makalah siat

17
More on 'umat islam di filiphin' Islam Di Filipina Kenapa perjuangan sebagian muslim Filipina di bawah bendera Front Pembebasan Nasional Moro (M mahsyur itu seperti tak mengenal letih? Rupanya, setelah menelisik sejarah masa lalu Filipina, penulis seperti mendapati sebuah pemak jawaban perih yang tak bisa dihilangkan dari memori kaum Muslim Filipina: sebuah jawaban yan melecutkan harapan dan menimbulkan konflik berdarah. Dan menyebarlah berita tentang muslim Filipina yang lekat sebagai muslim teroris yang tak ken Seperti apakah muslim Filipina menyikapinya? Bagaimanakah dinamika kehidupan muslim Filipina millenium ini? Siapa yang menduga kalau nama Manila, ibu kota Filipina itu, berasal dari kata Fi Amanillah ( berarti di bawah lindungan Allah? Tidak banyak yang tahu, memang, kalau kota pusat transaksi bangsa Filipina itu dahulu kala menganut sistem pemerintahan Islam. Sebab, menurut catatan sejarah, sebelum Spanyol datang menjajah di tahun 1565, para sultan Is Darrussalam dan Johor sudah terlebih dahulu menempati wilayah tersebut. Tak aneh, bila pencet Manila pun diadopsi berdasarkan kata di atas. Mereka berharap bahwa kelak suatu saat nanti, M menjadi kota yang tidak hanya menganut sistem pemerintahan Islam yang demokratis tapi juga mo dan sejahtera. Dalam beberapa dekade, cita-cita itu sempat terlaksana. Namun sayang, ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan Manila dan beberapa daerah di kepulau harapan itu menjadi mimpi belaka. Yang paling kentara antara lain; Pertama, penduduk Filipina mayoritas umat Islam, kini menjadi kaum minoritas alias warga kelas dua. Sekitar 5-7 juta ata dari 66 juta jiwa penduduk Filipina adalah Muslim. Selebihnya merupakan umat Kristen Katholik dahulu kala segala tuntutan sosial, ekonomi dan politik muslim Filipina merupakan perkara yan diperhatikan pemerintah, sementara sekarang ini umat Islam Filipina mendapat banyak rintangan ISLAM FILIPINA DI MASA SILAM Bila menengok lembar sejarah Filipina, umat muslim Filipina telah ada sejak abad 13. Filipina belum berbentuk negara menjadi Republik Filipina. Ia hanya sebentuk kepulauan rumpun melayu y tempat berniaga para pedagang muslim dan persinggahan para ulama dari Gujarat, India, dan Tim Untuk pertama kalinya, mereka menempati Kepulauan Sulu.

Upload: nico-firman

Post on 21-Jul-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

More on 'umat islam di filiphin' Islam Di Filipina Kenapa perjuangan sebagian muslim Filipina di bawah bendera Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang mahsyur itu seperti tak mengenal letih? Rupanya, setelah menelisik sejarah masa lalu Filipina, penulis seperti mendapati sebuah pemakluman. Ada jawaban perih yang tak bisa dihilangkan dari memori kaum Muslim Filipina: sebuah jawaban yang hingga saat ini melecutkan harapan dan menimbulkan konflik berdarah. Dan menyebarlah berita tentang muslim Filipina yang lekat sebagai muslim teroris yang tak kenal kompromi. Seperti apakah muslim Filipina menyikapinya? Bagaimanakah dinamika kehidupan muslim Filipina di abad millenium ini? Siapa yang menduga kalau nama Manila, ibu kota Filipina itu, berasal dari kata Fi Amanillah (B. Arab) yang berarti di bawah lindungan Allah? Tidak banyak yang tahu, memang, kalau kota pusat transaksi perdagangan bangsa Filipina itu dahulu kala menganut sistem pemerintahan Islam. Sebab, menurut catatan sejarah, sebelum Spanyol datang menjajah di tahun 1565, para sultan Islam dari Brunei Darrussalam dan Johor sudah terlebih dahulu menempati wilayah tersebut. Tak aneh, bila pencetusan nama Manila pun diadopsi berdasarkan kata di atas. Mereka berharap bahwa kelak suatu saat nanti, Manila akan menjadi kota yang tidak hanya menganut sistem pemerintahan Islam yang demokratis tapi juga modern, aman, dan sejahtera. Dalam beberapa dekade, cita-cita itu sempat terlaksana. Namun sayang, ketika bangsa Spanyol berhasil menaklukan Manila dan beberapa daerah di kepulauan Filipina, harapan itu menjadi mimpi belaka. Yang paling kentara antara lain; Pertama, penduduk Filipina yang dulu mayoritas umat Islam, kini menjadi kaum minoritas alias warga kelas dua. Sekitar 5-7 juta atau sekitar 8,5 persen dari 66 juta jiwa penduduk Filipina adalah Muslim. Selebihnya merupakan umat Kristen Katholik Filipina. Kedua, dahulu kala segala tuntutan sosial, ekonomi dan politik muslim Filipina merupakan perkara yang selalu diperhatikan pemerintah, sementara sekarang ini umat Islam Filipina mendapat banyak rintangan. ISLAM FILIPINA DI MASA SILAM Bila menengok lembar sejarah Filipina, umat muslim Filipina telah ada sejak abad 13. Filipina sendiri waktu itu belum berbentuk negara menjadi Republik Filipina. Ia hanya sebentuk kepulauan rumpun melayu yang dijadikan tempat berniaga para pedagang muslim dan persinggahan para ulama dari Gujarat, India, dan Timur Tengah. Untuk pertama kalinya, mereka menempati Kepulauan Sulu.

Namun, setelah itu, petualang-petualang muslim Melayu menyusul dan mendirikan kesultanan di bagian Filipina, yakni Sulu, Palawan dan Mindanao. Diantara mereka adalah para da'i dari pulau Kalimantan yang kebetulan berdekatan dengan Sulu. Maka berkembanglah dengan pesatnya kehidupan muslim di tiga daerah ini. Pengaruhnya bukan hanya pada perkembangan agama, tapi juga secara sosial-kultural di masyarakatnya. Menurut data Peter Gowing dalam Muslim Filipinos-Heritage and Horizon, muslim Filipina dibagi ke dalam 12 kelompok etno-linguistik (suku-bangsa). Enam yang paling utama adalah Maguindanao, Maranou, Iranum, Tausug, Samal dan Yakan. Preang sisanya yaitu Jama Mapun, Kelompok Palawan (Palawani dan Molbog), Kalagan, Kolibugan dan Sangil. Kendati suku-bahasa itu sangat beragam, bahasa kelompok muslim sendiri memiliki kesamaan. Misalnya, bahasa Manguindanao dan Maranao dapat diucapkan dan dimengerti oleh kedua kelompok ini. Tetapi ada pula beberapa dialek yang dipakai baik oleh orang Islam maupun orang Kristen, yakni bahasa Samal, Jama Mapun, dan Badjao. Sementara bahasa Tagalog dan Visayan banyak digunakan oleh orang-orang Kristen. Namun demikian, menurut pakar bahasa modern, beberapa bahasa dan dialek orang-orang Filipina Islam dan Kristen semuanya berasal dari rumpun linguistik (bahasa) yang sama, dan memiliki banyak kesamaan. Lebih dari itu, baik orang Islam maupun Kristen Filipina termasuk suku bangsa Melayu (lihat buku Dinamika Islam Filipina, karya Cesar A. Majul: LP3ES, 1989). Kala itu, bertani dan menangkap ikan adalah mata pencaharian utama mereka. Bahkan, ada beberapa kelompok yang dikenal menggantungkan hidup dari industri rumah tangga, seperti kerajinan tangan, anyaman, serta aktivitas perdagangan. Wajar, bila tempat mereka tinggal, praktis tidak mempunyai basis industri seperti pabrik. Secara tradisional, kelompok-kelompok Islam itu sangat mencolok perbedaannya ketika mereka menjalankan tradisi dan hukum (adat) yang beberapa di antaranya terbentuk sebelum kedatangan Islam. Artinya, tali persaudaraan muslim Filipina sangat jarang terjadi. Mereka lebih bangga terhadap identitas masing-masing. Kendati demikian, biasanya kelompok-kelompok tersebut memiliki struktur sosial yang serupa. Sepanjang sejarah mereka, struktur sosial-politik tersebut berdasarkan sistem datu, yang juga seperti adat, yakni sebuah lembaga dari masa sebelum kedatangan Islam. Datu itu sendiri adalah penguasa lokal (kecil), atau pangeran muda dengan kekuasaan eksekutif dan militer. Dengan kedatangan Islam, beberapa datu yang sangat kuat kekuasaannya, akhirnya menerima gelar sultan. Wajar bila ketegangan antara sultan-sultan dan datu-datu acapkali terjadi. Tidak hanya itu, pada abad-abad yang lampau, kelompok-kelompok Islam secara tunggal membentuk kesatuankesatuan politik yang bebas, atau beberapa kelompok bergabung untuk membentuk berbagai kekuatan politik. Kadang-kadang di antara mereka terjadi pertarungan maupun persaingan ekonomi. Fakta demikian menunjukkan bahwa mereka berhak mengajukan segala tuntutan sosial-politik dan ekonomi dengan bebas dan adil

berdasarkan kebutuhan kelompoknya masing-masing. Tak aneh jika kalangan kelompok-kelompok Islam memiliki perbedaan pendapat dalam menerapkan bentuk-bentuk lembaga keIslaman mereka. Kendati demikian, bila timbul ancaman bahaya umum dari luar, mereka tetap bekerjasama dalam pertahanan militer. SPANYOL DAN PERANG MORO Hal inilah yang ditunjukkan mereka ketika Spanyol berniat mengubah ...

Lintang Parahening Selalu Ingin Tahu!!

Petuah Ibuku.. E-BOOK My Profile Puisi-Puisi Archives RSS Feed

Sejarah Islam Di FilipinaIn PEMIKIRAN ISLAM KONTEMPORER on April 7, 2008 at 2:10 pm

Sejarah Masuknya Islam di FilipinaProlog Asia tengagara adalah sebutan untuk wialyah daratan Asia bagian timur yang terdiri dari jazirah IndoCina dan kepualauan yang banyak serta terilingkupi dalam Negara Indonesia dan Philipina. Meliht sejarah masa lalu, terliaht bahwa Islam bukanlah agama pertama yang tumbuh pesat, akan tetapi Islam masuk ke lapisan masyarakat yang waktu itu telah memiliki peradaban, budaya, dan agama. Taufiq Abdullah menulis dalam bukunya renaisans islam di asia tenggara, bahwa kawasan asia tenggara terbagi menjadi 3 bagian berdasarkan atas pengaruh yagn diterima wilayah tersebut. Pertama, adalah wilayah indianized southeast asia, asia tenggara yagn dipengaruhi India yang dalam hal ini hindu dan budha Kedua, sinized south east asia, wilayah yang mendapatkan pengaruh china, adalah Vietnam. Ketiga, yatu wilayah asia tenggara yag dispanylkan, atau hispainized south east asia, yaiut philipina.[1] Ketiga pemmbagian tersebut seolah meniadakan pegnaruh Islam yang begitu besar di Asia tenggara, khususnya Philipina. Seperti tertulis bahwa philipina termasuk negara yang terpengaruhi oleh spanyol. Hal itu benar adanya, akan tetapi pranata kehidupan di Philipina juga terpengaruhi oleh Islam pada masa penjajahan amerika dan spanyol. Sedikit makalah dibawah ini akan menyingkap dengan singkat tentang sejarah masuknya Islam di Philipina.

Pembahasan Islam di asia menurut Dr. Hamid mempunyai 3 bentuk penyebaran. Pertama, penyebaran Islam melahirkan mayoritas penduduk. Kedua, kelompok minoritas Islam. Ketiga, kelompok negera negara Islam tertindas. Dalm bukunya yang berjudul Islam Sebagai Kekuatan International, Dr. Hamid mencantumkan bahwa Islam di Philipina merukan salah satu kelompok ninoritas diantara negara negara yang lain. Dari statsitk demografi pada tahun 1977, Masyarakat Philipina berjumlah 44. 300.000 jiwa. Sedangkan jumlah masyarakat Muslim 2.348.000 jiwa. Dengan prosentase 5,3% dengan unsur dominan komunitas Mindanao dan mogondinao. [2] Hal itu pastinya tidak lepas dari sejarah latar belakang Islam di negeri philipina. Bahkan lebih dari itu, bukan hanya penjajahan saja, akan tetapi konflik internal yang masih berlanjut sampai saat ini. Sejarah masuknya Islam masuk ke wilayah Filipina Selatan, khususnya kepulauan Sulu dan Mindanao pada tahun 1380 M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan tersebut. Menurut catatan sejarah, Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari Minangkabau (Sumatra Barat). Ia tiba di kepulauan Sulu sepuluh tahun setelah berhasil mendakwahkan Islam di kepulauan Zamboanga dan Basilan. Atas hasil kerja kerasnya juga, akhirnya Kabungsuwan Manguindanao, raja terkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam di wilayah ini mulai dirintis. Pada masa itu, sudah dikenal sistem pemerintahan dan peraturan hukum yaitu Manguindanao Code of Law atau Luwaran yang didasarkan atas Minhaj dan Fathu-i-Qareeb, Taqreebu-i-Intifa dan Mir-atu-Thullab. Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu, Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantai lainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawah kekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. Menurut ahli sejarah kata Manila (ibukota Filipina sekarang) berasal dari kata Amanullah (negeri Allah yang aman). Pendapat ini bisa jadi benar, mengingat kalimat tersebut banyak digunakan oleh masyarakat sub-kontinen [3] Secara umum, gambaran Islam masuk di Philiphina melalui beberapa fase, dari penjajahan sampai masa modern.

Masa Kolonial Spanyol[4]

Sejak masuknya orang-orang Spanyol ke Filipina, pada 16 Maret 1521 M, penduduk pribumi telah mencium adanya maksud lain dibalik ekspedisi ilmiah Ferdinand de Magellans. Ketika kolonial Spanyol menaklukan wilayah utara dengan mudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya dengan wilayah selatan. Mereka justru menemukan penduduk wilayah selatan melakukan perlawanan sangat gigih, berani dan pantang menyerah. Tentara kolonial Spanyol harus bertempur mati-matian kilometer demi kilometer untuk mencapai Mindanao-Sulu (kesultanan Sulu takluk pada tahun 1876 M). Menghabiskan lebih dari 375 tahun masa kolonialisme dengan perang berkelanjutan melawan kaum Muslimin. walaupun demikian, kaum Muslimin tidak pernah dapat ditundukan secara total. Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang buruk) sebagai Moor (Moro). Artinya orang yang buta huruf, jahat, tidak bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut. Tahun 1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri. Penduduk pribumi wilayah Utara yang telah dikristenkan dilibatkan dalam ketentaraan kolonial Spanyol, kemudian di adu domba dan disuruh berperang melawan orangorang Islam di selatan. Sehingga terjadilah peperangan antar orang Filipina sendiri dengan mengatasnamakan misi suci. Dari sinilah kemudian timbul kebencian dan rasa curiga orang-orang Kristen Filipina terhadap Bangsa Moro yang Islam hingga sekarang. Sejarah mencatat, orang Islam pertama yang masuk Kristen akibat politik yang dijalankan kolonial Spanyol ini adalah istri Raja Humabon dari pulau Cebu, Masa Imperialisme Amerika Serikat Sekalipun Spanyol gagal menundukkan Mindanao dan Sulu, Spanyol tetap menganggap kedua wilayah itu merupakan bagian dari teritorialnya. Secara tidak sah dan tak bermoral, Spanyol kemudian menjual Filipina kepada Amerika Serikat seharga US$ 20 juta pada tahun 1898 M melalui Traktat Paris. Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan diri sebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Dan inilah karakter musuh-musuh Islam sebenarnya pada abad ini. Hal ini dibuktikan dengan ditandatanganinya Traktat Bates (20 Agustus 1898 M) yang menjanjikan kebebasan beragama, kebebasan mengungkapkan pendapat, kebebasan mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro. Namun

traktat tersebut hanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak, karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo. Terbukti setelah kaum revolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian (1903 M) Mindanao dan Sulu disatukan menjadi wilayah propinsi Moroland dengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat Mindanao dan Sulu. Periode berikutnya tercatat pertempuran antara kedua belah pihak. Teofisto Guingona, Sr. mencatat antara tahun 1914-1920 rata-rata terjadi 19 kali pertempuran. Tahun 1921-1923, terjadi 21 kali pertempuran. Patut dicatat bahwa selama periode 1898-1902, AS ternyata telah menggunakan waktu tersebut untuk membebaskan tanah serta hutan di wilayah Moro untuk keperluan ekspansi para kapitalis. Bahkan periode 1903-1913 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai kelompok perlawanan Bangsa Moro. Namun Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawanan Bangsa Moro, Amerika akhirnya menerapkan strategi penjajahan melalui kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian disempurnakan oleh orang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka. Kebijakan pendidikan dan bujukan yang diterapkan Amerika terbukti merupakan strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro. Sebagai hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslim mulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat. Pada dasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaum Muslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasi kaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orang-orang Kristen. Seiring dengan berkurangnya kekuasaan politik para Sultan dan berpindahnya kekuasaan secara bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demi sedikit mengancam tradisi kemandirian. Masa Peralihan Masa pra-kemerdekaan ditandai dengan masa peralihan kekuasaan dari penjajah Amerika ke pemerintah Kristen Filipina di Utara. Untuk menggabungkan ekonomi Moroland ke dalam sistem kapitalis, diberlakukanlah hukum-hukum tanah warisan jajahan AS yang sangat kapitalistis seperti Land Registration Act No. 496 (November 1902) yang menyatakan keharusan pendaftaran tanah dalam bentuk tertulis, ditandatangani dan di bawah sumpah. Kemudian Philippine Commission Act No. 718 (4 April 1903) yang menyatakan hibah tanah dari para Sultan, Datu, atau kepala Suku Non-Kristen sebagai tidak sah, jika dilakukan tanpa ada wewenang atau izin dari pemerintah. Demikian juga Public Land Act No. 296 (7 Oktober 1903) yang menyatakan semua tanah yang tidak didaftarkan sesuai dengan Land Registration Act No. 496 sebagai tanah negara, The Mining Law of 1905 yang menyatakan semua tanah

negara di Filipina sebagai tanah yang bebas, terbuka untuk eksplorasi, pemilikan dan pembelian oleh WN Filipina dan AS, serta Cadastral Act of 1907 yang membolehkan penduduk setempat (Filipina) yang berpendidikan, dan para spekulan tanah Amerika, yang lebih paham dengan urusan birokrasi, untuk melegalisasi klaim-klaim atas tanah. Pada intinya ketentuan tentang hukum tanah ini merupakan legalisasi penyitaan tanah-tanah kaum Muslimin (tanah adat dan ulayat) oleh pemerintah kolonial AS dan pemerintah Filipina di Utara yang menguntungkan para kapitalis. Pemberlakukan Quino-Recto Colonialization Act No. 4197 pada 12 Februari 1935 menandai upaya pemerintah Filipina yang lebih agresif untuk membuka tanah dan menjajah Mindanao. Pemerintah mula-mula berkonsentrasi pada pembangunan jalan dan survei-survei tanah negara, sebelum membangun koloni-koloni pertanian yang baru. NLSA National Land Settlement Administration didirikan berdasarkan Act No. 441 pada 1939. Di bawah NLSA, tiga pemukiman besar yang menampung ribuan pemukim dari Utara dibangun di propinsi Cotabato Lama. Bahkan seorang senator Manuel L. Quezon pada 1936-1944 gigih mengkampanyekan program pemukiman besar-besaran orang-orang Utara dengan tujuan untuk menghancurkan keragaman (homogenity) dan keunggulan jumlah Bangsa Moro di Mindanao serta berusaha mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Filipina secara umum. Kepemilikan tanah yang begitu mudah dan mendapat legalisasi dari pemerintah tersebut mendorong migrasi dan pemukiman besar-besaran orang-orang Utara ke Mindanao. Banyak pemukim yang datang, seperti di Kidapawan, Manguindanao, mengakui bahwa motif utama kedatangan mereka ke Mindanao adalah untuk mendapatkan tanah. Untuk menarik banyak pemukim dari utara ke Mindanao, pemerintah membangun koloni-koloni yang disubsidi lengkap dengan seluruh alat bantu yang diperlukan. Konsep penjajahan melalui koloni ini diteruskan oleh pemerintah Filipina begitu AS hengkang dari negeri tersebut. Sehingga perlahan tapi pasti orang-orang Moro menjadi minoritas di tanah mereka Masa Pasca Kemerdekaan hingga Sekarang Kemerdekaan yang didapatkan Filipina (1946 M) dari Amerika Serikat ternyata tidak memiliki arti khusus bagi Bangsa Moro. Hengkangnya penjajah pertama (Amerika Serikat) dari Filipina ternyata memunculkan penjajah lainnya (pemerintah Filipina). Namun patut dicatat, pada masa ini perjuangan Bangsa Moro memasuki babak baru dengan dibentuknya front perlawanan yang lebih terorganisir dan maju, seperti MIM, Anshar-el-Islam, MNLF, MILF, MNLF-Reformis, BMIF. Namun pada saat yang sama juga sebagai masa terpecahnya kekuatan Bangsa Moro menjadi faksi-faksi yang melemahkan perjuangan mereka secara keseluruhan. Pada awal kemerdekaan, pemerintah Filipina disibukkan dengan pemberontakan kaum komunis Hukbalahab dan Hukbong Bayan Laban Sa Hapon. Sehingga

tekanan terhadap perlawanan Bangsa Moro dikurangi. Gerombolan komunis Hukbalahab ini awalnya merupakan gerakan rakyat anti penjajahan Jepang. Setelah Jepang menyerah, mereka mengarahkan perlawanannya ke pemerintah Filipina. Pemberontakan ini baru bisa diatasi di masa Ramon Magsaysay, menteri pertahanan pada masa pemerintahan Eipidio Qurino (1948-1953). Tekanan semakin terasa hebat dan berat ketika Ferdinand Marcos berkuasa (1965-1986). Dibandingkan dengan masa pemerintahan semua presiden Filipina dari Jose Rizal sampai Fidel Ramos maka masa pemerintahan Ferdinand Marcos merupakan masa pemerintahan paling represif bagi Bangsa Moro. Pembentukan Muslim Independent Movement (MIM) pada 1968 dan Moro Liberation Front (MLF) pada 1971 tak bisa dilepaskan dari sikap politik Marcos yang lebih dikenal dengan Presidential Proclamation No. 1081 itu. Perkembangan berikutnya kita semua tahu. MLF sebagai induk perjuangan Bangsa Moro akhirnya terpecah. Pertama, Moro National Liberation Front (MNLF) pimpinan Nurulhaj Misuari yang berideologikan nasionalis-sekuler. Kedua, Moro Islamic Liberation Front (MILF) pimpinan Salamat Hashim, seorang ulama pejuang, yang murni berideologikan Islam dan bercita-cita mendirikan negara Islam di Filipina Selatan. Namun dalam perjalanannya, ternyata MNLF pimpinan Nur Misuari mengalami perpecahan kembali menjadi kelompok MNLF-Reformis pimpinan Dimas Pundato (1981) dan kelompok Abu Sayyaf pimpinan Abdurrazak Janjalani (1993). Tentu saja perpecahan ini memperlemah perjuangan Bangsa Moro secara keseluruhan dan memperkuat posisi pemerintah Filipina dalam menghadapi Bangsa Moro. Ditandatanganinya perjanjian perdamaian antara Nur Misuari (ketua MNLF) dengan Fidel Ramos (Presiden Filipina) pada 30 Agustus 1996 di Istana Merdeka Jakarta lebih menunjukkan ketidaksepakatan Bangsa Moro dalam menyelesaikan konflik yang telah memasuki 2 dasawarsa itu. Disatu pihak mereka menghendaki diselesaikannya konflik dengan cara diplomatik (diwakili oleh MNLF), sementara pihak lainnya menghendaki perjuangan bersenjata/jihad (diwakili oleh MILF). Semua pihak memandang caranyalah yang paling tepat dan efektif. Namun agaknya Ramos telah memilih salah satu diantara mereka walaupun dengan penuh resiko. Semua orang harus memilih, tidak mungkin memuaskan semua pihak, katanya. Dan jadilah bangsa Moro seperti saat ini, minoritas di negeri sendiri. Epilog Dari telusan diatas, begitu kentara bahwasanya islam masuk Philipina dengan jalan yang tidak mulus, berliku dan harus menghadapi rintangan dan hambatan dari dalam maupun luar negeri. Imbasnya, maka pada awal tahun 1970-an, Islam di Philipina merupakan komunitas minoritas dan tinggal di beberapa daerah dan pulau khusus. Dengan suatu konsekwensi bagi kaum minoritas Islam berseberangan degnan

kepentingan pemerintah, hingga timbullah konflik yang berkepanjanangan antara pemerintah dan komunitas muslim. Referensi Siti Maryam dkk Sejarah Peradaban Islam, Lkis, 2004

Dr. Hamid A. Rabie, Islam Sebagai Kekuatan International, CV. Rosda Bandung 1985Artikel Sejarah Masuknya Islam di Philipina. oleh Imam nugroho di www.duiniaislam.com Hamka, Sejarah Umat Islam, Pustaka Hidayah, 2001

[1] Lihat [2] Dr.

Sejarah Peradaban Islam, oleh Siti Maryam dkk.

Hamid A. Rabie, Islam Sebagai Kekuatan International, CV. Rosda Bandung 1985 www.duniaislam.com artikel Sejarah Masuknya Islam di Philipina. oleh Imam nugroho

[3] Lihat

[4] Lihat,

Like Be the first to like this post. No Responses Before Surat Ahmadinejad Kepada G.W. Bush April 3, 2008 Afterfotonya barack obama May 2, 2008 o

Petuah Ibuku..masih selalu terngiang dalam telingaku, apa kata ibu. beliau berkata sewaktu aku masih kecil, yang penting pinter dulu, setelah itu, apa yang kamu mau pasti akan terwujud. kini mungkin itu hanya petuah yang berlalu, tapi setidaknya, aku tau bahwa ibuku filosof yang bijak, mengajariku arti dari sebuah ilmu. dalam diamnya, ... Continue reading

o

orang bijak

semakin orang menjadi pandai, semakin ia menundukkan diri. seperti padi, ya, itulah dia. orang bijak adalah orang yang tahu bahwa dirinya tidak

tahu, ingin tahu, dan selalu ingin tahu. the endless study..

Pendahuluan Umat Islam di Filipina adalah salah satu contoh muslim minoritas d i negaranya. Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan masyarakat muslimdi wilayah tersebut pada awal mula kedatangan Islam. Apa yang menjadi latar belakang sehingga mayoritas muslim abad 15-17 berubah menjadi minoritas padaabad ke-18 hingga sekarang inilah yang akan dibahas dalam makalah ini.P e m b a h a s a n a k a n d i m u l a i d a r i s e j a r a h m a s u k n y a I s l a m k e w i l a y a h i n i serta proses Islamisasi yang ada. Masa kolonial yang kemudian di hadapi oleh bangsa ini akan menjadi pembahasan berikutnya, sekaligus dampak yang terjaditerhadap perkembangan Islam di Negara tersebut. Sebagaimana diketahui, Filipinamenghadapi dua kali masa penjajahan, yaitu oleh Spanyol dan Amerika.Begitu juga akan menjadi salah satu sub pembahasan dalam makalah ini, perkembangan Islam di Filipina pasca kemerdekaan. Berbagai perjuangan bangsaMoro dalam memperjuangkan hidupnya sebagai bangsa minoritas akan dibahassatu per satu meskipun tidak dapat dijelaskan secara panjang lebar.D e n g a n p e m b a h a s a n s e b a g a i m a n a t e r s e b u t d i a t a s , d i h a r a p k a n d a p a t diperoleh sebuah pengetahuan mengenai sejarah Islam di Filipina berikut latar belakang dan perkembangannya sejak awal masuknya Islam di Filipina hinggas e k a r a n g , d i m a n a b a n g s a M o r o ( s e b u t a n u n t u k u m a t I s l a m F i l i p i n a ) h a n y a menjadi kaum minoritas di negerinya sendiri.2

A.Sejarah masuknya Islam Sejarah masuknya Islam di Filipina tidak dapat dilepaskan dari kondisi sosioc u l t u r a l w i l a y a h tersebut sebelum kedatangan Islam. Filipina adalah sebuah N e g a r a kepulauan yang terdiri dari 7107 pulau dengan berbagai suku d a n komunitas etnis. Sebelum kedatangan Islam, Filipina adalah sebuah wilayah yangdikuasai oleh kerajaan-kerajaan. Islam dapat masuk dan diterima dengan baik oleh p e n d u d u k setempat setidaknya karena ajaran Islam dapat m e n g a k o m o d a s i berbagai tradisi yang telah mendarah daging di hati mereka.Para ahli sejarah menemukan bukti abad ke-16 dan abad ke-17 dari sumber-sumber Spanyol tentang keyakinan agama penduduk Asia Tenggara termasuk Luzon, yang merupakan bagian dari Negara Filipina saat ini, sebelum kedatanganIslam. Sumber-sumber tersebut memberikan penjelasan bahwa sistem keyakinanagama yang sangat dominan ketika Islam datang pada abad ke-14 sarat dengan b e r b a g a i u p a c a r a p e m u j a a n u n t u k o r a n g y a n g s u d a h m e n i n g g a l . H a l i n i j e l a s sekali tidak sejalan dengan ajaran Islam yang

menentang keras penyembahan berhala dan politeisme. Namun tampaknya Islam dapat memperlihatkan kepadamereka bahwa agama ini memiliki cara tersendiri yang menjamin arwah orangyang meninggal dunia berada dalam keadaan tenang, yang ternyata dapat merekaterima. 1 Di sisi lain, tidak dapat diragukan lagi bahwa skala perdagangan A s i a Tenggara mulai melesat sangat pesat pada penghujung abad ke-14. Hasil dari perdagangan ini, kota-kota berkembang dengan kecepatan sangat mencengangkant e r m a s u k s e p a n j a n g w i l a y a h p e s i s i r k e p u l a u a n F i l i p i n a . P a r a p e d a g a n g d a r i berbagai negeri bertemu dan menimbulkan adanya pertukaran baik di bidang ilmu pengetahuan maupun agama. 2 D i a n t a r a s e m u a a g a m a b e s a r d i d u n i a , I s l a m barangkali yang paling serasi dengan dunia perdagangan. Al-Quran maupun Al-H a d i t s s e b a g a i s u m b e r t e r t i n g g i d a l a m a g a m a I s l a m b a n y a k m e m u j i k e p a d a pedagang yang dapat dipercaya. 1 Antony Reid, Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2004, hal.24-25 2

Ibid, hal. 32 3

Hal ini mengakibatkan orang yang cenderung bergerak dalam d u n i a perniagaan pasti terpikat dengan ajaran Islam. Dari sini, Islam terus memperluas pengaruhnya secara cultural yaitu dengan melalui perkawinan antar

etnis hinggaakhirnya melalui system politik. Jalur yang terakhir ini (politik) terjadi ketikaIslam telah dipeluk oleh para penguasa khususnya para raja. 1 Menurut para ahli sejarah, pada penghujung akhir abad ke-14 seorang rajaterkenal dari Manguindanao memeluk Islam. Dari sinilah awal peradaban Islam diwilayah ini mulai dirintis. Raja Manguindanao kemudian menjadi seorang Datuk yang berkuasa di propinsi Davao di bagian tenggara pulau Mindanao. Setelah itu,Islam disebarkan ke pulau Lanao dan bagian utara Zamboanga serta daerah pantailainnya. Sepanjang garis pantai kepulauan Filipina semuanya berada dibawahkekuasaan pemimpin-pemimpin Islam yang bergelar Datuk atau Raja. B.Masa Kolonial Spanyol Kedatangn orang-orang Spanyol ke Filipina pada tahun 1521 M, selainu n t u k menjajah juga bertujuan untuk menyebarkan agama Kristen. D e n g a n kekerasan, persuasi atau menundukkan secara halus dengan hadiah-hadiah, orangorang Spanyol dapat memperluas kedaulatannya hamper ke seluruh wilayahFilipina. Nsmun, ketika Spanyol menaklukan wilayah utara Filipina denganmudah dan tanpa perlawanan berarti, tidak demikian halnya dengan wilayahs e l a t a n . T e n t a r a k o l o n i a l S p a n y o l h a r u s b e r t e m p u r m a t i - m a t i a n m e l a w a n kesultanan Islam di wilayah selatan Filipina, yakni S u l u , M a n g u i n d a n a u d a n Buayan. Rentetan peperangan yang panjang antara Islam dan Spanyol hasilnyatidak nampak kecuali bertambahnya ketegangan antara orang Kristen dan orangIslam Filipina. 2 Selama masa kolonial, Spanyol menerapkan politik devide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mision-sacre (misi suci Kristenisasi) terhadap orang-orang 1

Ibid, hal. 37 2 Tim Penyusun,

Pengantar Studi Islam, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Press, Cet. IV, 2006, hal.307-308 4

Islam. Bahkan orang-orang Islam di-stigmatisasi (julukan terhadap hal-hal yang b u r u k ) s e b a g a i " M o o r " ( M o r o ) . A r t i n y a o r a n g y a n g b u t a h u r u f , j a h a t , t i d a k bertuhan dan huramentados (tukang bunuh). Sejak saat itu julukan Moro melekat pada orang-orang Islam yang mendiami kawasan Filipina Selatan tersebut. Tahun1578 M terjadi perang besar yang melibatkan orang Filipina sendiri.Bangsa Spanyol juga melakukan inkuisisi yang buruk terhadap orang-orangm u s l i m d i s e m e n a n j u n g I b e r i a . M e r e k a m e n y e r a n g k a r a j a a n m u s l i m S u l u , Manguindanau dan Manilad dengan fanatisme dan keganasan yang sama sepertimereka memperlakukan penduduk muslim mereka sendiri di Spanyol. BahkanR a j a P h i l i p m e m e r i n t a h k a n K e p a l a Staf Angkatan Lautnya sebagai berikut: T a k l u k k a n p u l a u - p u l a u i t u d a n g a n t i k a n a g a m a p e n d u d u k n y a ( k e a g a m a Katolik). Menghadapi latar belakang seperti ini, orang-orang muslim Filipina(bangsa Moro) harus berjuang bagi kelangsungan hidupnya sampai saat ini, lebihdari empat abad. Spanyol tidak pernah dapat menaklukkan kesultanan Islam Suluw a l a u p u n d a l a m k e a d a a n p e r a n g t e r u s m e n e r u s , d a n h a r u s m e n g a k u i keberadaannya yang merdeka. 1 C.Masa Imperialisme Amerika Serikat Pada tahun 1896, Presiden Mc. Kinley dari AS memutuskan u n t u k menduduki Filipina untuk mengkristenkan dan m e m b u d a y a k a n r a k y a t sebagaimana ia ajukan. Amerika datang ke Mindanao dengan menampilkan dirisebagai seorang sahabat yang baik dan dapat dipercaya. Hal ini dibuktikan dengand i t a n d a t a n g a n i n y a T r a k t a t B a t e s ( 2 0 A g u s t u s 1 8 9 8 M ) yang menjanjikank e b e b a s a n b e r a g a m a , k e b e b a s a n m e n g u n g k a p k a n p e n d a p a t , k e b e b a s a n mendapatkan pendidikan bagi Bangsa Moro.Amerika berhasil menduduki jajahan Spanyol ini pada tahun 1899, namunmendapatkan perlawanan dari Negara muslim Sulu. Traktat tersebut ternyatahanya taktik mengambil hati orang-orang Islam agar tidak memberontak,

karena pada saat yang sama Amerika tengah disibukkan dengan pemberontakan kaum 1 Minoritas Muslim, hal. 195 5

revolusioner Filipina Utara pimpinan Emilio Aguinaldo. Terbukti setelah kaumrevolusioner kalah pada 1902 M, kebijakan AS di Mindanao dan Sulu bergeser kepada sikap campur tangan langsung dan penjajahan terbuka. Setahun kemudian( 1 9 0 3 M ) M i n d a n a o d a n S u l u d i s a t u k a n m e n j a d i w i l a y a h p r o p i n s i Morolanddengan alasan untuk memberadabkan (civilizing) rakyat M i n d a n a o d a n S u l u . Periode berikutnya tercatat pertempuran antara kedua belah pihak. KesultananSulu jatuh ke tangan Amerika pada tahun 1914. Pada tahun 1915, Raja (Sultan)Muslim dipaksa turun tahta, tetapi diakui sebagai ketua komunitas muslim. Hanya pada April 1940 Amerika menghapuskan Kesultanan Sulu dan menggabungkan bangsa Moro ke dalam Filipina. 1 Patut dicatat bahwa selama periode 1898-1902, AS ternyata t e l a h menggunakan waktu tersebut untuk membebaskan tanah serta hutan di wilayahM o r o u n t u k k e p e r l u a n e k s p a n s i p a r a k a p i t a l i s . B a h k a n p e r i o d e 1 9 0 3 - 1 9 1 3 dihabiskan AS untuk memerangi berbagai kelompok perlawanan Bangsa Moro. Namun Amerika memandang peperangan tak cukup efektif meredam perlawananB a n g s a M o r o , A m e r i k a a k h i r n y a m e n e r a p k a n s t r a t e g i p e n j a j a h a n m e l a l u i kebijakan pendidikan dan bujukan. Kebijakan ini kemudian disempurnakan olehorang-orang Amerika sebagai ciri khas penjajahan mereka.K e b i j a k a n p e n d i d i k a n d a n b u j u k a n y a n g d i t e r a p k a n A m e r i k a t e r b u k t i merupakan strategi yang sangat efektif dalam meredam perlawanan Bangsa Moro.Sebagai hasilnya, kohesitas politik dan kesatuan diantara masyarakat Muslimmulai berantakan dan basis budaya mulai diserang oleh norma-norma Barat. Padadasarnya kebijakan ini lebih disebabkan keinginan Amerika memasukkan kaumMuslimin ke dalam arus utama masyarakat Filipina di Utara dan mengasimilasikaum Muslim ke dalam tradisi dan kebiasaan orangorang Kristen.S e i r i n g d e n g a n b e r k u r a n g n y a k e k u a s a a n p o l i t i k

p a r a S u l t a n d a n berpindahnya kekuasaan secara bertahap ke Manila, pendekatan ini sedikit demis e d i k i t m e n g a n c a m t r a d i s i k e m a n d i r i a n y a n g s e l a m a i n i d i p e l i h a r a o l e h masyarakat Muslim. 1

Ibid, hal. 196 6