makalah pengaruh keluarga broken home |diean mantikha
TRANSCRIPT
PENGARUH KELUARGA BROKEN HOME
TERHADAP PENDIDIKAN ANAK REMAJA
(Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat Pendidikan)
Bapak Slamet Triyadi,S.pd
MAKALAH
Disusun Oleh:
Dian Mantika
1141172105099
1C
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
Pend. Matematika
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2011/2012
KATA PENGANTAR
Yang dimaksud kasus broken home dapat dilihat dari dua aspek yaitu
keluarga itu terpecah karena strukturnya tidak utuh sebab salah datu dari kepala
keluarga itu meninggalkan dunia atau telah bercerai, dan orang tua tidak bercerai
akan tetapi struktur keluarga itu tidak utuh lagi karena ayah dan ibu sering tidak
dirumah, atau tidak memperlihatkan kasih sayang lagi.
Dari keluarga yang digambarkan di atas tadi, akan lahir anak-anak yang
mengalami krisis kepribadian sehingga perilakunya sering tidak sesuai. Mereka
mengalami gangguan emosional bahkan neorotik. Kasus keluarga broken home ini
sering kita temui di sekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik.
Tidak dapat dipungkiri, jika dasar pendidikan yang menjadi landasan dan
tongkat estafet pendidikan anak selanjutnya adalah pendidikan keluarga. Apabila
pondasi pendidikan dibangun dengan kuat maka pembangunan pendidikan
selanjutnya akan mudah dan berhasil dengan baik, sebaliknya jika pondasi
pendidikan lemah dan berantakan, sulit kiranya membangun pendidikan
selanjutnya.
Saya sepenuhnya menyadari makalah ini tidak terlepas dari kekurangan.
Untuk itu, saya mengharapkan saran dan tanggapan agar saya dapat
menyempurnakan makalah ini. Saya berharap semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Karawang, Nopember 2011
Penyusun
Filsafat Pendidikan i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Tujuan Penyusunan Makalah ............................................................. 2
1.3 Perumusan Masalah .......................................................................... 2
1.4 Batasan Masalah .............................................................................. 2
1.5 Sistematika Penyusunan Makalah ...................................................... 3
BAB II
PEMBAHASAN .................................................................................. 5
2.1 Pengertian Remaja .......................................................................... 5
2.2 Pengertian Broken Home ................................................................. 6
2.3 Dampak Broken Home dan Pengembangan Remaja ............................ 6
2.3.1 Perkembangan Emosi ...................................................... 6
2.3.2 Perkembangan Sosial Remaja ........................................... 7
2.3.3 Perkembangan Kepribadian .............................................. 8
2.3.4 Dampak Positif Akibat Broken Home .................................. 8
2.4 Realita Remaja yang Mengalami Broken Home .................................. 9
2.5 Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken
Home.............................................................................................. 10
A. Berbasis Pendidikan Formal ........................................................ 10
B. Berbasis Masyarakat atau Sosial ................................................... 10
Filsafat Pendidikan ii
2.6 Faktor-faktor Penyebab Broken Home ............................................... 11
2.6.1 Terjadinya Perceraian ...................................................... 11
2.6.2 Ketidakdewasaan Sikap Orang Tua ................................... 11
2.6.3 Orang Tua yang Kurang Memiliki Rasa Tanggungjawab ..... 11
2.6.4 Jauh dari Tuhan ............................................................... 12
2.6.5 Adanya Masalah Ekonomi ................................................ 12
2.6.6 Kehilangan Kehangatan Didalam Keluarga Antara Orang Tua dan
Anak............................................................................... 12
2.6.7 Adanya Masalah Pendidikan ............................................. 13
BAB III
PENUTUP .......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 14
3.2 Rekomendasi .................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 15
Filsafat Pendidikan iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial, mungkin tak jarang kita temui sebagai anak
remaja yang frustasi atau depresi karena beragam masalah yang muncul
dengan alasan, faktor utama adalah orang tua. Sebagai remaja, tentunya kita
tak asing lagi dengan kata “Broken Home” atau keluarga yang tidak
harmonis. Kata inilah yang biasanya menyelimuti rasa takut para remaja saat
ini, ketika kedua orang tua mereka sedang berbeda pendapat atau berselisih
paham.
Maka remaja merupakan masa dimana seorang sedang mengalami saat
kritis sebab ia akan menginjak ke masa dewasa. Remaja berada dalam masa
peralihan. Dalam masa peralihan itu pula remaja sedang mencari
identitasnya. Dalam proses perkembangan yang serba sulit dan masa-masa
membingungkan dirinya, remaja membutuhkan perhatian dan bantuandari
orang yang dicintai dan dekat dengannya terutama orang tua atau
keluarganya. Seperti yang telah diketahui bahwa fungsi keluarga adalah
memberi pengayoman sehingga menjamin rasa aman maka dalam masa
kritisnya remaja sungguh-sungguh membutuhkan realisasi fungsi tersebut.
Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang
dari menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai mencapai
kematangan seksual, mengalami perkembangan psikologis danpola
identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa, serta peralihan dari
ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative
lebih mandiri.
Filsafat Pendidikan 1
1.2 Tujuan Penyusunan Makalah
Didalam penulisan makalah ini bertujuan supaya orang tua lebih
memperhatikan perkembangan anak dan tidak hanya mementingkan egonya
masing-masing seperti berpisah atau bercerai, karena sikap orang tua itu
sangat berpengaruh pada perkembangan anak terutama remaja. Dan setiap
anak akan selalu membutuhkan dukungan dari kedua orangtuanya dan ingin
lengkap mendapatkan kasih sayang dari kedua orangtuanya langsung.
Menurut Kartini Kartono, “Sikap dan perilaku orang tua dalam hubungan
dengan anak-anak mempengaruhi setiap pertumbuhan dan perkembangan”.
Tujuan utama dari penulisan makalh ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Filsafat Pendidikan yang ditugaskan oleh Bapak Slamet
Triyadi,S.pd.
1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalahnya meliputi:
1. Apa itu remaja?
2. Apa itu Broken Home?
3. Dampak kejiwaan seperti apa akibat Broken Home?
4. Bagaimana realita remaja yang mengalami Broken Home?
5. Bagaimana untuk meminimalisir dampak negatif terhadap remaja Broken
Home?
6. Apa saja faktor-faktor penyebab Broken Home?
1.4 Batasan Masalah
Pembahasan masalah pada Pengaruh Keluarga Broken Home Terhadap
Anak Remaja meliputi:
Pengertian Remaja
Pengertian Broken Home
Dampak Broken Home dan Perkembangan Remaja
Realita Remaja yang Mengalami Broken Home
Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home
Filsafat Pendidikan 2
Faktor-faktor Penyebab Broken Home
1.5 Sistematika Penyusunan Makalah
Sistematika yang terdapat dalam penyusunan makalah ini adalah:
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan Penyusunan Makalah
1.3 Perumusan Masalah
1.4 Batasan Masalah
1.5 Sistematika Penyusunan Makalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Remaja
2.2 Pengertian Broken Home
2.3 Dampak Broken Home dan Perkembangan Remaja
2.3.1 Perkembangan Emosi
2.3.2 Perkembangan Sosial Remaja
2.3.3 Perkembangan Kepribadian
2.3.4 Dampak Positif Akibat Broken Home
2.4 Realita Remaja yang Mengalami Broken Home
2.5 Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken Home
2.6 Faktor-faktor Penyebab Broken Home
2.6.1 Terjadinya Perceraian
2.6.2 Ketidakdewasaan Sikap Orang Tua
2.6.3 Orang Tua yang Kurang Memiliki Rasa Tanggungjawab
2.6.4 Jauh Dari Tuhan
2.6.5 Adanya Masalah Ekonomi
2.6.6 Kehilangan Kehangatan Didalam Keluarga Antara Orang Tua dan
Anak
2.6.7 Adanya Masalah Pendidikan
Filsafat Pendidikan 3
BAB II PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Rekomendasi
DAFTAR PUSTAKA
Filsafat Pendidikan 4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Remaja
Kata remaja berasal dari kata latin yaitu adolescere yang berarti
to grow atau to maturity. Definisi dari remaja adalah periode
perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa.
Perkembangan ini meliputi perubahan-perubahan yang berhubungan
dengan perkembangan psikoseksual, dan juga terjadi pada perubahan
dalam hubungannya dengan orang tua dan cita-cita mereka. Remaja
merupakan masa yang labil, dimana mereka sedang mencari jatidiri
mereka, dan merekalah yang menentukan mau ke arah mana mereka esok
hari.
Istilah remaja mengandung arti yang cukup luas, menurut Piaget
(dalam Muhammad Ali dan M. Astori, mengatakan bahwa:
Remaja masih suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam
masyarakat dewasa dan suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa
dirinya berada dibawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa
sama atau paling tidak sejajar. Masa remaja merupakan masa transisi
yang menginginkan sesuatu yang baru.
Sedangkan menurut Sarlito Wirawan Sarwono, “Remaja adalah
periode peralihan kemasa dewasa” dimana mereka seyogyanya mulai
mempersiapkan diri menuju kehidupan dewasa.
Jadi remaja adalah individu yang berumur 12 sampai 21 tahun
dimana seorang mengalami saat kritis sebab akan menginjak masa
dewasa, remaja berada dalam masa peralihan dari anak-anak kemasa
dewasa. Peningkatan emosional remaja yang terjadi secara cepat pada
masa remaja awal yang dikenal sebagai masa storm dan stress.
Filsafat Pendidikan 5
2.2 Pengertian Broken Home
Istilah “Broken Home” biasanya digunakan untuk
menggambarkan keluarga yang tidak harmonis dan tidak berjalan
layaknya keluarga yang rukun dan sejahtera akibat sering terjadi konflik
yang menyebabkan pada pertengkaran yang bahkan dapat berujung pada
perceraian. Hal iniakan berdampak besar terhadap suasana rumah yang
tidak lagi kondusif, orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak-anaknya
sehingga berdampak pada perkembangan anak khususnya anak remaja.
Orang tua adalah panutan dan teladan bagi perkembangan remaja
terutama pada perkembangan psikis dan emosi, orang tua adalah
pembentukan karakter yang terdekat. Jika remaja diharapkan pada
kondisi “broken home” dimana orang tua mereka tidak lagi menjadi
panutan bagi dirinya maka akan berdampak besar pada perkembangan
dirinya. Dampak psikis yang dialami oleh remaja yang mengalami
broken home, remaja menjadi lebih pendiam, pemalu, bahkan despresi
berkepanjangan.
Faktor lingkungan tempat remaja bergaul adalah sarana lain jika
orang tua sudah sibuk dengan urusannya sendiri. Jika remaja berada di
lingkungan pergaulan yang negatif, karena keadaannya labil maka tidak
menutup kemungkinan remaja akan tercebur dalam lembah pergaulan
yang tidak baik.
2.3 Dampak Broken Home dan Perkembangan Remaja
2.3.1 Perkembangan Emosi
Emosi merupakan situasi psikologi yang merupakan pengalaman
subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh. Perceraian
adalah suatu hal yang harus dihindari, agar emosi anak tidak menjadi
terganggu. Perceraian adalah suatu penderitaan atau pengalaman
tramatis bagi anak.
Adapun dampak pandangan keluarga broken home terhadap
perkembangan emosi remaja:
Filsafat Pendidikan 6
Perceraian orang tua membuat tempramen anak terpengaruh,
pengaruh yang tampak secara jelas dalam perkembangan
emosi itu membuat anak menjadi pemurung, pemalas
(menjadi agresif) yang ingin mencari perhatian orang tua /
orang lain. Mencari jati diri dalam suasana rumah tangga
yang tumpang dan kurang serasi.
Peristiwa perceraian itu menimbulkan ketidakstabilan emosi.
Ketidakberartian pada diri remaja akan mudah timbul,
sehingga dalam menjalani kehidupan remaja merasa bahwa
dirinya adalah pihak yang tidak diharapkan dalam kehidupan
ini.
Remaja yang kebutuhannya kurang dipenuhi oleh orang tua,
emosi marahnya akan mudah terpancing.
2.3.2 Perkembangan Sosial Remaja
Tingkah laku sosial kelompok yang memungkinkan seseorang
berpartisipasi secara efektif dalam kelompok atau masyarakat.
Dampak keluarga Broken Home terhadap perkembangan sosial
remaja adalah:
Perceraian orang tua menyebabkan ketidakpercayaan diri
terhadap kemampuan dan kedudukannya, dia merasa rendah
diri menjadi takut untuk keluar dan bergaul dengan teman-
teman.
Anak sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan. Anak yang
dibesarkan dikeluarga pincang, cenderung sulit menyesuaikan
diri dengan lingkungan, kesulitan itu datang secara alamiah
dari diri anak tersebut.
Dampak bagi remaja putri yang tidak mempunyai ayah
berperilaku dengan salah satu cara yang ekstrim terhadap
laki-laki, mereka sangat menarik diri pasif dan minder
kemungkinan yang kedua terlalu aktif, agresif dan genit.
Filsafat Pendidikan 7
2.3.3 Perkembangan Kepribadian
Perceraian ternyata memberikan dampak kurang baik terhadap
perkembangan kepribadian remaja. Remaja yang orang tuannya
bercerai cenderung menunjukan ciri-ciri:
Berperilaku nakal
Mengalami depresi
Melakukan hubungan seksual secara aktif
Kecenderungan pada obat-obat terlarang
Keadaan keluarga yang tidak harmonis tidak stabil atau
berantakan (broken home) merupakan faktor penentu bagi
perkembangan kepribadian remaja yang tidak sehat.
2.3.4 Dampak Positif Akibat Broken Home
Dalam hubungan nikah yang sudah sangat jelek, yang
pertengkarannya sudah sangat parah, kebanyakan anak-anak akan
memilih supaya mereka bercerai. Demi kesehatan jiwa anak-anak
akan lebih tentram sewaktu dilepaskan dari suasana seperti itu. Pada
waktu orang tua tidak tinggal bersama-sama dengan mereka rasanya
lebih tenang karena tidak harus menyaksikan pertengkatan. Akhirnya,
mereka lebih mantap, lebih damai hidupnya, dan lebih bisa
berhubungan dengan orang tuanya sacara lebih sehat.
Ada sisi positif dari anak korban perceraian, misalnya anak cepat
dewasa, punya rasa tanggungjawab yang baik, bisa membantu
ibunya. Memang ada anak yang bisa jadi nakal luar biasa, tapi ada
yang kebalikannya justru menjadi anak yang sangat baik dan
bertanggungjawab.
Anak-anak ini akhirnya didorong kuat untuk mengambil alih
peran orang tua yang tidak ada lagi dalam keluarganya. Secara luar
kita melihat sepertinya baik menjadi dewasa, tapi sebetulnya secara
Filsafat Pendidikan 8
kedewasaan tidak terlalu baik karena dia belum siap untuk
mengambil alih peran orang tuanya itu.
2.4 Realita Remaja yang Mengalami broken Home
Beberapa penyebab broken home yang paling sering terjadi
adalah kurangnya komunikasi antar keluarga sehingga menyebabkan
adanya jarak dianatara mereka. Jarak tersebut semakin terasa ketika rasa
ketidakpercayaan dan komitmen awal pernikahan mulai terkikis. Seiring
berjalannya waktu, hal ini berkembang menjadi sebuah perselisihan dan
ketidakharmonisan yang memuncak.
Penyebab kedua yang sering menyebabkan terjadinya broken
home adalah masalah ekonomi yang berujung pada kekerasan dalam
rumah tangga (KDRT). Kedua penyebab tersebut paling banyak
menghasilkan keluarga-keluarga broken home yang berakhir pada
perceraian atau pertengkaran tanpa akhir.
Sebagai korban, tentunya anak-anak akan merasakan hal-hal yang
tidak mengenakan. Perasaan ini timbul dan berkembang dalam diri si
anak hingga ia beranjak dewasa. Pada fase remaja, dimana jiwa remaja
sedang bergelora, perasaan ini bercampur aduk menjadi satu baik
depresi, malu, sedih, kecewa, kesal, sakit hati, bingung, merasa terbuang,
dll.
Cara para remaja menghilangkan kepenatan tersebut baik ke arah
positif atau negatif ternyata bersifat relatif. Hal ini tergantung pada sikap
dan perilaku remaja tersebut. Jika dia bisa mengarahkan ke arah positif,
berarti dia berhasil mengurangi bahkan menghilangkan perasaan tersebut.
Bila sebaliknya, berarti dia gagal. Cara-cara yang dilakukan untuk
menghilangkan kepenatan tersebut pastinya akan melahirkan perubahan
sikap dalam diri remaja yang mengalami broken home. Sebuah
perubahan yang akan membawa mereka merasa lebih baik dari
sebelumnya, sementara atau selamanya.
Filsafat Pendidikan 9
2.5 Solusi Meminimalisir Dampak Negatif Terhadap Remaja Broken
Home
Agar para remaja yang sedang mencari jati diri tidak semakin
terjerumus, tentunya diperlukan peranan orang tua. Selain itu, dibutuhkan
pengawasan ketat dari pihaksekolah dan itu menjadi kunci keberhasilan
pencegahan kenakalan remaja baik sebagai akibat broken home maupun
akibat hal lainnya. Peran orang tua dirumah dan peran sekolah menjadi
kunci keberhasilan pencegahan moral remaja akibat pengaruh pergaulan
bebas. Kasih sayang dan perhatian orang tua adalah langkah pertama.
A. Berbasis Pendidikan Formal
Ruang kedua bagi anak/remaja adalah pendidikan formal. Disini
mereka bergelut dengan waktu, menumpahkan sebagian besar
energinya untuk mendalami berbagai ilmu pengetahuan, bekalnya di
kemudian hari ketika terjun di masyarakat. Institusi pendidikan juga
memiliki peran penting melanjutkan estapet orang tua dalam
mendidik dan membimbing anak-anaknya. Karena itulah, pendidikan
formal harus berjalan maksimal.
B. Berbasis Masyarakat atau Sosial
Masyarakat adalah tempat dimana orang-orang dengan berbagai
latar belakang membentuk sebuah sistem. Mereka hidup bersama
dalam satu komunitas yang teratur. Dimana sebagian besar interaksi
adalah antara individu-individu yang berada dalam kelompok
tersebut. Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan
hubungan-hubungan antar entitas-entitas. Masyarakat adalah sebuah
komunitas yang saling tergantung satu sama lain. Pencerahan
berbasis masyarakat ini diharapkan dapat menggugah, mendorong
dan menggerakkan masyarakat untuk sadar, peduli, dan aktif
terhadap remaja yang mengalami broken home.
Filsafat Pendidikan 10
2.6 Faktor-faktor Penyebab Broken Home
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan broken home adalah:
2.6.1 Terjadinya Perceraian
Faktor yang menjadi penyebab perceraian adalah pertama
adanya disorientasi tujuan suami istri dalam membangun
mahligai rumah tangga; dan faktor kedewasaan yang mencakup
intelektualitas, emosionalitas, kedua, kemampuan mengelola dan
mengatasi berbagai masalah keluarga: ketiga, pengaruh
perubahan dan norma yang berkembang di masyarakat.
2.6.2 Ketidakdewasaan Sikap Orang Tua
Ketidakdewasaan sikap orang tua salah satunya dilihat
dari sikap egoisme dan egosentrisme. Egoisme adalah suatu sifat
buruk manusia yang mementingkan dirinya sendiri. Sedangkan
egosentrisme adalah sikap yang menjadikan dirinya pusat
perhatian yang diusahakan oleh seseorang dengan segala cara.
Egoisme orang tua akan berdampak kepada anaknya, yaitu timbul
sifat membandel, sulit di suruh dan suka bertengkar dengan
saudaranya.
Adapun sikap membandel adalah aplikasi dari rasa marah
terhadap orang tua yang egosentrisme. Seharusnya orang tua
memberi contoh yang baik seperti suka bekerjasama, saling
membantu, bersahabat dan ramah. Sifat-sifat ini adalah lawan
dari egoisme dan egosentrisme.
2.6.3 Orang Tua yang Kurang Memiliki Rasa Tanggungjawab
Tidak bertanggungjawabnya ornag tua salah satunya
masalah kesibukan. Kesibukan adalah satu kata yang telah
melekat pada masyarakat modern di kota-kota. Kesibukannya
terfokus pada pencarian materi yaitu harta dan uang. Mengapa
demikian? Karena filsafat hidup mereka mengatakan uang adalah
Filsafat Pendidikan 11
harga diri, dan waktu adalah uang. Jika telah kaya berarti suatu
keberhasilan, suatu kesuksesan. Di samping itu kesuksesan lain
adalah jabatan tinggi.
2.6.4 Jauh dari Tuhan
Segala sesuatu perilaku manusia disebabkan karena dia
jauh dari Tuhan. Sebab, Tuhan mengajarkan agar manusia
berbuat baik. Jika keluarga jauh dari Tuhan dan mengutamakan
materi dunia semata maka kehancuran dalam keluarga itu akan
terjadi. Karena dari keluarga tersebut akan lahir anak-anak yang
tidak taat kepada Tuhan dan kedua orang tuanya.
2.6.5 Adanya Masalah Ekonomi
Dalam suatu keluarga mengalami kesulitan dalam
memenuhi kebutuhan rumah tangga. Istri banyak menuntut hal-
hal diluar makan dan minum. Padahal dengan penghasilan suami
sebagai buruh lepas, hanya dapat memberikan makan dan rumah
petak tempat berlindung yang sewanya terjangkau. Karena suami
tidak sanggup memenuhi tuntutan istri dan anak-anaknya akan
kebutuhan-kebutuhan yang disebutkan tadi, maka timbullah
pertengkaran suami-istri yang sering menjurus ke arah perceraian.
2.6.6 Kehilangan Kehangatan Didalam Keluarga Antara Orang
Tua dan Anak
Kurang atau putus komunikasi diantara anggota keluarga
menyebabkan hilangnya kehangatan di dalam keluarga antara
orang tua dan anak. Faktor kesibukan biasanya sering dianggap
penyebab utama dari kurangnya komunikasi. Dimana ayah dan
ibu bekerja dari pagi hingga sore hari, mereka tidak punya waktu
untuk makan siang bersama, shalat berjamaah di rumah dimana
ayah menjadi imam, sedang anggota yang lain menjadi jamaah.
Filsafat Pendidikan 12
Dan anak-anak akan mengungkapkan pengalaman
perasaan dan pemikiran-pemikiran tentang kebaikan keluarga
termasuk kritik terhadap orang tua mereka. Yang sering terjadi
adalah kedua orang tua pulang hampir malam karena jalanan
macet, badan capek, sampai di rumah mata mengantuk dan
tertidur. Tentu orang tidak mempunyai kesempatan untuk
berdiskusi dengan anak-anaknya.
2.6.7 Adanya Masalah Pendidikan
Masalah pendidikan sering menjadi penyebab terjadinya
broken home. Jika pendidikan agak lumayan pada suami istri
maka wawasan tentang kehidupan keluarga dapat dipahami oleh
mereka. Sebaliknya pada suami istri yang pendidikannya rendah
sering tidak dapat memahami lika-liku keluarga. Karena itu
sering salah menyalahkan bila terjadi persoalan di keluarga.
Akibatnya selalu terjadi pertengkaran yang mungkin akan
menimbulkan perceraian. Jika pendidikan agama ada atau
lumayan mungkin sekali kelemahan dibanding pendidikan akan
di atasi. Artinya suami istri akan dapat mengekang nafsu masing-
masing sehingga pertengkaran dapat dihindari.
Filsafat Pendidikan 13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dampaknya, banyak orang tua yang merasa dirinya paling berjasa
karena telah melahirkan dan membesarkannya, berbuat tiran, tidak segan-
segan menghakimi berbagai persoalan dan permasalahan yang dihadapu
atau dilakukan anak. Bahkan, tidak jarang orang tua hanya berfungsi
reproduksi, setelah itu proses pendidikan dan bimbingan dikuasakan
kepada pembantu rumah tangga. Ini banyak terjadi pada keluarga-
keluarga di kota besar yang sibuk di perbudak pekerjaan sehingga hak-
hak anak atas kasih sayang, pendidikan, dan bimbingan terabaikan.
Muncullah istilah Broken Home, dimana anak mencari tempat pelarian
yang mereka tidak dapatkan dari orang tuanya.
3.2 Rekomendasi
Bagi para orang tua, renungkanlah bunyi frase “Anakmu bukan
anakmu”. Anakmu adalah amanah Allah SWT kepada kedua orang
tuanya. Artinya, suatu saat pasti akan diminta dan kembali kepada-Nya
sebagai Sang Pemilik Sejati. Orang tua berkewajiban mendidik dan
membimbingnya. Mereka dilahirkan dalam keadaan fitrah, dan orang
tuanyalah yang akan mengarahkannya menjdai nashrani, yahudi, majusi
atau muslim sejati, yang tentu akan dimintai pertanggungjawabab kelak
di akherat nanti.
Filsafat Pendidikan 14
DAFTAR PUSTAKA
http://yogie-civil.blogspot.com/2010/11/broken-home.html
Gunarsa,Singgih D.2004. Psikologi Praktis: Anak Remaja dan Keluarga.
Jakarta: BPK Gunung Mulia
Hurlock, Elizabeth B. 1978. Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Wirawan, Sarlito. 1989. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Jakarta: Raja Grafindo Persada
Syansu, Yusuf LN. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung: Remaja Rosda Karya
Filsafat Pendidikan 15