makalah kurangnya minat menggunakan bhs. daerah

10
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebudayaan Lokal Indonesia adalah semua budaya yang terdapat di Indonesi yaitu segala punak!punak dan sari!sari kebudayaan yang bernilai di selur kepulauan indonesia" baik yang ada se#ak lama maupun iptaan baru yang ber nasional. %alah satu budaya Indonesia yaitu adanya berbagai ragam bahasa. Ketika dua atau lebih bahasa yang bersanding dalam kehidupan bermasyarak ada dua kemungkinan yang dapat ter#adi. Pertama" kedua bahasa ituhidup berdampingan seara berkeseimbangan dan memiliki kesetaraan. Kedua" salah bahasa men#adi lebih dominan" men#adi bahasa mayoritas" dan men#ad berprestise" sementara yang lain berkondisi serba sebaliknya" bahka menu#u kepunahannya. Dan kemungkinan kedua inilah yang ter#adi antara penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia. &asyarakat khusunya rema#a yang seharusnya men#adi pihak yang paling bai untuk melestarikan kebudayaan terlebihnya bahasa daerah men#adi hal yang sangat sulit di$u#udkan. Dimana beberapa darimereka beranggapan bah$a menggunakan bahasa daerah sendiri itu hal yang memalukan bahkan yang palin mengenaskan ketika mereka lebih memilih menggunakan atau mempela#ari bahas dari Negara lain ketimbang bahasanya sendiri. Hal yang seperti in sebenarnya ditakutkan oleh beberapa pihak. Dari masalah diatas dapat diangkat #udul '(((((((((((((((.)

Upload: pallawa-rukka-hamti

Post on 06-Oct-2015

164 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangKebudayaan Lokal Indonesia adalah semua budaya yang terdapat di Indonesia yaitu segala puncak-puncak dan sari-sari kebudayaan yang bernilai di seluruh kepulauan indonesia, baik yang ada sejak lama maupun ciptaan baru yang berjiwa nasional. Salah satu budaya Indonesia yaitu adanya berbagai ragam bahasa. Ketika dua atau lebih bahasa yang bersanding dalam kehidupan bermasyarakat, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi. Pertama, kedua bahasa itu hidup berdampingan secara berkeseimbangan dan memiliki kesetaraan. Kedua, salah satu bahasa menjadi lebih dominan, menjadi bahasa mayoritas, dan menjadi lebih berprestise, sementara yang lain berkondisi serba sebaliknya, bahkan terancam menuju kepunahannya. Dan kemungkinan kedua inilah yang terjadi antara penggunaan bahasa daerah dan bahasa Indonesia.Masyarakat khusunya remaja yang seharusnya menjadi pihak yang paling baik untuk melestarikan kebudayaan terlebihnya bahasa daerah menjadi hal yang sangat sulit diwujudkan. Dimana beberapa dari mereka beranggapan bahwa menggunakan bahasa daerah sendiri itu hal yang memalukan bahkan yang paling mengenaskan ketika mereka lebih memilih menggunakan atau mempelajari bahasa dari Negara lain ketimbang bahasanya sendiri. Hal yang seperti inilah yang sebenarnya ditakutkan oleh beberapa pihak. Dari masalah diatas dapat diangkat judul .A. TujuanAdapun tujuan dibuat makalah ini yaitu agar mengetahui:1. Pengaruh perkembangan globalisasi terhadap kebudayaan.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi kuranganya minat pemuda terhadap bahasa daerah.3. Cara meningkatkan kesadaran berbahasa daerah.4. Solusi untuk mengatasi buta aksara daerah.

B. Rumusan Masalah1. Apa pengaruh perkembangan globalisasi terhadap kebudayaan?2. Apakah Faktor-faktor yang mempengaruhi kuranganya minat pemuda terhadap bahasa daerah?3. Bagaimana cara meningkatkan kesadaran berbahasa daerah?4. Bagaimana solusi untuk mengatasi buta aksara daerah?

BAB IIPEMBAHASANA. Pengaruh Globalisasi Terhadap Kebudayaan atau Sastra DaerahSastra daerah baik lisan maupun tulisan merupakan kekayaan budaya daerah yang kelestariannya ditentukan oleh pendukung budaya daerah yang bersangkutan. Sastra daerah menyimpan nilai-nilai kedaerahan dan akan memberikan sumbangsih yang sangat besar bagi perkembangan sastra di daerah dan Indonesia pada umumnya.Dengan sastra daerah, kita dapat mengetahui asal-usul suatu daerah dengan berbagai kearifan yang dicurahkan lewat berbagai mitos, legenda, dongeng, dan riwayat termasuk di dalamnya permainan rakyat dan nyanyian lokal.Masalah yang ada saat ini adalah kurangnya perhatian masyarakat terhadap sastra daerah. Sastra daerah telah berada di ambang kepunahan karena hanya segelintir orang yang punya kepedulian terhadapnya. Perlu kita ketahui, bahwa tanpa adanya dukungan dari masyarakat, sastra daerah akan hilang tanpa bekas dan masyarakat akan kehilangan identitas budaya. Budaya luar yang dengan mudah diperoleh dari media cetak maupun elektronik juga sangat mempengaruhi perkembangan sastra daerah.Seluruh suku bangsa di Indonesia saat ini merasa bahwa hidup matinya sastra daerah menjadi tanggung jawab masing-masing daerah. Padahal sesungguhnya perkembangan sastra daerah menjadi tanggung jawab nasional yang harus dihadapi secara nasional pula. Begitu pula dengan para penggiat sastra daerah, mereka praktis melakukan kegiatan-kegiatan sastra secara individu dan swadaya, sehingga gaungnya hanya terasa dalam ruang lingkup yang tidak terlalu luas.Berbicara mengenai sastra daerah, tentunya kita tidak dapat terlepas dari bahasa yang menjadi akar dari sastra daerah itu sendiri. Selain itu., bahasa juga menjadi simbol suatu peradaban bangsa. Kematian sastra daerah, yang di dalamnya terdapat bahasa, mengakibatkan hilangnya suatu kebudayaan dan musnahnya suatu peradaban.Bahasa dan sastra daerah merupakan salah satu unsur kebudayaan nasional yang dilindungi oleh Negara dan dijamin dengan undang-undang. Bahasa dan sastra daerah sebagai salah satu bagian kebudayaan daerah berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya yang di dalamnya terekam antara lain pengalaman estetik, religius, atau sosial politik masyarakat etnis yang bersangkutan.Bahasa dan sastra daerah adalah aset besar yang dimiliki sebuah bangsa.Adanya perkembangan teknologi dan arus globalisasi yang sangat cepat membawa dampak bagi bahasa dan sastra daerah. Perkembangan tersebut membawa pengaruh asing yang mempengaruhi berbagai sendi kehidupan yang pada akhirnya juga membawa pada perubahan perilaku masyarakat dalam bertindak dan berbahasa.Adanya arus globalisasi memberi dampak pada perkembangan bahasa dan sastra daerah. Masuknya bahasa asing utamanya bahasa Inggris pada setiap sendi kehidupan masyarakat menyebabkan pola pikir masyarakat tertuju pada bagaimana agar bisa menguasai bahasa tersebut sehingga pembelajaran terhadap bahasa dan sastra daerah dianggap tidak perlu. Memang menguasai bahasa asing, utamanya bahasa Inggris merupakan hal yang penting. Namun dengan begitu bukan berarti bahasa daerah harus dikesampingkan dan mengutamakan bahasa asing.Diperlukan pemahaman yang lebih arif dalam penguasaan bahasa. Di dalam sebuah bahasa dan sastra daerah terdapat banyak pengetahuan, nilai-nilai budaya suatu daerah dan merupakan sumber sejarah yang dapat diangkat dan disebarluaskan kepada etnik lain melalui bahasa pemersatu yaitu bahasa Indonesia dan dapat pula diangkat ke kanca internasional apabila kita mengetahui bahasa asing. Puncak kebudayaan daerah adalah kebudayaan nasional. Jika diibaratkan kebudayaan nasional adalah sebuah puncak yang untuk mencapainya diperlukan rangkaian anak tangga yang saling terjalin sehingga memudahkan untuk mencapai puncak. Rangkain anak tangga tersebut adalah bahasa-bahasa daerah. Untuk tetap bisa melestarikan bahasa daerah diperlukan kerja sama dari berbagai pihak. Utamanya masyarakat itu sendiri, pemerintah dan pengelola pendidikan. Agar sebuah bahasa tetap ada diperlukan orang yang menuturkannya, dalam hal ini adalah generasi muda. Maka dari itu, diperlukan peran serta pengelolah pendidikan khususnya guru untuk memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang bahasa dan sastra daerah serta motivasi kepada generasi mudah untuk memupuk minat sejak dini sehingga tetap memakai dan tidak meninggalkan bahasa daerahnya. Untuk menciptakan guru yang berkompeten dalam bidang tersebut diperlukan partisipasi pemerintah. Dalam hal ini pemerintah menjadi fasilitator bagi tenaga pendidik untuk mendapatkan dan menimbah ilmu lebih dalam, khusus pada bidang bahasa dan sastra daerah.Mungkin timbul pertanyaan, untuk apa bahasa dan sastra daerah perlu dilestarikan agar tidak punah ? jawabannya adalah karena di dalam sebuah adat istiadat, cerita rakyat dan bahasa daerah mungkin terpendam, suatu rahasia yang belum tersingkap, jika diibaratkan di dalam bahasa dan sastra daerah terpendam tambang emas yang belum digali dan belum terjamah oleh manusia. Sehingga perlu tetap dijaga dan dilestarikan.Nusantara kita adalah sebuah wilayah yang di dalamnya memliki begitu banyak potensi. Tinggal bagaimana kita sebagai masyarakatnya menggali, mengembangkan dan melestarikannya secara arif dan bijaksana. Termasuk juga bahasa dan sastra daerah, perlu dukungan dan partisipasi dari semua pihak. Agar bahasa dan sastra daerah dapat berkembang dan mampu melawan arus perkembangan zaman, salah satu kiat yang dapat dilakukan adalah dengan pembinaan dan pengembangan terhadap kebudayaan lokal dan sastra daerah itu sendiri. Pemberdayaan sastra daerah ditujukan kepada pemantapan, kedudukan dan fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat. Dengan semakin mantapnya kedudukan dan fungsi sastra dalam masyarakat diharapkan karya sastra yang bermutu dan sarat akan makna kebudayaan akan lahir di tengah-tengah masyarakat itu sendiri. Pengembangan sastra dilakukan dengan mengupayakan peningkatan terhadap mutu sastra agar dapat dimanfaatkan sebagai media ekspresi, pencerminan dan pencarian jati diri untuk membangun kebudayaan baru, dan sebagai sarana peningkatan kepedulian terhadap kehidupan masyarakat upaya pengembangan sastra tersebut dapat dilakukan melalui pemeliharaan karya sastra. Pemeliharaan karya sastra adalah upaya yang dilakukan agar generasi baru Indonesia dapat memahami dan menghayati karya sastra terutama pesan yang terkandung di dalamnya. Pelestarian sastra lama adalah salah satu upaya pemeliharaan sastra. Pemahaman terhadap karya sastra akan lebih mudah dicapai jika suatu generasi mengalami kehidupan karya sastra itu sendiri. Oleh karena itu, pemeliharaan karya sastra dapat dilakukan melalui pemeliharaan tradisi bersastra di masyarakat, seperti sastra lisan, pembacaan naskah lama, serta penuturan dongeng.Dalam rangka upaya mengembangkan kebudayaan bangsa yang berkepribadian dan berkesadaran nasional, perlu ditumbuhkan kemampuan masyarakat untuk mengangkat nilai-nilai sosial budaya daerah yang luhur serta menyerap nilai-nilai dari luar yang positif dan yang diperlukan bagi pembaruan dalam proses pembangunan bangsa. Bahasa dan sastra daerah perlu terus dibina dan dilestarikan dalam rangka mengembangkan identitas keindonesiaan kita.Salah satu cara untuk memperkenalkan nilai-nilai luhur bangsa adalah dengan memperkenalkan budaya lokal kepada para generasi muda. Nilai-nilai budaya lokal ini adalah jiwa dari kebudayaan local dan menjadi dasar bagi segenap wujud kebudayaan di daerahnya. Memperkenalkan cerita rakyat dalam bentuk mendongeng sebelum tidur misalnya merupakan budaya bangsa kita dahulu, yang pada masa kinisudah mulai luntur seiring berkembangnya zaman. Cerita merupakan salah satu sarana penting untuk mempertahankan eksistensi diri. Cerita tidak hanya digunakan untuk memahami dunia dan mengekspresikan gagasan, ide-ide, dan nilai-nila, melainkan juga sebagai sarana penting untuk memahamkan dunia kepada orang lain, menyimpan, mewariskan gagasan dan nilai-nilai tersebut dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya lokal yang beraneka ragam merupakan warisan budaya yang wajib dilestarikan. Ketika bangsa lain yang hanya sedikit mempunyai warisan budaya local berusaha keras untuk melestarikannya demi sebuah identitas, maka sungguh naf jika yang memiliki banyak warisan budaya local lantas mengabaikan pelestariannya. Beberapa hal yang termasuk budaya local misalnya cerita (dongeng) rakyat, ritual kedaerahan, tradisi kedaerahan, kreativitas (tari, lagu, drama, dan lain-lain), dan keunikan masyarakat setempat.Harus kita sadari bahwa arus deras globalisasi tidak dapat kita hindari, tetapi hal tersebut dapat kita minimalisir. Globalisasi yang tidak terhindarkan harus diantisipasi dengan penguatan jati diri dan kearifan local yang dijadikan sebagai dasar pijakan dalam penyusunan strategi dalam pelestarian dan pengembangan sastra dan bahasa daerah. Upaya memperkuat jati diri daerah dapat dilakukan melalui penanaman budaya-budaya lokal dalam pembelajaran bahasa dan sastra daerah di lingkungan formal, informal maupun nonformal.Bahasa dan sastra daerah merupakan lambang identitas dan lambang jati diri setiap bangsa, setiap etnik dan setiap masyarakat. Perlu dijaga, dilestarikan dan dikembangkan dan agar tidak punah. Karena apabila sebuah bahasa dan sastra daerah punah maka adalah sebuah kerugian besar. Untuk itu adanya perhatian dan partisipasi dari berbagai pihak akan sangat mendukung tercapainya usaha untuk tetap melestarikan bahasa dan sastra daerah.B. Faktor-Faktor Faktor- faktor penyebab kurangnya minat remaja terhadap bahasa daerah dapat disebabkan oleh pengaruh dari luar maupun dari dalam yaitu :1. Remaja saat ini sedang asik berlomba dalam mempelajari teknologi;2. Kurangnya informasi tentang bahasa daerah;3. Lingkungan sekitar yang mempengaruhi bahasa komunikasi remaja;4. Pendidikan formal yang kurang menggunakan pengantar bahasa daerah;5. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap pentingnya bahasa daerah;6. Pengaruh orang tua yang dari awal tidak memperkenalkan bahasa daerah kepada anak anaknya; sejak kecil;7. Jarangnya hiburan bagi para remaja yang menggunakan bahasa daerah;8. Adanya sifat gengsi di dalam diri remaja ketika berkomunikasi terhadap teman sebayanya;C. Cara Meningkatkan Kesadaran Berbahasa DaerahDemikian pentingnya suatu bahasa bagi masyarakat pemakainya, kini menjadi perhatian dunia. UNESCO, sebagai Organisasi Pendidikan, Ilmiah, dan Kebudayaan dalam Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), pada bulan November 1999 menetapkan tanggal 21 Februari sebagai Hari Bahasa Ibu Internasional. Maka patut kita menghargai para pendahulu yang mengambil langkah cemerlang yang begitu arif dan bijaksana. Diperlakukannya bahasa-bahasa daerah seperti Sunda, Jawa, Bali, Madura, Bugis, Makassar, dan Batak sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional, serta dilindungi dengan dimasukkannya Pasal 36, Bab XV, UUD 1945.Sangat terpujilah masyarakat yang begitu peduli untuk memelihara dan melestarikan bahasa daerah. Di samping bahasa Indonesia sebagai alat persatuan, bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya sebagai media komunikasi antar bangsa di dunia. Bahasa daerah (Sunda) pun memiliki hak hidup dan dipelihara masyarakatnya (masyarakat Sunda).Kesadaran berbahasa merupakan modal penting dalam mewujud fungsikan berbahasa yang positif. Apalagi dengan tantangan era globalisasi. Era globalisasi ditandai, antara lain, oleh adanya kontak bahasa dan budaya yang tidak bisa terelakan. Dalam hubungan itu, kedudukan bahasa yang hidup dan diperlukan dalam kegiatan berbangsa dan bernegara perlu dikukuhkan. Untuk memperkukuh kedudukan bahasa dalam era globalisasi itu, upaya yang sungguh-sungguh perlu dipersiapkan dan dilakukan baik dalam berbagai aspek substansial kebahasaan maupun aspek kelembagaan.Upaya terpenting adalah dilakukan oleh pendidikan dengan suatu system yang terorganisir, yatu sekolah. Aktifitas yang dilakukan di sekolah merupakan suatu aktifitas yang mengasyikkan, menyenangkan karena dapat memperoleh berbagai hal yang ingin diketahui. Berbagai harapan yang ditumpukan ke sekolah menyebabkan sekolah senantiasa berusaha mengadakan perbaikan, terutama bagaimana menempatkan bahasa yang beraneka ragam ke posisi yang sesuai dengan tuntutan zaman, namun tetap melestarikan kebudayaan lama. Hal ini untuk menjaga kepunahan budaya daerah karena hadirnya bahasa resmi dan bahasa asing.Bukan hanya itu, salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan sosialisasi di berbagai sudut perkotaan bagaimana penting dan berharganya bahasa daerah dan kebudayaan. Dengan itu masyarakat khususnya para remaja dapat dengan sendirinya mengerti dan menyadari betapa pentingnya menjaga kebudayaan khusunya bahasa daerah.D. Solusi Untuk Mengatasi Buta Aksara DaerahDalam hal mengatasi buat aksara daerah sebenarnya yang paling berperan yaitu pemerintah daerah itu sendiri. Dimana pemerintah sebagai seseorang yang mendapat perhatian lebih seharusnya dapat mempromosikan kepada masyarakat dengan cara menggunakan bahasa daerah agar masyarakat lebih termotivasi dan tidak menganggap bahwa menggunakan bahasa daerah itu hal yang memalukan.Peran masyarakat juga sangat dibutuhkan yaitu dengan melestarikan dan mengembangkan kebudayaan-kebudayaan Indonesia seperti penggunaan bahasa Bugis-Makassar dengan mencintai kebudayaan dan melindungi kebudayaan supaya kebudayaan ini berkembang. Jadi kebudayaan tidak harus dibidang seni saja tetapi juga bisa dengan cara merawat dan melestarikan bahasa lokal daerah kita masing-masing. kurang lebihnya adalah sebagai berikut :a. Menjaga dan memelihara bahasa Bugis-Makassarb. Menghargai bahasa Bugis Makassarc. Mempraktekkanya dalam kehidupan sehari harid. tidak mudah terpengaruh oleh budaya laine. Tidak melupakan budaya negara kita, khususnya bahasa Bugis-Makassarf. Mengubah mindset beberapa masyarakat bahwa menggunakan bahasa daerah itu bukan hal yang memalukan melainkan hal yang akan menjadi kebanggaan tersendiri.