makalah perkembangan islam di nusantara

22
Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA Disusun oleh: Chaerul qadri 9.1 KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas ini. Dalam pembuatan tugas ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber info yang masih terbilang terbatas. Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya tugas ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tugas ini, khususnya para rekan-rekan.Terimakasih juga tak lupa saya haturkan kepada Ibu Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama

Upload: juni-adirahmat

Post on 27-Jan-2016

238 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pendais

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

MAKALAH

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Disusun oleh: Chaerul qadri 9.1

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas ini.

Dalam pembuatan tugas ini, banyak kesulitan yang kami alami terutama disebabkan oleh

kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber info yang masih terbilang terbatas. Namun berkat

bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya tugas ini dapat terselesaikan tepat pada

waktunya. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu dalam penyusunan tugas ini, khususnya para rekan-rekan.Terimakasih juga tak lupa

saya haturkan kepada Ibu Guru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan

saya tugas ini. Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan tugas yang kami buat ini yang masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami memohon maaf apabila ada kekurangan ataupun

kesalahan. Kritik dan saran sangat diharapkan agar tugas ini menjadi lebih baik serta berdaya

guna dimasa yang akan datang.

Page 2: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah 1

B.     Perumusan Masalah 1

C.     Tujuan Penulisan 1

BAB II ISI

A. Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara 2

B. Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara 2

C. Proses penyebaran Islam di Nusantara 5

D. Penyebaran Menurut Wilayah 8

BAB III PENUTUP

A.  Kesimpulan 13

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Makalah

Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar

yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi sudah ada rute-rute pelayaran dan

perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan berbagai daerah di daratan Asia Tenggara.

Wilayah Barat Nusantara dan sekitar Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi

titik perhatian, terutama karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan

menjadi daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh yang

berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual kepada para

Page 3: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa antara abad ke-1 dan 7 M

sering disinggahi pedagang asing seperti Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra;

Sunda Kelapa dan Gresik di Jawa.

Bersamaan dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah.

Mereka tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang berupaya

menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di Indonesia ini bersamaan

dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun belum tersebar secara intensif ke

seluruh wilayah Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

a. Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara?

b. Apa saja Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara?

c. Bagaimana Proses Penyebaran Islam di Nusantara?

d. Proses Penyebaran Islam di Wilayah?

1.3 Tujuan Penulisan

a. Untuk mengetahui Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara.

b. Mengetahui dan mengenal Kerajaan-Kerajaan Islam di Nusantara.

c. Untuk mengetahui Proses Penyebaran Islam di Nusantara.

d. Mengetahui Poses Penyebaran Islam di Nusantara

BAB II

ISI

A.    SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Islam datang ke Nusantara melalui perdagangan, perkawinan, pendidikan, politik, tasawuf

dan kesenian. Berdasarkan berita Cina dari zaman Dinasti Tang, Islam masuk ke Indonesia

sekitar abad ke-7. Berita itu menyebutkan adanya serangan orang-orang Ta shish terhadap

Kerajaan Ho-Ling yang pada waktu itu diperintah oleh Ratu Sima. Ta shih ini ditafsirkan sebagai

orang-orang Arab. Hal itu diperkuat oleh berita Jepang (784 M) yang menyebutkan

tentangadanya perjalanan pendeta Kanshih.Pendapat yang menyatakan Islam masuk ke

Page 4: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

Nusantara sekitar abad ke-13 didasarkan pada berita Marcopolo (1292 M) dan berita Ibnu

Battutah (abad ke-14). Adanya batu nisan makam Sultan Malik As Saleh (1297), penyebar-an

ajaran tasawuf (abad ke-13), dan keruntuhan Dinasti Abbasiyah (1258 M). Dari bukti-bukti itu

bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 Masehi yang mencapai

perkembangannya pada abad ke-13. Hal itu ditandai dengan adanya kerajaan-kerajaan bercorak

Islam di Indonesia.

B.     KERAJAAN-KERAJAAN ISLAM DI INDONESIA

1. Kerajaan Samudra Pasai

Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama, didirikan oleh Malik As-

Saleh. Kerajaan ini terletak di Lhok Seumawe Aceh Utara di daerah Selat Malaka yang

merupakan jalur perdagangan dan pelayaran internasional. Pada masa pemerintahan Malik As-

Saleh, Kerajaan Samudra Pasai berkembang menjadi bandar pelabuhan besar yang banyak

didatangi oleh pedagang dari berbagai daerah, seperti India, Gujarat, Arab, dan Cina. Dalam

perkembangannya setelah Malik As-Saleh wafat pada 1927, kegiatan pemerintahan dilanjutkan

oleh putranya, yaitu Sultan Muhamad Malik Al-Taher (1927 – 1326), Sultan Ahmad, dan Sultan

Zainul Abidin.

2. Kerajaan Malaka

Pendiri Kerajaan Malaka adalah Iskandar Syah. Kerajaan ini letaknya berhadapan dengan

Selat Malaka sehingga sangat strategis karena letaknya tersebut, kerajaan ini sering kali menjadi

tempat persinggahan para pedagang Islam yang berasal dari berbagai negara. Selain Iskandar

Syah, terdapat beberapa raja yang sempat memimpin Kerajaan Malaka, di antaranya sebagai

berikut.

a. Muhammad Iskandar Syah (1414-1424).

b. Sultan Mudzafat Syah dan Sultan Mansur Syah (1458-1477).

c. Sultan Alaudin Syah yang (1477-1488).

d. Sultan Mahmud Syah (1488-151).

Kerajaan Malaka banyak dikunjungi oleh para pedagang dari Gujarat, Cina, Arab, Persia,

dan negara lainnya sehingga kerajaan ini memanfaatkannya untuk meningkatkan kegiatan

Page 5: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

ekonominya. Karena kemajuannya dalam perdagangan, Kerajaan Malaka mampu mengalahkan

kemajuan Kerajaan Samudra Pasai.

3. Kerajaan Demak

Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa yang didirikan oleh Raden

Patah (1478). Raden Patah adalah putra Raja Majapahit Brawijaya, dengan ibu keturunan

Champa (perbatasan dengan Kamboja dan Vietnam). Kebudayaan masyarakat Demak bercorak

Islam yang terlihat dari banyaknya masjid, makam-makam, kitab suci Al-Qur’an, ukir-ukiran

berlanggam (bercorak) Islam, dan sebagainya. Sampai-sampai sekarang Demak dikenal sebagai

pusat pendidikan dan penyebaran agama Islam di Jawa Tengah. Bahkan, dalam sejarah

Indonesia, Demak dikenal sebagai pusat daerah budaya Islam di Pulau Jawa.

4. Kerajaan Mataram Islam

Kerajaan Mataram Islam berdiri berkat perjuangan dari Ki Ageng Pemanahan yang

meninggal pada 1575. Setelah meninggal, digantikan oleh anaknya Sutawijaya (Senopati Ing

Alaga Sayidin Panatagama Khalifatullah). Pada masanya, Kerajaan Mataram terus berkembang

dan menjadi kerajaan terbesar di Jawa. Wilayahnya berkembang seputar Jawa Tengah, Jawa

Timur, Cirebon, dan sebagian Priangan.

Setelah meninggal pada tahun 1601, Sutawijaya digantikan oleh Mas Jolang atau

Panembahan Seda Ing Krapyak (1601-1613). Selanjutnya, diteruskan oleh anak Mas Jolang yaitu

Raden Mas Martapura karena sering sakit-sakitan, Raden Mas Martapura digantikan oleh anak

Mas Jolang yang lain, yaitu Raden Mas Rangsang yang dikenal dengan nama Sultan Agung

(1613-1645). Pada masa Sultan Agung inilah Mataram mengalami puncak kejayaan.

Dalam perkembangan selanjutnya, Kerajaan Mataram terpecah belah sehingga berubah

menjadi kerajaan kecil. Perpecahan disebabkan adanya gejolak politik di daerah-daerah

kekuasaan Mataram dan peran serta VOC dan penguasa Belanda yang menginginkan menguasai

tanah Jawa.

Dalam Perjanjian Giyanti (1755) disebutkan bahwa wilayah Mataram dibagi menjadi dua

wilayah kerajaan sebagai berikut.

a. Daerah Kesultanan Yogyakarta yang disebut Ngayogyakarta Hadiningrat dengan Mangkubumi

sebagai rajanya dan bergelar Hamengkubuwono.

b. Daerah Kasuhunan Surakarta yang diperintah oleh Pakubuwono.

Page 6: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

Akibat Perjanjian Salatiga peranan Belanda dalam pemerintahan Mataram semakin jauh

sehingga pada 1913 Mataram akhirnya terpecah menjadi empat keluarga raja yang masing-

masing memiliki kekuasaan, yaitu Kesultanan Yogyakarta, Kasuhunan Surakarta, Pakualaman

dan Mangkunegaran.

5. Kerajaan Cirebon

Kerajaan ini lahir pada abad ke-16. Pada abad tersebut, daerah Cirebon berkembang

menjadi pelabuhan ramai dan menjadi pusat perdagangan di pantai utara Jawa Barat. Majunya

kegiatan perdagangan juga mendorong proses islamisasi semakin berkembang sehingga Sunan

Gunung Jati membentuk kerajaan Islam Cirebon. Dengan terbentuknya kerajaan Islam Cirebon,

maka Cirebon menjadi pusat perdagangan dan pusat penyebaran Islam di Jawa Barat.

6. Kerajaan Banten

Pendiri Kerajaan Banten adalah Sunan Gunung Jati dan raja pertamanya adalah

Hasanuddin yang merupakan anak dari Sunan Gunung Jati. Semula wilayah ini termasuk bagian

dari Kerajaan Pajajaran. Kerajaan Banten memiliki hubungan dengan kerajaan Demak.

Hasanuddin menikah dengan putri Sultan Trenggono dan melahirkan dua orang anak, yaitu

Maulana Yusuf dan Pangeran Jepara.

Dalam perkembangan selanjutnya, Maulana Yusuf (1570) menggantikan ayahnya untuk

menjadi raja Kerajaan Banten yang kedua sampai dengan tahun 1580. Setelah itu, dilanjutkan

oleh anak Maulana Yusuf (1580-1605), kemudian Abdul Mufakhir, Abu Mali Ahmad

Rahmatullah (1640-1651) dan Abu Fatah Abdulfatah yang lebih dikenal dengan Sultan Ageng

Tirtayasa (1651-1582). Pada masa Sultan Ageng Tirtayasa inilah Kerajaan Banten mengalami

puncak kejayaan.

7. Kerajaan Aceh

Kerajaan Aceh muncul setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis. Masa kejayaan Kerajaan

Aceh tercapai dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Seni sastranya dalam kebudayaan

masyarakat Aceh dipengaruhi oleh budaya agama Islam. Rakyat Aceh terutama kaum ulamanya

gemar menulis buku kesusastraan. Misalnya, Nuruddin ar-Raniri menulis buku Bustanus Salatin

dan Hamzah Fansuri menulis Syair Perahu, Syair Burung Pingai, dan Asrar al Arifin. Selain itu,

hasil-hasil kebudayaan masyarakat Aceh dipengaruhi oleh lingkungan alamnya, yaitu sungai dan

lautan.Rakyat Aceh pandai membuat perahu dan kapal-kapal layar. Dengan demikian, tampaklah

bahwa masyarakat kerajaan Aceh dipengaruhi oleh budaya Islam

Page 7: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

8. Kerajaan Gowa-Tallo

Hasil kebudayaan masyarakat Makasar dipengaruhi oleh lingkungannya yang dikelilingi

lautan. Hasil budaya rakyat Makasar yang paling terkenal adalah perahu bercadik, yang disebut

Korakora. Ciri pertahanan dari kerajaan Makasar adalah adanya benteng-benteng pertahanan.

Sampai sekarang di Makasar masih terdapat benteng-benteng pertahanan, yaitu benteng

Sombaopu dan View Rotterdam. Jadi, aspek kehidupan budaya rakyat Makkasar lebih bersifat

aqraris dan bahari.

9. Kerajaan Ternate dan Tidore

Pengaruh agama dan budaya Islam di Maluku (Ternate dan Tidore) belum meluas ke

seluruh daerah. Sebabnya, masih banyak 89 rakyat Maluku yang mempertahankan kepercayaan

nenek moyangnya. Hal tersebut terbukti dari bekas peninggalan-peninggalannya, yakni masjid,

buku-buku tentang Islam, makam-makam yang berpolakan Islam yang ada di Maluku tidak

begitu banyak jumlah- nya. Dengan kata lain hasil-hasil kebudayaan rakyat Maluku merupakan

campuran antara budaya Islam dan pra islam

C.  PROSES PENYEBARAN ISLAM DI NUSANTARAProses penyebaran Islam di Indonesia berjalan secara damai. Hal ini terjadi karena

penyebaran Islam di Nusantara dilaksanakan melalui penyesuaian diri dengan adat istiadat

pendidika tanpa paksaan dan kekerasan. Itulah penyebab utama agama Islam mudah diterima

oleh masyarakat Indonesia. Faktor lainnya adalah karena agama Islam mengajarkan persamaan

derajat dan martabat manusia, tidak membeda-bedakan baik jenis kelamin maupun kedudukan.

Uka Tjandra Sasmita, menyatakan bahwa proses masuknya Islam di Indonesia dilakukan melalui

beberapa cara sebagai berikut:

1.      PERDAGANGAN

Perdagangan merupakan proses pertama Islamisasi di Indonesia. Pada Abad ke-7 M, bangsa

Indonesia kedatangan para pedagang dari Arab, Persia dan India. Mereka telah mengambil

bagian dari kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal itu, mengakibatkan adanya jalinan hubungan

dagang antara pedagang Indonesia dengan pedagang Islam yang datang dari Arab, Persia dan

India.

Kegiatan berdagang dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. Selama melakukan kegiatan

dagang, para pedagang Muslim juga melakukan kegiatan dakwah. Dakwah ini sangat efektif,

Page 8: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

karena dakwah itu kemudian diteruskan oleh pedagang Indonesia yang telah masuk Islam, ketika

mereka berdagang ke tempat lain. Sasmita menyatakan banyak di antara para pedagang Islam

yang kemudian tinggal menetap di daerah pesisir di pulau Jawa dan Sumatera.

2. PERKAWINAN

Pedagang pada saat itu merupakan orang yang dihormati dan memiliki kedudukan yang

tinggi di tengah masyarakat. Kondisi ini mengakibatkan penduduk pribumi menginginkan untuk

menikahkan putri-putrinya dengan para pedagang tersebut, dengan terlebih dahulu mereka

diislamkan. Cara ini merupakan langkah efektif, karena dengan pernikahan ini akan terlahir

seorang anak yang muslim juga. Harapan lainnya, dengan pernikahan akan terbentuk masyarakat

sehingga suatu saat dapat terbentuk kerajaan dan pemerintahan Islam.

Contoh peristiwa pernikahan antara pedagang Islam dengan penduduk pribumi adalah

perkawinan Raden Rakhmat atau Sunan Ampel dengan Nya Manila, perkawinan Sunan Gunung

Djati dengan putri Kawungaten, perkawinan antara Raja Brawijaya dengan putri Jeumpa yang

bergama Islam yang kemudian berputra Raden Patah yang menjadi Raja Demak.

3. POLITIK

Islamisasi jalur politik dilakukan secara berkesinambungan antara penguasa dan

pemerintahan. Setelah penguasa atau raja masuk Islam, hampir dapat dipastikan bahwa

rakyatnya juga masuk Islam. Misalnya yang terjadi di Maluku dan Sulawesi. Hal itu terjadi

karena masyarakat memiliki kepatuhan yang tinggi terhadap pemerintah, dan seorang raja akan

menjadi panutan bahkan menjadi contoh bagi rakyatnya.

Di Jawa proses perkaninan para wali dan juru dakwah dengan putri-putri keturunan

kerajaan, membuat status dakwah dan penyebaran Islam mendapatkan perlindungan dan

berkembang lebih cepat. Setelah raja dan rakyat memeluk Islam, kepentingan politik dilakukan

dengan cara perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti dengan penyebaran agama Islam. Misalnya

Sultan Demak yang mengirimkan pasukan di bawah komandi Fatahillah untuk menguasai

wilayah Jawa Barat dan menyebarkan Islam di wilayah tersebut.

4. PENDIDIKAN

Page 9: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

Islamisasi jalur pendidikan dilakukan melalui pendidikan pesantren oleh para guru

agama, kiyai dan ulama. Bahkan banyak diantara para santri itu yang mendirikan dan memiliki

pondok pesantren sendiri.

Tujuan pendidikan di pondok pesantren adalah untuk mempermudah penyebaran dan

pemahaman agama Islam. Contoh pesantren perintis penyebaran Islam seperti pesantren yang

didirikan oleh Raden Rakhmat di Ample Denta-Surabaya, Pesantren Sunan Giti di Giri. Santri

yang belajar di pesantren tersebut bukan hanya berasal dari lingkungan sekitar, akan tetapi

banyak yang datang dari jauh bahkan dari luar pulau jawa semisal Kalimantan, Maluku, Makasar

dan Sumatera.

5. TASAWUF

Para sufi mengajarkan tasawuf yang diramu dengan ajaran yang suda h dikenal oleh

masyarakat Indonesia. Seorang sufi biasa dikenal dengan gaya hidup yang penuh kesederhanaan.

Seorang sufi biasa menghayati kehidupan masyarakatnya dan hidup bersama di tengah-tengah

masyarakat. Para sufi terbiasa membantu masyarakat, diantara mereka ada yang ahli dalam

menyembuhkan penyakit. Selain itu juga aktif menyiarkan dan mengajarkan ajaran Islam.

Diantara para sufi itu yang melakukan islamisasi dengan pendekatan tasawuf adalah Hamzah

Fansuri dari Aceh dan Ki Ageng Pengging di Jawa.

6. KESENIAN

Islamisasi jalur kesenian yang paling terkenal adalah dengan cara mengadakan

pertunjukan seni gamelan dan wayang. Cara ini banyak ditemukan di kawasan Yogyakarta, Solo,

Cirebon. Seni wayang, adalah kesenian yang memiliki banyak penggemar pada saat itu. Dengan

mengemas cerita wayang, para ulama menyisipkan ajaran Islam ke dalamnya sehingga

masyarakat dapat dengan mudah menangkap dan memahami ajaran Islam. Contoh pertunjukan

wayang yang dilaskanakan oleh Sunan Kalijaga, dimana dalam pertunjukannya masyarakat dapat

menonton dengan karcis membaca dua kalimat syahadat.

Kesenian lainnya yang juga berkembang dan menjadi jalur dalam penyebaran Islam adalah seni

bangunan, seni rupa (kaligrafi), seni tarik suara, permainan anak-anak.

Selain beberapa cara di atas, ada beberapa faktor yang menjadi sebab kenapa Islam mudah

berkembang di tanah air, yaitu:

Page 10: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

Agama Islam bersifat terbuka sehingga penyiaran dan pengajaran agama Islam dapat

dilakukan oleh setiap orang Islam;

Penyebaran agama Islam dilakukan dengan cara damai;

Islam tidak mengenal diskriminasi dan tidak membedakan kedudukan seseorang dalam

masyarakat;

Perayaan-perayaan dalam agama Islam dilakukan dengan sederhana;

Dalam Islam dikenal adanya kewajiban bagi orang yang mampu untuk mengeluarkan

zakat. Zakat ini bertujuan untuk menciptakan kesetaraan dan kepedulian hidup di

masyarakat

D.    PENYEBARAN MENURUT WILAYAH

Pada awalnya sejarawan meyakini bahwa Islam menyebar di masyarakat Nusantara dengan

cara yang umumnya berlangsung damai, dan dari abad ke-14 sampai akhir abad ke-19 Nusantara

melihat hampir tidak ada aktivitas misionaris Muslim terorganisir. Namun klaim ini kemudian

dibantah oleh temuan sejarawan bahwa beberapa bagian dari Jawa, seperti Suku Sunda di Jawa

Barat dan kerajaan Majapahit di Jawa Timur ditaklukkan oleh Muslim Jawa. Kerajaan Hindu-

Buddha Sunda Pajajaran ditaklukkan oleh kaum Muslim di abad ke-16, sedangkan bagian

pesisir-Muslim dan pedalaman Jawa Timur yang Hindu-Buddha sering berperang. Penyebaran

terorganisir Islam juga terbukti dengan adanya Wali Sanga (sembilan orang suci) yang diakui

mempunyai andil besar dalam Islamisasi Nusantara secara sistematis selama periode ini.

1.      Malaka

Didirikan sekitar awal abad ke-15 , negara perdagangan Melayu Kesultanan Malaka

(sekarang bagian Malaysia) didirikan oleh Sultan Parameswara, adalah, sebagai pusat

perdagangan paling penting di kepulauan Asia Tenggara, pusat kedatangan Muslim asing, dan

dengan demikian muncul sebagai pendukung penyebaran Islam di Nusantara. Parameswara

sendiiri diketahui telah dikonversi ke Islam, dan mengambil nama Iskandar Shah setelah

kedatangan Laksamana Cheng Ho yang merupakan Suku Hui muslim dari negeri China. Di

Malaka dan di tempat lain batu-batu nisan bertahan dan menunjukkan tidak hanya penyebaran

Islam di kepulauan Melayu, tetapi juga sebagai agama dari sejumlah budaya dan penguasa

mereka pada akhir abad ke-15.

Page 11: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

2.      Sumatera Utara

Bukti yang lebih kuat mendokumentasikan transisi budaya yang berlanjut berasal dari dua

batu nisan akhir abad ke-14 dari Minye Tujoh di Sumatera Utara, masing-masing dengan tulisan

Islam tetapi dengan jenis karakter India dan lainnya Arab. Berasal dari abad ke-14, batu nisan di

Brunei, Trengganu (timur laut Malaysia) dan Jawa Timur adalah bukti penyebaran Islam. Batu

Trengganu memiliki dominasi bahasa Sansekerta atas kata-kata Arab, menunjukkan representasi

pengenalan hukum Islam. Menurut Ying-yai Sheng-lan: survei umum pantai samudra (1433)

yang ditulis oleh Ma Huan, pencatat sejarah dan penerjemah Cheng Ho: "negara-negara utama di

bagian utara Sumatra sudah merupakan Kesultanan Islam. Pada tahun 1414, ia (Cheng Ho)

mengunjungi Kesultanan Malaka, penguasanya Iskandar Shah adalah Muslim dan juga

warganya, dan mereka percaya dengan sangat taat".

Pembentukan kerajaan-kerajaan Islam lebih lanjut di Utara pulau Sumatera

didokumentasikan oleh kuburan-kuburan akhir abad ke-15 dan ke-16 termasuk sultan pertama

dan kedua Kesultanan Pedir (sekarang Pidie), Muzaffar Syah, dimakamkan 902 H (1497 M) dan

Ma'ruf Syah, dimakamkan 917 H (1511 M). Kesultanan Aceh didirikan pada awal abad ke-16

dan kemudian akan menjadi negara yang paling kuat di utara Pulau Sumatra dan salah satu yang

paling kuat di seluruh kepulauan Melayu. Sultan pertama Kesultanan Aceh adalah Ali Mughayat

Syah yang nisannya bertanggal tahun 936 H (1530 M).

Buku ahli pengobatan Portugis Tome Pires yang mendokumentasikan pengamatannya atas

Jawa dan Sumatera dari kunjungannya tahun 1512-1515, dianggap salah satu sumber yang paling

penting tentang penyebaran Islam di Nusantara. Pada saat tersebut, menurut Piers, kebanyakan

raja di Sumatera adalah Muslim, dari Aceh dan ke selatan sepanjang pantai timur ke Palembang,

para penguasanya adalah Muslim, sementara sisi selatan Palembang dan di sekitar ujung selatan

Sumatera dan ke pantai barat, sebagian besar bukan. Di kerajaan lain Sumatera, seperti Pasai dan

Minangkabau penguasanya adalah Muslim meskipun pada tahap itu warga mereka dan orang-

orang di daerah tetangga bukan. Bagaimanapun, dilaporkan oleh Pires bahwa agama Islam terus

memperoleh penganut baru.

Setelah kedatangan rombongan kolonial Portugis dan ketegangan yang mengikuti tentang

kekuasaan atas perdagangan rempah-rempah, Sultan Aceh Alauddin al-Kahar (1539-1571)

mengirimkan dutanya ke Sultan Kesultanan Utsmaniyah, Suleiman I tahun 1564, meminta

Page 12: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

dukungan Utsmaniyah melawan Kekaisaran Portugis. Dinasti Utsmani kemudian dikirim

laksamana mereka, Kurtoğlu Hızır Reis. Dia kemudian berlayar dengan kekuatan 22 kapal

membawa tentara, peralatan militer dan perlengkapan lainnya. Menurut laporan yang ditulis oleh

Laksamana Portugis Fernão Mendes Pinto, armada Utsmaniyah yang pertama kali tiba di Aceh

terdiri dari beberapa orang Turki dan kebanyakan Muslim dari pelabuhan Samudera Hindia.

3.      Jawa Tengah dan Jawa Timur

Prasasti-prasasti dalam aksara Jawa Kuno, bukan bahasa Arab, ditemukan pada banyak

serangkaian batu nisan bertanggal sampai 1369 M di Jawa Timur, menunjukkan bahwa mereka

hampir pasti adalah Jawa pribumi, bukan Muslim asing. Karena dekorasi rumit dan kedekatan

dengan lokasi bekas ibukota kerajaan Hindu-Buddha Majapahit, Louis-Charles Damais (peneliti

dan sejarawan) menyimpulkan bahwa makam ini adalah makam orang-orang Jawa pribumi yang

sangat terhormat, bahkan mungkin keluarga kerajaan.[8] Hal ini menunjukkan bahwa beberapa

elit Kerajaan Majapahit di Jawa telah memeluk Islam pada saat Majapahit yang merupakan

Kerajaan Hindu-Buddha berada di puncak kejayaannya.

Ricklefs (1991) berpendapat bahwa batu-batu nisan Jawa timur ini, berlokasi dan bertanggal

di wilayah non-pesisir Majapahit, meragukan pandangan lama bahwa Islam di Jawa berasal dari

pantai dan mewakili oposisi politik dan agama untuk kerajaan Majapahit. Sebagai sebuah

kerajaan dengan kontak politik dan perdagangan yang luas, Majapahit hampir pasti telah

melakukan kontak dengan para pedagang Muslim, namun kemungkinan adanya abdi dalem

keraton yang berpengalaman untuk tertarik pada agama kasta pedagang masih sebatas dugaan.

Sebaliknya, guru Sufi-Islam yang dipengaruhi mistisisme dan mungkin mengklaim mempunyai

kekuatan gaib, lebih mungkin untuk diduga sebagai agen konversi agama para elit istana Jawa

yang sudah lama akrab dengan aspek mistisisme Hindu dan Buddha.

Pada awal abad ke-16, Jawa Tengah dan Jawa Timur, daerah di mana suku Jawa hidup,

masih dikuasai oleh raja Hindu-Buddha yang tinggal di pedalaman Jawa Timur di Daha

(sekarang Kediri). Namun daerah pesisir seperti Surabaya, telah ter-Islamisasi dan sering

berperang dengan daerah pedalaman, kecuali Tuban, yang tetap setia kepada raja Hindu-Buddha.

Beberapa wilayah di pesisir tersebut adalah wilayah penguasa Jawa yang telah berkonversi ke

Islam, atau wilayah Tionghoa Muslim, India, Arab dan Melayu yang menetap dan mendirikan

negara perdagangan mereka di pantai. Menurut Pires, para pemukim asing dan keturunan mereka

Page 13: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

tersebut begitu mengagumi budaya Hindu-Buddha Jawa sehingga mereka meniru gaya tersebut

dan dengan demikian mereka menjadi "Jawa". Perang antara Muslim-pantai dan Hindu-Buddha-

pedalaman ini juga terus berlanjut lama setelah jatuhnya Majapahit oleh Kesultanan Demak,

bahkan permusuhan ini juga terus berlanjut lama setelah kedua wilayah tersebut mengadopsi

Islam.

Kapan orang-orang di pantai utara Jawa memeluk Islam tidaklah jelas. Muslim Tionghoa, Ma

Huan, utusan Kaisar Yongle,[4] mengunjungi pantai Jawa pada 1416 dan melaporkan dalam

bukunya, Ying-yai Sheng-lan: survei umum pantai samudra (1433), bahwa hanya ada tiga jenis

orang di Jawa: Muslim dari wilayah barat Nusantara, Tionghoa (beberapa adalah Muslim) dan

Jawa yang bukan Muslim.[9] Karena batu-batu nisan Jawa Timur adalah dari Muslim Jawa lima

puluh tahun sebelumnya, laporan Ma Huan menunjukkan bahwa Islam mungkin memang telah

diadopsi oleh sebagian abdi dalem istana Jawa sebelum orang Jawa pesisir.

Sebuah nisan Muslim bertanggal 822 H (1419 M) ditemukan di Gresik, pelabuhan di

Jawa Timur dan menandai makam Maulana Malik Ibrahim. Namun bagaimanapun, dia adalah

orang asing non-Jawa, dan batu nisannya tidak memberikan bukti konversi pesisir Jawa. Namun

Malik Ibrahim, menurut tradisi Jawa adalah salah satu dari sembilan rasul Islam di Jawa (disebut

Wali Sanga) meskipun tidak ada bukti tertulis ditemukan tentang tradisi ini. Pada abad ke-15-an,

Kerajaan Majapahit yang kuat di Jawa berada di penurunan. Setelah dikalahkan dalam beberapa

pertempuran, kerajaan Hindu terakhir di Jawa jatuh di bawah meningkatnya kekuatan Kesultanan

Demak pada tahun 1520.

4.      Jawa Barat

Suma Oriental ("Dunia Timur") yang ditulis Tome Pires melaporkan juga bahwa Suku Sunda

di Jawa Barat bukanlah Muslim di zamannya, dan memang memusuhi Islam.[1] Sebuah

penaklukan oleh Muslim di daerah ini terjadi pada abad ke-16. Dalam studinya tentang

Kesultanan Banten, Martin van Bruinessen berfokus pada hubungan antara mistik dan keluarga

kerajaan, mengkontraskan bahwa proses Islamisasi dengan yang yang berlaku di tempat lain di

Pulau Jawa: "Dalam kasus Banten, sumber-sumber pribumi mengasosiasikan "tarekat" tidak

dengan perdagangan dan pedagang, tetapi dengan raja, kekuatan magis dan legitimasi politik." [10]

Ia menyajikan bukti bahwa Sunan Gunungjati diinisiasi ke dalam aliran "Kubra", "Shattari", dan

"Naqsyabandiyah" dari sufisme.

Page 14: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara

5.      Daerah lain

Tidak ada bukti dari penerapan Islam oleh orang Nusantara sebelum abad ke-16 di daerah

luar Pulau Jawa, Pulau Sumatera, Kesultanan Ternate dan Tidore di Maluku, dan Kesultanan

Brunei dan Semenanjung Melayu.

DAFTAR PUSTAKA

Umar. (2012). Sejarah Perkembangan Islam di Nusantara. [ONLINE]. Tersedia di:

http://umarohsiti80.blogspot.com/2012/12/sejarah-perkembangan-islam-di-nusantara.html (03

Oktober 2013)

(Tn). 2013. Pendidikan Agama Islam. [ONLINE]. Tersedia di:

http://siapbelajar.com/wp-content/uploads/2013/03/3_P.Agama-Islam-Kelas-9.pdf (03 Oktober

2013)

(Tn). 2013. Kerajaan Islam di Nusantara. [ONLINE]. Tersedia di:

http://www.sibarasok.info/2013/04/kerajaan-islam-di-indonesia-dan.html (03 Oktober 2013)

(Tn). (Tt). Penyebaran Islam di Nusantara. [ONLINE]. Tersedia:

http://id.wikipedia.org/wiki/Penyebaran_Islam_di_Nusantara (03 Oktober 2013)

Page 15: Makalah Perkembangan Islam Di Nusantara