makalah mata kuliah studi islam "al-qur'an sebagai sumber agama islam"
DESCRIPTION
SEKLOAH TINGGI ISLAM MA'HAD ALYBABAKAN CIWARINGIN CIREBONTRANSCRIPT
1
BAB 1 PENDAHULUAN
Al Quran adalah pedoman hidup umat manusia terlebih umat Islam, dan dalam bab ini dibahas
tentang Al Qur’an sebagai Sumber Agama Islam, Setelah mempelajari bab ini penulis berharap kita
mampu menerangkan dan mengemukakan pendapat mengenai Al-Qur’an Sebagai Sumber Agama
Islam. Di antaranya adalah :
a) Dapat mengetahui pengertian dasar Al-Qur’an.
b) Kandungan dan Fungsi Al Qur’an.
c) Memahami betul bahwa al Qur’an adalah Firman Allah
d) Mengetahui mengapa Al-Qur’an dijadikan sebagai Sumber Agama Islam.
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Secara Etimologi (bahasa), kata Al Quran merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja qara’a
(جمع ) atau bermakna jama’a ,[keduanya berarti: membaca] (ت�����ال ) yang bermakna talaa (ق���رأ)
(mengumpulkan, mengoleksi),1) Berkaitan dengan asal kata Al-Qur’an, ada beberapa pendapat.2)
Pertama : Al-Syafi’i [150-204H] berpendapat bahwa kata al-quran ditulis dan dibaca tanpa
hamzah dan tidak diambil dari kata lain. Ia adalah nama yang khusus dipakai untuk
kitab suci yang diberikan kepada nabi Muhammad, sebagaimana kitab injil dan taurat
dipakai khusus untuk kitab-kitab Tuhan yang diberikan kepada nabi Isa dan Musa.
Kedua : Al-Fara’ dalam kitabnya Ma’an Al-Quran berpendapat bahwa lafal al-quran tidak
memakai hamzah, dan diambil dari kata qara’in, jama’ dari qarinah, yang berarti
indikator (petunjuk). Hal ini disebabkan karena sebagian ayat-ayat al-qur’an itu
serupa satu sama lain, maka seolah-olah sebagian ayat-ayatnya merupakan indikator
dari apa yang dimaksud oleh ayat lain yang serupa itu.
Ketiga : Al-Asy’ari berpendapat bahwa lafal al-qur’an tidak memakai hamzah dan diambil
dari kata qarana, yang berarti menggabungkan. Hal ini disebabkan karena surat-surat
dan ayat-ayat al-qur’an dihimpun dan digabungkan dalam satu mushaf.
Keempat : Al-Zajjaj berpendapat bahwa lafal al-quran itu berhamzah, mengikuti wazan fu’lan
dan diambil dari kata al-qar’u yang berarti menghimpun. Hal ini karena al-quran
merupakan kitab suci yang menghimpun inti sari ajaran-ajaran dari kitab-kitab suci
sebelumnya.
___________________ 1) JEKA JEKO BLOGS
2) IBNU UMAR’S Blog
2
Kelima : Al-Lihyani berpendapat bahwa lafal al-quran berhamzah. Bentuk mashdar-nya
diambil dari kata qara’a yang berarti membaca. Hanya saja, lafal al-qur’an ini
menurut al-Lihyani berbentuk mashdar dengan makna isim maf’ul. Jadi, Al-qur’an
artinya maqru’(yang dibaca).
Keenam : Subhi al-Shalih menyatakan Al Qur’an berarti Bacaan (Al-Qira’ah) sebagaimana
dalam (QS al-Qiyamah [75] 17-18.)
“Sesungguhnya atas tangguhan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuat kamu pandai)
membacanya. Apabila Kami telah selesai membacanya, maka ikutilah bacaan itu.” (QS al-Qiyamah: 17-18)
Secara terminologi (Syar’i), Al Quran adalah Kalam Allah SWT yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri
dengan surat an-Naas, serta membacanya adalah ibadah. 3)
B. Kandungan Dan Fungsi Al-Qur’an
1. Kandungan Al Qur’an
Al-Qur’an adalah kitab yang sarat dengan kandungan, mulai hukum, aqidah, etika,
hubungan sosial dan sebagainya. Dari keseluruhan isi Al-Qur’an itu, pada dasarnya mengandung
pesan-pesan sebagai berikut : 4)
1. Masalah Tauhid, termasuk di dalamnya masalah kepercayaan terhadap yang gaib;
2. Masalah Ibadah, yaitu kegiatan-kegiatan dan perbuatan-perbuatan yang mewujudkan dan
menghidupkan di dalam hati dan jiwa
3. Masalah Janji dan ancaman, yaitu janji dengan balasan baik bagi mereka yang berbuat baik
dan ancaman atau siksa bagi mereka yang berbuat jahat, janji akan memperoleh kebahagian
dunia akherat, dan ancaman akan mendapat kesengsaraan dunia akherat, janji dan ancaman
di akhirat berupa surga dan neraka;
4. Jalan menuju kebahagiaan dunia-akhirat, berupa ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan
yang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridhohan Allah; dan
5. Riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang-orang terdahulu, baik sejarah bangsa-bangsa, tokoh-
tokoh, maupun Nabi dan Rosul Allah.
___________ 3) JEKA JEKO BLOGS
4) IBNU UMAR’S Blog
3
Ditinjau secara garis besar hukum-hukum yang terkandung al-Qur’an dapat dikelompokkan
menjadi tiga. 5)
Pertama : Hukum-Hukum yang berkenaan dengan I’tiqad (kenyakinan) yaitu hukum-hukum
yang berhubungan dengan iman kepada Allah SWT, malaikat-malaikat-Nya, dan
Rasul-Rasul-Nya.
Kedua : Hukum-Hukum yang berkenaan dengan Akhlak (Etika), yaitu hukum-hukum yang
berhubungan dengan perilaku hati yang mengajak manusia untuk berakhlak mulia
dan berbudi luhur
Ketiga : Hukum-hukum yang berkenaan dengan Amaliyyah (Perbuatan dan Ucapan), yaitu
hukum-hukum yang berhubungan dengan semua tindakan yang dilakukan oleh
manusia secara nyata, meliputi ucapan serta perbuatan yang berhubungan dengan
perintah, larangan, dan penawaran yang terdapat al-Qur’an.
Pokok kandungan yang ketiga ini secara dimensional mencakup pola hubungan vertikal dan
horisontal. Amaliyyah yang berdimensi vertikal adalah amaliyyah yang berkanaan dengan
hubungan dengan hamba dengan Allah. Bentuknya adalah ibadah. Bentuk ibadah antara lain:
mahdlah, seperti sholat dan puasa. Ada berbentuk ghairu mahdlah yang juga mengandung
maliyyah-ijtima’iyyah (sosial-kebendaan) seperti zakat dan juga badaniyyah-ijtima’iyyah (sosial-
kejasmani) sebagaimana haji. Keempat jenis ibadah ini(shalat, puasa,zakat, dan haji) dijadikan
sebagai dasar Islam setelah iman.
Adapun amaliyyah yang berdimensi horizontal adalah amaliyyah yang berkenaan dengan
hubungan antar hamba satu dengan yang lainnya. Amaliyyah jenis ini dapta diklasifikasikan
menjadi empat macam : 6)
Aturan syari’at yang berorientasi perluasan dan pengamanan dakwah Islam, yaitu jihad;
Aturan syari’at yang berorientasi membangun tatanan rumah tangga sebagaimana hal ihwal
perkawinan, talak, nasab, pembagian harta pustaka dan lain sebagainya;
Aturan yang berorientasi pada regulasi hubungan antar manusia seperti jual beli,
persewaan,dll yang dikenal dengan Transaksi
Aturan atau undang-undang yang memuat sanksi atas tindak kejahatan. Hal ini diterapkan
dengan qishash dan had.
_____________ 5) M-Ihwanuddin Blog 6) Henker17 Blog
4
2. Fungsi Al Qur’an
Nama-nama lain untuk Al-Qur’an di kembangkan oleh ulama sedemiian rupa, sehingga
Abu Hasan Al-Harali memberikan nama sebanyak 90 nama dan Abd Al-Ma’ali Syaizalah
memberikan nama sebanyak 55 nama. Pemberian nama terhadap Al-Qur’an yang begitu banyak
tidak disetujui oleh sebagian ulama, antara lain subhi shalih. Menurut beliau, pemberian nama yang
banyak terhadap Al-Qur’an dinilai berlebihan sehingga terkesan adanya pencampuradukan antara
nama-nama Al-Qur’an dan sifat-sifat Al-Qur’an. (Muhaimin, dkk., 1994 : 88).
Sebagian nama-nama tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung,
memperlihatkan fungsi-fungsi Al-Qur’an. Dari sudut isi atau substansinya, Al-Qur’an sebagai
tersurat dalam nama-namanya adalah sebagai berikut :
Al-Huda (Petunjuk). Dalam Al-Qur’an terdapat tiga kategori tentang posisi Al-Qur’an
sebagai petunjuk.
Pertama, petunjuk bagi manusia secara umum 7).
Kedua, Al-Qur’an adalah petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa 8)
Ketiga, petunjuk bagi orang-orang yang beriman. 9)
Al-Furqan (Pemisah). Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa ia adalah ugeran10) untuk
membedakan dan bahkan memisahkan antara yang hak dan yang batil, atau antara yang
benar dengan yang salah. 11)
Al-Syfa (obat), dalam Al-Qur’an yang mashur ada 6 ayat yang di sebut Ayat syfa (ayat-
ayat yang bisa menjadi obat) walaupun sebenarnya semua ayat dalam Al Qur’an bisa
menjadi obat 12)
Al-Mau’izhah (Nasihat). Dalam Al-Qur’an diatakan bahwa ia berfungsi sebagai nasihat
bagi orang-orang bertakwa. 13) Allah berfirman, “Al-Qur’an ini adalah penerangan bagi
seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.”
____________________________________________________________________ 7) (Q.S. Al-Baqarah [2]:185).
8) (Q.S Al-Baqarah [2]:2). ayat lain diantaranya (Q.S Ali Imran [3]:138)
9) (Q.S. Fushshilat [41]:44). ayat lain diantaranya (Q.S Yunus[10]:57).
10) Norma atau Kaidah
11) (Q.S. Al-Baqarah [2]:185).
12) (Q.S. Al-Isro’ [17]:82)., (Q.S. Yunus [10]:57)., (Q.S. An Nahl [16]:69)., (Q.S. As Shu’ara [26]:80)
(Q.S. Fussilat [41]:44)., (Q.S. Al-Taubah [9]:14).
13) (Q.S. Ali Imran [3] : 138)
5
Demikian fungsi Al-Qur’an yang diambil dari nama-namanya yang difirmankan Allah
dalam Al-Qur’an, sedangkan fungsi Al-Qur’an dari pengalaman dan penghayatan terhadap
isinya dipastikan berbeda-beda, meskipun persamaan-persamaan pengalaman itu pun tidak
diabaikan, Menurut M. Quraish Shihab, al-Qur’an turun dengan memiliki beberapa fungsi:
1) Bukti kerasulan Nabi Muhammad dan kebenaran ajaran yang dibawanya;
2) Petujuk aqidah dan kepercayaan yang harus dianut oleh manusia;
3) Petunjuk mengenai akhlak yang murni dengan jalan menerangkan norma-norma
keagaman dan susila yang harus diikuti oleh manusia dalam kehidupannya secara
individual dan kolektif;
4) Petunjuk syari’at dan hukum dengan jalan menerangkan dasar-dasar hukum yang
harus diikuti oleh manusia dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama manusia.
Atau dengan kata lain, al-Qur’an adalah petunjuk bagi seluruh manusia kejalan yang
harus ditempuh demi kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
C. Al Qur’an Sebagai Firman
Dilihat dari sejarah dan proses pewahyuan, Al-Qur’an tidak diturunkan secara sekaligus, tetapi
melalui tahapan-tahapan tertentu secara periodik, sedikit demi sedikit dan ayat demi ayat. Hikmah
pewahyuan semacam ini adalah untuk memberikan pemahaman bahwa setiap Al-Qur’an tidak hampa sosial.
Pewahyuannya sangat bergantung pada lingkup dan persoalan-persoalan kemasyarakatan dari aspek ini,
sebagian ayat Al-Qur’an merupakan jawaban terhadap berbagai persoalan sosial yang melanda kehidupan
manusia. Proses turunya wahyu adakalanya dilatarbelakangi oleh sebuah peristiwa, atau pertanyaan
sahabat, dan adakalanya tanpa sebab yang menjadi latar belakangnya. Artinya, ada ayat yang turun
tanpa ada preseden yang mandahulinya.
Sebagai wahyu, Al-Qur’an bukan hasil dari pemikiran dan ciptaan Nabi Muhammad SAW,
mereka yang mengatakan bahwa Al-Qur’an itu pikiran dan ciptaan Nabi Muhammad SAW, tidak
benar dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, Karena Allah menjamin Bahwa Al-Qur’an
dipelihara dengan sebaik-baiknya.14) Bahkan Allah menantang untuk membuat satu surat yang
semisal dengan Al-Qur’an kepada mereka yang masih meragukan Al-Qur’an wahyu dari Allah 15)
Tantanga tersebut disertai pula dengan ancaman berupa kepastian bahwa manusia tidak akan
mampu menciptakan semisal Al-Qur’an.16)
Demikianlah kedudukan Al-Qur’an sebagai firman Allah. Berdasarkan substansinya, Al-
Qur’an bukanlah ciptaan Nabi Muhammad SAW, ia dipelihara oleh Allah yang mewahyukannya
___________________________________ 14) (Q.S Al-Hijr [15]:9)
15) (Q.S Al-Baqarah [2]:23)
16) (Q.S Al-Baqarah [2]:24)
6
D. ‘Ulum Al Qur’an dan Tafsirnya
Pewahyuan berlangsung selama kurang lebih 23 tahun Nabi Muhammad berada di kota 13
Tahun sebelum Nabi Hijrah ke Madina dan 10 tahun setelah nabi Hijrah ke (‘Ulum Al-Qur’an.
Muhaimin dkk., 1994 :89). Proses penurunan wahyu dibagi menjadi 3 priode : 17)
Pertama : Periode saat nabi Muhammad masih bersetatus Nabi, (menerima wahyu pertama al-
Alaq, Status beliu berubah menjadi Rosul setelah menerima wahyu yang ke dua (Q.S
Al-Muddatsir [74]:1-2). Inilah ayat-ayat makiyyah yang mengandung tiga hal yaitu
Pedidikan bagi Rosul dalam membentuk kepribadian, Pengetahuan tentang Allah, dan
Ajaran tentang dasar-dasar Akhlak Islamiyah.
Kedua : Periode pertarungan antara umat islam dengan orang jahiliyah sekitar 8-9 tahun.
Ketiga : Peride kebebasan umat islam di Madinah yaitu sekitar 10 tahun, ayat-ayat yang turun
disebut ayat madaniyyah.
Al-Qur'an mengandung 77.439 kata dan 323.015 huruf.18) Menurut Abd Al-Rohman As-
Salami, Al-Suyuti, dan al-Lusi secara berturut-turut jumlah ayat al-Qur'an adalah 6.326 ayat, 6000
ayat, 6.616 ayat. Perbedaan disebabkan masuk dan tidaknya kalimat basmalah dan fawatir al-
suwar. Kemudian Jumlah ayat dibagi jadi 554 ruku', 30 juz dan 114 surat. 19) Dilihat dari panjang
pendeknya maka surat di Al Qur’an dibagi menjadi empat kelompok, yaitu:
1. Al-Sab'al tiwal, yaitu tujuh surat panjang seperti al-Baqoroh, ali Imron, an-Nisa', al-A'rof,
al-An'am, al-Maidah, dan Yunus.
2. Al-Mi'un, surat-surat yang memuat 100 ayat lebih seperti surat Hud, Yusuf, dan al-Mu'min.
3. Al-Matsani, surat yang kurang dari 100 ayat seperti al-Anfal dan al-Hijr.
4. Al-Mufashol, surat-surat pendek seperti an-Nas, al-Falaq, dan al-Kafirun.
Cara turunnya wahyu ada empat macam, yaitu:
1. Malaikat memasukan wahyu kedada nabi Muhammad n.
2. Malaikat datang dengan bentuk seorang laki-laki kepada Muhammad n.
3. Malaikat menampakkan dirinya dengan rupa aslinya.
4. Wahyu datang kepada nabi seperti gemerincing lonceng.
________________________________ 17) M. Quraish Shihab (1995:35-38) 18) M. Quraish Shihab (1996 ; 4), 19) Kafrawi Ridwan dkk,.
7
Pada masa Nabi Muhammad Ayat-ayat Al-Qur'an masih berserakan, ada yang di tulis21) di
pelepah daun kurma, lempengan batu, dan kepingan tulang serta dihafal,20) hingga datang masa
Khulafaurrosyidin Al-Qur'an dibukukan. Pada masa Abu Bakar proses pengumpulan dalam bentuk
mushaf dan disimpan di rumah Abu Bakar. Pada zaman Umar bin Khotob Mushaf tersebut
disimpan di rumahnya dan setelah beliau wafat disimpan di rumah Hafsoh. Hingga pada masa
Utsman bin Affan Al-Quran lebih disempurnakan dan disebut dengan Mushaf Utsmani. Kemudian
digandakan dan dikirim ke berbagai wilayah kaum muslimin dan dijadikan standar untuk
pencetakan pada tahun-tahun setelahnya.22)
Para ulama mengelompokkan ayat-ayat al-Qur'an menjadi dua bagian, yaitu ayat-ayat yang
jelas (muhkamat) dan ayat-ayat yang membutuhkan penjelasan (tafsir) lebih lanjut (mutasyabihat).
Dan dalam memahami Al Qur’an para ulama memerlukan ilmu bantu untuk memahami Al-Qur’an
diantaranya ‘Ulum al-Qur’an dan ilmu tafsir. Dalam ulum Al-Qur’an dibahas, umpamanya, ayat-
ayat makiyyah, sebab-sebab turun Al-Qur’an (asbab nuzul), i’rab al-Qur’an, ilmu Qira’ah, muhkam
dan mutasyabih, am dan khas, nasikh dan mansukh muthlaq dan muqayyad dan mafhum, haqiqah
dan majaz, kinayah, ijaj dan ithnab, dan ta’wil. (Jalaludin al-Syuthi, t.th 203 dan 209).
Pengertian tafsir secara bahasa adalah penjelasan dan keterangan (al-idlah wa al-bayan)
(Muhammad Husaeni al-Dzahabi, 1976:13). Berasal dari wazan taf'il dari kata fassara yang berarti
menerangkan, membuka dan menjelaskan makna yang ma'qul. (Manna' al-Qathan, 1981:227).
Sedangkan Pengertian Tafsir secara istilah 23) adalah ilmu yang membahas cara melafalkan lafad-
lafad al-Qur'an serta menerangkan makna yang dimaksudnya sesuai dengan petunjuk yang dzohir
sebatas kemampuan manusia. Adapun fungsi tafsir adalah untuk mejelaskan segala yang
disyariatkan oleh Allah kepada manusia untuk ditaati dan dilaksanakan.(abd al-Hayyi al-Farmawi,
1977:16)
Seorang mufassir harus mengetahui dan memahani bahasa arab dengan segala isinya,
Mengetahui ilmu sebab turun (Asbabun Nuzul), ilmu qiroah, ilmu tauhid, ilmu nasikh dan mansukh,
serta mengetahui hadits- hadits nabi (Kafrawi Ridwan dkk, 1994: 30), seorang Mufassir juga harus
punya i'tiqod yang kuat, keikhlasan dan kemurnian tujuan, mendasarkan tafsirnya kepada al-Sunah,
dan punya wawasan yang luas di berbagai ilmu bantu seperti bahasa arab dan yang lainnya.
(Kafrawi Ridwan dkk, 1977: 17-20),
______________ 20) Para penghapal Al Qur’an di antaranya adalah Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman Bin Afan, Ali bin Abi
Tholib, Sa’ad,Huzaifah, Abu Hurairoh, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Umar bin Khathab, Abdullah bin Abbas, Mu’awiyah bin Abu Sufyan, ‘Aisyah dan lainnya
21) Para Penulis Al Quran di antaranya adalah Abu Bakar, Umar bin Khathab, Utsman Bin Afan, Ali bin Abi Tholib, Zaid bin Tsabit, ubay bin ka’ab dan Kholid bin Walid
22) Sejarah pembukuan Al - Qur’an terdapat dalam kitab Tarikh Al Quran karya Abu ‘Abdullah Al-Zanzani 23) Pendapat Abu Hayan
8
Priode tafsir dibagi menjadi dua bagian (Quraish Shihab (1995; 71-72)). Pertama, periode
nabi , sahabat, dan tabi'in kira-kira sampai tahun 150 H yang di sebut dengan tafsir bi al-ma'tsur.
Para ahli tafsir periode ini diantaranya adalah Ibnu Mas'ud, Abdullah bin al-Abbas, Zaid bin Tsabit
dan lainnya. Selanjutnya pada masa Tabi'in dan di sebut (Thobaqot Al Mufasirin) diantaranya
adalah Abdurrohman bin Salam, Imam Malik bin Anas di Madinah dan lainnya, Selanjutnya yaitu
masa Tabi'ut Tabi'in, diantara mereka yang terkenal adalah Sufyan bin Uyyainah, Zaid bin Harun
Syu'bah bin Hajjad, dan Waqi' al-Jarroh hingga muncul pula Abu Ja'far Muhammad bin Jarir at-
Thobari (310 H) dengan buku beliau Jami'at al-Bayyan fi Tafsir al-Qur'an. Kedua, periode ketika
hadits-hadits Rosul telah tersebar luas dan hadits-hadits palsu berkembang di masyarakat. Para
ulama' tafsir kemudian banyak berijtihad karena permasalahan adanya hadits palsu ini, hingga
munculah tafsir-tafsir yang coraknya berbeda dari corak yang pertama. Corak tafsir yang muncul
pada periodae ini diantaranya sebagai berikut.
1. Corak kebahasaan, yaitu penafsiran al-Qur'an dengan pendekatan gaya bahasa, keindahan
bahasa, atau tata bahasa, seperti Tafsir al-Kasysyaf oleh Zamaksyari.
2. Corak tafsir yang banyak membahas tentang kisah umat terdahulu, seperti yang ditulis
oleh al-Tsalabi, 'Alaudin bin Muhammad al- Bagdadi.
3. Corak fiqih dan hukum, seperti Tafsir Jami' al-Qur'an, Ahkam al-Qur'an, dan Nail al-
Mahrom yang masing-masing ditulis oleh al-Qurtubi, Ibnu 'Arobi dan al-Jashash, dan Hasan
Shidiq Khan.
4. Corak tafsir yang menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat Allah seperti
Tafsir Mafatih al-Ghoib karya Imam ar-Rozi (w.610 H)
5. Corak tafsir yang menitikberatkan pada isyarat ayat yang berhubungan dengan tasawuf,
seperti tafsir yang ditulis oleh Abu Muhammad Sahl bin Abdullah al-Tsauri.
6. Tafsir corak ghorib (yang jarang dipakai dalam keseharian), seperti Mu'jam Ghorib al-
Qur'an oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi'.
Corak tafsir lainnya yaitu, tafsir bercorak filsafat dan teologi, tafsir ilmiyah, tafsir bercorak
sastra budaya kemasyarakatan, tafsir tematik (maudlu'i), dan tafsir ilmi (Quraish Shihab (1995; 72-
73)). Dalam peride ini muncul pula tafsir dari Muktazilah dan Syi'ah. Dari kelompok Muktazilah
diantaranya Tanzih al-Quran al-Mata'in karya Abdul Qosm al-Thahir, al-Kasysyaf 'an Haqaiq al-
Tanzil wa al-Uyun al-Aqwal fi Wujud at-Ta'wil karya abul Qosim Muhammad bin Umar al-
Zamakhsyari. Adapun kelompok syi'ah mereka banyak membahas tetang Ali bin Abi Tholib.
9
Departemen Agama Republik Indonesia menambahkan adanya periode ketiga yang disebut
dengan Periode Baru yang dimulai dari abad 9 M. Periode ini juga dikenal dengan Periode
Kebangkitan Kembali. Diantara tokohnya adalah Jamaluddin al-Afghoni, Muhammad Abduh,
Rosyid Ridho, Ahmad Khan, dan Ahmad Dahlan.
Dilihat dari keterlibatan ro'yu dalam menafsirkan Al-Quran, maka tafsir terbagi menjadi
dua, tafsir bi al-matsur dan tafsir bi al-ro'yi. Tafsir kelompok pertama di antaranya ialah Jami' al-
Bayan fi Tafsir al-Qur'an karya at-Thobari. Adapun tafsir kedua (bi al-ro'yi ) di antaranya al-Bahru
al-Muhith karya andalusi, dan Mafatih al-Ghorib karya Fakhruddin al-Rozi.
BAB III
KESIMPULAN
1. Al-Qur’an adalah firman Allah yang diturunkan kepada hati Rasulullah, Muhammad bin
Abdullah, melalui jibril agar ia menjadi hujjah bagi Rasul, bahwa ia benar-benar Rasulullah,
menjadi undang-undang bagi manusia, memberi petunjuk kepada mereka dan menjadi sarana
untuk melakukan pendekatan diri dan ibadah kepada Allah dengan membacanya. Ia terhimpun
dalam mushhaf, dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Nas, disampaikan
kepada kita secara mutawatir dari generasi ke generasi, baik secara lisan maupun tulisan serta
terjaga dari perubahan dan pergantian.
2. Isi Al-Qur’an, pada dasarnya mengandung pesan-pesan sebagai berikut;
a) Masalah tauhid, termasuk di dalamnya masalah kepercayaan terhadap yang gaib;
b) Masalah ibadah, yaitu kegiatan dan perbuatan yang ada dan hidup di dalam hati dan jiwa;
c) Masalah janji dan ancaman, yaitu janji dan ancaman di akhirat berupa surga dan neraka;
d) Jalan menuju kebahagiaan dunia-akhirat, berupa ketentuan-ketentuan dan aturan-aturan
yang hendaknya dipenuhi agar dapat mencapai keridhohan Allah; dan
e) Riwayat dan cerita, yaitu sejarah orang-orang terdahuluuntuk kita jadikan I’tibar;.
3. Proses penurunan wahyu dibagi menjadi 3 priode, Periode saat nabi Muhammad masih
bersetatus Nabi, Periode pertarungan antara umat islam dengan orang jahiliyah, Peride
kebebasan umat islam di Madinah, Surat di Al Qur’an dibagi menjadi empat kelompok, yaitu; 1.
Al-Sab'al tiwal, 2. Al-Mi'un, 3.Al-Matsani, 4. Al-Mufashol
4. Cara turunnya wahyu ada empat macam, yaitu: 1. Malaikat memasukan wahyu kedada nabi
Muhammad SAW 2. Malaikat datang dengan bentuk seorang laki-laki kepada Muhammad.
SAW 3. Malaikat menampakkan dirinya dengan rupa aslinya. 4. Wahyu datang kepada nabi
seperti gemerincing lonceng.
10
DAFTAR PUSTAKA
M-Ihwanuddin Blog http://mihwanuddin.wordpress.com/2012/03/13/isi-jumlah-surat-al-quran-ayat-al-quran-kalimat-al-quran-dan-huruf-al-quran-dan-pesan-pesan-al-quran/
Jeka Jeko Blog http://jufridaengnigga80.blogspot.com/2013/01/pengertian-dan-nama-nama-al-
quran.html Ibnu Umar’s Blog http://ibnuumar-amz.blogspot.com/2009_02_01_archive.html Bahan Makalah Metodologi Studi Islam dari Dosen Pengampu Al-Qur’an Tafsir (Terjemah), DEPAG