makalah plh bencana alam

Upload: ehsan-fransez-m-sc

Post on 08-Jul-2015

2.130 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Makalah Bencana Alam1. Tsunami 2. Kebakaran Hutan 3. Amblesan

8/11/2011 IX-4 Anggraeni Gadis Puspa Sari Ira Rizkillah Koswara Rara Ismalia Kusumawardani Tasya Adelia Anjani (07) (17) (27) (31)

1

2

3.

DAFTAR ISI

1. Cover Halaman Depan 2. Kata Pengantar 3. Daftar Isi 4. Pembahasan Masalah 1. Tsunami 2. Kebakaran Hutan 3. Amblesan 5. Penutup 1. Kesimpulan .

1

3

4 9 13

19

3

4. PEMBAHASAN MASALAH 1. TSUNAMI1.1 TERMINOLOGI Kata tsunami berasal dari bahasa jepang, tsu berarti pelabuhan, dan nami berarti gelombang. Tsunami sering terjadi Jepang. Sejarah Jepang mencatat setidaknya 196 tsunami telah terjadi. Pada beberapa kesempatan, tsunami disamakan dengan gelombang pasang. Dalam tahun-tahun terakhir, persepsi ini telah dinyatakan tidak sesuai lagi, terutama dalam komunitas peneliti, karena gelombang pasang tidak ada hubungannya dengan tsunami. Persepsi ini dahulu populer karena penampakan tsunami yang menyerupai gelombang pasang yang tinggi. Tsunami dan gelombang pasang sama-sama menghasilkan gelombang air yang bergerak ke daratan, namun dalam kejadian tsunami, gerakan gelombang jauh lebih besar dan lebih lama, sehingga memberika kesan seperti gelombang pasang yang sangat tinggi. Meskipun pengartian yang menyamakan dengan "pasang-surut" meliputi "kemiripan" atau "memiliki kesamaan karakter" dengan gelombang pasang, pengertian ini tidak lagi tepat. Tsunami tidak hanya terbatas pada pelabuhan. Karenanya para geologis dan oseanografis sangat tidak merekomendasikan untuk menggunakan istilah ini. Hanya ada beberapa bahasa lokal yang memiliki arti yang sama dengan gelombang merusak ini. Aazhi Peralai dalam Bahasa Tamil, i beuna atau aln buluk (menurut dialek) dalam Bahasa Aceh adalah contohnya. Sebagai catatan, dalam bahasa Tagalog versi Austronesia, bahasa utama di Filipina, alon berarti "gelombang". Di Pulau Simeulue, daerah pesisir barat Sumatra, Indonesia, dalam Bahasa Defayan, smong berarti tsunami. Sementara dalam Bahasa Sigulai, emong berarti tsunami. 1.2 PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI 1. Gempa bawah laut Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami. Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan

4

merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer Gerakan vertikal ini dapat terjadi pada patahan bumi atau sesar. Gempa bumi juga banyak terjadi di daerah subduksi, dimana lempeng samudera menelusup ke bawah lempeng benua. SKEMA TERJADINYA TSUNAMI

Gempa bumi yang berpusat di bawah laut , meskipun demikian, tidak semua gempa bumi dibawah laut berpotensi menimbulkan tsunami. Gempa bumi dasar laut dapat menjadi pernyebab terjadinya tsunami adalah gempa bumi dengan kriteria sebagai berikut: Gempa bumi yang terjadi di dasar laut. Pusat gempa kurang dari 30 km dari permukaan laut. Magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 SR Jenis pensesaran gempa tergolong sesar vertikal (sesar naik atau turun) 2. Letusan Gunung Berapi Letusan gunung berapi dapat menyebabkan terjadinya gempa vulkanik (gempa akibat letusan gunung berapi). Tsunami besar yang terjadi padatahun 1883 adalah akibat meletusnya Gunung Krakatau yang berada diSelat Sunda. Meletusnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat padatanggal 10-11 April 1815 juga memicu terjadinya tsunami yang melandaJawa Timur dan Maluku. Indonesia sebagai negara kepulauan yang beradadi wilayah ring of fire (sabuk berapi) dunia tentu harus mewaspadai ancaman ini. 3. Longsor bawah laut. Longsor bawah laut ini terjadi akibat adanya tabrakan antara lempengsamuderadan lempeng benua. Proses ini mengakibatkan terjadinya palunglaut dan pegunungan. Tsunami karena longsoran bawah laut ini dikenaldengan nama tsunamic submarine landslide

5

4. Hantaman meteor Jika meteor yang jatuh ke lautan cukup besar, dapat mengakibatkan tsunami, bahkan mengakibatkan megatsunami. 1.3 PENGERTIAN MEGATSUNAMI Megatsunami adalah tsunami yang mencapai ketinggian 100 m. Penyebab Megatsunami antara lain longsor yang sangat besar sepeti runtuhnya sebuah pulau ke lautan, dan letusan gunung berapi seperti letusan Gunung Krakatau Megatsunami dapat naik hingga rausan meter dengan kecepatan 890 km/jam dan jarak tempuh < 20 km.

1.4 TANDA-TANDA AKAN DATANGNYA TSUNAMI Tanda-tanda akan datangnya tsunami di daerah pinggir pantai adalah : Air laut yang surut secara tiba-tiba. Bau asin yang sangat menyengat. Dari kejauhan tampak gelombang putih dan suara gemuruh yang sangatkeras 1.5 KERUSAKAN YANG DIAKIBATKAN TSUNAMI Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian, tanah, dan air bersih. 1.6 SISTEM PEINGATAN DINI TSUNAMI DI INDONESIA Pemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS). Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga nonpemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi

6

(RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi. Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (Monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan.

1.7 CARA KERJA Sebuah Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah merupakan rangkaian sistem kerja yang rumit dan melibatkan banyak pihak secara internasional, regional, nasional, daerah dan bermuara di Masyarakat. Apabila terjadi suatu Gempa, maka kejadian tersebut dicatat oleh alat Seismograf (pencatat gempa). Informasi gempa (kekuatan, lokasi, waktu kejadian) dikirimkan melalui satelit ke BMKG Jakarta. Selanjutnya BMG akan mengeluarkan INFO GEMPA yang disampaikan melalui peralatan teknis secara simultan. Data gempa dimasukkan dalam DSS untuk memperhitungkan apakah gempa tersebut berpotensi menimbulkan tsunami. Perhitungan dilakukan berdasarkan jutaan skenario modelling yang sudah dibuat terlebih dahulu. Kemudian, BMKG dapat mengeluarkan INFO PERINGATAN TSUNAMI. Data gempa ini juga akan diintegrasikan dengan data dari peralatan sistem peringatan dini lainnya (GPS, BUOY, OBU, Tide Gauge) untuk memberikan konfirmasi apakah gelombang tsunami benar-benar sudah terbentuk. Informasi ini juga diteruskan oleh BMKG. BMKG menyampaikan info peringatan tsunami melalui beberapa institusi perantara, yang meliputi (Pemerintah Daerah dan Media). Institusi perantara inilah yang meneruskan informasi peringatan kepada masyarakat. BMKG juga menyampaikan info peringatan melalui SMS ke pengguna ponsel yang sudah terdaftar dalam database BMKG. Cara penyampaian Info Gempa tersebut untuk saat ini adalah melalui SMS, Facsimile, Telepon, Email, RANET (Radio Internet), FM RDS (Radio yang mempunyai fasilitas RDS/Radio Data System) dan melalui Website BMG (www.bmg.go.id). Pengalaman serta banyak kejadian dilapangan membuktikan bahwa meskipun banyak peralatan canggih yang digunakan, tetapi alat yang paling efektif hingga saat ini untuk Sistem Peringatan Dini Tsunami adalah RADIO. Oleh sebab itu, kepada masyarakat yang tinggal didaerah rawan Tsunami diminta untuk selalu siaga mempersiapkan RADIO FM untuk mendengarkan berita peringatan dini Tsunami. Alat lainnya yang juga dikenal ampuh adalah Radio Komunikasi Antar Penduduk. Organisasi yang mengurusnya adalah RAPI (Radio Antar Penduduk Indonesia). Mengapa Radio ? jawabannya sederhana, karena ketika gempa seringkali mati lampu tidak ada listrik. Radio dapat beroperasi dengan baterai. Selain itu karena ukurannya kecil, dapat dibawa-bawa (mobile). Radius komunikasinya pun relatif cukup memadai.

7

1.8 TSUNAMI DALAM SEJARAH

1 November 1755 - Tsunami menghancurkan Lisboa, ibu kota Portugal, dan menelan 60.000 korban jiwa. 1883 - Pada tanggal 26 Agustus, letusan gunung Krakatau dan tsunami menewaskan lebih dari 36.000 jiwa. 2004 - Pada tanggal 26 Desember 2004, gempa besar yang menimbulkan tsunami menelan korban jiwa lebih dari 250.000 di Aceh 2006 - 17 Juli, Gempa yang menyebabkan tsunami terjadi di selatan pulau Jawa, Indonesia, dan setinggi maksimum ditemukan 21 meter di Pulau Nusakambangan. Memakan korban jiwa lebih dari 500 orang. Dan berasal dari selatan kota Ciamis 2007 - 12 September, Bengkulu, Memakan korban jiwa 3 orang. Ketinggian tsunami 3-4 m. 2010 - 27 Februari, Santiago, Chili 2010 - 26 Oktober, Kepulauan Mentawai, Indonesia 2011 - 11 Maret, Sendai, Jepang

1.9 CONTOH GAMBAR-GAMBAR TSUNAMI

8

2.KEBAKARAN HUTAN2.1 KEBAKARAN HUTAN DI INDONESIA Sejak kebakaran hutan yang cukup besar tahun 1982/83 di Kalimantan Timur, intensitas kebakaran hutan makin sering terjadi dan sebarannya makin meluas. Tercatat beberapa kebakaran cukup besar berikutnya yaitu tahun 1987, 1991, 1994 dan 1997 hingga 2003 Kebakaran yang cukup besar terjadi di Kalimantan Timur yaitu pada tahun 1982/83 dan tahun 1997/98. Pada tahun 1982/83 kebakaran telah menghanguskan hutan sekitar 3,5 juta hektar di Kalimantan Timur dan ini merupakan rekor terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan di Brazil yang mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963 (Soeriaatmadja, 1997). Kemudian rekor tersebut dipecahkan lagi oleh kebakaran hutan Indonesia pada tahun 1997/98 yang telah menghanguskan seluas 11,7 juta hektar. Kebakaran terluas terjadi di Kalimantan dengan total lahan terbakar 8,13 juta hektar, disusul Sumatera, Papua Barat, Sulawesi dan Jawa masing-masing 2,07 juta hektar, 1 juta hektar, 400 ribu hektar dan 100 ribu hektar (Tacconi, 2003). Selanjutnya kebakaran hutan Indonesia terus berlangsung setiap tahun meskipun luas areal yang terbakar dan kerugian yang ditimbulkannya relatif kecil dan umumnya tidak terdokumentasi dengan baik. Data jumlah luas hutan yg terbakar di Indonesia pada tahun 1982-2005, data berasal dari Departemen Kehutanan Indonesia :o o o o o o o o o

1982 dan 1983: 3,6 juta hektare ( 36.000 km, 8,9 juta acres, 13.900 mile). 1987: 49.323 hektare ( 492 km, 121.880 acres, 190 mile). 1991: 118.881 hektare (1.189 km, 293.761 acres, 459 mile). 1994: 161.798 hektare (1.618 km, 399.812 acres, 625 mile). 1997 dan 1998: 9,8 juta hektare ( 97.550 km, 24,1 juta acres, 37.664 mile). Sumber data dari ADB. 1999: 44.090 hektare (441 km, 108.989 acres, 170 mile ). 2000: 8.255 hektare ( 83 km, 20.399 acres, 32 mile). 2001: 14.351 hektare (144 km, 35.462 acres, 55 mile). 2002: 36.691 hektare (367 km, 90.665 acres, 142 mile).

o 2003: 3.745 hektare ( 37 km, 9.254 acres, 14 mile). o 2004: 13.991 hektare (140 km, 34.573 acres, 54 mile). o 2005: 13.328 hektare (133 km, 32.934 acres, 51 mile).

9

2.2 KEBAKARAN HUTAN INDONESIA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi yg disebabkan oleh hal berikut, antara lain :

Sambaran petir pada hutan yang kering karena musim kemarau yang panjang. Kecerobohan manusia antara lain membuang puntung rokok sembarangan dan lupa mematikan api di perkemahan. Aktivitas vulkanis seperti terkena aliran lahar atau awan panas dari letusan gunung berapi. Tindakan yang disengaja seperti untuk membersihkan lahan pertanian atau membuka lahan pertanian baru Kebakaran di bawah tanah atau pada daerah tanah gambut yang dapat menyulut kebakaran di atas tanah pada saat musim kemarau.

2.3 DAMPAK KEBAKARAN HUTAN Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar mencakup : kerusakan ekologis menurunnya keanekaragaman hayati merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah perubahan iklim mikro maupun global asapnya mengganggu kesehatan masyarakat mengganggu kelancaran transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara serta gangguan asap karena kebakaran hutan Indonesia akhir-akhir ini telah melintasi batas negara

Dampak negatif yang sampai menjadi isu global adalah asap dari hasil pembakaran yang telah melintasi batas negara. Sisa pembakaran selain menimbulkan kabut juga mencemari udara dan meningkatkan gas rumah kaca. Asap tebal dari kebakaran hutan berdampak negatif karena dapat mengganggu kesehatan masyarakat terutama gangguan saluran pernapasan. Selain itu asap tebal juga mengganggu transportasi khususnya tranportasi udara disamping transportasi darat, sungai, danau, dan laut. Pada saat kebakaran hutan yang cukup besar banyak kasus penerbangan terpaksa ditunda atau dibatalkan. Sementara pada transportasi darat, sungai, danau dan laut terjadi beberapa kasus tabrakan atau kecelakaan yang menyebabkan hilangnya nyawa dan harta benda.

10

Kerugian karena terganggunya kesehatan masyarakat, penundaan atau pembatalan penerbangan, dan kecelakaan transportasi di darat, dan di air memang tidak bisa diperhitungkan secara tepat, tetapi dapat dipastikan cukup besar membebani masyarakat dan pelaku bisnis. Dampak kebakaran hutan Indonesia berupa asap tersebut telah melintasi batas negara terutama sampai ke Singapura, Brunai Darussalam, Malaysia dan Thailand. Dampak lainnya adalah kerusakan hutan setelah terjadi kebakaran dan hilangnya margasatwa. Hutan yang terbakar berat akan sulit dipulihkan, karena struktur tanahnya mengalami kerusakan. Hilangnya tumbuh-tumbuhan menyebabkan lahan terbuka, sehingga mudah tererosi, dan tidak dapat lagi menahan banjir. Karena itu setelah hutan terbakar, sering muncul bencana banjir pada musim hujan di berbagai daerah yang hutannya terbakar. Kerugian akibat banjir tersebut juga sulit diperhitungkan. Analisis dampak kebakaran hutan masih dalam tahap pengembangan awal, pengetahuan tentang ekosistem yang rumit belum berkembang dengan baik dan informasi berupa ambang kritis perubahan ekologis berkaitan dengan kebakaran sangat terbatas, sehingga dampak kebakaran hutan sulit diperhitungkan secara tepat. Meskipun demikian, berdasarkan perhitungan kasar yang telah diuraikan diatas dapat disimpulkan bahwa kebakaran hutan menimbulkan dampak yang cukup besar bagi masyarakat sekitarnya, bahkan dampak tersebut sampai ke negara tetangga.

2.4 UPAYA PENCEGAHAN Upaya yang telah dilakukan untuk mencegah kebakaran hutan dilakukan antara lain : 1. Memantapkan kelembagaan dengan membentuk dengan membentuk Sub Direktorat Kebakaran Hutan dan Lembaga non struktural berupa Pusdalkarhutnas, Pusdalkarhutda dan Satlak serta tim pasukan pemadam kebakaran hutan 2. Melengkapi petunjuk teknis pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan 3. Melakukan pelatihan pengendalian kebakaran hutan bagi aparat pemerintah, tenaga BUMN dan perusahaan kehutanan serta masyarakat sekitar hutan 4. Pemberian pembekalan kepada pengusaha Kanwil Departemen kehutanan, dan jajaran Pemda oleh Menteri Kehutanan dan Menteri Negara Lingkungan Hidup 5. Dalam setiap persetujuan pelepasan kawasan hutan bagi pembangunan non kehutanan, selalu disyaratkan pembukaan hutan tanpa bakar.

11

2.5 UPAYA PENANGGULANGAN Disamping melakukan pencegahan, pemerintah juga nelakukan penanggulangan melalui berbagai kegiatan antara lain : Memberdayakan posko-posko kebakaran hutan di semua tingkat, serta melakukan pembinaan mengenai hal-hal yang harus dilakukan selama siaga I dan II. Mobilitas semua sumberdaya (manusia, peralatan & dana) di semua tingkatan, baik di jajaran Departemen Kehutanan maupun instansi lainnya, maupun perusahaanperusahaan. Meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait di tingkat pusat tentang kebakaran hutan dan lahan. Meminta bantuan luar negeri untuk memadamkan kebakaran antara lain: pasukan BOMBA dari Malaysia untuk kebakaran di Riau, Jambi, Sumsel dan Kalbar; Bantuan pesawat AT 130 dari Australia dan Herkulis dari USA untuk kebakaran di Lampung; Bantuan masker, obat-obatan dan sebagainya dari negara-negara Asean, Korea Selatan, Cina dan lain-lain.

2.6 CONTOH GAMBAR KEBAKARAN

Sumber : http://tumoutou.net/702_07134/71034_9.htm

12

5. AMBLESAN3.1 Amblesan Tanah (Subsidence) Amblesan tanah: merupakan proses penurunan muka tanah yg terjadi secara alamiah karena konsolidasi pada lapisan tanah dangkal dan lapisan tanah lunak maupun karena penurunan tekanan air tanah pada sistem aquifer di bawahnya akibat pengaruh kegiatan manusia di atas permukaan tanah dan pengambilan air tanah. Penyebab: tanah sediment muda, pengambilan air tanah yg berlebihan, pembebanan, pembangunan yg berlebihan, dll. 3.2 Konsolidasi dan Penurunan Tanah Menurut Das (1998) Konsolidasi adalah suatu proses pengecilan isi tanah jenuh secara perlahan-lahan dengan permeabilitas rendah akibat keluarnya air pori. Proses tersebut berlangsung terus sampai kelebihan tekanan air pori yang disebabkan oleh kenaikan tegangan total telah benar-benar hilang. Pada umumnya konsolidasi ini akan berlangsung dalam satu jurusan saja, yaitu jurusan vertikal karena lapisan yang terkena tambahan beban itu tidak dapat bergerak dalam jurusan mendatar (ditahan oleh tanah sekelilingnya). Keadaan-keadaan demikian dapat dilihat pada Gambar

Dalam keadaan seperti ini pengaliran juga akan berjalan, terutama dalam arah vertikal saja. Hal yang demikian ini disebut konsolidasi satu matra (one dimensional consolidation) dan perhitungan konsolidasi hampir selalu berdasarkan teori konsolidasi satu matra. Pada waktu konsolidasi berlangsung. maka konstruksi di atas lapisan tanah tersebut akan menurun (settle).

13

5.3 PENYEBAB TERJADINYA AMBLESAN Amblesan dapat terjadi di berbagai tempat dan disebabkan oleh banyak faktor, misalnya : o Tambang batubara, terutama metoda penggalian keseluruhan (total extraction) contohnya metoda longwall atau block caving. Tetapi kadang-kadang pada sistem room and pillar pada kedalaman yang dangkal memungkinkan terjadinya amblesan dan geometri dari amblesan mencerminkan pola pola support yang ada. Adanya spontaneous combustion pada lapisan batubara juga bisa menyebabkan timbulnya amblesan. Amblesan sebagai akibat penambangan biasanya hanya terjadi pada skala kecil (lokal) yaitu di daerah bekas tambang yang bersangkutan saja. Meskipun demikian faktor geologi tetap mempunyai peranan yang penting. o Penambangan untuk endapan berlapis (stratiform), contohnya garam, bijih besi, gipsum dll. o Pemompaan air tanah, uap geothermal dan minyak bumi yang berlebihan, akan menaikkan efektifitas tekanan dan mengakibatkan kompaksi dan amblesan tanah. o Penambangan pada badan bijih yang mempunyai kemiringan yang sangat tajam dan berbentuk pipa. o Pengeringan pada endapan gambut atau lignite. o Akibat tektonik, biasanya peristiwa ini terjadi akibat turunnya bagian bawah dari patahan atau sinklin. Umumnya terjadi sangat lambat walaupun pernah terjadi amblesan sedalam 2 m dalam waktu yang singkat. o Beban dari luar. o Pelarutan batuan di bawah tanah. Amblesan ini umumnya terjadi akibat proses pelapukan kimia pada batu gamping, dolomite dan gipsum. Pelarutan ini merupakan proses alamiah, tetapi akibat perubahan hidrologi kemungkinan proses pelarutan akan dipercepat sehingga menyebabkan amblesan. 3.4 PENGENALAN AMBLESAN TANAH o Pertama ini terjadi pada daerah yang batuan dasarnya (bedrock-nya adalah batugamping. o Gejala-gejala sebelum terjadinya amblesan ini sering didahului oleh gejala-gejala perubahan sitem hydrologi. Adanya danau baru segera setelah hujan (air limpasan) terutama pada daerah cekungan. o Dijumpai retakan-retakan tanah. Misalnya pohon-pohon yang miring menuju kearah titik yang sama (pusat amblesan)

14

Keterangan Gambar : 1. Pada awalnya ada sebuah retakan yang membentuk lubang akibat masuknya air. Daerah ini biasanya terjadi pada daerah yg tersusun oleh batu gamping 2. Karena adanya aliran bawah tanah, maka akan muncul rongga karena bagian bawah terjadi erosi oleh aliran sungai bawah tanah. 3-4-5-6. Proses ini berlangsung terus menerus dengan kikisan serta jatuhan dari batuan diatasnya. Hingga akhirnya bolongan ini membentuk ruang cukup lebar dan jembatan dibagian atas tidak kuat menahan dan

7. Lubang ini tidak seluruhnya memenuhi hingga dasar terbawah, karena volume yang mengisi batuan atas tidak seluruhnya hilang

15

5.4 MASALAH-MASALAH YANG DIAKIBATKAN OLEH AMBLESAN 1.Retakan pada dinding batu yang disebabkan oleh tekanan dan tarikan. 2.Mengubah bentuk bingkai pintu dan jendela, dan badan jalan. 3.Bangunan-bangunan tinggi menjadi tidak seimbang atau miring, misalnya chimney, tower transmisi. 4.Masuknya air ke area penambangan. 5.Banjir pada daerah rendah atau menjadi rawa. 6.Kerusakan pada jaringan pipa atau terjadinya aliran balik di dalam pipa. 7.Retakan terbuka sampai ke permukaan tanah akan mengakibatkan rusaknya konstruksi di atasnya. 8.Perubahan pola aliran permukaan dan air tanah. 3.6 PENGARUH GEOLOGI PADA TERJADINYA AMBLESAN a. Bagaimana Litologi mempengaruhi kuat tarik, regangan hancur, kekakuan dan bulking factor dari perlapisan atap (roof strata). Karakteristik joint, terutama spasi dan vertical persistence sangat mempengaruhi ukuran blok, kecepatan amblesan dan regangan permukaan. Individual joint sangat mungkin akan terbuka menjadi rekahan permukaan. Struktur planar (patahan, dyke) mengakibatkan pergerakan permukaan sepanjang pada jejak permukaannya. Kedalaman pelapukan (dan material tanahnya) mempengaruhi besarnya rekahan permukaan, sudut limit dan regangan maksimum. Topografi permukaan dan kemiringan perlapisan subsurface mempengaruhi simetri dari profil amblesan dan distribusi regangan tarik dan tekan. Sebaliknya, amblesan mempengaruhi massa aliran hidrologi yaitu dengan terjadinya rekahan massa batuan pada saat terjadi tegangan tarik tetapi akan tertutup kembali, dan terjadi perubahan pola aliran air di permukaan dan bawah tanah. b. Efek Litologi Pada umumnya amblesan berhubungan dengan perlapisan yang masif (seperti sandstone, conglomerate, limestone) dengan kekuatan massa batuan yang besar (50-60 MPa) karena itu mempunyai rigiditas yang tinggi dan tensile bending yang rendah. Faktor amblesan untuk lapisan shale mencapai 0.9 dibandingkan dengan sandstone masif dimana faktor amblesannya hanya 0.55 - 0.65 (data dari tambang batubara di Illawara dan New Castle). Tetapi beberapa shale sangat masif dan kaku (100 MPa) maka akan ambles seperti layaknya sandstone yang masif. Patahan atau rekahan yang tidak menerus (bridging characteristic) pada lapisan yang masif dapat digunakan untuk pilar dan panel dimana terjadinya perubahan regangan akibat amblesan sangat dibatasi, misalnya di daerah perkotaan.

16

c. Joint/ Kekar Kekar terbuka karena adanya regangan tarik, 200 mm mungkin terjadi di lapangan tetapi yang umumnya terjadi adalah 25-50 mm, sedangkan bukaan 600 mm sangat jarang terjadi. Pembukaan joint umumnya mengarah secara subparalel (lebih kurang 300) dari garis muka yaitu sepanjang garis yang mempunyai regangan tarik maksimum. Joint terbuka pada saat terjadinya fase tarikan (tensile phase) dari gelombang amblesan dan umumnya akan menutup kembali pada fase tekanan (compressive phase). Joint yang akan tetap terbuka umumnya terjadi di ujung panel. Joint terbuka atau rekahan sangat nampak pada outcrop atau di bawah lapisan tanah yang tipis terutama dekat jurang, dimana sangat mungkin menjadi penyebab rockfalls. Rekahan yang sangat lebar dengan jarak antar rekahan lebih kurang 100 m terdapat di sepanjang master joints. Pergerakan pada master joint menyebabkan patahnya massa batuan dan mengurangi nilai faktor amblesan. d. Patahan dan Dykes Pengaruh amblesan pada patahan dan dykes hampir sama dengan pada master joint tetapi dapat terjadi lebih merusak (pada daerah yang terjal dapat terjadi lemparan sejauh 1-2 m), bila lapisan tanahnya tebal dapat mengakibatkan tonjolan ke atas/bump. Yang juga perlu diperhatikan adalah masuknya aliran air tanah ke daerah kerja karena patahan atau dykes mempunyai arah yang cenderung lebih vertikal daripada joint. e. Pelapukan Tanah dan Endapan Bagian Atas Pada umumnya tidak mempengaruhi amblesan tetapi mengurangi regangan permukaan, terutama mengurangi konsentrasi regangan karena adanya kekar terbuka. Pelapukan menyebabkan kekuatan batuan menjadi lebih kecil dan mudah terdeformasi daripada batuan induknya, misalnya saprolit dan residual soil cenderung berprilaku plastis daripada brittle. Pelapukan menyebabkan kesulitan mengidentifikasi pergerakan amblesan dari mengembang atau mengkerut karena perubahan kelembaban alami. Pasir lepas dan jenuh di rawa-rawa utama cenderung mengalir karena amblesan sehingga mengurangi pergerakan vertikal dan regangan, dan meningkatkan sudut batas (misalnya amblesan pada permukaan yang datar tetapi efeknya lebih luas. f. Efek Topografi Efek topografi pada amblesan sangat sederhana, untuk daerah daerah perbukitan regangan tarik meningkat sepanjang ride lines dan regangan tekan meningkat disepanjang lantai gully. Perlu ditambahkan bahwa prediksi amblesan secara empirik didasarkan pada ketinggian permukaan kerja, dimana kondisi ini tidak dapat dipakai untuk lereng yang curam.

g. Hidrologi Sumur-sumur air akan kehilangan airnya pada saat terjadi tarikan amblesan karena pergerakan massa batuan. Tinggi muka air cenderung mengikuti sampai pada level akhir amblesan maka secara kese17

luruhan akan terjadi peningkatan permeabilitas. Tetapi aquiclude akan runtuh menyebabkan kebocoran antara aquifer. Hal ini bisa menyebakan terjadinya intrusi air laut jika berada di daerah dataran pantai. Lubang bor yang tidak bercasing kemungkinan akan runtuh akibat adanya shearing sepanjang bedding dan adanya aquifer yang runtuh akan menyebabkan tambang kebanjiran, sebab lubang bor dan patahan akan berfungsi sebagai saluran air. Sampai saat ini di Indonesia belum ada tambang yang berada di bawah waduk air. Sebagai ilustrasi di daerah Australia, terdapat beberapa tambang batubara yang berada di bawah waduk. Total ekstraksi tidak diperkenankan dilakukan untuk daerah yang berada di bawah reservoir dan penambangan tidak boleh dilakukan di bawah as dam. Minimum kedalaman penggalian adalah 60 m dibawah reservoar untuk first working dan 120 m untuk Panel dan Pillar. 3.7 Contoh-contoh gambar :

6. PENUTUP18

1. Kesimpulan

19