man tazakka september 2017 - laznas dewan dakwah · haflah dan kepedulian dewan dakwah. jejaring...
TRANSCRIPT
EDISI
MUHARRAM 1439 HOKTOBER 2017 M
TELAAH UTAMABBC Bertaruh untuk Rohingya
DAKWAHHakikat dan Kiat Memenangkan Dakwah
PAK NATSIRFatsoen Politik Pak Natsir
HALALStop Rokok dengan Cinta
Haflah dan Kepedulian Dewan Dakwah
Jejaring LAZIS Dewan Da’wah
LAZIS Dewan Da'wah Provinsi Riau
Jl. Todak/Gang Udang Putih No. 1 Pekanbaru
Telp. (0761) 7047378
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lt. 5
JL. Panjang No.12 Arteri Kelapa Dua, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat - 11530, Telp. (021) 5366 4954
Representatif Office Depok
Resto Hefchick, Komplek PELNI, Jl. Gama Setia Raya Blok A3
No.11, Bakti Jaya, Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16418
Jejaring LAZIS Dewan Da’wah
LAZIS Dewan Da'wah Provinsi Riau
Jl. Todak/Gang Udang Putih No. 1 Pekanbaru
Telp. (0761) 7047378
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lt. 5
JL. Panjang No.12 Arteri Kelapa Dua, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat - 11530, Telp. (021) 5366 4954
Representatif Office Depok
Resto Hefchick, Komplek PELNI, Jl. Gama Setia Raya Blok A3
No.11, Bakti Jaya, Sukmajaya, Kota Depok, Jawa Barat 16418
MANAJEMEN LAZISDEWAN DA'WAH
DAFTAR ISI
Direktur Eksekutif
Ade Salamun
Pemberdayaan dan Sinergi
Program
Asrofi Muslikhuddin
Administrasi dan Keuangan
Fitria Damayanti
Humas
Nurbowo
Fundrising
Ahmad Robyansah, M. Idris
Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi
REDAKSI
Pemimpin Umum Redaksi
Ade Salamun
Pemimpin Redaksi
Nurbowo
Sidang Redaksi
KH. Syuhada Bahri
Ade Salamun
Nurbowo
Sekretaris Redaksi
Asrofi Muslikhuddin
Desain Grafis
Senyum Advertising
Sirkulasi
M. Said
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,
Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530
DARI REDAKSI
3EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
riyati, gadis asal Kabanjahe, Kab Karo,
ASumatera Utara, dengan bersemangat
mengikuti mastama (masa ta’aruf mahasiwa)
STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) Mohammad Natsir
di Kampus Tambun, Jawa Barat. Lelah dan nyeri di
perut tak ia pedulikan. Mahasiswi baru kelahiran 02
Januari 1997 ini bertekad menjadi da’iyah untuk
menggenapkan keutuhan keluarga besarnya.
Pardi, ayah Aryati, seorang berdarah Jawa-
Sumatera muslim yang berjuang sebagai pedagang
bubur di sekolahan. Ia menikahi Darmawati
Pangaribuan, petani mualaf dari dari Tapanuli.
Hingga kini, keluarga besar dari Darmawati
Pangaribuan, masih non-muslim. Ini yang menjadi
tantangan bagi Ariyati yang merupakan anak ke-2
dari empat bersaudara.
Ternyata, Ariyati bukan sekadar kelelahan
mengikuti mastama. Setelah diperiksa, baru ketahuan
ia mengidap usus buntu. Harus segera dioperasi.
Alhamdulillah, dengan dukungan Kampus STID,
pengurus Dewan Dakwah, dan donatur LAZNAS
Dewan Dakwah, Ariyati menjalani operasi dengan
sukses. Ibunya pun dapat menunggui sang putri.
Kita juga mendukung dan mendoakan yang terbaik
untuk Ketua Dewan Dakwah Jawa Timur Ustadz Tamat
Anshori yang sedang dalam masa penyembuhan dari
sakit. Pun untuk kesembuhan Ketua Majlis Syuro
Dewan Dakwah Jawa Barat Ustadz HM Daud
Gunawan dan istrinya, Ny Nurjannah, yang dirawat di
Rumah Sakit. Atas wafatnya Ny Husaini, istri karyawan
Dewan Dakwah Pusat Iwan Sukwantoro, kita
menyampaikan doa dan belasungkawa.
Wassalam,
Redaksi
DARI REDAKSI
3 Dewan Da'wah Peduli
SALAM
6 Rohingya Bagian dari Kita
KABAR
8 Haflah Kekeluargaan dan Kepedulian Dewan Dakwah
14 Dewan Dakwah Serukan Jihad Multidimensi Bela Rohingya
16 Forjim dan Dakta Titipkan Bantuan untuk Rohingya
18 Aliansi Kemanusiaan Indonesia Bantu Muslim Myanmar
20 Program Kaderisasi Seribu Ulama Berlanjut
22 Warga Banten Dukung Akademi Dakwah
24 Dewan Dakwah Gelar Training Guru Banten
26 Dewan Dakwah Gelar Silaturahim Dai Perbatasan Serumpun
29 Merdeka dari Air Parit
32 Santri Tahfidz Dewan Dakwah Kubu Raya Dibekali Lifeskill
34 Dewan Dakwah: Penguatan Fungsi Agama Jangan Jadi
Pelemahan
INSPIRASI DA’I
36 Ustadz Bey “Pendeta Islam” Naik Haji
TELAAH UTAMA
40 BBC Bertaruh untuk Rohingya
46 Presiden Wadah Malaysia: Muslim Rohingya Ahli Waris Arakhan
DAKWAH
48 Hakikat dan Kiat Memenangkan Dakwah
50 Selamat Datang di Fakultas yang Paling Tidak Laku
52 STID Mohammad Natsir dan Dakwah Pedalaman
PAK NATSIR
54 Cara Natsir Berpolitik Pakai Nurani dan Etika
HALAL
58 Hentikan Rokok demi Cinta
MAN TAZAKKA
H Tamat Anshori (tengah)
Ariyati mendapat bantuan dari Dewan Da’wah HM Daud Gunawan
MANAJEMEN LAZISDEWAN DA'WAH
DAFTAR ISI
Direktur Eksekutif
Ade Salamun
Pemberdayaan dan Sinergi
Program
Asrofi Muslikhuddin
Administrasi dan Keuangan
Fitria Damayanti
Humas
Nurbowo
Fundrising
Ahmad Robyansah, M. Idris
Hairul Anwar, Ahmad Zuhdi
REDAKSI
Pemimpin Umum Redaksi
Ade Salamun
Pemimpin Redaksi
Nurbowo
Sidang Redaksi
KH. Syuhada Bahri
Ade Salamun
Nurbowo
Sekretaris Redaksi
Asrofi Muslikhuddin
Desain Grafis
Senyum Advertising
Sirkulasi
M. Said
Gedung Menara Da’wah Lt. 1
Jl. Kramat Raya No. 45, Jakarta Pusat - 10450
Telp. 021-31901233 | Fax. 021 390 3291
Gedung Dewan Da'wah Lantai 5,
Jalan Panjang No. 12 Arteri Kelapa Dua,
Kebon Jeruk, Jakarta Barat - 11530
DARI REDAKSI
3EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
riyati, gadis asal Kabanjahe, Kab Karo,
ASumatera Utara, dengan bersemangat
mengikuti mastama (masa ta’aruf mahasiwa)
STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah) Mohammad Natsir
di Kampus Tambun, Jawa Barat. Lelah dan nyeri di
perut tak ia pedulikan. Mahasiswi baru kelahiran 02
Januari 1997 ini bertekad menjadi da’iyah untuk
menggenapkan keutuhan keluarga besarnya.
Pardi, ayah Aryati, seorang berdarah Jawa-
Sumatera muslim yang berjuang sebagai pedagang
bubur di sekolahan. Ia menikahi Darmawati
Pangaribuan, petani mualaf dari dari Tapanuli.
Hingga kini, keluarga besar dari Darmawati
Pangaribuan, masih non-muslim. Ini yang menjadi
tantangan bagi Ariyati yang merupakan anak ke-2
dari empat bersaudara.
Ternyata, Ariyati bukan sekadar kelelahan
mengikuti mastama. Setelah diperiksa, baru ketahuan
ia mengidap usus buntu. Harus segera dioperasi.
Alhamdulillah, dengan dukungan Kampus STID,
pengurus Dewan Dakwah, dan donatur LAZNAS
Dewan Dakwah, Ariyati menjalani operasi dengan
sukses. Ibunya pun dapat menunggui sang putri.
Kita juga mendukung dan mendoakan yang terbaik
untuk Ketua Dewan Dakwah Jawa Timur Ustadz Tamat
Anshori yang sedang dalam masa penyembuhan dari
sakit. Pun untuk kesembuhan Ketua Majlis Syuro
Dewan Dakwah Jawa Barat Ustadz HM Daud
Gunawan dan istrinya, Ny Nurjannah, yang dirawat di
Rumah Sakit. Atas wafatnya Ny Husaini, istri karyawan
Dewan Dakwah Pusat Iwan Sukwantoro, kita
menyampaikan doa dan belasungkawa.
Wassalam,
Redaksi
DARI REDAKSI
3 Dewan Da'wah Peduli
SALAM
6 Rohingya Bagian dari Kita
KABAR
8 Haflah Kekeluargaan dan Kepedulian Dewan Dakwah
14 Dewan Dakwah Serukan Jihad Multidimensi Bela Rohingya
16 Forjim dan Dakta Titipkan Bantuan untuk Rohingya
18 Aliansi Kemanusiaan Indonesia Bantu Muslim Myanmar
20 Program Kaderisasi Seribu Ulama Berlanjut
22 Warga Banten Dukung Akademi Dakwah
24 Dewan Dakwah Gelar Training Guru Banten
26 Dewan Dakwah Gelar Silaturahim Dai Perbatasan Serumpun
29 Merdeka dari Air Parit
32 Santri Tahfidz Dewan Dakwah Kubu Raya Dibekali Lifeskill
34 Dewan Dakwah: Penguatan Fungsi Agama Jangan Jadi
Pelemahan
INSPIRASI DA’I
36 Ustadz Bey “Pendeta Islam” Naik Haji
TELAAH UTAMA
40 BBC Bertaruh untuk Rohingya
46 Presiden Wadah Malaysia: Muslim Rohingya Ahli Waris Arakhan
DAKWAH
48 Hakikat dan Kiat Memenangkan Dakwah
50 Selamat Datang di Fakultas yang Paling Tidak Laku
52 STID Mohammad Natsir dan Dakwah Pedalaman
PAK NATSIR
54 Cara Natsir Berpolitik Pakai Nurani dan Etika
HALAL
58 Hentikan Rokok demi Cinta
MAN TAZAKKA
H Tamat Anshori (tengah)
Ariyati mendapat bantuan dari Dewan Da’wah HM Daud Gunawan
AKTIFITAS PENDISTRIBUSIANQurban yang dihimpun baik dari dalam
negeri maupun luar negeri didistribusikan ke
daerah binaan da`wah diseluruh Indonesia,
antara lain wilayah terluar Indonesia, seperti :
• Pulau Nias, Sumatera Utara
• Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat
• Pulau Enggano, Bengkulu
• Perbatasan RI – Malaysia di Sambas,
Kalimantan Barat
• Perbatasan RI – Timor Leste di Atambua, Nusa
Tenggara Timur
Di wilayah rawan konversi aqidah, seperti :
• Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta
• Daerah Magelang, Jawa Tengah
• Daerah Lereng Merapi, Jawa Tengah
• Daerah Blitar Selatan, Jawa Timur
• Daerah Sukabumi, Jawa Barat
Di wilayah Korban Bencana, seperti : Korban
Bencana Gunung Sinabung di Kabupaten Karo,
Sumatera Utara
Di wilayah pedalaman nusantara, seperti :
• Pulau Seram di Maluku
• Pulau Buru di Maluku
• SoE di Nusa Tenggara Timur
• Pulau Kangge, Alor, NTT
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM QURBAN MULTI MANFAAT
LAZNAS DEWAN DA`WAH TAHUN 2017
TABEL SEBARAN TOTAL HEWAN QURBAN
*) Jumlah alokasi disesuaikan dengan harga ternak
setempat dan tingkat kesulitan penyediaan ternak serta
pelaksanaan qurban.
JANGKAUAN DISTRIBUSI QURBAN
JUMLAH PERKIRAAN
PENERIMA MANFAAT
AKTIFITAS PENDISTRIBUSIANQurban yang dihimpun baik dari dalam
negeri maupun luar negeri didistribusikan ke
daerah binaan da`wah diseluruh Indonesia,
antara lain wilayah terluar Indonesia, seperti :
• Pulau Nias, Sumatera Utara
• Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat
• Pulau Enggano, Bengkulu
• Perbatasan RI – Malaysia di Sambas,
Kalimantan Barat
• Perbatasan RI – Timor Leste di Atambua, Nusa
Tenggara Timur
Di wilayah rawan konversi aqidah, seperti :
• Daerah Gunung Kidul, Yogyakarta
• Daerah Magelang, Jawa Tengah
• Daerah Lereng Merapi, Jawa Tengah
• Daerah Blitar Selatan, Jawa Timur
• Daerah Sukabumi, Jawa Barat
Di wilayah Korban Bencana, seperti : Korban
Bencana Gunung Sinabung di Kabupaten Karo,
Sumatera Utara
Di wilayah pedalaman nusantara, seperti :
• Pulau Seram di Maluku
• Pulau Buru di Maluku
• SoE di Nusa Tenggara Timur
• Pulau Kangge, Alor, NTT
LAPORAN PELAKSANAAN PROGRAM QURBAN MULTI MANFAAT
LAZNAS DEWAN DA`WAH TAHUN 2017
TABEL SEBARAN TOTAL HEWAN QURBAN
*) Jumlah alokasi disesuaikan dengan harga ternak
setempat dan tingkat kesulitan penyediaan ternak serta
pelaksanaan qurban.
JANGKAUAN DISTRIBUSI QURBAN
JUMLAH PERKIRAAN
PENERIMA MANFAAT
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 7 MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M6 MAN TAZAKKA
SALAMSALAM
erang-terangan, juru bicara
Ttentara Burma (Myanmar), Zaw
Htay, mengungkapkan, dari
target operasi pembersihan sebanyak
471 desa Rohingya di Arakan sejak
akhir Agustus lalu, sudah 176 desa
yang kosong dan menyusul 34 desa
lainnya (The Guardian, 13/09/2017).
Sekitar 370.000 penduduk desa
kosong tersebut, melarikan diri
melalui darat dan laut serta sungai,
melintasi perbatasan Bangladesh.
Sebagian dari mereka menjadi
‘’manusia perahu’’.
Manusia perahu (boat people)
Rohingya kita kenal sejak 2009, ketika
mereka terdampar di Idi Rayeuk
(Aceh Timur), Sabang, dan Nagan
Raya. Jumlah mereka saat itu 443
jiwa. Kemudian pada 2013, boat
people dari Rohingya terdampar di
Lhokseumawe, jumlahnya 130 jiwa.
Dan pada 2015, jumlah mereka
mencapai 1.300 jiwa, menepi di
Seuneuddon (Aceh Utara) dan Kuala
Langsa.
LAZNAS Dewan Dakwah sempat
membantu para pengungsi di tiga
kamp di Aceh tersebut, sebelum
mereka dimasukkan dalam
penampungan imigrasi.
Selain mengarungi Samudera
Indonesia, manusia perahu Rohingya
juga melintasi Sungai Naf. Untuk
menghindari serbuan junta militer
dan ekstrimis sipil Myanmar, warga
muslim Rohingya nekad
menyeberangi sungai yang berhulu di
Bukit Myanmar dan berhilir di teluk
Bengali itu.
Sisi kiri Sungai Naf masuk wilayah
Myanmar, dan seberangnya masuk
Bangladesh. Sungai ini lebarnya
antara 1,61 hingga 3,22 km dengan
kedalaman antara 39 sampai 120
meter.
Jangankan dengan perahu kayu
kecil yang penuh sesak, sebagian
pengungsi Rohingya bahkan nekad
menyeberangi sungai dengan
berenang sekeluarga. Termasuk
membawa bayi mereka.
Tak ayal, Sungai Naf jadi semacam
‘’kuburan’’ buat Rohingya. Misalnya
pada Februari 1992, paramiliter
Myanmar Lun Htin membunuh 20
warga Rohingya yang bermaksud
menyeberang ke Bangladesh. Lalu
pada Januari 2005, patroli perbatasan
Burma menembaki 50 boat yang
mengangkut pengungsi Rohingya.
Sebanyak 70 pengungsi gugur
karenanya. Dan kini, sudah hampir
100 pengungsi Rohingya meninggal
di Sungai Naf, baik akibat diserang
Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZIS Dewan Da'wah
Rohingya Bagian dari Kita
maupun tenggelam.
Maka sebuah pesan viral melalui
medsos mengatakan, cukuplah jika
kita merasa manusia, untuk dapat
berempati pada penderitaan
Rohingya. Terlebih bagi muslim,
kepedulian pada Rohingya niscaya
menjadi keharusan. Sebab mereka
adalah saudara seiman.
Rohingya adalah etnis muslim di
Myanmar yang sudah berabad-abad
tinggal menetap di negara bagian
Arakan, Myanmar. Islam di Rohingya
berkembang dengan kedatangan
para juru dakwah sejak abad ke-8
Masehi.
Shah Barid Khan dalam bukunya
yang berjudul "Mohammad Hanifa O
Khaira Pari" (yang ditulis sekitar
tahun 1517-1550), mencatat, kafilah
yang dipimpin putra Ali bin Abi Thalib
ra yaitu Muhammad Abu Abdullah
atau yang lebih dikenal sebagai
Muhammad Al Hanafiah, datang ke
Arakan sebagai dai. Ia kemudian
menikahi Ratu Kaiyapuri, dan tinggal
di daerah Mayu Range (sekitar Sungai
Naf).
Pribumi dan keturunan asimilasi
Kafilah Muhammad Al Hanafiah itulah
yang merupakan masyarakat muslim
Rohingya di Arakan. Jumlah muslim
Rohingya terus berkembang seiring
dengan pesatnya dakwah di sana,
terutama pada masa Kekuasaan
Dinasti Mrauk-U (1430-1784).
Nama “Arakan”, menurut Ulama
Rohingya, berasal dari kata أ ركان
yang merupakan bentuk jamak dari
“al-rukun”, yang artinya pilar, prinsip,
sendi, atau asas.
Namun pada masa kekuasaan
pemerintahan Myanmar (1948-
sekarang), nama Arakan diganti
menjadi Rakhine State. Ibukota
Arakan yang semula adalah Akyab
juga diganti menjadi Sittwe.
Dan kini, muslim Rohingya
menjadi manusia paling teraniaya di
muka bumi. Demikian menurut
Tomas Ojea Quintana, Utusan Khusus
PBB untuk Myanmar.
Rohingya adalah kita, sesuai pesan
Al Quran dalam Surah Al-Hujuraat
ayat 10. Hal ini ditegaskan oleh Nabi
Muhammad SAW: “Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam berkasih
sayang bagaikan satu tubuh, apabila
satu anggota badan merintih
kesakitan, makan sekujur badan akan
merasakan panas dan demam” (HR
Muslim).
“Siapa yang menyelesaikan
problem seorang mukmin di dunia,
maka Allah SWT akan menyelesaikan
problemnya di akhirat, siapa yang
memudahkan orang yang kesulitan,
maka Allah SWT akan memberikan
kemudahan padanya di dunia dan di
akhirat... dan Allah SWT senantiasa
akan menolong hamba-Nya selama ia
menolong saudaranya” (HR Muslim).
Alhamdulillah, LAZNAS Dewan
Dakwah pun ‘’kebanjiran’’ titipan
simpati untuk Rohingya dari Bangsa
Indonesia, baik secara pribadi,
komunitas, maupun perusahaan.
Sejak Idul Adha lalu, secara
bertahap bantuan sudah disalurkan
dalam bentuk sapi qurban,
pembangunan mushola sekaligus
madrasah, pengadaan sumur air
bersih, tunjangan guru ngaji, dan
logistik pengungsi di Cox’s Bazar,
Bangladesh.
Perkembangan lebih detil insya
Allah akan dilaporkan Tim LAZNAS
Dewan Dakwah yang baru saja
berangkat ke lokasi pengungsi
Rohingya di Bangladesh tersebut.
Semoga berkah harta yang Anda
infakkan di jalan Allah maupun yang
dinafkahkan untuk keluarga.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 7 MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M6 MAN TAZAKKA
SALAMSALAM
erang-terangan, juru bicara
Ttentara Burma (Myanmar), Zaw
Htay, mengungkapkan, dari
target operasi pembersihan sebanyak
471 desa Rohingya di Arakan sejak
akhir Agustus lalu, sudah 176 desa
yang kosong dan menyusul 34 desa
lainnya (The Guardian, 13/09/2017).
Sekitar 370.000 penduduk desa
kosong tersebut, melarikan diri
melalui darat dan laut serta sungai,
melintasi perbatasan Bangladesh.
Sebagian dari mereka menjadi
‘’manusia perahu’’.
Manusia perahu (boat people)
Rohingya kita kenal sejak 2009, ketika
mereka terdampar di Idi Rayeuk
(Aceh Timur), Sabang, dan Nagan
Raya. Jumlah mereka saat itu 443
jiwa. Kemudian pada 2013, boat
people dari Rohingya terdampar di
Lhokseumawe, jumlahnya 130 jiwa.
Dan pada 2015, jumlah mereka
mencapai 1.300 jiwa, menepi di
Seuneuddon (Aceh Utara) dan Kuala
Langsa.
LAZNAS Dewan Dakwah sempat
membantu para pengungsi di tiga
kamp di Aceh tersebut, sebelum
mereka dimasukkan dalam
penampungan imigrasi.
Selain mengarungi Samudera
Indonesia, manusia perahu Rohingya
juga melintasi Sungai Naf. Untuk
menghindari serbuan junta militer
dan ekstrimis sipil Myanmar, warga
muslim Rohingya nekad
menyeberangi sungai yang berhulu di
Bukit Myanmar dan berhilir di teluk
Bengali itu.
Sisi kiri Sungai Naf masuk wilayah
Myanmar, dan seberangnya masuk
Bangladesh. Sungai ini lebarnya
antara 1,61 hingga 3,22 km dengan
kedalaman antara 39 sampai 120
meter.
Jangankan dengan perahu kayu
kecil yang penuh sesak, sebagian
pengungsi Rohingya bahkan nekad
menyeberangi sungai dengan
berenang sekeluarga. Termasuk
membawa bayi mereka.
Tak ayal, Sungai Naf jadi semacam
‘’kuburan’’ buat Rohingya. Misalnya
pada Februari 1992, paramiliter
Myanmar Lun Htin membunuh 20
warga Rohingya yang bermaksud
menyeberang ke Bangladesh. Lalu
pada Januari 2005, patroli perbatasan
Burma menembaki 50 boat yang
mengangkut pengungsi Rohingya.
Sebanyak 70 pengungsi gugur
karenanya. Dan kini, sudah hampir
100 pengungsi Rohingya meninggal
di Sungai Naf, baik akibat diserang
Ustadz Ade SalamunDirektur Eksekutif LAZIS Dewan Da'wah
Rohingya Bagian dari Kita
maupun tenggelam.
Maka sebuah pesan viral melalui
medsos mengatakan, cukuplah jika
kita merasa manusia, untuk dapat
berempati pada penderitaan
Rohingya. Terlebih bagi muslim,
kepedulian pada Rohingya niscaya
menjadi keharusan. Sebab mereka
adalah saudara seiman.
Rohingya adalah etnis muslim di
Myanmar yang sudah berabad-abad
tinggal menetap di negara bagian
Arakan, Myanmar. Islam di Rohingya
berkembang dengan kedatangan
para juru dakwah sejak abad ke-8
Masehi.
Shah Barid Khan dalam bukunya
yang berjudul "Mohammad Hanifa O
Khaira Pari" (yang ditulis sekitar
tahun 1517-1550), mencatat, kafilah
yang dipimpin putra Ali bin Abi Thalib
ra yaitu Muhammad Abu Abdullah
atau yang lebih dikenal sebagai
Muhammad Al Hanafiah, datang ke
Arakan sebagai dai. Ia kemudian
menikahi Ratu Kaiyapuri, dan tinggal
di daerah Mayu Range (sekitar Sungai
Naf).
Pribumi dan keturunan asimilasi
Kafilah Muhammad Al Hanafiah itulah
yang merupakan masyarakat muslim
Rohingya di Arakan. Jumlah muslim
Rohingya terus berkembang seiring
dengan pesatnya dakwah di sana,
terutama pada masa Kekuasaan
Dinasti Mrauk-U (1430-1784).
Nama “Arakan”, menurut Ulama
Rohingya, berasal dari kata أ ركان
yang merupakan bentuk jamak dari
“al-rukun”, yang artinya pilar, prinsip,
sendi, atau asas.
Namun pada masa kekuasaan
pemerintahan Myanmar (1948-
sekarang), nama Arakan diganti
menjadi Rakhine State. Ibukota
Arakan yang semula adalah Akyab
juga diganti menjadi Sittwe.
Dan kini, muslim Rohingya
menjadi manusia paling teraniaya di
muka bumi. Demikian menurut
Tomas Ojea Quintana, Utusan Khusus
PBB untuk Myanmar.
Rohingya adalah kita, sesuai pesan
Al Quran dalam Surah Al-Hujuraat
ayat 10. Hal ini ditegaskan oleh Nabi
Muhammad SAW: “Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam berkasih
sayang bagaikan satu tubuh, apabila
satu anggota badan merintih
kesakitan, makan sekujur badan akan
merasakan panas dan demam” (HR
Muslim).
“Siapa yang menyelesaikan
problem seorang mukmin di dunia,
maka Allah SWT akan menyelesaikan
problemnya di akhirat, siapa yang
memudahkan orang yang kesulitan,
maka Allah SWT akan memberikan
kemudahan padanya di dunia dan di
akhirat... dan Allah SWT senantiasa
akan menolong hamba-Nya selama ia
menolong saudaranya” (HR Muslim).
Alhamdulillah, LAZNAS Dewan
Dakwah pun ‘’kebanjiran’’ titipan
simpati untuk Rohingya dari Bangsa
Indonesia, baik secara pribadi,
komunitas, maupun perusahaan.
Sejak Idul Adha lalu, secara
bertahap bantuan sudah disalurkan
dalam bentuk sapi qurban,
pembangunan mushola sekaligus
madrasah, pengadaan sumur air
bersih, tunjangan guru ngaji, dan
logistik pengungsi di Cox’s Bazar,
Bangladesh.
Perkembangan lebih detil insya
Allah akan dilaporkan Tim LAZNAS
Dewan Dakwah yang baru saja
berangkat ke lokasi pengungsi
Rohingya di Bangladesh tersebut.
Semoga berkah harta yang Anda
infakkan di jalan Allah maupun yang
dinafkahkan untuk keluarga.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M8 MAN TAZAKKA
KABAR
ewan Dakwah Islamiyah Indonesia menggelar
DSilaturahim Keluarga Besar Dewan Dakwah pada
Sabtu (29/07/2017). Acara yang diikuti ratusan
pengurus dan anggota serta undangan Dewan Dakwah ini
berlangsung di Aula Masjid Al Furqan, Kompleks Menara
Dakwah, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat.
Hadir dalam silaturahim bertajuk "Memperkokoh
Ukhuwah, Membangun Sinergi Menuju Kebangkitan
Ekonomi Umat" ini sejumlah tokoh Dewan Dakwah seperti
KH A Cholil Ridwan, Dr H Muchtar Luthfi, KH Syuhada
Bahri, KH Abbas Aula, Ustaz Oma Rahmad Rasyid, dan
Ketua LAZIS Dewan Dakwah H Ade Salamun serta
sejumlah tokoh lainnya.
Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh senior
dan keluarga besar pendiri Dewan Dakwah seperti Dr H
Muchtar Luthfi dan Budayawan Muslim, Taufik Ismail.
Bertindak sebagai penceramah, Pembina Dewan
Dakwah dan mantan Ketua Baznas Prof Dr KH Didin
Hafidhuddin.
Dalam silaturrahim ini juga diundang jamaah haji KBIH
Haflah Kekeluargaan dan Kepedulian Dewan Dakwah
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 9 MAN TAZAKKA
KABAR
Dewan Dakwah, Hudaya Safari, dan sejumlah donatur
LAZIS Dewan Dakwah. Wakil Ketua Baznas Dr Zainul Bahar
Noor juga mengikuti sampai selesai.
Ketua Umum Dewan Dakwah, Mohammad Siddik,
dalam sambutannya menyinggung beragam persoalan
yang dihadapi oleh umat dewasa ini. Baik persoalan umat
Islam dalam negeri, mulai dari soal Perppu Ormas hingga
ke soal ekonomi umat, sampai persoalan umat Islam
Internasional, seperti Rohingya, Xinjiang dan Kashmir.
Siddik juga mengingatkan, pendirian Dewan Dakwah
oleh mantan Perdana Menteri Mohammad Natsir dan
kawan-kawan pada 1967 silam adalah untuk
menyelesaikan hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dengan
politik. Seperti diketahui, M Natsir dan kawan-kawannya
adalah para politisi mantan pemimpin Partai Islam
Masyumi yang legendaris itu.
Dewan Dakwah, kata Siddik, juga didirikan oleh tokoh-
tokoh dengan beragam latar belakang. Ada yang berasal
dari Muhammadiyah, Persis, dan juga NU. "Karena itu cara
beribadahnya pun di Dewan Dakwah juga beragam," kata
Siddik.
Karena sejarahnya yang cukup panjang, Siddik
mengatakan, selama ini ada anggapan jika sebuah
persoalan sudah disepakati NU dan Muhammadiyah, maka
selesailah masalah itu. "Ingat, ada ormas ketiga. Kita bisa
katakan Dewan Dakwah adalah ormas ketiga setelah NU
dan Muhammadiyah," katanya.
Dalam dunia ormas pun, lanjut Siddik, kini Dewan
Dakwah juga aktif terlibat dalam Majelis Ormas Islam.
Dana Haji untuk Pembangunan
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
menilai penggunaan dana haji untuk biaya pembangunan
infrastruktur tidaklah tepat. Menurutnya, dana tersebut
lebih baik dan lebih logis digunakan untuk fasilitas jamaah
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M8 MAN TAZAKKA
KABAR
ewan Dakwah Islamiyah Indonesia menggelar
DSilaturahim Keluarga Besar Dewan Dakwah pada
Sabtu (29/07/2017). Acara yang diikuti ratusan
pengurus dan anggota serta undangan Dewan Dakwah ini
berlangsung di Aula Masjid Al Furqan, Kompleks Menara
Dakwah, Jl Kramat Raya 45, Senen, Jakarta Pusat.
Hadir dalam silaturahim bertajuk "Memperkokoh
Ukhuwah, Membangun Sinergi Menuju Kebangkitan
Ekonomi Umat" ini sejumlah tokoh Dewan Dakwah seperti
KH A Cholil Ridwan, Dr H Muchtar Luthfi, KH Syuhada
Bahri, KH Abbas Aula, Ustaz Oma Rahmad Rasyid, dan
Ketua LAZIS Dewan Dakwah H Ade Salamun serta
sejumlah tokoh lainnya.
Turut hadir dalam acara tersebut sejumlah tokoh senior
dan keluarga besar pendiri Dewan Dakwah seperti Dr H
Muchtar Luthfi dan Budayawan Muslim, Taufik Ismail.
Bertindak sebagai penceramah, Pembina Dewan
Dakwah dan mantan Ketua Baznas Prof Dr KH Didin
Hafidhuddin.
Dalam silaturrahim ini juga diundang jamaah haji KBIH
Haflah Kekeluargaan dan Kepedulian Dewan Dakwah
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 9 MAN TAZAKKA
KABAR
Dewan Dakwah, Hudaya Safari, dan sejumlah donatur
LAZIS Dewan Dakwah. Wakil Ketua Baznas Dr Zainul Bahar
Noor juga mengikuti sampai selesai.
Ketua Umum Dewan Dakwah, Mohammad Siddik,
dalam sambutannya menyinggung beragam persoalan
yang dihadapi oleh umat dewasa ini. Baik persoalan umat
Islam dalam negeri, mulai dari soal Perppu Ormas hingga
ke soal ekonomi umat, sampai persoalan umat Islam
Internasional, seperti Rohingya, Xinjiang dan Kashmir.
Siddik juga mengingatkan, pendirian Dewan Dakwah
oleh mantan Perdana Menteri Mohammad Natsir dan
kawan-kawan pada 1967 silam adalah untuk
menyelesaikan hal-hal yang tidak bisa diselesaikan dengan
politik. Seperti diketahui, M Natsir dan kawan-kawannya
adalah para politisi mantan pemimpin Partai Islam
Masyumi yang legendaris itu.
Dewan Dakwah, kata Siddik, juga didirikan oleh tokoh-
tokoh dengan beragam latar belakang. Ada yang berasal
dari Muhammadiyah, Persis, dan juga NU. "Karena itu cara
beribadahnya pun di Dewan Dakwah juga beragam," kata
Siddik.
Karena sejarahnya yang cukup panjang, Siddik
mengatakan, selama ini ada anggapan jika sebuah
persoalan sudah disepakati NU dan Muhammadiyah, maka
selesailah masalah itu. "Ingat, ada ormas ketiga. Kita bisa
katakan Dewan Dakwah adalah ormas ketiga setelah NU
dan Muhammadiyah," katanya.
Dalam dunia ormas pun, lanjut Siddik, kini Dewan
Dakwah juga aktif terlibat dalam Majelis Ormas Islam.
Dana Haji untuk Pembangunan
Ketua Umum Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia
menilai penggunaan dana haji untuk biaya pembangunan
infrastruktur tidaklah tepat. Menurutnya, dana tersebut
lebih baik dan lebih logis digunakan untuk fasilitas jamaah
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M10 MAN TAZAKKA
KABAR
haji Indonesia di Tanah Suci.
Keinginan menginvestasikan dana haji ke sektor
infrastruktur disampaikan Presiden Joko Widodo usai
melantik anggota Dewan Pengawas dan Anggota Badan
Pelaksana Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di Istana
Negara, Jakarta, Rabu (26/07/2017).
Menurut Jokowi, keuntungan dari investasi tersebut bisa
dipakai untuk mensubsidi ongkos dan biaya haji sehingga
lebih terjangkau oleh masyarakat. Menurut Jokowi, cara
seperti ini sudah dipakai di negara lain seperti Malaysia.
Padahal, sebagaimana diketahui jumlah jamaah haji
Indonesia kurang lebih 216.000 orang pertahun. Setiap
tahunnya jamaah haji mengalami banyak masalah
kesehatan, dari yang ringan hingga membutuhkan
penanganan medis bahkan hingga meninggal dunia.
Selama ini, penanganan kesehatan jamaah haji
Indonesia dinilai kurang memadai. Setiap jamaah hanya
didampingi dengan seorang dokter tanpa ada fasilitas
permanen yang mendukung. Pengadaaan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan tersebut tidak hanya dipergunakan saat
haji, bahkan untuk menunjang jamaah Umrah sepanjang
tahun.
“Tidak tepat membangun infrastruktur dengan dana
haji. Lebih baik bangun Rumah Sakit Indonesia di sana,
penginapan Indonesia, pesawat khusus haji dan fasilitas
lainnya. Sekarang ini Pemerintah seharusnya lebih banyak
memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan jamaah
haji,” tegas Siddik.
Selanjutnya, mantan Direktur Islamic Development Bank
(IDB) ini mengatakan, ekonomi makro saat ini terlihat
menguntungkan kapitalis besar dan nampak jelas berbagi
sumber daya alam, sedangkan ekonomi mikro atau retail
telah terbukti menggerakkan masyarakat bangsa kita terus
menerus.
Sebagai contoh, China menurutnya sebagai negara
terbesar yang menguasai ekonomi dunia; sejumlah
produknya tersebar di berbagai negara yang penduduknya
mayoritas muslim maupun non-muslim. Padahal, faktanya
mereka sendiri sangat tidak ramah dengan Islam. Daerah
perbatasan China Xinjiang; penduduknya didiskriminasi
dengan berbagai peraturan yang ketat lantaran mereka
muslim.
Politik dan Dakwah
Pembina Dewan Dakwah KH A Cholil Ridwan, mewakili
Ketua Dewan Pembina Prof AM Saefuddin yang
berhalangan hadir, dalam pidato singkatnya mengingatkan
tentang menyatunya Islam, dakwah dan politik.
Islam, kata Kyai Cholil, tidak dapat dipisahkan dari
politik, ekonomi, muamalah, dan dakwah. Karena itu ia
menyarankan agar anggota Dewan Dakwah sebagai
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 11 MAN TAZAKKA
KABAR
individu ikut terjun dalam politik dengan aktif di partai
politik Islam yang ideologis.
"Ingat pesan Pak Nasir, umat Islam tidak boleh buta
politik sebab kalau buta politik kita akan digilas oleh politik
itu sendiri," katanya.
Soal partai yang bisa dimasuki kader Dewan Dakwah,
Kyai Cholil menyebut bisa Partai Bulan Bintang (PBB),
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). "Atau kita bisa dirikan partai politik
baru yang Islami dan ideologis," kata kyai alumni Gontor
dan Universitas Islam Madinah ini.
"Saya berterima kasih kepada Dewan Dakwah. Saya
tidak pernah membesarkan Dewan Dakwah, tetapi saya
dibesarkan Dewan Dakwah," ungkap dia.
Kyai Cholil menyebut, upaya Dewan Dakwah
membesarkan dirinya itu antara lain karena sebagai
pimpinan Dewan Dakwah ia pernah diangkat menjadi
salah satu Ketua MUI Pusat selama dua periode, 2005
hingga 2015. Demikian pula dengan pembangunan
Pesantren Husnayain yang ia pimpin juga berdiri atas
bantuan Dewan Dakwah.
Dana Palestina
Dalam kesempatan itu, Kyai Cholil juga memandu
penggalangan dana untuk membantu umat Islam di
Palestina. Dimulai dari dirinya yang mengeluarkan uang
cash ke sebuah kotak infak, ia lalu meminta semua yang
hadir untuk menyebutkan jumlah infaknya.
Bukan hanya itu, panitia juga melelang miniatur Masjid
Al Aqsha yang dibawakan langsung oleh seorang Syaikh
dari Palestina.
Di akhir acara, diumumkan infak cash untuk Palestina
terkumpul sekitar Rp87 juta.
Selain bantuan yang bersifat karitas, donasi Indonesia
melalui LAZIS Dewan Dakwah sebelumnya juga telah
digunakan untuk membangun sumur air bersih di Bayt
Hanoun Hospital, Al Shiffa Hospital, dan Khadija Yatim
School. Juga mengadakan mobil ambulans senilai 560 juta.
Tiga Pilar Ekonomi
Mantan Ketua Baznas Prof Dr KH Didin Hafidhuddin,
dalam ceramahnya menyampaikan tema ekonomi Islam.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun
Bogor itu menjelaskan tiga pilar utama dalam sistem
ekonomi Islam. Ketiganya adalah sektor riil, terutama jual
beli (al-ba'i), sektor keuangan syariah dan sektor Zakat,
Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF). Umat Islam, kata Kyai
Didin, akan maju perekonomiannya bila tiga sektor itu
dikelola secara profesional.
"Dalam jual beli atau al-ba'i, pastikan umat Islam
membeli di toko Muslim. Jangan kalau beli apa-apa ke
toko non-Muslim, giliran beli gorengan beli ke Muslim itu
pun nawar," kata Kyai Didin.
Jual beli dengan orang non-Muslim, jelas Ketua Umum
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M10 MAN TAZAKKA
KABAR
haji Indonesia di Tanah Suci.
Keinginan menginvestasikan dana haji ke sektor
infrastruktur disampaikan Presiden Joko Widodo usai
melantik anggota Dewan Pengawas dan Anggota Badan
Pelaksana Pengelola Keuangan Haji (BPKH) di Istana
Negara, Jakarta, Rabu (26/07/2017).
Menurut Jokowi, keuntungan dari investasi tersebut bisa
dipakai untuk mensubsidi ongkos dan biaya haji sehingga
lebih terjangkau oleh masyarakat. Menurut Jokowi, cara
seperti ini sudah dipakai di negara lain seperti Malaysia.
Padahal, sebagaimana diketahui jumlah jamaah haji
Indonesia kurang lebih 216.000 orang pertahun. Setiap
tahunnya jamaah haji mengalami banyak masalah
kesehatan, dari yang ringan hingga membutuhkan
penanganan medis bahkan hingga meninggal dunia.
Selama ini, penanganan kesehatan jamaah haji
Indonesia dinilai kurang memadai. Setiap jamaah hanya
didampingi dengan seorang dokter tanpa ada fasilitas
permanen yang mendukung. Pengadaaan rumah sakit dan
fasilitas kesehatan tersebut tidak hanya dipergunakan saat
haji, bahkan untuk menunjang jamaah Umrah sepanjang
tahun.
“Tidak tepat membangun infrastruktur dengan dana
haji. Lebih baik bangun Rumah Sakit Indonesia di sana,
penginapan Indonesia, pesawat khusus haji dan fasilitas
lainnya. Sekarang ini Pemerintah seharusnya lebih banyak
memperhatikan keselamatan dan kesejahteraan jamaah
haji,” tegas Siddik.
Selanjutnya, mantan Direktur Islamic Development Bank
(IDB) ini mengatakan, ekonomi makro saat ini terlihat
menguntungkan kapitalis besar dan nampak jelas berbagi
sumber daya alam, sedangkan ekonomi mikro atau retail
telah terbukti menggerakkan masyarakat bangsa kita terus
menerus.
Sebagai contoh, China menurutnya sebagai negara
terbesar yang menguasai ekonomi dunia; sejumlah
produknya tersebar di berbagai negara yang penduduknya
mayoritas muslim maupun non-muslim. Padahal, faktanya
mereka sendiri sangat tidak ramah dengan Islam. Daerah
perbatasan China Xinjiang; penduduknya didiskriminasi
dengan berbagai peraturan yang ketat lantaran mereka
muslim.
Politik dan Dakwah
Pembina Dewan Dakwah KH A Cholil Ridwan, mewakili
Ketua Dewan Pembina Prof AM Saefuddin yang
berhalangan hadir, dalam pidato singkatnya mengingatkan
tentang menyatunya Islam, dakwah dan politik.
Islam, kata Kyai Cholil, tidak dapat dipisahkan dari
politik, ekonomi, muamalah, dan dakwah. Karena itu ia
menyarankan agar anggota Dewan Dakwah sebagai
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 11 MAN TAZAKKA
KABAR
individu ikut terjun dalam politik dengan aktif di partai
politik Islam yang ideologis.
"Ingat pesan Pak Nasir, umat Islam tidak boleh buta
politik sebab kalau buta politik kita akan digilas oleh politik
itu sendiri," katanya.
Soal partai yang bisa dimasuki kader Dewan Dakwah,
Kyai Cholil menyebut bisa Partai Bulan Bintang (PBB),
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). "Atau kita bisa dirikan partai politik
baru yang Islami dan ideologis," kata kyai alumni Gontor
dan Universitas Islam Madinah ini.
"Saya berterima kasih kepada Dewan Dakwah. Saya
tidak pernah membesarkan Dewan Dakwah, tetapi saya
dibesarkan Dewan Dakwah," ungkap dia.
Kyai Cholil menyebut, upaya Dewan Dakwah
membesarkan dirinya itu antara lain karena sebagai
pimpinan Dewan Dakwah ia pernah diangkat menjadi
salah satu Ketua MUI Pusat selama dua periode, 2005
hingga 2015. Demikian pula dengan pembangunan
Pesantren Husnayain yang ia pimpin juga berdiri atas
bantuan Dewan Dakwah.
Dana Palestina
Dalam kesempatan itu, Kyai Cholil juga memandu
penggalangan dana untuk membantu umat Islam di
Palestina. Dimulai dari dirinya yang mengeluarkan uang
cash ke sebuah kotak infak, ia lalu meminta semua yang
hadir untuk menyebutkan jumlah infaknya.
Bukan hanya itu, panitia juga melelang miniatur Masjid
Al Aqsha yang dibawakan langsung oleh seorang Syaikh
dari Palestina.
Di akhir acara, diumumkan infak cash untuk Palestina
terkumpul sekitar Rp87 juta.
Selain bantuan yang bersifat karitas, donasi Indonesia
melalui LAZIS Dewan Dakwah sebelumnya juga telah
digunakan untuk membangun sumur air bersih di Bayt
Hanoun Hospital, Al Shiffa Hospital, dan Khadija Yatim
School. Juga mengadakan mobil ambulans senilai 560 juta.
Tiga Pilar Ekonomi
Mantan Ketua Baznas Prof Dr KH Didin Hafidhuddin,
dalam ceramahnya menyampaikan tema ekonomi Islam.
Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun
Bogor itu menjelaskan tiga pilar utama dalam sistem
ekonomi Islam. Ketiganya adalah sektor riil, terutama jual
beli (al-ba'i), sektor keuangan syariah dan sektor Zakat,
Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF). Umat Islam, kata Kyai
Didin, akan maju perekonomiannya bila tiga sektor itu
dikelola secara profesional.
"Dalam jual beli atau al-ba'i, pastikan umat Islam
membeli di toko Muslim. Jangan kalau beli apa-apa ke
toko non-Muslim, giliran beli gorengan beli ke Muslim itu
pun nawar," kata Kyai Didin.
Jual beli dengan orang non-Muslim, jelas Ketua Umum
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M12 MAN TAZAKKA
Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) itu,
secara muamalah memang diperbolehkan. Tetapi dalam
kaca mata semangat untuk membantu perekonomian
umat hal tersebut tidaklah baik.
"Lihatlah siapa orang terkaya di Indonesia. Urutan satu
sampai empat itu pengusaha rokok. Tetapi mereka tidak
ada yang merokok," kata Kyai Didin.
Sektor kedua, Keuangan Syariah. Saat ini, kata Kyai
Didin, telah berdiri berbagai lembaga keuangan syariah di
Indonesia seperti Bank Syariah, Asuransi Syariah, Koperasi
Syariah, Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, dan
sebagainya. "Bahkan ada juga Bengkel Syariah. Mungkin
itu lawan dari bengkel ketok magic," kata dia sembari
bercanda.
Kepada para anggota Dewan Dakwah, Kyai Didin
memastikan bila mereka saat semua telah memiliki
rekening di Bank Syariah. "Jangan sampai orang Dewan
Dakwah account-nya di bank konvensional," pesannya.
Lalu, terkait sektor ketiga, ZISWAF, Kyai Didin secara
khusus memotovasi umat Islam untuk meningkatkan zakat
dan sedekah. Harta yang dizakati dan digunakan untuk
bersedakah, kata dia, tidak akan berkurang justru akan
semakin tumbuh.
"ZISWAF ini untuk izzah dan kemualiaan umat Islam.
Sebab umat Islam itu kalah mau melakukan apa-apa
kendalanya tiga; dana, biaya dan anggaran," ungkap Kyai
Didin.
Potensi zakat sangatlah besar. Wakil Ketua Dewan
Pertimbangan MUI Pusat ini menyebut sekitar Rp300
trilyun per tahun. Jika potensi itu dikelola secara
profesional tentu akan meningkatkan perekonomian umat.
Selain harta akan tumbuh, sedekah juga disebutnya
mencerdaskan. Kyai Didin lalu menceritakan kisah seorang
pembantu di sebuah wilayah di Jawa Timur yang selalu
gemar berinfak dan nilai infaknya lebih besar dari pada
majikannya. Secara ekonomi, jika dihitung-hitung secara
matematis pendapatan orang tersebut tidak cukup untuk
membiayai putra-putrinya kuliah,
"Tapi ternyata putra-putrinya semua kuliah, ada yang
ITS, ada yang di kampus lain. Ketika ditanya, bagaimana
dia membiayai pendidikannya, orang itu menjawab kalau
putra-putrinya sejak sekolah dasar selalu juara dan
sekolahnya selalu mendapatkan beasiswa," ungkap Kyai
Didin.
Berkaca pada kehidupan para sahabat di masa
Rasulullah, Kyai Didin menceritakan, para sahabat secara
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 13 MAN TAZAKKA
KABAR
fisik tampilannya sama. Rumah sama, pakaian juga sama.
Namun yang membedakan mereka adalah saat berinfak.
"Utsman sekali berinfak 100 ekor kuda. Satu kuda
harganya sekarang Rp50 juta. Berarti sekali infak lima
milyar," Kyai Didin memberi contoh.
Dan terbukti, meskipun terus berinfak di jalan Allah
dengan jumlah yang sangat besar, harta Utsman tidak
pernah habis.
Tak lupa kader pak Natsir ini menyoroti niat pemerintah
memakai dana calon jamaah haji Indonesia untuk sejumlah
proyek infrastruktur.
Prof Didin Hafidhuddin mengatakan bahwa pemerintah
tidak boleh memakai uang tersebut.
“Pemerintah jangan memakai, karena dana itu, kan,
milik jamaah bukan punya pemerintah,” tegasnya.
Jika nantinya akan dipakai untuk sektor-sektor usaha,
itupun, sambungnya, harus melalui mekanisme yang
sesuai. Yakni perjanjian tertulisnya harus jelas, harus
memakai sistem bagi hasil. Jangan dipakai begitu saja,
terlebih tidak berdampak bagi calon jamaah.
“Akadnya harus jelas, harus akad wakalah. Kalau dapat
untung, ya jamaah harus mendapatkan keuntungan juga,”
ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini.
Kendati demikian, pria berusia 65 tahun tersebut
mengusulkan, seharusnya uang itu jangan dipakai untuk
pembangunan proyek-proyek pemerintah.
Pasalnya, jelas dia, pemerintah hanya memiliki
wewenang untuk menjamin saja. Terlebih melihat kondisi
negara belakangan ini, dimana tingkat kepercayaan warga
terhadap pemerintahan tidak terlalu baik.
“Apalagi belakangan masyarakat kita kurang percaya
dengan pemerintahan yang sekarang, saya khawatir malah
kasihan,” pungkasnya.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M12 MAN TAZAKKA
Badan Kerjasama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI) itu,
secara muamalah memang diperbolehkan. Tetapi dalam
kaca mata semangat untuk membantu perekonomian
umat hal tersebut tidaklah baik.
"Lihatlah siapa orang terkaya di Indonesia. Urutan satu
sampai empat itu pengusaha rokok. Tetapi mereka tidak
ada yang merokok," kata Kyai Didin.
Sektor kedua, Keuangan Syariah. Saat ini, kata Kyai
Didin, telah berdiri berbagai lembaga keuangan syariah di
Indonesia seperti Bank Syariah, Asuransi Syariah, Koperasi
Syariah, Pegadaian Syariah, Pasar Modal Syariah, dan
sebagainya. "Bahkan ada juga Bengkel Syariah. Mungkin
itu lawan dari bengkel ketok magic," kata dia sembari
bercanda.
Kepada para anggota Dewan Dakwah, Kyai Didin
memastikan bila mereka saat semua telah memiliki
rekening di Bank Syariah. "Jangan sampai orang Dewan
Dakwah account-nya di bank konvensional," pesannya.
Lalu, terkait sektor ketiga, ZISWAF, Kyai Didin secara
khusus memotovasi umat Islam untuk meningkatkan zakat
dan sedekah. Harta yang dizakati dan digunakan untuk
bersedakah, kata dia, tidak akan berkurang justru akan
semakin tumbuh.
"ZISWAF ini untuk izzah dan kemualiaan umat Islam.
Sebab umat Islam itu kalah mau melakukan apa-apa
kendalanya tiga; dana, biaya dan anggaran," ungkap Kyai
Didin.
Potensi zakat sangatlah besar. Wakil Ketua Dewan
Pertimbangan MUI Pusat ini menyebut sekitar Rp300
trilyun per tahun. Jika potensi itu dikelola secara
profesional tentu akan meningkatkan perekonomian umat.
Selain harta akan tumbuh, sedekah juga disebutnya
mencerdaskan. Kyai Didin lalu menceritakan kisah seorang
pembantu di sebuah wilayah di Jawa Timur yang selalu
gemar berinfak dan nilai infaknya lebih besar dari pada
majikannya. Secara ekonomi, jika dihitung-hitung secara
matematis pendapatan orang tersebut tidak cukup untuk
membiayai putra-putrinya kuliah,
"Tapi ternyata putra-putrinya semua kuliah, ada yang
ITS, ada yang di kampus lain. Ketika ditanya, bagaimana
dia membiayai pendidikannya, orang itu menjawab kalau
putra-putrinya sejak sekolah dasar selalu juara dan
sekolahnya selalu mendapatkan beasiswa," ungkap Kyai
Didin.
Berkaca pada kehidupan para sahabat di masa
Rasulullah, Kyai Didin menceritakan, para sahabat secara
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 13 MAN TAZAKKA
KABAR
fisik tampilannya sama. Rumah sama, pakaian juga sama.
Namun yang membedakan mereka adalah saat berinfak.
"Utsman sekali berinfak 100 ekor kuda. Satu kuda
harganya sekarang Rp50 juta. Berarti sekali infak lima
milyar," Kyai Didin memberi contoh.
Dan terbukti, meskipun terus berinfak di jalan Allah
dengan jumlah yang sangat besar, harta Utsman tidak
pernah habis.
Tak lupa kader pak Natsir ini menyoroti niat pemerintah
memakai dana calon jamaah haji Indonesia untuk sejumlah
proyek infrastruktur.
Prof Didin Hafidhuddin mengatakan bahwa pemerintah
tidak boleh memakai uang tersebut.
“Pemerintah jangan memakai, karena dana itu, kan,
milik jamaah bukan punya pemerintah,” tegasnya.
Jika nantinya akan dipakai untuk sektor-sektor usaha,
itupun, sambungnya, harus melalui mekanisme yang
sesuai. Yakni perjanjian tertulisnya harus jelas, harus
memakai sistem bagi hasil. Jangan dipakai begitu saja,
terlebih tidak berdampak bagi calon jamaah.
“Akadnya harus jelas, harus akad wakalah. Kalau dapat
untung, ya jamaah harus mendapatkan keuntungan juga,”
ujar Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat ini.
Kendati demikian, pria berusia 65 tahun tersebut
mengusulkan, seharusnya uang itu jangan dipakai untuk
pembangunan proyek-proyek pemerintah.
Pasalnya, jelas dia, pemerintah hanya memiliki
wewenang untuk menjamin saja. Terlebih melihat kondisi
negara belakangan ini, dimana tingkat kepercayaan warga
terhadap pemerintahan tidak terlalu baik.
“Apalagi belakangan masyarakat kita kurang percaya
dengan pemerintahan yang sekarang, saya khawatir malah
kasihan,” pungkasnya.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M14 MAN TAZAKKA
nnalillahi... ketika umat Islam semestinya merayakan
IIedul Adha 1438 Hijriyah dengan menu makanan
daging kurban, kaum muslimin di Arakan (Rakhine),
Myanmar, justru jadi korban massal. Ratusan warga
muslim Rohingya, termasuk yang lanjut usia, perempuan,
bayi, dan anak-anak, dilaporkan tewas akibat kekejaman
pasukan Myanmar.
Data resmi yang diakui militer dan pemerintah
Myanmar menyatakan, hingga 1 September 2017 ada 399
orang tewas dalam kurun seminggu terakhir. Mereka
adalah 370 gerilyawan Rohingya, 13 aparat keamanan, dua
pejabat pemerintah dan 14 warga sipil.
Namun data dari sumber lain mencatat hampir 1.000
orang tewas.
PBB menyatakan, sekitar 38.000 warga Rohingya telah
menyeberang ke Bangladesh untuk menghindari operasi
militer Myanmar. Mereka menjadi bagian dari sekitar 73
ribu warga sipil yang eksodus keluar Burma sejak tragedi
meletus pada 25 Agustus lalu.
Nestapa Rohingya itu bukan yang pertama kali terjadi.
Dewan Dakwah Serukan Jihad Multidimensi Bela Rohingya
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 15 MAN TAZAKKA
Namun, tragedi yang mereka alami kali ini dilaporkan
merupakan yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai lembaga yang salah satu misinya adalah
menjalin solidaritas Dunia Islam, Dewan Dakwah Islam
Indonesia mengutuk tragedi pembantaian massal
(genocide) oleh junta militer Myanmar terhadap
penduduk Myanmar Muslim Rohingnya di Provinsi
Rakhine.
Dewan Dakwah mendesak Pemerintah Myanmar segera
menghentikan kejahatan kemanusiaan yang melanggar
Hak Asasi Manusia terhadap penduduk Myanmar Muslim
Rohingya di Provinsi Rakhine.
Agar tuntutan itu efektif, Dewan Dakwah mengusulkan
kepada organisasi regional maupun internasional seperti
ASEAN, OKI dan PBB agar segera memblokade negara
Myanmar baik di bidang ekonomi maupun militer.
Dewan Dakwah juga mengusulkan kepada ASEAN
untuk mengadakan sidang luar biasa para anggota ASEAN
untuk mengambil keputusan dalam menjatuhkan vonis
seberat beratnya kepada negara Myanmar baik secara
sosial maupun politik termasuk membekukan keanggotaan
negara Myanmar dalam ASEAN.
Dewan Dakwah pun meminta Mahkamah Internasional
untuk mengadili Jendral Min Aung Hlaing dan Biksu Ashin
Wirathu sebagai penjahat kemanusiaan.
Dalam hal ini, Dewan Dakwah Aceh meminta
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersikap adil terhadap
Islam dan umat Islam di seluruh
dunia terutama terhadap muslim Rohingya di Myanmar.
"Islam agama resmi, sah dan diakui serta disahkan oleh
PBB sebagai salah satu agama resmi dunia. Karena itu,
kami meminta PBB bersikap adil terhadap Islam, terutama
muslim Rohingya di Myanmar," kata Ketua Dewan Dakwah
Aceh Tgk Hasanuddin Yusuf Adan di Banda Aceh, Senin
(4/9).
Selain seruan verbal, Dewan Dakwah juga mengajak
aksi konkret jihad multidimensi untuk membantu Muslim
Rohingya. Selemah-lemah bantuan berupa doa serta qunut
nazilah.
Bersama lembaga-lembaga amil zakat dan
kemanusiaan lainnya, Dewan Dakwah menggalang dana
bantuan untuk Rohingya. Dana kemanusiaan baik dari
Dewan Dakwah Pusat hingga Daerah maupun para
donatur ini dihimpun melalui satu pintu yaitu LAZIS Dewan
Dakwah.
Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah, Ade Salamun,
mengungkapkan, bantuan awal untuk Rohingya sudah
disampaikan ke warga kamp pengungsi di Distrik Cox’s
Bazar, Bangladesh. Selain berupa sapi kurban juga
bantuan medis.
‘’Jika perlu, Dewan Dakwah juga siap mengirim
mujahid-mujahid Dakwah ke Provinsi Rakhine untuk
membantu Muslim Rohingnya memperoleh keadilan dari
pemerintahan Myanmar,’’ sebut Ketua Pembina Dewan
Dakwah, Prof AM Saefuddin, dalam rilis tertanggal 5
September 2017.
Ketua Umum Dewan Dakwah Mohammad Siddik,
menyatakan, Dewan Dakwah mendukung upaya
diplomatik dan pengerahan bantuan kemanusiaan yang
dilakukan pemerintah. Dengan catatan, jangan dipolitisasi
sedemikian rupa untuk kepentingan pencitraan jelang
pemilihan presiden 2019.
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M14 MAN TAZAKKA
nnalillahi... ketika umat Islam semestinya merayakan
IIedul Adha 1438 Hijriyah dengan menu makanan
daging kurban, kaum muslimin di Arakan (Rakhine),
Myanmar, justru jadi korban massal. Ratusan warga
muslim Rohingya, termasuk yang lanjut usia, perempuan,
bayi, dan anak-anak, dilaporkan tewas akibat kekejaman
pasukan Myanmar.
Data resmi yang diakui militer dan pemerintah
Myanmar menyatakan, hingga 1 September 2017 ada 399
orang tewas dalam kurun seminggu terakhir. Mereka
adalah 370 gerilyawan Rohingya, 13 aparat keamanan, dua
pejabat pemerintah dan 14 warga sipil.
Namun data dari sumber lain mencatat hampir 1.000
orang tewas.
PBB menyatakan, sekitar 38.000 warga Rohingya telah
menyeberang ke Bangladesh untuk menghindari operasi
militer Myanmar. Mereka menjadi bagian dari sekitar 73
ribu warga sipil yang eksodus keluar Burma sejak tragedi
meletus pada 25 Agustus lalu.
Nestapa Rohingya itu bukan yang pertama kali terjadi.
Dewan Dakwah Serukan Jihad Multidimensi Bela Rohingya
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 15 MAN TAZAKKA
Namun, tragedi yang mereka alami kali ini dilaporkan
merupakan yang terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Sebagai lembaga yang salah satu misinya adalah
menjalin solidaritas Dunia Islam, Dewan Dakwah Islam
Indonesia mengutuk tragedi pembantaian massal
(genocide) oleh junta militer Myanmar terhadap
penduduk Myanmar Muslim Rohingnya di Provinsi
Rakhine.
Dewan Dakwah mendesak Pemerintah Myanmar segera
menghentikan kejahatan kemanusiaan yang melanggar
Hak Asasi Manusia terhadap penduduk Myanmar Muslim
Rohingya di Provinsi Rakhine.
Agar tuntutan itu efektif, Dewan Dakwah mengusulkan
kepada organisasi regional maupun internasional seperti
ASEAN, OKI dan PBB agar segera memblokade negara
Myanmar baik di bidang ekonomi maupun militer.
Dewan Dakwah juga mengusulkan kepada ASEAN
untuk mengadakan sidang luar biasa para anggota ASEAN
untuk mengambil keputusan dalam menjatuhkan vonis
seberat beratnya kepada negara Myanmar baik secara
sosial maupun politik termasuk membekukan keanggotaan
negara Myanmar dalam ASEAN.
Dewan Dakwah pun meminta Mahkamah Internasional
untuk mengadili Jendral Min Aung Hlaing dan Biksu Ashin
Wirathu sebagai penjahat kemanusiaan.
Dalam hal ini, Dewan Dakwah Aceh meminta
Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bersikap adil terhadap
Islam dan umat Islam di seluruh
dunia terutama terhadap muslim Rohingya di Myanmar.
"Islam agama resmi, sah dan diakui serta disahkan oleh
PBB sebagai salah satu agama resmi dunia. Karena itu,
kami meminta PBB bersikap adil terhadap Islam, terutama
muslim Rohingya di Myanmar," kata Ketua Dewan Dakwah
Aceh Tgk Hasanuddin Yusuf Adan di Banda Aceh, Senin
(4/9).
Selain seruan verbal, Dewan Dakwah juga mengajak
aksi konkret jihad multidimensi untuk membantu Muslim
Rohingya. Selemah-lemah bantuan berupa doa serta qunut
nazilah.
Bersama lembaga-lembaga amil zakat dan
kemanusiaan lainnya, Dewan Dakwah menggalang dana
bantuan untuk Rohingya. Dana kemanusiaan baik dari
Dewan Dakwah Pusat hingga Daerah maupun para
donatur ini dihimpun melalui satu pintu yaitu LAZIS Dewan
Dakwah.
Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah, Ade Salamun,
mengungkapkan, bantuan awal untuk Rohingya sudah
disampaikan ke warga kamp pengungsi di Distrik Cox’s
Bazar, Bangladesh. Selain berupa sapi kurban juga
bantuan medis.
‘’Jika perlu, Dewan Dakwah juga siap mengirim
mujahid-mujahid Dakwah ke Provinsi Rakhine untuk
membantu Muslim Rohingnya memperoleh keadilan dari
pemerintahan Myanmar,’’ sebut Ketua Pembina Dewan
Dakwah, Prof AM Saefuddin, dalam rilis tertanggal 5
September 2017.
Ketua Umum Dewan Dakwah Mohammad Siddik,
menyatakan, Dewan Dakwah mendukung upaya
diplomatik dan pengerahan bantuan kemanusiaan yang
dilakukan pemerintah. Dengan catatan, jangan dipolitisasi
sedemikian rupa untuk kepentingan pencitraan jelang
pemilihan presiden 2019.
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M16 MAN TAZAKKA
KABAR
Forjim dan Dakta Titipkan Bantuan untuk Rohingya
orum Jurnalis Muslim (Forjim) menyerahkan donasi
Fbantuan untuk Muslim Rohingya kepada Laznas
Dewan Dakwah di Masjid Al Furqon, Kramat Raya,
Jakarta Pusat, Jumat (9/9/2017).
Jejaring Jurnalis Muslim dari Jadebotabek hingga Aceh
tersebut, berhasil menghimpun dana dalam sepekan
sebanyak Rp. 13.615.145. Donasi bantuan tersebut untuk
mendukung Program Solidaritas Dunia Islam, khususnya
Muslim Rohingya.
Donasi bantuan kemanusian Forjim Solidarity secara
simbolik dilakukan oleh Ketua Divisi Hubungan Antar
Lembaga Forjim, Nuim Hidayat kepada Direktur Eksekutif
Laznas Dewan Dakwah H Ade Salamun.
Secara bersamaan, Radio Dakta 107 FM, diwakili oleh
Ustadz Warsono, juga menyerahkan bantuan kemanusiaan
untuk Muslim Rohingya sebesar Rp. 12.100.500.
Dalam sambutannya,
Direktur Eksekutif Laznas
Dewan Dakwah H Ade
Salamun menyatakan
apresiasinya terhadap jurnalis
muslim yang tergabung dalam
Forjim, yang telah memiliki
rasa empati dan
kepeduliannya kepada saudara
muslim Rohingya. Tentu saja,
tugas jurnalis, selain
menyampaikan informasi
secara benar kepada
masyarakat tentang
penderitaan Muslim Rohingya,
juga tergerak untuk
membantu mereka secara
kolektif.
InsyaAllah dana yang telah
diserahkan Forjim kepada
Laznas Dewan Dakwah akan
disampaikan kepada
perwakilan Laznas Dewan
Dakwah yang telah membuka
Posko Kemanusiaan di
perbatasan Bangladesh -
Myanmar.
Dalam siaran pers
sebelumnya, Forjim mengutuk
tindakan keji pemerintah
Myanmar yang telah
membakar, mengusir, dan
membunuh muslim Rohingya
di Myanmar.
Bersamaan dengan itu,
sebagai bentuk nyata dari
kuatnya ukhuwwah Islamiyah
yang menembus batas teritorial kenegaraan, Dakta Peduli
juga menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk muslim
Rohingya yang dikumpulkan dari pendengar Radio Dakta.
Dana yang terkumpul sebesar Rp 12.100.500 ini
diserahkan ke[ada Laznas Dewan Dakwah untuk kemudian
disalurkan kepada muslim Rohingya yang saat ini
mengungsi ke berbagai negara di Asean.
Warsono Bisri selaku Koordinator Dakta Peduli dalam
sambutannya menyampaikan bahwa bantuan ini adalah
bentuk kepedulian nyata antar sesama muslim, dirinya pun
berharap agar penderitaan muslim Rohingya dapat segera
berakhir.
Sementara itu, Ade Salamun menyatakan apresiasinya
yang mendalam atas kepedulian seluruh pihak atas tragedi
di Rakhine, dimana ribuan muslim Rohingya diperlakukan
secara keji dan brutal.
“InsyaAllah dana yang telah diserahkan oleh Dakta
Peduli kepada Laznas Dewan Dakwah akan disampaikan
kepada perwakilan Laznas Dewan Dakwah yang telah
membuka Posko Kemanusiaan di perbatasan Bangladesh -
Myanmar,” ujarnya.[]
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 17 MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M16 MAN TAZAKKA
KABAR
Forjim dan Dakta Titipkan Bantuan untuk Rohingya
orum Jurnalis Muslim (Forjim) menyerahkan donasi
Fbantuan untuk Muslim Rohingya kepada Laznas
Dewan Dakwah di Masjid Al Furqon, Kramat Raya,
Jakarta Pusat, Jumat (9/9/2017).
Jejaring Jurnalis Muslim dari Jadebotabek hingga Aceh
tersebut, berhasil menghimpun dana dalam sepekan
sebanyak Rp. 13.615.145. Donasi bantuan tersebut untuk
mendukung Program Solidaritas Dunia Islam, khususnya
Muslim Rohingya.
Donasi bantuan kemanusian Forjim Solidarity secara
simbolik dilakukan oleh Ketua Divisi Hubungan Antar
Lembaga Forjim, Nuim Hidayat kepada Direktur Eksekutif
Laznas Dewan Dakwah H Ade Salamun.
Secara bersamaan, Radio Dakta 107 FM, diwakili oleh
Ustadz Warsono, juga menyerahkan bantuan kemanusiaan
untuk Muslim Rohingya sebesar Rp. 12.100.500.
Dalam sambutannya,
Direktur Eksekutif Laznas
Dewan Dakwah H Ade
Salamun menyatakan
apresiasinya terhadap jurnalis
muslim yang tergabung dalam
Forjim, yang telah memiliki
rasa empati dan
kepeduliannya kepada saudara
muslim Rohingya. Tentu saja,
tugas jurnalis, selain
menyampaikan informasi
secara benar kepada
masyarakat tentang
penderitaan Muslim Rohingya,
juga tergerak untuk
membantu mereka secara
kolektif.
InsyaAllah dana yang telah
diserahkan Forjim kepada
Laznas Dewan Dakwah akan
disampaikan kepada
perwakilan Laznas Dewan
Dakwah yang telah membuka
Posko Kemanusiaan di
perbatasan Bangladesh -
Myanmar.
Dalam siaran pers
sebelumnya, Forjim mengutuk
tindakan keji pemerintah
Myanmar yang telah
membakar, mengusir, dan
membunuh muslim Rohingya
di Myanmar.
Bersamaan dengan itu,
sebagai bentuk nyata dari
kuatnya ukhuwwah Islamiyah
yang menembus batas teritorial kenegaraan, Dakta Peduli
juga menyerahkan bantuan kemanusiaan untuk muslim
Rohingya yang dikumpulkan dari pendengar Radio Dakta.
Dana yang terkumpul sebesar Rp 12.100.500 ini
diserahkan ke[ada Laznas Dewan Dakwah untuk kemudian
disalurkan kepada muslim Rohingya yang saat ini
mengungsi ke berbagai negara di Asean.
Warsono Bisri selaku Koordinator Dakta Peduli dalam
sambutannya menyampaikan bahwa bantuan ini adalah
bentuk kepedulian nyata antar sesama muslim, dirinya pun
berharap agar penderitaan muslim Rohingya dapat segera
berakhir.
Sementara itu, Ade Salamun menyatakan apresiasinya
yang mendalam atas kepedulian seluruh pihak atas tragedi
di Rakhine, dimana ribuan muslim Rohingya diperlakukan
secara keji dan brutal.
“InsyaAllah dana yang telah diserahkan oleh Dakta
Peduli kepada Laznas Dewan Dakwah akan disampaikan
kepada perwakilan Laznas Dewan Dakwah yang telah
membuka Posko Kemanusiaan di perbatasan Bangladesh -
Myanmar,” ujarnya.[]
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 17 MAN TAZAKKA
urani dunia kembali disentak oleh tragedi
Nkemanusiaan di Myanmar. Tak kurang dari 71
korban jiwa melayang dalam agresi atas warga
muslim. Ribuan warga Rohingya lainnya coba mengungsi
ke Bangladesh, namun mendapat penolakan. Lebih 80 ribu
anak-anak telantar dan kelaparan. PBB bahkan menyebut
tragedi ini sebagai pembantaian sistematis (genosida)
pemerintah Myanmar terhadap muslim Rohingya.
Prihatin dan tidak tinggal diam atas tragedi
kemanusiaan tersebut, IHAM (Indonesia Humanitarian
Alliance for Myanmar) meluncurkan Program
Humanitarian Assitance for Sustainable Community
(HASCO).
Program bersama oleh puluhan lembaga amil zakat
(LAZ) itu diresmikan pada Kamis, 31 Juli 2017, di Gedung
Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jl. Pejambon 6 Jakarta
Pusat.
Secara informal, aliansi sudah terbentuk sejak
KABAR
Aliansi Kemanusiaan Indonesia Bantu Muslim Myanmar
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M18 MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 19 MAN TAZAKKA
KABAR
November 2016 lalu, dan sudah bekerja membantu korban
tragedi di Rakhine Myanmar.
Menurut Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Ade
Salamun, program dimaksudkan untuk membantu
penanganan konflik sosial dan permasalahan kemanusian
di wilayah negara bagian Rakhine, Myanmar. Program itu
meliputi Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, dan Humanity
Relief. Dalam implementasinya, HASCO difasilitasi oleh
Kementrian Luar Negeri.
Peresmian HASCO dihadiri Menteri Luar Negeri RI
Retno Marsudi, Dubes Myanmar untuk Indonesia, Dubes
Indonesia untuk Myanmar Salman Al Farisi, serta pimpinan
dan perwakilan NGO Islam seperti Laznas Dewan Da'wah,
PKPU, MDMC, Dompet Dhuafa, PBNU, Wahdah, LMI, dll.
Untuk awalan, para anggota aliansi telah iuran dana
komitmen program sebesar dua juta USD.[]
urani dunia kembali disentak oleh tragedi
Nkemanusiaan di Myanmar. Tak kurang dari 71
korban jiwa melayang dalam agresi atas warga
muslim. Ribuan warga Rohingya lainnya coba mengungsi
ke Bangladesh, namun mendapat penolakan. Lebih 80 ribu
anak-anak telantar dan kelaparan. PBB bahkan menyebut
tragedi ini sebagai pembantaian sistematis (genosida)
pemerintah Myanmar terhadap muslim Rohingya.
Prihatin dan tidak tinggal diam atas tragedi
kemanusiaan tersebut, IHAM (Indonesia Humanitarian
Alliance for Myanmar) meluncurkan Program
Humanitarian Assitance for Sustainable Community
(HASCO).
Program bersama oleh puluhan lembaga amil zakat
(LAZ) itu diresmikan pada Kamis, 31 Juli 2017, di Gedung
Pancasila, Kementerian Luar Negeri, Jl. Pejambon 6 Jakarta
Pusat.
Secara informal, aliansi sudah terbentuk sejak
KABAR
Aliansi Kemanusiaan Indonesia Bantu Muslim Myanmar
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M18 MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 19 MAN TAZAKKA
KABAR
November 2016 lalu, dan sudah bekerja membantu korban
tragedi di Rakhine Myanmar.
Menurut Direktur Eksekutif LAZIS Dewan Dakwah Ade
Salamun, program dimaksudkan untuk membantu
penanganan konflik sosial dan permasalahan kemanusian
di wilayah negara bagian Rakhine, Myanmar. Program itu
meliputi Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, dan Humanity
Relief. Dalam implementasinya, HASCO difasilitasi oleh
Kementrian Luar Negeri.
Peresmian HASCO dihadiri Menteri Luar Negeri RI
Retno Marsudi, Dubes Myanmar untuk Indonesia, Dubes
Indonesia untuk Myanmar Salman Al Farisi, serta pimpinan
dan perwakilan NGO Islam seperti Laznas Dewan Da'wah,
PKPU, MDMC, Dompet Dhuafa, PBNU, Wahdah, LMI, dll.
Untuk awalan, para anggota aliansi telah iuran dana
komitmen program sebesar dua juta USD.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M20 MAN TAZAKKA
KABAR
adan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Bmendeklarasikan pembentukan Ikatan Alumni
Beasiswa BAZNAS (IABB), di Bogor, Jawa Barat,
Kamis (24/8). Direktur Koordinasi Pendistribusian,
Pendayagunaan, Renbang dan Diklat Zakat Nasional M.
Nasir Tajang mengatakan, deklarasi dan pembentukan
IABB ini sebagai wadah dan organisasi silaturahim untuk
mempersatukan alumni penerima beasiswa BAZNAS.
“Para alumni ini merupakan mitra kami yang sangat
strategis. Alhamdulillah yang hadir di tempat ini sebanyak
64 orang. Kami sangat terharu sekali, walaupun daerahnya
sangat jauh. Ada yang dari Sulawesi Selatan, Aceh,
Kalimantan Utara, Jambi, dan Sumatera Selatan. Saya pikir
ini menjadi modal besar kita untuk kemajuan zakat dan
kemajuan Indonesia,” kata Nasir Tajang.
Artinya, lanjut Nasir, organisasi alumni ini diinisiasi oleh
para alumni penerima beasiswa BAZNAS yang telah
menyelesaikan proses akademik di sejumlah perguruan
tinggi ternama di Indonesia. Alumni penerima beasiswa
BAZNAS berasal dari program Satu Keluarga Satu Sarjana
(SKSS) dan Kaderisasi Seribu Ulama (KSU).
Program Kaderisasi Seribu Ulama Berlanjut
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 21 MAN TAZAKKA
KABAR
“Amanat kami bagaimana mereka bisa berkontribusi
menggerakan zakat di tempat masing-masing. Dari potensi
Rp 216 triliun, kami baru 1,3% pertumbuhannya. Kami
yakin apabila kontribusi ini ditingkatkan maka Indonesia
akan menjadi baldhatun tayyibatun wa rabbun gafuur,”
ungkap Nasir.
Dari total alumni peserta beasiswa BAZNAS, 39 orang
berasal dari program SKSS dan 34 orang berasal dari
program KSU yang berasal dari 16 Perguruan tinggi di
seluruh Indonesia. Diantaranya Institut Pertanian Bogor,
Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya,
Perguruan Tinggi Ilmu Al Qurán, Universitas Gajah Mada,
Universitas Indonesia, Universitas Ibnu Khaldun,
Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri
Malang, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Universitas
Airlangga, Universitas Islam Bandung, Universitas Azzahra,
Universitas Padjajaran, UNU Surakarta, dan Universitas
Terbuka.
“Tujuan dibentuk IABB ini antara lain untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas alumni
beasiswa BAZNAS, membantu BAZNAS dalam membina
penerima beasiswa, dan berkontribusi dalam membangun
kesadaran masyarakat terhadap zakat,” imbuhnya.
Selain itu, BAZNAS kembali membuka program SKSS
dan KSU yang bekerja sama dengan masing-masing
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII). Insya Allah, bulan Oktober
2017 program ini mulai digulirkan.
“Jadi ada angkatan pertama dan kedua, setelah
angkatan ini selesai, kami kembali membuka program
tersebut. Kita mendapat dukungan besar dari Dewan
Dakwah,” ucapnya.
Terakhir, Nasir menyebutkan, tidak ada kontrak khusus
antara alumni dengan BAZNAS. Tetapi bagaimana para
alumni punya kepedulian terhadap masyarakat, merancang
program-program pemberdayaan untuk masyarakat dan
menjadi relawan BAZNAS di daerahnya masing-masing.
“Kami berharap, para alumni dapat mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh mereka untuk mengabdi kepada
umat, bangsa dan negara serta memobilisasi dan
mengkapitalisasi potensi sekitar,” pungkas Nasir Tajang.[]
ahmad zuhdi
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M20 MAN TAZAKKA
KABAR
adan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
Bmendeklarasikan pembentukan Ikatan Alumni
Beasiswa BAZNAS (IABB), di Bogor, Jawa Barat,
Kamis (24/8). Direktur Koordinasi Pendistribusian,
Pendayagunaan, Renbang dan Diklat Zakat Nasional M.
Nasir Tajang mengatakan, deklarasi dan pembentukan
IABB ini sebagai wadah dan organisasi silaturahim untuk
mempersatukan alumni penerima beasiswa BAZNAS.
“Para alumni ini merupakan mitra kami yang sangat
strategis. Alhamdulillah yang hadir di tempat ini sebanyak
64 orang. Kami sangat terharu sekali, walaupun daerahnya
sangat jauh. Ada yang dari Sulawesi Selatan, Aceh,
Kalimantan Utara, Jambi, dan Sumatera Selatan. Saya pikir
ini menjadi modal besar kita untuk kemajuan zakat dan
kemajuan Indonesia,” kata Nasir Tajang.
Artinya, lanjut Nasir, organisasi alumni ini diinisiasi oleh
para alumni penerima beasiswa BAZNAS yang telah
menyelesaikan proses akademik di sejumlah perguruan
tinggi ternama di Indonesia. Alumni penerima beasiswa
BAZNAS berasal dari program Satu Keluarga Satu Sarjana
(SKSS) dan Kaderisasi Seribu Ulama (KSU).
Program Kaderisasi Seribu Ulama Berlanjut
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 21 MAN TAZAKKA
KABAR
“Amanat kami bagaimana mereka bisa berkontribusi
menggerakan zakat di tempat masing-masing. Dari potensi
Rp 216 triliun, kami baru 1,3% pertumbuhannya. Kami
yakin apabila kontribusi ini ditingkatkan maka Indonesia
akan menjadi baldhatun tayyibatun wa rabbun gafuur,”
ungkap Nasir.
Dari total alumni peserta beasiswa BAZNAS, 39 orang
berasal dari program SKSS dan 34 orang berasal dari
program KSU yang berasal dari 16 Perguruan tinggi di
seluruh Indonesia. Diantaranya Institut Pertanian Bogor,
Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Surabaya,
Perguruan Tinggi Ilmu Al Qurán, Universitas Gajah Mada,
Universitas Indonesia, Universitas Ibnu Khaldun,
Universitas Islam Negeri Jakarta, Universitas Islam Negeri
Malang, Universitas Islam Negeri Yogyakarta, Universitas
Airlangga, Universitas Islam Bandung, Universitas Azzahra,
Universitas Padjajaran, UNU Surakarta, dan Universitas
Terbuka.
“Tujuan dibentuk IABB ini antara lain untuk
meningkatkan kompetensi dan profesionalitas alumni
beasiswa BAZNAS, membantu BAZNAS dalam membina
penerima beasiswa, dan berkontribusi dalam membangun
kesadaran masyarakat terhadap zakat,” imbuhnya.
Selain itu, BAZNAS kembali membuka program SKSS
dan KSU yang bekerja sama dengan masing-masing
Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Dakwah
Islamiyah Indonesia (DDII). Insya Allah, bulan Oktober
2017 program ini mulai digulirkan.
“Jadi ada angkatan pertama dan kedua, setelah
angkatan ini selesai, kami kembali membuka program
tersebut. Kita mendapat dukungan besar dari Dewan
Dakwah,” ucapnya.
Terakhir, Nasir menyebutkan, tidak ada kontrak khusus
antara alumni dengan BAZNAS. Tetapi bagaimana para
alumni punya kepedulian terhadap masyarakat, merancang
program-program pemberdayaan untuk masyarakat dan
menjadi relawan BAZNAS di daerahnya masing-masing.
“Kami berharap, para alumni dapat mengoptimalkan
potensi yang dimiliki oleh mereka untuk mengabdi kepada
umat, bangsa dan negara serta memobilisasi dan
mengkapitalisasi potensi sekitar,” pungkas Nasir Tajang.[]
ahmad zuhdi
Warga Banten DukungAkademi Dakwah
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M22
KABAR
MAN TAZAKKA
imabelas juta, cash!’’ Seru pemandu acara Deddy
LDjuandi mengulang pernyataan seorang donatur
Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Banten.
Peristiwa itu terjadi dalam Peresmian ADI Banten dan
Malam Amal di ballroom Hotel D’ Griya Kota Serang,
Banten, Jumat (11/8). Hampir Rp 100 juta dana dakwah
terhimpun dari puluhan donatur yang menyumbang mulai
Rp 500 ribu hingga Rp 15 juta.
Peresmian ADI Banten dan Malam Amal tersebut
digelar Dewan Dakwah Banten bersama Laznas Dewan
Dakwah Pusat. Silaturahim ini dipandu oleh konsultan dan
praktisi pendidikan Deddy Djuandi dari Kota Depok.
Hadir dalam perhelatan tersebut sesepuh Dewan
Dakwah Ustadz Syuhada Bahri, Direktur Eksekutif Laznas
Dewan Dakwah H Ade Salamun, Ketua Dewan Dakwah
Banten Dr HM Syamsuddin MPd, Ketua UPZ Laznas Dewan
Dakwah Banten, Camat Baros Jazuli Mukri, dan puluhan
warga Banten dari kalangan pengusaha, birokrat, serta
ormas dan lembaga pendidikan Islam.
“
Dalam sambutan pada pembukaan acara, Ketua Dewan
Dakwah Banten Syamsuddin mengungkapkan, ADI Banten
telah dibuka dan mulai beroperasi tahun 2017 ini.
‘’Kita sudah rampung menyeleksi calon mahasiswa ADI
Banten. Dari 80-an peminat, yang lolos seleksi 43 orang,
terdiri 29 mahasiswi dan 14 mahasiswa,’’ paparnya,
didampingi sejumlah mahasiswa ADI Banten.
Asrama dan kampus mahasiswa ADI terletak di Islamic
Center Al Anshor Anyer. Sedang untuk mahasiswi di
komplek kantor Dewan Dakwah Banten di Serang.
ADI Banten merupakan Akademi Dakwah Indonesia ke-
12 yang didirikan Dewan Dakwah. Sebelas lainnya yang
sudah lebih dulu beroperasi adalah: ADI Metro Lampung,
Bandung dan Sukabumi Jawa Barat, Sambas dan Kubu
Raya Kalimantan Barat, Solo Jawa Tengah, Banda Aceh
Nangroe Aceh Darussalam, Bukittinggi Sumatera Barat,
Kupang Nusa Tenggara Timur, Batam Kepulauan Riau, dan
ADI Surabaya Jawa Timur.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah,
Ustadz Imam Zamroji, ADI merupakan program
pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID)
Mohammad Natsir dalam versi pendek selama masa
pembelajaran 2 tahun.
‘’Alumni ADI yang lolos seleksi melanjutkan ke STID
Natsir langsung start belajar di semester 4. Sedang yang
tidak lolos atau tidak melanjutkan, dapat langsung
mengabdi sebagai dai atau melanjutkan ke lembaga
pendidikan Islam lainnya,’’ terang Imam.
Selama menempuh pendidikan di ADI, semua
mahasiswa mendapat beasiswa penuh. Biaya pendidikan
mereka ditanggung para donatur Dewan Dakwah.
Ustadz Syuhada Bahri dalam taushiyahnya mengatakan,
infak untuk dakwah sangat mulya dan strategis. ‘’Negeri
kita yang semakin terpuruk ini hanya bisa diselamatkan
dengan dakwah. Dan kita semua adalah dai, di manapun
dan apapun profesi kita. Kalau kita tidak mampu
berdakwah secara langsung, maka berdakwahlah dengan
jihad harta untuk mendukung program dakwah seperti
Akademi Dakwah Indonesia ini,’’ paparnya.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 23 MAN TAZAKKA
KABAR
Warga Banten DukungAkademi Dakwah
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M22
KABAR
MAN TAZAKKA
imabelas juta, cash!’’ Seru pemandu acara Deddy
LDjuandi mengulang pernyataan seorang donatur
Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Banten.
Peristiwa itu terjadi dalam Peresmian ADI Banten dan
Malam Amal di ballroom Hotel D’ Griya Kota Serang,
Banten, Jumat (11/8). Hampir Rp 100 juta dana dakwah
terhimpun dari puluhan donatur yang menyumbang mulai
Rp 500 ribu hingga Rp 15 juta.
Peresmian ADI Banten dan Malam Amal tersebut
digelar Dewan Dakwah Banten bersama Laznas Dewan
Dakwah Pusat. Silaturahim ini dipandu oleh konsultan dan
praktisi pendidikan Deddy Djuandi dari Kota Depok.
Hadir dalam perhelatan tersebut sesepuh Dewan
Dakwah Ustadz Syuhada Bahri, Direktur Eksekutif Laznas
Dewan Dakwah H Ade Salamun, Ketua Dewan Dakwah
Banten Dr HM Syamsuddin MPd, Ketua UPZ Laznas Dewan
Dakwah Banten, Camat Baros Jazuli Mukri, dan puluhan
warga Banten dari kalangan pengusaha, birokrat, serta
ormas dan lembaga pendidikan Islam.
“
Dalam sambutan pada pembukaan acara, Ketua Dewan
Dakwah Banten Syamsuddin mengungkapkan, ADI Banten
telah dibuka dan mulai beroperasi tahun 2017 ini.
‘’Kita sudah rampung menyeleksi calon mahasiswa ADI
Banten. Dari 80-an peminat, yang lolos seleksi 43 orang,
terdiri 29 mahasiswi dan 14 mahasiswa,’’ paparnya,
didampingi sejumlah mahasiswa ADI Banten.
Asrama dan kampus mahasiswa ADI terletak di Islamic
Center Al Anshor Anyer. Sedang untuk mahasiswi di
komplek kantor Dewan Dakwah Banten di Serang.
ADI Banten merupakan Akademi Dakwah Indonesia ke-
12 yang didirikan Dewan Dakwah. Sebelas lainnya yang
sudah lebih dulu beroperasi adalah: ADI Metro Lampung,
Bandung dan Sukabumi Jawa Barat, Sambas dan Kubu
Raya Kalimantan Barat, Solo Jawa Tengah, Banda Aceh
Nangroe Aceh Darussalam, Bukittinggi Sumatera Barat,
Kupang Nusa Tenggara Timur, Batam Kepulauan Riau, dan
ADI Surabaya Jawa Timur.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah,
Ustadz Imam Zamroji, ADI merupakan program
pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID)
Mohammad Natsir dalam versi pendek selama masa
pembelajaran 2 tahun.
‘’Alumni ADI yang lolos seleksi melanjutkan ke STID
Natsir langsung start belajar di semester 4. Sedang yang
tidak lolos atau tidak melanjutkan, dapat langsung
mengabdi sebagai dai atau melanjutkan ke lembaga
pendidikan Islam lainnya,’’ terang Imam.
Selama menempuh pendidikan di ADI, semua
mahasiswa mendapat beasiswa penuh. Biaya pendidikan
mereka ditanggung para donatur Dewan Dakwah.
Ustadz Syuhada Bahri dalam taushiyahnya mengatakan,
infak untuk dakwah sangat mulya dan strategis. ‘’Negeri
kita yang semakin terpuruk ini hanya bisa diselamatkan
dengan dakwah. Dan kita semua adalah dai, di manapun
dan apapun profesi kita. Kalau kita tidak mampu
berdakwah secara langsung, maka berdakwahlah dengan
jihad harta untuk mendukung program dakwah seperti
Akademi Dakwah Indonesia ini,’’ paparnya.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 23 MAN TAZAKKA
KABAR
24 EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
KABAR
embaga Amil Zakat Nasional Dewan Dakwah
LIslamiyah Indonesia (Laznas Dewan Dakwah) bekerja
sama dengan Dewan Dakwah Provinsi Banten,
menggelar Training Guru di Serang, Banten, Jumat, 11
Agustus lalu.
Training bertajuk Strategi Meningkatkan Kapasitas Guru
itu diikuti para guru dan kepala sekolah, antara lain dari SD
dan MA Persatuan Islam (Persis) 72 Serang, SMP
Muhammadiyah Kota Serang, SMK Negeri Pertanian, SMP
Islam Al Azhar 11, dan MTs Negeri 1 Serang.
Bertindak sebagai fasilitator Training Guru adalah
trainer dan konsultan pendidikan, H Deddy Djuandi.
Dalam sambutan pada pembukaan training, Ketua
Dewan Dakwah Banten Dr HM Syamsuddin MPd
menyampaikan, penyelenggaraan training gratis ini
merupakan kepedulian Dewan Dakwah terhadap kualitas
pendidikan Indonesia, khususnya di Banten.
Dewan Dakwah Banten, kata Syamsuddin, juga
menjadikan pendidikan sebagai wahana kaderisasi dakwah
dengan menyelenggarakan pendidikan tingkat diploma 2
tahun yakni Akademi Dakwah Islam (ADI).
‘’Sebagian mahasiswa ADI Banten juga turut menjadi
panitia dan peserta Training Guru ini,’’ ungkap Ketua
Dewan Dakwah Banten.
Materi yang disampaikan Deddy adalah kiat menjadi
guru profesional. ‘’Karakter guru profesional antara lain
memiliki sense of humor, positive thinking, dan good
attitude,’’ terang Deddy.
Para peserta sangat tertarik dengan penampilan Deddy
yang dinamis, humoris, dan terlebih menyelipkan atraksi
Dewan Dakwah Gelar Training Guru Banten
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 25 MAN TAZAKKA
KABAR
sulap yang impresif sebagai selingan.
Usai training jelang waktu Jumatan, sebagian peserta
meminta agar training serupa diadakan lagi secara khusus
di sekolah mereka masing-masing.
‘’Insya Allah training guru seperti ini akan kita gelar lagi
di Banten setelah musim haji,’’ kata Bendahara Dewan
Dakwah Banten, Jazuli Mukri, yang belum lama ini ditunjuk
sebagai Camat Baros.[]
24 EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
KABAR
embaga Amil Zakat Nasional Dewan Dakwah
LIslamiyah Indonesia (Laznas Dewan Dakwah) bekerja
sama dengan Dewan Dakwah Provinsi Banten,
menggelar Training Guru di Serang, Banten, Jumat, 11
Agustus lalu.
Training bertajuk Strategi Meningkatkan Kapasitas Guru
itu diikuti para guru dan kepala sekolah, antara lain dari SD
dan MA Persatuan Islam (Persis) 72 Serang, SMP
Muhammadiyah Kota Serang, SMK Negeri Pertanian, SMP
Islam Al Azhar 11, dan MTs Negeri 1 Serang.
Bertindak sebagai fasilitator Training Guru adalah
trainer dan konsultan pendidikan, H Deddy Djuandi.
Dalam sambutan pada pembukaan training, Ketua
Dewan Dakwah Banten Dr HM Syamsuddin MPd
menyampaikan, penyelenggaraan training gratis ini
merupakan kepedulian Dewan Dakwah terhadap kualitas
pendidikan Indonesia, khususnya di Banten.
Dewan Dakwah Banten, kata Syamsuddin, juga
menjadikan pendidikan sebagai wahana kaderisasi dakwah
dengan menyelenggarakan pendidikan tingkat diploma 2
tahun yakni Akademi Dakwah Islam (ADI).
‘’Sebagian mahasiswa ADI Banten juga turut menjadi
panitia dan peserta Training Guru ini,’’ ungkap Ketua
Dewan Dakwah Banten.
Materi yang disampaikan Deddy adalah kiat menjadi
guru profesional. ‘’Karakter guru profesional antara lain
memiliki sense of humor, positive thinking, dan good
attitude,’’ terang Deddy.
Para peserta sangat tertarik dengan penampilan Deddy
yang dinamis, humoris, dan terlebih menyelipkan atraksi
Dewan Dakwah Gelar Training Guru Banten
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 25 MAN TAZAKKA
KABAR
sulap yang impresif sebagai selingan.
Usai training jelang waktu Jumatan, sebagian peserta
meminta agar training serupa diadakan lagi secara khusus
di sekolah mereka masing-masing.
‘’Insya Allah training guru seperti ini akan kita gelar lagi
di Banten setelah musim haji,’’ kata Bendahara Dewan
Dakwah Banten, Jazuli Mukri, yang belum lama ini ditunjuk
sebagai Camat Baros.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M26 MAN TAZAKKA
KABAR
etika di media sosial muncul provokasi konflik
KIndonesia-Malaysia gara-gara pemasangan bendera
Merah Putih terbalik, Dewan Dakwah justru
mempererat hubungan kedua negara serumpun.
Menyertakan juga juru dakwah dari jiran Brunei
Darussalam, Dewan Dakwah menggelar silaturahim da’i
perbatasan Indonesia dan Malaysia di Hotel Pantura,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, 21-23 Agustus 2017.
Silaturahim yang didukung oleh Bamuis BNI ini dibuka
oleh Wakil Bupati Sambas, Hj Khairiah. Tampak hadir
puluhan da’i dari tiga negara, juga segenap pimpinan
Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Sambas seperti Ketua
Dewan Pembina Ustadz HM Satono, Wakil Direktur ADI
Sambas Darwadi, dan Ketua Bidang Pendidikan Dewan
Dakwah Ustadz Imam Zamrodji serta Ketua Bidang
Dakwah Ahmad Misbahul Anam dan Kepala Biro
Pengembangan Dakwah, Abu Hurairah.
Hadir juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab
Sambas, sejumlah anggota DPRD setempat, Ketua Adat
Kesultanan Sambas, Subhan Nur, dan Ketua Pusat Zakat
Brunei Darussalam, Aziz, beserta rombongannya.
Para peserta berasal dari Sambas, Sanggau, Serawak,
Kuching, dan Melawi.
Misbahul Anam mewakili Dewan Dakwah Pusat, dalam
sambutannya menyampaikan peran penting seorang
wanita dalam dakwah. Kehadiran seorang wanita dalam
dakwah bisa menyelesaikan berbagai persoalan genting.
Dewan Dakwah Gelar Silaturahim Dai Perbatasan Serumpun
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 27 MAN TAZAKKA
KABAR
‘’Saya contohkan, berdirinya gedung megah Muslimat
Center di Cipayung, jakarta Timur, yang menghabiskan
dana sekitar 27 Milyar, karena peran para muslimah.
Demikian juga di Sambas akan banyak mendapatkan
manfaat dakwah karena hadir di tengah kita Wakil Bupati
Hajjah Khairiah,’’ tutur Anam.
Dalam sambutannya Wakil Bupati Sambas menyatakan
antara lain, pemerintah menaruh harapan besar kepada
para da’i untuk memberikan pemahaman yang benar
kepada masyarakat.
‘’Karena tidak bisa dipungkiri, da'i lah yang bisa
menyapa masyarakat dari pintu ke pintu untuk membina
mereka,’’ katanya.
Pemkab Sambas, lanjut Wabup Khairiah, merasa
bangga karena acara ini diikuti peserta dari negeri jiran
Malaysia dan Brunei. ‘’Ini satu upaya bagus antar-negara
untuk tidak hanya membangun keamanan bersama tapi
yang sangat penting bagaimana menjalin kerjasama dalam
dakwah tiga negara serumpun yang berbatasan langsung,’’
tuturnya.
ADI Sambas merupakan salah satu dari 12 Akademi
Dakwah Indonesia yang sudah didirikan Dewan Dakwah.
Sebelas lainnya adalah: ADI Metro Lampung, Bandung dan
Sukabumi Jawa Barat, Kubu Raya Kalimantan Barat, Solo
Jawa Tengah, Banda Aceh Nangroe Aceh Darussalam,
Bukittinggi Sumatera Barat, Kupang Nusa Tenggara Timur,
Batam Kepulauan Riau, dan ADI Serang Banten.
Menurut Imam Zamroji, ADI merupakan program
pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID)
Mohammad Natsir dalam versi pendek selama masa
pembelajaran 2 tahun.
‘’Alumni ADI yang lolos seleksi melanjutkan ke STID
Natsir langsung start belajar di semester 4. Sedang yang
tidak lolos atau tidak melanjutkan, dapat langsung
mengabdi sebagai dai atau melanjutkan ke lembaga
pendidikan Islam lainnya,’’ terang Imam.
HM Satono memaparkan, ADI Sambas yang terletak di
Desa Lubuk Dagang merupakan pengembangan dari
Lembaga Pendidikan Dakwah Islamiyah (LPDI) yang mulai
beroperasi sejak 21 Juni 2007 di Komplek Masjid Agung
Baabul Jannah Sambas.
”Sebelum ADI beroperasi, LPDI telah meluluskan 4
angkatan yang terdiri lebih 100 alumnus (laki-laki dan
perempuan). Mereka sebagian telah bertugas di daerah
asal masing-masing atau di luar Sambas, dan sebagian lagi
melanjutkan kuliah di STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah)
M Natsir Jakarta,” ungkap Satono yang juga alumnus
angkatan perdana STID M Natsir.
ADI Sambas yang diresmikan oleh Hatta Radjasa pada
2013, dibangun dengan bantuan dari Baituz Zakah Kuwait
melalui Dewan Dakwah Pusat ditambah swadaya
masyarakat. Di antaranya berupa masjid, dua buah lokal,
dan tempat wudhu.
Sedang bantuan dari Pemkab Sambas waktu itu senilai
Rp 2,5 milyar di antaranya berupa rumah ustadz dan
asrama putri.
Hingga kini, ADI Sambas sudah meluluskan 5 angkatan
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M26 MAN TAZAKKA
KABAR
etika di media sosial muncul provokasi konflik
KIndonesia-Malaysia gara-gara pemasangan bendera
Merah Putih terbalik, Dewan Dakwah justru
mempererat hubungan kedua negara serumpun.
Menyertakan juga juru dakwah dari jiran Brunei
Darussalam, Dewan Dakwah menggelar silaturahim da’i
perbatasan Indonesia dan Malaysia di Hotel Pantura,
Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, 21-23 Agustus 2017.
Silaturahim yang didukung oleh Bamuis BNI ini dibuka
oleh Wakil Bupati Sambas, Hj Khairiah. Tampak hadir
puluhan da’i dari tiga negara, juga segenap pimpinan
Akademi Dakwah Indonesia (ADI) Sambas seperti Ketua
Dewan Pembina Ustadz HM Satono, Wakil Direktur ADI
Sambas Darwadi, dan Ketua Bidang Pendidikan Dewan
Dakwah Ustadz Imam Zamrodji serta Ketua Bidang
Dakwah Ahmad Misbahul Anam dan Kepala Biro
Pengembangan Dakwah, Abu Hurairah.
Hadir juga Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kab
Sambas, sejumlah anggota DPRD setempat, Ketua Adat
Kesultanan Sambas, Subhan Nur, dan Ketua Pusat Zakat
Brunei Darussalam, Aziz, beserta rombongannya.
Para peserta berasal dari Sambas, Sanggau, Serawak,
Kuching, dan Melawi.
Misbahul Anam mewakili Dewan Dakwah Pusat, dalam
sambutannya menyampaikan peran penting seorang
wanita dalam dakwah. Kehadiran seorang wanita dalam
dakwah bisa menyelesaikan berbagai persoalan genting.
Dewan Dakwah Gelar Silaturahim Dai Perbatasan Serumpun
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 27 MAN TAZAKKA
KABAR
‘’Saya contohkan, berdirinya gedung megah Muslimat
Center di Cipayung, jakarta Timur, yang menghabiskan
dana sekitar 27 Milyar, karena peran para muslimah.
Demikian juga di Sambas akan banyak mendapatkan
manfaat dakwah karena hadir di tengah kita Wakil Bupati
Hajjah Khairiah,’’ tutur Anam.
Dalam sambutannya Wakil Bupati Sambas menyatakan
antara lain, pemerintah menaruh harapan besar kepada
para da’i untuk memberikan pemahaman yang benar
kepada masyarakat.
‘’Karena tidak bisa dipungkiri, da'i lah yang bisa
menyapa masyarakat dari pintu ke pintu untuk membina
mereka,’’ katanya.
Pemkab Sambas, lanjut Wabup Khairiah, merasa
bangga karena acara ini diikuti peserta dari negeri jiran
Malaysia dan Brunei. ‘’Ini satu upaya bagus antar-negara
untuk tidak hanya membangun keamanan bersama tapi
yang sangat penting bagaimana menjalin kerjasama dalam
dakwah tiga negara serumpun yang berbatasan langsung,’’
tuturnya.
ADI Sambas merupakan salah satu dari 12 Akademi
Dakwah Indonesia yang sudah didirikan Dewan Dakwah.
Sebelas lainnya adalah: ADI Metro Lampung, Bandung dan
Sukabumi Jawa Barat, Kubu Raya Kalimantan Barat, Solo
Jawa Tengah, Banda Aceh Nangroe Aceh Darussalam,
Bukittinggi Sumatera Barat, Kupang Nusa Tenggara Timur,
Batam Kepulauan Riau, dan ADI Serang Banten.
Menurut Imam Zamroji, ADI merupakan program
pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STID)
Mohammad Natsir dalam versi pendek selama masa
pembelajaran 2 tahun.
‘’Alumni ADI yang lolos seleksi melanjutkan ke STID
Natsir langsung start belajar di semester 4. Sedang yang
tidak lolos atau tidak melanjutkan, dapat langsung
mengabdi sebagai dai atau melanjutkan ke lembaga
pendidikan Islam lainnya,’’ terang Imam.
HM Satono memaparkan, ADI Sambas yang terletak di
Desa Lubuk Dagang merupakan pengembangan dari
Lembaga Pendidikan Dakwah Islamiyah (LPDI) yang mulai
beroperasi sejak 21 Juni 2007 di Komplek Masjid Agung
Baabul Jannah Sambas.
”Sebelum ADI beroperasi, LPDI telah meluluskan 4
angkatan yang terdiri lebih 100 alumnus (laki-laki dan
perempuan). Mereka sebagian telah bertugas di daerah
asal masing-masing atau di luar Sambas, dan sebagian lagi
melanjutkan kuliah di STID (Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah)
M Natsir Jakarta,” ungkap Satono yang juga alumnus
angkatan perdana STID M Natsir.
ADI Sambas yang diresmikan oleh Hatta Radjasa pada
2013, dibangun dengan bantuan dari Baituz Zakah Kuwait
melalui Dewan Dakwah Pusat ditambah swadaya
masyarakat. Di antaranya berupa masjid, dua buah lokal,
dan tempat wudhu.
Sedang bantuan dari Pemkab Sambas waktu itu senilai
Rp 2,5 milyar di antaranya berupa rumah ustadz dan
asrama putri.
Hingga kini, ADI Sambas sudah meluluskan 5 angkatan
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M28 MAN TAZAKKA
KABAR
mahasiswanya dengan jumlah 200-an. Wisuda ke-5
dilaksanakan pada 25 Mei 2017 diikuti 40-an mahasiswa.
Almuni ADI Sambas ada yang terjun langsung sebagai
da’i, ada juga yang melanjutkan ke STID M Natsir Jakarta,
sebelum kemudian menjadi da’i pedalaman Nusantara.
Saprahan
Tim Dewan Dakwah Pusat selama di Sambas sempat
dijamu dengan jamuan penghormatan yang disebut
Saprahan.
Tradisi makan saprahan biasa ditemui pada upacara
perkawinan, acara adat keraton, khitanan, syukuran hingga
festival budaya Melayu Kalbar khususnya di Pontianak,
Mempawah, dan Sambas. Di Sambas, tradisi saprahan
sangat kental dengan budaya gotong royong masyarakat
setempat.
Menu makan saprahan Sambas, biasanya terdiri dari
nasi putih dengan lauk berupa ayam masak rempah,
daging sapi masak kecap, kulit sapi (kikil) dengan kuah
kacang, sop, telur, nanas dimasak manis dan lain
sebagainya.
Ketua Ketua Adat Kesultanan Sambas, Subhan Nur,
menjelaskan, saprahan berasal dari Bahasa Arab safrah
yang berarti ‘’nol’’ atau ‘’(duduk) melingkar’’.
Makna simbolik saprahan merujuk pada basis ajaran
agama Islam, seperti jenis makanan dalam setiap
kelompok harus berjumlah 5 (lima) yang melambangkan
jumlah rukun Islam. Sedangkan jumlah orang dalam satu
saprah harus berjumlah 6 (enam) orang yang
melambangkan jumlah rukun iman dalam agama Islam.
Dalam praktiknya, ada pula saprah amal yang berlaku di
masyarakat setempat dalam upaya pencarian dana
(fundrising) pembangunan rumah ibadah.
Ada beberapa pola saprah amal yang biasanya
dilakukan masyarakat. Pertama, dilakukan lelang aneka
makanan kepada penonton di sebuah panggung yang
didirikan bergotong royong dengan nuansa hiburan religi.
Barang lelang diperoleh dari sumbangan masyarakat yang
diserahkan kepada panitia, untuk selanjutnya dilelang
dengan harga tinggi dan peruntukan hasilnya guna
kepentingan rumah ibadah.
Pola kedua, warga setempat membuat jamuan makanan
untuk dihidangkan dengan harga tertentu yang hasilnya
juga untuk kepentingan pembangunan. Bermacam-macam
makanan disediakan dan masyarakat pun ramai membeli
sekaligus beramal. Biaya porsi makanan relatif terjangkau
bahkan lebih murah dibandingkan harga pasar pada
umumnya.
Pola ketiga, saprah dilakukan kala panitia membagikan
selebaran undangan disertai penjelasan tujuan acara
disertai lampiran kertas isian jenis sumbangan yang bakal
disampaikan warga.
Di akhir acara saprah amal, hasil perolehan diumumkan
panitia secara terbuka. Jenis sumbangan tidak saja berupa
uang, bisa bahan bangunan seperti semen, batu, pasir dan
lainnya.
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 29 MAN TAZAKKA
dari Air ParitMerdeka
lhamdulillah, merdekaaa...!’’ seru puluhan santri
Adan guru Pondok Pesantren Dr Mohammad
Natsir Kabupaten Solok sambil mengangkat
tangan terkepal, menyambut kucuran air dari sumur
asrama, Kamis, 17 Agustus lalu.
Hari itu, mereka ibarat ‘’memproklamirkan
kemerdekaan’’ dari ketergantungan pada air bandar (parit)
untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus).
Sebelumnya, air selokan terpaksa jadi andalan asrama,
lantaran aliran air PDAM (perusahaan daerah air minum)
tak sampai di ketinggian asrama, dan sumur juga belum
tersedia. Warga asramapun memanfaatkan air dari parit
yang dialirkan ke penampungan.
Dulu, semasa ninik-mamak, air sungai dan parit di
dataran tinggi Solok, masih jernih. Namun kini, seiring kian
banyaknya penduduk dan alih fungsi lingkungan, air parit
sudah banyak mengandung cemaran domestik.
Kabar memprihatinkan dari Jorong Batubagiriak,
Kenagarian Alahan Panjang, Kec Lembah Gumanti, itu
sampai ke Sekretaris Umum Dewan Dakwah, Avid Solihin,
yang segera meminta Laznas (Lembaga Amil Zakat
Nasional) Dewan Dakwah membantunya.
Bersama Dewan Dakwah Sumatera Barat, Laznas
Dewan Dakwah turun ke Lembah Gumanti. Hingga tiga
pekan kemudian, alhamdulillah, air sumur nan jernih dan
melimpah mengalir di asrama putri Pesantren Natsir.
“
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M28 MAN TAZAKKA
KABAR
mahasiswanya dengan jumlah 200-an. Wisuda ke-5
dilaksanakan pada 25 Mei 2017 diikuti 40-an mahasiswa.
Almuni ADI Sambas ada yang terjun langsung sebagai
da’i, ada juga yang melanjutkan ke STID M Natsir Jakarta,
sebelum kemudian menjadi da’i pedalaman Nusantara.
Saprahan
Tim Dewan Dakwah Pusat selama di Sambas sempat
dijamu dengan jamuan penghormatan yang disebut
Saprahan.
Tradisi makan saprahan biasa ditemui pada upacara
perkawinan, acara adat keraton, khitanan, syukuran hingga
festival budaya Melayu Kalbar khususnya di Pontianak,
Mempawah, dan Sambas. Di Sambas, tradisi saprahan
sangat kental dengan budaya gotong royong masyarakat
setempat.
Menu makan saprahan Sambas, biasanya terdiri dari
nasi putih dengan lauk berupa ayam masak rempah,
daging sapi masak kecap, kulit sapi (kikil) dengan kuah
kacang, sop, telur, nanas dimasak manis dan lain
sebagainya.
Ketua Ketua Adat Kesultanan Sambas, Subhan Nur,
menjelaskan, saprahan berasal dari Bahasa Arab safrah
yang berarti ‘’nol’’ atau ‘’(duduk) melingkar’’.
Makna simbolik saprahan merujuk pada basis ajaran
agama Islam, seperti jenis makanan dalam setiap
kelompok harus berjumlah 5 (lima) yang melambangkan
jumlah rukun Islam. Sedangkan jumlah orang dalam satu
saprah harus berjumlah 6 (enam) orang yang
melambangkan jumlah rukun iman dalam agama Islam.
Dalam praktiknya, ada pula saprah amal yang berlaku di
masyarakat setempat dalam upaya pencarian dana
(fundrising) pembangunan rumah ibadah.
Ada beberapa pola saprah amal yang biasanya
dilakukan masyarakat. Pertama, dilakukan lelang aneka
makanan kepada penonton di sebuah panggung yang
didirikan bergotong royong dengan nuansa hiburan religi.
Barang lelang diperoleh dari sumbangan masyarakat yang
diserahkan kepada panitia, untuk selanjutnya dilelang
dengan harga tinggi dan peruntukan hasilnya guna
kepentingan rumah ibadah.
Pola kedua, warga setempat membuat jamuan makanan
untuk dihidangkan dengan harga tertentu yang hasilnya
juga untuk kepentingan pembangunan. Bermacam-macam
makanan disediakan dan masyarakat pun ramai membeli
sekaligus beramal. Biaya porsi makanan relatif terjangkau
bahkan lebih murah dibandingkan harga pasar pada
umumnya.
Pola ketiga, saprah dilakukan kala panitia membagikan
selebaran undangan disertai penjelasan tujuan acara
disertai lampiran kertas isian jenis sumbangan yang bakal
disampaikan warga.
Di akhir acara saprah amal, hasil perolehan diumumkan
panitia secara terbuka. Jenis sumbangan tidak saja berupa
uang, bisa bahan bangunan seperti semen, batu, pasir dan
lainnya.
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 29 MAN TAZAKKA
dari Air ParitMerdeka
lhamdulillah, merdekaaa...!’’ seru puluhan santri
Adan guru Pondok Pesantren Dr Mohammad
Natsir Kabupaten Solok sambil mengangkat
tangan terkepal, menyambut kucuran air dari sumur
asrama, Kamis, 17 Agustus lalu.
Hari itu, mereka ibarat ‘’memproklamirkan
kemerdekaan’’ dari ketergantungan pada air bandar (parit)
untuk kebutuhan MCK (mandi, cuci, kakus).
Sebelumnya, air selokan terpaksa jadi andalan asrama,
lantaran aliran air PDAM (perusahaan daerah air minum)
tak sampai di ketinggian asrama, dan sumur juga belum
tersedia. Warga asramapun memanfaatkan air dari parit
yang dialirkan ke penampungan.
Dulu, semasa ninik-mamak, air sungai dan parit di
dataran tinggi Solok, masih jernih. Namun kini, seiring kian
banyaknya penduduk dan alih fungsi lingkungan, air parit
sudah banyak mengandung cemaran domestik.
Kabar memprihatinkan dari Jorong Batubagiriak,
Kenagarian Alahan Panjang, Kec Lembah Gumanti, itu
sampai ke Sekretaris Umum Dewan Dakwah, Avid Solihin,
yang segera meminta Laznas (Lembaga Amil Zakat
Nasional) Dewan Dakwah membantunya.
Bersama Dewan Dakwah Sumatera Barat, Laznas
Dewan Dakwah turun ke Lembah Gumanti. Hingga tiga
pekan kemudian, alhamdulillah, air sumur nan jernih dan
melimpah mengalir di asrama putri Pesantren Natsir.
“
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M30 MAN TAZAKKA
Pesantren M Natsir lahir dari keprihatinan beberapa
orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Alahan Panjang
terhadap siswa-siswa mereka yang sering terlambat
membayar uang sekolah (SPP). Setelah ditelisik, hal itu
disebabkan kemiskinan keluarganya. Maka, muncul inisiatif
dari para guru SMA Negeri Alahan Panjang untuk
mendirikan sekolah gratis.
Sejak 1992, rencana mendirikan sekolah tersebut mulai
dibicarakan oleh berbagai komponen dan tokoh
masyarakat Batubagiriak, Kenagarian Alahan Panjang.
Pertemuan pertama diadakan di Mushalla Nurul Iman,
yaitu mushalla masyarakat Batubagiriak yang hingga saat
ini masih digunakan oleh Pondok Pesantren Muhammad
Natsir sebagai tempat belajar murid-murid madrasah
diniyah awaliyah (MDA).
Respon masyarakat Batubagiriak, Alahan Panjang,
sangat positif terhadap rencana pendirian sekolah yang
merupakan cikal bakal pesantren tersebut. Hal ini terlihat
dari kerelaan hati mereka memberikan infak berupa uang,
emas, binatang ternak dan beberapa lahan di sekitar
mushalla Nurul Iman sebagai modal bagi pendirian
pesantren.
Setelah itu, hingga dimulainya pembangunan pondok
pesantren, para pendiri dan tokoh masyarakat Batubagiriak
mulai mengintensifkan kegiatan di Mushalla Nurul Iman.
Pengajian digelar sekali dalam seminggu disertai sosialisasi
pentingnya pendidikan, terutama pendidikan agama
terhadap generasi muda. Para ustadz yang mengisi
pengajian didatangkan dari luar daerah seperti Solok,
Padang Panjang, Bukittinggi, dan Padang.
Pembangunan Pondok Pesantren Dr Mohammad Natsir
dimulai dengan pembentukan Yayasan Nurul Iman, untuk
mengenang titik pangkal perjuangan mereka.
Misi Yayasan Nurul Iman adalah; pertama,
menyelenggarakan amal usaha sosial yang profesional,
berkualitas dan mampu mengantarkan santri dan
masyarakat kepada kesejahteraan lahir-batin; kedua,
menyelenggarakan pendidikan akademik yang Islami,
profesional, berkualitas dan mampu menjawab tantangan
zaman; ketiga, menciptakan pembinaan anak didik dalam
pesantren untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, berakhlak mulia dan berguna bagi umat dan
negara; keempat, membangun dakwah dalam rangka
terciptanya masyarakat yang Islami; kelima, membangun
amal usaha ekonomi produktif yang berhasil guna,
berfungsi guna, dan bernilai guna bagi kesejahteraan
umat; keenam, melaksanakan kerja sama dengan berbagai
lembaga dan institusi lain, pemerintah dan swasta dalam
upaya meningkatkan mutu yayasan, pendidikan dan
lapangan kerja, serta pembinaan dengan stakeholder
lainnya.
Sarana pendidikan pertama yang dibangun sebagai
tahap awal bagi pendirian pesantren adalah Masjid Nurul
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 31 MAN TAZAKKA
Iman dan Panti Asuhan yang sekarang ini berlokasi di
komplek Yayasan Nurul Iman yang menaungi pendidikan
Pesantren Muhammad Natsir. Pada tahun yang sama
dimulai pula pembangunan gedung yayasan, sekolah,
asrama dan sarana penunjang pendidikan lainnya.
Pemberian nama pesantren atas usul tokoh masyarakat
yang ingin mengabadikan nama ulama dan tokoh
nasional asal Alahan Panjang, yaitu Dr
Mohammad Natsir.
Dengan menyemat nama pahlawan nasional
tersebut, para pendiri pesantren dan tokoh
masyarakat Alahan Panjang berharap dapat
mewarisi inspirasi perjuangan Pak Natsir, yaitu:
memajukan pendidikan agama Islam,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
membangun masyarakat yang Islami, dan
melahirkan santri-santri mujahid dakwah yang
memiliki keahlian dan keterampilan.
Pondok Pesantren terpadu Muhammad Natsir
kini menyelenggarakan pendidian anak usia dini
(PAUD dan TK), madrasah tsanawiyah (MTs) dan
SMA.
Ketiganya terletak pada dua lokasi berdekatan
di Jorong Batubagiriak. Selain itu, di komplek
yayasan Nurul Iman terdapat masjid, mushalla,
asrama putra-putri, panti asuhan dan dapur
pesantren. Sementara, Madrasah Tsanawiyah dan
SMA terletak di sekitar 500 meter sebelah barat
komplek.
Yayasan juga bekerjasama dengan Universitas
Andalas (Unand) Padang membuka areal Pusat
Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan
Pertanian (PAT-PKP) di Jorong Galagah, Nagari
Alahan Panjang. Di areal terpadu ini
dikembangkan peternakan dan pertanian modern
serta ramah lingkungan.
Sedangkan dengan Malaysia, yayasan
membudidayakan tanaman kayu putih untuk
diambil kayu dan daunnya.
Sebelum mengalami krisis air bersih, Pesantren M
Natsir sempat terdampak angin puting beliung pada
Desember 2016. Pada 19 Januari 2017 jelang tengah
malam, si gulambai (si jago merah) mendadak membakar
dua lokal dan satu kantin pondok. Akibat musibah ini,
Ponpes M Natsir mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta.
Kini, semua hampir rampung direkonstruksi. Termasuk
instalasi pipanisasi air sumur ke dapur dan MCK asrama.
Pada momen 17 Agustusan 2017, bantuan sumur secara
simbolik diserahkan Wakil Ketua Dewan Dakwah Sumatera
Barat, H Anisral, kepada Ketua Yayasan Nurul Iman,
Darman. Turut menyaksikan serah-terima, pengurus
Dewan dakwah Sumbar Datuk Afdal dan pengurus Yayasan
Nurul Iman serta pengasuh pondok.
Para santri putri yang berjumlah 151 dari 300-an santri,
menyambut gembira aliran air sumur di asrama mereka.
‘’Alhamdulillah, senang,’’ ucap Selly sambil tersenyum
dikulum. Santri dhuafa asal Kayu Tanam kelas duabelas ini,
ternyata memiliki tumor di langit-langit mulut bagian
depannya. Karena itu, ia agak susah makan dan bicara.
‘’Insya Allah akan ditangani RS Ibnu Sina Padang,’’ ujar
H Anisral yang juga pengurus Yayasan Ibnu Sina.[]
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M30 MAN TAZAKKA
Pesantren M Natsir lahir dari keprihatinan beberapa
orang guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Alahan Panjang
terhadap siswa-siswa mereka yang sering terlambat
membayar uang sekolah (SPP). Setelah ditelisik, hal itu
disebabkan kemiskinan keluarganya. Maka, muncul inisiatif
dari para guru SMA Negeri Alahan Panjang untuk
mendirikan sekolah gratis.
Sejak 1992, rencana mendirikan sekolah tersebut mulai
dibicarakan oleh berbagai komponen dan tokoh
masyarakat Batubagiriak, Kenagarian Alahan Panjang.
Pertemuan pertama diadakan di Mushalla Nurul Iman,
yaitu mushalla masyarakat Batubagiriak yang hingga saat
ini masih digunakan oleh Pondok Pesantren Muhammad
Natsir sebagai tempat belajar murid-murid madrasah
diniyah awaliyah (MDA).
Respon masyarakat Batubagiriak, Alahan Panjang,
sangat positif terhadap rencana pendirian sekolah yang
merupakan cikal bakal pesantren tersebut. Hal ini terlihat
dari kerelaan hati mereka memberikan infak berupa uang,
emas, binatang ternak dan beberapa lahan di sekitar
mushalla Nurul Iman sebagai modal bagi pendirian
pesantren.
Setelah itu, hingga dimulainya pembangunan pondok
pesantren, para pendiri dan tokoh masyarakat Batubagiriak
mulai mengintensifkan kegiatan di Mushalla Nurul Iman.
Pengajian digelar sekali dalam seminggu disertai sosialisasi
pentingnya pendidikan, terutama pendidikan agama
terhadap generasi muda. Para ustadz yang mengisi
pengajian didatangkan dari luar daerah seperti Solok,
Padang Panjang, Bukittinggi, dan Padang.
Pembangunan Pondok Pesantren Dr Mohammad Natsir
dimulai dengan pembentukan Yayasan Nurul Iman, untuk
mengenang titik pangkal perjuangan mereka.
Misi Yayasan Nurul Iman adalah; pertama,
menyelenggarakan amal usaha sosial yang profesional,
berkualitas dan mampu mengantarkan santri dan
masyarakat kepada kesejahteraan lahir-batin; kedua,
menyelenggarakan pendidikan akademik yang Islami,
profesional, berkualitas dan mampu menjawab tantangan
zaman; ketiga, menciptakan pembinaan anak didik dalam
pesantren untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, berakhlak mulia dan berguna bagi umat dan
negara; keempat, membangun dakwah dalam rangka
terciptanya masyarakat yang Islami; kelima, membangun
amal usaha ekonomi produktif yang berhasil guna,
berfungsi guna, dan bernilai guna bagi kesejahteraan
umat; keenam, melaksanakan kerja sama dengan berbagai
lembaga dan institusi lain, pemerintah dan swasta dalam
upaya meningkatkan mutu yayasan, pendidikan dan
lapangan kerja, serta pembinaan dengan stakeholder
lainnya.
Sarana pendidikan pertama yang dibangun sebagai
tahap awal bagi pendirian pesantren adalah Masjid Nurul
KABAR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 31 MAN TAZAKKA
Iman dan Panti Asuhan yang sekarang ini berlokasi di
komplek Yayasan Nurul Iman yang menaungi pendidikan
Pesantren Muhammad Natsir. Pada tahun yang sama
dimulai pula pembangunan gedung yayasan, sekolah,
asrama dan sarana penunjang pendidikan lainnya.
Pemberian nama pesantren atas usul tokoh masyarakat
yang ingin mengabadikan nama ulama dan tokoh
nasional asal Alahan Panjang, yaitu Dr
Mohammad Natsir.
Dengan menyemat nama pahlawan nasional
tersebut, para pendiri pesantren dan tokoh
masyarakat Alahan Panjang berharap dapat
mewarisi inspirasi perjuangan Pak Natsir, yaitu:
memajukan pendidikan agama Islam,
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,
membangun masyarakat yang Islami, dan
melahirkan santri-santri mujahid dakwah yang
memiliki keahlian dan keterampilan.
Pondok Pesantren terpadu Muhammad Natsir
kini menyelenggarakan pendidian anak usia dini
(PAUD dan TK), madrasah tsanawiyah (MTs) dan
SMA.
Ketiganya terletak pada dua lokasi berdekatan
di Jorong Batubagiriak. Selain itu, di komplek
yayasan Nurul Iman terdapat masjid, mushalla,
asrama putra-putri, panti asuhan dan dapur
pesantren. Sementara, Madrasah Tsanawiyah dan
SMA terletak di sekitar 500 meter sebelah barat
komplek.
Yayasan juga bekerjasama dengan Universitas
Andalas (Unand) Padang membuka areal Pusat
Alih Teknologi dan Pengembangan Kawasan
Pertanian (PAT-PKP) di Jorong Galagah, Nagari
Alahan Panjang. Di areal terpadu ini
dikembangkan peternakan dan pertanian modern
serta ramah lingkungan.
Sedangkan dengan Malaysia, yayasan
membudidayakan tanaman kayu putih untuk
diambil kayu dan daunnya.
Sebelum mengalami krisis air bersih, Pesantren M
Natsir sempat terdampak angin puting beliung pada
Desember 2016. Pada 19 Januari 2017 jelang tengah
malam, si gulambai (si jago merah) mendadak membakar
dua lokal dan satu kantin pondok. Akibat musibah ini,
Ponpes M Natsir mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta.
Kini, semua hampir rampung direkonstruksi. Termasuk
instalasi pipanisasi air sumur ke dapur dan MCK asrama.
Pada momen 17 Agustusan 2017, bantuan sumur secara
simbolik diserahkan Wakil Ketua Dewan Dakwah Sumatera
Barat, H Anisral, kepada Ketua Yayasan Nurul Iman,
Darman. Turut menyaksikan serah-terima, pengurus
Dewan dakwah Sumbar Datuk Afdal dan pengurus Yayasan
Nurul Iman serta pengasuh pondok.
Para santri putri yang berjumlah 151 dari 300-an santri,
menyambut gembira aliran air sumur di asrama mereka.
‘’Alhamdulillah, senang,’’ ucap Selly sambil tersenyum
dikulum. Santri dhuafa asal Kayu Tanam kelas duabelas ini,
ternyata memiliki tumor di langit-langit mulut bagian
depannya. Karena itu, ia agak susah makan dan bicara.
‘’Insya Allah akan ditangani RS Ibnu Sina Padang,’’ ujar
H Anisral yang juga pengurus Yayasan Ibnu Sina.[]
32 EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
ak hanya menghafal Al Qur’an, limabelas santri
Ttahfidz itu juga belajar membuat tempe tahu,
budidaya ikan lele organik, kelistrikan, dan
pengolahan air minum, serta rukyah syar’iyah.
Itulah santri Pondok Tahfidz Khadijah Dewan Dakwah
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Pondok Tahfidz Khadijah mulai berjalan sejak Senin, 17
Juli 2017. Lokasinya di kantor sekretariat Dewan Dakwah
Kubu Raya, yang berdampingan dengan kediaman Ketua
Dewan Dakwah Kubu Raya, Haji Darmin, di Jalan
Wonodadi 2, sekitar 2 km dari Bandara Supadio.
Para santri yang merupakan hasil seleksi tersebut,
dalam kesehariannya dibimbing beberapa musyrif. Salah
satunya Ustadz Muhtarom, alumni Akademi Dakwah
Indonesia (ADI) Kabupaten Sambas dan STID (Sekolah
Tinggi Ilmu Dakwah) Mohammad Natsir, Jakarta.
Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah, Ustadz Imam
Zamrodji, mengatakan, Pondok Tahfidz Khadijah
merupakan ini merupakan pondok tahfidz ketiga di
lingkungan Dewan Dakwah. Dua pondok yang sudah
berjalan sebelumnya dioperasikan Dewan Dakwah Provinsi
Lampung.
Sedangkan di Dewan Dakwah Pusat, kegiatan tahfidz
Qur’an menjadi program Lembaga Tahsin dan Tahfidz Al
Santri Tahfidz Dewan Dakwah Kubu Raya Dibekali Lifeskill
KABAR
33
KABAR
Qur’an, di bawah naungan Lembaga Pengabdian
Masyarakat (LPM) STID Mohammad Natsir.
Haji Darmin mengungkapkan, santri-santri Pondok
Tahfidz Khadijah merupakan anak yatim piatu dari
keluarga dhuafa. Karena itu, selain ilmu agama dan
hafalan Qur’an, mereka juga dibekali ketrampilan hidup
(lifeskill). ‘’Agar kelak mereka bisa mandiri secara ekonomi,
menjadi pengusaha sukses dan donatur dakwah,’’ tutur
Darmin yang naik haji dengan ongkos dari usaha
peternakan lele.
Untuk membiayai Pondok Tahfidz Khadijah, Haji Darmin
menyisihkan sebagian keuntungan usahanya. Dewan
Dakwah Kubu Raya juga memberi kesempatan bagi
donatur yang ingin berinfak.
Masyarakat dapat menjadi donatur Pondok Tahfidz
Khafidzah dengan berlangganan Air Hexaqua sebanyak 4
galon/bulan senilai Rp 50.000. ‘’Insya Allah keuntungannya
disedekahkan untuk operasional Pondok Tahfidz
Khadijah,’’ tandas Haji Darmin.
Sedang donatur yang ingin berinfak secara tunai,
dipersilakan datang ke Pondok Tahfidz Khadijah di Jalan
Wonodadi 2 No. 22 Arang Limbung, Kubu Raya, Kalimatan
Barat, atau menghubungi 0812-5640-2769. Bisa juga
melalui transfer ke rekening BNI Syariah (009) 2223344434
atau Bank Kalbar Syariah (123) 882013370246 atas nama
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Kubu Raya.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
32 EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
ak hanya menghafal Al Qur’an, limabelas santri
Ttahfidz itu juga belajar membuat tempe tahu,
budidaya ikan lele organik, kelistrikan, dan
pengolahan air minum, serta rukyah syar’iyah.
Itulah santri Pondok Tahfidz Khadijah Dewan Dakwah
Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat.
Pondok Tahfidz Khadijah mulai berjalan sejak Senin, 17
Juli 2017. Lokasinya di kantor sekretariat Dewan Dakwah
Kubu Raya, yang berdampingan dengan kediaman Ketua
Dewan Dakwah Kubu Raya, Haji Darmin, di Jalan
Wonodadi 2, sekitar 2 km dari Bandara Supadio.
Para santri yang merupakan hasil seleksi tersebut,
dalam kesehariannya dibimbing beberapa musyrif. Salah
satunya Ustadz Muhtarom, alumni Akademi Dakwah
Indonesia (ADI) Kabupaten Sambas dan STID (Sekolah
Tinggi Ilmu Dakwah) Mohammad Natsir, Jakarta.
Ketua Bidang Pendidikan Dewan Dakwah, Ustadz Imam
Zamrodji, mengatakan, Pondok Tahfidz Khadijah
merupakan ini merupakan pondok tahfidz ketiga di
lingkungan Dewan Dakwah. Dua pondok yang sudah
berjalan sebelumnya dioperasikan Dewan Dakwah Provinsi
Lampung.
Sedangkan di Dewan Dakwah Pusat, kegiatan tahfidz
Qur’an menjadi program Lembaga Tahsin dan Tahfidz Al
Santri Tahfidz Dewan Dakwah Kubu Raya Dibekali Lifeskill
KABAR
33
KABAR
Qur’an, di bawah naungan Lembaga Pengabdian
Masyarakat (LPM) STID Mohammad Natsir.
Haji Darmin mengungkapkan, santri-santri Pondok
Tahfidz Khadijah merupakan anak yatim piatu dari
keluarga dhuafa. Karena itu, selain ilmu agama dan
hafalan Qur’an, mereka juga dibekali ketrampilan hidup
(lifeskill). ‘’Agar kelak mereka bisa mandiri secara ekonomi,
menjadi pengusaha sukses dan donatur dakwah,’’ tutur
Darmin yang naik haji dengan ongkos dari usaha
peternakan lele.
Untuk membiayai Pondok Tahfidz Khadijah, Haji Darmin
menyisihkan sebagian keuntungan usahanya. Dewan
Dakwah Kubu Raya juga memberi kesempatan bagi
donatur yang ingin berinfak.
Masyarakat dapat menjadi donatur Pondok Tahfidz
Khafidzah dengan berlangganan Air Hexaqua sebanyak 4
galon/bulan senilai Rp 50.000. ‘’Insya Allah keuntungannya
disedekahkan untuk operasional Pondok Tahfidz
Khadijah,’’ tandas Haji Darmin.
Sedang donatur yang ingin berinfak secara tunai,
dipersilakan datang ke Pondok Tahfidz Khadijah di Jalan
Wonodadi 2 No. 22 Arang Limbung, Kubu Raya, Kalimatan
Barat, atau menghubungi 0812-5640-2769. Bisa juga
melalui transfer ke rekening BNI Syariah (009) 2223344434
atau Bank Kalbar Syariah (123) 882013370246 atas nama
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia Kubu Raya.[]
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M34 MAN TAZAKKA
KABAR
una menyerap aspirasi ummat, Direktorat Jendral
GBimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam)
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag
RI), menggelar rapat koordinasi tentang penguatan fungsi
agama dalam pembangunan nasional di Hotel Mercure
Convention Ancol, Jakarta Utara, pada 10-12 Agustus 2017.
Rapat yang dibuka Menteri Agama RI Lukman Hakim
Saefuddin itu menghadirkan para panelis dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Bappenas (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional), dan Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Acara diikuti peserta dari Kantor Wilayah Kemenag
Provinsi, ormas, yayasan, dan lembaga kemitraan
Kemenag.
Teten Romli Qomaruddin, peserta rapat dari Dewan
Dakwah, merespon positif kegiatan serap aspirasi tersebut.
‘’Agar policy pemerintah yang bersifat keummatan seperti
pemanfaatan dana haji terlebih dahulu melalui kajian yang
melibatkan berbagai unsur ummat. Sehingga, kebijakan
pemerintah tidak meresahkan ummat,’’ Teten memberi
contoh.
Nah, setelah mengikuti rapat koordinasi tadi, Ketua
Bidang Kajian Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah,
Pusat Kajian Dewan Dakwah, ini memberikan sejumlah
catatan kritis.
Teten menyoroti adanya kecenderungan untuk
mengaburkan substansi dalam Buku Panduan Depag,
seperti istilah ‘’aliran menyimpang’’ yang diganti dengan
‘’aliran bermasalah’’.
‘’Pengubahan istilah ini bukan perkara sepele, karena
maknanya jadi bias. Ajaran yang tadinya menyimpang atau
keluar dari Islam seperti Ahmadiyah, hanya dianggap
bermasalah,’’ papar anggota bidang penelitian dan
pengembangan Majelis Ormas Islam ini.
Teten yang kandidat doktor Universitas Ibnu Khaldun
Bogor, juga mengkritik penggunaan istilah semacam
‘’wahabisme’’ dalam riset dan terbitan Depag.
‘’Istilah ‘wahabi’ harus diklarifikasi agar clear, dan riset-
riset serta buku-buku yang memuat stigma semacam ini
perlu ditinjau ulang,’’ ujar anggota majelis Fatwa MIUMI
(Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia) Pusat tersebut.
Teten yang wakil sekretaris komisi dakwah khusus MUI
Pusat, juga menyayangkan upaya peninjauan ulang
terhadap "sepuluh kriteria pedoman identifikasi aliran
sesat" yang dirumuskan MUI Pusat.
Rumusan tersebut merupakan hasil Rakernas MUI di
Jakarta pada 6 November 2007. Kesepuluh kriteria itu
adalah: Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6;
Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai
dengan Alquran dan sunnah; Meyakini turunnya wahyu
setelah al-Quran; Mengingkari otentisitas dan atau
kebenaran isi al-Quran; Melakukan penafsiran al-Quran
yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir; Mengingkari
kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam;
Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi
dan rasul; Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan
rasul terakhir; Mengubah, menambah dan atau
mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan
oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak
5 waktu; Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i
seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan
kelompoknya.
‘’Rumusan itu sudah tepat menjadi pedoman ummat.
Jangan dilemahkan, tapi justru harus lebih dikuatkan,’’
tandas Teten.
Dewan Dakwah sangat menghargai dan mengapresiasi
Kemenag yang membagikan buku, jurnal, dan berbagai
referensi untuk menghidupkan gerakan literasi
perpustakaan masjid di Indonesia.
Namun, hendaknya berbagai penerbitan itu diseleksi
dengan melibatkan elemen-elemen ummat. Sehingga,
terhindar penyebaran muatan-muatan yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam.
Untuk program penyuluhan agama melalui Kantor
Urusan Agama khususnya di daerah-daerah terpencil dan
pedalaman, Dewan Dakwah berharap agar pemerintah
bersinergi dengan para da’i yang dikirimkan ormas-ormas
Islam.[]
Dewan Dakwah: Penguatan Fungsi Agama Jangan Jadi Pelemahan
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M34 MAN TAZAKKA
KABAR
una menyerap aspirasi ummat, Direktorat Jendral
GBimbingan Masyarakat Islam (Dirjen Bimas Islam)
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag
RI), menggelar rapat koordinasi tentang penguatan fungsi
agama dalam pembangunan nasional di Hotel Mercure
Convention Ancol, Jakarta Utara, pada 10-12 Agustus 2017.
Rapat yang dibuka Menteri Agama RI Lukman Hakim
Saefuddin itu menghadirkan para panelis dari Majelis
Ulama Indonesia (MUI), Bappenas (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional), dan Dewan Perwakilan Rakyat RI.
Acara diikuti peserta dari Kantor Wilayah Kemenag
Provinsi, ormas, yayasan, dan lembaga kemitraan
Kemenag.
Teten Romli Qomaruddin, peserta rapat dari Dewan
Dakwah, merespon positif kegiatan serap aspirasi tersebut.
‘’Agar policy pemerintah yang bersifat keummatan seperti
pemanfaatan dana haji terlebih dahulu melalui kajian yang
melibatkan berbagai unsur ummat. Sehingga, kebijakan
pemerintah tidak meresahkan ummat,’’ Teten memberi
contoh.
Nah, setelah mengikuti rapat koordinasi tadi, Ketua
Bidang Kajian Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah,
Pusat Kajian Dewan Dakwah, ini memberikan sejumlah
catatan kritis.
Teten menyoroti adanya kecenderungan untuk
mengaburkan substansi dalam Buku Panduan Depag,
seperti istilah ‘’aliran menyimpang’’ yang diganti dengan
‘’aliran bermasalah’’.
‘’Pengubahan istilah ini bukan perkara sepele, karena
maknanya jadi bias. Ajaran yang tadinya menyimpang atau
keluar dari Islam seperti Ahmadiyah, hanya dianggap
bermasalah,’’ papar anggota bidang penelitian dan
pengembangan Majelis Ormas Islam ini.
Teten yang kandidat doktor Universitas Ibnu Khaldun
Bogor, juga mengkritik penggunaan istilah semacam
‘’wahabisme’’ dalam riset dan terbitan Depag.
‘’Istilah ‘wahabi’ harus diklarifikasi agar clear, dan riset-
riset serta buku-buku yang memuat stigma semacam ini
perlu ditinjau ulang,’’ ujar anggota majelis Fatwa MIUMI
(Majelis Intelektual Ulama Muda Indonesia) Pusat tersebut.
Teten yang wakil sekretaris komisi dakwah khusus MUI
Pusat, juga menyayangkan upaya peninjauan ulang
terhadap "sepuluh kriteria pedoman identifikasi aliran
sesat" yang dirumuskan MUI Pusat.
Rumusan tersebut merupakan hasil Rakernas MUI di
Jakarta pada 6 November 2007. Kesepuluh kriteria itu
adalah: Mengingkari salah satu dari rukun iman yang 6;
Meyakini dan atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai
dengan Alquran dan sunnah; Meyakini turunnya wahyu
setelah al-Quran; Mengingkari otentisitas dan atau
kebenaran isi al-Quran; Melakukan penafsiran al-Quran
yang tidak berdasarkan kaidah-kaidah tafsir; Mengingkari
kedudukan hadis nabi sebagai sumber ajaran Islam;
Menghina, melecehkan dan atau merendahkan para nabi
dan rasul; Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan
rasul terakhir; Mengubah, menambah dan atau
mengurangi pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan
oleh syariah, seperti haji tidak ke baitullah, salat wajib tidak
5 waktu; Mengkafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i
seperti mengkafirkan muslim hanya karena bukan
kelompoknya.
‘’Rumusan itu sudah tepat menjadi pedoman ummat.
Jangan dilemahkan, tapi justru harus lebih dikuatkan,’’
tandas Teten.
Dewan Dakwah sangat menghargai dan mengapresiasi
Kemenag yang membagikan buku, jurnal, dan berbagai
referensi untuk menghidupkan gerakan literasi
perpustakaan masjid di Indonesia.
Namun, hendaknya berbagai penerbitan itu diseleksi
dengan melibatkan elemen-elemen ummat. Sehingga,
terhindar penyebaran muatan-muatan yang tidak sesuai
dengan ajaran Islam.
Untuk program penyuluhan agama melalui Kantor
Urusan Agama khususnya di daerah-daerah terpencil dan
pedalaman, Dewan Dakwah berharap agar pemerintah
bersinergi dengan para da’i yang dikirimkan ormas-ormas
Islam.[]
Dewan Dakwah: Penguatan Fungsi Agama Jangan Jadi Pelemahan
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M36 MAN TAZAKKA
INSPIRASI DA’I
Ustadz Bey
“Pendeta Islam”Naik Haji
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 37 MAN TAZAKKA
INSPIRASI DA’I
leuh, ngadadak teuing, kaya tahu bulet
E(mendadak amat, seperti tahu bulat [digoreng
dadakan]),’’ gumam Bey Hanafi sambil
tersenyum bahagia, usai menerima telepon dari Dewan
Dakwah Pusat, medio Agustus lalu. Suara pengurus senior
Dewan Dakwah di ujung ponsel mengabarkan, Bey
berangkat haji tahun ini atas undangan Pemimpin Saudi,
Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud.
Selasa (22/8) siang, diantar keluarga dan familinya
sebanyak delapan orang, Bey tiba di Gedung Dewan
Dakwah, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta Pusat.
Setelah melapor pada pengurus Dewan Dakwah, ia
mengikuti kursus kilat ibadah haji yang disampaikan Ketua
Laznas (Lembaga Amil Zakat Nasional) Dewan Dakwah, H
Ade Salamun. Ayah tiga anak ini manggut-manggut saja
mengikuti teori manasik haji, lantaran sebelumnya sudah
membaca buku tatacara menjalankan rukun Islam kelima.
Lepas ashar, barulah Bey sempat makan siang di selasar
masjid Al Furqon. Menunya hasil masakan istri sendiri,
seperti balado sotong, ikan asin, ayam goreng, gulai ayam,
dan kerupuk.
‘’Ini ceritanya kita sedang walimatus safar haji ya,’’
seloroh seorang pengurus Laznas Dewan Dakwah yang
menemani Bey makan. ‘’He, he, iya, iya,’’ ucap Bey sambil
tertawa.
Oleh Laznas Dewan Dakwah, Kafilah Bey Hanafi
diinapkan di sebuah hotel di seberang Masjid Al Furqon.
‘’Padahal mah, biarin nginep di mesjid aja, bisa ngampar-
ngampar nggak usah bayar,’’ tawar ustadz bersahaja ini.
Rabu (23/8) selepas subuh, Bey’s family diantar menuju
kediaman Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia (KSA) di Jalan
Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Bergabung dengan
puluhan undangan lainnya untuk diterima dan dilepas
Dubes KSA, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi.
Selanjutnya, tanpa disertai lagi oleh keluarga
pengiringnya, rombongan calon haji menumpang bus
menuju Bandara Soekarno-Hatta, untuk kemudian terbang
ke Saudi.
Ustadz Bey Hanafi lahir di Desa Cigeulis, Kec Cigeulis,
Kab Pandeglang, Banten, 4 Mei 1972. Setelah lulus
Madrasah Aliyah, ia mengikuti pelatihan di Ma’had Al-
Ghuraba. Selanjutnya, remaja ini langsung diterjunkan oleh
Dewan Dakwah sebagai da’i di pelosok Desa Kie,
Kecamatan Oilasi Kupang, Kabupaten Timur Tengah
Selatan, NTT (Nusa Tenggara Timur).
Sempat shock Bey Hanafi di awal hidup bersama warga
desa. Masyarakat yang sangat terbelakang dan miskin.
Makanan utama mereka jagung. Pagi jagung rebus, siang
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M36 MAN TAZAKKA
INSPIRASI DA’I
Ustadz Bey
“Pendeta Islam”Naik Haji
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 37 MAN TAZAKKA
INSPIRASI DA’I
leuh, ngadadak teuing, kaya tahu bulet
E(mendadak amat, seperti tahu bulat [digoreng
dadakan]),’’ gumam Bey Hanafi sambil
tersenyum bahagia, usai menerima telepon dari Dewan
Dakwah Pusat, medio Agustus lalu. Suara pengurus senior
Dewan Dakwah di ujung ponsel mengabarkan, Bey
berangkat haji tahun ini atas undangan Pemimpin Saudi,
Raja Salman bin Abdul Aziz Al Saud.
Selasa (22/8) siang, diantar keluarga dan familinya
sebanyak delapan orang, Bey tiba di Gedung Dewan
Dakwah, Jalan Kramat Raya 45, Jakarta Pusat.
Setelah melapor pada pengurus Dewan Dakwah, ia
mengikuti kursus kilat ibadah haji yang disampaikan Ketua
Laznas (Lembaga Amil Zakat Nasional) Dewan Dakwah, H
Ade Salamun. Ayah tiga anak ini manggut-manggut saja
mengikuti teori manasik haji, lantaran sebelumnya sudah
membaca buku tatacara menjalankan rukun Islam kelima.
Lepas ashar, barulah Bey sempat makan siang di selasar
masjid Al Furqon. Menunya hasil masakan istri sendiri,
seperti balado sotong, ikan asin, ayam goreng, gulai ayam,
dan kerupuk.
‘’Ini ceritanya kita sedang walimatus safar haji ya,’’
seloroh seorang pengurus Laznas Dewan Dakwah yang
menemani Bey makan. ‘’He, he, iya, iya,’’ ucap Bey sambil
tertawa.
Oleh Laznas Dewan Dakwah, Kafilah Bey Hanafi
diinapkan di sebuah hotel di seberang Masjid Al Furqon.
‘’Padahal mah, biarin nginep di mesjid aja, bisa ngampar-
ngampar nggak usah bayar,’’ tawar ustadz bersahaja ini.
Rabu (23/8) selepas subuh, Bey’s family diantar menuju
kediaman Duta Besar Kerajaan Saudi Arabia (KSA) di Jalan
Teuku Umar, Menteng, Jakarta Pusat. Bergabung dengan
puluhan undangan lainnya untuk diterima dan dilepas
Dubes KSA, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi.
Selanjutnya, tanpa disertai lagi oleh keluarga
pengiringnya, rombongan calon haji menumpang bus
menuju Bandara Soekarno-Hatta, untuk kemudian terbang
ke Saudi.
Ustadz Bey Hanafi lahir di Desa Cigeulis, Kec Cigeulis,
Kab Pandeglang, Banten, 4 Mei 1972. Setelah lulus
Madrasah Aliyah, ia mengikuti pelatihan di Ma’had Al-
Ghuraba. Selanjutnya, remaja ini langsung diterjunkan oleh
Dewan Dakwah sebagai da’i di pelosok Desa Kie,
Kecamatan Oilasi Kupang, Kabupaten Timur Tengah
Selatan, NTT (Nusa Tenggara Timur).
Sempat shock Bey Hanafi di awal hidup bersama warga
desa. Masyarakat yang sangat terbelakang dan miskin.
Makanan utama mereka jagung. Pagi jagung rebus, siang
INSPIRASI DA’I
nasi jagung, malamnya jagung titi (tumbuk).
Heran Bey, banyak warga desa ternyata belum bisa
sekadar memasak air dengan benar. Maka, ketrampilan
hidup pertama yang diajarkannya kepada masyarakat
setempat adalah cara memasak air minum. Pelajaran ini
berlangsung hampir sebulan.
Budaya lain warga desa ini adalah jarang mandi.
Mulanya kepepet lantaran sulit air, namun lama-lama jadi
kebiasaan. Di musim hujan pun mereka tak mandi. Hal ini
juga menjadi tantangan Ustadz Bey, dalam rangka
mengajarkan bersuci sebelum sholat.
Walau sudah agak lama menjadi mualaf, ternyata banyak
warga pria yang belum bersunat. Maka, pada suatu hari Bey
dengan dukungan Dewan Dakwah, menggelar sunatan
massal di Desa Kie. Pesertanya mulai anak-anak usia
belasan tahun hingga orang tua.
Bukannya dipanggil ‘’ustadz’’, Bey Hanafi di Nusa
Tenggara Timur disapa "Bapak Pendeta Islam".
Sebagaimana warga pun menyebut masjid sebagai ‘’gereja
Islam’’.
"Iya, saya dipanggil sebagai pendeta Islam. Kalau yang
Katolik dipanggil romo," kenang Bey sambil tersenyum.
Untuk berdakwah keliling masuk ke kampung-kampung,
Bey Hanafi berjalan kaki. Untuk mencapai kampung lain,
dibutuhkan waktu cukup lama. Kadang-kadang bisa satu
hari satu malam baru sampai ke tujuan berikutnya.
Bukannya dipanggil
‘’ustadz’’, Bey Hanafi
di Nusa Tenggara
Timur disapa "Bapak
Pendeta Islam".
Sebagaimana warga
pun menyebut masjid
sebagai ‘’gereja
Islam’’.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M38 MAN TAZAKKA
39
INSPIRASI DA’I
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
Alhamdulillah, setelah berdakwah sekian lama, Bey akhirnya
memiliki seorang kader dakwah. Dialah yang kelak meneruskan
langkah Bey.
Sejak 1997, Bey Hanafi berdakwah di kampung halamannya
sendiri. Selain di Cigeulis, ia juga berdakwah di Malingping,
Panimbang, dan sekitarnya.
Selain dakwah bil-lisan, Bey Hanafi juga menjalankan
dakwah bil-haal dengan dukungan Laznas Dewan Dakwah.
Misalnya membentuk kelompok peternakan kambing, kelompok
pembuat keripik pisang, singkong, dan emping, juga
membudayakan pembuatan sarana MCK (mandi-cuci-kakus).
Yang terakhir ini untuk mengikis budaya ‘’trio-dol’’; Dolbon
(modol di kebon) alias buang air besar (BAB) di kebun, doli
(modol di kali), dan dolwah (modol di sawah).[]
INSPIRASI DA’I
nasi jagung, malamnya jagung titi (tumbuk).
Heran Bey, banyak warga desa ternyata belum bisa
sekadar memasak air dengan benar. Maka, ketrampilan
hidup pertama yang diajarkannya kepada masyarakat
setempat adalah cara memasak air minum. Pelajaran ini
berlangsung hampir sebulan.
Budaya lain warga desa ini adalah jarang mandi.
Mulanya kepepet lantaran sulit air, namun lama-lama jadi
kebiasaan. Di musim hujan pun mereka tak mandi. Hal ini
juga menjadi tantangan Ustadz Bey, dalam rangka
mengajarkan bersuci sebelum sholat.
Walau sudah agak lama menjadi mualaf, ternyata banyak
warga pria yang belum bersunat. Maka, pada suatu hari Bey
dengan dukungan Dewan Dakwah, menggelar sunatan
massal di Desa Kie. Pesertanya mulai anak-anak usia
belasan tahun hingga orang tua.
Bukannya dipanggil ‘’ustadz’’, Bey Hanafi di Nusa
Tenggara Timur disapa "Bapak Pendeta Islam".
Sebagaimana warga pun menyebut masjid sebagai ‘’gereja
Islam’’.
"Iya, saya dipanggil sebagai pendeta Islam. Kalau yang
Katolik dipanggil romo," kenang Bey sambil tersenyum.
Untuk berdakwah keliling masuk ke kampung-kampung,
Bey Hanafi berjalan kaki. Untuk mencapai kampung lain,
dibutuhkan waktu cukup lama. Kadang-kadang bisa satu
hari satu malam baru sampai ke tujuan berikutnya.
Bukannya dipanggil
‘’ustadz’’, Bey Hanafi
di Nusa Tenggara
Timur disapa "Bapak
Pendeta Islam".
Sebagaimana warga
pun menyebut masjid
sebagai ‘’gereja
Islam’’.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M38 MAN TAZAKKA
39
INSPIRASI DA’I
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
Alhamdulillah, setelah berdakwah sekian lama, Bey akhirnya
memiliki seorang kader dakwah. Dialah yang kelak meneruskan
langkah Bey.
Sejak 1997, Bey Hanafi berdakwah di kampung halamannya
sendiri. Selain di Cigeulis, ia juga berdakwah di Malingping,
Panimbang, dan sekitarnya.
Selain dakwah bil-lisan, Bey Hanafi juga menjalankan
dakwah bil-haal dengan dukungan Laznas Dewan Dakwah.
Misalnya membentuk kelompok peternakan kambing, kelompok
pembuat keripik pisang, singkong, dan emping, juga
membudayakan pembuatan sarana MCK (mandi-cuci-kakus).
Yang terakhir ini untuk mengikis budaya ‘’trio-dol’’; Dolbon
(modol di kebon) alias buang air besar (BAB) di kebun, doli
(modol di kali), dan dolwah (modol di sawah).[]
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
BBC Bertaruh
untuk Rohingya41EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
Riset tentang Islam dalam berita
pernah dilakukan oleh Janert
Steele (2011). Ia meneliti
mengenai bagaimana Islam
memandang praktik kerja jurnalistik.
Penelitian ini dilakukan menyusul
gencarnya pemberitaan tentang Islam
dan Muslim pasca tragedi 9/11,
disusul tragedi bom Bali dan Jakarta.
Penelitian ini kemudian diterbitkan
dalam jurnal berjudul “Justice and
Journalism: Islam and Journalism
Values ini Indonesia and Malaysia”.
Hasil dari penelitian ini, Steele
melihat bahwa jurnalis di Indonesia
dan Malaysia mengekspresikan nilai
jurnalisme yang umum tanpa
menggunakan istilah-istilah yang
terlalu Islami, lebih umum, serta
melihat dan memahami arti dari apa
yang mereka kerjakan dari sudut
pandang Islam. Selain itu, pers di
Asia Tenggara, khususnya Indonesia
dan Malaysia, difungsikan sebagai
media politik, sosial dan juga dakwah.
Beberapa ciri pers Islam di Indonesia
dan Malaysia antara lain Truth
(Kebenaran), Verification (Verifikasi),
Balance (Seimbang), Independences
from power (Bebas dari kekuasaan).
M. Exsa Firmansyah (2008) juga
pernah melakukan penelitian berjudul
“Ideologi Islam dalam Harian
Nasional”. Riset akademik ini ditulis
pada tahun 2008. Penelitian ini
melihat kebijakan redaksional Harian
Republika dalam masalah “Konflik
Partai Kebangkitan Bangsa”,
“Ahmadiyah”, dan “Kontroversi Film
Fitna”.
Hasilnya, Republika memposisikan
diri sebagai media komunitas Islam
yang tidak ingin melihat kaum
Muslim terpecah belah dan merusak
tatanan kerukunan yang telah ada.
Selain itu Republika juga berusaha
menjadi corong umat Muslim dan
berusaha menjaga tali kerukunan
antar umat beragama.
Sebaliknya dengan media asing,
yang dalam banyak penelitian dinilai
tidak ramah ada Islam. Salah satunya
BBC, seperti dalam pemberitaan
tentang aksi-aksi umat Islam
beberapa tahun terakhir ini.
Namun menyebal dari kebiasaan
tersebut, BBC cukup objektif dalam
memberitakan tragedi Rohingya.
Bahkan perusahaan penyiaran asal
Inggris ini memilih mengakhiri
kerjasama penyiaran dengan mitra
lokal Myanmar daripada harus
disensor pemberitaannya.
Belum lama ini British Broadcast
Corporation (BBC) akhirnya
memutuskan untuk menyudahi kerja
sama dengan televisi nasional
Myanmar (MNTV). Keputusan ini
terkait langkah MNTV yang
melakukan sensor terhadap sejumlah
berita dan program BBC berbahasa
Myanmar, terutama menyangkut
peliputan mengenai etnis Rohingya.
Sejak April 2014, BBC memang
melakukan kerja sama dengan MNTV
untuk menyiarkan program berita
harian dan tayangan berbahasa
Myanmar. Program ini pun ditonton
sekitar 3,7 juta orang di Myanmar.
Namun, sejak April 2017, MNTV
secara sepihak menghentikan
tayangan dan program berita dari
BBC.
''BBC tidak bisa menerima upaya
TELAAH UTAMA
40
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
BBC Bertaruh
untuk Rohingya41EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
Riset tentang Islam dalam berita
pernah dilakukan oleh Janert
Steele (2011). Ia meneliti
mengenai bagaimana Islam
memandang praktik kerja jurnalistik.
Penelitian ini dilakukan menyusul
gencarnya pemberitaan tentang Islam
dan Muslim pasca tragedi 9/11,
disusul tragedi bom Bali dan Jakarta.
Penelitian ini kemudian diterbitkan
dalam jurnal berjudul “Justice and
Journalism: Islam and Journalism
Values ini Indonesia and Malaysia”.
Hasil dari penelitian ini, Steele
melihat bahwa jurnalis di Indonesia
dan Malaysia mengekspresikan nilai
jurnalisme yang umum tanpa
menggunakan istilah-istilah yang
terlalu Islami, lebih umum, serta
melihat dan memahami arti dari apa
yang mereka kerjakan dari sudut
pandang Islam. Selain itu, pers di
Asia Tenggara, khususnya Indonesia
dan Malaysia, difungsikan sebagai
media politik, sosial dan juga dakwah.
Beberapa ciri pers Islam di Indonesia
dan Malaysia antara lain Truth
(Kebenaran), Verification (Verifikasi),
Balance (Seimbang), Independences
from power (Bebas dari kekuasaan).
M. Exsa Firmansyah (2008) juga
pernah melakukan penelitian berjudul
“Ideologi Islam dalam Harian
Nasional”. Riset akademik ini ditulis
pada tahun 2008. Penelitian ini
melihat kebijakan redaksional Harian
Republika dalam masalah “Konflik
Partai Kebangkitan Bangsa”,
“Ahmadiyah”, dan “Kontroversi Film
Fitna”.
Hasilnya, Republika memposisikan
diri sebagai media komunitas Islam
yang tidak ingin melihat kaum
Muslim terpecah belah dan merusak
tatanan kerukunan yang telah ada.
Selain itu Republika juga berusaha
menjadi corong umat Muslim dan
berusaha menjaga tali kerukunan
antar umat beragama.
Sebaliknya dengan media asing,
yang dalam banyak penelitian dinilai
tidak ramah ada Islam. Salah satunya
BBC, seperti dalam pemberitaan
tentang aksi-aksi umat Islam
beberapa tahun terakhir ini.
Namun menyebal dari kebiasaan
tersebut, BBC cukup objektif dalam
memberitakan tragedi Rohingya.
Bahkan perusahaan penyiaran asal
Inggris ini memilih mengakhiri
kerjasama penyiaran dengan mitra
lokal Myanmar daripada harus
disensor pemberitaannya.
Belum lama ini British Broadcast
Corporation (BBC) akhirnya
memutuskan untuk menyudahi kerja
sama dengan televisi nasional
Myanmar (MNTV). Keputusan ini
terkait langkah MNTV yang
melakukan sensor terhadap sejumlah
berita dan program BBC berbahasa
Myanmar, terutama menyangkut
peliputan mengenai etnis Rohingya.
Sejak April 2014, BBC memang
melakukan kerja sama dengan MNTV
untuk menyiarkan program berita
harian dan tayangan berbahasa
Myanmar. Program ini pun ditonton
sekitar 3,7 juta orang di Myanmar.
Namun, sejak April 2017, MNTV
secara sepihak menghentikan
tayangan dan program berita dari
BBC.
''BBC tidak bisa menerima upaya
TELAAH UTAMA
40
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M42 MAN TAZAKKA
TELAAH UTAMA
sensor dan intervensi terhadap
program yang telah dijalankan oleh
BBC dan MNTV. Pasalnya, hal itu
seolah mengkhianati kepercayaan
antara BBC dengan khalayak luas,''
tulis pernyataan resmi BBC seperti
dikutip Channel News Asia, Senin
(4/9) waktu setempat.
Pengumuman ini tentu menjadi
pukulan berat terhadap Pemerintah
Myanmar, terutama dalam hal
jaminan terhadap kebebasan pers.
Bahkan, selama ini, pers di Myanmar
dianggap berperan dalam upaya
demokratisasi di negara tersebut,
termasuk saat menyoroti penahanan
yang menimpa tokoh pro demokrasi
Myanmar, Aung San Suu Kyi,
beberapa tahun lalu.
Sementara MNTV menilai,
penghentian penayangan berita
harian BBC itu lantaran terdapat
penggunaan kata yang dilarang oleh
pemerintah dalam program tersebut.
''Berita yang dikirimkan BBC
menggunakan kata-kata yang
dilarang oleh Pemerintah,'' tulis
pernyataan resmi MNTV.
Pejabat di MNTV menyebut, kata-
kata tersebut terkait dengan sebutan
''Rohingya'' untuk menyebut
penduduk Muslim di Rakhine State.
''Karena kata-kata itu, kami tidak bisa
menyiarkan program berita tersebut,''
ujar pejabat tersebut.
Rohingya merupakan sebutan
untuk etnis, mayoritas beragama
Islam, yang tinggal di bagian barat
Rakhine State. Dalam beberapa tahun
terakhir, etnis Rohingya memang
kerap mendapatkan tekanan dari
mayoritas warga dan pemerintah
Myanmar. Puncaknya saat militer
Myanmar mengusir dan melakukan
operasi militer di wilayah pemukiman
etnis Rohingya pada 25 Agustus
silam.
Sejumlah media internasional
menggunakan kata Rohingya untuk
mengidentifikasi para penduduk
Muslim di Rakhine State. Pasalnya,
mereka menyebut diri mereka dengan
sebutan Rohingya. Sementara
pemerintah, begitu pun media lokal
Myanmar, enggan menyebut mereka
Rohingya.
Pemerintah dan media lokal
Myanmar menyebut mereka dengan
ungkapan ''Bengalis''. Pasalnya,
penduduk Muslim tersebut dianggap
sebagai imigran ilegal yang berasal
dari Bangladesh, kendati mereka
telah tinggal di Rakhine State selama
puluhan tahun.
Konflik Rohingya dan militer
Myanmar kembali pecah dalam dua
pekan terakhir. Persisnya sejak
kelompok bersenjata Arakan
Rohingya Salvation Army (ARSA)
menyerbu pos polisi dan
menewaskan 30 orang, Kamis (25/8)
lalu.
Sejak insureksi tersebut, militer
menerapkan daerah operasi di
Rakhine. Sedikitnya 400 warga sipil
dilaporkan tewas, dan ratusan ribu
warga lainnya terpaksa kabur ke arah
perbatasan Myanmar-Bangladesh.
BBC Indonesia mengumpulkan
pertanyaan netizen soal krisis
kemanusiaan di Myanmar. Media ini
mengaku menerima lebih dari 200
pertanyaan dari pembaca tentang apa
yang kini tengah terjadi di Myanmar.
Berikut tujuh pertanyaan terpilih yang
sering diajukan, dan jawaban BBC.
Bagaimana awal mula
permasalahan etnis Rohingya dan
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 43 MAN TAZAKKA
latar belakang terjadinya konflik?
Sejak lebih dari sepekan lalu,
kekerasan terbaru meletus di negara
bagian Rakhine, Myanmar, yang
banyak dihuni Muslim Rohingya.
Gelombang kekerasan baru ini
menandai eskalasi dramatis sejak
Oktober 2016 lalu ketika milisi
Rohingya melakukan serangan
dengan skala yang lebih kecil.
Para pengungsi menuduh aparat
keamanan Myanmar dan kelompok
militan radikal Buddha membakar
desa-desa mereka.
Pemerintah Myanmar berdalih,
pasukan keamanan mereka sekadar
mengambil langkah balasan terhadap
serangan bulan lalu terhadap lebih
dari 20 pos polisi oleh milisi
Rohingya.
Bentrokan susulan sesudah itu
membuat banyak warga sipil baik
Islam maupun Buddha, lari
menyelamatkan diri dari desa-desa
mereka.
Setelah serangan milisi pada bulan
Oktober 2016, militer melakukan
operasi pembalasan yang keras, dan
banyak warga Rohingya menuduh
bahwa dalam operasi itu pasukan
keamanan melakukan pemerkosaan,
pembunuhan, pembakaran desa dan
penyiksaan.
PBB sudah menyebut serangan
balasan dari militer terhadap etnis
Rohingya pada Oktober lalu sebagai
kejahatan terhadap kemanusiaan.
Militer Myanmar mengatakan
mereka sebisa mungkin akan
menahan diri tapi juga menegaskan
'punya hak untuk membela diri dari
serangan-serangan teroris'.
PBB mendefinisikan Rohingya
sebagai minoritas agama dan bahasa
dari Myanmar barat dan bahwa
Rohingya adalah salah satu dari
minoritas yang paling dipersekusi
atau paling mendapat perlakuan
buruk di dunia.
Namun asal kata Rohingya, dan
bagaimana mereka muncul di
Myanmar, menjadi isu kontroversial.
Sebagian sejarawan mengatakan
kelompok ini sudah berasal dari
ratusan tahun lalu dan lainnya
mengatakan mereka baru muncul
sebagai kekuatan identitas dalam
seabad terakhir.
Pemerintah Myanmar berkeras
bahwa mereka adalah pendatang
baru dari subkontinen India, sehingga
konstitusi negara itu tidak
memasukkan mereka dalam
kelompok masyarakat adat yang
berhak mendapat kewarganegaraan.
Mereka tinggal di salah satu
negara bagian termiskin di Myanmar,
dan gerakan dan akses mereka
terhadap pekerjaan sangat dibatasi.
Secara historis, mayoritas
penduduk Rakhine membenci
kehadiran Rohingya yang mereka
pandang sebagai pemeluk Islam dari
negara lain dan ada kebencian
meluas terhadap Rohingya di
Myanmar.
Di sisi lain, penduduk Rohingya
merasa bahwa mereka adalah bagian
dari Myanmar dan mengklaim
mengalami persekusi oleh negara.
Negara tetangga Bangladesh sudah
menerima ratusan ribu pengungsi
dari Myanmar dan tak mampu lagi
menampung mereka.
Banyak warga Rohingya yang
tinggal di kamp penampungan
sementara setelah dipaksa keluar dari
desa mereka oleh gelombang
kekerasan komunal yang menyapu
Rakhine pada tahun 2012.
Apa bantuan yang diberikan
Indonesia terhadap muslim
Rohingya?
Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi sudah bertemu dengan Aung
San Suu Kyi untuk membicarakan
upaya penyelesaian masalah
Rohingya. Dalam pertemuan tersebut,
Menlu menyerahkan Formula 4+1,
yang isinya:
"Saya hadir di Myanmar membawa
amanah masyarakat Indonesia, yang
sangat khawatir terhadap krisis
kemanusiaan di Rakhine dan agar
Indonesia membantu," jelas Menlu
Retno kepada Aung San Suu Kyi,
seperti tertulis dalam pernyataan pers
Kementerian Luar Negeri Indonesia.
"Empat elemen pertama
merupakan elemen utama yang harus
segera dilakukan agar krisis
kemanusian dan keamanan tidak
semakin memburuk," jelas Menlu RI.
Apa langkah tegas PBB dalam
menyikapi konflik inidan solusi agar
warga Rohingya bisa hidup dengan
baik dan tidak merasa hidupnya
terancam?
Secara historis,
mayoritas penduduk
Rakhine membenci
kehadiran Rohingya
yang mereka
pandang sebagai
pemeluk Islam dari
negara lain dan ada
kebencian meluas
terhadap Rohingya di
Myanmar.
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M42 MAN TAZAKKA
TELAAH UTAMA
sensor dan intervensi terhadap
program yang telah dijalankan oleh
BBC dan MNTV. Pasalnya, hal itu
seolah mengkhianati kepercayaan
antara BBC dengan khalayak luas,''
tulis pernyataan resmi BBC seperti
dikutip Channel News Asia, Senin
(4/9) waktu setempat.
Pengumuman ini tentu menjadi
pukulan berat terhadap Pemerintah
Myanmar, terutama dalam hal
jaminan terhadap kebebasan pers.
Bahkan, selama ini, pers di Myanmar
dianggap berperan dalam upaya
demokratisasi di negara tersebut,
termasuk saat menyoroti penahanan
yang menimpa tokoh pro demokrasi
Myanmar, Aung San Suu Kyi,
beberapa tahun lalu.
Sementara MNTV menilai,
penghentian penayangan berita
harian BBC itu lantaran terdapat
penggunaan kata yang dilarang oleh
pemerintah dalam program tersebut.
''Berita yang dikirimkan BBC
menggunakan kata-kata yang
dilarang oleh Pemerintah,'' tulis
pernyataan resmi MNTV.
Pejabat di MNTV menyebut, kata-
kata tersebut terkait dengan sebutan
''Rohingya'' untuk menyebut
penduduk Muslim di Rakhine State.
''Karena kata-kata itu, kami tidak bisa
menyiarkan program berita tersebut,''
ujar pejabat tersebut.
Rohingya merupakan sebutan
untuk etnis, mayoritas beragama
Islam, yang tinggal di bagian barat
Rakhine State. Dalam beberapa tahun
terakhir, etnis Rohingya memang
kerap mendapatkan tekanan dari
mayoritas warga dan pemerintah
Myanmar. Puncaknya saat militer
Myanmar mengusir dan melakukan
operasi militer di wilayah pemukiman
etnis Rohingya pada 25 Agustus
silam.
Sejumlah media internasional
menggunakan kata Rohingya untuk
mengidentifikasi para penduduk
Muslim di Rakhine State. Pasalnya,
mereka menyebut diri mereka dengan
sebutan Rohingya. Sementara
pemerintah, begitu pun media lokal
Myanmar, enggan menyebut mereka
Rohingya.
Pemerintah dan media lokal
Myanmar menyebut mereka dengan
ungkapan ''Bengalis''. Pasalnya,
penduduk Muslim tersebut dianggap
sebagai imigran ilegal yang berasal
dari Bangladesh, kendati mereka
telah tinggal di Rakhine State selama
puluhan tahun.
Konflik Rohingya dan militer
Myanmar kembali pecah dalam dua
pekan terakhir. Persisnya sejak
kelompok bersenjata Arakan
Rohingya Salvation Army (ARSA)
menyerbu pos polisi dan
menewaskan 30 orang, Kamis (25/8)
lalu.
Sejak insureksi tersebut, militer
menerapkan daerah operasi di
Rakhine. Sedikitnya 400 warga sipil
dilaporkan tewas, dan ratusan ribu
warga lainnya terpaksa kabur ke arah
perbatasan Myanmar-Bangladesh.
BBC Indonesia mengumpulkan
pertanyaan netizen soal krisis
kemanusiaan di Myanmar. Media ini
mengaku menerima lebih dari 200
pertanyaan dari pembaca tentang apa
yang kini tengah terjadi di Myanmar.
Berikut tujuh pertanyaan terpilih yang
sering diajukan, dan jawaban BBC.
Bagaimana awal mula
permasalahan etnis Rohingya dan
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 43 MAN TAZAKKA
latar belakang terjadinya konflik?
Sejak lebih dari sepekan lalu,
kekerasan terbaru meletus di negara
bagian Rakhine, Myanmar, yang
banyak dihuni Muslim Rohingya.
Gelombang kekerasan baru ini
menandai eskalasi dramatis sejak
Oktober 2016 lalu ketika milisi
Rohingya melakukan serangan
dengan skala yang lebih kecil.
Para pengungsi menuduh aparat
keamanan Myanmar dan kelompok
militan radikal Buddha membakar
desa-desa mereka.
Pemerintah Myanmar berdalih,
pasukan keamanan mereka sekadar
mengambil langkah balasan terhadap
serangan bulan lalu terhadap lebih
dari 20 pos polisi oleh milisi
Rohingya.
Bentrokan susulan sesudah itu
membuat banyak warga sipil baik
Islam maupun Buddha, lari
menyelamatkan diri dari desa-desa
mereka.
Setelah serangan milisi pada bulan
Oktober 2016, militer melakukan
operasi pembalasan yang keras, dan
banyak warga Rohingya menuduh
bahwa dalam operasi itu pasukan
keamanan melakukan pemerkosaan,
pembunuhan, pembakaran desa dan
penyiksaan.
PBB sudah menyebut serangan
balasan dari militer terhadap etnis
Rohingya pada Oktober lalu sebagai
kejahatan terhadap kemanusiaan.
Militer Myanmar mengatakan
mereka sebisa mungkin akan
menahan diri tapi juga menegaskan
'punya hak untuk membela diri dari
serangan-serangan teroris'.
PBB mendefinisikan Rohingya
sebagai minoritas agama dan bahasa
dari Myanmar barat dan bahwa
Rohingya adalah salah satu dari
minoritas yang paling dipersekusi
atau paling mendapat perlakuan
buruk di dunia.
Namun asal kata Rohingya, dan
bagaimana mereka muncul di
Myanmar, menjadi isu kontroversial.
Sebagian sejarawan mengatakan
kelompok ini sudah berasal dari
ratusan tahun lalu dan lainnya
mengatakan mereka baru muncul
sebagai kekuatan identitas dalam
seabad terakhir.
Pemerintah Myanmar berkeras
bahwa mereka adalah pendatang
baru dari subkontinen India, sehingga
konstitusi negara itu tidak
memasukkan mereka dalam
kelompok masyarakat adat yang
berhak mendapat kewarganegaraan.
Mereka tinggal di salah satu
negara bagian termiskin di Myanmar,
dan gerakan dan akses mereka
terhadap pekerjaan sangat dibatasi.
Secara historis, mayoritas
penduduk Rakhine membenci
kehadiran Rohingya yang mereka
pandang sebagai pemeluk Islam dari
negara lain dan ada kebencian
meluas terhadap Rohingya di
Myanmar.
Di sisi lain, penduduk Rohingya
merasa bahwa mereka adalah bagian
dari Myanmar dan mengklaim
mengalami persekusi oleh negara.
Negara tetangga Bangladesh sudah
menerima ratusan ribu pengungsi
dari Myanmar dan tak mampu lagi
menampung mereka.
Banyak warga Rohingya yang
tinggal di kamp penampungan
sementara setelah dipaksa keluar dari
desa mereka oleh gelombang
kekerasan komunal yang menyapu
Rakhine pada tahun 2012.
Apa bantuan yang diberikan
Indonesia terhadap muslim
Rohingya?
Menteri Luar Negeri Retno
Marsudi sudah bertemu dengan Aung
San Suu Kyi untuk membicarakan
upaya penyelesaian masalah
Rohingya. Dalam pertemuan tersebut,
Menlu menyerahkan Formula 4+1,
yang isinya:
"Saya hadir di Myanmar membawa
amanah masyarakat Indonesia, yang
sangat khawatir terhadap krisis
kemanusiaan di Rakhine dan agar
Indonesia membantu," jelas Menlu
Retno kepada Aung San Suu Kyi,
seperti tertulis dalam pernyataan pers
Kementerian Luar Negeri Indonesia.
"Empat elemen pertama
merupakan elemen utama yang harus
segera dilakukan agar krisis
kemanusian dan keamanan tidak
semakin memburuk," jelas Menlu RI.
Apa langkah tegas PBB dalam
menyikapi konflik inidan solusi agar
warga Rohingya bisa hidup dengan
baik dan tidak merasa hidupnya
terancam?
Secara historis,
mayoritas penduduk
Rakhine membenci
kehadiran Rohingya
yang mereka
pandang sebagai
pemeluk Islam dari
negara lain dan ada
kebencian meluas
terhadap Rohingya di
Myanmar.
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M44 MAN TAZAKKA
Pelapor khusus PBB soal hak asasi
manusia untuk Myanmar, Yanghee
Lee, sudah mengkritik pemimpin de
facto negara itu, Aung San Suu Kyi,
karena gagal melindungi minoritas
Muslim Rohingya.
Menurut Yanghee Lee, situasi di
Rakhine "sangat gawat" dan ini adalah
waktunya bagi Suu Kyi untuk "turun
tangan".
Sementara itu, berbagai lembaga
pemantau Hak Asasi manusia (HAM)
melanjutkan desakan agar pemerintah
Myanmar mengizinkan Tim Pencari
Fakta (TPF) yang dibentuk Dewan
HAM PBB untuk masuk dan
mengungkap kebenaran peristiwa
kekerasan di negara bagian Rakhine,
tempat tinggal umat sebagian besar
Muslim Rohingya.
TPF kasus Rohingya, yang dibentuk
Dewan HAM PBB pada Maret 2017,
sejauh ini belum mendapatkan izin
melakukan tugasnya ke Myanmar,
karena otoritas negara itu menolak
keberadaan tim tersebut.
Kenapa ASEAN tak ada respons
untuk mendamaikan atau mencari
solusi untuk mendamaikan?
Bagaimana pembahasan Rohingya
di forum resmi ASEAN?
ASEAN sejauh ini belum
mengeluarkan pernyataan apa pun
terkait krisis kemanusiaan di
Myanmar.
Bagaimana sikap Aung San Suu
Kyi sebagai pemenang Nobel
Perdamaian atas keberadaan etnis
Rohingya di Myanmar?
Aung San Suu Kyi, sebagai
pemimpin de facto Myanmar, telah
banyak dikecam karena tidak
mengeluarkan pernyataan atau
mengakui krisis yang terjadi di
Rakhine terhadap etnis minoritas
Rohingya.
Pelapor khusus PBB soal hak asasi
manusia untuk Myanmar Yanghee Lee
mengatakan bahwa Suu Kyi berada
dalam posisi yang sulit namun tetap
mengkritiknya karena tidak
mengecam kekerasan.
"Dia terperangkap antara batu dan
tempat yang keras, namun saya kira
saatnya baginya untuk ke luar dari
sana sekarang," kata Yanghee Lee.
Tokoh lain yang mengecam Suu
Kyi adalah peraih Nobel Perdamaian
lain, Malala Yousafzai, yang
mengatakan bahwa dia dan dunia
menunggu pernyataan dari Suu Kyi.
Konflik antara pemerintah
Myanmar dengan Rohingnya,
apakah benar benar karena murni
faktor agama atau karena faktor
lainnya?
Ada sisi agama dalam konflik ini,
namun juga ada ketegangan
antaretnis dan ekonomi.
Komunitas Rakhine merasa
terdiskriminasi secara budaya,
dieksploitasi secara ekonomi dan
terpinggirkan oleh pemerintah pusat
yang didominasi oleh etnis Burma.
Dalam situasi ini, etnis Rohingya,
oleh orang Rakhine dianggap sebagai
pesaing dalam perebutan sumber
daya, sehingga menimbulkan
ketegangan di negara bagian itu yang
kemudian memicu konflik dari dua
kelompok etnis tersebut.
Myanmar juga memiliki sejarah
panjang ketidakpercayaan antaretnis
yang dibiarkan ada, dan kadang
dieksploitasi, oleh militer.
Meski sering disebut tidak ada
hubungan langsung antara berbagai
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 45 MAN TAZAKKA
ketegangan kelompok masyarakat,
namun rasa tidak percaya anter-etnis
tersebut kini terbuka setelah ada
kebebasan.
Pengamat mengatakan bahwa
pemerintah tidak cukup melakukan
upaya mengatasi kekerasan dan
karenanya memunculkan risiko konflik
lanjutan.
Bagaimana cara memberi
bantuan ke pengungsi Rohingya?
Ada banyak cara yang bisa
dilakukan, dari mulai mengirimkan
makanan dan obat-obatan lewat
Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk
Myanmar (AKIM) yang diresmikan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi,
Kamis (31/08) lalu.
Aksi demonstrasi pun termasuk
bentuk memberikan bantuan, meski
tak semua orang menganggap ini
efektif.
Selain itu, sudah ada sekitar 12.000
pengungsi Rohingya di Indonesia
yang membutuhkan bantuan Anda.
Atau malah menjadi relawan anti-
hoax untuk tidak menyebarkan
berbagai foto menyesatkan di media
sosial.[]
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M44 MAN TAZAKKA
Pelapor khusus PBB soal hak asasi
manusia untuk Myanmar, Yanghee
Lee, sudah mengkritik pemimpin de
facto negara itu, Aung San Suu Kyi,
karena gagal melindungi minoritas
Muslim Rohingya.
Menurut Yanghee Lee, situasi di
Rakhine "sangat gawat" dan ini adalah
waktunya bagi Suu Kyi untuk "turun
tangan".
Sementara itu, berbagai lembaga
pemantau Hak Asasi manusia (HAM)
melanjutkan desakan agar pemerintah
Myanmar mengizinkan Tim Pencari
Fakta (TPF) yang dibentuk Dewan
HAM PBB untuk masuk dan
mengungkap kebenaran peristiwa
kekerasan di negara bagian Rakhine,
tempat tinggal umat sebagian besar
Muslim Rohingya.
TPF kasus Rohingya, yang dibentuk
Dewan HAM PBB pada Maret 2017,
sejauh ini belum mendapatkan izin
melakukan tugasnya ke Myanmar,
karena otoritas negara itu menolak
keberadaan tim tersebut.
Kenapa ASEAN tak ada respons
untuk mendamaikan atau mencari
solusi untuk mendamaikan?
Bagaimana pembahasan Rohingya
di forum resmi ASEAN?
ASEAN sejauh ini belum
mengeluarkan pernyataan apa pun
terkait krisis kemanusiaan di
Myanmar.
Bagaimana sikap Aung San Suu
Kyi sebagai pemenang Nobel
Perdamaian atas keberadaan etnis
Rohingya di Myanmar?
Aung San Suu Kyi, sebagai
pemimpin de facto Myanmar, telah
banyak dikecam karena tidak
mengeluarkan pernyataan atau
mengakui krisis yang terjadi di
Rakhine terhadap etnis minoritas
Rohingya.
Pelapor khusus PBB soal hak asasi
manusia untuk Myanmar Yanghee Lee
mengatakan bahwa Suu Kyi berada
dalam posisi yang sulit namun tetap
mengkritiknya karena tidak
mengecam kekerasan.
"Dia terperangkap antara batu dan
tempat yang keras, namun saya kira
saatnya baginya untuk ke luar dari
sana sekarang," kata Yanghee Lee.
Tokoh lain yang mengecam Suu
Kyi adalah peraih Nobel Perdamaian
lain, Malala Yousafzai, yang
mengatakan bahwa dia dan dunia
menunggu pernyataan dari Suu Kyi.
Konflik antara pemerintah
Myanmar dengan Rohingnya,
apakah benar benar karena murni
faktor agama atau karena faktor
lainnya?
Ada sisi agama dalam konflik ini,
namun juga ada ketegangan
antaretnis dan ekonomi.
Komunitas Rakhine merasa
terdiskriminasi secara budaya,
dieksploitasi secara ekonomi dan
terpinggirkan oleh pemerintah pusat
yang didominasi oleh etnis Burma.
Dalam situasi ini, etnis Rohingya,
oleh orang Rakhine dianggap sebagai
pesaing dalam perebutan sumber
daya, sehingga menimbulkan
ketegangan di negara bagian itu yang
kemudian memicu konflik dari dua
kelompok etnis tersebut.
Myanmar juga memiliki sejarah
panjang ketidakpercayaan antaretnis
yang dibiarkan ada, dan kadang
dieksploitasi, oleh militer.
Meski sering disebut tidak ada
hubungan langsung antara berbagai
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 45 MAN TAZAKKA
ketegangan kelompok masyarakat,
namun rasa tidak percaya anter-etnis
tersebut kini terbuka setelah ada
kebebasan.
Pengamat mengatakan bahwa
pemerintah tidak cukup melakukan
upaya mengatasi kekerasan dan
karenanya memunculkan risiko konflik
lanjutan.
Bagaimana cara memberi
bantuan ke pengungsi Rohingya?
Ada banyak cara yang bisa
dilakukan, dari mulai mengirimkan
makanan dan obat-obatan lewat
Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk
Myanmar (AKIM) yang diresmikan
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi,
Kamis (31/08) lalu.
Aksi demonstrasi pun termasuk
bentuk memberikan bantuan, meski
tak semua orang menganggap ini
efektif.
Selain itu, sudah ada sekitar 12.000
pengungsi Rohingya di Indonesia
yang membutuhkan bantuan Anda.
Atau malah menjadi relawan anti-
hoax untuk tidak menyebarkan
berbagai foto menyesatkan di media
sosial.[]
TELAAH UTAMA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M46
TELAAH UTAMA
Presiden Wadah Malaysia:
Muslim Rohingya Ahli Waris Arakhan
MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 47 MAN TAZAKKA
Presiden Wadah Pencerdasan
Umat Malaysia (Wadah),
Ahmad Azzam Abdul Rahman
(57), mengingatkan, umat Islam,
ormas, dan pemimpin serta aktivis
muslim, jangan terjebak pada agenda
di balik tragedi Rohingya.
Ditemui di Pusat Dakwah dan
Tarbiah Wadah ‘’Anjung Rahmat’’,
Selangor, Ahad (10/9/2017), aktivis
kawakan itu menuturkan, genocide
Rohingya dilakukan militer Myanmar
yang dikendalikan Israel.
"Israel melatih tentara Myanmar,
juga memasok persenjataannya. Apa
yang menimpa rakyat Rohingya itu
mirip yang dialami rakyat muslim
Palestina," papar mantan Presiden
Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM)
kelima (1997-2005).
Wirathu dan kelompoknya, lanjut
Azzam yang punya hubungan dengan
ulama dan pimpinan pejuang
Rohingya itu, adalah oknum Buddha
radikal yang dimainkan tentara.
"Aksi kelompok Wirathu ini
ditentang Buddha sedunia. Dia tidak
mewakili gerakan umat Buddha,"
tandas suami Puan Nur Azlina Aziz.
Karena itu, Islam jangan terpancing
untuk berkonflik dengan Buddha.
Azzam yang pernah menjadi Chief
of Executive Officer Global Peace
Mission (GPM) Malaysia, juga
mengingatkan agar eksodus Rohingya
jangan dibiarkan terus berlanjut.
"Sebab, orang Rohingya memang
hendak diusir habis dari bumi
Arakhan yang mengandung banyak
gas dan minyak bumi. Sumberdaya
alam ini dialirkan ke China," ungkap
Azzam, Timbalan Setiausaha Agung
Union of NGOs of the Islamic World
seksi Asia Pasifik (2015-2018).
Di saat yang sama, pengungsi
Rohingya juga jangan sampai "betah"
dengan kenyamanan hidup di
pelarian. "Mereka justru harus
kembali ke Tanah Air-nya."
Ahmad Azzam yang pernah
menjabat sebagai Exco of
Transparency International Malaysia
(2000-2004) mengusulkan, kaum
lelaki pengungsi Rohingya dibina
sebagai dai dan pejuang. Dididik
dengan ilmu agama, lifeskill, dan
dakwah, untuk kemudian dipulangkan
ke Arakhan. Mereka harus jadi agent
of change umatnya.
Orang Rohingya sudah mendiami
Arakhan sejak jaman Shahabat Nabi
Muhammad SAW. "Mereka harus jadi
ahli waris bumi Arakhan," tandas
Ahmad Azzam Abdul Rahman.[]
TELAAH UTAMA
Orang Rohingya
sudah mendiami
Arakhan sejak
jaman Shahabat
Nabi Muhammad
SAW. "Mereka
harus jadi ahli
waris bumi
Arakhan."
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M46
TELAAH UTAMA
Presiden Wadah Malaysia:
Muslim Rohingya Ahli Waris Arakhan
MAN TAZAKKA
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 47 MAN TAZAKKA
Presiden Wadah Pencerdasan
Umat Malaysia (Wadah),
Ahmad Azzam Abdul Rahman
(57), mengingatkan, umat Islam,
ormas, dan pemimpin serta aktivis
muslim, jangan terjebak pada agenda
di balik tragedi Rohingya.
Ditemui di Pusat Dakwah dan
Tarbiah Wadah ‘’Anjung Rahmat’’,
Selangor, Ahad (10/9/2017), aktivis
kawakan itu menuturkan, genocide
Rohingya dilakukan militer Myanmar
yang dikendalikan Israel.
"Israel melatih tentara Myanmar,
juga memasok persenjataannya. Apa
yang menimpa rakyat Rohingya itu
mirip yang dialami rakyat muslim
Palestina," papar mantan Presiden
Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM)
kelima (1997-2005).
Wirathu dan kelompoknya, lanjut
Azzam yang punya hubungan dengan
ulama dan pimpinan pejuang
Rohingya itu, adalah oknum Buddha
radikal yang dimainkan tentara.
"Aksi kelompok Wirathu ini
ditentang Buddha sedunia. Dia tidak
mewakili gerakan umat Buddha,"
tandas suami Puan Nur Azlina Aziz.
Karena itu, Islam jangan terpancing
untuk berkonflik dengan Buddha.
Azzam yang pernah menjadi Chief
of Executive Officer Global Peace
Mission (GPM) Malaysia, juga
mengingatkan agar eksodus Rohingya
jangan dibiarkan terus berlanjut.
"Sebab, orang Rohingya memang
hendak diusir habis dari bumi
Arakhan yang mengandung banyak
gas dan minyak bumi. Sumberdaya
alam ini dialirkan ke China," ungkap
Azzam, Timbalan Setiausaha Agung
Union of NGOs of the Islamic World
seksi Asia Pasifik (2015-2018).
Di saat yang sama, pengungsi
Rohingya juga jangan sampai "betah"
dengan kenyamanan hidup di
pelarian. "Mereka justru harus
kembali ke Tanah Air-nya."
Ahmad Azzam yang pernah
menjabat sebagai Exco of
Transparency International Malaysia
(2000-2004) mengusulkan, kaum
lelaki pengungsi Rohingya dibina
sebagai dai dan pejuang. Dididik
dengan ilmu agama, lifeskill, dan
dakwah, untuk kemudian dipulangkan
ke Arakhan. Mereka harus jadi agent
of change umatnya.
Orang Rohingya sudah mendiami
Arakhan sejak jaman Shahabat Nabi
Muhammad SAW. "Mereka harus jadi
ahli waris bumi Arakhan," tandas
Ahmad Azzam Abdul Rahman.[]
TELAAH UTAMA
Orang Rohingya
sudah mendiami
Arakhan sejak
jaman Shahabat
Nabi Muhammad
SAW. "Mereka
harus jadi ahli
waris bumi
Arakhan."
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M48 MAN TAZAKKA
emenangan adalah dambaan,
Kkemenangan adalah cita dan
asa, kemenangan adalah buah
pengorbanan dan perjuangan,
kemenangan pun merupakan gerbang
masa depan. Kita dikatakan sebagai
pemenang, bilamana kita berhasil
melepaskan berbagai ikatan yang
membelenggu jiwa dengan penuh
lapang untuk bisa menjalankan
aturan-aturan Alloh yang Maha
Rahman dan rasulNya sebagai suri
tauladan.
Meraih kemenangan tidak
semudah membalikkan telapak
tangan, melainkan perlu dukungan
ummatnya dengan personal-personal
militant yang memiliki: keyakinan
yang benar [al-'aqiedah as-
shahiehah], pemikiran yang selamat
[al-fikrah as-saliemah], amal yang
sungguh-sungguh [al-'amal al-jaahid]
dan moralitas yang luhur [al-akhlaaq
al-kariemah]. Terwujudnya
masyarakat yang tertib [mujtama'an
munazhzhaman], masyarakat yang
kuat [mujtama'an qawiyyan] dan
masyarakat yang aman, damai dan
sejahtera [mujtama'an salieman] tidak
dapat dilepaskan dari karakteristik itu.
Untuk meraih semua itu,
diperlukan tonggak-tonggak
penyangga [mu'ayyidaat] yang
menurut Syaikh Hassan bin Falah al-
Qahthani dalam "At-Tharieq ilan
Nahdhah al-Islaamiyyah" adalah
sebagai berikut:
1) Kaum Muslimien hendaknya
berpegang teguh [tamassuk] pada
akidah yang benar itu.
2) Kaum Muslimien siap dihukumi
dengan hukum yang ditetapkan
Alloh 'azza wa jalla.
3) Kaum Muslimien mau
menjalankan al-amru bil ma'ruuf
dan an-nahyu 'anil munkar.
4) Kaum Muslimien mampu
menyelaraskan ilmu dan amalnya.
5) Kaum Muslimien mampu
menegakkan jihad fie sabielillaah.
6) Kaum Muslimien bersikap antusias
dan bersegera [mubaadarah]
dalam menyambut perintah-
perintahNya.
7) Kaum Muslimien mampu
menanamkankan solidaritas
sesama Muslim lainnya [takaaful].
8) Kaum Muslimien mampu
menegakkan prinsip-prinsip
keadilan dan persamaan [al-'adlu
wal musaawaat] di tengah-tengah
ummat manusia.
Kemenangan demi kemenangan
[futuhaat] yang terjadi sepanjang
sejarah; ditaklukkannya Romawi yang
penyembah dewa [watsani, paganis]
dan Persia yang penyembah api
[majusi, zoroaster], dibebaskannya
Yerussalem dari penjajahan Salibis
Eropa dan dibukanya Konstantinopel
dari kekuasaan Romawi Timur
[Byzantium] menjadi bukti nyata yang
tak terbantahkan, bahwa semua itu
merupakan kemenangan akidah.
Dalam pengamatan Syaikh
Muhammad Jamiel Zeenu dalam
DAKWAH
Hakikat dan Kiat Memenangkan Dakwah
Oleh: HT Romly Qomaruddien MA- Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam [Komisi 'Aqidah]- Anggota Fatwa MIUMI [Perwakilan Jawa Barat]- Anggota Litbang Majelis Ormas Islam [MOI]- Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat- Ketua Bidang Kajian Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah Dewan Da'wah- Ketua Prodi KPI STAIPI-UBA Jakarta
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 49 MAN TAZAKKA
DAKWAH
"Taujiehul Muslimien ilaa Tharieqin
Nashri wat Tamkien", bahwa
kegemilangan itu merupakan buah
dari terpenuhinya syarat-syarat umum
yang melekat pada segenap aktivitas
gerakannya dan syarat-syarat khusus
yang menghiasi seluruh jiwa
aktivisnya. Adapun yang dimaksud
persyaratan umum gerakan adalah:
mengokohkan fase Tauhied
[marhalatut tauhied], mewujudkan
fase persaudaraan [marhalatul
ukhuwwah] dan menyusun strategi
terhadap berbagai kemungkinan yang
terjadi [marhalatul isti'daad].
Sedangkan persyaratan khusus terkait
dengan individu para aktivisnya, yaitu:
senantiasa bertakwa pada Alloh
[taqwallaah], berupaya meninggalkan
kemaksiatan [tarkul ma'aashi] dan
selalu memohon pertolongan pada
Alloh [al-isti'aanah billaah].
Persyaratan khusus inilah yang
pernah diwanti-wantikan Khalifah
'Umar bin Khathab r.a. dalam pidato
pelepasan pasukan pimpinan
shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash r.a.
sebelum menuju wilayah kekaisaran
Persia Raya.
Benar apa yang dipaparkan Syaikh
'Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani
dalam "As-Sabiel ilal 'Izz wat Tamkien"
ketika beliau menjelaskan 'ayat-ayat
kemenangan' [Qs. An-Nuur/24: 55-56
dan Qs. Ar-Ruum/30:47]. Menurutnya,
kemenangan hanya bisa diraih
dengan iman, kekuatan dan
ketakwaan yang meliputi di dalamnya
tauhied dan ittiba' kepada Rasulullah
shalallaahu 'alaihi wasallam.
Demikian pula pandangan para
ulama pendukung shahwah abad ini
[di antaranya Syaikh Muhammad
Shalih al-'Utsaimien dalam "As-
Shahwah al-Islaamiyyah; Dhawaabith
wa Taujiehaat" dan Syaikh Prof. Dr.
Yusuf al-Qaradhawy dalam "As-
Shahwah al-Islaamiyyah; Bainal
Muraahaqah ilar Rusydi"],
berdasarkan hadits shahabat Mu'adz
bin Jabal r.a. sewaktu ditugaskannya
ke negeri Yaman, di mana Nabi
bersabda: "Sesungguhnya engkau
akan berhadapan dengan kaum ahlul
kitab, maka yang pertama kali engkau
serukan kepada mereka, agar mereka
bertauhid kepada Alloh ..." [HR. Al-
Bukhari]. Walaupun pendekatannya
berbeda, namun para ulama ini
sepakat, bahwa 'dakwah Tauhied'
merupakan missi pokok para
pengemban risalah dakwah yang
wajib diprioritaskan.
Apalah artinya sebuah kebangkitan
[shahwah], manakala hampa dari
bimbingan ilmu [tarbiyah] dan
bimbingan kebersihan jiwa
[tashfiyah], juga amal nyata di
lapangan [maidaan, ma'rakah].
Semuanya bisa berjalin berkelindan,
seiring dan seirama menapak zaman
apabila orkestanya berjalan dengan
penuh seimbang [tawaazun].
Meminjam bahasa Syaikh Nashir
'Abdul Kariem al-'Aql: "Bermodalkan
semangat saja belumlah cukup,
apabila tanpa diiringi semangat
tafaqquh fied diin. Karena hakikatnya,
yang disebut kebangkitan Islam
adalah bangkitnya semangat menuju
Islam dan melakukan pembaharuan
berdasarkan syari'at yang benar".
Demikian beliau tuturkan dalam
kitabnya "Haajatus Shahwah ilal Fiqhi
fied Diin".
Selama masih ada keinginan untuk
melakukan ikhtiar, maka pasti Alloh
'azza wa jalla akan memberikan jalan
bimbinganNya.
"Walladziena jaahaduu fienaa
lanahdiyannahum subulanaa wa
innallaaha lama'al muhsinien; Dan
orang-orang yang benar-benar
berjuang di jalan Kami, pasti Kami
akan benar-benar tunjukkan jalan-
jalan Kami, dan Allah bersama orang-
orang yang berbuat baik" [Qs. Al-
'Ankabuut/29:69].
Semoga Rabbul 'Aalamin
memasukkan kita pada barisan orang-
orang yang berjuang di dalamnya.
Aamiin ... []
Apalah artinya sebuah kebangkitan
[shahwah], manakala hampa dari
bimbingan ilmu [tarbiyah] dan
bimbingan kebersihan jiwa [tashfiyah],
juga amal nyata di lapangan [maidaan,
ma'rakah]. Semuanya bisa berjalin
berkelindan, seiring dan seirama
menapak zaman apabila orkestanya
berjalan dengan penuh seimbang
[tawaazun].
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M48 MAN TAZAKKA
emenangan adalah dambaan,
Kkemenangan adalah cita dan
asa, kemenangan adalah buah
pengorbanan dan perjuangan,
kemenangan pun merupakan gerbang
masa depan. Kita dikatakan sebagai
pemenang, bilamana kita berhasil
melepaskan berbagai ikatan yang
membelenggu jiwa dengan penuh
lapang untuk bisa menjalankan
aturan-aturan Alloh yang Maha
Rahman dan rasulNya sebagai suri
tauladan.
Meraih kemenangan tidak
semudah membalikkan telapak
tangan, melainkan perlu dukungan
ummatnya dengan personal-personal
militant yang memiliki: keyakinan
yang benar [al-'aqiedah as-
shahiehah], pemikiran yang selamat
[al-fikrah as-saliemah], amal yang
sungguh-sungguh [al-'amal al-jaahid]
dan moralitas yang luhur [al-akhlaaq
al-kariemah]. Terwujudnya
masyarakat yang tertib [mujtama'an
munazhzhaman], masyarakat yang
kuat [mujtama'an qawiyyan] dan
masyarakat yang aman, damai dan
sejahtera [mujtama'an salieman] tidak
dapat dilepaskan dari karakteristik itu.
Untuk meraih semua itu,
diperlukan tonggak-tonggak
penyangga [mu'ayyidaat] yang
menurut Syaikh Hassan bin Falah al-
Qahthani dalam "At-Tharieq ilan
Nahdhah al-Islaamiyyah" adalah
sebagai berikut:
1) Kaum Muslimien hendaknya
berpegang teguh [tamassuk] pada
akidah yang benar itu.
2) Kaum Muslimien siap dihukumi
dengan hukum yang ditetapkan
Alloh 'azza wa jalla.
3) Kaum Muslimien mau
menjalankan al-amru bil ma'ruuf
dan an-nahyu 'anil munkar.
4) Kaum Muslimien mampu
menyelaraskan ilmu dan amalnya.
5) Kaum Muslimien mampu
menegakkan jihad fie sabielillaah.
6) Kaum Muslimien bersikap antusias
dan bersegera [mubaadarah]
dalam menyambut perintah-
perintahNya.
7) Kaum Muslimien mampu
menanamkankan solidaritas
sesama Muslim lainnya [takaaful].
8) Kaum Muslimien mampu
menegakkan prinsip-prinsip
keadilan dan persamaan [al-'adlu
wal musaawaat] di tengah-tengah
ummat manusia.
Kemenangan demi kemenangan
[futuhaat] yang terjadi sepanjang
sejarah; ditaklukkannya Romawi yang
penyembah dewa [watsani, paganis]
dan Persia yang penyembah api
[majusi, zoroaster], dibebaskannya
Yerussalem dari penjajahan Salibis
Eropa dan dibukanya Konstantinopel
dari kekuasaan Romawi Timur
[Byzantium] menjadi bukti nyata yang
tak terbantahkan, bahwa semua itu
merupakan kemenangan akidah.
Dalam pengamatan Syaikh
Muhammad Jamiel Zeenu dalam
DAKWAH
Hakikat dan Kiat Memenangkan Dakwah
Oleh: HT Romly Qomaruddien MA- Anggota Dewan Hisbah PP. Persatuan Islam [Komisi 'Aqidah]- Anggota Fatwa MIUMI [Perwakilan Jawa Barat]- Anggota Litbang Majelis Ormas Islam [MOI]- Wakil Sekretaris KDK MUI Pusat- Ketua Bidang Kajian Ghazwul Fikri dan Harakah Haddamah Dewan Da'wah- Ketua Prodi KPI STAIPI-UBA Jakarta
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 49 MAN TAZAKKA
DAKWAH
"Taujiehul Muslimien ilaa Tharieqin
Nashri wat Tamkien", bahwa
kegemilangan itu merupakan buah
dari terpenuhinya syarat-syarat umum
yang melekat pada segenap aktivitas
gerakannya dan syarat-syarat khusus
yang menghiasi seluruh jiwa
aktivisnya. Adapun yang dimaksud
persyaratan umum gerakan adalah:
mengokohkan fase Tauhied
[marhalatut tauhied], mewujudkan
fase persaudaraan [marhalatul
ukhuwwah] dan menyusun strategi
terhadap berbagai kemungkinan yang
terjadi [marhalatul isti'daad].
Sedangkan persyaratan khusus terkait
dengan individu para aktivisnya, yaitu:
senantiasa bertakwa pada Alloh
[taqwallaah], berupaya meninggalkan
kemaksiatan [tarkul ma'aashi] dan
selalu memohon pertolongan pada
Alloh [al-isti'aanah billaah].
Persyaratan khusus inilah yang
pernah diwanti-wantikan Khalifah
'Umar bin Khathab r.a. dalam pidato
pelepasan pasukan pimpinan
shahabat Sa'ad bin Abi Waqqash r.a.
sebelum menuju wilayah kekaisaran
Persia Raya.
Benar apa yang dipaparkan Syaikh
'Abdul Malik bin Ahmad Ramadhani
dalam "As-Sabiel ilal 'Izz wat Tamkien"
ketika beliau menjelaskan 'ayat-ayat
kemenangan' [Qs. An-Nuur/24: 55-56
dan Qs. Ar-Ruum/30:47]. Menurutnya,
kemenangan hanya bisa diraih
dengan iman, kekuatan dan
ketakwaan yang meliputi di dalamnya
tauhied dan ittiba' kepada Rasulullah
shalallaahu 'alaihi wasallam.
Demikian pula pandangan para
ulama pendukung shahwah abad ini
[di antaranya Syaikh Muhammad
Shalih al-'Utsaimien dalam "As-
Shahwah al-Islaamiyyah; Dhawaabith
wa Taujiehaat" dan Syaikh Prof. Dr.
Yusuf al-Qaradhawy dalam "As-
Shahwah al-Islaamiyyah; Bainal
Muraahaqah ilar Rusydi"],
berdasarkan hadits shahabat Mu'adz
bin Jabal r.a. sewaktu ditugaskannya
ke negeri Yaman, di mana Nabi
bersabda: "Sesungguhnya engkau
akan berhadapan dengan kaum ahlul
kitab, maka yang pertama kali engkau
serukan kepada mereka, agar mereka
bertauhid kepada Alloh ..." [HR. Al-
Bukhari]. Walaupun pendekatannya
berbeda, namun para ulama ini
sepakat, bahwa 'dakwah Tauhied'
merupakan missi pokok para
pengemban risalah dakwah yang
wajib diprioritaskan.
Apalah artinya sebuah kebangkitan
[shahwah], manakala hampa dari
bimbingan ilmu [tarbiyah] dan
bimbingan kebersihan jiwa
[tashfiyah], juga amal nyata di
lapangan [maidaan, ma'rakah].
Semuanya bisa berjalin berkelindan,
seiring dan seirama menapak zaman
apabila orkestanya berjalan dengan
penuh seimbang [tawaazun].
Meminjam bahasa Syaikh Nashir
'Abdul Kariem al-'Aql: "Bermodalkan
semangat saja belumlah cukup,
apabila tanpa diiringi semangat
tafaqquh fied diin. Karena hakikatnya,
yang disebut kebangkitan Islam
adalah bangkitnya semangat menuju
Islam dan melakukan pembaharuan
berdasarkan syari'at yang benar".
Demikian beliau tuturkan dalam
kitabnya "Haajatus Shahwah ilal Fiqhi
fied Diin".
Selama masih ada keinginan untuk
melakukan ikhtiar, maka pasti Alloh
'azza wa jalla akan memberikan jalan
bimbinganNya.
"Walladziena jaahaduu fienaa
lanahdiyannahum subulanaa wa
innallaaha lama'al muhsinien; Dan
orang-orang yang benar-benar
berjuang di jalan Kami, pasti Kami
akan benar-benar tunjukkan jalan-
jalan Kami, dan Allah bersama orang-
orang yang berbuat baik" [Qs. Al-
'Ankabuut/29:69].
Semoga Rabbul 'Aalamin
memasukkan kita pada barisan orang-
orang yang berjuang di dalamnya.
Aamiin ... []
Apalah artinya sebuah kebangkitan
[shahwah], manakala hampa dari
bimbingan ilmu [tarbiyah] dan
bimbingan kebersihan jiwa [tashfiyah],
juga amal nyata di lapangan [maidaan,
ma'rakah]. Semuanya bisa berjalin
berkelindan, seiring dan seirama
menapak zaman apabila orkestanya
berjalan dengan penuh seimbang
[tawaazun].
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
"Kenapa aku memilih jadi da'i?"
Pertama kali masuk kampus ini
(Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah
Mohammad Natsir), aku membawa
sebuah paradigma berpikir yg
sekuler dan pragmatis. Iya, aku
dan rekan-rekanku berpikir bahwa
kuliah itu "biar dapet kerjaan, trus
dapet duit, beli rumah, beli mobil,
trus bahagia deh."
Sangat pragmatis bukan?
Hahaha itulah potret diriku dan
beberapa rekanku di masa-masa
awal, yah barangkali temen-temen
sekalian juga berpikir begitu.
Pertama kali aku ikut
MASTAMA (Masa Ta'aruf
Mahasiswa)/OSPEK, salah seorang
dosen, sebut saja Dr. H. Imam
Zamroji, MA, bergumam, "Selamat
datang di fakultas yang paling
tidak diminati di negeri ini, selamat
datang di fakultas yang paling
tidak laku di negeri ini, selamat
datang di fakultas yang tidak
menjamin dunia, iya itulah fakultas
da'wah." Mendengar ucapan itu, aku
pun kaget sembari berbisik ke temen
yg duduk tepat di sampingku, "Akhi,
kayaknya kita salah masuk fakultas
nih."
Ekspektasiku pupus, kala itu aku
membayangkan akan sekeren
mahasiswa fakultas teknik, sehebat
mahasiswa fakultas kedokteran,
sekece mahasiswa fakultas hukum,
seluar biasa mahasiswa fakultas
ekonomi.
Hampir-hampir diriku pindah
kampus, tapi Allah menetapkan hatiku
untuk tetap berada di kampus ini,
salah satu sebabnya adalah
perkataan salah seorang dosen, ia
berkata, "Biarlah orang berlomba-
lomba mengejar dunia, biarlah
para sarjana dunia
membanggakan ijazahnya di
hadapan orang tua mereka, tapi
antum-punya nilai lebih dari
mereka, katakan kepada ibu dan
bapakmu di kampung, "Ayah, ibu,
maafkan aku yg tidak bisa
menjanjikan materi dan harta
kekayaan, tapi izinkan aku menjadi
seorang da'i, penerus risalah
da'wah para nabi dan rasul,
pengawal aqidah, penjaga sunnah,
agar kelak Allah menerangi kubur
kalian berdua lantaran kalian ridho
kami menjadi da'i yang kata orang,
"Gak punya masa depan itu", yang
jelas masa depan kita semua
adalah 2,5 x 1,5 meter di dalam
kubur." Ungkapnya mantap.
Seketika itu pula aku terkejut,
seolah baru bangun dari tidur
panjang. Tak terasa suasana menjadi
DAKWAH
Selamat Datang
di Fakultas yang Paling Tidak Laku
Oleh: Aly Ma'rouf H. Alb.
“Siapakah yang lebih
baik perkataannya
daripada orang yang
menyeru kepada
Allah, mengerjakan
amal yang saleh dan
berkata:
Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang
yang berserah diri?"
(Catatan Masa Ta’aruf Mahasiswa 4 tahun lalu)
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 51 MAN TAZAKKA
DAKWAH
hening, mungkin para
mahasiswa mulai sadar,
bahwa menjadi da'i
bukanlah pekerjaan yang
hina, bukanlah pekerjaan
yg "tidak bermasa depan",
karena masa depan kita
adalah akhirat.
Tidakkah kalian
bangga menjadi pewaris
para nabi dan rasul?
Rasulullah telah wafat,
khulafaa'ur Rasyidin telah
wafat, para Tabi'in dan
Tabi'ut Tabi'in telah wafat,
para ulama' dan imam
telah wafat, apakah lantas
kita berhenti berda'wah?
Jawabannya, "Zaman
terus berganti, tapi
da'wah tidak boleh
berhenti."
Ungkapan itu bagaikan
angin segar bagi hatiku yg
kala itu gundah gulana
lantaran ingin pindah ke
kampus lain yang lebih
"kece" (kata anak muda zaman
sekarang).
Aku menarik tangan rekanku,
"Akhi, kita gak salah tempat, inilah
tempat yg Allah pilihkan untuk kita,
kita datang dari jauh untuk ini
(menuntut ilmu agama),
mengamalkannya, dan
menda'wahkannya sampai Allah
katakan, "Waktunya pulang."
Sang dosen lalu membacakan ayat
da'wah yg menurutku sangat luar
biasa, adalah Surah Fushshilat : 33,
ومن أحسن قوال ممن دعا إىل الله وعمل صاحلا وقال
إنين من المسلمني
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh dan berkata:
Sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang berserah diri?"
Semangatku terbakar, Allah begitu
memuliakan para da'i dengan pujian
yg luar biasa. Bayangkan, Allah yg
memuji, seakan Allah berkata melalui
ayat ini, "Siapa yg lebih baik
perkataannya daripada para da'i?"
Tidak cukup sampai di situ, ayat-
ayat da'wah lainnya pun tak luput dari
nasihat, adalah Surah Ali Imran : 104,
"Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan ummat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung." (Ali Imran :
104).
Bayangkan, tidakkah kau bangga
menjadi orang yang beruntung?
Semenjak itu, aku pun mulai
bersemangat menuntut ilmu, tak ada
alasan bagiku untuk bermalas-
malasan, karena dengan da'wah-lah
Islam tegak di muka bumi ini.
Dr. Mohammad Natsir (Perdana
Menteri RI & Pendiri Dewan Da'wah
Islamiyah Indonesia): *"Selamatkan
Indonesia dengan da'wah"*
Terima kasih Allah, Kau telah
menunjukkan jalan yg tepat untukku,
jalan para nabi dan rasul, JALAN
DA'WAH.
"Ilmu agama bukan sampingan,
karena Allah juga bukan
‘’sampingan’’.
50
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
"Kenapa aku memilih jadi da'i?"
Pertama kali masuk kampus ini
(Sekolah Tinggi Ilmu Da'wah
Mohammad Natsir), aku membawa
sebuah paradigma berpikir yg
sekuler dan pragmatis. Iya, aku
dan rekan-rekanku berpikir bahwa
kuliah itu "biar dapet kerjaan, trus
dapet duit, beli rumah, beli mobil,
trus bahagia deh."
Sangat pragmatis bukan?
Hahaha itulah potret diriku dan
beberapa rekanku di masa-masa
awal, yah barangkali temen-temen
sekalian juga berpikir begitu.
Pertama kali aku ikut
MASTAMA (Masa Ta'aruf
Mahasiswa)/OSPEK, salah seorang
dosen, sebut saja Dr. H. Imam
Zamroji, MA, bergumam, "Selamat
datang di fakultas yang paling
tidak diminati di negeri ini, selamat
datang di fakultas yang paling
tidak laku di negeri ini, selamat
datang di fakultas yang tidak
menjamin dunia, iya itulah fakultas
da'wah." Mendengar ucapan itu, aku
pun kaget sembari berbisik ke temen
yg duduk tepat di sampingku, "Akhi,
kayaknya kita salah masuk fakultas
nih."
Ekspektasiku pupus, kala itu aku
membayangkan akan sekeren
mahasiswa fakultas teknik, sehebat
mahasiswa fakultas kedokteran,
sekece mahasiswa fakultas hukum,
seluar biasa mahasiswa fakultas
ekonomi.
Hampir-hampir diriku pindah
kampus, tapi Allah menetapkan hatiku
untuk tetap berada di kampus ini,
salah satu sebabnya adalah
perkataan salah seorang dosen, ia
berkata, "Biarlah orang berlomba-
lomba mengejar dunia, biarlah
para sarjana dunia
membanggakan ijazahnya di
hadapan orang tua mereka, tapi
antum-punya nilai lebih dari
mereka, katakan kepada ibu dan
bapakmu di kampung, "Ayah, ibu,
maafkan aku yg tidak bisa
menjanjikan materi dan harta
kekayaan, tapi izinkan aku menjadi
seorang da'i, penerus risalah
da'wah para nabi dan rasul,
pengawal aqidah, penjaga sunnah,
agar kelak Allah menerangi kubur
kalian berdua lantaran kalian ridho
kami menjadi da'i yang kata orang,
"Gak punya masa depan itu", yang
jelas masa depan kita semua
adalah 2,5 x 1,5 meter di dalam
kubur." Ungkapnya mantap.
Seketika itu pula aku terkejut,
seolah baru bangun dari tidur
panjang. Tak terasa suasana menjadi
DAKWAH
Selamat Datang
di Fakultas yang Paling Tidak Laku
Oleh: Aly Ma'rouf H. Alb.
“Siapakah yang lebih
baik perkataannya
daripada orang yang
menyeru kepada
Allah, mengerjakan
amal yang saleh dan
berkata:
Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang
yang berserah diri?"
(Catatan Masa Ta’aruf Mahasiswa 4 tahun lalu)
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 51 MAN TAZAKKA
DAKWAH
hening, mungkin para
mahasiswa mulai sadar,
bahwa menjadi da'i
bukanlah pekerjaan yang
hina, bukanlah pekerjaan
yg "tidak bermasa depan",
karena masa depan kita
adalah akhirat.
Tidakkah kalian
bangga menjadi pewaris
para nabi dan rasul?
Rasulullah telah wafat,
khulafaa'ur Rasyidin telah
wafat, para Tabi'in dan
Tabi'ut Tabi'in telah wafat,
para ulama' dan imam
telah wafat, apakah lantas
kita berhenti berda'wah?
Jawabannya, "Zaman
terus berganti, tapi
da'wah tidak boleh
berhenti."
Ungkapan itu bagaikan
angin segar bagi hatiku yg
kala itu gundah gulana
lantaran ingin pindah ke
kampus lain yang lebih
"kece" (kata anak muda zaman
sekarang).
Aku menarik tangan rekanku,
"Akhi, kita gak salah tempat, inilah
tempat yg Allah pilihkan untuk kita,
kita datang dari jauh untuk ini
(menuntut ilmu agama),
mengamalkannya, dan
menda'wahkannya sampai Allah
katakan, "Waktunya pulang."
Sang dosen lalu membacakan ayat
da'wah yg menurutku sangat luar
biasa, adalah Surah Fushshilat : 33,
ومن أحسن قوال ممن دعا إىل الله وعمل صاحلا وقال
إنين من المسلمني
“Siapakah yang lebih baik
perkataannya daripada orang yang
menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang saleh dan berkata:
Sesungguhnya aku termasuk orang-
orang yang berserah diri?"
Semangatku terbakar, Allah begitu
memuliakan para da'i dengan pujian
yg luar biasa. Bayangkan, Allah yg
memuji, seakan Allah berkata melalui
ayat ini, "Siapa yg lebih baik
perkataannya daripada para da'i?"
Tidak cukup sampai di situ, ayat-
ayat da'wah lainnya pun tak luput dari
nasihat, adalah Surah Ali Imran : 104,
"Dan hendaklah ada di antara
kamu segolongan ummat yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma'ruf dan mencegah
dari yang munkar; merekalah orang-
orang yang beruntung." (Ali Imran :
104).
Bayangkan, tidakkah kau bangga
menjadi orang yang beruntung?
Semenjak itu, aku pun mulai
bersemangat menuntut ilmu, tak ada
alasan bagiku untuk bermalas-
malasan, karena dengan da'wah-lah
Islam tegak di muka bumi ini.
Dr. Mohammad Natsir (Perdana
Menteri RI & Pendiri Dewan Da'wah
Islamiyah Indonesia): *"Selamatkan
Indonesia dengan da'wah"*
Terima kasih Allah, Kau telah
menunjukkan jalan yg tepat untukku,
jalan para nabi dan rasul, JALAN
DA'WAH.
"Ilmu agama bukan sampingan,
karena Allah juga bukan
‘’sampingan’’.
50
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
52 EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 53 MAN TAZAKKA
DAKWAH
STID Mohammad Natsir
dan Dakwah Pedalaman
Oleh: Ismail Siddiq Zamroji, Remaja Masjid Nourah Abdurrahman Pusdiklat dan Muslimat Center Cipayung.
DAKWAH
komunikasi yang juga di
ajarkan. Memang berbeda
dari kampus-kampus Timur
tengah seperti LIPIA, dan
Universitas Timur Tengah
lainya, yang lebih mendalami
ilmu syar'i secara mendalam
dari berbagai macam cabang
ilmu-ilmunya. Kampus
dakwah M. Natsir ini memang
tidak terlalu dalam, baik
mempelajari, mengkaji,
menelaah ilmu syar'i. Akan
tetapi cukup dengan dasarnya
yang utama dan lebih kepada
cara menyampaikannya, how
to present.
Di sini mereka juga diajari
ilmu dan skill pengembangan
masyarakat Islam atau yang
biasa di singkat PMI, yang
kebetulan prodi ini baru
didirikan menemani prodi KPI
yang sudah lebih dulu ada.
Karena ilmu dan skill ini akan
bermanfaat untuk dakwah
mereka di masyarakat. Jadi
mereka tidak hanya
mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman saja tapi juga
mengajarkan kepada
masyarakat khususnya
pedalaman skill bertani,
bercocok tanam dll. Jadi institusi
kampus M. Natsir ini berkerjasama
dengan pemerintah daerah, dan para
profesional di bidangnya
mengembangkan potensi daerah
sambil mereka juga berdakwah
menyebarkan cahaya kebenaran.
Dampaknya cukup di rasakan
positif oleh masyarakat pedalaman,
selain mereka jadi faham dan
mengerti ilmu-ilmu keislaman, mereka
juga jadi punya kemampuan untuk
mengembangkan potensi di
daerahnya.
Yang postif juga dari para
mahasiswa M. Natsir ini, mereka
punya mental pejuang, berani
menghadapi rintangan, siap di kirim
kemanapun sedalam apapun daerah
pelosok nusantara yang tersebar di
ribuan pulai di Indonesia.
Dari apa yang menjadi kekhasan
ini, rasanya kampus dakwah M. Natsir
ini lebih cocok memfokuskan pada
jurusan pengembangan masyarakat
Islamnya. Tetapi juga harus tetap
punya prodi komunikasi penyiaran
islam, karena prodi ini cukup punya
dampak juga untuk dakwah yg lebih
kreatif dan inovatif tidak hanya
melalui mimbar saja tapi juga lewat,
media elektronik (online), media
cetak, media sosial, televisi, radio,
design dakwah visual. Istilah
komunikasi penyiaran ini perlu juga
dimaksimalkan dengan
memanfaatkan New Media atau
media baru, selain penguatan skill
dakwah dan ilmu-ilmu syariahnya,
apabila keduanya berjalan beriringan
InsyaAllah dakwah akan efektif,
menarik dan maksimal
penyebarannya yang tidak di batasi
oleh jarak, ruang, dan waktu.[]
Kampus dakwah yang
merupakan pengembangan
dari LPDI (Lembaga Pendidikan
Dakwah Islam) yang didirikan dan
dikelola oleh Dewan Dakwah ini
cukup dikenal dengan kekhasanya
yaitu dakwah pedalaman. Masyarakat
daerah, khususnya masyarakat
pedalaman, banyak yang sudah
merasakan sentuhan dakwah dari
para da'i yang di kirim dari kalangan
mahasiswa STID Mohammmad Natsir
ini.
Mereka merasakan dampak luar
biasa pada kehidupan beragama
mereka, semua itu berkat taufiq dari
Allah Subhanahu wata'ala kemudian
dengan dakwah dari para mahasiswa
M.Natsir ini. Dari yang tadinya belum
lancar/bisa membaca Al qur'an jadi
bisa membaca Al-qur'an dengan baik
dan benar, dari yang tadinya tidak
bisa berwudhu dan shalat dengan
benar, jadi bisa melakukan dengan
benar. Masyarakat pedalaman yang
tadinya kering dari siraman agama,
jadi subur dengan dakwah para da'i
ini, mereka mendapatkan sesuatu
yang luar biasa yang merubah
kehidupan beragama mereka. Apalagi
daerah mereka yang tadinya jarang
tersentuh dakwah karena berada di
pelosok nusantara sekarang sudah
bisa merasakan dakwahnya dari para
anak muda ini.
STID M. Natsir memang cukup
konsisten dengan komitmen
dakwahnya. Mereka berbeda dengan
Prodi komunikasi penyiaran islam
pada umumnya, yang dalam tanda
kutip "belum punya kekhasan" dan
belum jelas apa yang mau di
tonjolkan, ilmu agamanya setengah-
setengah begitu juga ilmu komunikasi
nya, dari keduanya belum ada yang
menonjol, dan belum memperlihatkan
apa yang menjadi keunggulan dan
kekhasanya.
Kampus dakwah STID M. Natsir ini
terlihat ada kekhasanya dengan
dakwah pedalaman. Mereka cukup
menonjolkan skill dakwah dan skill
mengembangkan masyarakat islam.
Berbeda dengan jurusan komunikasi
penyiaran islam pada umumnya yang
lebih menekankan pada aspek skill
penyiarannya saja, dan belum
memperhatikan skill dakwah ini.
Jika memperhatikan kurikulum
STID M. Natsir ini, cukup ditekankan
pada aspek diniyyah, skill dakwah,
selain skill komunikasi dan ilmu
Kampus dakwah
STID M. Natsir ini
terlihat ada
kekhasanya dengan
dakwah pedalaman.
Mereka cukup
menonjolkan skill
dakwah dan skill
mengembangkan
masyarakat islam.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M
MAN TAZAKKA
52 EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 53 MAN TAZAKKA
DAKWAH
STID Mohammad Natsir
dan Dakwah Pedalaman
Oleh: Ismail Siddiq Zamroji, Remaja Masjid Nourah Abdurrahman Pusdiklat dan Muslimat Center Cipayung.
DAKWAH
komunikasi yang juga di
ajarkan. Memang berbeda
dari kampus-kampus Timur
tengah seperti LIPIA, dan
Universitas Timur Tengah
lainya, yang lebih mendalami
ilmu syar'i secara mendalam
dari berbagai macam cabang
ilmu-ilmunya. Kampus
dakwah M. Natsir ini memang
tidak terlalu dalam, baik
mempelajari, mengkaji,
menelaah ilmu syar'i. Akan
tetapi cukup dengan dasarnya
yang utama dan lebih kepada
cara menyampaikannya, how
to present.
Di sini mereka juga diajari
ilmu dan skill pengembangan
masyarakat Islam atau yang
biasa di singkat PMI, yang
kebetulan prodi ini baru
didirikan menemani prodi KPI
yang sudah lebih dulu ada.
Karena ilmu dan skill ini akan
bermanfaat untuk dakwah
mereka di masyarakat. Jadi
mereka tidak hanya
mengajarkan ilmu-ilmu
keislaman saja tapi juga
mengajarkan kepada
masyarakat khususnya
pedalaman skill bertani,
bercocok tanam dll. Jadi institusi
kampus M. Natsir ini berkerjasama
dengan pemerintah daerah, dan para
profesional di bidangnya
mengembangkan potensi daerah
sambil mereka juga berdakwah
menyebarkan cahaya kebenaran.
Dampaknya cukup di rasakan
positif oleh masyarakat pedalaman,
selain mereka jadi faham dan
mengerti ilmu-ilmu keislaman, mereka
juga jadi punya kemampuan untuk
mengembangkan potensi di
daerahnya.
Yang postif juga dari para
mahasiswa M. Natsir ini, mereka
punya mental pejuang, berani
menghadapi rintangan, siap di kirim
kemanapun sedalam apapun daerah
pelosok nusantara yang tersebar di
ribuan pulai di Indonesia.
Dari apa yang menjadi kekhasan
ini, rasanya kampus dakwah M. Natsir
ini lebih cocok memfokuskan pada
jurusan pengembangan masyarakat
Islamnya. Tetapi juga harus tetap
punya prodi komunikasi penyiaran
islam, karena prodi ini cukup punya
dampak juga untuk dakwah yg lebih
kreatif dan inovatif tidak hanya
melalui mimbar saja tapi juga lewat,
media elektronik (online), media
cetak, media sosial, televisi, radio,
design dakwah visual. Istilah
komunikasi penyiaran ini perlu juga
dimaksimalkan dengan
memanfaatkan New Media atau
media baru, selain penguatan skill
dakwah dan ilmu-ilmu syariahnya,
apabila keduanya berjalan beriringan
InsyaAllah dakwah akan efektif,
menarik dan maksimal
penyebarannya yang tidak di batasi
oleh jarak, ruang, dan waktu.[]
Kampus dakwah yang
merupakan pengembangan
dari LPDI (Lembaga Pendidikan
Dakwah Islam) yang didirikan dan
dikelola oleh Dewan Dakwah ini
cukup dikenal dengan kekhasanya
yaitu dakwah pedalaman. Masyarakat
daerah, khususnya masyarakat
pedalaman, banyak yang sudah
merasakan sentuhan dakwah dari
para da'i yang di kirim dari kalangan
mahasiswa STID Mohammmad Natsir
ini.
Mereka merasakan dampak luar
biasa pada kehidupan beragama
mereka, semua itu berkat taufiq dari
Allah Subhanahu wata'ala kemudian
dengan dakwah dari para mahasiswa
M.Natsir ini. Dari yang tadinya belum
lancar/bisa membaca Al qur'an jadi
bisa membaca Al-qur'an dengan baik
dan benar, dari yang tadinya tidak
bisa berwudhu dan shalat dengan
benar, jadi bisa melakukan dengan
benar. Masyarakat pedalaman yang
tadinya kering dari siraman agama,
jadi subur dengan dakwah para da'i
ini, mereka mendapatkan sesuatu
yang luar biasa yang merubah
kehidupan beragama mereka. Apalagi
daerah mereka yang tadinya jarang
tersentuh dakwah karena berada di
pelosok nusantara sekarang sudah
bisa merasakan dakwahnya dari para
anak muda ini.
STID M. Natsir memang cukup
konsisten dengan komitmen
dakwahnya. Mereka berbeda dengan
Prodi komunikasi penyiaran islam
pada umumnya, yang dalam tanda
kutip "belum punya kekhasan" dan
belum jelas apa yang mau di
tonjolkan, ilmu agamanya setengah-
setengah begitu juga ilmu komunikasi
nya, dari keduanya belum ada yang
menonjol, dan belum memperlihatkan
apa yang menjadi keunggulan dan
kekhasanya.
Kampus dakwah STID M. Natsir ini
terlihat ada kekhasanya dengan
dakwah pedalaman. Mereka cukup
menonjolkan skill dakwah dan skill
mengembangkan masyarakat islam.
Berbeda dengan jurusan komunikasi
penyiaran islam pada umumnya yang
lebih menekankan pada aspek skill
penyiarannya saja, dan belum
memperhatikan skill dakwah ini.
Jika memperhatikan kurikulum
STID M. Natsir ini, cukup ditekankan
pada aspek diniyyah, skill dakwah,
selain skill komunikasi dan ilmu
Kampus dakwah
STID M. Natsir ini
terlihat ada
kekhasanya dengan
dakwah pedalaman.
Mereka cukup
menonjolkan skill
dakwah dan skill
mengembangkan
masyarakat islam.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M54 MAN TAZAKKA
alam suatu acara bincang-
Dbincang di Masjid Al-Furqan,
di Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia (Dewan Dakwah) Jakarta,
Mohammad Natsir pernah ditanya
apakah ia sudah mempersiapkan
generasi penggantinya sebagai
pemimpin.
Pertanyaan itu kedengaran seperti
menghujat. Sebab Natsir dan kawan-
kawan, sesama mantan aktifis Partai
Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) yang berkumpul dalam
kegiatan dakwah di Dewan Dakwah,
memang tidak mempersiapkan
regenerasi secara khusus.
Tetapi seperti biasa, Natsir
mengawali jawabannya dengan
melemparkan senyum yang ramah. Ia
berpikir secara matang tentang apa
yang akan diucapkan. Intonasi
suaranya datar, tidak meledak-ledak
seperti seorang orator, tetapi setiap
kata yang keluar dari mulutnya
adalah kata-kata pilihan.
Hal itu dikemukakannya di depan
jama’ah yang terdiri dari para aktifis
mahasiswa dan jama’ah lainnya di
masjid Al-Furqan, termasuk para
mantan pimpinan teras Partai
Masyumi, seperti Sjafruddin
Prawiranegara, Mr. Moh. Roem, Dr.
Anwar Haryono, HM. Yunan Nasution
(semuanya sudah almarhum), yang
memang selalu hadir dalam setiap
bincang-bincang seperti itu.
Dengan mantap Natsir
menjelaskan pandangannya tentang
regenerasi kepemimpinan itu satu
persatu. Di antaranya, regenerasi
kepemimpinan itu tidak perlu
dipersiapkan secara khusus. Generasi
pemimpin itu akan lahir dengan
sendirinya dari alam, ditempa sendiri
oleh pengalaman. Generasi yang
dipersiapkan pun belum tentu jadi.
Tetapi batu hitam yang terbenam
lumpur berbilang tahun di ujung
negeri bisa muncul sebagai mutiara
yang indah. Begitulah kira-kira
jawaban Natsir yang membuat para
jama’ah terkesima.
Penulis yang pernah bekerja
bersama Natsir tidak kurang 10 tahun
Cara Natsir Berpolitik Pakai Nurani dan EtikaOleh: Nasmay Lofita Anas, eks Pimred Media Dakwah
PAK NATSIR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 55 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
dalam keredaksian majalah Media
Dakwah yang diterbitkan Dewan
Dakwah Pusat seakan masih dapat
membayangkan mimik tokoh yang
bijak itu ketika menjawab pertanyaan
di atas. Begitu lugas, begitu terang
benderang.
Di balik jawaban itu, sebenarnya
orang sudah memahami bahwa
sejumlah nama sudah banyak disebut
sebagai Natsir-Natsir muda. Sebut
saja misalnya Dr. Nurcholis Majid
(alm), Prof. Dr. HM. Amien Rais
MA, Dr. Yusril Ihza Mahendra dan
bahkan politisi kondang yang juga
mantan Menteri Keuangan negara
jiran Malaysia, Anwar Ibrahim.
Mereka ini meskipun bisa jadi
terpengaruh oleh pemikiran-
pemikiran Natsir, tapi muncul
secara terpisah dari tempat
asalnya, dengan sosok dan
kepribadian masing-masing pula,
tanpa seorang pun
mempersiapkan kemunculan
mereka.
Karena itu, tentu banyak orang
bertanya, bagaimana
sesungguhnya pandangan
mantan Perdana Menteri RI itu
tentang kepemimpinan negara.
Sebagai tokoh yang gigih
memperjuangkan Islam sebagai
dasar negara, Natsir tentu saja
mendasari pandangannya tentang
leadership pada ajaran Islam. Di
matanya, leadership itu adalah
memimpin dengan nurani, dengan
tujuan untuk membuat orang yang
dipimpin itu sejahtera.
Menurut Natsir, alasannya adalah
bahwa kepemimpinan itu bukan
hanya menyangkut hubungan
pemimpin dengan yang dipimpin
atau sekadar muamalah di antara
sesama manusia, tapi juga
menyangkut kepatuhan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Sebab Tuhan sudah memberikan
aturan yang jelas bagaimana
mestinya seseorang dalam
memimpin. Dan salah satu pegangan
yang tidak boleh tidak bagi Natsir
adalah firman Tuhan, yang artinya:
“Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia
melainkan untuk mengabdi kepada-
Ku.” (Qur’an 51: 56).
Dengan demikian ketika menjalani
hidupnya, seorang anak manusia
sudah dilengkapi dengan tujuan
sekaligus aturan yang jelas.
Tujuannya adalah untuk menjadi
hamba Allah.
Strategi untuk mencapai tujuan itu
adalah mengikuti aturan yang sudah
dibuatkan oleh Yang Maha Kuasa itu
sendiri. Karenanya, kepemimpinan
bagi Natsir adalah juga soal
menegakkan aturan.
Patokannya ada dua: Pertama,
aturan untuk dirinya sendiri sebagai
seorang pemimpin. Kedua, aturan
untuk orang yang dia pimpin.
Dengan mengikuti aturan itu,
diyakini bahwa mereka akan selamat
menempuh perjalanan di dunia
maupun di akhirat. Itulah tujuan
hidup yang paling hakiki. Pemimpin
dan yang dipimpin sama-sama
mengejar tujuan hidup yang sama.
Dalam pandangan Natsir, betapa
pun besar kedudukan dan jabatan
seseorang, pada akhirnya dia tidak
ubahnya seperti sebutir debu
yang dengan mudah bisa tertiup
angin dan lenyap.
Karena itu, dia harus berusaha
mencapai tujuan hidupnya yaitu
untuk menjadi hamba Allah.
Itulah cita-cita hidup seorang
muslim, tidak peduli apa pun
pangkat dan jabatannya.
Untuk mencapai predikat
“hamba Allah” tersebut, maka
manusia harus hidup sesuai
aturan yang diberikan Allah
kepadanya. Dengan bahasanya
sendiri, Natsir menjelaskan dalam
kumpulan tulisan yang terkenal,
Capita Selecta sebagai berikut:
“Aturan atau cara kita berlaku
berhubungan dengan Tuhan yang
menjadikan kita, dan cara kita
yang berlaku berhubungan
dengan sesama manusia.”
“Di antara aturan-aturan yang
berhubungan dengan muamalah
sesama makhluk itu, ada garis-garis
besar tentang perilaku seseorang
terhadap masyarakat serta hak dan
kewajiban masyarakat terhadap diri
seseorang. Yang akhir ini tak lebih tak
kurang, ialah yang dinamakan orang
sekarang dengan urusan
kenegaraan.” (Muhammad Natsir,
Capita Selekta, halaman 436).
Menggali pandangan Natsir
tentang leadership, kalau diibaratkan
Sebagai tokoh yang gigih
memperjuangkan Islam
sebagai dasar negara,
Natsir tentu saja
mendasari pandangannya
tentang leadership pada
ajaran Islam. Di matanya,
leadership itu adalah
memimpin dengan nurani,
dengan tujuan untuk
membuat orang yang
dipimpin itu sejahtera.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M54 MAN TAZAKKA
alam suatu acara bincang-
Dbincang di Masjid Al-Furqan,
di Dewan Dakwah Islamiyah
Indonesia (Dewan Dakwah) Jakarta,
Mohammad Natsir pernah ditanya
apakah ia sudah mempersiapkan
generasi penggantinya sebagai
pemimpin.
Pertanyaan itu kedengaran seperti
menghujat. Sebab Natsir dan kawan-
kawan, sesama mantan aktifis Partai
Majelis Syuro Muslimin Indonesia
(Masyumi) yang berkumpul dalam
kegiatan dakwah di Dewan Dakwah,
memang tidak mempersiapkan
regenerasi secara khusus.
Tetapi seperti biasa, Natsir
mengawali jawabannya dengan
melemparkan senyum yang ramah. Ia
berpikir secara matang tentang apa
yang akan diucapkan. Intonasi
suaranya datar, tidak meledak-ledak
seperti seorang orator, tetapi setiap
kata yang keluar dari mulutnya
adalah kata-kata pilihan.
Hal itu dikemukakannya di depan
jama’ah yang terdiri dari para aktifis
mahasiswa dan jama’ah lainnya di
masjid Al-Furqan, termasuk para
mantan pimpinan teras Partai
Masyumi, seperti Sjafruddin
Prawiranegara, Mr. Moh. Roem, Dr.
Anwar Haryono, HM. Yunan Nasution
(semuanya sudah almarhum), yang
memang selalu hadir dalam setiap
bincang-bincang seperti itu.
Dengan mantap Natsir
menjelaskan pandangannya tentang
regenerasi kepemimpinan itu satu
persatu. Di antaranya, regenerasi
kepemimpinan itu tidak perlu
dipersiapkan secara khusus. Generasi
pemimpin itu akan lahir dengan
sendirinya dari alam, ditempa sendiri
oleh pengalaman. Generasi yang
dipersiapkan pun belum tentu jadi.
Tetapi batu hitam yang terbenam
lumpur berbilang tahun di ujung
negeri bisa muncul sebagai mutiara
yang indah. Begitulah kira-kira
jawaban Natsir yang membuat para
jama’ah terkesima.
Penulis yang pernah bekerja
bersama Natsir tidak kurang 10 tahun
Cara Natsir Berpolitik Pakai Nurani dan EtikaOleh: Nasmay Lofita Anas, eks Pimred Media Dakwah
PAK NATSIR
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 55 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
dalam keredaksian majalah Media
Dakwah yang diterbitkan Dewan
Dakwah Pusat seakan masih dapat
membayangkan mimik tokoh yang
bijak itu ketika menjawab pertanyaan
di atas. Begitu lugas, begitu terang
benderang.
Di balik jawaban itu, sebenarnya
orang sudah memahami bahwa
sejumlah nama sudah banyak disebut
sebagai Natsir-Natsir muda. Sebut
saja misalnya Dr. Nurcholis Majid
(alm), Prof. Dr. HM. Amien Rais
MA, Dr. Yusril Ihza Mahendra dan
bahkan politisi kondang yang juga
mantan Menteri Keuangan negara
jiran Malaysia, Anwar Ibrahim.
Mereka ini meskipun bisa jadi
terpengaruh oleh pemikiran-
pemikiran Natsir, tapi muncul
secara terpisah dari tempat
asalnya, dengan sosok dan
kepribadian masing-masing pula,
tanpa seorang pun
mempersiapkan kemunculan
mereka.
Karena itu, tentu banyak orang
bertanya, bagaimana
sesungguhnya pandangan
mantan Perdana Menteri RI itu
tentang kepemimpinan negara.
Sebagai tokoh yang gigih
memperjuangkan Islam sebagai
dasar negara, Natsir tentu saja
mendasari pandangannya tentang
leadership pada ajaran Islam. Di
matanya, leadership itu adalah
memimpin dengan nurani, dengan
tujuan untuk membuat orang yang
dipimpin itu sejahtera.
Menurut Natsir, alasannya adalah
bahwa kepemimpinan itu bukan
hanya menyangkut hubungan
pemimpin dengan yang dipimpin
atau sekadar muamalah di antara
sesama manusia, tapi juga
menyangkut kepatuhan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
Sebab Tuhan sudah memberikan
aturan yang jelas bagaimana
mestinya seseorang dalam
memimpin. Dan salah satu pegangan
yang tidak boleh tidak bagi Natsir
adalah firman Tuhan, yang artinya:
“Tidaklah Aku jadikan jin dan manusia
melainkan untuk mengabdi kepada-
Ku.” (Qur’an 51: 56).
Dengan demikian ketika menjalani
hidupnya, seorang anak manusia
sudah dilengkapi dengan tujuan
sekaligus aturan yang jelas.
Tujuannya adalah untuk menjadi
hamba Allah.
Strategi untuk mencapai tujuan itu
adalah mengikuti aturan yang sudah
dibuatkan oleh Yang Maha Kuasa itu
sendiri. Karenanya, kepemimpinan
bagi Natsir adalah juga soal
menegakkan aturan.
Patokannya ada dua: Pertama,
aturan untuk dirinya sendiri sebagai
seorang pemimpin. Kedua, aturan
untuk orang yang dia pimpin.
Dengan mengikuti aturan itu,
diyakini bahwa mereka akan selamat
menempuh perjalanan di dunia
maupun di akhirat. Itulah tujuan
hidup yang paling hakiki. Pemimpin
dan yang dipimpin sama-sama
mengejar tujuan hidup yang sama.
Dalam pandangan Natsir, betapa
pun besar kedudukan dan jabatan
seseorang, pada akhirnya dia tidak
ubahnya seperti sebutir debu
yang dengan mudah bisa tertiup
angin dan lenyap.
Karena itu, dia harus berusaha
mencapai tujuan hidupnya yaitu
untuk menjadi hamba Allah.
Itulah cita-cita hidup seorang
muslim, tidak peduli apa pun
pangkat dan jabatannya.
Untuk mencapai predikat
“hamba Allah” tersebut, maka
manusia harus hidup sesuai
aturan yang diberikan Allah
kepadanya. Dengan bahasanya
sendiri, Natsir menjelaskan dalam
kumpulan tulisan yang terkenal,
Capita Selecta sebagai berikut:
“Aturan atau cara kita berlaku
berhubungan dengan Tuhan yang
menjadikan kita, dan cara kita
yang berlaku berhubungan
dengan sesama manusia.”
“Di antara aturan-aturan yang
berhubungan dengan muamalah
sesama makhluk itu, ada garis-garis
besar tentang perilaku seseorang
terhadap masyarakat serta hak dan
kewajiban masyarakat terhadap diri
seseorang. Yang akhir ini tak lebih tak
kurang, ialah yang dinamakan orang
sekarang dengan urusan
kenegaraan.” (Muhammad Natsir,
Capita Selekta, halaman 436).
Menggali pandangan Natsir
tentang leadership, kalau diibaratkan
Sebagai tokoh yang gigih
memperjuangkan Islam
sebagai dasar negara,
Natsir tentu saja
mendasari pandangannya
tentang leadership pada
ajaran Islam. Di matanya,
leadership itu adalah
memimpin dengan nurani,
dengan tujuan untuk
membuat orang yang
dipimpin itu sejahtera.
sebuah organisasi, seorang presiden
itu adalah ketua organisasi dari
kumpulan orang yang bernaung di
dalam sebuah negara.
Karena itu, seorang Presiden harus
mampu menetapkan aturan yang
mesti dijalankan semua anggota
organisasi pemerintahan. Kepatuhan
terhadap aturan yang sudah dibuat
harus dimulai dari dirinya sendiri.
Lalu sebagai pemimpin dia yang
menyiapkan road map, yang
mencakup peta tujuan didirikannya
organisasi, jalan yang akan ditempuh,
perkiraan rintangan yang akan
dihadapi serta cara mengatasi setiap
rintangan. Terakhir, dialah yang
menjadi jurumudi ke mana seluruh
penumpang akan dia bawa.
Negara Bukan Tujuan Akhir
Meski demikian, Natsir
menegaskan bahwa negara bukanlah
tujuan akhir dari kepemimpinan suatu
bangsa. Negara hanyalah alat untuk
merealisasikan aturan-aturan yang
telah dibuat.
Kalau kaitannya dengan negara
Islam, maka aturan yang mesti
dipatuhi adalah aturan yang telah
ditetapkan Tuhan untuk kebahagiaan
seluruh umat manusia.
Seorang pemimpin muslim tidak
bisa berpaling dari itu, karena tujuan
akhir dari hidupnya adalah seperti
yang telah ditetapkan Tuhan, yaitu,
untuk mengabdi kepada-Nya.
Menurut mantan Menteri
Penerangan pertama RI itu, aturan-
aturan yang telah ditetapkan Tuhan
itu begitu banyak dan lengkap. Di
antaranya adalah kewajiban belajar,
kewajiban zakat, pemberantasan
perzinaan, dan lain-lain, yang
semuanya perlu dijalankan dengan
adanya kekuasaan negara. Semua
tidak ada artinya manakala tidak ada
leadership yang tegas dalam negara.
Negara di sini berfungsi sebagai
alat untuk mencapai tujuan
“kesempurnaan berlakunya undang-
undang Ilahi, baik yang berkenaan
dengan kehidupan manusia sendiri
(sebagai individu) ataupun sebagai
anggota masyarakat dalam tatanan
sebuah negara,” tulis Natsir.
“Di zaman onta, sebagaimana
yang munasabah dengan masa itu
dan negara di zaman kapal terbang,
sebagaimana yang munasabah
dengan zaman kapal terbang pula.
Tentang ada negara yang teratur dan
ada yang kurang teratur, adalah soal
biasa. Tapi bagaimanapun juga,
kedua-duanya adalah negara.
Dengan atau tidak dengan Islam.”
Demikian gagasan Natsir yang
teruang dalam kumpulan tulisannya
yang terkenal itu.
Sekali lagi, bagi Natsir, negara itu
bukan tujuan. Tapi alat untuk
mencapai kebahagiaan yang
digariskan Tuhan. Dengan demikian
tidak penting apa pun nama sebuah
pemerintahan atau nama kepala
pemerintahan yang memegang
kendali dalam menjalankan aturan-
aturan pemerintah.
Karena itu, meskipun ia berjuang
keras untuk menjadikan Islam sebagai
dasar negara melalui sejumlah
polemik melawan Proklamator Bung
Karno, Natsir tidak pernah
mempersoalkan hal-hal yang dia
anggapnya kecil, seperti nama kepala
pemerintahan, misalnya. Tidak
penting apakah akan dinamakan
Khalifah, presiden, raja atau apa pun.
Yang terpenting adalah bagaimana
dia bisa memimpin bangsanya untuk
mencapai tujuan akhir yang sudah
ditetapkan Tuhan.
Tujuan itu adalah kebahagiaan
seluruh umat manusia tanpa kecuali,
dalam artian bukan hanya yang
muslim, tapi juga yang non-muslim,
bahkan yang tidak beragama
sekalipun. Keberhasilannya dalam
pencapaian itu akan dihadiahi surga,
tapi kegagalannya akan diganjar
dengan neraka.
Selain itu menurut Natsir,
kecakapan seorang pemimpin negara
juga tidak boleh lepas dari etika.
Dalam hal ini, dia lebih suka
menggunakan istilah akhlak. Sebab
ini juga merupakan bagian dari
mematuhi aturan Tuhan dalam
masalah muamalah di antara sesama
makhluk Tuhan.
Itu merupakan bagian dari
upayanya untuk mencapai tujuan
hidup yang telah digariskan Tuhan.
Dengan demikian, seorang pemimpin
itu juga harus berakhlak atau berbudi
pekerti luhur —suatu persyaratan
yang menentukan layak-tidaknya
kepemimpinan yang dia emban.
Karenanya tidak aneh bila kita
dapatkan dalam sejarah, dalam
sejumlah cerita di berbagai buku
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M56 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
Selain itu menurut
Natsir, kecakapan
seorang pemimpin
negara juga tidak
boleh lepas dari
etika. Dalam hal
ini, dia lebih suka
menggunakan
istilah akhlak.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 57 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
memoir para pemimpin bangsa,
bagaimana Natsir begitu akrab
dengan politisi Katolik yang paling
handal, Ignatius Joshep Kasimo.
Kasimo adalah seorang tokoh
Partai Kaholik yang dengannya dia
bisa berdebat keras di dalam ruang-
ruang sidang, tapi sangat bersahabat
di luar ruangan sidang. Bahkan
persahabatan mereka begitu dalam
sehingga seperti bersaudara.
Bayangkan, bagaimana Natsir
selalu berkunjung ke rumah Kasimo
pada hari Natal dan Kasimo juga
selalu datang ke rumah Natsir di saat
Idul Fitri.
Bisa jadi ada yang
mempertanyakan, apakah
persahabatan itu tidak disebabkan
karena kesamaan sikap mereka dalam
melawan ideologi komunis, ketika
Partai Komunis Indonesia (PKI)
semakin mendapat tempat pada
pemerintahan Bung Karno, sementara
mereka berdua dari Masyumi dan
Partai Katolik adalah yang paling
keras menentang PKI?
Bagi Natsir, dan tampaknya juga
bagi Kasimo, persahabatan mereka
benar-benar didasarkan pada sikap
dan kepribadi seseorang yang
memang berpolitik dengan hati
nurani.
Sikap dan kepribadian yang
memang memancar dari akhlak dan
budi pekerti yang tinggi.
Sebab dalam politik, Natsir tak
hanya mampu memperlihatkan budi
pekertinya yang luhur ketika
berhadapan dengan orang-orang
seperti Kasimo, tetapi bahkan dengan
lawan politik yang paling keras dan
paling dia benci sekalipun, yaitu
pimpinan tertinggi Komite Sentral
PKI, Dipo Nusantara Aidit.
Pakar Hukum Tata Negara dan
Ketua Umum Partai Bulan Bintang
Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra pernah
mengutip cerita Natsir kepada dirinya
tentang betapa bencinya pemimpin
Masyumi itu kepada Aidit.
“Di dalam ruangan sidang, Pak
Natsir benci sekali kepada Aidit.
Saking bencinya, ingin rasanya beliau
melempar Aidit dengan bangku.
Tetapi begitu keluar dari ruangan
sidang itu, beliau bisa duduk minum
kopi satu meja sambil berkelakar
dengan Aidit, tanpa adanya satu
bangku pun yang dilemparkan,” ujar
Yusril.
Dengan demikian, Natsir tidak
hanya berhasil menampilkan dirinya
sebagai seorang politikus ulung dan
negarawan yang bijak dan luas
wawasannya tapi ia juga selalu
rendah hati dan sangat pandai
menempatkan diri di antara lawan
dan kawan, sambil memperlihatkan
budi pekerti yang tinggi.
Ketika ia menutup mata untuk
selama-lamanya di Jakarta pada 6
Februari 1993, bangsa ini benar-
benar berduka. Bahkan sejumlah
pemimpin negara sahabat yang
mengenalnya pun ikut merasa
kehilangan.
sebuah organisasi, seorang presiden
itu adalah ketua organisasi dari
kumpulan orang yang bernaung di
dalam sebuah negara.
Karena itu, seorang Presiden harus
mampu menetapkan aturan yang
mesti dijalankan semua anggota
organisasi pemerintahan. Kepatuhan
terhadap aturan yang sudah dibuat
harus dimulai dari dirinya sendiri.
Lalu sebagai pemimpin dia yang
menyiapkan road map, yang
mencakup peta tujuan didirikannya
organisasi, jalan yang akan ditempuh,
perkiraan rintangan yang akan
dihadapi serta cara mengatasi setiap
rintangan. Terakhir, dialah yang
menjadi jurumudi ke mana seluruh
penumpang akan dia bawa.
Negara Bukan Tujuan Akhir
Meski demikian, Natsir
menegaskan bahwa negara bukanlah
tujuan akhir dari kepemimpinan suatu
bangsa. Negara hanyalah alat untuk
merealisasikan aturan-aturan yang
telah dibuat.
Kalau kaitannya dengan negara
Islam, maka aturan yang mesti
dipatuhi adalah aturan yang telah
ditetapkan Tuhan untuk kebahagiaan
seluruh umat manusia.
Seorang pemimpin muslim tidak
bisa berpaling dari itu, karena tujuan
akhir dari hidupnya adalah seperti
yang telah ditetapkan Tuhan, yaitu,
untuk mengabdi kepada-Nya.
Menurut mantan Menteri
Penerangan pertama RI itu, aturan-
aturan yang telah ditetapkan Tuhan
itu begitu banyak dan lengkap. Di
antaranya adalah kewajiban belajar,
kewajiban zakat, pemberantasan
perzinaan, dan lain-lain, yang
semuanya perlu dijalankan dengan
adanya kekuasaan negara. Semua
tidak ada artinya manakala tidak ada
leadership yang tegas dalam negara.
Negara di sini berfungsi sebagai
alat untuk mencapai tujuan
“kesempurnaan berlakunya undang-
undang Ilahi, baik yang berkenaan
dengan kehidupan manusia sendiri
(sebagai individu) ataupun sebagai
anggota masyarakat dalam tatanan
sebuah negara,” tulis Natsir.
“Di zaman onta, sebagaimana
yang munasabah dengan masa itu
dan negara di zaman kapal terbang,
sebagaimana yang munasabah
dengan zaman kapal terbang pula.
Tentang ada negara yang teratur dan
ada yang kurang teratur, adalah soal
biasa. Tapi bagaimanapun juga,
kedua-duanya adalah negara.
Dengan atau tidak dengan Islam.”
Demikian gagasan Natsir yang
teruang dalam kumpulan tulisannya
yang terkenal itu.
Sekali lagi, bagi Natsir, negara itu
bukan tujuan. Tapi alat untuk
mencapai kebahagiaan yang
digariskan Tuhan. Dengan demikian
tidak penting apa pun nama sebuah
pemerintahan atau nama kepala
pemerintahan yang memegang
kendali dalam menjalankan aturan-
aturan pemerintah.
Karena itu, meskipun ia berjuang
keras untuk menjadikan Islam sebagai
dasar negara melalui sejumlah
polemik melawan Proklamator Bung
Karno, Natsir tidak pernah
mempersoalkan hal-hal yang dia
anggapnya kecil, seperti nama kepala
pemerintahan, misalnya. Tidak
penting apakah akan dinamakan
Khalifah, presiden, raja atau apa pun.
Yang terpenting adalah bagaimana
dia bisa memimpin bangsanya untuk
mencapai tujuan akhir yang sudah
ditetapkan Tuhan.
Tujuan itu adalah kebahagiaan
seluruh umat manusia tanpa kecuali,
dalam artian bukan hanya yang
muslim, tapi juga yang non-muslim,
bahkan yang tidak beragama
sekalipun. Keberhasilannya dalam
pencapaian itu akan dihadiahi surga,
tapi kegagalannya akan diganjar
dengan neraka.
Selain itu menurut Natsir,
kecakapan seorang pemimpin negara
juga tidak boleh lepas dari etika.
Dalam hal ini, dia lebih suka
menggunakan istilah akhlak. Sebab
ini juga merupakan bagian dari
mematuhi aturan Tuhan dalam
masalah muamalah di antara sesama
makhluk Tuhan.
Itu merupakan bagian dari
upayanya untuk mencapai tujuan
hidup yang telah digariskan Tuhan.
Dengan demikian, seorang pemimpin
itu juga harus berakhlak atau berbudi
pekerti luhur —suatu persyaratan
yang menentukan layak-tidaknya
kepemimpinan yang dia emban.
Karenanya tidak aneh bila kita
dapatkan dalam sejarah, dalam
sejumlah cerita di berbagai buku
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M56 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
Selain itu menurut
Natsir, kecakapan
seorang pemimpin
negara juga tidak
boleh lepas dari
etika. Dalam hal
ini, dia lebih suka
menggunakan
istilah akhlak.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 57 MAN TAZAKKA
PAK NATSIR
memoir para pemimpin bangsa,
bagaimana Natsir begitu akrab
dengan politisi Katolik yang paling
handal, Ignatius Joshep Kasimo.
Kasimo adalah seorang tokoh
Partai Kaholik yang dengannya dia
bisa berdebat keras di dalam ruang-
ruang sidang, tapi sangat bersahabat
di luar ruangan sidang. Bahkan
persahabatan mereka begitu dalam
sehingga seperti bersaudara.
Bayangkan, bagaimana Natsir
selalu berkunjung ke rumah Kasimo
pada hari Natal dan Kasimo juga
selalu datang ke rumah Natsir di saat
Idul Fitri.
Bisa jadi ada yang
mempertanyakan, apakah
persahabatan itu tidak disebabkan
karena kesamaan sikap mereka dalam
melawan ideologi komunis, ketika
Partai Komunis Indonesia (PKI)
semakin mendapat tempat pada
pemerintahan Bung Karno, sementara
mereka berdua dari Masyumi dan
Partai Katolik adalah yang paling
keras menentang PKI?
Bagi Natsir, dan tampaknya juga
bagi Kasimo, persahabatan mereka
benar-benar didasarkan pada sikap
dan kepribadi seseorang yang
memang berpolitik dengan hati
nurani.
Sikap dan kepribadian yang
memang memancar dari akhlak dan
budi pekerti yang tinggi.
Sebab dalam politik, Natsir tak
hanya mampu memperlihatkan budi
pekertinya yang luhur ketika
berhadapan dengan orang-orang
seperti Kasimo, tetapi bahkan dengan
lawan politik yang paling keras dan
paling dia benci sekalipun, yaitu
pimpinan tertinggi Komite Sentral
PKI, Dipo Nusantara Aidit.
Pakar Hukum Tata Negara dan
Ketua Umum Partai Bulan Bintang
Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra pernah
mengutip cerita Natsir kepada dirinya
tentang betapa bencinya pemimpin
Masyumi itu kepada Aidit.
“Di dalam ruangan sidang, Pak
Natsir benci sekali kepada Aidit.
Saking bencinya, ingin rasanya beliau
melempar Aidit dengan bangku.
Tetapi begitu keluar dari ruangan
sidang itu, beliau bisa duduk minum
kopi satu meja sambil berkelakar
dengan Aidit, tanpa adanya satu
bangku pun yang dilemparkan,” ujar
Yusril.
Dengan demikian, Natsir tidak
hanya berhasil menampilkan dirinya
sebagai seorang politikus ulung dan
negarawan yang bijak dan luas
wawasannya tapi ia juga selalu
rendah hati dan sangat pandai
menempatkan diri di antara lawan
dan kawan, sambil memperlihatkan
budi pekerti yang tinggi.
Ketika ia menutup mata untuk
selama-lamanya di Jakarta pada 6
Februari 1993, bangsa ini benar-
benar berduka. Bahkan sejumlah
pemimpin negara sahabat yang
mengenalnya pun ikut merasa
kehilangan.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M58 MAN TAZAKKA
demi CintaHentikan Rokok
HALAL
Bila ajaran agama dan peraturan manusia sudah tidak mempan lagi untuk menghentikan kebiasaan merokok,
cobalah berhenti demi orang-orang yang tercinta
HALAL
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 59 MAN TAZAKKA
Tanyalah si perokok. Dia
bukannya tak tahu dampak
negatif merokok. Asap rokok
mengandung 4000 bahan kimia
berbahaya, 43 di antaranya penyebab
kanker. Zat racun dalam asap rokok
juga bisa menimbulkan aneka
penyakit lain termasuk gangguan
kesuburan dan gangguan tumbuh
kembang janin. Bahkan akibat buruk
ini sudah diterakan pada setiap
bungkus rokok.
Perokok juga tahu, perbuatannya
pun merugikan orang-orang di
sekitarnya (perokok pasif). Penelitian
menunjukkan, perokok pasif
mengisap 75% asap sampingan, plus
10%-15% asap utama yang
dihembuskan perokok.
Tapi, sebagaimana dikatakan
Ketua Umum Lembaga
Menanggulangi Masalah Merokok
(LM3), Renie Singgih, sangat sulit
bagi seseorang untuk berhenti
merokok. Dari beberapa penelitian,
70%-80% persen perokok ingin
berhenti merokok, namun hanya 3%
yang sukses.
Survei pada anak-anak sekolah
usia 13-15 tahun di Jakarta
menunjukkan, lebih dari 20%
responden adalah perokok tetap.
Dan, 80% di antaranya ingin berhenti
merokok tapi gagal maning son.
Data tersebut, menurut Renie,
sesuai dengan data yang diperoleh
saat diadakan lomba berhenti
merokok "Quit & Win" yang
diselenggarakan LM3 dan WHO. Dari
keseluruhan peserta, sebanyak 72,3%
mengaku pernah mencoba berhenti
merokok. Sebanyak 44,1% pernah
mencoba berhenti merokok satu
hingga dua kali, dan 28,7% pernah
mencoba berhenti tiga kali atau lebih.
Di Amerika sami mawon. Misalnya,
pada dekade 1964-1974 sebanyak 40
juta perokok yang berusaha stop
merokok, tapi hanya sekitar 25% yang
sukses (Ambros Prechtl, N.D., Portrait
of An Ex Smoker, Abul-Qasim
Publishing House, Jeddah, 1413 H).
Jadilah, di negeri muslim terbesar
di dunia pun, jumlah perokoknya
sangat besar, sekitar 141 juta orang.
Diperkirakan, konsumsi rokok
Indonesia setiap tahun mencapai 199
miliar batang rokok, dan berada di
urutan ke-4 setelah RRC (1.679 miliar
batang), AS (480 miliar), Jepang (230
miliar), serta Rusia (230 miliar).
Jumlah uang yang dibelanjakan
penduduk Indonesia untuk
tembakau/rokok 2,5 kali lipat
dibandingkan biaya yang dikeluarkan
untuk pendidikan dan 3,2 kali lipat
biaya kesehatan.
Padahal, Al Qur'an melarang
manusia menjerumuskan diri dalam
kehancuran (tahlukah). Rasulullah
Saw pun sudah berwasiat, "Jangan
membahayakan diri sendiri maupun
orang lain." (HR Ahmad dan Ibnu
Majah dari Ibnu Abbas dan Ubadah).
Sejumlah ormas Islam seperti
Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia
pun, sudah mengharamkan rokok.
Tapi, mengapa orang yang sudah
paham agama sekalipun, tetap sulit
berhenti merokok?
Sampai-sampai Penyair Taufiq
Ismail dalam puisinya ''Tuhan
Sembilan Senti'' mengemukakan
retorika: Min fadhlik, ya ustadz/25
penyakit ada dalam khamr/Khamr
diharamkan/15 penyakit ada dalam
daging khinzir (babi)/Daging khinzir
diharamkan/4000 zat kimia beracun
ada pada sebatang rokok/Patutnya
rokok diapakan?
Dukungan Keluarga
Survei sosial ekonomi nasional
tahun 2001 menunjukkan, 91,8%
penduduk Indonesia merokok di
rumah di tengah keluarganya.
Akibatnya, 97,5 juta orang mengisap
asap rokok di rumah. Dari jumlah itu,
43 juta di antaranya adalah bayi
hingga anak-anak berusia 14 tahun.
Berdasarkan penelitian, 86% anak
yang IQ-nya rendah adalah anak dari
laki-laki perokok. Sedangkan 30%
wanita yang terkena kanker payudara
adalah isteri dari perokok.
Karena itu, menurut Dr Subagyo,
aktivis sebuah lembaga kesehatan,
untuk mengkampanyekan antirokok
perlu strategi baru. Caranya tidak lagi
dengan menjelaskan efek negatif
rokok bagi pelakunya, tapi
dampaknya bagi isteri dan anaknya.
''Jadi, kampanye antirokok tidak
lagi dengan menunjukkan
dampaknya pada pelakunya, tapi
pada anak dan isterinya. Ini mungkin
bisa efektif,'' kata Subagyo pada
diskusi panel bertema Pofesional
Berdasarkan
penelitian, 86% anak
yang IQ-nya rendah
adalah anak dari
laki-laki perokok.
Sedangkan 30%
wanita yang terkena
kanker payudara
adalah isteri dari
perokok.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M58 MAN TAZAKKA
demi CintaHentikan Rokok
HALAL
Bila ajaran agama dan peraturan manusia sudah tidak mempan lagi untuk menghentikan kebiasaan merokok,
cobalah berhenti demi orang-orang yang tercinta
HALAL
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M 59 MAN TAZAKKA
Tanyalah si perokok. Dia
bukannya tak tahu dampak
negatif merokok. Asap rokok
mengandung 4000 bahan kimia
berbahaya, 43 di antaranya penyebab
kanker. Zat racun dalam asap rokok
juga bisa menimbulkan aneka
penyakit lain termasuk gangguan
kesuburan dan gangguan tumbuh
kembang janin. Bahkan akibat buruk
ini sudah diterakan pada setiap
bungkus rokok.
Perokok juga tahu, perbuatannya
pun merugikan orang-orang di
sekitarnya (perokok pasif). Penelitian
menunjukkan, perokok pasif
mengisap 75% asap sampingan, plus
10%-15% asap utama yang
dihembuskan perokok.
Tapi, sebagaimana dikatakan
Ketua Umum Lembaga
Menanggulangi Masalah Merokok
(LM3), Renie Singgih, sangat sulit
bagi seseorang untuk berhenti
merokok. Dari beberapa penelitian,
70%-80% persen perokok ingin
berhenti merokok, namun hanya 3%
yang sukses.
Survei pada anak-anak sekolah
usia 13-15 tahun di Jakarta
menunjukkan, lebih dari 20%
responden adalah perokok tetap.
Dan, 80% di antaranya ingin berhenti
merokok tapi gagal maning son.
Data tersebut, menurut Renie,
sesuai dengan data yang diperoleh
saat diadakan lomba berhenti
merokok "Quit & Win" yang
diselenggarakan LM3 dan WHO. Dari
keseluruhan peserta, sebanyak 72,3%
mengaku pernah mencoba berhenti
merokok. Sebanyak 44,1% pernah
mencoba berhenti merokok satu
hingga dua kali, dan 28,7% pernah
mencoba berhenti tiga kali atau lebih.
Di Amerika sami mawon. Misalnya,
pada dekade 1964-1974 sebanyak 40
juta perokok yang berusaha stop
merokok, tapi hanya sekitar 25% yang
sukses (Ambros Prechtl, N.D., Portrait
of An Ex Smoker, Abul-Qasim
Publishing House, Jeddah, 1413 H).
Jadilah, di negeri muslim terbesar
di dunia pun, jumlah perokoknya
sangat besar, sekitar 141 juta orang.
Diperkirakan, konsumsi rokok
Indonesia setiap tahun mencapai 199
miliar batang rokok, dan berada di
urutan ke-4 setelah RRC (1.679 miliar
batang), AS (480 miliar), Jepang (230
miliar), serta Rusia (230 miliar).
Jumlah uang yang dibelanjakan
penduduk Indonesia untuk
tembakau/rokok 2,5 kali lipat
dibandingkan biaya yang dikeluarkan
untuk pendidikan dan 3,2 kali lipat
biaya kesehatan.
Padahal, Al Qur'an melarang
manusia menjerumuskan diri dalam
kehancuran (tahlukah). Rasulullah
Saw pun sudah berwasiat, "Jangan
membahayakan diri sendiri maupun
orang lain." (HR Ahmad dan Ibnu
Majah dari Ibnu Abbas dan Ubadah).
Sejumlah ormas Islam seperti
Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia
pun, sudah mengharamkan rokok.
Tapi, mengapa orang yang sudah
paham agama sekalipun, tetap sulit
berhenti merokok?
Sampai-sampai Penyair Taufiq
Ismail dalam puisinya ''Tuhan
Sembilan Senti'' mengemukakan
retorika: Min fadhlik, ya ustadz/25
penyakit ada dalam khamr/Khamr
diharamkan/15 penyakit ada dalam
daging khinzir (babi)/Daging khinzir
diharamkan/4000 zat kimia beracun
ada pada sebatang rokok/Patutnya
rokok diapakan?
Dukungan Keluarga
Survei sosial ekonomi nasional
tahun 2001 menunjukkan, 91,8%
penduduk Indonesia merokok di
rumah di tengah keluarganya.
Akibatnya, 97,5 juta orang mengisap
asap rokok di rumah. Dari jumlah itu,
43 juta di antaranya adalah bayi
hingga anak-anak berusia 14 tahun.
Berdasarkan penelitian, 86% anak
yang IQ-nya rendah adalah anak dari
laki-laki perokok. Sedangkan 30%
wanita yang terkena kanker payudara
adalah isteri dari perokok.
Karena itu, menurut Dr Subagyo,
aktivis sebuah lembaga kesehatan,
untuk mengkampanyekan antirokok
perlu strategi baru. Caranya tidak lagi
dengan menjelaskan efek negatif
rokok bagi pelakunya, tapi
dampaknya bagi isteri dan anaknya.
''Jadi, kampanye antirokok tidak
lagi dengan menunjukkan
dampaknya pada pelakunya, tapi
pada anak dan isterinya. Ini mungkin
bisa efektif,'' kata Subagyo pada
diskusi panel bertema Pofesional
Berdasarkan
penelitian, 86% anak
yang IQ-nya rendah
adalah anak dari
laki-laki perokok.
Sedangkan 30%
wanita yang terkena
kanker payudara
adalah isteri dari
perokok.
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M60 MAN TAZAKKA
HALAL
Perang terhadap Rokok, yang
diselenggarakan PB IDI, di Jakarta,
Mei 2005.
Dan, mantan Gubernur DKI
Sutiyoso sudah membuktikan sendiri
hal itu. Semasa masih gubernur Bang
Yos mengaku, dulu dirinya perokok
berat. Berkali-kali ia mencoba untuk
menghentikan kebiasaan itu, tapi
sering gagal. Usaha pertama hanya
bertahan beberapa bulan, lalu
kambuh lagi. Yang kedua, hanya
bertahan beberapa tahun. Berkat
dorongan isteri dan anaknya, sejak
1996 ia berhasil menghentikan sama
sekali kebiasaan merokok.
''Saya terakhir merokok tahun
1996. Ceritanya, waktu itu anak
perempuan saya yang tertua ulang
tahun. Saya katakan, kamu minta
hadiah apa saja pasti saya kasih.
Anak saya ternyata tidak minta
macam-macam. Dia hanya minta
agar saya berhenti merokok. Saya
kaget mendengarnya. Tapi, saya
konsisten untuk memenuhinya dan
mulai keesokan harinya saya berhenti
merokok hingga saat ini,'' tuturnya,
disambut tepuk tangan hadirin
diskusi panel tadi.
Kisah sukses berhenti merokok
seperti itu juga dialami redaktur
senior Majalah SWA, HB Supiyo.
Setelah lama menjadi perokok berat,
ia akhirnya stop ngebul. ''Saya
berhenti karena ingin memberikan
hadiah ulang tahun istri saya, sebuah
hadiah yang tidak dijual di toko
manapun, yaitu berhenti merokok,''
tutur Hans, nama panggilan HB
Supiyo, dalam kolomya di halaman
akhir SWA.
Dewi Yull, mantan istri aktor Rae
Sahetapy, semula juga seorang
setunis. Namun akhirnya ia dapat
menghentikan kecanduannya karena
permintaan tulus anak gadisnya,
Ghizca.
Dalam suasana peringatan Hari
Tanpa Tembakau Sedunia 2005,
wartawan Pikiran Rakyat Widodo
Asmowiyoto menuturkan kisah
suksesnya berhenti merokok. Ini pun
tak lepas dari faktor keluarga.
''Boleh dibilang dulu saya pernah
sebagai perokok berat. Belasan tahun
saya merokok, dan belasan tahun
terakhir ini pula saya sudah berhenti
merokok.
Sebagai perokok, dulu saya pernah
mencoba berbagai jenis rokok, kretek,
rokok putih (filter), atau rokok hasil
melinting sendiri. Dulu sehari-hari di
kantong baju saya selalu ada rokok.
Di lingkungan kerja saya di Redaksi
Pikiran Rakyat, saya pernah dikenal
sebagai perokok cepat sambil
membuat berita atau artikel. Hanya
untuk menulis rubrik ekonomi singkat,
saya perlu mengisap sebatang rokok.
Kalau banyak orang mengalami
kesulitan berhenti merokok, saya
beruntung relatif gampang menyetop
kebiasaan mengisap asap tembakau
ini. Kisahnya begini, pada awal 1990-
an, ketika anak kedua saya masih
balita, tanpa saya sadari dia meniru-
niru saya merokok. Anak laki-laki
saya ini mencoba mengisap puntung-
puntung rokok saya yang ada di
asbak.
Terus terang saya terkejut dengan
kejadian itu. Istri saya pun marah
kepada saya menyaksikan kenyataan
itu. Sementara itu, sudah sejak lama
badan saya kurus karena selalu
kurang enak makan gara-gara sering
merokok. Hal ini pun sering kali
membuat istri saya uring-uringan
karena apa pun menu masakannya
saya nilai tidak enak.
Menyadari semua itu, sejak saat
itu saya bertekad berhenti merokok
dan berhasil. Memang pernah gagal
tetapi hanya sebentar dan segera
kembali berhenti merokok. Sejak itu
badan saya mulai gemuk. Makan
"apa pun" rasanya enak. Saat bangun
tidur mulut saya juga terasa bersih.
Napas saya terasa enteng. Anak-anak
saya yang sebelumnya sakit-sakitan -
-mungkin karena sebagai perokok
pasif, sejak saat itu juga relatif jarang
ke dokter.''
“Semangat meski 2 ribu sehari untuk
saudara di pedalaman.”
(MT Al Furqan Kebon Jeruk, Jakbar)
"Menabung untuk akhirat tak akan pernah rugi,
akan bermanfaat untuk semuanya.”
(MT Al Ikhlas Komplek Malaka Country
Pondok Kopi Jakarta Timur )
"Hati kami tergerak mendengar kisah-kisah di
pedalaman, saling menguatkan ukhuwah melalui
tabungan infak."
(MT. Azzikri Pesona Kayangan Depok)
Kata Mereka Tentang Tabungan Infak S2
Jadikan uang receh keluarga Anda penggerak dakwah dan investasi pahala
“Terus Mendukung untuk kebaikan
saudara-saudara di pedalaman nusantara.”
(MT As Sholihat Komplek Malaka Country
Jakarta Timur )
EDISI MUHARRAM 1439 H / OKTOBER 2017 M60 MAN TAZAKKA
HALAL
Perang terhadap Rokok, yang
diselenggarakan PB IDI, di Jakarta,
Mei 2005.
Dan, mantan Gubernur DKI
Sutiyoso sudah membuktikan sendiri
hal itu. Semasa masih gubernur Bang
Yos mengaku, dulu dirinya perokok
berat. Berkali-kali ia mencoba untuk
menghentikan kebiasaan itu, tapi
sering gagal. Usaha pertama hanya
bertahan beberapa bulan, lalu
kambuh lagi. Yang kedua, hanya
bertahan beberapa tahun. Berkat
dorongan isteri dan anaknya, sejak
1996 ia berhasil menghentikan sama
sekali kebiasaan merokok.
''Saya terakhir merokok tahun
1996. Ceritanya, waktu itu anak
perempuan saya yang tertua ulang
tahun. Saya katakan, kamu minta
hadiah apa saja pasti saya kasih.
Anak saya ternyata tidak minta
macam-macam. Dia hanya minta
agar saya berhenti merokok. Saya
kaget mendengarnya. Tapi, saya
konsisten untuk memenuhinya dan
mulai keesokan harinya saya berhenti
merokok hingga saat ini,'' tuturnya,
disambut tepuk tangan hadirin
diskusi panel tadi.
Kisah sukses berhenti merokok
seperti itu juga dialami redaktur
senior Majalah SWA, HB Supiyo.
Setelah lama menjadi perokok berat,
ia akhirnya stop ngebul. ''Saya
berhenti karena ingin memberikan
hadiah ulang tahun istri saya, sebuah
hadiah yang tidak dijual di toko
manapun, yaitu berhenti merokok,''
tutur Hans, nama panggilan HB
Supiyo, dalam kolomya di halaman
akhir SWA.
Dewi Yull, mantan istri aktor Rae
Sahetapy, semula juga seorang
setunis. Namun akhirnya ia dapat
menghentikan kecanduannya karena
permintaan tulus anak gadisnya,
Ghizca.
Dalam suasana peringatan Hari
Tanpa Tembakau Sedunia 2005,
wartawan Pikiran Rakyat Widodo
Asmowiyoto menuturkan kisah
suksesnya berhenti merokok. Ini pun
tak lepas dari faktor keluarga.
''Boleh dibilang dulu saya pernah
sebagai perokok berat. Belasan tahun
saya merokok, dan belasan tahun
terakhir ini pula saya sudah berhenti
merokok.
Sebagai perokok, dulu saya pernah
mencoba berbagai jenis rokok, kretek,
rokok putih (filter), atau rokok hasil
melinting sendiri. Dulu sehari-hari di
kantong baju saya selalu ada rokok.
Di lingkungan kerja saya di Redaksi
Pikiran Rakyat, saya pernah dikenal
sebagai perokok cepat sambil
membuat berita atau artikel. Hanya
untuk menulis rubrik ekonomi singkat,
saya perlu mengisap sebatang rokok.
Kalau banyak orang mengalami
kesulitan berhenti merokok, saya
beruntung relatif gampang menyetop
kebiasaan mengisap asap tembakau
ini. Kisahnya begini, pada awal 1990-
an, ketika anak kedua saya masih
balita, tanpa saya sadari dia meniru-
niru saya merokok. Anak laki-laki
saya ini mencoba mengisap puntung-
puntung rokok saya yang ada di
asbak.
Terus terang saya terkejut dengan
kejadian itu. Istri saya pun marah
kepada saya menyaksikan kenyataan
itu. Sementara itu, sudah sejak lama
badan saya kurus karena selalu
kurang enak makan gara-gara sering
merokok. Hal ini pun sering kali
membuat istri saya uring-uringan
karena apa pun menu masakannya
saya nilai tidak enak.
Menyadari semua itu, sejak saat
itu saya bertekad berhenti merokok
dan berhasil. Memang pernah gagal
tetapi hanya sebentar dan segera
kembali berhenti merokok. Sejak itu
badan saya mulai gemuk. Makan
"apa pun" rasanya enak. Saat bangun
tidur mulut saya juga terasa bersih.
Napas saya terasa enteng. Anak-anak
saya yang sebelumnya sakit-sakitan -
-mungkin karena sebagai perokok
pasif, sejak saat itu juga relatif jarang
ke dokter.''
“Semangat meski 2 ribu sehari untuk
saudara di pedalaman.”
(MT Al Furqan Kebon Jeruk, Jakbar)
"Menabung untuk akhirat tak akan pernah rugi,
akan bermanfaat untuk semuanya.”
(MT Al Ikhlas Komplek Malaka Country
Pondok Kopi Jakarta Timur )
"Hati kami tergerak mendengar kisah-kisah di
pedalaman, saling menguatkan ukhuwah melalui
tabungan infak."
(MT. Azzikri Pesona Kayangan Depok)
Kata Mereka Tentang Tabungan Infak S2
Jadikan uang receh keluarga Anda penggerak dakwah dan investasi pahala
“Terus Mendukung untuk kebaikan
saudara-saudara di pedalaman nusantara.”
(MT As Sholihat Komplek Malaka Country
Jakarta Timur )
REKENING LAZIS DEWAN DA’WAH
Zakat
Infaq
Da’wah Pedalaman
Qurban
Kami siap menjemput, menghimpun dan menyalurkan zakat Anda.
Selamatkan INDONESIA
dengan
Dakwah
Waqaf Al-Qur’an
Sumur Air
Beasiswa Pendidikan Da’i
REKENING INFAQ CLUB
Bank Mega Syariah Indonesia 10 000 222 66(a.n LAZIS Dewan Da’wah QQ Infaq Club)
Bank Syariah Mandiri 768 7688 777(a.n Dewan Da’wah Infaq Club)
www.lazisdewandakwah.co
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1846(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Mega Syariah Indonesia 100 0000 312(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 700 132 7539BRI Syariah 100 123 87 48BNI Syariah 012 7544 426(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
BCA Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 001 100 200 2Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7755 666BRI (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 0418 01000 150 303Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 405 107BCA (a.n Dewan Dawah) 342 30388 09CIMB Niaga Syariah 86 000 422 9900(a.n. Yayasan Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1845(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Syariah Mandiri 700 132 7733(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
BNI Syariah 018 446 3322(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Bukopin Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 8800 408 106Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 7766 333BCA (a.n Dewan Dawah) 342 304 8855
Bank Muamalat Indonesia 358 000 1174(a.n LAZIS Dewan Da'wah QQ Ma'mun)
Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 0044 3322
Bank Muamalat Indonesia 301 007 1856(a.n LAZIS Dewan Dakwah Islamiyah)
Bank Syariah Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 702 739 1917Bank Mandiri (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 122 000 588 1985
Kemanusiaan Bank Muamalat Indonesia 358 008 0008(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
BNI Syariah 018 446 2114(a.n LAZIS Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia)
Bank Muamalat Indonesia 358 000 1176(a.n LAZIS Dewan Da'wah QQ LAZIS DDII IV)
Bank Mega Syariah Indonesia 100 000 4108(a.n LAZIS Dewan Da'wah)
BCA Syariah (a.n LAZIS Dewan Da'wah) 001 100 300 4
WaqafBank Syariah Mandiri 70 777 555 88(a.n LAZIS Dewan Da'wah QQ Waqaf)
Kantor LAZIS Dewan Da'wah Kebon Jeruk
BNI Syariah (a.n Lazis Dewan Da'wah) 828 661 661 6