makalah mood disorder

16
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gangguan suasana hati (mood disorder) merupakan hal yang umum dan lazim (gangguan ini terbanyak ditemukan baik di pelayanan kesehatan mental maupun dalm praktek dokter medis umum). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa, diperkirakan 9-26% wanita dan 5-12% pria pernah mengalami depresi yang gawat didalam kehidupan mereka. Hampir 2/3 individu yang mengalami depresi memikirkan untuk bunuh diri dan hanya 10-15 % yang melakukan percobaan bunuh diri. Mereka yang dibawah ke rumah sakit karena percobaan bunuh diri akan lebih berhasil bunuh diri daripada mereka yang belum pernah dirawat di rumah sakit. Hampir semua pasien (97%) mengeluh bahwa mereka kekurangan energi, sukar menyelesaikan tugas mereka, prestasi belajar menurun, prestasi pekerjaan menurun, kurang motivasi untuk menerima tugas atau proyek baru. Sekitar 80% pasien depresi mengeluh tentang kesulitan tidur, terutama suka terbangun diri hari atau sering terbangun di malam hari, ketika mereka sedang merenungkan tentang masalah mereka. Banyak pasien depresi kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badan, tetapi ada juga yang mengalami penambahan nafsu makan dan kenaikan berat badan, juga tidur lebih lama dari biasanya. Namun, banyak individu yang tidak menyadari bahwa mereka menderita depresi dan apa yang dilakukan untuk mengobati gangguan tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai gangguan suasana hati yang terdiri dari gangguan depresi (unipolar) dan gangguan bipolar. 2.2 RUMUSAN MASALAH Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah: 1. Apa yang dimaksud gangguan suasana hati? 2. Apa saja jenis gangguan suasana hati? 3. Apa saja teori psikologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati? 1

Upload: dedesumantra

Post on 14-Dec-2014

98 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Mood Disorder

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Gangguan suasana hati (mood disorder) merupakan hal yang umum dan lazim

(gangguan ini terbanyak ditemukan baik di pelayanan kesehatan mental maupun dalm

praktek dokter medis umum).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dan Eropa,

diperkirakan 9-26% wanita dan 5-12% pria pernah mengalami depresi yang gawat didalam

kehidupan mereka.

Hampir 2/3 individu yang mengalami depresi memikirkan untuk bunuh diri dan hanya

10-15 % yang melakukan percobaan bunuh diri. Mereka yang dibawah ke rumah sakit

karena percobaan bunuh diri akan lebih berhasil bunuh diri daripada mereka yang belum

pernah dirawat di rumah sakit. Hampir semua pasien (97%) mengeluh bahwa mereka

kekurangan energi, sukar menyelesaikan tugas mereka, prestasi belajar menurun, prestasi

pekerjaan menurun, kurang motivasi untuk menerima tugas atau proyek baru. Sekitar 80%

pasien depresi mengeluh tentang kesulitan tidur, terutama suka terbangun diri hari atau

sering terbangun di malam hari, ketika mereka sedang merenungkan tentang masalah

mereka. Banyak pasien depresi kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badan, tetapi

ada juga yang mengalami penambahan nafsu makan dan kenaikan berat badan, juga tidur

lebih lama dari biasanya. Namun, banyak individu yang tidak menyadari bahwa mereka

menderita depresi dan apa yang dilakukan untuk mengobati gangguan tersebut.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan menjelaskan mengenai gangguan suasana hati

yang terdiri dari gangguan depresi (unipolar) dan gangguan bipolar.

2.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud gangguan suasana hati?

2. Apa saja jenis gangguan suasana hati?

3. Apa saja teori psikologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati?

1

Page 2: Makalah Mood Disorder

4. Apa saja teori biologis yang menjelaskan tentang gangguan suasana hati?

5. Apa saja terapi yang dapat dilakukan untuk individu yang mengalami gangguan suasana

hati?

2.3 TUJUAN

Adapun tujuan makalah ini adalah:

1. Supaya mahasiswa dapat mengetahui yang dimaksud gangguan suasana hati.

2. Supaya mahasiswa dapat mengetahui jenis gangguan suasana hati.

3. Supaya mahasiswa dapat mengetahui teori psikologis yang menjleakan tentang

gangguan suasana hati.

4. Supaya mahasiswa dapat mengetahui teori biologis yang menjelaskan tentang gangguan

suasana hati.

5. Supaya mahasiswa dapat mengetahui terapi yang dapat dilakukan untuk individu yang

mengalami gangguan suasana hati.

2

Page 3: Makalah Mood Disorder

BAB II

GANGGUAN SUASANA HATI (MOOD DISORDER)

2.1 GANGGUAN SUASANA HATI (Mood Disorder)

Mood disorder (gangguan suasana hati) adalah suatu gangguan mental yang

ditandai oleh perubahan mood. Pada DSM, gangguan susana hati meliputi gangguan-

gangguan yang terdapat pada mood dimulai dari depresi yang ekstrem hingga mania yang

ekstrem. Dalam DSM-III-R tahun (1987) disebut sebagai mood disorder atau gangguan

suasana hati. Suasana hati (mood) mengacu kepada pengertian emosi yang bertahan lama

yang mewarnai seluruh kehidupan manusia, yang melibatkan bagian depresi maupun

kegembiraan atau mania.

2.2 JENIS GANGGUAN SUASANA HATI

Gangguan suasana hati terbagi menjadi dalam gangguan depresi (unipolar) dan

gangguan bipolar.

2.2.1 Gangguan depresi

Dalam DSM-III-R gangguan depresi terletak pada aksis 1. Aksis satu

menggambarkan sindrom klinis. Hampir semua orang pernah mengalami depresi. Sebagian

besar dari kita pernah mengalami saat-saat dimana kita mengalami sedih, letargik

(kelesuan), dan tidak tertarik pada aktivitas apapun bahkan aktivitas yang menyenangkan.

Depresi adalah respon normal pada banyak stress kehidupan. Depresi dianggap abnormal

hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa penyebabnya dan terus berlangsung sampai

titik dimana sebagian besar orang mulai pulih. Kekesalan dan kesedihan adalah gejala

emosional yang paling menonjol pada depresi. Individu merasa putus asa dan tidak

berdaya, seringkali menangis dan mungkin mencoba bunuh diri. Yang sama menonjolnya

pada depresi adalah hilangnya kegembiraan atau kepuasan dalam kehidupan. Ciri-ciri

pokok dari gangguan depresi (unipolar) adalah adanya satu atau lebih episode depresi

(tanpa munculnya episode mania). 3

Page 4: Makalah Mood Disorder

Gejala-gejala psikologis gangguan depresi:

a. Suasana hati :Kesedihan, kecemasan, mudah marah

b. Berpikir :Kehilangan konsentrasi, lamban dan kacau dalam berpikir,

penyalahan diri sendiri, ragu-ragu, harga diri rendah.

c. Motivasi :Kurang minat dalam bekerja dan hobi, menghindari kegiatan

kerja dan sosial, ingin melarikan diri, ketergantungan tinggi.

d. Perilaku :Lamban, mondar-mandir, menangis, mengeluh

Simtom-simton biologis gangguan depresi adalah:

a. Hilangnya nafsu makan atau nafsu makan bertambah

b. Hilang nafsu birahi

c. Tidur terganggu

Gangguan depresi dapat mempengaruhi berbagai macam fungsi menjadi lebih giat

atau lebih lemah. Semua penderita depresi akan memperlihatkan beberapa atau semua

simtom dengan tingkat keparahan berbeda, dan bebereapa penderita depresi juga

menunjukan simtom psikotis yang jelas dalam bentuk delusi dan halusinasi.

Jenis-jenis depresi :

1. Major depression (depresi mayor)

Ciri pokoknya dengan adanya satu atau lebih episode depresi. Biasa disebut depresi

berat, unipolar depresi, atau depresi klinis. telah terjadi di dingin bulan dengan tidak sama

lain selama dua tahun atau lebih.

Suasana hati yang depresi atau hilangnya minat atau kegembiraan di semua kegiatan

minimal selama dua minggu dan hampir setiap hari. Setidaknya minimal 5 dari gejala di

bawah ini terjadi secara bersamaan selama masa 2 minggu tersebut, diantaranya :

a. Suasana hati yang depresif (bisa berupa perasaan mudah marah), misalnya

perasaan sedih, kehilangan harapan, kecil hati, dll.

4

Page 5: Makalah Mood Disorder

b. Menghilangnya minat atau kegembiraan pada semua atau hampir di semua

kegiatan secara mencolok, misalnya “tidak pedui lagi”.

c. Secara mencolok hilang berat badan atau tambah berat badan, (lebih dari 5%

berat badan dalam satu bulan).

d. Gangguan tidur : insomnia atau hypersomnia.

e. Agitasi psikomotoris (misalnya tidak bisa duduk tenang, menggosok-gosok

rambut atau kulit), atau retardasi (misalnya bicara lambat atau bersuara pelan, gerak

tubuh lambat).

f. Kelelahan atau hilangnya tenaga.

g. Merasa tidak berharga atau merasa sangat bersalah.

h. Hilangnya kemampuan berpikir, konsentrasi, ketidakmampuan membuat

keputusan.

i. Sering munculnya pikiran mengenai kematian atau bunuh diri (rencana bunuh

diri atau usaha untuk bunuh diri).

Adapun mayor depresi terbagi menjadi beberapa subtipe yaitu:

a. Atypical depresi (AD) ini ditandai dengan suasana hati reaktifitas dan positif,

signifikan kenaikan berat badan atau peningkatan nafsu, berlebihan tidur atau sifat tidur

(hipersomnia), sebuah sensasi berat pada tungkai yang dikenal sebagai kelumpuhan

berat, dan kerusakan sosial yang signifikan sebagai akibat hipersensitivitas yang

dirasakan penolakan antarpribadi.

b. Melankolis depresi ditandai dengan hilangnya kesenangan (anhedonia) di

sebagian besar atau semua kegiatan, kegagalan reaktivitas untuk menyenangkan

rangsangan, kualitas mengalami depresi suasana hati lebih menonjol daripada kesedihan

atau kehilangan, gejala yang memburuk pada pagi hari, awal pagi bangun,

keterbelakangan psikomotorik, penurunan berat badan yang berlebihan, atau rasa

bersalah yang berlebihan.

5

Page 6: Makalah Mood Disorder

c. Depresi psikotik (PMD) adalah istilah untuk episode depresif besar, terutama

dari sifat melankolis, di mana pengalaman-pengalaman pasien psikotik gejala seperti

delusi atau, lebih jarang terjadi, halusinasi.

d. Depresi katatonik adalah dimana penderitanya dapat mengalami kehilangan

ekstrem keterampilan motorik atau bahkan hiperaktif konstan aktivitas motorik.

Penderita kadang-kadang akan terus pose kaku berjam-jam dan akan mengabaikan

rangsangan eksternal. Penderita dapat juga menunjukkan stereotip, gerakan-gerakan

berulang-ulang.

e. Depresi pascamelahirkan (PPD) merupakan suatu bentuk depresi klinis yang

dapat mempengaruhi banyak perempuan. Depresi paska melahirkan terjadi pada wanita

setelah mereka membawa anak, biasanya dalam beberapa bulan pertama. Gejala

meliputi kesedihan, kelelahan, insomnia, perubahan nafsu makan, berkurangnya libido,

menangis episode, kecemasan, dan mudah marah.

f. Seasonal affective disorder (SAD), merupakan gangguan suasana hati yang

serius ketika perubahan musim Gejala SAD dapat terdiri dari: kesulitan bangun di pagi

hari, kecenderungan untuk kesiangan serta makan terlalu banyak, dan terutama

kerinduan untuk karbohidrat, yang menyebabkan kenaikan berat badan. Gejala lain

termasuk kekurangan energi, kesulitan berkonsentrasi menyelesaikan tugas-tugas, dan

penarikan diri dari teman-teman, keluarga, dan kegiatan social. Semua ini mengarah ke

depresi, pesimisme, dan kurangnya kesenangan yang mencirikan seseorang yang

menderita gangguan ini

2. Dysthymia

Dysthymia atau depresi yang neurotis ciri pokoknya adalah suasana hati depresi

yang kronis untuk setidaknya 1 tahun pada anak atau 2 tahun pada orang dewasa,

perasaan “kelabu”, hilangnya perasaan senang dalam berbagai aktivitas yang biasa

dilakukan, Beberapa gejala depresi seperti : nafsu makan berkurang,

hipersomna/insomnia, energi berkurang / mereasa lelah, self erteem rendah, konsentrasi

rendah, kesulitan membuat kepuusan, merasa putus asa. Bentuk depresi ini lebih ringan

daripada major depression.

3. Depresive Disorder not otherwise specified

6

Page 7: Makalah Mood Disorder

Depresive Disorder not otherwise specified atau gangguan depresi yang tidak

ditentukan, menurut DSM-IV, DD-NOS meliputi "depresi apapun yang tidak memenuhi

kriteria untuk gangguan tertentu." Yang termasuk ke dalam DD-NOS, yaitu :

• Depresi Singkat yang Berulang (RBD), dibedakan dari depresi major terutama oleh

perbedaan dalam durasi. Orang dengan RBD memiliki episode depresif sekitar sekali

per bulan, dengan episode individu berlangsung kurang dari dua minggu dan

biasanya sekitar 2-3 hari.

• Depresi minor, atau sekadar depresi kecil, yang mengacu pada suatu depresi yang

tidak memenuhi kriteria penuh depresi berat, setidaknya dua gejala yang hadir

selama dua minggu.

2.2.2 Gangguan Bipolar

Bipolar disorder atau manic-depressive disorder (juga disebut sebagai bipolar

afektif disorder atau manic depresi) adalah diagnosis psikiatri yang menjelaskan

kategori dari gangguan suasana hati ditentukan oleh kehadiran satu atau lebih episode

suasana hati meningkat secara tidak normal. Suasana hati ini secara klinis disebut

sebagai mania atau jika lebih ringan, hypomania.

Adapun mania yaitu suatu episode dimana terjadi peningkatan mood yang

ekstrim. Ciri-ciri mania :

a. Adanya mood dimana individu mudah marah atau tersinggung,

ekspansif, secara terus menerus meninggi, dan berifat abnormal.

b. Berlangsung minimal dalam waktu 1 minggu (atau kurang dari itu,

namun membutuhkan perawatan di rumah sakit)

c. Tiga atau lebih symptom muncul secara terus menerus

d. Cukup berat dan menyebabkan gangguan klinis yang signifikan

atau terganggunya berbagai fungsi,

e. Tidak dikarenakan penggunaan obat atau kondisi medis

f. Simptom, antara lain :

Terjadi peningkatan aktivitas – di pekerjaan, social atau seksual

Self esteem atau rasa bangga yang meningkat – keyakinan bahwa dirinya

memiliki kemampuan, kekuasaan atau bakat tertentu

7

Page 8: Makalah Mood Disorder

Penurunan kebutuhan untuk tidur

Lebih cerewet dari biasanya, adanya keinginan untuk tetap berbicara, bicaranya

cepat

Ide banyak bermunculan, adanya ide / pikiran melompat-lompat, perhatian mudah

terpecah / terbagi

Peningkatan aktivitas-aktivitas berorientasi tujuan

Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang berdampak negative,

miss belanja, promisquity

Hypomania ialah suatu periode dimana terjadi peningkatan mood namun dalam

taraf yang rendah, cirinya :

a. Adanya mood dimana individu mudah marah atau tersinggung

ekspansif, secara terus menerus meninggi, dan bersifat abnormal.

b. Berakhir dalam waktu 4 hari.

c. Tiga atau lebih symptorn muncul secara terus menerus.

d. Tidak cukup berat untuk menyebabkan gangguan klinis yang

signifikan atau terganggunya berbagai fungsi, perawatan di rumah sakit, tidak ada

gangguan psikotik.

e. Tidak dikarenakan penggunaan obat atau kondisi medis.

f. Simptorn, antara lain :

Terjadi peningkatan aktivitas – di pekerjaan, social atau seksual

Self esteem atau rasa bangga yang meningkat – keyakinan bahwa dirinya memiliki

kemampuan, kekuasaan atau bakat tertentu

Penurunan kebutuhan untuk tidur

Lebih cerewet dari biasanya, adanya keinginan untuk tetap berbicara, bicaranya

cepat

Adanya ide/pikiran melompat-lompat, perhatian mudah terpecah / terbagi

Peningkatan aktivitas-aktivitas berorientasi tujuan

Keterlibatan yang berlebihan dalam aktivitas-aktvitas yang berdampak negative,

miss belanja, promisquity

Beberapa subtipe gangguan bipolar yaitu:

a. Gangguan Bipolar I, menurut definisi yang digariskan dalam

DSM-IV, yang dianggap sebagai bentuk yang paling parah penyakit mental ini,

8

Page 9: Makalah Mood Disorder

adalah "Dicirikan oleh satu atau lebih Manic atau Mixed Episode, biasanya disertai

oleh Mayor Episode depresif”. Beberapa ciri-ciri gangguan Bipolar yaitu,

keputusasaan, menangis tak terkendali, pikiran atau usaha bunuh diri.

b. Gangguan Bipolar II adalah gangguan spektrum bipolar ditandai

dengan setidaknya satu hypomanic episode dan setidaknya satu episode depresif

utama; dengan gangguan ini, episode depresif lebih sering dan lebih kuat daripada

manic episode. Hal ini diyakini sebagai perilaku hypomania terdiagnosis karena

sering muncul sebagai fungsi sangat tinggi perilaku.

c. Cyclothymia, suatu kondisi yang menyebabkan ringan hypomanic

dan depresif episode. Secara khusus, gangguan ini adalah bentuk yang lebih ringan

gangguan bipolar II yang terdiri dari gangguan mood yang berulang antara

hypomania dan dysthymic suasana hati. Satu episode hypomania cukup untuk

mendiagnosis gangguan cyclothymic tetapi, sebagian besar individu juga memiliki

dysthymic periode.

2.2.3 TEORI PISKOLOGI TENTANG GANGGUAN SUASANA HATI

1. Teori Psikoanalisis Tentang Depresi

Menurut Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada awal masa kanak-

kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang/ terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga

ia terfiksasi pada fase ini mengakibatkan individu dependen, low self esteem.

Hipotesanya adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri

dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan. Lama-lama ia malah marah

pada dirinya sendiri, merasa bersalah.

2. Teori Kognitif Tentang Depresi

a. Teori depresi Beck (1967)

Tesis utamanya bahwa individu yang depresi merasa demikian karena pemikiran

mereka dibiakan pada interpretasi negatif. Menurut Beck, memandang dunia secara

negatif muncul karena adanya peristiwa tidak menyenangkan pada masa kanak-kanak

atau remaja, dengan adanya triad negatif: pandanagn negatif tentang diri sendiri, dunia,

dan masa depan yang sangat jauh untuk dijangkau. Triad negatif ini mempengaruhi

penilaian individu tentang kemampuannya beradaptasi dengan lingkungan.

9

Page 10: Makalah Mood Disorder

Berikut ini adalah bias kognitif yang biasanya muncul pada individu yang

mengalami depresi:

a. Penyimpulan yang arbiter, yaitu kesimpulan yang diambil tanpa ada bukti yang

cukup, bahkan tanpa bukti sama sekali.

b. Abstraksi selektif, yaitu kesimpulan yang diambil berkaitan dengan salah satu

elemen dalam situasi.

c. Overgeneralisasi, penyimpulan keseluruhan yang ditarik berdasarkan peristiwa

tunggal, yang mungkin mengecoh.

d. Membesarkan atau mengecilkan, yaitu berlebihan dalam penilaian performa.

b. Teori helplessness/ hopelessness

1) Teori Learned Helplessness

Menurut teori ini, kepasifan individu dan perasaan tidak dapat melakukan atau

mengontrol hidupnya, diperoleh dari pengalaman tidak menyenangkan dan trauma yang

gagal dikontrol oleh individu, menghasilkan ketidakberdayaan yang mengakibatkan

depresi.

2) Attribution and Learned Helplessness

Menurut teori ini, individu akan mengalami depresi apabila mereka

mengatribusi peristiwa negatif adalah dengan atribusi global (menggeneralisasikan

efek kegagalan) dan stabil. Individu yang rentan terhadap depresi adalah yang

memperlihatkan gaya atribusi depresif, yaitu kecenderungan untuk mengatribusi hasil

yang buruk pada kesalahan pribadi yang global dan menetap.

3) Teori Hopelessness

Dimana peristiwa yang menyakitkan akan diatribusikan pada faktor global atau

faktor kognitif lain sehingga akan memunculkan perasaan tidak ada harapan, tidak ada

respon yang memungkinkan untuk mengatasi situasi dan perkiraan bahwa hasil yang

diharapkan tidak akan terjadi, pada kahirnya menimbulkan depresi.

3. Teori Interpersonal Tentang Depresi

Menurut teori ini, individu yang depresi cenderung memiliki hubungan sosial

yang kurang baik dan menganggap mereka kurang memberikan dukungan. Sedikit

dukungan sosial dapat mengurangi peristiwa hidup yang negatif dan membuat mereka

rentan terhadap depresi.

Sudut pandang lainnyamenyetakan bahwa individu depresi cenderung mencari-

cari kepastian bahwa orang lain sungguh-sungguh memperhatikan mereka, meskipun

sudah cukup meyakinkan akan hal ini, mereka masih kurang merasa puas. Konsep diri 10

Page 11: Makalah Mood Disorder

yang negatif menyebabkan mereka meragukan umpan balik yang diterima, dan mereka

terus mencari kepastian, dan hal ini mulai mengganggu orang lain. Selanjutnya mereka

mencari umpan balik negatif untuk memvalidasi konsep diri mereka yang negatif.

4. Teori Psikologi Tentang Gangguan Bipolar

a. Tekanan hidup adalah faktor penting munculnya gangguan bipolar.

Dukungan sosial dapat mempercepat penyembuhan simptom depresi, tapi tidak simtom

mania.

b. Attributional style + sikap disfungsi + kejadian buruk ---->peningkatan simptom depresi

ataupun mania pasien bipolar.

c. Self esteem individu mania mungkin sangat rendah.

2.2.4 TEORI BIOLOGI TENTANG MOOD DISORDER

1. Genetic Data

Penelitian mengenai faktor genetis pada gangguan unipolar dan bipolar

melibatkan keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-

15% keluarga dari pasien yang mengalami gangguan bipolar pernah mengalami satu

episode gangguan mood (Gherson, 1990, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Pada

gangguan unipolar, meskipun faktor genetis mempengaruhi, namun kurang menentukan

dibandingkan gangguan bipolar. Resiko akan meningkat pada keluarga pasien yang

memiliki onset muda saat mengalami gangguan. Berdasarkan beberapa data diperoleh

bahwa onset awal untuk depresi, munculnya delusi, dan komorbiditas dengan gangguan

kecemasan dan alkoholisme meningkatkan resiko pada keluarga (Goldstein, et al.,

1994; Lyons et al., 1998, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).

2. Neurochemistry dan Mood Disorders

Dua neurotransmitter yang berperan dalam gangguan mood adalah

norepinephrine dan serotonin. Norepinephrine terkait dengan gangguan bipolar dimana

tingkat norephinephrine yang rendah menyebabkan depresi dan tingkat yang tinggi

menyebabkan mania. Sedangkan untuk serotonin, tingkatnya yang rendah juga

menyebabkan depresi. Terdapat dua kelompok obat untuk depresi, yaitu tricyclics dan

monoamine oxidase (MAO) inhibitors. Tricyclics seperti imipramine (tofranil) adalah

obat antidepresan yang berfungsi untuk mencegah pengambilan kembali

norephinephrine dan serotonin oleh presynaptic neuron setelah sebelumnya dilepaskan,

meninggalkan lebih banyak neurotransmitter pada synapse sehingga transmisi pada

impuls syaraf berikutnya menjadi lebih mudah. Monoamine oxidase (MAO) inhibitors

merupakan obat antidepresan yang dapat meningkatkan serotonin dan norephineprhine. 11

Page 12: Makalah Mood Disorder

Terdapat pula obat yang dapat secara efektif mengatasi gangguan unipolar, yaitu

Selective Serotonin Reuptake Inhibitors, seperti Prozac. Namun diperlukan penelitian

lebih lanjut untuk melihat efek samping dari berbagai obat antidepresan tersebut

sehingga peningkatan dari norephineprhine dan serotonin tidak menimbulkan

komplikasi lainnya.

3. Sistem Neuroendokrin

Area limbik di otak berhubungan dengan emosi dan mempengaruhi

hipotalamus. Hipotalamus kemudian mengontrol kelenjar endokrin dan tingkat hormon

yang dihasilkannya. Hormon yang dihasilkan hipotalamus juga mempengaruhi kelenjar

pituitary. Relevansinya terkait dengan simtom vegetatif pada gangguan depresi, seperti

gangguan tidur dan rangsangan selera. Berbagai temuan mendukung hal tersebut,

bahwa orang yang depresi memiliki tingkat dari cortisol (hormon adrenocortical) yang

tinggi, hal itu disebabkan produksi yang berlebih dari pelepasan hormon rotropin oleh

hipotalamus (Garbutt, et al., 1994 dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Produksi

yang berlebih dari cortisol pada orang yang depresi juga menyebabkan semakin

banyaknya kelenjar adrenal (Rubun et al., 1995, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).

Banyaknya cortisol tersebut juga berhubungan dengan kerusakan pada hipoccampus

dan penelitian juga telah membuktikan bahwa pada orang depresi menunjukkan

hipoccampal yang tidak normal. Penelitian mengenai Cushing’s Syndrome juga

dikaitkan dengan tingginya tingkat cortisol pada gangguan depresi.

4. An Integrated Theory of Bipolar Disorder

Gangguan bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem motivasional

yang disebut dengan behavioral activation system atau BAS. BAS memfasilitasi

kemampuan manusia unuk mendekati atau memperoleh reward dari lingkungannya dan

ini telah dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti

ekstrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara

biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan

dopamine neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward.

Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward diprediksi

meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan

perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait dengan perubahan

dalam simtom depresi. Dengan demikian, BAS dan manifestasi perilakunya, yaitu

pencapaian tujuan diasosiasikan dengan simtom mania dari gangguan bipolar.

2.5 TERAPI UNTUK GANGGUAN SUASANA HATI 12

Page 13: Makalah Mood Disorder

2.5.1 Terapi-terapi Psikologis untuk Depresi

1. Terapi Psikodinamik

Disebabkan depresi dianggap berasal dari perasaan akan kehilangan yang kemudian

direpres dan juga kemarahan yang secara tidak disadari diarahkan ke diri sendiri, maka

terapi psikoanalis mencoba untuk membantu pasiennya memperoleh insight mengenai

konflik yang direpres dan mendorong pelepasan kemarahan yang selama ini diarahkan ke

dalam dirinya. Tujuan dari terapi psikoanalis adalah untuk membuka motivasi

tersembunyi tentang depresi pasien. Pasien seringkali menyalahkan dirinya sendiri atas

kurangnya kasih sayang yang diberikan orang tua dan kemudian me-repres keyakinan

tersebut. Terapis harus membimbing pasiennya untuk mengkonfrontasi kenyataan dan

membantu pasien untuk menyadari rasa bersalah yang tidak berdasar tersebut. Selain itu

juga membebaskan pasien dari lingkungan masa kecilnya yang penuh dengan tekanan.

Tidak banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui efektivitas dari terapi

psikodinamik ini.

Terdapat pula terapi interpersonal (IPT) dari Klerman dan Weissman’s yang dapat

mengatasi gangguan depresi dengan menekankan pada peningkatan kemampuan

interpersonal atau sosial, serta interaksi dengan orang lain. Terapi tersebut lebih kepada

terapi kelompok yang menekankan pada pemahaman yang baik mengenai masalah

interpersonal yang mendorong depresi. Pasien dibebaskan untuk mendiskusikan berbagai

masalah interpersonal saat ini dan bukan masa lampau.

2. Terapi Cognitive-Behavioral

Depresi terjadi karena skema yang negatif dan kesalahan dalam proses berpikir.

Terapis mencoba mempersuasi pasien depresi untuk mengubah pandangan tentang

dirinya sendiri dan peristiwa. Terapis juga meminta pasien untuk memperhatikan

pernyataan pribadinya dan mengidentifikasi semua pola pikirnya yang menyebabkan

depresi agar dapat membuat asumsi yang lebih positif serta realistis. Dapat pula

dikembangkan metode Ellis’s rational emotive dan analisis Beck. Melalui metode

tersebut, pasien dapat diminta untuk melakukan hal positif ketika mengalami depresi atau

terapis memberikan aktivitas pada pasien yang berkaitan dengan pengalaman akan

kesuksesan dan membuat pasien berpikir positif mengenai dirinya sendiri. Dengan

demikian pendekatannya adalah melakukan perubahan struktur kognitif dengan cara

mempersuasi pasien memperoleh perbedaan dalam berpikir.

3. Terapi-terapi Psikologis untuk Gangguan Bipolar

13

Page 14: Makalah Mood Disorder

Intervensi cognitive-behavioral dapat dilakukan dengan target pada pemikiran

dan perilaku interpersonal yang buruk pada saat mood mudah berpindah sehingga lebih

efektif. Selain itu, pemberian pengetahuan mengenai gangguan bipolar dan treatment-

nya juga dapat meningkatkan ketaatan penyembuhan dengan menggunakan lithium,

dimana membantu mengurangi mood yang mudah berpindah dan membuat kehidupan

pasien lebih stabil (Craighead et al., 1998; Peet & Harvey, 1991; Vant Gent, 2000,

dalam Davison, Neale, & Kring, 2004). Masalah yang timbul adalah pasien cenderung

kehilangan insight tentang perilaku mereka yang tidak sesuai dan cenderung merusak.

Hal itu membuat intervensi juga perlu dilakukan pada keluarga dengan mengajarkan

mereka tentang gangguan dan bagaimana harus memperlakukan pasien serta

menciptakan suasana yang mendukung kesembuhan pasien. Dapat pula dilakukan

family-focused treatment (FFT), yaitu pemberian pengetahuan pada keluarga mengenai

gangguan, meningkatkan komunikasi dalam keluarga, dan melatih kemampuan untuk

menyelesaikan masalah (Miklowitz, 2001; Miklowitz & Goldstein, 1997, dalam

Davison, Neale, & Kring, 2004). Kombinasi antara terapi obat dan terapi ini lebih

efektif dibandingkan menggunakan terapi obat saja.

2.5.3 Terapi-terapi Biologis untuk Gangguan Mood

1. Electroconvulsive therapy (ECT)

Meskipun masih kontrovesial, ECT yang dikemukakan oleh Cerletti dan Bini

dianggap merupakan pengobatan yang paling optimal untuk depresi yang parah.

Elektroda dengan kekuatan antara 70-130 volt diletakkan pada setiap sisi kepala

memungkinkan untuk melewati kedua hemisfer otak, metode ini adalah bilateral ECT.

Namun, saat ini lebih sering diletakkan pada satu hemisfer saja (kiri) untuk mengurangi

efek samping pada kognisi, seperti hilangnya memori. Dulu, pasien melalui ECT dalam

keadaan sadar sehingga terkadang dapat menimbulkan tulang patah. Saat ini, pasien

diberikan bius singkat dan suntikan relaksasi otot sebelum dilakukan ECT. Mekanisme

kerja dari ECT tidak diketahui. Secara umum, ECT mengurangi aktivitas metabolisme

dan sirkulasi darah ke otak. Biasanya dilakukan setelah terapi lainnya mengalami

kegagalan.

2. Drug therapy

Umumnya, obat-obatan lebih sering digunakan untuk mengatasi gangguan

mood. Namun tidak dapat diterapkan pada setiap pasien dan efek samping yang

ditimbulkan biasanya serius.

a. Terapi Obat untuk Gangguan Depresi :14

Page 15: Makalah Mood Disorder

Obat-obat utama untuk depresi adalah

1) Tricyclics, seperti imipramine (Tofranil), dan amitriptyline (Elavil).

2) Selective Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine (Prozac) dan

sertraline (Zoloft).

3) Monoamine oxidase (MAO) inhibitors, seperti tranylcypromine (Parnate).

Dari ketiga jenis obat tersebut, MAO inhibitors memiliki efek samping yang paling

besar sehingga yang paling banyak digunakan adalah dua jenis obat yang lainnya.

Penggunaan obat antidepresan ini biasanya juga dikombinasikan dengan penggunaan

terapi lainnya. Obat antidepresan biasanya digunakan untuk depresi yang parah,

namun meskipun penggunaannya mengurangi episode depresi, secara umum

kekambuhan dapat muncul setelah penggunaan obat dihentikan (Reimherr et al.,

2001, dalam Davison, Neale, & Kring, 2004).

b. Terapi Obat untuk Gangguan Bipolar

Berkaitan dengan gangguan bipolar, terapi menggunakan lithium karena dapat

mengatasi episode mania dan depresi secara efektif. Dilakukan dengan mengontrol

dosis dari lithium carbonate, yang lebih efektif digunakan pada gangguan bipolar

dibandingkan unipolar. Lithium memberikan pengaruhnya secara bertahap, biasanya

terapi diawali dengan penggunaan lithium dan antipsikotik seperti Hafdol untuk

memberikan efek penenang dengan cepat. Pasien harus melakukan tes darah secara

teratur untuk memastikan tingkat penggunaan lithium tidak terlalu tinggi sehingga

menjadi racun bagi tubuh. Penggunan lithium juga harus secara teratur karena

kekambuhan gangguan masih dapat terjadi.

15

Page 16: Makalah Mood Disorder

BAB III

KESIMPULAN

Mood adalah pengalaman emosional individu yang bersifat menyebar, kondisi

perasaan yang terus ada yang mewarnai kehidupan psikologis kita. Perasaan sedih atau

depresi bukanlah hal yang abnormal dalam konteks peristiwa atau situasi yang penuh

tekanan. Namun orang dengan Gangguan Mood (Mood Disorder) mengalami gangguan

mood yang sangat parah atau berlangsung sangat lama dan mengganggu kemamapuan

mereka untuk berfungsi dalam memenuhi tanggung jawab secara normal.

Gangguan suasana hati terdiri dari gangguan depresi dan gangguan bipolar.

Beberapa terapi yang dapat digunakan untuk individu yang mengalami gangguan

suasana hati dapat dilakukan dengan terapi pikologi dan terapi biologis.

16