makalah rupture uteri, plasenta previa, solusio plasenta.docx
TRANSCRIPT
BAB I PELAKSANAAN KEGIATAN CL
1.1 Materi/topik yang dibahas dalam CL
Asuhan kegawatdaruratan pada kehamilan lanjut dan persalinan,
dengan kasus:
a. Rupture uteri
b. Plasenta previa
c. Solusio plasenta
1.2 Waktu
Hari : Kamis
Tanggal : 25 Juni 2015
Waktu : 10.30 WIB – 15.30 WIB
Tempat : Kelas 2A Kampus Kebidanan Poltekkes Bandung
1.3 Dosen Pembimbing sebagai Fasilitator/narasumber
Tatik Kusyanti, SST, M.Keb
1.4 Peserta yang mengikuti CL
Ketua : Syahrina Nurpadilah
Notulen : Intan Puspitasari
Anggota : Alifa Rahmannisa R
Febrianti Nur Azizah
Intan Permatasari
Nafasa Agnia R
Rahayu Bella
Wulan Sari
1
BAB II PROSES KEGIATAN
2.1 Kasus/masalah yang Dibahas/ditampilkan
KASUS UNTUK COLLABORATIVE LEARNING (CL)
(Ruptura Uteri)
Seorang ibu bersalin anak ke 7 datang ke rumah bidan diantar paraji dan
keluarga, ibu dalam keadaan pingsan dan perdarahan, bayi belum lahir. paraji
melakukan dorongan pada uterus ketika ibu mengedan, dan akhirnya ibu menjerit
dan langsung tidak sadarkan diri dan mengalami perdarahan.
Bidan melakukan pemeriksaan ibu pucat, TD 80/50 mmHg, nadi 112x/menit, R
32 x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 182x/menit terdengar tidak teratur.
Palpasi abdomen teraba bagian janin dengan mudah, kepala belum masuk pintu
atas panggul. Terdapat perdarahan pervaginam.
Bidan mendiagnosis G7P6A0 inpartu dengan kemungkinan robekan rahim dan
syok, janin tunggal hidup dengan gawat janin
Pertanyaan :
1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !
2. Jelaskan definisi robekan rahim!
3. Jelaskan jenis dan klsifikasi robekan rahim !
4. Jelaskan tanda gejala ancaman robekan rahim!
5. Jelaskan Etiologi dan faktor predisposisi robekan rahim!
6. Jelaskan Komplikasi pada kasus persalinan dengan robekan rahim!
7. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus persalinan denga
robekan rahim!
8. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus persalinan dengan
robekan rahim!
9. Jelaskan penulisan analisa pada kasus persalinan dengan robekan rahim!
10. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus
persalinan dengan robekan rahim!
11. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus persalinan dengan
robekan rahim!
2
KASUS UNTUK COLLABORATIVE LEARNING (CL)
(Plasenta Previa)
Seorang ibu hamil anak kedua belum pernah keguguran, umur kehamilan 9
bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu
mengalami pengeluaran darah segar dari jalan lahir setelah buang air kecil, ini
perdarahan yang pertama kali dialami, jumlah darah sangat banyak.
Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50
mmHg, nadi 111x/menit, R 33x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 160x/menit
terdengar teratur. Palpasi abdomen di bagian fundus teraba kepala, punggung
kanan, bagian terbawah teraba bokong belum masuk pintu atas panggul. Terdapat
perdarahan pervaginam warna merah segar.
Bidan mendiagnosis G2P1A0 dengan kemungkinan plasenta previa, janin
tunggal hidup presentasi bokong/letak sungsang
Pertanyaan :
1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !
2. Jelaskan definisi plasenta previa!
3. Jelaskan jenis dan klsifikasi plasenta previa ! lengkapi dengan gambar!
4. Jelaskan tanda gejala plasenta previa!
5. Jelaskan Etiologi dan faktor predisposisi Plasenta previa!
6. Jelaskan Komplikasi plasenta previa pada ibu dan janin!
7. Jelaskan rasionalisasi dari kontra indikasi prosedur periksa dalam pada kasus
plasenta previa?
8. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!
9. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!
10. Jelaskan penulisan analisa pada kasus kehamilan dan persalinan dengan
plasenta previa!
11. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus
plasenta previa!
12. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus plasenta previa!
3
KASUS UNTUK COLLABORATIVE LEARNING (CL)
(Solusio Plasenta)
Seorang ibu hamil anak ke-1 belum pernah keguguran, umur kehamilan 9
bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu
jatuh dari tangga dan mengalami mules yang sangat kuat dan dirasakan sakit,
pengeluaran darah agak kehitaman dari jalan lahir , jumlah darah sangat banyak.
sebelumnya ibu sudah dideteksi mengalami preeklampsi berat dan sudah dirujuk
ke RS.
Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50
mmHg, nadi 112x/menit, R 32x/menit suhu 35,6°C, DJJ tidak terdengar. Palpasi
abdomen : abdomen tegang seperti papan, sulit meraba bagian janin , terdapat
perdarahan pervaginam warna merah kehitaman.
Bidan mendiagnosis G1P0A0 dengan kemungkinan solusio plasenta, janin
kemungkinan IUFD
Pertanyaan :
1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !
2. Jelaskan definisi solusio plasenta !
3. Jelaskan jenis dan klsifikasi solusio plasenta !
4. Jelaskan tanda gejala solusio plasenta!
5. Jelaskan Etiologi dan faktor predisposis solusio plasenta!
6. Jelaskan Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin!
7. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus solusio plasenta!
8. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus solusio plasenta!
9. Jelaskan penulisan analisa pada kasus kehamilan dan persalinan dengan
solusio plasenta!
10. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus solusio
plasenta!
11. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus solusio plasenta!
4
2.2 Hasil Diskusi Kelompok Berdasarkan Hasil Inkurio
KASUS I RUPTURE UTERI
Seorang ibu bersalin anak ke 7datang ke rumah bidan diantar paraji dan
keluarga,ibu dalam keadaan pingsan dan perdarahan, bayi belum lahir. paraji
melakukan dorongan pada uterus ketika ibu mengedan, dan akhirnya ibu menjerit
dan langsung tidak sadarkan diri dan mengalami perdarahan.
Bidan melakukan pemeriksaan ibu pucat, TD 80/50 mmHg, nadi 112x/menit,
R 32 x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 182x/menit terdengar tidak teratur.
Palpasi abdomen teraba bagian janin dengan mudah, kepala belum masuk pintu
atas panggul. Terdapat perdarahan pervaginam.
Bidan mendiagnosis G7P6A0 inpartu dengan kemungkinan robekan rahim
dan syok, janin tunggal hidup dengan gawat janin
1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !
a. Pasien berada dalam kondisi syok, dapat dilihat dari kesadarannya yang
somnolen,adanya perdarahan pervaginam, tekanan darah <90 mmHg,
nadi >100 x/menit, frekuensi nafas 20 – 30 x/menit, hipotermi,
b. Saat palpasi abdomen teraba bagian janin dengan mudah, kemungkinan
janin masuk ke dalam rongga perut
c. His tidak ada atau berhenti atau hilang
d. Bunyi jantung janin cepat takikardi dan terdengar tidak teratur atau
irreguler,
e. Sewaktu terjadi kontraksi yang kuat, pasien akan meras nyeri yang
menyayat di perut bagian bawah. Segmen bawah rahim nyeri sekali pada
saat dilakukan palpasi
Sumber :
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2004. Obstetri Patologi Ilmu
Kesehatan Reproduksi Ed. 2. Jakarta : EGC
2. Jelaskan definisi robekan rahim!
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. Rupture uteri adalah robeknya
dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa
robeknya perioneum visceral (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal).
5
Terjadinya rupture uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin
masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan
janinnya. Kematian ibu dan anak karena rupture uteri masih tinggi. Insidens
dan angka kematian yang tinggi kita jumpai dinegara-negara yang sedang
berkembang, seperti afrika dan asia. Angka ini sebenarnya dapat diperkecil
bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat. Prenatal care, pimpinan
partus yang baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah
periver dan penyediaan darah yang cukup juga merupakan faktor yang
penting.
Sumber :
Saifuddin, Abdul Bari. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal.
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 2004. Obstetri Patologi Ilmu
Kesehatan Reproduksi Ed. 2. Jakarta : EGC
3. Jelaskan Jenis dan klasifikasi robekan rahim!
1. Berdasarkan Jenis :
a. Ruptur uteri isidental
Adalah suatu variasi dari ruptur spontan uterus gravid yang asitomatik
b. Ruptur uteri traumatik
Adalah ruptur yang meliputi ruptur uterus yang berkaitan dengan zat-
zat farmakologik atau oksitosik manipulasi intrauterine, tekanan
eksternal atau tindakan pemakaian instrumen.
c. Ruptur uteri spontan
Terjadi tanpa adanya iatrogenik. Yaitu ruptur uteri yang berkaitan
dengan persalinan yang tersumbat dan tidak dirangsang.
2. Berdasarkan Klasifikasi :
a. Waktu Terjadinya
a) Ruptura uteri gravidarum
Terjadi waktu sedang hamil, sering berlokasi pada korpus.
b) Ruptura uteri durantepartum
Terjadi waktu melahirkan, lokasinya sering pada segmen bawah
rahim. jenis inilah yang terbanyak.
b. Menurut Lokasinya
a) Korpus uteri
6
Biasanya terjadi pada rahim yang sudah mengalami operasi,
seperti seksio sesaria klasik (korporal atau miomektomi)
b) Segmen bawah rahim
Biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama (tidak maju).
SBR itu aka tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya
terjadinya ruptura uteri.
c) Serviks uteri
Biasanya terjadi pada waktu melakukan ekstraksi forceps atau
versi dan ekstraksi, sedang pembukaan belum lengkap.
d) Kolpoporeksis-kolporeksis
Robekan-robekan di antara cerviks dan vagina
c. Menurut robeknya peritoneum
a) Kompleta
Robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya atau
perimetrium, sehingga terdapat hubungan langsung antara
rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis.
b) Inkompleta
Robekan otot rahim tetapi perimetrium tidak ikut robek.
Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas sampai ke
ligamentum latum.
4. Jelaskan tanda dan gejala ancaman robekan rahim!
Gejala klinis menurut Manuaba ( 2008), diketahui melalui anamnesis
dengan keluhan seperti sesuatu yang putus di bagian bawah dan dapat diikuti
penurunan keadaran sampai koma.
Sedangkan menurut Mochtar (1998), adapun gejalanya antara lain:
a. Gejala ruptura uteri mengancam (rump)
– Dalam tanya jawab dikatakan telah ditolong atau didorong oleh
dukun, partus sudh lama berlagsung.
– Pasien nampak gelisah, ketakutan, disertai dengan perasaan
nyeri di perut.
– Pada setiap datangnya his pasien memegang perut dan
mengerang kesakitan bahkan meminta supaya anaknya
secepatya dikeluarkan.
– Pernafasan dan denyut nadi lebih cepat dari biasa.
– Ada tanda dehidrasi karena patus yang lama (prolonged labor),
yaitu mulit kering, idah kering dan halus, badan panas atau
demam.
7
– His lebih lama, lebih kuat dan lebih sering bahkan terus
menerus.
– Ligamentum protundum teraba sepert kawat listrk yang tegang,
tebal, dan keras, terutama sebelah kiri atau keduanya
– Pada waktu datang his, korpus uteri teraba keras (hipertonik)
sedangkan SBR teraba tipis dan nyeri jika di tekan.
– Pada auskultasi terdengar DJJ tidak teratur (asfiksia).
– Diantra korpus dan SBR nampk lingkaran BANDL sebagai
lekukan melintang yang bertambah lama bertambah tinggi,
menunjukan SBR yang semakin tipis dan teregang. Sering
lingkaran BANDL ini dkelirukan dengan kandung kemh yang
penuh, untuk itu lakukan katerisasi kandung kemih.
– Perasaan sering mau kencing karena kandung kemih juga
tertarik dan teregang ke atas, teradi robekan-robekan kecil
pada kandung kemih.
– Pada pemeriksaan dalam dapat kita jumpai tanda-tanda dari
obstruksi, seperti edema, vagina, vulva, dan kaput kepala janin
yang besar
b. Gejala-gejala ruptura uteri
Bila ruptura uteri yang mengancam dibiarkan terus, maka suatu
saat akan terjadilah ruptura uteri.
1) Anamnesis dan inspeksi
Pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan
yang luar biasa menjerit seolah-olah perutnya sedang di robek
kemudian jadi gelisah, takut, pucat, keluar keringat dingin
sampai kolaps.
Penafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan halus.
Muntah-muntah karena perangsangan peritoneum.
Syok, nadi kecil dan cepat, teanan darah turun bahkan tidak
terukur
Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tidak begitu
banyak, lebih-lebih jika bagian terdepan atau kepala sudah
lama turun, dan menyumbat jalan lahir.
Kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menalar ke tungkai
bawah dan di bahu.
Kontraksi uterus biasanya hilang
Mula mula terdapat defans mukuler kemudian perut menjdi
kembung dan meteoristis (paralisis usus)
8
2) Palpasi
Teraba krepitasi pada kulit perut yang menandakan adanya
empisema subkutan.
Bila kepala janin belum turun, akan mudah dilepakan dari
pintu atas panggul.
Bila janin sudah keluar dari cavum uteri jadi berada di rongga
perut maka teraba bagian-bagian janin langsug di bawah kulit
perut, kadang-kadang teraba uterus sebagai suatu bola keras
seesar bola kelapa.
Nyeri tekan pada perut, terutama pada perut yang robek
3) Auskultasi
Biasanya DJJ sulit atau tidak terdengar lagi beberapa menit
setelah ruptur, apalagi kalau plasenta juga ikut terlepas dan masuk
ke rongga perut.
4) Pemeriksaan dalam
– Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan
mudah dapat didorong ke atas, dan ini disertai keluarnya darah
pervaginam yang agak banyak.
– Kalau rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada
dinding rahim dan kalau jari atau tangan kita dapat melalui
robekan tadi, maka dapat diraba usus, omentum, dan bagian-
bagian janin.
– Kalau jari tangan kita yang di dalam kita temukan dengan jari
luar, maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis
sekali dari dinding perut, juga dapat diraba fundus uteri.
5) Kateterisasi
Hematuri yang hebat menandakan adanya robekan pada
kandung kemih.
6) Catatan
Gejala ruptur uteri inkompleta tidak sehebat kompleta.
Ruptur uteri yang terjadi oleh karena cacat uterus biasanya
tidak didahului oleh ruptur uteri megancam
9
5. Jelaskan etiologi dan faktor predisposisi robekan rahim!
a. Etiologi
Ruptura uteri spontanea menurut etiologi dapat dibagi menjadi 2 :
– Dinding rahim yang lemah dan cacat, mislanya pada bekas seksio
sesarea, miomektomi, perforasi waktu kuretase, histerorafia,
pelepasan plasenta secara manual.
– Peregangan yang luar biasa dari rahim, misalnya pada panggul
sempit atau kelainan bentuk panggul, janin besar seperti janin
penderita diabetes miletus, hidrops fetalis, postmaturitas dan
grandemultipara.
b. Faktor predisposisi
– Bekas luka atau kelainan uterus sebelum kehamilan sekarang
– Pembedahan yang melibatkan miometrium (seksio sesarea,
histeretomi, riwayat reparasi ruptur uteri, insisi miomektomi yang
menembus atau mengenai endometrium, reseksi kornu yang
dalam pada metroplasti pars interstitialis tuba).
– Trauma uterus (aborsi dengan peralatan [kuretase dang]), trauma
tajam atau tumpul [kecelakaan, peluru, pisau]), ruptur uterus
tersebunyi pada kehamilan sebelumnya.
– Kelainan kongenital, kehamilan pada uterus yang terdapat
kelainan perkembangan pada ujung atasnya.
– Sebelum persalinan:
o Kontraksi yang spontan, kuat, dan terus-menerus
o Stimulasi persalinan (oksitosin atau prostaglandin)
o Rangsangan intraamnion (salin dan prostaglandin)
o Perforasi oleh kateter dalam uterus
o Trauma eksternal yang tajam atau tumpul
o Versi luar
o Overdistensi uterus (hidramnion, kehamilan ganda)
– Selama persalinan:
o Versi ekstraksi
o Ekstraksi fosep yang sulit
o Persalinan sungsang
o Kelainan kongenital yang menekan segmen bawah rahim
o Penekanan uterus selama persalinan
o Manual plasenta yang sulit
– Kelainan yang didapat (plasenta inkreta/perkreta, penyakit
trofoblas, uterus retroversi).
10
6. Jelaskan komplikasi pada kasus persalinan dengan robekan rahim!
Komplikasi rupture uteri adalah perlukaan pada organ yang berdekatan,
perdarahan, syok, infeksi, trauma kandung kemih atau ureter, tromboflebitis,
koagulasi intravaskular diseminata, hipofungsi hipofisis (misal gagal
menyusui) atau kematian. Jika pasien tetap hidup, dapat terjadi infertibilitas
atau sterilitas. Perdarah merupaka komplikasi yang paling gawat, memerlukan
transfusi darah dan merupakan penyebab kematian ibu yang paling utama.
Sumber :
Manuaba, Chandranita., Fajar Manuaba, dan I.B.G. Manuaba. (2008). Gawat-
Darurat Obstetri-Ginekologi dan Obstetri-Ginekologi Sosial untuk Profesi
Bidan. Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam Prof. Dr., Sinopsis Obstetri. 1998. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran, EGC.
Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: EGC.
7. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus persalinan dengan
robekan rahim!
a. Keluhan:
nyeri abdomen seperti disayat pisau, perdarahan hebat, ibu lemas.
b. Riwayat obstetric yang lalu:
riwayat paritas tinggi, jarak kehamilan dan persalinan, pembedahan
uterus sebelumnya, seksio sesarea, miomektomi atau resersi kornua,
molahidatidosa atau abortus dengan curatage.
c. Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang:
riwayat bersalin dengan dorongan fundus, pemakaian oksitosin saat
persalinan, kelainan letak, polihidramnion,
8. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus persalinan dengan
robekan rahim!
a. Pemeriksaan umum:
Kesadaran klien buruk/ pingsan, tampak anemis, dan lemas.
b. TTV:
11
Ditemukan tanda-tanda syok , seperti takikardi, nafas cepat, hipotensi,
dan suhu rendah.
c. Pemeriksaan abdomen:
Teraba bagian janin dengan mudah, kontur uterus yang abnormal, DJJ
janin takikardi, his tidak ada, terjadi nyeri lepas dan abdomen teraba
lunak, bagian janin tidak terfiksasi ke PAP, didahului oleh lingkaran
kontriksi.
d. Pemeriksaan dalam
Terdapat perdarahan pervaginam yang hebat, jari tangan dalam dapat
meraba permukaan rahim dan dinding perut, teraba pinggir robekan,
dapat memegang usus halus lewat robekan , jari tangan di luar dapat
meraba jari tangan di dalam
9. Jelaskan penulisan analisa pada kasus persalinan dengan robekan rahim!
G7P6A0 inpartu dengan robekan rahim dan syok, janin tunggal hidup dengan
gawat janin.
Diagnosa potensial: syok berlebih, infeksi, peritonitis, gagal ginjal, kematian
intauterin, kematian maternal.
10. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus
persalinan denganrobekan rahim!
1) Berikan segera cairan isotonik (Ringer Laktat atau garam fisiologis) 500
mL dalam 15-20 menit.
2) Beri oksigen
3) Bila terdapattanda-tanda infeksi (demam, menggigil, darah bercampur
cairan ketuban berbau, hasil apusan atau biakan darah) segera berikan
antibiotika spektrum luas. Bila terdapat tanda-tanda trauma alat genitalia
atau luka yang kotor, tanyakan saat terakhir mendapat tetanus toksoid.
Bila hasil anamnsis tidak dapat memastikan perlindungan terhadap
tetanus, berikan serum anti tetanus 1500 IU/IM dan TT 0,5 ml IM.
4) Merujuk pasien ke Rumah sakit rujukan.
11. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus persalinan dengan
robekan rahim!
Sebelum tindakan Histerektomi:
12
a. Dokter akan memberikan notifikasi segera
b. Klien diberikan infus cairan elektrolit (RL) untuk mengatasi syok , dapat
juga dengan transfuse darah jika dibutuhkan.
c. Pasangkan kateter Foley
d. Pasang oksigen
e. Beri informed concent bahwa klien akan dilakukan histerektomi.
f. Beri antibiotika
g. Pengukuran TTV setiap 15 menit
h. Persiapan operasi bagi klien, beri dukungan psikologis dan fasilitasi
kebutuhan klien.
Perawatan pasca operasi
a. Infus dan atau transfusi yang adekuat
b. Observasi :
- Kesadaran
- Perdarahan
- Keseimbangan cairan-elektrolit
- Tanda infeksi
c. Pemeriksaan
- Tanda vital : Tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan
- Bising usus
- Keadaan luka operasi
d. Profilaksis
- Antibiotik yang adekuat
- Antipiretik
- Obat penunjang
e. Mobilisasi dini, pulang pada hari ke-7 atau ke-8
Sumber:
Brahm U. 2004. Obstetri Williams: Panduan Ringkas. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Manuaba, Chandranita dkk. 2008. Gawat–Darurat Obstetri-Ginekologi &
Obstetri-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta : EGC
Saifuddin, Abdul Bari. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta ; PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Kementerian Kesehatan Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
Kemenkes RI
13
AIS. 2011. Standar Pelayanan Medis (SPM) dan Standar Operasional
Prosedur (SOP) , OBGIN. Tersedia di:
https://www.academia.edu/6762261/Standar_Pelayanan_Medis_SPM
_dan_Standar_Operasional_Prosedur_SOP_OBGIN Diakses pada 23
Juni 2015
Sellers P Mc. (1993). Midwifery, Vol 1-2, 1 st edition, juta& Co. LTD, South
Africa
Taber, Ben-Zion. (1994). Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan
Ginekologi (Manual of gynecologic and obstetric emergencies).
Jakarta: EGC
KASUS II PLASENTA PREVIA
Seorang ibu hamil anak kedua belum pernah keguguran, umur kehamilan 9
bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu
mengalami pengeluaran darah segar dari jalan lahir setelah buang air kecil, ini
perdarahan yang pertama kali dialami, jumlah darah sangat banyak.
Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50
mmHg, nadi 111x/menit, R 33x/menit suhu 35,5°C, his tidak ada, DJJ 160x/menit
terdengar teratur. Palpasi abdomen di bagian fundus teraba kepala, punggung
kanan, bagian terbawah teraba bokong belum masuk pintu atas panggul. Terdapat
perdarahan pervaginam warna merah segar.
Bidan mendiagnosis G2P1A0 dengan kemungkinan plasenta previa, janin
tunggal hidup presentasi bokong/letak sungsang.
1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !
Menurut Saifuddin (2003), gejala dan tanda utama plasenta previa adalah:
a. Perdarahan tanpa nyeri, usia gestasi > 22 minggu
b. Darah segar atau kehitamandengan bekuan
c. Perdarahan bisa terjadi setelah miksi atau defekasi, aktivitas fisik,
kontraksi braxton hicks atau koitus.
Penyulit lain plasenta previa sebagai berikut:
a. Syok
b. Perdarahan setelah koitus
c. Tidak ada kontraksi uterus
d. Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
e. Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
14
Sedangkan menurut WHO (2013), diagnosis plasenta previa yaitu:
Perdarahan tanpa nyeri, usia kehamilan>22 minggu
Darah segar yang keluar sesuai dengan beratnya anemia
Syok
Tidak ada kontraksi uterus
Bagian terendah janin tidak masuk pintu atas panggul
Kondisi janin normal atau terjadi gawat janin
Penegakkan diagnosis dibantu dengan pemeriksaan USG
Tanda utama plasenta previa adalah perdarahan pervaginam yang
terjadi tiba-tiba dan tanpa disertai nyeri. Ini terjadi selama trimester ketiga
dan kemungkinan disertai atau dipicu oleh iritabilitas uterus. Seorang wanita
yang tidak sedang bersalin, tetapi mengalami perdarahan pervaginam tanpa
nyeripada trimester ketiga harusdicurigai mengalami plasenta previa.
Malpresentasi (sungsang, letak lintang, kepala tidak menancap) adalah
kondisi yang umum ditemukan karena janin terhalang masuk ke segmen
bawah rahim (Varney, 2007).
Berdasarkan teori diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ibu tersebut
diduga mengalami plasenta previa dengan presentasi bokong/letak
sungsang dengan melihat ada tanda dan gejala sebagai berikut:
Perdarahan pada usia kehamilan > 22 minggu
Darah segar yang keluar dari jalan lahir
Perdarahan terjadi setelah miksi
Syok (tidak sadarkan diri, nadi cepat > 110x/menit, tekanan darah
sistolik < 90 mmHg, pucat dan nafas cepat > 30x/menit)
Tidak ada kontraksi uterus
Bagian terbawah janin tidak masuk pintu atas panggul
Malpresentasi yang merupakan kondisi yang umum ditemukan pada
kasus ini
2. Jelaskan definisi plasenta previa!
Menurut Varney (2007), plasenta previa adalah posisi plasenta yang
berada di segmen bawah uterus, baik posterior maupun anterior, sehingga
perkembangan plasenta yang sempurna menutupi os serviks.
Sedangkan menurut Saifuddin (2013) dalam Ilmu Kebidanan, plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium
uteriinternum. Selain itu, definisi plasenta previa dalam Buku Panduan Praktis
15
Pelayanan Kesehatan mengatakan plasenta previa adalah keadaan dimana
implantasi plasenta terletak pada atau di dekat serviks. Plasenta yang
berimplantasi di atas atau mendekati ostium serviks (WHO, 2013).
3. Jelaskan jenis dan klasifikasi plasenta previa lengkapi dengan gambar!
a. Placenta Previa Marginalis
Adalah placenta yang tepinya berada pada pinggir ostium uteri internum
(OUI)
b. Placenta Previa Parsial
Adalah placenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum (OUI)
c. Placenta Previa Totalis atau Komplit
adalah placenta yang menutupi seluruh ostium uteri Internum (OUI).
d. Placenta Letak Rendah
Adalah placenta yang beimplantasi pada segmen bawah rahim demikian
rupa sehingga tepi bawahnya berada kurang lebih 2 cm dari ostium uteri
internum (OUI). Jarah yang lebih dari 2 cm dianggap placenta letak
normal
Sumber :
Prawirohardjo, Sarwono.(2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
16
4. Jelaskan tanda gejala plasenta previa !
Gejala – gejala :
a. Gejala yang terpenting ialah perdarahan tanpa nyeri.
Biasanya perdarahan karena plasenta previa baru timbul setelah bulan
ke tujuh. Hal ini disebabkan karena :
Perdarahan sebelum bulan ketujuh memberi gambaran yang
tidak berbeda dari abortus.
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan karena pergerakan
antara plasenta dan dinding rahim.
b. Kepala anak sangat tinggi : karena plasenta terletak pada kutub
bawah rahim, kepala tidak dapat mendekati pintu atas panggul.
c. Karena hal tersebut di atas juga karena ukuran panjang rahim
berkurang, maka pada plasenta previa lebih sering terdapat kelainan
letak.
d. Janin bisanya masih baik. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus
uteri masih rendah.
e. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah.
f. His biasanya tidak ada
g. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
h. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
i. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
j. Sering dijumpai kesalahan letak janin
Sumber :
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. (1984). Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset
5. Jelaskan jenis etiologi dan faktor predisposisi plasenta previa !
Etiologi
Penyebab pasti plasenta previa belum diketahui. Kondisi yang
multifaktorial telah dipostulatkan berhubungan dengan multipara, gestasi
berkali-kali, umur kehamilan dini, kelahiran dengan sesarea sebelumnya,
abortus, dan mungkin merokok. Berbeda pada pedarahan trimester awal, pada
perdarahan trimester dua dan tiga biasanya sekunder karena implantasi
abnormal dari plasenta. Plasenta previa diawali dengan implantasi embrio
(embryonic plate) pada bagian bawah (kauda) uterus. Dengan melekatnya dan
17
bertumbuhnya plasenta, plasenta yang telah berkembang bisa menutupi
ostium uteri. Hal ini diduga terjadi karena vaskularisasi desidua yang jelek,
inflamasi, atau perubahan atropik.
Sumber :
Kurniawan, R. (2013). Referat Placenta Previa. Terdapat di
http://www.slideshare.net/rayakurniawan/referat-placenta-previa. Diakses
pada tanggal 23 Juni 2015
Faktor Predisposisi
a. Multiparitas dan umur lanjut ( > / = 35)
b. Defek vaskularisasi desidua yang kemungkinan terjadi akibat
perubahan atrofik dan inflamatorotik
c. Cacat atau jaringan parut pada endometrium oleh bekas pembedahan
(SC, Kuret, dll).
d. Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap
menerima hasil konsepsi.
e. Konsepsi dan nidasi terlambat.
f. Plasenta besar pada hamil ganda dan eritroblastosis atau hidrops
fetalis.
Sumber :
Maryunani, A dan Eka Puspita. (2013). Asuhan Kegawatdaruratan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : CV. Trans Info Media
6. Jelaskan komplikasi plasenta previa pada ibu dan janin !
Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang
menderita plasenta previa, di antaranya ada yang bisa menimbulkan perdarahan
yang cukup banyak dan fatal.
a. Perdarahan
Oleh karena pembentukan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka
pelepasan plasenta dari tempat melekatnya di uterus dapat berulang dan
semakin banyak, dan perdarahan yang terjadi itu tidak dapat dicegah
sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
b. Plasenta akreta
Oleh karena plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim dan sifat segmen ini yang tipis memudahkan jaringan trofoblas
dengan kemampuan invasinya menerobos ke dalam miometrium bahkan
18
sampai ke perimetrium dan menjadi sebab dari kejadian plasenta inkreta
dan bahkan plasenta perkreta. Paling ringan adalah plasenta akreta yang
perlekatannya lebih kuat tetapi vilinya masih belum masuk ke dalam
miometrium. Walaupun biasanya tidak seluruh permukaan maternal
plasenta mengalami akreta atau inkreta akan tetapi dengan demikian
terjadi retensio plasenta dan pada bagian plasenta yang sudah terlepas
timbullah perdarahan dalam kala tiga. Komplikasi ini lebih sering terjadi
pada uterus yang pernah seksio sesarea.Dilaporkan plasenta akreta
terjadi 10% sampai 35% pada pasien yang pernah seksio sesarea satu
kali, naik menjadi 60% sampai 65% bila telah seksio sesarea 3 kali.
c. Ruptur uteri
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh sangat potensial
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu,
harus sangat hati-hati pada semua tindakan manual di tempat ini
misalnya pada waktu mengeluarkan anak melalui insisi pada segmen
bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan
pada retensio plasenta. Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan
banyak yang tidak terkendali dengan cara-cara yang lebih sederhana
seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina, ligasi
arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteri hipogastrika, maka
pada keadaan yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah
melakukan histerektomi radikal. Morbiditas dari semua tindakan ini tentu
merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.
d. Kelainan letak janin
Kelainan letak anak pada plasenta previa lebih sering terjadi. Hal ini
memaksa lebih sering diambil tindakan operasi dengan segala
konsekuensinya.
e. Prematur dan gawat janin
Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan
sebagian oleh karena tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa
dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada kehamilan < 37 minggu
dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru janin
dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin
sebagai upaya antisipasi.
f. Komplikasi lain dari plasenta previa yang dilaporkan dalam kepustakaan
selain masa rawatan yang lebih lama, adalah beresiko tinggi untuk
solusio plasenta (Risiko Relatif 13,8), seksio sesarea (RR 3,9), kelainan
letak janin (RR 2,8), perdarahan pasca persalinan (RR 1,7), kematian
19
maternal akibat perdarahan (50%), dan disseminated intravascular
coagulation (DIC 15, 9)
Sumber :
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
7. Jelaskan rasionalisasi dari kontra indikasi prosedur periksa dalam pada kasus
plasenta previa !
Perdarahan yang terjadi pada seorang wanita hamil trimester ketiga
harus dipikirkan penyebabnya, yaitu: plasenta previa atau solusio plasenta.
Bila ditemukan, dokter atau bidan harus segera mengirim pasien tersebut
selekas mungkin ke rumah sakit besar tanpa terlebih dulu melakukan
pemeriksaan dalam atau pemasangan tampon. Kedua tindakan ini hanya
akan menambah perdarahan dan kemungkinan infeksi.
Karena perdarahan pada wanita hamil kadang-kadang disebabkan oleh
varises yang pecah dan kelainan serviks (polip, erosi), di rumah sakit
dilakukan pemeriksaan in speculo terlebih dulu untuk menyingkirkan
kemungkinan ini.
Sumber :
Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. (2004). Obstetri Patologi.
Jakarta: EGC
8. Jelaskan data subjektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!
a. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan,pendidikan terakhir,
agama, suku bangsa, status pernikahan, alamat, Faktor usia lanjut
berpengaruh pada plasena previa.
b. Riwayat perdarahan
Keluar darah sejak kapan, apakah disertai rasa sakit, apakah ada riwayat
jatuh sebelumnya, apakah baru-baru ini senggama?,kapan?, apakah ada
mules, apakah gerakan janin masih dirasakan .
Indikasi plasenta previa perdarahan biasanya tidak dirasakan, dan tidak
disertai dengan kontraksi uterus.
c. Riwayat kehamilan sekarang
HPHT : menentukan usia kehamilan dan taksiran persalinan. Plasenta
previa cenderung terjadi dengan tiba-tiba sewaktu trimester ketiga.
20
d. Riwayat hamil,bersalin, nifas yang lalu
Riwayat jumlah kehamilan, riwayat plasenta previa, secsio secsaria
sebelumnya
e. Riwayat Kesehatan
Riwayat mengalami perdarahan sebelumnya
Sumber :
Taber. 1994. Kapita Selektas Kedaruratan Obstetric Dan Ginekologi.
Jakarta : EGC
9. Jelaskan data objektif yang harus dikaji pada kasus plasenta previa!
a. Pemeriksaan umum
Jika perdarahan tidak banyak tanda-tanda vital biasanya. Jika
perdarahan hebat, hipotensi dan takikardi merupakan petunjuk dari
hipovolemia ibu.
b. Pemeriksaan abdomen
Uterus teraba halus dan lunak, biasanya tidak ada kontraksi uterus.
Bunyi jantung janin biasanya normal. Bagian presentasi tidak masuk
pintu atas panggul. Kelainan letak janin (bokong, oblik, atau lintang)
merupakan suatu temuan yang sering berkaitan.
c. Pemeriksaan pervaginam tidak dilakukan kecuali pasien berada di kamar
operasi untuk seksio sesarea.
d. Tes laboratorium
Hitung darah lengkap dengan tujuan menilai derajat anemia
Urinalisis : biasanya normal
Golongan darah dan rhesus
Sumber :
Taber. 1994. Kapita Selektas Kedaruratan Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
10. Jelaskan penulisan analisa pada kasus kehamilan dan persalinan dengan
plasenta previa!
G2P1A0 gravida 38 minggu dengan suspect plasenta previa, janin tunggal
hidup presentasi bokong/letak sungsang
Diagnosis banding :pelepasan plasenta premature, persalinan premature,
vasaprevia.
21
Masalah potensial: syok hipovolemik, kelahiran premature dan plasenta akreta
Sumber :
Taber. 1994. Kapita Selektas Kedaruratan Obstetric Dan Ginekologi. Jakarta :
EGC
11. Jelaskan Penatalaksanaan awal yang harus bidan lakukan pada kasus
plasenta previa!
a. Informed concernt
Beritahu keluarga tentang keadaan ibu
b. Menangani syok terlebih dahulu :
Mintalah bantuan seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas
tindakan gawat darurat
Lakukan pemeriksaan secara cepat keadaaan umum ibu dan harus
diperhatikan bahwa jalan nafas bebas.
Pantau tanda-tanda vital (nadi, tekanan darah, pernafasan dan suhu
tubuh)
Baringkan ibu dalam posisi miring untuk meminimalkan risiko
terjadinya aspirasi jika muntah dan untuk memastikan jalan nafasna
terbuka.
Jagalah ibu tetap hangat tetapi jangan terlalu panas karena hal ini
akan menambah sirkulasi perifernya dan mengurangi aliran darah ke
organ vitalnya.
Naikkan kaki untuk menambah jumlah darah yang kembali ke
jantung.
c. Memasang infus dan cairan intravena NaCl 0,9% atau Ringer Laktat
untuk perbaiki kekurangan cairan.
d. Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam sebelum tersedia
kesiapan untuk seksio sesarea. Pemerik¬saan inspekulo dilakukan
secara hati-hati, untuk menentukan sumber perdarahan.
e. Lakukan penilaian jumlah perdarahan
f. Mempersiapkan donor darah dari keluarga
Sumber :
Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
12. Jelaskan penatalaksanaan bidan di RS pada kasus plasenta previa!
22
Terapi Konservatif
Agar janin tidak terlahir prematur dan upaya diagnosis dilakukan secara non
invasif.
a. Syarat terapi ekspektatif:
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian
berhenti dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
Belum ada tanda inpartu
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar Hb dalam batas normal)
Janin masih hidup dan kondisi janin baik
b. Rawat inap, tirah baring dan berikan antibiotika profilaksis sesuai
intruksi dokter.
c. Berikan tokolitik bila ada kontraksi sesuai intruksi dokter.
Sumber :
Saifuddin. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : PT Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
KASUS III SOLUSIO PLASENTA
Seorang ibu hamil anak ke-1 belum pernah keguguran, umur kehamilan 9
bulan datang ke BPM diantar keluarga dalam keadaan pingsan. Sebelumnya ibu
jatuh dari tangga dan mengalami mules yang sangat kuat dan dirasakan sakit,
pengeluaran darah agak kehitaman dari jalan lahir , jumlah darah sangat banyak.
sebelumnya ibu sudah dideteksi mengalami preeklampsi berat dan sudah dirujuk
ke RS.
Bidan melakukan pemeriksaan : wajah dan konjungtiva pucat, TD 80/50
mmHg, nadi 112x/menit, R 32x/menit suhu 35,6°C, DJJ tidak terdengar. Palpasi
abdomen : abdomen tegang seperti papan, sulit meraba bagian janin , terdapat
perdarahan pervaginam warna merah kehitaman.
Bidan mendiagnosis G1P0A0 dengan kemungkinan solusio plasenta, janin
kemungkinan IUFD.
1. Jelaskan dasar dari diagnosis bidan pada kasus tersebut !
Data Subjektif
Ibu datang dengan keadaan pingsan diantar oleh keluarga. Usia kehamilan
ibu 9 bulan dan belum pernah keguguran. Sebelumnya ibu jatuh dari tangga
dan mengalami mules yang sangat kuat dan dirasakan sakit. Ibu sudah
dideteksi mengalami preeklamsi berat dan sudah dirujuk ke RS.
23
Data Objektif
a. TTV
TD 80/50 mmHg, Nadi 122x/menit, Respirasi 32x/m, Suhu 35,6°C
b. Pemeriksaan Abdomen
Abdomen tegang seperti papan, sulit meraba bagian janin, DJJ tidak
terdengar
c. Pemeriksaan Genitalia
Terdapat perdarahan pervaginam dengan warna merah kehitaman
Dasar diagnosis :
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan
desidua endometrium sebelum waktunya, yakni sebelum anak lahir. Diagnosis
yang dapat ditegakkan untuk kasus Solusio Plasenta adalah :
1. Nyeri pada uterus
2. Kontraksi tektanik pada uterus
3. Jika ostium terbuka, terjadi perdarahan berwarna merah segar
4. Rahim keras seperti papan dan nyeri pegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang berkumpul di belakang plasenta
5. Palpasi sukar karena rahim keras
6. Fundus uteri makin lama makin naik
7. Bunyi jantung biasanya tidak ada
8. Setelah partus adanya hematoma retroplasenta
9. Pada toucher teraba ketuban yang tegang terus menerus (karena isi
rahim bertambah)
10. Sering ada perotenuria karena disertai toxaemia
Sumber :
Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran
Bandung. (1984). Obstetri Patologi. Bandung : Elstar Offset
Prawirohardjo, S. (2010). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
Saifuddin, A. (2002). Buku Paduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
24