makalah tentang urine
TRANSCRIPT
MAKALAH TENTANG URINE
Disusun Oleh :Kelompok 3
FIKA SUSANTI
MISLENSI JEPLIKA
MUHAMMAD RIDHO
PRANDIKI SAPRIL TOHA
PUTU KRISTIANTO
RIRIN ERLINA
RISKY AMELIA SAFITRI
ROLEN AMERO
ROYYAN MASTHUR SYAMSTA
SASRA ANDIKA
SHINDY RIZKY ANANDA
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PERGURUAN TINGGI MITRA LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2013
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT berkat rahmat dan hidayahnya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tugas
mata kuliah tentang Pengukuran Urine, STIKES Perguruan Tinggi Mitra
Lampung.
Dengan segala rendah hati kami menyadari bahwa hanyalah manusia biasa
yang mempunyai banyak kekurangan dan kelemahan dan kami menyadari
bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu dengan lapang hati
kami akan menerima segala saran dan nasehat maupun kritikan yang
membangun.
Kami menyadari dalam makalah ini tidak selesai tanpa bantuan dari berbagi
pihak, baik materil, maupun moril, segala rendah hati kami mengucapkan
banyak terima kasih.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya
teman-teman STIKES, semoga Allah SWT memberikan balasan dan
pemahaman kepada kami serta balasan segala kebaikan yang telah di berikan
oleh semua pihak dalam menyelesaikan makalah ini.
Bandar Lampung , 13 Januari 2013
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................ i
KATA PENGANTAR ............................................................................ ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 4
C. Tujuan .................................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Urine................................................................................... 5
B. Komposisi Urine .................................................................................. 5
C. Fungsi Urine ........................................................................................ 5
D. Sejarah Urine........................................................................................ 6
BAB III PEMBAHASAN
A. Pengertian Urine .................................................................................. 7
B. Komposisi Urine................................................................................... 7
C. Pandangan Awal Mengenai Warna Urine ........................................... 8
D. Fungsi Urine ........................................................................................ 8
E. Pemerikasaan Urine ............................................................................. 9
F. Hasil Praktikum Urine........................................................................... 13
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 14
B. Saran-saran .......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Status kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan
tugas dalam pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap
sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan
agar sehat. Untuk segera dapat disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya
dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat,
atau fatal.
Dalam menentukan penyakit atau diagnosis, membantu diagnosis,
prognosis, mengendalikan penyakit dan memonitor pengobatan atau
memantau jalanya penyakit, dokter melakukan pemeriksaan laboratorium atau
tes laboratorium yaitu pemeriksaan spesimen atau sampul yang diambil dari
pasien. Banyak pemeriksaan spesimen dilakukan di laboratorium klinik atau
lengkapnya di laboratorium patologi klinik.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur
pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita,
dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), dan sebagainya untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit
bersama dengan tes penunjang lainnya, anamnesis, dan pemeriksaan lainya.
Sekumpulan pemeriksaan laboratorium yang dirancang, untuk tujuan
tetrtentu misalnya untuk mendeteksi penyakit, menentukan resiko, memantau
perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain.
Mengetahui ada tidaknya kelainan atau penyakit yang banyak di jumpai dan
potensial membahayakan. Pemeriksaan yang juga merupakan proses General
medical check up (GMC) meliputi : Hematologi Rutin, Urine Rutin, Faeces
Rutin, Bilirubin Total, Bilirubin Direk, GOT, GPT, Fotafase Alkali, Gamma
GT, Protein Elektroforesis, Glukosa Puasa, Urea N, Kreatinin, Asam Urat,
Cholesterol Total, Trigliserida, Cholesterol HDL, Cholesterol LDL-Direk.
Tes atau pemeriksaan dapat secara kimia klinik, hematologi, imunologi,
serologi, mikrobiologi klinik, dan parasitologi klinik. Metode pemeriksaan
pemeriksaan terus berkembang dari kualitatif, semi kuantitatif, dan
1
dilaksanakan dengan cara manual, semiotomatik, otomatik, sampai robotik.
Hal ini berarti peralatanpun berkembang dari yang sederhana sampai yang
canggih dan mahal hingga biaya tespun dapat meningkat. Oleh karena itu hasi
suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting dalam membantu diagnosa,
memantau perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa dari suatu penyakit
atau keluhan pasien.
Pemeriksaan laboratorium dapat digunakan untuk berbagai tujuan :
1. Skrining/uji saring adanya penyakit subklinis
2. Konfirmasi pasti diagnosis
3. Menemukan kemungkinan diagnostik yang dapat menyamarkan gejala
klinis
4. Membantu pemantauan pengobatan
5. Menyediakan informasi prognostic atau perjalan penyakit
6. Memantau perkembangan penyakit
7. Mengetahui ada tidaknya kelainan/penyakit yang banyak dijumpai dan
potensial membahayakan
8. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak
didapati penyakit.
Dalam pemeriksaan kesalahan pemeriksaan mungkin saja terjadi,
sehingga akan mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium. Terdapat 3
faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil laboratorium yaitu:
1. Faktor Pra instrumentasi : sebelum dilakukan pemeriksaan
2. Faktor Instrumentasi : saat pemeriksaan (analisa) sample
3. Faktor Pasca Instrumentasi : saat penulisan hasil pemeriksaan
Jenis-jenis Pemeriksaan Laboratorium:
1. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan
medis, begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur
untuk memeriksa mikroba patogen
2. Parasitologi, untuk mengamati parasit
2
3. Hematologi, menerima keseluruhan darah dan plasma. Mereka
melakukan perhitungan darah dan selaput darah.
4. Kimia klinik, biasanya menerima serum, mereka menguji serum untuk
komponen-komponen yang berbeda.
5. Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan
toksin lain.
6. Imunologi, menguji antibodi.
7. Serologi, menerima sampel serum untuk mencari bukti penyakit seperti
Hepatitis atau HIV
8. Urinalisis, menguji air seni untuk sejumlah analit.
9. Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan
lain yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
10. Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut rahim) untuk
membuktikan kanker dan lain-lain.
Efektivitas tes laboratorium
Idealnya pemeriksaan laboratorium harus teliti, tepat, sensitif, spesifik
cepat dan tidak mahal. Namun karena keterbatasan pengetahuan, teknologi
dan biaya, keadaan ideal tidak selalu terpenuhi. Adapun penjelasaan syarat-
syarat keadaan tersebut adalah :
1. Teliti berarti kemampuan untuk mendapatkan nilai yang hampir sama
pada pemeriksaan berulang-ulang dengan metode yang sama.
2. Akurat atau tapat berati kemampuan untuk mendapatkan nilai benar
yang di inginkan, tatapi untuk mencapai mungkin membutuhkan waktu yang
lama dan mahal.
3. Cepat berati tidak memerlukan waktu lama
4. Spesifik berarti kemampuan mendeteksi substansi yang ada pada
penyakit yang diperiksa dan tidak menentukan substansi yang lain.
5. Ketepatan pemanfaatan tes laboratorium untuk mendapatkan diagnosis
akurat dan cepat akan menghemat pembiayaan.
3
B. Rumusan Masalah
Setelah materi makalah ini dipelajari secara seksama, mahasiswa
diharapkan memiliki pengetahuan tentang urine dan dapat memahami materi
ini dengan baik.
C. Tujuan
Makalah ini diharapkan akan menjadi suatu bahan yang akan
mendukung materi perkuliahan yang akan melengkapi tugas-tugas dan
pemahaman tentang urine.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Urine
Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Ekskresi urine diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjaldan untuk menjaga homeostasi
cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai
sarana komunikasi olfaktori. Urine disaring di dalam ginjal, dibawa melalui
ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.
B. Komposisi
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garamterlarut, dan materi organik. Cairan dan materi pembentuk
urin berasal dari darah atau cairaninterstisial. Komposisi urin berubah
sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yangpenting bagi tubuh, misal
glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekulpembawa. Cairan
yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagaisenyawa
yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yangterkandung di dalam urin dapat diketahui melalui
urinalisis. Urea yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang
baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan
kompos. Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin.
Urin seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan
ditemukan dalam urin orang yang sehat.
C. Fungsi
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat
yang “kotor”. Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari
ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing
5
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir tidak berbau
ketika keluar dari tubuh.
Hanya saja, beberapa saat setelah meninggalkan tubuh, bakteri akan
mengkontamiasi urin dan mengubah zat-zat di dalam urin dan menghasilkan
bau yang khas, terutama bau amonia yang dihasilkan dari urea. Urin dapat
menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang tidak menderita dehidrasi
akanmengeluarkan urin yang bening seperti air. Penderita dehidrasi akan
mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau cokelat.
D. Sejarah
-Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional India,
Ayurveda.
-Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah
infeksi dandiminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
-Bangsa Romawi kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.
-Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly
agaric(sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian)
atau sejenisnyauntuk berkomunikasi dengan roh halus.
-Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.
-Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, diantara
mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen.
Warna kuning keemasan dalam urin pernah dianggap berasal dari
emas. Para ahli kimia menghabiskan banyak waktu untuk mengekstrak emas
dari urin yang akhirnya justru menghasilkan white phosporous, yang
ditemukan oleh ahli kimia Jerman, Hennig Branddi tahun 1669 ketika ia
sedang mendistilasi urin yang difermentasikan. Pada tahun 1773, ahli kimia
Perancis, Hilaire Rouelle, menemukan urea ketika ia mendidihkan urin hingga
kering.
6
BAB III
PEMBAHASAN URINE
A. Pengertian Urine
Urine atau air seni maupun air kencing adalah cairan sisa yang
diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh
melalui proses urinasi. Eksreksiurin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang
menggunakan urin sebagai sarana komunikasi olfaktori. Urin disaring di
dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra. Dari urin kita bisa memantau penyakit melalui
perubahan warnanya. Meskipun tidak selalu bisa dijadikan pedoman namun
ada baiknya kita mengetahui hal ini untuk berjaga-jaga. Urin merupakan
cairan yang dihasilkan oleh ginjal melalui proses penyaringan darah. Oleh
karena itu kelainan darah dapat menunjukkan kelainan di dalam urin.
B. Komposisi Urine
Urin terdiri dari air dengan bahan terlarut berupa sisa metabolisme
(seperti urea), garam terlarut, dan materi organik. Cairan dan materi
pembentuk urin berasal dari darah atau cairan interstisial. Komposisi urin
berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting bagi tubuh,
misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul pembawa.
Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi dan berbagai
senyawa yang berlebih atau berpotensi racun yang akan dibuang keluar tubuh.
Materi yang terkandung di dalam urin dapat diketahui melalui urinalisis. Urea
yang dikandung oleh urin dapat menjadi sumber nitrogen yang baik untuk
tumbuhan dan dapat digunakan untuk mempercepat pembentukan kompos.
Diabetes adalah suatu penyakit yang dapat dideteksi melalui urin. Urin
seorang penderita diabetes akan mengandung gula yang tidak akan ditemukan
dalam urine orang yang sehat.
7
C. Pandangan Awal Mengenai Warna Urine
1. Kuning jernih, urin berwarna kuning jernih merupakan pertanda bahwa
tubuh kita sehat. Urin ini tidak berbau, hanya saja beberapa saat setelah
meninggalkan tubuh, bakteri akan mengontaminasi urin dan mengubah zat
dalam urin sehingga menghasilkan bau yang khas
2. Kuning tua atau pekat, warna ini disebabkan karena tubuh mengalami
kekurangan cairan. Namun bila terjadi terus, segera periksakan ke dokter
karena merupakan tahap awal penyakit liver.
3. Kemerahan, kondisi ini bisa menandakan gangguan batu ginjal dan
kandung kemih. Namun bisa juga karena mengonsumsi obat pencahar
maupun rifampisin secara berlebihan.
4. Oranye, mengindikasikan penyakit hepatitis atau malaria, Pyridium,
antibiotik yang biasa digunakan untuk infeksi kandung kemih dan saluran
kencing juga dapat mengubah warna urin menjadio ranye.
Selain warna, bau urin juga bisa digunakan untuk mendeteksi penyakit.
Misalnya pada penderita diabetes dan busung lapar, urin cenderung berbau
manis, sementara jika seseorang mengalami infeksi bakteri E. coli, urinnya
cenderung berbau menyengat.
D. Fungsi Urin
Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan dari dalam tubuh. Anggapan umum menganggap urin sebagai zat
yang "kotor". Hal ini berkaitan dengan kemungkinan urin tersebut berasal dari
ginjal atau saluran kencing yang terinfeksi, sehingga urinnya pun akan
mengandung bakteri. Namun jika urin berasal dari ginjal dan saluran kencing
yang sehat, secara medis urin sebenarnya cukup steril dan hampir bau yang
dihasilkan berasal dari urea. Sehingga bisa diakatakan bahwa urin itu
merupakan zat yang steril .Urin dapat menjadi penunjuk dehidrasi. Orang yang
tidak menderita dehidrasi akan mengeluarkan urin yang bening seperti air.
Penderita dehidrasi akan mengeluarkan urin berwarna kuning pekat atau
cokelat.
8
Terapi urin Amaroli adalah salah satu usaha pengobatan tradisional
India, Ayurveda. Fungsi dari urine yang di kenal dimasyarakat menjadi lebih
sering kita jumpai meski punya kontrofersi dan menjadi hal yang tabu. Namun
dibelahan negara lain juga tidak kalah dengan hal yang ada di indonesia
sepertii:
-Dukun Aztec menggunakan urin untuk membasuh luka luar sebagai pencegah
infeksi dan diminum untuk meredakan sakit lambung dan usus.
-Bangsa Romawi Kuno menggunakan urin sebagai pemutih pakaian.
-Di Siberia, orang Kroyak meminum urin orang yang telah mengkonsumsi fly
agaric (sejenis jamur beracun yang menyebabkan halusinasi bahkan kematian)
atau sejenisnya untuk berkomunikasi dengan roh halus.
-Dahulu di Jepang, urin dijual untuk dibuat menjadi pupuk.
Penggunaan urin sebagai obat telah dilakukan oleh banyak orang, di antara
mereka adalah Mohandas Gandhi, Jim Morrison, dan Steve McQueen.
E. Pemeriksaan Urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan urin rutin adalah pemeriksaan
makroskopik, mikroskopik dan kimia urin yang meliputi pemeriksaan protein
dan glukosa. Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan urin lengkap
adalah pemeriksaan urin rutin yang dilengkapi dengan pemeriksaan benda
keton, bilirubin, urobilinogen, darah samar dan nitrit.
E.1 Pemeriksaan Makroskopik
Yang diperiksa adalah volume, warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH
urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan
kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan
kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pemeriksaan Makroskopik adalah
pemeriksaan yang meliputi :
a) Volume urin banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti
umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim
dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin
dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan
volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut
9
poliuri. Bila volume urin selama 24 jam 300--750 ml maka keadaan ini
dikatakan oliguri, keadaan ini mungkin didapat pada diare, muntah -muntah,
deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah suatu keadaan dimana jumlah
urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal ini mungkin dijumpai pada shock
dan kegagalan ginjal.
b) Warna urin pemeriksaan terhadap warna urin mempunyai makna karena
kadang-kadang dapat menunjukkan kelainan klinik. Warna urin dinyatakan
dengan tidak berwarna, kuning muda, kuning, kuning tua, kuning bercampur
merah, merah, coklat, hijau, putih susu dan sebagainya. Warna urin
dipengaruhi oleh kepekatan urin, obat yang dimakan maupun makanan. Warna
normal urin berkisar antara kuning muda dan kuning tua yang disebabkan oleh
beberapa macam zat warna seperti urochrom, urobilin dan porphyrin.
c) Berat jenis urin, pemeriksaan berat jenis urin berkaitan dengan pemekatan
ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling
drop, gravimetri, menggunakan piknometer, refraktometer dan reagens 'pita'.
d) Bau urin, bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah
menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol,
petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria.
e) pH urin, penetapan pH diperlukan pada gangguan keseimbangan asam basa,
kerena dapat memberi kesan tentang keadaan dalam badan. pH urin normal
berkisar antar 4,5 - 8,0. Selain itu penetapan pH pada infeksi saluran kemih
dapat memberi petunjuk ke arah etiologi. Pada infeksi oleh Escherichia coli
biasanya urin bereaksi asam, sedangkan pada infeksi dengan kuman. Proteus
yang dapat merombak ureum menjadi atnoniak akan menyebabkan urin
bersifat basa.
E.2 Pemeriksaan Mikroskopik
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan
sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan
saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
10
E.3 Pemeriksaan Kimia Urin
Di samping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan
dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, spesifik dan
sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik
telah banyak beredar di Indonesia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk
pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan
nitrit.
a) Pemeriksaan glukosa, dalam urin dapat dilakukan dengan memakai reagens
pita. Selain itu penetapan glukosa dapat dilakukan dengan cara reduksi ion
cupri menjadi cupro. Dengan cara reduksi mungkin didapati hasil positip palsu
pada urin yang mengandung bahan reduktor selain glukosa seperti: galaktosa,
fruktosa, laktosa, pentosa, formalin, glukuronat dan obat-obatan seperti
streptomycin, salisilat, vitamin C. Cara enzimatik lebih sensitif dibandingkan
dengan carareduksi. Cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin
sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl.
b) Benda- benda keton, dalam urin terdiri atas aseton, asam asetoasetat dan
asam 13-hidroksi butirat. Karena aseton mudah menguap, maka urin yang diperiksa
harus segar. Pemeriksaan benda keton dengan reagens pita ini dapat mendeteksi asam
asetoasetat lebih dari 5--10 mg/dl, tetapi cara ini kurang peka untuk aseton dan
tidak bereaksi dengan asam beta hidroksi butirat. Hasil positif palsu mungkin
didapat bila urin mengandung bromsulphthalein, metabolit levodopa dan
pengawet hidroksi-quinoline yang berlebihan. Dalam keadaan normal
pemeriksaan benda keton dalam urin negatif. Pada keadaan puasa yang lama,
kelainan metabolisme karbohidrat seperti pada diabetes mellitus, kelainan
metabolisme lemak didalam urin didapatkan benda keton dalam jumlah yang
tinggi.
c) Pemeriksaan bilirubin, dalam urin berdasarkan reaksi antara garam
diazonium dengan bilirubin dalam suasana asam, yang menimbulkan warna
biru atau ungu tua. Garam diazonium terdiri dari p-nitrobenzenediazonium dan
p-toluene sulfonate, sedangkan asam yang dipakai adalah asam sulfo
salisilat. Adanya bilirubin 0,05-1 mg/dl urin akan memberikan basil positif
11
dan keadaan ini menunjukkan kelainan hati atau saluran empedu. Hasil positif
palsu dapat terjadi bila dalam urin terdapat mefenamic acid, chlorpromazine
dengan kadar yang tinggi sedangkan negatif palsu dapat terjadi bila urin
mengandung metabolit pyridium atau serenium.
d) Pemeriksaan urobilinogen, dengan reagens pita perlu urin segar. Dalam
keadaan normal kadar urobilinogen berkisar antara 0,1 - 1,0 Ehrlich unit per dl
urin. Peningkatan ekskresi urobilinogen urin mungkin disebabkan oleh
kelainan hati, saluran empedu atau proses hemolisa yang berlebihan didalam
tubuh. Dalam keadaan normal tidak terdapat darah dalam urin, adanya darah
dalam urin mungkin disebabkan oleh perdarahan saluran kemih atau pada
wanita yang sedang haid. Dengan pemeriksaan ini dapat dideteksi adanya 150-
450 ug hemoglobin per liter urin. Tes ini lebih peka terhadap hemoglobin
daripada eritrosit yang utuh sehingga perlu dilakukan pula pemeriksaan
mikroskopik urin. Hasil negatif palsu bila urin mengandung vitamin C lebih
dari10 mg/dl. Hasil positif palsu didapatkan bila urin mengandung oksidator
seperti hipochloridatau peroksidase dari bakteri yang berasal dari infeksi
saluran kemih atau akibat pertumbuhan kuman yang terkontaminasi.
12
F. Hasil Praktikkum
Hasil urin dari beberapa percobaan
Air biasa Air garam
1. V 70 cc V 50 ccSh 33 ®c Sh 32 ®cL 100 cc L _Bj 1,00 1:1 Bj 2,5
2. 110 ®cc 15 cc 33 cc L : 1,05 cc L 120 cc Bj :10,07 1:0,5 Bj : 10,07
Air biasa Volume Suhu Bj urin 15 menit
12,55 70 cc 33 ®c 1,00 Kuningl :250 :100
110 cc 33 ®c 10,07 Jernihl : 10
210 cc 35 ½ ®c 10,08 l : 10
Air garam Volume Suhu Bj urin 15 menit
1:2 70=70+30 50 cc 32 ®c 1,20 KuningOrange
L 10 cc 27 ®c 1,00 Mau jernih
l :05 – l: l 15 cc 29 ®c 10,108 Jernih
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui
ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli permenit akan terbentuk
filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan
ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk 1 ml urin per menit. Secara
umum dapat dikatakan bahwa pemeriksaan urin selain untuk mengetahui
kelainan ginjal dan salurannya juga bertujuan untuk mengetahui kelainan-
kelainan diberbagai organ tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas,
korteks adrenal, uterus dan lain-lain. Salah satu komponen urine adalah
indikan yang merupakan bagian terpenting dari sulfateterial urine.
Indikan berasal dari pembusukan priptofan dalam usus. Triptofan oleh
bakteri usus diubah menjadi indol yang kemudian mengalami penyerapan
kembali ke dalam darah dan dibawa ke hati. Di dalam hati indol mengalami
oksidasi dan konjugasi menjadi indoksil sulfat ( indikan ). Jumlah indikan
urine menggambarkan proses pembusukan dalam usus. Dalam uji coba ada
beberapa cara misalnya uji benedict untuk menguji adanya glukosaurin dan uji
heller untuk mengetahui adanya protein ataupun garam urea urine.
B. Saran
Tidak ada sesuatu yang sempurna di dunia ini demikian pula makalah
yang kami buat. Kami menyadari masih banyak kekurangan pada makalah
yang kami buat. Oleh sebab itu kami mengharapkan kritik maupun saran yang
membangun dari para pembaca untuk kemajuan dan sempurnanya makalah
kami. Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi para pembaca
terutama para mahasiswa.
14
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny Retna dan Sunarsih, Tri. 2009. KDPK Kebidanan : Teori dan
Aplikasi.Yogyakarta : Nuha Medika
http://belibis-a17.com/2008/04/25/pemeriksaan-protein-urinekualitatif/
http://id.wikipedia.org/wiki/Urinhttp://aseppopy.net/kesehatan/
sekilastentangurin
http://www.smallcrab.com/kesehatan/795-penilaian-hasil-pemeriksaanurine
Uliyah, Musrifatul dan Alimul, Aziz. 2008. Keterampilan Dasar Praktik
Klinik. Jakarta:Penerbit Salemba Medikawilmar musram, 2000, Praktikum
Urine, Penuntun Praktikum Biokimia, Widya Medika,Jakarta.
15