, L. E (1996). Rational Inquiry On Societ’s Closed Areas, In
Walter C. Parker (ed). Educating The Democratic Mind. (pp.97-116)
Albany. NY: State University Of New York Press.
Liu, W. (2012). Conflict Management Styles in Romantic Relationships between
Chinese Americans Student. Thesis. (tidak diterbitkan). Florida: University
of Miami.
Khotimah, K. (2006). Makna Agama Hingga Munculnya Agama Baru. Universitas
Islam Negri Sultan Syarif Kasim Riau.
Mardianto, A. dkk. (2000). Penggunaan Manajemen Konflik. Di Universitas Gajah
Mada. Jurnal Psikologi, No. 2
Moleong, Lexy J. (2007) Metodologi Penelitian Kualitatif, Penerbit PT Remaja
Rosdakarya. Offset, Bandung
Moleong, J. Lexy. (2009) Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi, Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Paramitha . D. A (2002). Gambaran Masalah & Penyesuaian Perkawinan pada
pasangan Beda Agama. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Rusli & R Tama, (1986) hal. 17. “ Perkawinan Antar Agama dan Masalahnya,
Pionir Jaya, Bandung.
R. Soetedjo. Prawirohamidjojo. (1988) hal 39. Pluralisme dalam Perundang-
undangan Perkawinan Di Indonesia, Airlangga, University Press.
Scannell, Mary. (2010). The Big Book of Conflict Resolution. United States of
America: McGraw – Hill Companies, Inc.
Soetojo Prawirohamidjojo, (1988) hal. 39 “Pluralisme Dalam Perundang-undangan
Perkawinan di Indonesia, Airlangga, University Press: Surabaya.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-10.
Bandung: Alfabeta.
Wirawan. (2010).” Konflik dan Manajeman Konflik Teori, Aplikasi, dan
Penelitian”. Jakarta: Penerbit Salemnba Humanika.
Yin, 20013. Studi Kasus (Desain dan Metode), Jakarta: Raja Grafindo Persada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi
Informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa :
Nama : Marsilia Malavia
Program Studi : Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Judul Penelitian : Manajemen Konflik pada Individu Pernikahan Beda Agama
Saya sudah mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak
menimbulkan dampak negatife terhadap diri saya. Data mengenai diri saya akan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua data yang mencantumkan identitas
saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak
digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan
data-data penelitian.
Demikian, tanpa ada unsur pemaksaan dari siapapun dan dengan suka rela
saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi
Informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa :
Nama : Marsilia Malavia
Program Studi : Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Judul Penelitian : Manajemen Konflik pada Individu Pernikahan Beda Agama
Saya sudah mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak
menimbulkan dampak negatife terhadap diri saya. Data mengenai diri saya akan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua data yang mencantumkan identitas
saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak
digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan
data-data penelitian.
Demikian, tanpa ada unsur pemaksaan dari siapapun dan dengan suka rela
saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI INFORMAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia menjadi
Informan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa :
Nama : Marsilia Malavia
Program Studi : Program Studi Bimbingan dan Konseling
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas : Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
Judul Penelitian : Manajemen Konflik pada Pernikahan Beda Agama
Saya sudah mendapatkan penjelasan bahwa penelitian ini tidak
menimbulkan dampak negatife terhadap diri saya. Data mengenai diri saya akan
dijaga kerahasiaannya oleh peneliti. Semua data yang mencantumkan identitas
saya hanya akan digunakan untuk keperluan pengolahan data dan bila sudah tidak
digunakan akan dimusnahkan. Hanya peneliti yang dapat mengetahui kerahasiaan
data-data penelitian.
Demikian, tanpa ada unsur pemaksaan dari siapapun dan dengan suka rela
saya bersedia berperan serta dalam penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
1 Bagaimana ketika suami sedang marah apakah ada ajakan untuk bicara
terlebih dahulu atau ada cara lain supaya masalah cepat selesai?
2 menghindar dulu buat sementara, karna suami saya tu susah ditebak
orangnya. Kalo pas marah juga selain ngomongnya kerasa dia juga
ngomong kasar mungkin karna udah gak bisa ditahan marahnya. Waktu itu
juga mbanting pintu kok trus pergi.
3 Apakah yang dimaksudkan menghindar begitu?
4 Iya saya gak mau ketemu ama dia langsung, jaga jarak dulu..ngomong
langsung juga gak.
5 Emmmm… secara tidak langsung menarik diri dari situasi yang sedang
kurang baik begitukah?
6 Iya, la saya tu juga jadi suka ndiemin dia, kadang ya acuh, cuek gitu..la
sering seperti itu.
1. bagaimana jika terajdi konflik siapa yang cenderung acuh atau mungkin
pergi menghindar?
2 Tidak ada..karna kami selalu mengusahakna masalah itu tidak dibawa
keluar rumah. Gak ada keluarga yang tidak pernah cekcok mbk..tapi
gimana caranya kita bisa hadir dan bertanggung jawab.
3 Apa hal itu juga dilakukan setiap kali ada masalah dipernikahan?
4 Iya semua saya usahakan supaya masalah yang terjadi cepat selesai..
5 Lebih tepatnya dengan cara seperti apa?
6 Ya diselesaikan ketika terjadi perkara tidak pergi, tidak terus ada masalah
malah anggap sepele. Tapi saya mencoba tidak gitu dan sejauh ini saya
tidak seperti itu...bukan gimana-gimana tapi kenapa harus pergi itu
alasannya..
7 Jadi berusaha untuk tetap menghadapinya tidak malah menarik diri ketika
terjadi konflik begitukah?
8 Ya seperti itu..kalau menurut saya cekcok kecil itu mendatangkan
bahagia, sedangkan cekcok besar bisa mendatangkan bahaya, makanya
perlu mawas diri dan mampu menghadapi. Kalau ada perkara
ngadepinnya dengan kepala dingin walaupun api masih ada dalam hati.
Saya rasa sudah banyak orang tahu itu..
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
1 Negosiasi yang seperti apa yang mampu bapak cipatakan dan lakukan
dalam pernikahan untuk menghindari adanya konflik?
2 Kalau soal anak saya sama istri janji untuk sekolah kami gak terlalu
ngatur kalau untuk pasangan ya itu mbk gak mau ikut campur soal
pasangan, kalau saya banyak ngatur malah nanti anak saya susah dapet
pasangan..saya gak mau karna beda agama jadi mempersulit.
3 Anak bapak ada yang juga pacaran dengan beda agama?
4 Ada mbk anak saya yang no 1 dia pacaran saa orang islam, sudah lama
juga sejak dia kuliah di Yogya apalagi sekarang sudah sama-sama kerja
makin serius mbk.
5 Lalu apa yang bapak lakukan berkaitan dengan pasangan anak bapak
yang beda agama?
6 Ya mendukung mbk dia datang kesini pas lebaran juga kami sambut baik,
mau pergi ya monggo asalkan pulang gak terlalu malam.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI