makalah tugas pkn q
TRANSCRIPT
Pendidikan Kewarganegaraan
Fenomena K-Pop antara degredasi budaya, moral dan seni
Disusun Oleh:
Luluh Resi Devisia M.A (6101413013)
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG
2014
A. ABSTRAK
Kebudayaan tidak pernah terelakkan dari lingkup kehidupan manusia, karena
dalam kebudayaanlah manusia memanifestasikan pikiran dan perasaan, sikap dan
kehendaknya. Jadi, kebudayaan ini selalu berkembang seiring dengan perkembangan zaman
serta manusianya dalam suatu masyarakat tertentu. Dengan demikian, perubahan kebudayaan
yang ada di dalam suatu masyarakat sangat erat hubungannya dengan perubahan sosial dalam
masyarakat itu sendiri, secara otomatis jika keadaan sosial dari suatu masyarakat itu
mengalami perubahan maka kebudayaan yang ada di dalamnya juga mengalami perubahan
baik mengalami perubahan yang positif maupun negatif. Semuanya itu terjadi karena
kebudayaan merupakan sebuah hasil dari karya, rasa, dan cipta masyarakat yang di dalamnya
terdapat berbagai kelompok sosial.
Di era globalisasi ini, banyak kebudayaan Barat yang masuk ke Indonesia secara
bebas, salah satunya yaitu Boy Band dan Girl Band yang merupakan musik K-Pop (Korean
Pop) yang berasal dari Korea yang dewasa ini sangat digemari oleh generasi muda, bahkan
seluruh Indonesia. Jadi, secara tidak langsung semua ini dapat melemahkan perhatian para
generasi muda Jawa terhadap kebudayaanya sendiri yang pada dasarnya merupakan salah
satu ciri dari kepribadian bangsa Indonesia.
Keadaan yang demikian disebabkan adanya beberapa faktor yang
mempengaruhinya seperti, media sosial (keluarga, kelompok bermain, sekolah, lingkungan
kerja, dan media massa) kurang mendukung terhadap masalah pemeliharaan kebudayaan
aslinya sendiri. Sehingga secara tidak disadari mereka ini lambat-laun meninggalkan
kebudayaannya sendiri dan lebih memperhatikan kebudayaan negara lain. Semua ini dapat
menyebabkan terdegradasinya kebudayaan asli negara Indonesia.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu upaya untuk melestarikan budaya asli
Indonesia. Upaya pelestarian budaya asli tersebut perlu didukung oleh pemerintah selaku
pemangku sistem pemerintahan. Selain itu perlu adanya sosialisasi dari pemerintah kepada
generasi muda melalui semacam seminar, training maupun wahana lain yang dapat
menunjang pengarahan untuk upaya pelestarian kebudyaan milik sendiri. Karena tidak
mungkin suatu budaya dapat langgeng tanpa ada upaya pengantisipasian dari semua pihak
yang bersangkutan, utamanya pemerintah.
B. PEMBAHASAN
Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi masa kini juga semakin
berkembang pula terutama di zaman globalisasi ini. Globalisasi membuat interaksi antar
seluruh warga dunia menjadi bebas dan terbuka seolah-olah batas-batas suatu Negara
menjadi sempit dan salah satu dampak dari globalisasi yakni perkembangan teknologi.
Perkembangan teknologi ini pun tampaknya semakin memudahkan kita dalam berbagai
bidang terlebih dalam bidang telekomunikasi. Kita dapat dengan mudah dan cepat dalam
memperoleh berbagai informasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Hal ini
membuat seakan-akan sudah tidak ada batasan-batasan dalam berbagi informasi diantara
sesama manusia. Berbagai inovasi-inovasi telekomunikasi pun semakin banyak seperti
handphone yang dulu hanya dipakai untuk keperluan menelpon ataupun mengirim pesan
singkat sekarang dapat dipakai pula untuk mengakses internet, televisi pun yang dulunya
hanya bisa dipakai untuk menonton saja sekarang bisa disambungkan dengan jaringan
internet, dan masih banyak lagi inovasi-inovasi mutakhir yang telah berhasil diciptakan.
Tidak hanya berbagai informasi yang dapat disebarkan dengan cepat melalui hadirnya
berbagai teknologi telekomunikasi yang mutakhir tersebut, budaya pun dapat dengan
mudah disebarkan ke seluruh dunia. Hal ini berkaitan dengan globalisasi budaya dimana
pernyataan ini dapat dikatakan sebagai suatu gejala tersebarnya nilai-nilai dan budaya
tertentu dari suatu Negara ke seluruh dunia sehingga menjadi budaya dunia atau world
culture.
Salah satu budaya yang tengah mempengaruhi berbagai Negara adalah budaya
pop Korea atau yang lebih dikenal dengan sebutan K-Pop/Hallyu Wave/Korean Wave.
Indonesia pun terikut imbas penyebaran budaya ini terutama dikarenakan Indonesia yang
merupakan Negara berkembang yang mudah dipengaruhi oleh Negara-negara maju.
Penyebaran budaya pop Korea ini juga terbantukan dengan berbagai media massa yang
giat memperkenalkan budaya tersebut dan salah satu media massa yang intensif dalam
menyebarkan budaya ini adalah televisi. Hampir setiap hari kita dapat menonton acara-
acara yang berhubungan dengan budaya pop Korea ini di hampir seluruh stasiun televisi.
Ketertarikan akan budaya ini pun semakin meningkat terutama di kalangan remaja. Kata
“pop” diambil dari kata “populer” yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
dikenal dan disukai orang banyak atau umum (http://kamusbahasaindonesia.org/populer).
Untuk istilah populer, Williams memberikan empat makna yakni:
(1) banyak disukai orang
(2) jenis kerja rendahan;
(3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang
(4) budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri. (Williams, 1983:237).
Menurut beberapa definisi dari kata “budaya” dan “populer” di atas, dapat
disimpulkan bahwa budaya populer adalah suatu kebudayaan yang sudah berkembang
atau suatu pandangan hidup, praktik, dan karya yang banyak disukai oleh banyak orang.
Ciri-ciri budaya populer diantaranya adalah sebuah budaya yang menjadi trend dan
diikuti atau disukai banyak orang berpotensi menjadi budaya populer; sebuah ciptaan
manusia yang menjadi tren akhirnya diikuti oleh banyak penjiplak; Adaptabilitas, sebuah
budaya populer mudah dinikmati dan diadopsi oleh khalayak, hal ini mengarah pada tren;
Durabilitas, sebuah budaya populer akan dilihat berdasarkan durabilitas menghadapi
waktu, pionir budaya populer yang dapat mempertahankan dirinya bila pesaing yang
kemudian muncul tidak dapat menyaingi keunikan dirinya, akan bertahan-seperti merek
Coca-cola yang sudah ada berpuluh-puluh tahun; Profitabilitas, dari sisi ekonomi, budaya
populer berpotensi menghasilkan keuntungan yang besar bagi industri yang
mendukungnya.(http://www.slideshare.net/andreyuda/media-dan-budaya-populer)
Budaya populer Korea diantaranya adalah sinetron/drama TV Korea (contoh: Full House,
You’re Beautiful, Boys Before Flower,dll), film Korea (contoh: My Sassy Girl, Marrying
The Mafia, dll), fashion Korea, musik pop Korea, reality show Korea (contoh: Running
Man, Infinity Challenge, dll).
Perkembangan IPTEK dalam konteks ilmu komunikasi akhirnya memberikan
kesempatan kepada masyarakat dunia untuk menampilkan serta menunjukan budayanya
kepada orang lain melalui media intenet dan televisi. Pertukaran informasi dan budaya
dalam dunia komunikasi tersebut akhirnya mendapat respon yang baik bahkan dijadikan
sebagai bentuk gaya hidup oleh orang/budaya lain. Misalnya, Budaya pop Korea. Dengan
musik pop, gaya berpakaian, bahasa, akhirnya menjadi produk yang sangat diminati oleh
para remaja termasuk di Indonesia, secara khusus para remaja.
1. Pengertian kebudayaan,moral,dan seni
Kebudayaan dalam bahasa Inggris disebut culture, yang berasal dari kata Latin
colera, yaitu mengolah atau mengerjakan. Sedangkan menurut bahasa Sansekerta, budaya
atau kebudayaan berasal dari kata buddayahyang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia.
Menurut ahli antropologi E.B. Tailor mengatakan bahwa kebudayaan adalah
keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan,
kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang
didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Prasetya dkk. 1991:29).Dari pernyataan
tersebut dapat kita simpulkan bahwa kebudayaan adalah hasil buah budi manusia untuk
mencapai kesempurnaan hidup.
Moral merupakan pengetahuan yang menyangkut budi pekerti manusia yang
beradab.moral juga berarti ajaran yang baik dan buruk perbuatan dan kelakuan,menurut asal
katanya”moral”dari kata moras dari bahasa latin,kemudian diterjemahkan menjadi”aturan
kesusilaan”.dalam bahasa sehari hari,yang dimaksud dgn kesusilaan bukan mores,tetapi
petunjuk petunjuk untuk kehidupan,sopan santun.jadi moral adalah aturan kesusilaan,yang
meliputi semua norma kelakuan,perbuatan,tingkah laku yang baik.
Seni berasal dari kata sani(sanksekerta)yang berarti pemujaan,persembahan,dan
pelayanan.kata tersebut berkaitan erat dengan upacara keagamaan yang disebut kesenian
menurut Padmusphita,kata seni berasal dari bahasa belanda”genie”dalam bahasa latin
disebut”genius”,artinya kemampuan luarbiasa yang dibawa sejak lahir,menurut kajian ilmu di
eropa mengatakan “art”yang berarti arti visual yaitu adalah suatu media yang melakukan
suatu kegiatan tertentu.dari bebrapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa seni
merupakan hasil aktivitas batin yang direfleksiakan dalam bentuk karya yang dapat
membangkitkan perasaan orang lain.dalam pengrtian ini yang termasuk seni adalah kegiatan
yang menghasilkan keindahan.
2. Boy band dan Girl band
Boy Band dan Girl Band merupakan sebuah musik K-Pop (Korean Pop) yaitu
musik pop Korea yang merupakan penggabungan dari suara yang bagus dan dance. Jadi,
selain memiliki suara yang bagus para personil Boy Band dan Girl Band juga memiliki
kemampuan dance (dansa) yang bagus pula.
Dewasa ini musik K-Pop menjadi musik yang paling laku di pasaran hiburan
Internasional, apalagi di Indonesia, demam K-Pop sudah melanda di seluruh daerah baik
perkotaan maupun pedesaan. Fenomena ini sangat menyesakkan, bahkan sekarang ini musik
K-Pop khususnya Boy Band danGirl Band menjadi kiblat bagi para musisi Indonesia untuk
membentuk grupBoy Band atau Girl Band ala Indonesia yang bercorakkan ke Korea-Koreaan
dengan harapan akan laku keras di pasaran karena sesuai dengan apa yang sedang
digandrungi pasar. Buktinya, sekarang ini banyak bermunculan Boy Band dan Girl Band dari
kalangan pemuda Indonesia misalnya, Sm*sh, Super 9 Boys, Hitz, Max Five, Cherrybelle,
Seven Icon, Six Star, dan masih banyak lagi grup-grup yang lainya.
3. Respon generasi muda terhadap k-pop
Globalisasi merupakan istilah yang tidak asing lagi bagi kita di zaman yang
modern ini, keberadaanya sudah tidak bisa terelakkan lagi di negara Indonesia ini, khususnya
di pulau Jawa yang sangat padat penduduknya dibandingkan dengan pulau-pulau yang lainya.
Globalisasi ini memberikan dampak yang sangat memprihatinkan bagi generasi muda
terhadap perkembangan kebudayaan Jawa, apalagi sejak munculnya Boy Band danGirl
Band di Indonesia yang mampu merebut sebagian besar penggemarnya di kalangan pemuda
Jawa menambah semakin parahnya dampak yang diberikan terhadap perubahan lingkungan
dan kebudayaan negara Indonesia, khususnya kebudayaan Jawa.
Sejak munculnya Boy Band dan Girl Band ke Indonesia perhatian para pemuda
telah dibelokkan yang seharusnya mereka melestarikan kebudayaanya sendiri kini telah
berpindah lebih memperhatikan kebudayaan negara lain. Generasi muda Jawa baik dari
golongan pria maupun wanita sangat mengidolakan para personil Boy Band dan Girl Band,
sampai-sampai mereka ingin menjadi seperti para personil Boy Band dan Girl Band sehingga
mereka meniru gaya hidup para idolanya tersebut, mulai dari cara berpakaian, gaya rambut,
bahasa, bahkan sampai aksesoris yang mereka kenekan pun sama dengan aksesoris yang
dikenakan para idolanya tersebut.
Generasi muda sekarang ini lebih menggemari lagu-lagu yang dibawakan oleh Boy
Band dan Girl Band misalkan saja lagu-lagu yang dinyanyikan Boy Band Super Junior (Suju)
dari Korea daripada lagu-lagu campursari maupun keroncong. Mereka lebih mengenali nama-
nama personilBoy Band dan Girl Band daripada nama-nama penyanyi campursari maupun
keroncong. Bahkan bahasa Jawa manjadi bahasa yang ke sekian di bawah bahasa Inggris dan
Korea yang dewasa ini sangat digemari oleh generasi muda Jawa.
Kaberadaan Boy Band dan Girl Band di Indonesia ini sangat pesat
perkambanganya karena hampir semua stasiun televisi menayangkannya bahkan sebagian
dari stasiun televisi telah mengadakan audisi Boy Band danGirl Band. Misalnya, beberapa
bulan yang lalu stasiun televisi indosiar mengadakan audisi Boy Band dan Girl
Band Indonesia yang menyediakan hadiah hingga mencapai puluhan juta rupiah bagi para
pemenang audisi tersebut. Semua itu dapat menarik perhatian para pemuda Jawa untuk ikut
berpartisipasi di dalamnya. Di samping itu, ketenaran namanya di muka publik pun menjadi
salah satu pemicu generasi muda Jawa untuk ikut berpartisipasi di dalamnya. Dengan
demikian, secara tidak disadari kebudayaan Jawa telah dikesampingkan oleh generasi muda
Jawa yang seharusnya merekalah yang menjadi pewaris sekaligus penerus dari kebudayaan
Jawa kini telah melalaikanya. Hal ini semakin kelihatan ketika generasi muda Jawa mulai
tidak mengenali lagi kebudayaan Jawa bahkan mereka merasa asing dengan kebudayaannya
sendiri.
Begitulah pengaruh negatif yang diakibatkan oleh munculnya Boy Band dan Girl
Band ke negara Indonesia ini, sehingga banyak kalangan, terutama generasi muda Jawa salah
tafsir terhadap realita yang terjadi dalam kehidupan yang sekarang ini. Mereka mempunyai
pandangan bahwa apa yang datang dan berasal dari Barat adalah modern, segala yang datang
dan berasal dari Barat adalah baik dan lebih ironisnya lagi mereka lebih bangga menirukan
kebudayaan Barat daripada kebudayaan aslinya karena mereka menganggap kebudayaan
Jawa itu ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan konteks kaum muda zaman modern serta
tidak dapat memberikan percepatan realisasi dalam menggapai impiannya. Semua ini dapat
menurunkan nilai kebudayaan Jawa di mata dunia.
4. Factor Penyebab Terdegradasinya Nilai kebudayaan pasca munculnya K-Pop
Berbicara tentang faktor yang menyebabkan terdegradasinya nilai kebudayaan
pasca munculnya Boy Band dan Girl Band ini sangat erat hubungannya dengan media
sosialisasi karena apabila media sosialisasi itu memberikan pengaruh yang positif terhadap
generasi muda maka pelestarian kebudayaan itu pun akan tetap terlaksana dengan baik
sampai sekarang ini. Akan tetapi, apabila media sosialisasi itu tidak memberikan dukungan
dan pewarisan kepada generasi mudanya maka pelestarian kebudayaan pun mengalami
kepincangan dan bahkan dapat terjadi yang namanya degradasi kebudayaan yang dapat
menghilangkan ciri khas kebudayaan .
Beberapa media sosialisasi yaitu: keluarga, kelompok, lingkungan pendidikan,
lingkungan sosial, dan media massa (Setiadi dan Kolip, 2011:176).
Peran beberapa media sosialisasi di atas pada realita dalam kehidupan yang modern ini
kurang mengarah pada proses transformasi dan pengembangan kebudayaan kepada khalayak
umum khususnya pada generasi muda yang nantinya akan mewarisi kebudayaan tersebut.
Dilihat dari faktor keluarga, dewasa ini orang tua kurang mementingkan adanya
sosialisasi kebudayaan kepada putra-putrinya, bahkan seakan-akan orang tua acuh tak acuh
terhadap wawasan kebudayaan anaknya. Sehingga pewarisan kebudayaan milik sendiri yang
semestinya diwariskan oleh orang tua kepada anaknya kini tampak memudar.
Sedangkan jika ditinjau dari aspek interaksi dalam suatu kelompok, generasi muda
sekarang ini kurang menghiraukan terhadap urgensi wawasan kebudayaan yang semestinya
dapat mereka kaji bersama dalam kelompok tersebut, sehingga terjadi pertukaran
pengatahuan kebudayaan antar individu. Namun kenyataanya, yang mereka kaji justru hal
yang tidak ada sangkut pautnya dengan kebudayaan bahkan terkesan omong kosong dan
tanpa alur serta tema yang jelas.
Dalam lingkungan pendidikan pun di zaman yang modern ini kurang begitu
memperhatikan terhadap pelestarian nilai kebudayaan kepada anak didiknya. Materi-materi
yang diberikan kepeda anak didiknya yang terkait dengan kebudayaan sekarang ini sangat
jarang ditemukan di berbagai sekolah-sekolah, universitas-universitas, dan beberapa tempat
pendidikan yang lainya.
Pendidikan yang berkembang sekarang ini lebih mengedepankan pendidikan yang
bersifat materiil, sedangkan pendidikan yang berbasis pembangunan karakter kurang begitu
diperhatikan. Jadi, rasa percaya diri generasi muda terhadap kebudayaan seakan-akan tidak
ada bahkan acuh tak acuh terhadap perkembangan kebudaanya sendiri.
Ditambah lagi dengan linkungan sosial dan media massa yang berkembang
sekarang ini kurang mendukung terhadap pelestarian kebudayaan menambah semakin
cepatnya kebudayaan ini terdegradasi. Karena media massa sekarang ini lebih dominan
menayangkan fenomena-fenomena yang sedang trend di kalangan generasi muda. Misalnya,
fenomena Boy Banddan Girl Band yang sedang marak di berbagai media massa sekarang ini
memberikan dampak yang begitu besar terhadap perubahan dan pergeseran kebudayaan ,
sebab generasi muda sangat rentan melakukan segala sesuatu yang sering mereka lihat yang
terjadi di lingkungan sekitarnya. Jadi, apabila lingkungannya mendukung dalam proses
pelestarian kebudayaan ini, maka generasi muda pun akan turut serta melestarikan
kebudayaan ini. Sedangkan apabila kondisi lingkungannya tidak mendukung terjadinya
proses pelestarian kebudayaan indonesia, maka generasi muda pun akan enggan melestarikan
kebudayaan indonesia.
Namun dalam kenyataanya, lingkungan yang terjadi di sekitar pemuda sekarang ini
tidak memberikan pembelajaran tentang kebudayaannya sendiri, melainkan lebih kepada
kebudayaan pendatang yang notabene menyimpang jauh dari kebudayaannya sendiri yang
berbasis karakter apik. Sehingga para pemuda lebih dominan meniru kebudayaan pendatang
daripada kebudayaanya sendiri. Dan lebih parah lagi, dalam proses meniru kebudayaan
pendatang tersebut, generasi muda tidak menyeleksi terlebih dahulu terhadap kebudayaan itu,
apakah sesuai dengan nilai kebudayaan Indonesia atau tidak.
Semua ini merupakan faktor yang dapat menjadikan kebudayaan kita ini semakin
diagnggap asing bagi para generasi muda serta dapat menjadikan kebudayaan ini
terdegradasi oleh kebudayaan pendatang.
5. Cara Menanggulangi Terjadinya Degradasi Nilai kebudayaan pasca munculnya
K-Pop
Untuk menanggulangi terjadinya degradasi nilai kebudayaan yang diakibatkan
karena maraknya fenomena Boy Band dan Girl Band di Indonesia khususnya di pulau Jawa,
menurut dari hasil diskusi tentang terdegradasinya nilai kebudayaan Jawa
pascamunculnya Boy Band dan Girl Band dapat ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa
usaha yang dapat dilaksanakan yaitu:
o Sering mengadakan lomba yang berbaur dengan kebudayaan misalnya,
lomba seni tari tradisional , fasion showpakain adat , lomba menyanyi lagu
daerah, dan lain sebagainya.
o Mengadakan ekstrakurikuler tentang kebudayaan di berbagai lembaga-
lembaga sosial misalnya, di sekolah-sekolah, universitas-universitas, atau di
lembaga-lembaga sosial lain yang ada di masyarakat.
o Mengoptimalkan pendidikan kebudayaan daerah sendiri di lingkungan
sekolah dan terutama di lingkungan keluarga.
o Memberikan motivasi dan pengertian kepeda generasi muda bahwasanya
kebudayaan sendiri itu lebih baik dari kebudayaan lain dengan catatan tidak
menjelek-jelekkan budaya lain.
o Mengoptimalkan pelaksanaan pendidikan berbasis karakter suatu bangsa di
lingkungan manapun, karena dengan pendidikan karakter ini generasi muda
Jawa lebih bermartabat dan lebih percaya diri kepada kebudayaanya sendiri.
Sehingga mereka akan enggan meniru kebudayaan barat yang notabene
menyimpang jauh dari budaya kita yang berbasis karakter apik.
C. DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Boy_band
http://id.wikipedia.org/wiki/girlband
http://arihdyacaesar.wordpress.com
http://edukasi.kompasiana.com
http://kamusbahasaindonesia.org/budaya,seni,moral
http://www.slideshare.net/andreyuda/media-dan-budaya-populer