makalah studi quran.pdf
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Turunnya Wahyu al-Qur’an merupakan suatu kejadian yang menjadi titik
tolak seorang hamba yang bernama Muhammad bin Abdullah dinobatkan sebagai
manusia pilihan bagi alam semesta. Maha suci Allah yang telah menurunkan adz-
adzikr dimana Muhammad saw diberi tugas untuk menerangkannya kepada umat,
dengan hikmah, agar mereka mengambil pelajaran darinya.1 Telah dilakukannya
hal itu, sehingga ia tidak berbicara berdasarkan atas kemauannya sendiri. Dengan
turunnya Al Qur’an berarti banyak hal yang perlu dikaji lebih mendalam lagi, baik
dari segi proses turunnya Wahyu Al Qur’an itu sendiri maupun apa-apa yang
turun.
Al-Qur’an, Wahyu dan Nuzulul Qur’an merupakan tiga kata yang saling
berkaitan antara satu sama yang lain. Sebab -secara awam- Al-Qur’an itu sendiri
adalah merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada NabiNya
Muhammad SAW. Sedangkan wahyu adalah petunjuk dari Allah yang hanya
diturunkan kepada para Nabi dan rasulNya melalui berbagai cara.2
Pembahasan mengenai Wahyu dan Nuzulul Qur’an merupakan
pembahasan yang menarik, dalam arti hal yang fundamental untuk ditelaah
kembali saat ini. Sejak pewahyuannya kepada Rasulullah hingga saat ini, al-Quran
telah menempuh sejarah panjang selama empat belas abad lebih. Dalam hal yang
menyangkut detail tentang Rasulullah menerima wahyu, kiranya perlu kajian
secara ilmiah dengan merujuk sumber-sumber utama Islam dan analisis-analisis
rasional yang dikembangkan para sarjana atau ilmuwan baik klassik maupun
modern.
1.2. Tujuan
1. Menjelaskan tentang Wahyu.
2. Menjelaskan Nuzulul Qur’an.
3. Menjelaskan ayat yang pertama dan terakhir diturunkan.
1 Tafsir jalalain.chm QS. 016: 442 Pusat Bahasa Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, iOS v.2.4
1
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan suatu masalah terkait
dengan Wahyu, yaitu sebagai berikut:
1. Apa Pengertian daripada Wahyu?
2. Bagaimana Cara Penyampaian Wahyu?
3. Ayat manakah yang pertama dan terakhir kali diwahyukan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi Wahyu
Arti Kata Wahyu berkisar pada terma “al-isharah al-sariah” (isyarat yang
cepat), “al-kitabah” (tulisan), “al-maktub” (tertulis), “al-risalah” (pesan), “al-
ilham” (ilham), “al-kalam al-khafy” (pembicaraan yang bersifat tertutup dan tidak
diketahui pihak lain dan cepat).3 Al-Wahyu atau wahyu adalah kata masdar
(infinitif); dan materi itu menunjukkan dua pengertian dasar, yaitu: tersembunyi
dan cepat.4 Oleh karena itu, maka dapat dikatakan secara konklusif bahwa dalam
arti lughawinya, “wahy” ialah pemberitahuan secara tersembunyi dan cepat yang
khusus ditunjukan kepada orang yang diberitahu tanpa diketahi orang lain.5
Ada lebih dari 60 kali kata-kata wahy (و - ح – ي ) itu disebut dalam Al-
Qur’an. Berdasarkan penelitian, Manna’ Khalil Al-Qattan memetakan dari
beberapa ayat dapat diperoleh makna dari Al-Wahyu itu yang meliputi beberapa
istilah sebagai berikut6 :
1. Al-Wahyu berarti petunjuk Tuhan yang timbul di hati atau dapat disebut
dengan istilah ilham, sebagai bawaan dasar manusia. Seperti wahyu
terhadap ibu Nabi Musa, tertuang dalam QS. Al-Qashsash (28) : 7.
3 Ibn Mandzur, Lisan al-Arab (Kairo: Dar al-Ma’arif, t.th) h.4787. Manna’ Khalil Al Qattan. Mabahits Fi Ulumil Qur’an (Kairo: Maktabah Wahbah, 1995) h.24, Rashid Ridha, al-Wahy al-Muhammady (Beirut: Muassasah `Izzu ad-Addin: 1406 H) h.81
4 Qattan, Mabahits h.265 Ridha, al-Wahy, h. 816 Qattan, Mabahits h.27
2
2. Al-Wahyu berarti ilham yang berupa naluri pada binatang, seperti
wahyu kepada lebah, tertuang dalam QS. An-Nahl (16) : 68.
3. Al-Wahyu berarti Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode seperti
isyarat Zakaria yang dikisahkan pada QS. Maryam (19) : 11.
4. Al-Wahyu berarti bisikan, tipu daya setan untuk menjadikan yang buruk
kelihatan indah dalam diri manusia, pada QS. Al-An’am 21) : 121.
5. Al-Wahyu berarti apa yang disampaikan Allah kepada Malaikatnya
berupa perintah untuk dikerjakan, pada QS. Al-Anfal (8) : 12.
Kemudian dari arti lughawi ini, para sarjana islam membangun definisi
“wahy” secara terminologis atau istilah. Muhammad Abduh di dalam kitab
Risalatut Tauhid mendefinisikan wahyu sebagai pengetahuan yang didapati
seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan pengetahuan itu datang
dari Allah, baik dengan melalui perantara ataupun tidak; yang pertama melalui
suara yang terjelma dalam telinganya atau tanpa suara sama sekali.7 Adapun
Manna’ Khalil Al-Qattan mengatakan bahwa, pengertian Al-Wahyu secara syara’
adalah Kalam Allah yang diturunkan kepada seorang Nabi.8 Atau seperti yang
diriwayatkan dari az-Zuhri yang menyatakan: Wahyu adalah apa yang diberitakan
Allah kepada salah seorang Nabi; Dia tetapkan ke dalam hatinya, sehingga Dia
menyampaikannya dengan kata-kata, dan dia menulisnya, dan itulah kalam Allah.9
Adapun perbedaan antara wahyu dengan ilham adalah bahwa ilham itu
intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta,
tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaaan
lapar, haus, sedih dan senang.10 Definisi di atas adalah pengertian masdar wahyu.
Bagian awal definisi ini mengesankan adanya kemiripan antara wahyu dengan
suara hati atau kasyaf, tetapi perbedaannya dengan ilham diakhir defenisi
meniadakan hal ini. Dari definisi ini jelas bahwa terma “wahy” dalam Islam harus
memuat dua unsur utamanya, yaitu (i) pemberi berita (Allah SWT) dan (ii)
penerima berita (nabi), sehingga mustahil wahyu berlangsung dengan menafikan
7 Muhammad Abduh, risalah at-tauhid (Kairo: Dar al-Syuruq, 1994) h. 1028 Qattan, Mabahits h.279 Jalaluddin As Suyûthi, al itqân fi `ulum al-quran, (Beirut: Dâr al-Fikr, 2008) h. 10 Qattan, Mabahits, h. 37
3
salah satunya atau -terlebih- tanpa keduanya.
2.2 Kaifiyat Turunnya Wahyu
A. Wahyu Allah turun kepada Malaikat.
Jelas bahwa Al-qur’an telah dituliskan di lauhul mahfuzh, berdasarkan
firman Allah Q.S. Al-Buruj /85 : 21-22.
bahkan yang didustakan mereka itu ialah Al Quran yang mulia, dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh).11
Demikian juga, Al-qur’an itu diturunkan sekaligus di Baitul ‘Izzah yang berada
dilangit dunia pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadhan. Dalam
berlangsungnya pewahyuan, Allah menggunakan malaikat sebagai perantara.
Malaikat yang pada dasar berwujud non-material, bisa menjelma menjadi wujud
material untuk menyampaikan wahyu tersebut dari Allah.12 Dalam Al-Qur’an al-
Karim terdapat nash mengenai kalam Allah kepada Malaikat-Nya. Sebagaimana
firman Allah dalam Q.S. Al-Baqarah/2 :31.
Dan Dia ajarkan kepada Adam Nama-nama (benda) semuanya kemudian Dia perlihatkan kepada para malaikat seraya berfirman, "Sebutkanlah kepada-Ku nama semua (benda) ini jika kamu benar.13
Ada juga nash al-Qur’an tentang para malaikat yang mengurus urusan dunia
menurut perintah-Nya. Allah berfirman dalam Q.S. An-Naziat (79) : 5
Dan (malaikat-malaikat) yang mengatur urusan (dunia).14
Nash-nash di atas dengan tegas menunukan bahwa Allah berbicara kepada
Malaikat tanpa perantaraan dan dengan pembicaraan yang dipahami oleh
malaikat.
Para ulama berpendapat mengenai cara turunnya wahyu Allah yang berupa
al-qur’an kepada Jibril dengan beberapa pendapat:
a) Jibril menerimanya secara pendengaran dari Allah dengan lafaznya yang
11 Departemen Agama. Muqaddimah Al-Qur’an dan Tafsirnya. (Jakarta : Cv. Darma Pala, 1997)., h. 590.
12 Hafidz Abdurrahman, Ulumul Quran Praktis (Bogor: IDeA Pustaka Utama, 2003) Cet. I, h.2413 Depag, Muqaddimah, h. 614 Depag, Muqaddimah, h. 583.
4
khusus.
b) Jibril menghafalnya dari lauhil mahfuzh.
c) Maknanya disampaikan kepada Jibril, sedangkan lafaznya dari Jibril, atau
Nabi Muhammad saw. 15
Pendapat yang pertama, dijadikan pegangan oleh ahlu sunnah waljamaah
dimana Al-qur’an adalah kalam Allah dengan lafaz-Nya, bukan kalam Jibril atau
Kalam Muhammad saw. Penyandaran ini terdapat dalam firman Allah Q.S. Al-
Naml /27 : 6.
Dan sesungguhnya engkau (Muhmmad) benar-benar telah diberi Al qur'an dari sisi (Allah), yang Maha Bijaksana lagi Maha mengetahui.16
Adapun pendapat kedua, tidak dapat dijadikan pegangan, sebab adanya Al-
Qur’an di aluhil mahfuzh itu termasuk bersifat gaib. Sedangkan pendapat ketiga,
hampir sama dengan makna sunnah17. Sebab sunah itu juga wahyu dari Allah swt.
Kepada Jibril, kemudian kepada Nabi Muhammad saw. Firman Allah dalam Q.S.
al-Najm /53 : 3- 4.
Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut keinginannya. Tidak lain (al-Qur’an itu) adalah wahyu yang wahyu diwahyukan (kepadanya).18
Karenanya diperbolehkan meriwayatkan hadits menurut maknanya,
sedangkan al-Qur’an tidak.
15 Qattan, Mabahits, h. 3816 Depag, Muqaddimah, h. 377. 17 Kata sunnah dan kata yang seakar dengannya dalam hadist Nabi disebutkan berulang kali.
Asal kata itu berarti jalan atau perjalanan hidup. Jika kata itu digunakan dalam syariat, maka itu berarti segala apa yang diperintahkan, yang dilarang, maupun yang dianjurkan oleh Nabi saw berupa perkataan atau perbuatan dimana tidak dibicarakan oleh Quran. Baca: Mandzur, Lisan, h. 2124, Musthofa Al-Syiba’i, As-sunnah wa makanatuha fi at-tasyri` al-Islamy, (Beirut, al-Maktab al-Islami, 1985) h. 47,
18 Depag, Muqaddimah, h. 526
5
B. Wahyu Allah turun kepada Rasul
Ragam bentuk wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw.
Allah memberikan wahyu kepada para Rasul atau Nabi-Nya secara rahasia
dan sangat cepat itu bervariasi. Dari variasi itu ada dua pengelompokan, yaitu:
melalui malaikat Jibril dan langsung tanpa perantara.19ada yang melalui
perantaraan dan ada yang tidak melalui perantaraan.
1. Melalui perantaraan malaikat pembawa wahyu.
Wahyu yang diturunkan dengan cara ini dikenal ada dua, yaitu;
Pertama, Jibril menampakan wajahnya atau bentuknya dengan
wajah asli. Cara seperti ini terjadi dua kali; ketika Nabi Muhammad
saw. menerima wahyu yang pertama Q.S. al-Alaq ayat 1-5 di gua
Hira dan ketika di Sidratul Muntaha pada malam Isra’ dan Mi’raj.20
Kedua, Jibril menyamar seperti laki-laki yang berjubah putih.
Misalnya ketika Nabi Muhammad saw. menerima wahyu tentang
iman, Islam, Ihsan dan tanda-tanda kiamat.21
2. Tanpa melalui perantaraan malaikat (langsung).
a. Diantaranya melalui mimpi yang benar, misalnya wahyu surah Al-
kautsar / 108 : 1-3.
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.(1) Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah (2) Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus (3).22
b. Allah berbicara secara langsung.
Ada pula yang menyatakan bahwa cara ini adalah turunnya wahyu
melalui balik hijab. Misalnya wahyu Allah kepada Nabi Musa yang
19 Abu Anwar, Ulumul Qur’an ; sebuah pengantar (Cet. 9, Pekan Baru: Amzah, 2009), h. 15-17. 20 Al-Hasan, 'Ali, al-Manâr, ( Beirut: Dâr al-Fikr al-'Arabi, 1998), hal. 52.21 Muhammad bin Ismâ’îl, Shahîh al- Bukhâri (Beirut: Dâr Ibn Katsîr 1987) ed. Dr. Musthafâ
Dîb al-Bighâ, Cet. III. Kitâb al-Imân,hadits no. 48.22 Depag, Muqaddimah, h. 602
6
diceritakan dalam firman Allah pada Q.S. al-Anisa /4 : 164.
Dan ada beberapa rasul yang telah kami kisahkan mereka kepadamu sebelumnya ada beberapa rasul (lain) yang kami tidak kisahkan mereka kepadamu. Dan kepada Musa Allah berfirman secara langsung.23
3. Cara lain adalah seperti gemerincing lonceng. Cara ini termasuk cara
yang paling berat dirasakan oleh Rasul. Firman Allah dalam Q.S. al-
Muzammil/73 : 5. Sesungguhnya Kami akan menurunkan Perkataan yang
berat kepadamu.24
Nabi Muhammad saw. sebagai manusia biasa menerima bisikan dari Allah
swt. yang disebut dengan wahyu. Bisikan itu berisi misi atau risalah ilahiah yang
disampaikan kepadanya melalui malaikat Jibril. Artinya, pewahyuan Al-qur’an
kepada Nabi menggambarkan terjadinya perjumpaan antara mahluk material
(jasmaniah), yaitu Nabi Muhammad dengan makhluk immaterial (ruhani), yaitu
Jibril. dan diterimanya interaksi antara makhluk jasadi dengan khaliq yang maha
tinggi.25
Al-Qur’an menyebutkan, ada tiga cara penyampaian misi ilahiah itu
kepada Nabi Muhammad saw. yaitu melalui wahyu secara langsung secara
langsung, pembicaraan dibalik hijab, dan atau Allah mengirim seorang utusannya.
Firman Allah dalam Q.S. al-Syuara /42 :51.
Dan tidak patutlah bagi seorang manusia bahwa Allah akan berbicara kepadanya kecuali dengan perantaraan wahyu atau dari belakang tabir atau dengan mengutus utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan izin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya, Dia Mahatinggi lagi Mahabijaksana.26
2.3 Wahyu Pertama dan Terakhir
Al-Qur’an mulai diturunkan kepada Nabi ketika sedang berkhilwat di Gua
Hira’ pada malam Isnen, bertempatan dengan tanggal 17 Romadhon Tahun 41 dari
23 Depag, Muqaddimah, h. 424 Depag, Muqaddimah, h. 57425 Kadar M. Yusuf, Studi Al-Qur’an (Jakarta; Amzah, 2009), Cet. I, h. 23.26 Depag, Muqaddimah, h. 488
7
kelahiran Nabi Muhammad SAW. 06 Agustus 610M27.
A. Ayat Pertama Turun
Ada empat pendapat tentang Ayat pertama turun :
1. Pendapat pertama ada yang mengatakan bahwa ayat yang mula-
mula turun adalah surat Al-Fatihah, pendapat ini berdasarkan
Riwayat Maisarah, melalui Abu Ishaq,katanya Setelah rosululloh
SAW mendengar suara lalu beliau melarikan diri, rosululloh sendiri
yang menyebutkan turun Malaikat kepadanya. Kata malaikat itu
Bacalah 28.
Segala Puji bagi Allah,Tuhan semesta Alam (sampai akhir Ayat)
Pendapat ini juga dikemukakan oleh Al Imam Muhammad ‘Abduh,
katanya bahwa surat yang mula-mula turun adalah Al-Fatihah29
dengan alasan :
a. Terletak dipermulaan Al Kitab(Al-Qur’an)
b. Mengingat kandungannya yang lengkap, melengkapi segala
isi Al--Qur’an, yang menyebabkan kita harus
memandangnya Fihris ringkas lengkap bagi segala isi Al-
Qur’an
c. Hadist yang diriwayatkan Al Baihaqi dalam Kitab Dalilun
Nubuwah.
2. Pendapat kedua ada juga yang mengatakan Ayat yang turun
pertama ialah Bismillah itu turun sebagai sumber pengambilan bagi
setiap surat30. Hadis- hadis yang menerangkan ini adalah Mursal
(sanadnya terputus).
3. Pendapat ketiga adalah surah Al-Alaq ayat 1-5
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,Yang
27 M Hasbi Ash-Shiddieqy, Sejarah dan pengantar ilmu Al Qur'an dan tafsir, (Semarang : Pustaka Rizki Putra, 2000), hal. 3728 Qattan, Mabahits, hal 7329 Ash-Shiddieqy, Sejarah,,hal 4930 Qattan, Mabahits, hal 72
8
mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Pendapat ini 31Menurut Hadis Syaikhan, Aisyah
mengatakan Awal pertama (permulaan) Rosululloh SAW menerima
wahyu berupa mimpi shadiq di waktu tidurnya. Tidak pernah
beliau bermimpi seperti itu selama ini. Datang kepadanya seperti
Falak di waktu subuh. Sudah itu dia ingin hendak bersunyi-sunyi
diri. Maka pergilah beliau ke Gua Hira’. Disinilah (Gua Hira’)
beliau sendiri sampai beberapa malam. Dan untuk itu beliau
menyiapkan perbekalan. Sudah itu beliau kempali ke Siti Khadijah.
Oleh Khadijah dipersiapkan perbekalan seperti yang pertama.
Demikianlah sampai turunnya Wahyu. Di waktu itu beliau berada
di Gua Hira’,datang kepadanya malaikat. Kata Malikat itu
“Bacalah”. Kata Rosul “Aku tidak pandai membaca’’. Maka
diambilah Aku dan dirangkulnya kuat-kuat sehingga Aku
kepayahan. Sesuadah itu dilepaskannya Aku kembali,seraya
berkata “Bacalah”.Kataku “Aku tidak pandai membaca”. Aku
dirangkulnya kedua kalinya sehingga Aku kepayahan. Sesudah itu
dilepaskannya kembali, seraya berkata “Bacalah”. Kataku “Aku
tidak pandai membaca”. Lantas Aku dirangkulnya untuk ketiga
kalinya. Sudah itu dilepaskannya kembali seraya berkata “Bacalah
dengan menyebut nama Tuhan engkau yang menjadikan”. Sesudah
itu badan Rosululloh gemetar dan kemudian pulang kerumahnya.
Kemudian menurut pendapat lainnya yaitu Hadist yang
diriwayatkan oleh Ath Tharbary dari Abdulloh Ibnuz Zubair32,
ujarnya :
Bersabdalah Rosululloh SAW : maka datanglah kepadaku jibril,
dan kala itu aku sedang tidur, Jibril membawa selembar namath
(kain berwarna) dari sutera, padanya ada Tulisan (suratan). Jibril
berkata “Iqra (Bacalah)”. Maka akupun menjawab bahwa Aku
31 Qattan, Mabahits, hal. 7032 Ash-Shiddieqy, Sejarah, hal 41
9
tidak bisa membaca. Karena itu aku dipeluknya erat-erat, hingga
Aku sangka bahwa aku akan mati. Kemudia Dia lepaskan Aku,
seraya berkata pula : Iqra’(bacalah). Apa yang akan aku baca? Aku
mengatakan demikian hanya supaya dia jangan kembali lagi
memeluk aku erat-erat dan kuat-kuat sebagai yang sudah, Dia
berkata surat Al-Alaq 1-5. Setelah itu ia pun pergi. Sesudah ia pergi
akupun bangun dari tidurku, dan seolah-olah telah termateri
dijiwaku suatu Tulisan (Kitab)
4. Ada pula orang yang mengatakan bahwa ayat yang pertama turun
ialah firman Allah yang berbunyi :
Hai orang yang berkemul (berselimut).
Pendapat ini didasarkan dari Syaikhan dari Abu Salamah bin
Abdurrahman33. Katanya, Aku pernah berkata kepada Jabir bin
Abdullah, apakah Ayat Al-Qur’an yang mula-mula turun?
Katanya : Hai orang yang berkemul (berselimut). Kataku, Apakah
Tidak : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
menciptakan. Katanya Apakah tidak aku sampaikan kepadamu
Hadis yang kami terima dari Rosululloh SAW. Kata Nabi SAW
“Aku berjalan-jalan sekekliling Hira’. Setelah berkeliling,turunlah
wahyu. Ketika Aku sedang berada dalam lembah. Aku menoleh ke
depan, ke belakang, ke kanan, dan ke kiri, sudah itu Aku melihat
kelangit. Maka Dia ( Jibril) Mengambil Aku yang sedang gemetar.
Aku pulang kepada Khadijah, Aku suruh orang-orang agar Aku
diselimuti. Lantas Allah menurunkan Ayat :
Hai orang yang beselimut, bangunlah, maka berilah peringatan.
Kata Jabir RA. Aku pernah mendengar Rosululloh SAW
menyampaikan sepotong Hadis tentang fitrotul wahyu. Kata Nabi
dalam Hadisnya itu, diwaktu aku sedang berjalan-jalan lalu aku
mendengar suara dari langit. Lalu aku angkat kepalaku. Malaikat
yang datang kepadaku digua Hira’ itu kini sedang duduk diatas
33 Qattan, Mabahits, hal. 70
10
kursi, antara Bumi dan Langit. Lalu aku kembali, kataku selimuti
aku,maka orang-orang menyelimuti aku.
Sebagian orang mengumpulkan kedua hadis ini. Jabir
mendengar Nabi menyebutkan kisah permulaan wahyu. Yang
didengarnya itu ialah bagian yang terkhir, sedangkan yang pertama
tidak didengarnya. Karena iu masih diragukan bahwa ayat ini yang
pertama turun. Memang ayat Mudatsir itula yang pertama itu Turun
sesudah al-alaq 1-5 dan fitratul wahyu. Terdapat dalam sahihain,
juga dari jabir bahwa Rosullulloh pernah menyampaikan hadis
tenteng fitrotl wahyu. Didalam hadis itu Nabi mengatakan Di
waktu Aku sedang berjalan-jalan, Aku mendengar suara dari langit,
lalu kuangkat kepalaku,maka tampak oleh-ku Mailaikat yang
datang padaku di Gua Hira’ itu sedang duduk diatas kursi diantara
langit dan bumi. Aku gemetar, lantas akukembali pulang. Kataku
selimuti Aku. Diwaktu itu Allah menurunkan surat Al-alaq 1-5.
Didalam Hadis ini diberitahukan tentang malaikat yang
datang padanya diGua Hira’ tadinya itu. Dan dalam hadis Aisyah
RA dikatakan bahwa turun surat Al-alaq 1-5 digua Hira’,inilah
wahyu pertama. Sesudah itu terjadi masa Fitrah (masa kekosongan
wahyu). Didalam Hadis Jabir dikatakan bahwa wahyu itu berurut-
urut datangnya sesudah turun aturan ayat,
Dengan demikian maka taulah kita secara mutlak Al-alaq 1-
5 yang pertama turun. Sesudah itu baru surat Al-Mudatsir.
Demikian pula menurut Ibnu Hiban dalam sohihnya. Tidak ada
pertentangan antara kedua Hadis ini. Ayat yang pertama diturunkan
ialah : iqra` bismirabbikal ladzi kholaq. Digua Hira’ sesudah itu
nabi kembali kepada Khodijah dan Oleh Khodijah Nabi disiram
Air dingin.34 Dirumah Khodijah inilah Allah menurunkan Ayat
yang berbunyi :
Sekarang jelaslah persoalannya, yaitu setelah turun kepada
34 Qattan, Mabahits, hal. 73
11
Nabi SAW surat Al-Alaq 1-5 dia kembali kerumah lantas
berselimut. Setelah itu turun Ya Ayyuhal Mudastir.
B. Ayat Terakhir
1. Pertama, ada orang yang mengatakan bahwa ayat yang terkhir
turunnya ialah ayat yang mengenai riba35. Menurut Hadis Bukhori dan
Ibnu Abbas katanya : ayat yang terakhir diturunkan Tuhan Kepada
Muhammad SAW adalah ayat tentang Riba. Yang dimaksud dengannya
ialah firman Tuhan yang berbunyi :
Hai orang-orang yang beriman,bertakwalah kamu kepada Allah dan
tinggalkanlah Riba (QS Al-Baqarah : 278)
2. Kedua, adapula orang yang mengatakan pula ayat yang terakhir
diturunkan Allah ialah firman Tuhan yang berbunyi :
Dan peliharalah dirimu (adzab yang terjadi pada) hari yang pada
waktu itu kamu sekalian dikembalikan oleh Allah (QS Al-Baqarah :
281)
Sedangkan36 menurut Hadis yang dirawikan An Nasa’i dan lainnya,
dari Ibnu Abbas dan Said bin Jubair RA, mengatakan bahwa ayat yang
Al-Qur’an yang terkhir turunnya yang berbunyi : Dan takutlah kamu
terhadap Adzab yang terjadi pada hari yang waktu itu kamu semua
dikembalikan kepada Allah SWT.(QS AtTaubah 128-129)
3. Ketiga, adapula orang yang mengatakan bahwa ayat yang terkhir
diturunkan oleh Allah yaitu ayat yang mengenai utang piutang. 37Menurut hadis yang diRawikan dari Said bin Al-Musayab
mengatakan bahwa telah sampa kepadanya berita Al-Qur’an mengenai
janji di Arasy itu ialah yang mengenai utang piutang. Yang dimaksud
ialah ayat: Hai Orang-orang beriman apabila kamu bermuamalah,
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan hendaklah kamu
menuliskannya (QS Al-Baqarah : 282)
Apabila dikumpulkan ketiga Riwayat ini maka ketiga ayat tersebut
35 Qattan, Mabahits, hal. 7436 Qattan, Mabahits, hal. 7537 Qattan, Mabahits, hal. 75
12
diturunkan sekaligus. Seperti yang tersusun pada mushaf. Ayat
Riba,wattakuyauman,dan ayat utang piutang. Terdapat pada suatu
kisah diberitahukan bahwa tiap-tiap isi perawi yang merawikan tentang
ayat-ayat yang terkhir diturunkan adalah Sahih.
4. Keempat, adapula orang yang mengatakan bahwa ayat yang terkhir
ialah ayat Kalallah. 38Menurut hadis Saikhan dari Al Bar’a bin Azib
katanya, ayat yang terakhir diturunkan Allah yaitu ayat yang berbunyi:
Mereka meminta Fatwa kepadamu (tentang Kalalah) katakanlah,Allah
memberi fatwa kepadamu tentang kalallah (QS An Nisa 176).
5. Kelima, ada pula yang mengatakan bahwa ayat terakhir diturunkan
ialah firman Tuhan yang berbunyi: sesungguhnya telah datang
kepadamu seorang Rosul dari Golongan kamu sendiri (QSAtTaubah :
128).
6. Keenam, ada pula yang mengatakan bahwa ayat yang terakhir turun
ialah surat Al Maidah. Sebagai mana yang telah dirawikan oleh Tirmizi
dan Hakim, Aisyah mengatakan Aku perkenankan bahwa yang
dimaksud terkhir turunnya ialah ayat yang mengenai halal dan haram.
Ayat ini tidak menasikhan Hukum.
7. Ketujuh,39 ada pula yang mengatakan ayat terakhir turunnya ialah
firman Tuhan yang berbunyi :
Maka Tuhan mereka memperkenankan permoonannya (dengan
berfirmn). Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang-orang
yang beramal diantara kamu, baik laki-laki maupun perempuan
(karena)sebagian kamu adaah turunan yang sebagian lagi (QS Al-
imron: 195)
Menurut Hadis yang dirawikan oleh Marduwiyah via Mujtahid,
dari Umu salamah, katanya Ayat terakhir turunnya ialah ayat yang
berbunyi maka Tuhan mereka memperkenankan permohonan mereka
(dengan berfirman) Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal
orang-orang yang beramal diantara kamu. Sampai akhir ayat. Yang ini
38 Qattan, Mabahits, hal. 7539 Qattan, Mabahits, hal. 77
13
pernah dtanyakan. Ya rosululloh mengapa yang diperhatikan Allah
hanya Laki-laki yang Dzikir,bukan perempuan? Ketika itu turunlah
ayat yang berbunyi: Dan janganlah kamu iri hati terhadap apa yang
dikaruniakan Allah kepada sebagian kamu lebih banyak dari yang
sebagian lagi (QS An Nur:32)
Dan diturunkan pula ayat yang berbunyi : Sesungguhnya laki-laki
dan perempuan (QS Al Ahzab 35)
Dari ketiga ayat tersebut diatas maka ayat inilah yang terakhir
turunnya. Sesudah itu diturunkan pula yang khusus bagi laki-laki. Dari
riwayat itu jelaslah bahwa ayat tersebut yaitu akhir turun dari ketiga
ayat tersebut. Akhir ayat yang turun itu dinisbahkan kepada apa yang
tersebut dalam surat (QS An Nisa’ 32)
8. Menurut Hadist Riwayat Bukhori dan lainnya, dari Ibnu Abbas RA
katanya ayat yang berbunyi barang siapa yang membunuh orang
mukmin dengan sengaja,maka balasannya ialah jahanam. Yang
dimaksud disini adalah QS:An Nisa 93
9. Hadis dari Ibnu Abbas RA mengatakan bahwa surat terakhir yang
diturunkan ialah Apabila datang pertolongan Allah dan kemenangan
(QS An Nashr :1)
10. Menurut pendapat Jumhur, ayat yang terakhir adalah surat Al Maidah :
3 Pada hari ini telah aku sempurnakan bagimu agamamu dan aku
telah cukupkan untukmu nikmatku dan aku telah pilih (Aku Ridhoi)
Islam menjadi agamamu (QS Al Maidah : 3)
Ayat ini turun di Arafah pada tahun Haji Wada. Pada Akhirnya menunjukan
kesempurnaan segala yang fardhu dan hukum-hukum. Diatas telah dikemukakan
tentang apa yang dirawikan dalam hal turunnya ayat Riba,utang-piutang,kalalah
dan lain-lain. 40Menurut pengertian As Said Muhammad Rasyid Ridlo, bahwa
Imam Ibnu Jarir menukil dari Tafsirnya, bahwa para Ulama sepakat menetapkan
bahwa wahyu tidak berhenti-henti turunya kepada Rosul sampai Rosululloh
Wafat. Bahkan kala Rosululloh hampir wafat lebih rapat lagi turunnya wahyu.
40 Ash-Shiddieqy, sejarah, hal. 54
14
Semua pendapat yang diatas tidak satu jua pun yang dari Nabi SAW. Karena
itu harus dilakukan Ijtihad dan menyambunh hal-hal yang masih dikeragui.
Barangkali pengertian bahwa tiap-tiap berita mengenai surat yang terakitu
didengar dari rosul. Atau perkataan yang demikian di’itbarkan dengan surat yang
sempurna turun.
Sekiranya kita menganalisis pendapat-pendapat di atas, kita akan
menghadapi kesukaran untuk menentukan ayat terakhir diturunkan kepada
Rasulullah SAW disebabkan perbedaan pendapat tersebut. Walau bagaimanapun
kita boleh membuat rumusan berdasarkan logika
Ayat 275 hingga 281 surah al-Baqarah nampaknya diturunkan bersama
karena ayat ini membicarakan persoalan riba’ dan hukum berkaitannya. ‘Umar
dan ‘Abdullah Ibn ‘Abbas mengatakan ayat riba merupakan ayat
terakhir diturunkan kepada Rasullah SAW, tepat Rasulullah wafat 9 hari setelah
ayat ini diturunkan sebagaimana yang diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Ibn
Juraij mengenai ayat 281, surah al-Baqarah.
Pandangan Ibn ‘Abbas mengenai ayat 93 surah An-nisa’ ialah
tentang ayat terakhir berhubung pembunuhan seorang Muslim, bukannya ayat
terakhir al-Quran. Manakala pendapatnya mengenai surah An-nasr tidak menjadi
masalah. Surah An-nasr kemungkinan merupakan surah pendek yang terakhir
diturunkan, sementara surah al-Bagarah merupakan surah panjang yang terakhir
diturunkan. Ini tidak berbeda dengan pendapat ‘Aisyah dan Ibn ‘Amr yang
mengatakan surah al-Ma’idah merupakan surah yang terakhir diturunkan. Mereka
maksudkan surah terakhir mengenai perkara halal dan haram.
Pandangan al-Bara tentang Ayat 176 surah An-nisa’ sebagai ayat
akhir turun ialah ayat akhir tentang faraid. Apa yang diriwayatkan oleh Ubay bin
Ka’ab mengenai ayat 128 hingga 129 surah aT-Taubah adalah sebahagian
daripada surah tersebut yang diturunkan secara keseluruhan sebagai surah panjang
yang terakhir diturunkan. Riwayat Ummu Salamah pula bukannya mengenai ayat
terakhir tetapi lebih kepada jawaban Rasullah saw kepada persoalan mengenai
kedudukan wanita dalam Islam. Pandangan Mu’awiyah pula jelas merujuk kepada
yang terakhir diturunkan di Mekah melibatkan surah al-Kahfi termasuk ayat
15
terakhirnya.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
1. Al-Qur’an adalah merupakan Kalamullah yang diturunkan kepada
NabiNya Muhammad SAW yang tidak perlu diragukan kebenarannya. Al-Qur’an
adalah merupakan sebuah nama yang diberikan terhadap kitab Allah yang
diturunkan kepada Muhammad SAW. Al-Qur’an memiliki banyak nama selain Al-
Qur’an.
2. Wahyu adalah merupakan Kalamullah yang disampaikannya kepada
seorang Nabi dalam hal ini adalah Muhammad SAW dengan berbagai cara ada
yang langsung dan ada yang melalui perantaraan malaikat Jibril dalam kurun
waktu 20 tahun atau 23 tahun dan atau 25 tahun (terjadi perbedaan ulama karena
perbedaan menghitung berapa lama Nabi di Makkah setelah diangkat jadi Rasul).
3. Al-Qur’an sebagai wahyu Allah turun sekaligus dari Lauh Mahfuzh ke
langit dunia dan dari langit dunia turun secara berangsur-angsur kepada Nabi
Muhammad SAW. Cara turunnya Al-Qur’an melalui Jibril ini para ulama berbeda
pendapat, ada yang mengatakan bahwa Jibril menerimanya secara pendengaran
dari Allah dengan Lafalnya yang khusus; ada yang mengatakan bahwa Jibril
menghafalnya dari Lauh Mahfuzh; dan ada pula yang mengatakan bahwa
maknanya disampaikan kepada Jibril, sedangkan lafalnya adalah lafal Jibril, atau
lafal Muhammad SAW.
A.Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas penulis dapat menyimpulkan yaitu sebagai
berikut:
1 Bahwa Wahyu adalah “Pemberitahuan Tuhan kepada nabi/rasul-Nya tentang
hukum-hukum Tuhan, berita-berita dan cerita-cerita dengan cara yang samar
16
tetapi meyakinkan, bahwa apa yang diterimanya benar-benar dari Tuhan.
Pemberitahuan tersebut bersifat ghaib, rahasia dan berlangsung sangat cepat.
2. Tata cara penyampaian wahyu Allah SWT. kepada para nabi itu pada
hakekatnya melalui dua cara, yaitu: yang pertama secara langsung, tidak melalui
Malaikat Jibril dan yang kedua tidak secara langsung, yaitu melalui perantara
Malaikat Jibril.
3. Secara konkulusif, QS. Al-alaq ayat 1-5 yang pertama turun. Sesudah itu baru
surat Al-Mudatsir. Adapun Surah aT-Taubah sebagai surah panjang yangterakhir
turun; Surah An-nasr surah pendek terakhir turun; dan ayat 275 hingga 281 Surah
al-Baqarah merupakan ayat terakhir diturunkan. Inilah catatan tentang ayat
terakhir turun, yaitu melalui intervensi atau alasan yang lebih mendukung.
B. Saran
Dalam makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak kesalahan dan
kekurangan. Oleh karenanya penulis memohon maaf, karena penulis hanyalah
mausia yanng penuh salah dan lupa. Kemudian Kritik dan saran sangat kami
harapkan guna perbaikan dikemudian hari dan semoga makalah ini bemanfaat
bagi orang yang membacanya.
17