makalah pasar modal
TRANSCRIPT
Makalah KEJAHATAN DALAM PASAR MODAL
DOSEN
Bpk M. S. CHANDRA JAYA, M.Hum
Ibu NI LUH PUTU SRI SURYA
Disusun
Oleh
NORSEL MARANDEN
012.501.0.098
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS DWIJENDRA DENPASAR
BALI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan hukum berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat.
Menurut mazhab Jerman, perkembangan hukum akan selalu tertinggal dari
perkembangan masyarakat. Perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat,
menyebabkan pula perkembangan kebutuhan masyarakat terhadap hukum.
Kondisi demikian mendorong terjadinya perkembangan di bidang hukum privat
maupun hukum publik. Kegiatan yang pesat di bidang ekonomi misalnya,
menurut sebagian masyarakat menyebabkan peraturan yang ada di bidang
perekonomian tidak lagi dapat mengikuti dan mengakomodir kebutuhan hukum di
bidang ini, sehingga dibutuhkan aturan yang baru di bidang hukum ekonomi.
Pasar modal (seringkali disebut dengan bursa efek) merupakan salah satu
instrumen ekonomi yang sangat penting bagi masyarakat dalam hal investasi,
sekaligus juga merupakan sumber pembiayaan bagi perusahan-perusahaan di
Indonesia. Pasar modal dapat pula menjadi alat ukur bagi perkembangan
perekonomian di tanah air dan cerminan tingkat kepercayaan investor domestik
maupun internasional terhadap perangkat hukum dan kinerja pemerintah dalam
dunia perekonomian.
Sebagai instrumen ekonomi, pasar modal tidak luput dari penyalahgunaan
oleh pihak-pihak tertentu untuk memperkaya dirinya secara melawan hukum.
Kejahatan di bidang pasar modal tergolong rumit dan sulit dibuktikan, apalagi
diperkarakan di hadapan pengadilan, mengingat sifat pasar yang sangat sensitif
terhadap fakta materil (pemberitaan terkait jalannya proses peradilan) berupa
informasi terkait pasar modal. Umumnya kejahatan yang terjadi di pasar modal
dilakukan secara profesional oleh penjahat “kerah putih” (white colar criminal),
sedemikian sehingga para korbannya tidak sadar telah dirugikan oleh tindak
kejahatan tersebut.
Banyak sekali trik bisnis dilakukan di pasar modal, bahkan banyak yang
menjurus ke tindak pidana, sehingga untuk mencegah kerugian dan ketidak adilan
bagi pihak masyarakat atau bagi pihak tertentu, sektor hukum harus menyediakan
perangkatnya yang jelas dan komprehensif.
Mengingat pentingnya peranan pasar modal terhadap perekonomian
Indonesia, diperlukan perangkat hukum yang tegas dan jelas untuk mengaturnya.
Saat ini Indonesia memiliki Undang-undang khusus yang mengatur tentang pasar
modal, yaitu UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal. Dalam rangka upaya
pembinaan, pengaturan, dan pengawasan pasar modal, dibentuklah Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) yang keberadaan, tugas, dan wewenangnya
diatur di dalam pasal 3, pasal 4, dan pasal 5 UU No.8 Tahun 1995. Dengan adanya
Bapepam beserta kewenangannya untuk memeriksa, menyidik, dan menjatuhkan
sanksi administratif, diharapkan agar kejahatan yang terjadi dalam lingkup pasar
modal dapat diberantas, atau sekurang-kurangnya dapat dicegah.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apa saja bentuk-bentuk kejahatan yang dapat dilakukan dan terjadi dalam
kegiatan pasar modal ?
2. Bagaimanakah penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal di
Indonesia ?
3. Bagaimanakah peran Bapepam dalam memberantas kejahatan pasar modal
di Indonesia ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk kejahatan yang dapat dilakukan dan
terjadi dalam kegiatan pasar modal.
2. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap kejahatan pasar modal di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui peran Bapepam dalam memberantas kejahatan pasar
modal di Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh
pelaku pasar modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui
Bapepam berupaya keras untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang
pasar modal dengan berbagai cara, antara lain dengan menertibkan dan membina
pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, dan menuntaskan kejahatan di
bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang diemban Bapepam
sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada
kejaksaan atas dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam
memiliki kewenangan melakukan pemeriksaan, penyidikan, sampai pemberian
sanksi administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-
Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut
menggantikan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan
berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun 1951 sebagai Undang-
Undang. Undang-Undang Darurat tersebut diganti karena materinya sangat sumir
dan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan pasar modal dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan
berdasarkan beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat
yang mencakup integritas dan profesionalisme, serta kelemahan peraturan.
Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan penelaahan hukum yang
menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin penting.
Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan lembaga
kepercayaan, yaitu sebagai lembaga perantara (intermediary) yang
menghubungkan kepentingan pemakai dana dan para pemilik dana. Dengan
demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur mengenai pasar modal
diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di dalam
memberi jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak
pidana dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan
perdagangan orang dalam. Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang
pasar modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 juga menetapkan sanksi
pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan jumlah atau waktu
yang bervariasi. Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik yang
khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku tindak
pidana tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk
memahami dan membaca situasi pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian
tindak pidana pasar modal juga sangat sulit, namun akibat yang ditimbulkan dapat
fatal dan luas. Jenis-jenis tindak pidana yang dikenal dibidang pasar modal, antara
lain:
1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c,
adalah: membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak
mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan
mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain
atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam
perdagangan efek, bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat
pasal ini. Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378
tentang penipuan, disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
(1) Melawan hukum;
(2) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
(3) Tipu muslihat;
(4) Rangkaian kebohongan;
(5) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau
supaya memberi utang atau menghapuskan piutang.
Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian
penipuan, yaitu terbatas dalam kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan
penawaran, pembelian, dan/atau penjualan efek yang terjadi dalam rangka
penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar bursa atas efek emiten
atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau rangkaian
kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang
tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta yang
material.
2. Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91
adalah, tindakan yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak
dengan maksud untuk menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai
perdagangan, keadaan pasar, atau harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal
mengantisipasi setiap pihak yang memiliki kapasitas dan kapabilitas dalam hal
modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa melakukan
penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon
gambaran tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa pola manipulasi pasar,
antara lain:
(1) Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan
mempengaruhi harga efek perusahaan yang dimaksud di bursa efek
(false information). Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa
emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon kemudian harga
efeknya jatuh tajam di bursa;
(2) Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap
(misinformation). Misalnya, suatu pihak menyebarkan rumor bahwa
emiten B tidak termasuk perusahaan yang akan dilikuidasi oleh
pemerintah, padahal emiten B termasuk yang diambil alih oleh
pemerintah.
Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan
informasi yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak dengan efek
tersebut. Informasi merupakan pedoman pokok para pemodal untuk mengambil
keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi tersebut tidak dilindungi oleh
hukum sebagai informasi yang benar, bagaimana kegiatan perdaganyan pasar
modal bisa berjalan? Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat
menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun.
Begitu telah ada konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan
berhenti dan berjalan normal kembali.
Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang
tidak mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada
harga tertentu dimana pihak tertentu telah bersekongkol dengan pihak lain yang
melakukan penawaran jual/beli efek yang sama pada harga yang kurang lebih
sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain untuk meningkatkan, menurunkan,
atau mempertahankan harga efek. Dalam praktik perdagangan efek internasional
dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar,
yaitu:
(1) Marking the Close
Marking the close adalah, merekayasa harga permintaan atau penawaran efek
pada saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk
harga efek atau harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari berikutnya.
(2) Painting the Tape
Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu
dengan rekening efek lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak
atau memiliki keterkaitan sedemikian rupa sehingga tercipta perdagangan
semu. Pada dasarnya painting the tape mirip dengan marking the close,
namun dapat dilakukan setiap saat.
(3) Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
menentukan bahwa, pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger,
konsolidasi, atau akuisisi berhak meminta kepada perseroan untuk membeli
saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham dapat memanfaatkan
ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi pasar.
(4) Cornering the Market
Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar
sehingga dapat menguasai atau menyudutkan pasar. Praktiknya dapat
dilakukan dengan short selling, yaitu menjual efek dimana pihak penjual
belum memiliki efeknya. Hal ini dapat dilakukan karena bursa efek
menetapkan jangka waktu penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib
menyerahkan efeknya pada hari ke-3 setelah transaksi). Jika penjual gagal
menyerahkan efek pada T+3, maka yang bersangkutan harus membeli efek
tersebut di pasar tunai yang biasanya lebih mahal dari harga di pasar regular.
Pelaku dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan melakukan
cornering the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan
menahannya sehingga akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek
dan terpaksa membeli di pasar tunai yang sudah dikuasai oleh pelaku.
(5) Pools
Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok
investor dimana dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang
memahami kondisi pasar. Manager dari pools tersebut membeli saham suatu
perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok investor tersebut untuk
mendorong frekuansi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga efek
tersebut.
(6) Wash Sales
Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama
dimana tidak terjadi perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi
tersebut dilakukan dengan maksud bahwa mereka membuat gambaran dari
aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian yang
sesungguhnya.
(7) Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:
pihak pertama yang mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak
dari emiten atau perusahaan publik atau disebut juga pihak yang berada dalam
fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima informasi orang dalam
dari pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur,
pegawai, pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik, orang
perseorangan yang karena kedudukan atau profesi atau hubungan usahanya
dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang
dalam dapat dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan
transaksi atas efek perusahaan dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam.
Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya peningkatan harga dan volume
perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi material kepada publik terkait
dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak wajar.
Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;
c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian,
bedanya bila pada pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi
milik orang lain, maka pada perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap
milik orang lain tapi dengan menggunakan informasi yang seharusnya milik
umum, sehingga pelaku memperoleh keuntungan dari tindakannya. Pada
pencurian konvensional yang menderita kerugian adalah pihak pemilik barang,
sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu
banyak dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan
regulator dan kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka
kepercayaan masyarakat terhadap pasar modal juga akan pudar.
B. Penegakan Hukum Terhadap Kejahatan Pasar Modal Di Indonesia
Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995, separti halnya KUHP, juga
membagi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi dua macam, yaitu
kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal. Dari kasus-kasus pelanggaran
perundang-undangan di atas, sebagaimana telah dijelaskan ketika membahas
tentang kejahatan pasar modal, bahwa selama ini belum ada satu kasuspun yang
penyelesaiannya melalui jalur kebijakan pidana, tetapi melalui penjatuhan sanksi
administrasi, yang penyelesaiannya dilakukan oleh dan di Bapepam. Baru pada
tahun 2004 terdapat satu kasus tindak pidana pasar modal yang sudah sampai ke
pihak kejaksaan, dengan kata lain proses penyelesaiannya akan melalui sistem
peradilan pidana.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995, meletakkan kebijakan kriminal
melalui hukum pidana terhadap tindak pidana pelanggaran pasar modal dalam
Pasal 103 ayat (2), yaitu pelanggaran Pasal 23, Pasal 105, dan Pasal 109.
Pelanggaran pasar modal yang dimaksud dalam Pasal 103 ayat (2) adalah
pelanggaran terhadap Pasal 32 yaitu: seseorang yang melakukan kegiatan sebagai
wakil penjamin efek. Wakil perantara pedagang efek atau wakil menager inveatsi
tanpa mendapatkan izin Bapepam. Ancaman bagi pelaku adalah maksimum
pidana selama 1 (satu) tahun kurungan dan denda Rp. 1000.000.000.00.-(satu
milyar rupiah).
Pelanggaran pasar modal yang dimaksud dalam Pasal 105 adalah
pelanggaran Pasal 42 yang dilakukan oleh Manajer investasi, atau pihak
terafiliasinya, yaitu : menerima imbalan (dalam bentuk apapun), baik langsung
maupun tidak langsung yang dapat mempengaruhi manejer investasi itu untuk
membeli atau menjual efek untuk reksa dana. Ancaman pidana berupa pidana
kurungan maksimum 1 (satu) tahun kurungan dan denda Rp. 1.000.000.000.00.-
(satu milyar rupiah).
Pelanggaran yang dimaksud dalam Pasal 109 adalah perbuatan tidak
mematuhi atau menghambat pelaksanaan Pasal 100, yang berkaitan dengan
kewenangan Bapepam dalam melaksanakan pemeriksaan terhadap semua pihak
yang diduga atau terlibat dalam pelanggaran Undang-Undang Penanaman Modal.
Dianutnya pembagian delik atas dua macam yaitu delik kejahatan pasar
modal, dan delik pelanggaran pasar modal, menunjukkan bahwa Undang-Undang
Penanaman Modal mengikuti ketentuan yang terdapat dalam KUHP yang
merupakan hukum (ketentuan yang umum, di satu sisi, tetapi dalam ketentuan
mengenai sanksinya jauh berbeda. Di dalam KUHP untuk delik pelanggaran
tidaklah diancam dengan pidana kumulasi seperti dalam Undang-Undang
Penanaman Modal ini, tetapi hanya hukuman kurungan paling lama satu tahun,
sedangkan dalam Undang-Undang Penanaman Modal juga satu tahun kurungan
tetapi dikumulasikan dengan denda yang besar (1 milyar).
Hal ini tentu saja rasional, juga bila dilihat dari asas perundang-undangan
yang baik selalu memperhatikan antara korban dan sanksi yang seimbang.
Walaupun selama ini dikenakan sanksi administrasi kepada pelaku tindak pidana
pasar modal, tetapi seperti pada tindak pidana pasar modal, alasan yang sama
telah dikemukakan di atas menjadi dasar untuk memberikan sanksi administrasi
tersebut.
Melihat penyelesaian terhadap kasus-kasus pelanggaran yang dilakukan
oleh Bapepam, Bapepam lebih cenderung menyelesaikan persoalan tersebut
dengan menggunakan jalur di luar pengadilan (non penal), akan tetapi apabila
pihak pelanggar tidak dapat menyelesaikan sanksi administratif yang telah
dijatuhkan, maka pihak Bapepam akan menyelesaikan kasus tersebut ke
pengadilan (penyelesaian secara penal). Dapat dikatakan disini bahwa, pihak
Bapepam beranggapan bahwa hukum pidana tersebut sebagai senjata pamungkas
(Ultimum Remedium) di dalam penyelesaian kasus pelanggaran perundang-
undangan di pasar modal.
Kejahatan dan pelanggaran di pasar modal berupa penipuan, manipulasi
pasar dan Insider Trading. Bapepam adalah lembaga regulator dan pengawas
pasar modal, dipimpin oleh seorang ketua, dibantu seorang sekretaris, dan tujuh
orang kepala biro terdiri atas:
a. Biro perundang-undangan dan Bantuan Hukum
b. Biro Pemeriksaan dan Penyidikan
c. Biro Pengelolaan dan Riset
d. Biro Transaksi dan Lembaga Efek
e. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Jasa
f. Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil.
g. Biro Standar dan Keterbukaan.
Bila terjadi pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di
bidang pasar modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan
pemeriksaan terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila
memang telah terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan
sanksi akan diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat
masukan dari bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam. Bila mereka yang
dikenai sanksi dapat menerima putusan tersebut. Maka pihak yang terkena sanksi
akan melaksanakan semua yang telah ditetapkan oleh Bapepam. Permasalahan
akan berlanjut bila sanksi yang telah ditetapkan tersebut tidak dapat diterima atau
tidak dilaksanakan, misalnya denda yang telah ditetapkan oleh Bapepam tidak
dipenuhi oleh pihak yang diduga telah melakukan pelanggaran, maka akan
dilanjutkan dengan tahap penuntutan, dengan menyerahkan kasus tersebut kepada
pihak Kejaksaan sebagai lembaga yang berwenang melakukan penuntutan.
Demikian pula dengan Bursa Efek, sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pelaksanaan perdagangan efek, apabila di dalam melakukan
transaksi perdagangan efek menemukan suatu pelanggaran, yang berindikasi
adanya pelanggaran yang bersifat pidana, lembaga ini akan menyerahkan
pelanggaran tersebut kepada Bapepam untuk dilakukan pemeriksaan dan
penyidikan.
Kewenangan melakukan penyidikan terhadap setiap kasus (pelanggaran
peraturan perundangan pidana) bagi Bapepam, diberikan oleh KUHAP seperti
tercantum di dalam ketentuan Pasal 6 (ayat 1) huruf (b). yang menyebutkan:
“Penyidik adalah aparat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang
khusus oleh undang-undang.”
Tata cara pemeriksaan di bidang pasar modal dijelaskan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 46 tahun 1995. Bapepam akan melakukan pemeriksaan bila:
a. Ada laporan, pemberitahuan atau pengaduan dari pihak tentang adanya
pelanggaran peraturan perundang-undangan pasar modal;
b. Bila tidak dipenuhinya kewajiban oleh pihak-pihak yang memperoleh
perizinan, persetujuan atau dari pendaftaran dari Bapepam ataupun dari
pihak lain yang dipersyaratkan untuk menyampaikan laporan kepada
Bapepam, dan;
c. Adanya petunjuk telah terjadinya pelanggaran perundang-undangan di
bidang pasar modal.
Dalam melaksanakan fungsi pengawasan, menurut Undang-Undang
Penanaman Modal bertugas dalam pembinaan, pengaturan dan pengawasan
kegiatan-kegiatan pelaku ekonomi di pasar modal. Dalam melaksanakan berbagai
tugasnya ini, Bapepam memiliki fungsi antara lain, menyusun peraturan dan
menegakkan peraturan di bidang pasar modal, melakukan pembinaan dan
pengawasan terhadap pihak yang memperoleh izin, persetujuan dan pendaftaran
dari Bapepam dan pihak lain yang bergerak di bidang pasar modal, menyelesaikan
keberatan yang diajukan oleh pihak yang dikenakan sanksi oleh Bursa Efek,
lembaga kliring dan penjaminan, maupun lembaga penyimpanan dan
penyelesaian, dan lainnya.
Dengan berbagai fungsinya tersebut, Bapepam dapat mewujudkan tujuan
penciptaan kegiatan pasar modal yang teratur, dan efisien serta dapat melindungi
kepentingan pemodal dan masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi penegakan
hukum, Bapepam bersikap proaktif bila terdapat indikasi pelanggaran peraturan
perundang-undangan pasar modal. Dengan melakukan pemeriksaan, dan atau
penyidikan, yang didasarkan kepada laporan atau pengaduan dari pelaku-pelaku
pasar modal, data tersebut dianlisis oleh Bapepam dan dari hasil tersebut dijadikan
konsumsi publik dengan melakukan pemberitaan melalui media massa.
Sejak tahun 1997, Bapepam melaksanakan press release secara berkala
kepada masyarakat, antara lain melalui media massa dan media internet. Presss
Release yang dikeluarkan oleh Bapepam, merupakan bentuk publikasi dan
pertanggungjawaban kepada masyarakat mengenai kondisi, dan keberadaan suatu
perusahaan, dan juga kebutuhan masyarakat akan informasi pasar modal lainnya
misalnya, bila ada kebijakan perundang-undangan yang baru dari Bapepam.
Selain itu pula, kebijakan untuk selalu membuat laporan kepada masyarakat
melalui press release ini adalah merupakan perwujudan dari prinsip kejujuran dan
keterbukaan (tranparansi) yang dianut oleh lembaga pengawas pasar modal ini.
2.3 Peran Bapepam Dalam Memberantas Kejahatan Pasar Modal Di
Indonesia
Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh UU Pasar
Modal adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak
dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-
undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya. Wewenang Bapepam
untuk melakukan pemeriksaan dan penyidikan dijabarkan lebih lanjut di dalam
pasal 100 dan pasal 101 UU Pasar Modal. Bahkan, berdasarkan pasal 102 UU
Pasar Modal, Bapepam diberikan kewenangan untuk menjatuhkan sanksi
administratif kepada pihak yang melanggar UU Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya. Dari kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam, dapatlah kita
katakan bahwa Bapepam adalah polisi khusus bagi pasar modal.
Kewenangan yang dimiliki oleh Bapepam, cukup untuk menjadikannya
sebagai lembaga yang efektif untuk memberantas kejahatan-kejahatan yang terjadi
di pasar modal. Terhadap beberapa kasus, Bapepam berhasil membuktikan
pelanggaran pihak-pihak tertentu terhadap UU Pasar Modal dan peraturan-
peraturan pelaksanaannya serta menjatuhkan sanksi administratif bagi pihak-pihak
tersebut.
Adapun pengenaan sanksi administratif berupa denda telah dikenakan
kepada 186 (seratus delapan puluh enam) Emiten, 31 (tiga puluh satu) Perusahaan
Efek, 2 (dua) Biro Administrasi Efek, 1 (satu) Bank Kustodian, 1 (satu) Wali
Amanat, 8 (delapan) Wakil Perusahaan Efek, 1 (satu) Akuntan Publik, 1 (satu)
Penilai dan 15 (lima belas) Pihak lain termasuk direksi dan komisaris Emiten
dengan total denda sebesar Rp. 20.576.400.000,- (dua puluh miliar lima ratus
tujuh puluh enam juta empat ratus ribu rupiah).
Disamping pengenaan sanksi administratif berupa denda, Bapepam juga
telah mengenakan sanksi administratif berupa peringatan tertulis kepada 4
(empat) Emiten, 22 (dua puluh dua) Perusahaan Efek, 8 (delapan) Wakil
Perusahaan Efek, dan 1 (satu) Akuntan Publik serta 1 (satu) Konsultan Hukum.
Serta pembekuan kegiatan usaha kepada 29 (dua puluh sembilan) Perusahaan
Efek, 4 (empat) Wakil Perusahaan Efek dan 4 (empat) Akuntan Publik. Bapepam
juga telah mengenakan sanksi berupa pencabutan izin usaha kepada 8 (delapan)
Perusahaan Efek dan 2 (dua) Wakil Perusahaan Efek. Bersama ini diumumkan
bahwa Bapepam telah melakukan pemeriksaan atas dugaan pelanggaran peraturan
perundang-undangan di bidang Pasar Modal yang sifatnya kasuistis
BAB III
KESIMPULAN
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal telah
mengatur berbagai bentuk pelanggaran dan tindakan pidana pasar modal berserta
sanksi bagi pelakunya. Perbuatan yang dilarang tersebut meliputi pemalsuan dan
penipuan, manipulasi pasar dan insider traiding.
Penegakan hukum menurut Undang-Undang Nomor. 8 Tahun 1995,
seperti halnya KUHP, juga membagi tindak pidana di bidang pasar modal menjadi
dua macam, yaitu kejahatan dan pelanggaran di bidang pasar modal. Bila terjadi
pelanggaran perundang-undangan pasar modal atau ketentuan di bidang pasar
modal lainnya maka, Bapepam sebagai penyidik akan melakukan pemeriksaan
terhadap pihak yang melakukan pelanggaran tersebut, hingga bila memang telah
terbukti akan menetapkan sanksi kepada pelaku tersebut. Penetapan sanksi akan
diberikan atau diputuskan oleh ketua Bapepam setelah mendapat masukan dari
bagian pemeriksaan dan penyidikan Bapepam.
Salah satu kewenangan yang diberikan kepada Bapepam oleh UU Pasar
Modal adalah mengadakan pemeriksaan dan penyidikan terhadap setiap pihak
dalam hal terjadi peristiwa yang diduga merupakan pelanggaran terhadap Undang-
undang Pasar Modal dan atau peraturan pelaksanaannya serta pemberian sanksi
berupa sanksi administratif.
DAFTAR PUSTAKA
Irsan Nasarudin, M. dan Indra Surya, 2004, Aspek Hukum Pasar Modal
Indonesia, Prenada Media, Jakarta.
Munir Fuady, 2004, Bisnis Kotor: Anatomi Kejahatan Kerah Putih, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung.
Munir Fuady, 2012, Pengantar Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.
Pandji, Anuraga, dan Piji Pakarti, 2001, Pengantar Pasar Modal, Edisi Revisi,
Rineka Cipta, Jakarta.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal.
Butje Tampi, , 2010, Karya Ilmiah (Bentuk-Bentuk Kejahatan Di Bursa Efek Serta
Peran Bapepam), Kementrian Pendidikan Nasional Universitas Sam Ratulangi,
Manado.
PPH Newsletter, 1998, Kajian Hukum Ekonomi Dan Bisnis, Majalah No. 34/IX
September 1998, Yayasan Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta.
Varia Peradilan Tahun VIII No. 29, Mei 1993, Ikatan Hakim Indonesia, Jakarta,
1993.
1
1 Universitas Dwijendra Denpasar Bali