makalah radio d2
DESCRIPTION
Make it easier for other people to find your content by providing more information about it.TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat-Nya makalah yang berjudul Radiografi Infeksi Pada Daerah
Perikoronal dan Periodontal Blok Penyakit Dentomaksilofasial II dapat
diselesaikan dengan baik.
Makalah ini berisi gambaran radiografi kelainan infeksi pada daerah
perikoronal dan periodontal. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
memberikan referensi bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi, dimana
mahasiswa FKG dituntut untuk mengetahui dan memahami berbagai gambaran
radiografi dari kelainan infeksi pada daerah perikoronal dan periodontal. Hal
tersebut dimaksudkan agar nantinya tidak terjadi kesalahan baik dalam
menginterpretasi maupun memberikan diagnosa terhadap suatu gambaran
radiografi kelainan infeksi pada daerah peridontal dan perikoronal.
Kami ucapkan terimakasih kepada drg. H. Sonny Subiantoro, M.Kes
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan ilmu dan arahan selama
praktikum radiologi blok Dentomaksilofasial II. Tidak lupa kami ucapkan
terimakasih kepada pihak- pihak yang telah bekerja sama dan memberi dorongan
sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.
Tidak ada gading yang tak retak. Kami menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami berharap saran dan kritik yang
membangun demi perbaikan makalah radiologi ini.
Jember, 16 September 2015
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................... 2
BAB 1- PENDAHULUAN .............................................................................. 3
1.1. Latar Belakang................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah............................................................................ 5
1.3. Tujuan............................................................................................... 5
BAB 2 – ISI...................................................................................................... 6
2. 1. Kelainan Perikoronal....................................................................... 6
2. 2. Kelainan Periodontal....................................................................... 9
2. 3. Infeksi Tulang Rahang.................................................................... 26
BAB 3 - KESIMPULAN.................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 29
LAMPIRAN..................................................................................................... 30
2
BAB 1
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Radiografi di bidang kedokteran gigi mempunyai peranan penting
dalam memperoleh informasi diagnostik untuk penatalaksanaan kasus, mulai
dari menegakkan diagnosis, merencanakan perawatan, menentukan prognosis,
memandu dalam perawatan, mengevaluasi, dan observasi hasil perawatan.
Dalam prosese menangani dan mendiagnosis suatu kasus atau kelainan
infeksi kelainan periodontol dan perikoronal, radiografi dental diperlukan
untuk memperoleh informasi diagnostik mengenai gambaran di sekitar tulang
alveolar yang tidak dapat diperoleh dari pemeriksaan klinis. Hal ini penting
karena kelainan pada jaringan perikoronal dan periodontal susah diamati dari
pemeriksaan klinis saja.
Salah satu kelainan perikoronal adalah perikoronitis. Perikoronitis
adalah keradangan jaringan gingiva disekitar mahkota gigi yang erupsi
sebagian, paling sering pada gigi molar ketiga rahang bawah. Perikoronitis
terjadi akibat penumpukan bakteri, plak, dan sisa makanan pada rongga
operkulum gusi dan gigi yang erupsi sebagian. Beberapa peneliti
mengatakan bahwa perikoronitis merupakan suatu proses infeksi. Pada gigi
yang erupsi sebagian, mahkota gigi ditutupi oleh jaringan lunak yang disebut
dengan operkulum. Operkulum tidak dapat dibersihkan dengan sempurna
sehingga sering mengalami infeksi.
Penyebab perikoronitis adalah terjebaknya makanan di bawah
operkulum. Selama makan, debris makanan dapat berkumpul pada
pseudopoket antara operkulum dan gigi impaksi. Poket yang tidak bisa
dibersihkan mengakibatkan bakteri berkolonisasi dan menyebabkan
perikoronitis. Mikroflora pada perikoronitis didapatkan mirip dengan
mikroflora pada poket periodontal. Bakteri-bakteri tersebut memicu inflamasi
pada daerah perikorona. Perikoronitis juga diperparah dengan adanya trauma
3
akibat gigi antagonis. Selain itu faktor emosi, merokok, dan infeksi saluran
respirasi juga memperparah perikoronitis.
Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan
pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak. Hal tersebut menyebabkan
kelainan pada jaringan pendukung gigi, termasuk gingiva, ligamen
periodontal dan tulang alveolar. Gingivitis dan periodontitis merupakan dua
jenis penyakit periodontal. Gingivitis merupakan inflamasi yang terjadi pada
jaringan gingiva, dengan tanda-tanda klinis perubahan warna lebih merah dari
normal, pembesaran gingiva, dan berdarah pada tekanan ringan. Sedangkan
periodontitis didefinisikan sebagai suatu peradangan pada jaringan
pendukung gigi yang disebabkan oleh mikroorganisme spesifik yang
menyebabkan terjadinya kerusakan progresif pada ligamen periodontal dan
tulang alveolar disertai pembentukan poket, resesi, atau keduanya.
Etiologi penyakit periodontal dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal penyebab penyakit
periodontal yaitu bakteri plak, terutama Porphyromonas gingivalis yang
dijumpai dalam poket periodontal. Endotoksin bakteri menyebabkan
inflamasi gingiva, kehilangan perlekatan jaringan periodontal, dan kerusakan
tulang alveolar. Di Indonesia, penyakit periodontal menduduki urutan kedua
dan merupakan penyebab terbesar kehilangan gigi di usia 30 tahun.
Salah satu bakteri fakultatif anaerob gram negatif yang berperan dalam
pembentukan plak subgingiva penyebab periodontitis adalah Aggregatibacter
actinomycetemcomitans. Bakteri ini menghasilkan faktor virulensi pada
jaringan periodontal, antara lain merusak immunoglobulin, complement
factor, dan mendegradasi perlekatan epitel jaringan periodontal sehingga
timbul poket periodontal. Bakteri ini merupakan agen infektif utama terutama
ditemukan pada aggressive periodontitis
4
I.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana kelainan periokoronal pada rongga mulut jika dilakukan
pemeriksaan menggunakan radiografi?
2. Bagaimana kelainan periodontal pada rongga mulut jika dilakukan
pemeriksaan menggunakan radiografi
I.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu
menginterpretasikan gambaran-gambaran dari lesi-lesi yang mungkin muncul
pada bagian periokoronal dan periodontal.
5
BAB 2
ISI
2.1 Kelainan Perikoronal
1. PERIKORONITIS
Perikoronitis merupakan suatu keradangan pada jaringan lunak
perikoronal (operkulum) yang menutupi mahkota gigi di sekeliling gigi
yang akan erupsi, paling sering terjadi pada molar 3 bawah (Mansjoer,
2000). Infeksi yang terjadi disebabkan oleh adanya mikroorganisme dan
debris yang terperangkap diantara mahkota gigi dan jaringan lunak
diatasnya. Perikoronitis dapat menetap menjadi bentuk subakut/kronis
jangka panjang yang berkaitan dengan osteitis dan kerusakan tulang
(Pedersen, 1996).
Etiologi
Etiologi utama perikoronitis adalah flora normal rongga mulut
yang terdapat dalam sulkus gingiva. Flora normal yang terlibat adalah
polibakteri, meliputi bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif.
Mikroflora pada perikoronitis didapatkan mirip dengan mikroflora pada
poket periodontal. Bakteri-bakteri tersebut memicu inflamasi pada daerah
perikorona. Perikoronitis juga diperparah oleh trauma akibat gigi
antagonis. Selain itu faktor emosi, merokok, dan infeksi saluran respirasi
juga memparah perikoronitis.
Gambaran Klinis
Gingiva kemerahan dan bengkak di regio gigi yang erupsi
sebagian, rasa sakit pada waktu mengunyah makanan, merupakan gejala
klinis yang sering ditemukan pada penderita perikoronitis. Bau mulut yang
tidak enak akibat adanya pus dan meningkatnya suhu tubuh dapat
menyertai gejala-gejala klinis yang tersebut di atas.
Pada beberapa kasus dapat ditemukan ulkus pada jaringan
operkulum yang terinfeksi akibat kontak yang terus menerus dengan gigi
antagonis. Apabila perikoronitis tidak diterapi dengan adekuat sehingga
6
infeksi menyebar ke jaringan lunak, dapat timbul gejala klinis yang lebih
serius berupa limfadenitis pada kelenjar limfe submandibularis, trismus,
demam, lemah, dan bengkak pada sisi yang terinfeksi.
Gambar 1. Gambaran Klinis dari Perikoronitis. Gingiva kemerahan dan bengkak di regio gigi
yang erupsi sebagian.
Klasifikasi Perikoronitis
Perikoronitis secara klinis terbagi menjadi tiga, yaitu perikoronitis
akut, perikoronitis subakut, dan perikoronitis kronis (Topazian, 2002).
a) Perikoronitis Akut
Perikoronitis akut diawali dengan rasa sakit yang terlokalisir
dan kemerahan pada gingiva. Rasa sakit dapat menyebar ke leher,
telinga, dan dasar mulut. Pada pemeriksaan klinis pada daerah yang
terinfeksi, dapat terlihat gingiva yang kemerahan dan bengkak,
disertai eksudat, dan terasa sakit bila ditekan. Gejala meliputi
limfadenitis pada kelenjar limfe submandibularis, dan kelenjar limfe
7
yang dalam, pembengkakan wajah, dan eritema, edema dan terasa
keras selama palpasi pada operkulum gigi molar, malaise, bau mulut,
eksudat yang purulen selama palpasi. Demam akan terjadi apabila
tidak diobati. Umumnya serangan akut dapat menyebabkan demam
dibawah 38,5°C, selulitis, dan ketidaknyamanan. Pada inspeksi
biasanya ditemukan akumulasi plak dan debris akibat pembersihan
yang sulit dilakukan pada pseudopoket sekitar gigi yang erupsi
sebagian. Trismus dapat terjadi pada perikoronitis akut. (Shepherd
and Brickley, 1994).
b) Perikoronitis Subakut
Perikoronitis subakut ditandai dengan timbulnya rasa
kemeng/nyeri terus menerus pada operkulum tetapi tidak ada trismus
ataupun gangguan sistemik. (Shepherd and Brickley, 1994).
c) Perikoronitis Kronis
Perikoronitis kronis ditandai dengan rasa tidak enak yang
timbul secara berkala. Rasa tidak nyaman dapat timbul apabila
operkulum ditekan. Tidak ada gejala klinis yang khas yang
menyertai perikoronitis kronis. Pada gambaran radiologi bisa
didapatkan resorpsi tulang alveolar sehingga ruang folikel melebar,
tulang interdental di antara gigi molar kedua dan molar ketiga
menjadi atrisi dan menghasilkan poket periodontal pada distal gigi
molar kedua (Laine et al, 2003).
Gambaran Radiografis
Gambaran radiografisnya terdapat gambaran radiolusen berbatas
tidak jelas disekitar bagian distal mahkota gigi molar ketiga yang impaksi.
8
Gambar 2. Gambaran Radiografi dari Perikoronitis dengan teknik oklusal (A) dan teknik
panoramik (B)
2.2 Kelainan Jaringan Peridontal
1. PERIODONTITIS
Periodontitis adalah penyakit multifaktorial yang menyebabkan
infeksi dan peradangan jaringan pendukung gigi, biasanya menyebabkan
hilangnya tulang dan ligamen periodontal dan bisanya merupakan
penyebab kehilangan gigi pada orang dewasa dan edentulousness.
Etiologi
Peradangan pada periodontal memiliki banyak penyebab (misalnya,
bakteri, trauma). Namun, kebanyakan periodontitis akibat dari akumulasi
mikroorganisme pada gigi. Faktor risiko pada periodontitis kronis
termasuk keberadaan bakteri subgingiva tertentu, penggunaan tembakau,
diabetes, usia, dan jenis kelamin. Selain itu, ada bukti bahwa faktor lain
9
A
B
A
dapat berkontribusi pada patogenesis penyakit periodontal: lingkungan,
genetik, dan sistemik (misalnya, diabetes).
Klasifikasi dan Gambaran Klinis
a. Mild Periodontitis
Destruksi periodontal umumnya dianggap sebagai periodontitis
ringan ketika poket periodontal tidak lebih dari 1 hingga 2 mm dari
daerah cemento enamel junction. Pada tahap ini, gingiva akan menjadi
lebih lunak, lebih mudah berdarah terutama saat dilakukan probing.
Gambaran Klinis
Gambar 3. Gambaran klinis mild periodontitis
a. Kerusakan periodontal biasanya dikatakan slight/ mild jika hilangnya
perlekatan klinis tidak lebih dari 1-2 mm.
b. Biasanya melibatkan banyak gigi.
c. Invasi minimal dari furkasi dengan sedikit atau tanpa adanya
mobilitas gigi yang terlihat.
10
d. Kehilangan tulang (kurang 20 % dari perlekatan tulang )
Gambaran Radiografi
Pada lesi periodontitis awal orang dewasa terlihat area yang
mengalami erosi local bagian interproximal alveolar bone crest. Pada
bagian depan terlihat ketumpulan dari alveolar crest dan sedikit
hilangnya ketinggian tulang alveolar.
Gambar 4. Kehilangan perlekatan dengan kedalaman 1-2 mm. Terjadi boneloss tipe horisontal.
Gambar 5. Mild periodontitis terlihat pengurangan ketinggian alveolar crest diikuti
penumpulan sudutnya
b. Moderate Periodontitis
Moderate periodontitis atau periodontitis tipe sedang terjadi jika
probing depth 3-4 mm. Kehilangan tulang yang lebih besar dari 40 %.
Gambaran Klinis
11
Gambar 6. Gambaran klinis moderate periodontitis
a) Hilangnya perlekatan klinis sekitar 3-4 mm
b) Keterlibatan furkasi moderate awal dengan mobilitas gigi dari slight
hingga moderate.
c) Kehilangan tulang yang lebih besar dari 40 % dari total perlekatan
periodontal klinis
Gambaran Radiografi
Gambar 7. Hilangnya attachment dengan kedalaman 3-4 mm. Terjadi bone loss tipe
horisontal atau vertikal.
12
Gambar 8. Moderate periodontitis memperlihatkan perubahan morfologi dari alveolar
crest, pengurangan sedikit tulang oesseous dan kortikal, disertai juga terdapatnya
scelerosis pada trabekula
Moderate periodontitis terjadi ketika mild periodontitis yang
mengalami progres munuju kerusakan yang mencapai kehilangan tulang
yang lebih parah yang juga akan menyebabkan perubahan pada morfologi
dari alveolar crest yang lebih lagi. Terdapat perubahan pada pola
kehilangan tulang akibat periodontitis yaitu : kehilangan tulang kortikal
aspek bukal atau lingual, kehilangan tulang horizontal, pengurangan dari
tulang osseous secara vertikal, dan perubahan internal tulang sekitar lesi
periodontal.
c. Severe Periodontitis
Destruksi periodontal umumya dianggap sebagai periodontitis yang
berat / parah ketika telah terbentuk pocket sedalam 5 mm atau lebih .
Dalam periodontitis severe, terjadi pengeroposan tulang yang sudah
meluas. Ditunjukan pula bahwa gigi yang tersisa mengalami mobilitas
(pergerakan) yang berlebihan.
Gambaran Klinis
GambarGambar 9. Gambaran klinis severe periodontitis
a. Saat hilangnya perlekatan lebih dari 7 mm atau lebih, disebut kondisi
severe.
b. Keterlibatan furkasi tingkat III
13
c. Mobilitas gigi yang berlebih
d. Kehilangan tulang lebih besar dari 40 %, defek kerusakan tulang
horizontal dan angular dapat di temukan.
Gambaran Radiografi
Pada periodontitis yang parah kehilangan tulang meluas
menyebabkan banyaknya pergerakan karena tidak seimbangnya
sokongan yang diberikan kepada gigi. Terlihat pula perluasan dari
kehilangan tulang horizontal atau perluasan pengurangan dari tulang
esseous secara vertikal. Pada gigi yang memiliki lebih dari satu akar akan
terdapat deformasi esseous di dalam furkasi akar tersebut
Gambar 10. Hilangnya attachment yang dalam yaitu lebih dari 5mm. Terjadi bone loss tipe horisontal dan vertikal
Gambar 11. Gambar A memperlihatkan pengurangan periodontal secara vertikal;
panah menunjukan pembesaran abnormal dari jarak ligament periodontal, B gambar
dari pengurangan tulang secara vertikal pada gigi rahang atas
14
Gambar 12. Gambaran radiografi memperlihatkan pengurangan tulang esseous yang
dibantu menggunakan gutta percha
Gambar 13. Gambar radiografi dari deformasi osseous pada bagian furkasi akar dan
terlhat juga penambahan ketebalan dari tulang trabecula akibat pembentukan sclerosis
d. Codensing Periodontitis
Merupakan suatu varian dari periodontitis apikalis kronik
(asimtomatik); terlihat adanya peningkatan dalam tulang trabekula sebagai
respons atas iritasi yang persistent iritan utama berasal dari saluran akar
yang berdifusi ke periapeks. Lesi ini biasanya ditemukan di sekitar apeks
gigi posterior mandibula. Tergantung etiologinya, pulpitis atau nekrosis.
Condensing osteitis mungkin tidak menimbulkan gejala atau disertai rasa
nyeri. Penyebab utama condensing osteitis adalah penyebaran iritan dari
saluran akar ke jaringan periradikuler.
Gambaran Radiograf
15
Terlihat suatu daerah radioopak yang konsentrik dan difus di sekitar
akar.
Gambar 14. Gambaran Radiografis Condensing Periodontitis
Gambaran Histologi
Terlihat adanya peningkatan tulang trabekula yang tersusun tidak
teratur dan inflamasi.
e. Periodontitis Agresif
Periodontitis agresif berbeda dari periodontitis kronis terutama pada
pesatnya laju perkembangan penyakit, ketiadaan akumulasi plak dan kalkulus,
dan riwayat keluarga terkait genetic.
Periodontitis agresif menyebabkan hilangnya tulang selama waktu
yang relative singkat. Keparahan lanjut periodontitis dapat menyebabkan
mobilitas gigi, nyeri sesekali dan ketidaknyamanan (umumnya terkait
dengan pembentukan abses), gangguan kemampuan untuk mengunyah
makanan, dan kehilangan gigi pada akhirnya.
1. Localized Agressive Periodontitis
Etiologi
Infeksi bakteri A.actinomycetemcomitans.
Gejala Klinis
16
Gambar 15. Gejala klinis Localized Agressive Periodontitis
1. Umumnya terjadi pada usia pubertas.
2. Terjadi periodontitis pada gigi molar pertama dan gigi insisiv.
3. Hilangnya perlekatan interproksimal setidaknya pada 2 gigi
permanen, atau lebih, dimana salah satunya adalah gigi molar
pertama atau gigi insisiv.
4. Lokalisata periodontitis agressive terjadi pada gigi molar pertama
dan gigi insisive bisa disebabkan karena:
a. Saat gigi molar pertama dan gigi insisiv erupsi, aggregatibacter
actinomycetemcomitans melakukan mekanisme penghindaran
pertahanan host, yaitu kemotaksis PMN, endotoksin, kolagenase,
leukotoxin, dan faktor lain yang memungkinkan bakteri masuk ke
saku dan memulai penghancuran jaringan periodontal. Hal ini
menyebabkan antibodi host pembersihan dan fagositosi bakteri dan
menetralisir aktivitas leukotoksik. Dalam hal ini, kolonisasi situs lain
mungkin diprevensi. Respon antibodi yang kuat untuk menginfeksi
agen-agen adalah salah satu karakteristik dari LAP.
b. Bakteri antagonis A. actinomycetemcomitans dapat menjajah
jaringan periodontal dan menghambat A. Actinomycetemcomitans
dari pengrusakan lebih lanjut dari situs periodontal di mulut . Ini
akan melokalisasi infeksi A. actinomycetemcomitans dan
pengrusakan jaringan
c. A. actinomycetemcomitans mungkin kehilangan kemampuan
memproduksi leikotosik untuk alasan yang tidak diketahui. Jika hal
17
ini terjadi , progresi penyakit dapat ditangkap atau terganggu, dan
kolonisasi situs periodontal baru dapat dihindari.
d. Sebuah cacat dalam pembentukan sementum mungkin bertanggung
jawab dalam lokalisasi lesi. Akar permukaan gigi diekstraksi dari
pasien dengan LAP telah ditemukan memiliki hipoplasia atau
aplastik sementum.
5. Jarang adanya tanda inflamasi klinis, walaupun terbentuk pocket
periodontal dan reabsorbsi tulang alveolar.
6. Hanya terdapat sedikit plak dan kalkulus.
Gambaran Radiografis
1. Awalnya, tulang keropos pada rahang atas dan gigi insisivus rahang
bawah dan/atau daerah molar pertama, biasanya bilateral, sehingga
vertikal, pola destrukti farclike.
2. Saat penyakit berlangsung, kehilangan tulang alveolar dapat menjadi
umum namun tetap kurang dalam daerah premolar.
3. Pelebaran space ligamen periodontal
4. Kontinuitas lamina dura yang terputus
5. Pada daerah molar terdapat keterlibatan daerah furkasi (Furcation
involvement)
18
Gambar 16. Gambaran radiografis Localized aggressive periodontitis dengan
teknik periapikal
2. Generalized Agressive Periodontitis
Etiologi
Infeksi bakteri P gingivalis, A a, T forsythia
Gejala Klinis
1. Umumnya terjadi pada usia 30 tahun kebawah, tapi bisa juga
mengenai usia diatas 30 tahun.
Gambar 17. Gejala klinis Generalized Agressive Periodontitis
19
2. Adanya digeneralisasi interproksimal kehilangan perlekatan yang
mempengaruhi setidaknya tiga gigi permanen selain geraham
pertama dan gigi seri.
3. Plak dan kalkulus hanya terdapat dalam jumlah kecil.
4. Adanya peradangan jaringan yang parah, sering berkembang biak,
ulserasi.
5. Bisa terjadi perdarahan secara spontan atau tiba-tiba.
6. Terdapat nanah pada pocket periodontal.
7. Terjadinya destruktif tulang.
8. Terjadi perubahan warna pada gingiva dan hilangnya stippling
gingiva.
9. Bisa berakibat pada turunnya berat badan, depresi mental dan
malaise.
Gambaran Radiografi
1. Terjadi resorbsi tulang alveolar menyeluruh.
2. Pelebaran space ligamen periodontal.
3. Kontinutas lamina dura yang terputus.
4. Furcation involvment
20
Gambar 18. Gambaran Radiografis Generalized Agressive Periodontitis dengan
teknik panoramik
21
Gambar 19. Gambaran Radiografis Generalized Agressive Periodontitis dengan
teknik periapikal
Dari gambaran radiografik ditemukan bahwa pada penyakit ini dapat
terjadi kerusakan parah tulang pada beberapa gigi hingga advanced bone loss pada
hampir ataupun keseluruhan gigi. Dari Gambar 18 nampak tulang alveolar yang
telah teresorbsi secara keseluruhan (generalize).
2. NECROSIS JARINGAN PERIODONTAL
1. Necrotizing Ulcerative Gingivitis (NUG)
Acute Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG) atau gingivitis
ulseratif akut yang ternekrotisasi merupakan keadaan ynag ditandai dengan
timbulnya ulserasi yang cepat dan terasa sakit pada tepi gingiva dan papila
interdental. Penderita biasanya memiliki bau mulut yang tidak sedap
(halitosis) (Lewis & Lamey , 1998).
Etiologi
Penyebab ANUG belum diketahui tetapi organisme anaerob
terutama spirochaeta dan spesise Fusobacterium umumnya terlibat.
Pericoronitis, margin restorasi berlebih, merokok, malnutrisi, kelelahan dan
stress dianggap sebagai faktor predisposisi (Lynch et al., 1994; Lewis &
Lamey , 1998).
Patogenesis
Menurut Pindborg proses terjadinya NUG terdiri atas 4 tahap :
1. Erosi pada ujung interdental papilla
2. Lesi yang berlanut ke marginal gingiva dan menyebabkan erosi lanjutan
pada papilla dan berpotensi menghilangkan seluruh papilla.
3. Nekrosis pada attached gingiva
4. Pembukaan tulang
Gejala Klinis
1. NUG terdiri dari daerah ulserasi dan nekrosis papilla interdental ditutupi
oleh kuning keputihan lapisan lunak, atau pseudomembran, dan
dikelilingi oleh eritematosa.
22
2. Lesi NUG biasanya menyakitkan dan mudah berdarah, sering
tanpaprovokasi .
3. Pasien merasakan malodor oral, local limfadenopati , demam dan malaise
4. Lesi NUG terbatas pada gingiva tanpa kehilangan perlekatan periodontal
atau dukungan tulang alveolar.
Gambar 20. Gejala Klinis Acute
Necrotizing Ulserative Gingivitis pada mukosa palatum
Histopatologi
Secara mikroskopis, lesi NUG menunjukkan nekrosis nonspesifik
peradangan yang menyajikan dengan polimorfonuklear dominan leukosit
(PMN,neutrofil) menyusup di ulserasi daerah dan kronis berlimpah infiltrat
limfosit dan plasma sel-sel di perifer dan lebih luas.
Gambaran Radiografi
23
Gambar 21. Gambaran Radiografis Acute Necrotizing Ulserative Gingivitis
Perubahan gingival yang berhubungan dengan necrotizing ulcerative
gingivitis (NUG) tidak memperlihatkan tanda radiografik tetapi dengan
inflammatori eksaserbasi yang dapat menyebabkan kerusakan struktur
tulang. Jika terjadi defomitis tulang akan memperlihatkan tanda radiografik
yaitu hilangnya lamina dura dan tulang alveolar.
2. Necrotizing Ulcerative Periodontitis
Nekrosis Ulserativ Periodontitis atau NUP ini merupakan kelanjutan
penyakit dari Nekrosis Ulserativ Gingivitis (NUG).
Gambaran Klinis
1. Pada NUP nekrosis dan ulserasi bagian koronal dari papila interdental
dan margin gingiva.
2. Marginal gingiva berwarna merah dan bisaberdarah dengan mudah.
3. Terjadi kehilangan perlekatan dan dekstruksi tulang alveolar.
4. Kedalaman pocket periodontal tidak terlalu dalam.
5. Terjadi resesi gingiva.
6. Pada keadaan lanjut bisa menyebabkan tanggalnya gigi.
7. Biasanya pasien memiliki bau mulut, demam, malaise atau
limfadenopati
Gambar 22. Gejala klinis Necrotizing Ulserative Periodontitis
Gambaran Radiografi
24
Gambaran radiolusen menunjukkan kehilangan perlekatan dan
kehilangan tulang.
1. Resorbsi tulang alveolar yang parah
2. Pelebaran space ligamen periodontal
3. Lamina dura yang terputus
Gambar 23. Gambaran Radiografis Acute Necrotizing Ulserative Gingivitis
2.3 Infeksi Tulang Rahang
Osteomielitis dental atau yang disebut osteomielitis pada tulang
rahang adalah keadaan infeksi akut atau kronik pada tulang rahang,
biasanya disebabkan karena bakteri. Penyakit ini sulit untuk didiagnosis
dan diterapi. Gejala-gejala fisik pada penderita yang tidak dapat
didiagnosis sebagai penyakit khusus, seperti kelelahan, dan nyeri pada
sendi atau edema pada jaringan di sekitar tulang rahang sering disebabkan
karena adanya infeksi bakteri yang tersembunyi pada tulang rahang yang
kumannya menyebarkan toksin ke jaringan sekitarnya.
Penyebab utama yang paling sering dari osteomielitis adalah
penyakit periodontal (seperti gingivitis, pyorrhea, atau periodontitis,
tergantung seberapa berat penyakitnya). Bakteri yang berperan terhadap
proses terjadinya penyakit ini yang tersering adalah Staphylococcus
aureus, kuman yang lain adalah Streptococcusdan pneumococcus.
25
1. Osteomyelitis akut
Osteomyelitis merupakan suatu bentuk proses inflamasi pada
tulang akibat infeksi dari bakteri piogenik. Staphylococcus adalah
organisme yang bertanggung jawab untuk 90% kasus osteomyelitis
akut.
Patogenesis
Pada awal infeksi kemungkinan tidak ada perubahan struktur
radiografis yang dapat dideteksi. Tulang terisi eksudat dan sel-sel
inflamasi yang mungkin tidak akan memperlihatkan perubahan
radiografi. Perubahan awal terjadi sedikit penurunan densitas tulang
dengan penurunan ketinggian trabecular.
Dalam waktu itu kerusakan tulang menjadi lebih amat besar
menghasilkan gambaran radiolusensi. Sequstra dapat diidentifikasi
dengan memeriksa kerusakan tulang (radiolusen) yang berbentuk
pulau. Pulau-pulau ini merupakan tulang yang nonvital dengan ukuran
yang bervariasi di antara tulang yang radiopak. Terlihat gambaran
struktur tulang yang kabur. Struktur tulang pada osteomyelitis akut
bentukannya menyerupai honeycomb.
Gambaran Radiografi
26
Gambar 24. Bentukan squastra terlihat pulau-pulau radiolusen di antara tulang
yang radiopak menyerupai honeycomb.
2. Osteomyelitis kronis
Osteomielitis kronis biasanya tidak disertai dengan rasa sakit
yang hebat, tapi hanya perasaan tidak nyaman saja. Pembengkakan
yang terjadi ukurannya bervariasi, dan biasanya berhubungan dengan
fistulasi dan drainase pus. Terkadang disertai demam ringan.
Gambaran Radiografi
Ditemui adanya sekuester (pulau-pulau tulang nekrotik dari
yang berukuran kecil, 1 cm sampai yang mengenai sebagian besar
rahang), yang dikelilingi daerah radiolusen dan kadang-kadang
saluran osteolitik yang saling berhubungan (gambar 1). Osteomielitis
sklerotik menunjukkan daerah-daerah perubahan radiopak (gambar 2).
Gambar 25. Gambaran Radiografi Osteomyelitis Kronis
27
3. Osteoradionekrosis
Osteoradionekrosis mengarah pada kondisi inflamasi pada
tulang (osteomyelitis) yang terjadi setelah tulang terekspose oleh
terapi radiasi yang biasanya menyebabkan keganasan pada area kepala
dan leher. Biasanya hal ini terjadi setidaknya 3 bulan setelah radiasi.
Patogenesis
Tulang yang teriritasi akan mengalami hiposeluler dan
hipovaskular. Meski infeksi bisa saja berkontribusi sebagai factor
etiologi, tapi tidak menutup kemungkinan hal ini juga
mengakibatkan kerusakan tulang. Dalam banyak kasus, ekstraksi gigi
dan trauma gigi juga disimpulkan sebagai etiologi. Biasanya terjadi
infeksi sekunder, yang mengakibatkan reaksi inflamasi.
Gambaran Radiografi
Gambaran radiologis dari osteoradionekrosis memiliki banyak
kesamaan dengan osteomyelitis kronis. Osteoradionekrosis tidak dapat
selalu didiagnosa dengan radiografi dan seringkali tanda klinis yang
jelas dari nekrosis tulang tidak ditemukan perubahan gambaran
radiografi yang signifikan.Eksposur radiasi mungkin dapat
menstimulasi resorbsi tulang terutama pada maxilla yang mungkin
mirip dengan destruksi tulang karena neoplasma malignant. Yang
paling umum terjadi adalah sclerosis pada struktur tulang disekitarnya.
28
Gambar 26.
BAB 3KESIMPULAN
Radiografi dental merupakan salah satu bagian terpenting dari diagnosis
oral modern. Radiografi dental diperlukan untuk memperoleh informasi
diagnostik mengenai gambaran tulang alveolar yang tidak dapat diperoleh dari
pemeriksaan klinis yang merupakan masalah penting dalam mendiagnosa
penyakit perikoronal dan periodontal.
Dalam pemeriksaan radiografi, perikoronitis menunjukkan gambaran
kawah yang radiolusen di area korona gigi yang impaksi atau erupsi sebagian.
Gambaran radiolusen tampak irreguler dengan difus.
Dalam pemeriksaan radiografi, tanda penyakit periodontitis yang dapat
diamati antara lain:
Radiolusen, yang menunjukkan adanya resorbsi tulang alveolar baik horizontal
maupun vertikal
Pelebaran ruang ligamen periodontal (periodontal ligamen space)
Lamina dura yang terputus
29
DAFTAR PUSTAKA
Bataineh QM et al. The Predisposing Factors of Pericoronitis of Mandibular
Third Molars in a Jordania Population. J Oral Maxillofac surg. 2003.
Carranza, F.A. 1990. Glickman's clinical Periodontology 7th Ed, W.B Saunders
Company. Philadelphia
Dumitrescu A.L. 2010. Etiology and Pathogenesis of Periodontal Disease.
Heidelberg : Manson, J.D. 1993. Buku Ajar Periodontitis. Jakarta : EGC
Guiterrez and Perez JL. 2004.Third Molar Infections. Med Oral Patol Oral Cir
Bucal.
Hupp J, Ellis E, Tucker H. 2008.Contemporary Oral
Mansjoer Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Volume 1, Jakarta:
Media Aesculapius FKUI.
Michael G. Newman, dkk. Carranza's Clinical Periodontology. 11th Ed.
Missouri : Elsevier. 2012. P.43
Pedersen, GW. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut. Alih bahasa Purwanto &
`Basoeseno. Jakarta: EGC.
Samsudin AR and Mason DA. 1994. Symptons from impacted wisdom teeth.
British J Oral Maxilofac surg.
Shepherd JP, Brickley M. Surgical removal of third molars. British Med J. 1994
Suproyo, H., 2007, Bahan Ajar Penatalaksanaan Penyakit Jaringan Periodontal,
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Srivastava, Ram Kumar. 2011. Step by Step : Oral Radiology. India : JBMP
White and Pharoah. 2009. Oral Radiology : Principles and Interpretation. 6th Ed.
Mosby.
Wolf, Hassel. 2006. Clinical Atlast of Dental Hygiene. Jerman : Thieme
30
LAMPIRAN
1. Bagaimana gambaran radiografi pada Necrotizing Ulcerative Gingivitis?
(Fitrotul Hasanah – 141610101080)
Jawab: Perubahan gingival yang berhubungan dengan Necrotizing Ulcerative
Gingivitis (NUG) tidak memperlihatkan tanda radiografik tetapi
dengan inlammatori eksaserbasi yang dapat menyebabkan kerusakan
struktur tulang.
2. Bagaimana gambaran radiografi pada perikoronitis?
(Silvitania Putri – 141610101084)
Jawab: Tampak radiolusen berbatas tidak jelas di sekitar bagian distal
mahkota gigi molar ketiga yang impaksi.
3. Bagaimana perbedaan destruksi tulang alveolar fisiologis dan patologis?
(Yuniko Dimas Ardi Ansyah – 141610101068)
Jawab: Pada destruksi tulang secara fisiologis, ketinggian destruksi tulang
berkisar antara 0,5-2 mm dibawah apikal CEJ. Destruksi tersebar
merata dengan pola kerusakan yang horizontal, umumnya terjadi pada
gigi posterior dengan beban kunyah yang berat. Sedangan pada
destruksi tulang patologis ketinggian destruksi tulang sudah lebih dari
2 mm dan biasanya diikuti dengan pola kerusakan yang vertikal.
Dapat terjadi pada gigi anterior maupun pada gigi posterior tergantung
dari etiologi periodontitis.
4. Mengapa bisa terjadi kehilangan perlekatan interproksimal pada generalized
aggressive periodontitis? Bagaimana membedakan radiografinya dengan
localized aggressive periodontitis?
31
Jawab: Karena pada generalized aggressive periodontitis terjadi kerusakan
parah tulang pada beberapa gigi hingga advanced bone loss pada
hampir ataupun keseluruhan gigi yang menyebabkan gigi-gigi goyang
dan perlekatan interproksimal berkurang. Beda radiografi generalized
dan localized periodontitis dilihat dari resorbsi tulang alveolar. Pada
generalized periodontitis terjadi resorbsi tulang alveolar yang hampir
menyeluruh, sedangkan pada localized periodontitis resorbsi tulang
alveolar hanya terjadi pada beberapa gigi saja.
5. Bagaimana cara mengukur mild periodontitis, dilihat dari alveolar bone loss
atau dari terbentuknya poket?
Jawab: Mild periodontitis diukur dengan terbentuknya poket periodontal yang
tidak lebih dari 1 hingga 2 mm dari daerah cemento enamel junction.
32