manajemen abbatoir

Upload: jumardinnurdin

Post on 13-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Manajemen abbatoir

MANAJEMEN ABBATOIRLucia musliminMakassar 20 oktober 2013

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Kebijakan Pemerintah Daerah Memposisikan Rumah Potong Hewan Sebagai Obyek Retribusi Sesuai UU Retribusi No. 28 Tahun 2009

Mengalihkan Kepentingan Keamanan Produk Hewan(Daging) Kepada Kepentingan Ekonomi(5 Juli Indo livestock 2012)

. MENGUNTUNGKAN ATAU MERUGIKAN ?

PERANAN RPH SEBAGAI ALAT KONTROL MUTU DAGING YANG BEREDAR SANGAT DIBUTUHKAN.MANAJEMEN ABBATOIR

DALAM RANGKA MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN HEWANI ASAL TERNAK

BERBASIS SUMBERDAYA DOMESTIK KHUSUSNYA TERNAKSAPI POTONG

PROGRAM SWASEMBADA DAGING TAHUN 2014 MENJADI SALAH SATU DARI PROGRAM UTAMA KEMENTERIAN PERTANIAN.

DENGAN BERSWASEMBADA DAGING SAPI akan diperoleh keuntungan dan nilai tambah yaitu :

meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan peternak; penyerapan tambahan tenaga kerja baru;penghematan devisa negara; optimalisasi pemanfaatan potensi ternak sapi lokal;dan semakin meningkatnya peyediaan daging sapi yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal bagi masyarakat sehingga ketentraman lebih terjamin

RUMAH POTONG HEWAN (ABBATOIR)

Sebagai tempat menyembelih hewan dan memeriksa kesehatan daging hewan yang disembelih memiliki peran dan fungsi yang strategis dalam melindungi konsumen dari penularan penyakit akibat mengkonsumsi daging,

Dan melindungi petani peternak dari kerugian-kerugian sebagai akibat penurunan nilai dan kualitas daging.

Diharapkan dengan manajemen yang baik:

Kesejahteraan hewan; hygiene ; sanitasi; serta semua hal yang berhubungan dengan prasyarat Rumah Potong Hewan terpenuhi

Dihasilkan produk yang ASUH

FUNGSI DAN SYARAT RPH:

ada dalam SK Meteri Pertanian nomer 555/Kpts/TN.240/9/1986

Fungsi RPHRumah Pemotongan Hewan merupakan unit/sarana pelayanan masyarakat dalam penyediaan daging sehat mempunyai fungsi sebagai:

1.Tempat dilaksanakannya pemotongan hewan secara benar.2.Tempat dilaksanakannya pemeriksaan hewan sebelum dipotong (antemortem) dan pemeriksaan daging (post mortem) untuk mencegah penularan penyakit hewan ke manusia..

3.Tempat untuk mendeteksi dan memonitor penyakit hewan yang ditemukan pada pemeriksaan ante mortem dan post mortem guna pencegahan dan pemberantasan penyakit hewan menular di daerah asal hewan.4.Melaksanakan seleksi dan pengendalian pemotongan hewan besar betina bertanduk yang masih produktif

.Lokasi RPH.

a.Lokasi RPH di daerah yang tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran lingkungan misalnya di bagian pinggir kota yang tidak padat penduduknya, dekat aliran sungai atau di bagian terendah kota.b.Lokasi RPH di tempat yang mudah dicapai dengan kendaraan atau dekat jalan raya

KELENGKAPAN BANGUNAN

.a.Kompleks bangunan RPH harus dipagar untuk memudahkan penjagaan dan keamanan serta mencegah terlihatnya proses pemotongan hewan dari luar.b.Mempunyai bangunan utama RPH.c.Mempunyai kandang hewan untuk istirahat dan pemeriksaan ante mortem.d.Mempunyai laboratorium sederhana yang dapat dipergunakan untuk pemeriksaan mikroba dengan pewarnaan cepat, parasit, pH, pemeriksaan permulaan pembusukan dan kesempurnaan pengeluaran darah.e.Mempunyai tempat untuk memperlakukan hewan atau karkas yang ditolak berupa tempat pembakar atau penguburan.

f. Mempunyai tempat untuk memperlakukan hewan yang ditunda pemotongannya.g. Mempunyai bak pengendap pada saluran buangan cairan yang menuju ke sungai atau selokan.h. Mempunyai tempat penampungan sementara buangan padat sebelum diangkut.i.Mempunyai ruang administrasi, tempat penyimpan alat, kamar mandi dan WC.j.Mempunyai halaman yang dipergunakan sebagai tempat parkir kendaraaan.

PEMERIKSAAN ANTE-MORTEM

Pemeriksaan kesehatan hewan sebelum disembelih (antemortem) dilakukan oleh dokter hewan atau tenaga paramedis di bawah pengawasan dokter hewan maksimum 24 jam sebelum disembelih, tindakan ini merupakan prosedur wajib yang harus dilaksanakan untuk memastikan bahwa hewan dalam kondisi sehat dan layak disembelih

Pada pemeriksaan ante-mortem, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:1.Mengidentifikasi dan menyingkirkan pemotongan ternak-ternak yang terkontaminasi/terserang penyakit terutama penyakit zoonosis

2.Memeriksa umur ternak dengan teliti dan benar, agar tidak tertukar antara daging dari ternak muda yang kualitasnya baik dengan daging yang berasal dari ternak yang sudah tua yang umumnya kualitasnya kurang baik.3.Ternak yang akan dipotong harus diawasi siang dan malam, karena gejala penyakit bisa datang sewaktu-waktu, sehingga bila ada yang terserang mendadak dapat segera diketahui sedini mungkin.4.Cara hewan bergerak dan respon hewan terhadap benda yang dilihatnya. Pada hewan yang sakit respon terhadap benda disekitar kurang baik dan pergerakan dari hewan tersebut akan lambat.

KEPUTUSAN PEMERIKSAAN ANTEMORTEM MENURUT SK MENTERI PERTANIAN NO.431/KPTSTN.310/7/1992

1.Hewan potong diizinkan dipotong tanpa syarat bila pemeriksaan menunjukkan hewan sehat.

2.Hewan potong diizinkan dipotong dengan syarat apabila dalam pemeriksaan menderita atau menunjukkan gejala penyakit

3.Hewan ditunda dipotong karena hewan lelah dan pemeriksaan belum yakin sehingga selalu dalam pengawasan dan pemeriksaan.4.Hewan potong ditolak untuk dipotong dan segera dimusnakan apabila dalam pemeriksaan menderita atau menunjukkan penyakit : tetanus, radang paha, botulismus, collibacillosis, toxoplasmosis listeriosis, ingus jahat (malleus), anemia contagiosa aquorum, rabies, rinderpest, pleuro pneumonia

PEMERIKSAAN POST-MORTEM

Pemeriksaan post-mortem yang dilakukan antara lain pemeriksaan karkas pada limfoglandula, pemeriksaan kepala yaitu pada bibir, mulut, otot masseter, dan pemeriksaan organ dalam seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, serta limpa.

Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan rutin yang dilakukan dengan intensitas normal setiap hari. Jika terdapat abnormalitas pada karkas, organ visceral atau bagian-bagian karkas lainnya dapat dikonsumsi, diproses lebih lanjut atau tidak

Pada pemeriksaan post-mortem, hal-hal yang perlu dilakukan adalah:

1.Pemeriksaan Umum Pada Karkasa.Adanya memar, perdarahan atau perubahan warna pada karkas/daging.b.Pembengkakan. Karena penyakit Helminthiasis, Trypanosomyasis, dll.c.Warna karkas/daging. Daging berwarna gelap karena pengeluaran darah pada saat pemotongan tidak sempurna.d.Bau yang abnormal, berarti sudah ada bagian daging yang busuk.

Pemeriksaan Lanjutan

Pemeriksaan ini untuk mengetahui perubahan patologi anatomi dari organ organ sapi apakah mengalami lesi, kongesi, pembengkakan, perubahan bentuk, warna, dan ukuran

Bagian kepala: lidah, rahang dan langit-langit,kelenjar getah bening, otot pipib.Bagian perut adalah: lambung, usus halus, lympha, hati, ginjal, uterus (pada betina)c.Bagian dada adalah: paru-paru, jantungd.Pemeriksaan pada kelenjar susu, testis dan penis.

1.Daging dapat diedarkan untuk konsumsi jika daging sehat, aman, utuh, dan halal yang berasal dari hewan yang sehat atau daging dari hewan yang menderita mastitis, hernia, fraktur, ephitemia, abces, actinomycosis, actinobacillosis, dan penyakit lain yang bersifat lokal setelah bagian bagian yang tidak layak dikonsumsi dibuang.KEPUTUSAN PEMERIKSAAN POSTMORTEM MENURUT SK MENTERI PERTANIAN NO.431/KPTSTN.310/7/1992

2.Daging dapat diedarkan untuk dikonsumsi dengan syarat sebelum peredaran harus diberi perlakuan khusus yaitu daging dari hewan penderita trichinellosis ringan dan cysticercosis ringan daging dimasak, morbus aujezki daging disterilisasi, brucellosis daging dilayukan minimal 24 jam, dan tubercullosis daging direbus.

DAGING YANG MENGALAMI PERUBAHAN WARNA, BAU, KONSISTENSI ABNORMAL, SEPTICHEMIA, CAHCEXIA, HYDROPS, DAN OEDEMA. DAGING YANG TIDAK LAYAK KONSUMSI DIBUANG.

4.Daging dilarang konsumsi jika berbahaya bagi manusia yang berasal dari hewan berpenyakit: tetanus, radang paha, botulismus, collibacillosis, toxoplasmosis, listeriosis, busung, ingus jahat (malleus), anemia contagiosa aquorum, rabies, rinderpest, pleuroneumonia contagiosa bovum, variola ovine, dan blue tongue akut.

PROSES PEMOTONGAN HEWAN

akan menghasilkan hasil utama daging karkas dan hasil ikutan, serta LIMBAH.

Pengolahan limbah merupakan keharusan bagi perusahaan sehingga penerapan. produksi bersih akan mengarah pada ekoefisiensi.

LIMBAH *PADAT*CAIR : FISIKKIMIABIOLOGISTerima kasih