makalah konseling perkawinan dede

28
MAKALAH KONSELING PERKAWINAN Konseling Perkawinan 06.28 BAB I PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa, tetapi terkadang terganggu fikiran dan perasaannya sehingga salah fikir dan salah merasa. Ketika seseorang mengidap hal demikian, yakni salah berfikir dan salah merasa, maka ia bisa sedih, bosan, malas, kesepian. Gangguan seperti ini menurut ilmu psikologi disebut gangguan kejiwaan ringan (neurosis atau mental disorder). Jika kesedihan, kebosanan, malas dan kesepian menjadi berkepanjangan hingga ngomong ngawur, perilakunya juga ngawur, nggak bisa dinalar, maka itu namanya gangguan kejiwaan berat (psikosis). Meski demikian ia masih sadar bahwa ia sedang mengalami gangguan jiwa. Jika ia ngomong ngawur dan bertindak ngawur tetapi tidak menyadari, maka orang itu sudah masuk kategori sakit jiwa atau gila.. Orang yang mengidap neurosis banyak yang bisa mengobati diri sendiri atau melalui bantuan konselor, tetapi orang yang sudah mengidap psikosis harus mengikuti terapi mental, sedang orang yang sakit jiwa harus dibawa ke rumah sakit jiwa. Kehidupan perkawinan dapat disebut menyatukan dua keunikan. Perbedaan watak, karakter, selera dan pengetahuan dari dua orang (suami dan isteri) disatukan dalam rumah tangga, hidup bersama dalam waktu yang lama. Ada pasangan yang cepat menyatu, ada yang lama baru bisa menyatu, ada yang kadang menyatu kadang-kadang bertikai, ada yang selalu bertikai tetapi mereka tak sanggup berpisah. Hanya di tempat tidur mereka menyatu hingga anaknya banyak, tetapi di luar itu mereka selalu bertikai. Kehidupan berumah tangga ada yang berjalan mulus, lancar, sukses dan bahagia, ada yang setelah lama mulus tiba-tiba dilanda badai, ada yang selalu menghadapi ombak dan badai tetapi selalu bisa menyelamatkan diri. Komunikasi antara suami isteri bersifat khas, tidak mesti logis. Hal-hal yang logis justeru sering disalah fahami, karena

Upload: ardie-ceme-thedoctor

Post on 29-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Konseling Perkawinan Dede

MAKALAH KONSELING PERKAWINAN

Konseling Perkawinan 06.28

BAB I PENDAHULUAN

Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa, tetapi terkadang terganggu fikiran dan perasaannya sehingga salah fikir dan salah merasa. Ketika seseorang mengidap hal demikian, yakni salah berfikir dan salah merasa, maka ia bisa sedih, bosan, malas, kesepian. Gangguan seperti ini menurut ilmu psikologi disebut gangguan kejiwaan ringan (neurosis atau mental disorder). Jika kesedihan, kebosanan, malas dan kesepian menjadi berkepanjangan hingga ngomong ngawur, perilakunya juga ngawur, nggak bisa dinalar, maka itu namanya gangguan kejiwaan berat (psikosis). Meski demikian ia masih sadar bahwa ia sedang mengalami gangguan jiwa. Jika ia ngomong ngawur dan bertindak ngawur tetapi tidak menyadari, maka orang itu sudah masuk kategori sakit jiwa atau gila.. Orang yang mengidap neurosis banyak yang bisa mengobati diri sendiri atau melalui bantuan konselor, tetapi orang yang sudah mengidap psikosis harus mengikuti terapi mental, sedang orang yang sakit jiwa harus dibawa ke rumah sakit jiwa.

Kehidupan perkawinan dapat disebut menyatukan dua keunikan. Perbedaan watak, karakter, selera dan pengetahuan dari dua orang (suami dan isteri) disatukan dalam rumah tangga, hidup bersama dalam waktu yang lama. Ada pasangan yang cepat menyatu, ada yang lama baru bisa menyatu, ada yang kadang menyatu kadang-kadang bertikai, ada yang selalu bertikai tetapi mereka tak sanggup berpisah. Hanya di tempat tidur mereka menyatu hingga anaknya banyak, tetapi di luar itu mereka selalu bertikai.

Kehidupan berumah tangga ada yang berjalan mulus, lancar, sukses dan bahagia, ada yang setelah lama mulus tiba-tiba dilanda badai, ada yang selalu menghadapi ombak dan badai tetapi selalu bisa menyelamatkan diri.

Komunikasi antara suami isteri bersifat khas, tidak mesti logis. Hal-hal yang logis justeru sering disalah fahami, karena komunikasi suami isteri tidak semata-mata menggunakan nalar, tetapi juga sarat dengan muatan perasaan. Hal-hal yang menurut nalar sesungguhnya kecil, bisa saja menjadi sumber prahara rumah tangga jika disikapi dengan sepenuh rasa. Ada suami isteri yang selalu bisa menyelesaikan perselisihan tanpa bantuan orang lain, tetapi banyak suami isteri yang justeru memerlukan bantuan orang lain untuk meluruskan fikiran dan perasaannya. Dalam istilah psikologi, orang yang bisa membantu orang lain mengatasi masalah kejiwaan (al irsyad an nafsy) mereka disebut konselor, dalam bahasa Arab disebut muhtasib.

Page 2: Makalah Konseling Perkawinan Dede

BAB IIPEMBAHASAN

A. Pengertian konselingKlemer (1965) mengartikan konseling perkawinan sebagai koneling yang di selenggarakannya sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu patner-patner yang menikah untuk memecahkan masalah dan cdara menentukan pola pemecahan masdalah yang lebih baik.

Dikatakan sebagai metode pendidikan karena konseling perkawinan memberikan pemahaman kepada pasangan yang berkonsultasi tentang diri, pasangannya, dan masalah- masalah hubungan perkawinan yang dihadapi serta cara- cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan perkawinan.

Penurunan ketegangan emosional dimaksudkan sebagai konseling perkawinan dilaksanakan biasanya saat kedua belah pihak berada pada situasi emosional yang sangat berat. Dengan konseling, pasangan dapat melakukan ventilasi, dengan jalan membuka emosionalnya sebagai katartis terhadap tekanan-tekanan emosional yang dihadapi selama ini. Yang membantu disebut konselor seorang konselor bukan subyek, karena konselor hanya membantu, subyeknya adalah klien itu sendiri dan obyeknya adalah masalah yang dihadapi. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor antara lain membantu klien untuk ;1. memahami diri sendiri2. mengukur kemampuannya3. mengetahui kesiapan dan kecenderungannya’4. memperjelas orientasi, motivasi dan aspirasinya,5. mengetahui kesulitan dan problem lingkungan dimana ia hidup, serta peluang yang terbuka baginya6. membantu menggunakan pengetahuan tersebut (1 s/d 5) untuk menetapkan tujuan yang paling kongkrit bagi dirinya7. mendorong klien untuk berani mengambil keputusan yang sesuai dengan kemampuannya, dan memanfaatkan se optimal mungkin potensi yang ada pada dirinya untuk merebut peluang yang terbuka. Jika klien nya orang awam, konseling dibutuhkan untuk :- membantu pengembangan diri dan memilih gaya hidup (life style) yang sesuai dengan aspirasinya- menjaga agar mereka tidak terjatuh pada keadaan merasa tidak wajar dan tidak bahagia- membantu menentukan pilihan-pilihan

Page 3: Makalah Konseling Perkawinan Dede

- membantu meringankan perasaan, frustrasi dn sebangsanya.

Seorang klien yang semula mengidap rasa keterasingan, asing dari diri sendiri, asing dari problem yang dihadapi, asing dari lingkungan hidupnya sehingga ia tidak tahu masalahnya dn tidak berani mengambil tindakan bahkan tidak lagi tahu apa yang diinginkan, dapat dibantu memecahkan persoalannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. diajak memahami realita apa sebenarnya yang sedang dihadapi, mislnya ditinggal mati orang yang dicintai, dicerai suami, kehilangan jabatan, kehilangan harta, kehilangan kekasih, sakit yang berklepanjangan, dikhiananti bawahan, dizalimi oleh orang yang selama ini dibantu dan sebagainya; bahwa realita itu adalah benar-benar realita dan harus diterima, suka atau tidak suka karena itu memang realita.2. Diajak kembali mengenali siapa dirinya, apa posisinya, dan apa kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Misalnya diingatkan bahwa ia adalah seorang ayah dari anak-anak yang membutuhkan kehadirannya. Atau bahwa kepandaiannya banyak dibutuhkan orang lain, atau bahwa dia adalah hamba Allah yang tidak bisa menghindar dari kehendak Nya, dan apa yang dialami adalah bagian dari kehendak Nya yang kita belum tahu apa maksud dan hikmahnya.3. Mengajak klien memahami keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya, bahwa keadaan memang selalu berubah; misalnya perubahan nilai, perubahan struktur, perubahan zaman, dan bahwa perubahan adalah sunnatullah yang tidak bisa ditolak, tetapi yang penting bagaimana kita mensikapi dan mengantisipasi perubahan itu.4. Diajak untuk meyakini bahwa Tuhan itu Maha Adil, maha Pengasih, maha Mengetahui, maha Pengampun, dan semua manusia diberi peluang oleh Tuhan. Juga diajak meyakini bahwa dengki, iri hati dan putus asa adalah tercela dan tidak berguna. Bahwa berbuat dan salah itu lebih baik daripada tidak berbuat karena takur salah.

B. Wilayah Konseling PerkawinanProblem diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga biasanya berada di sekitar;1. Kesulitan memilih jodoh, suami atau isteri2. Ekonomi yang kurang mencukupi3. Perbedaan watak, temperamen dan karakter yang terlalu tajam antara suami dan isteri4. Ketidak puasan dalam hubungan seksual5. Kejenuhan rutinitas6. Hubungan antar keluarga besan yang kurang baik7. Ada orang ketiga, WIL atau PIL8. Masalah harta warisan9. Dominasi orang tua/mertua10. Kesalah pahaman antara suami isteri11. Poligami

Page 4: Makalah Konseling Perkawinan Dede

12. Perceraian

C. Tujuan Umum Konseling PerkawinanTujuan konselingperkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk menghayati atau menghayati kem¬bali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling diberikan agar suami/istri menyadari kembali posisi masing- masing dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Jika memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan :(a) Membantu pasangan perkawinan itu mencegah terja¬dinya/meletus problema yang mengganggu kehidupan perkawinan mereka.(b) Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, Konseling diberikan dengan maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang di¬hadapi.(c) Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebih baik.

D. Tipe tipe Perkawinan1. Conflict-habituatedTipe conflict-habituated boleh dibilang sebagai “partner in crime”. Tipe ini adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar tiada henti. Kebiasaan ini menjadi semacam “jalan hidup” bagi mereka. Tak heran kalau secara konstan mereka selalu menemukan ketidaksepakatan. Dengan kata lain, stimulasi perbedaan individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut.2. DevitalizedTipe hubungan devitalized merupakan karakteristik pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain saling menghargai. Namun mereka cenderung merasakan kehampaan hidup perkawinan kendati tetap berada bersama-sama. Karena kebersamaan mereka lebih karena dorongan demi anak atau citra mereka dalam komunitas masyarakat. Menariknya, pasangan tipe ini tak merasa dirinya maupun perkawinannya tidak bahagia. Mereka berfikir bahwa kondisi saat ini merupakan hal biasa setelah berlalunya tahun-tahun penuh gairah. Ironisnya, tipe perkawinan inilah yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat mana pun.3. Passive-congenialPada dasarnya, pasangan tipe passive-congenial memiliki kesamaan dengan pasangan tipe devitalized. Hanya saja kehampaan yang dirasakan telah berlangsung sejak awal perkawinan. Boleh jadi karena perkawinan seperti ini biasanya berangkat dari berbagai pertimbangan ekonomis atau status sosial dan bukannya relasi emosional. Seperti halnya pasangan tipe devitalized

Page 5: Makalah Konseling Perkawinan Dede

yang minim keterlibatan emosi, pasangan passive-congenial juga tidak terlalu berkonflik, namun kurang puas menjalani perkawinannya. Dalam keseharian, pasangan-pasangan tipe ini lebih sering saling menghindar dan bukannya saling peduli.4. UtilitarianBerbeda dengan tipe-tipe lain, tipe utilitarian lebih menekankan peran ketimbang hubungan. Misalkan peran sebagai ibu, ayah atau peran-peran lain. Terdapat perbedaan sangat kontras bila dibandingkan dengan tipe vital dan total yang bersifat intrinsik, yaitu mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri5. VitalCirinya, pasangan suami-istri terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain. Mereka berdua pun saling berbagi dalam melakukan berbagai aktivitas kendati masing-masing individu memiliki identitas kepribadian yang kuat. Yang mengesankan, komunikasi mereka mengandung kejujuran dan keterbukaan. Kalaupun mengalami konflik biasanya lantaran ada hal-hal yang sangat penting. Untungnya, baik suami maupun istri saling berupaya menyelesaikannya dengan cepat dan bijak. Tentu saja tipe ini merupakan tipe relasi perkawinan yang paling memuaskan. Tak heran kalau tipe ini paling sedikit persentasenya dalam masyarakat.6. TotalTipe ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe vital, bedanya pasangan ini sedemikian saling menyatu hingga menjadi “sedaging”. Mereka selalu dalam kebersamaan secara total yang meminimalkan adanya pengalaman pribadi dan konflik. Akan tetapi tidak seperti pasangan tipe devitalized, kesepakatan di antara mereka biasanya dibangun demi hubungan itu sendiri. Sayangnya, tipe perkawinan seperti ini sangat jarang.

E. Penghulu yang idealPenghulu bukan hanya petugas pencatat nikah, tetapi jabatan kepenghuluan memiliki wilayah horizontal dan vertical. Oleh karena itu idealnya seorang penghulu bukan saja menguasai bidang-bidang tersebut diatas (1 s/d 12) tetapi juga menguasai psikologi keluarga, yang dengan itu penghulu bukan hanya bisa memberi nasehat perkawinan, tetapi juga bisa menjadi konselor perkawinan . Seorang muballigh dituntut untuk mampu berbicara agar orang-orang enak mendengarnya, sedang seorang konselor dituntut untuk sangggup menjadi pendengar yang baik dari keluhan-keluhan klien. Seorang klien terkadang tidak membutuhkan nasehat, tetapi hanya butuh tempat curah perhatian (curhat), karena begitu curhat beban menjadi ringan. Jika sudah merasa ringan kok dinasehati, maka nasehat itu sendiri menjadi beban.

Page 6: Makalah Konseling Perkawinan Dede

BAB IIIPENUTUP

Kesimpulankonseling perkawinan sebagai koneling yang di selenggarakannya sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu patner-patner yang menikah untuk memecahkan masalah dan cdara menentukan pola pemecahan masdalah yang lebih baik. Yang membantu disebut konselor seorang konselor bukan subyek, karena konselor hanya membantu, subyeknya adalah klien itu sendiri dan obyeknya adalah masalah yang dihadapi.

Tujuan konselingperkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk menghayati atau menghayati kem¬bali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam

Daftar PustakaLatipun, Psikologi Konseling Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang, 2006

KONSELING KELUARGA

Pengertian KeluargaKi Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya. Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa menurut beliau keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah kehidupan seksual suami isteri.Dhurkeim berpendapat bahwa keluarga adalah lembaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan lingkungan.Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Sehingga keluarga itu terbagi menjadi dua, yaitu:1. Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak mereka; yang kadang-kadang disebut juga sebagai “conjugal”-family.b. Keluarga Besar “Extended Family”Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi, kemenekan, dan seterusnya. Unit keluarga ini sering

Page 7: Makalah Konseling Perkawinan Dede

disebut sebagai ‘conguine family’ (berdasarkan pertalian darah).Adapun konsep dasar dari pelayanan konseling keluarga adalah untuk membantu keluarga menjadi bahagia dan sejahtera dalam mencapai kehidupan efektif sehari-hari. Konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.Ikatan bathin merupakan ikatan yang bersifat psikologis. Maksudnya diantara suami dan istri harus saling mencintai satu sama lain, tidak ada paksaan dalam menjalani perkawinan. Kedua ikatan, yaitu ikatan lahir dan bathin merupakan tuntutan dalam perkawinan yang sangat mempengaruhi keutuhan sebuah keluarga. Tipe keluarga yang umumnya dikenal adalah dua tipe, yaitu keluarga inti (nuclear family) dan keluarga yang diperluas (extended family). Beberapa karakteristik keluarga bahagia yang menjadi tujuan dari konseling keluarga antara lain: (1) menunjukkan penyesuaian yang tinggi, (2) menunjukkan kerja sama yang tinggi, (3) mengekspresikan perasaan cinta kasih sayang, altruistik dan teman sejati dengan sikap dan kata-kata (terbuka), (4) tujuan keluarga difokuskan kepada kebahagiaan anggota keluarga, (5) menunjukkan komunikasi yang terbuka, sopan, dan positif, (6) menunjukkan budaya saling menghargai dan memuji, (7) menunjukkan budaya saling membagi, (8) kedua pasangan menampilkan emosi yang stabil, suka memperhatikan kebutuhan orang lain, suka mengalah, ramah, percaya diri, penilaian diri yang tinggi, dan (9) komunikasi terbuka dan positif.Pada umumnya masalah-masalah yang muncul dalam keluarga adalah berkenaan dengan: (1) masalah hubungan sosial-emosional antar anggota keluarga, (2) masalah hubungan antar keluarga, (3) masalah ekonomi, (4) masalah pekerjaan, (5) masalah pendidikan, (6) masalah kesehatan, (7) masalah seks, dan (8) masalah keyakinan atau agama.B. FUNGSI KELUARGA1. Fungsi – fungsi Keluarga.a. Pengertian Fungsi KeluargaFungsi keluarga adalah suatu pekerjaan- pekerjaan atau tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.b. Macam-macam Fungsi Keluarga.Pekerjaan – pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan/ dirinci ke dalam beberapa fungsi, yaitu:1) Fungsi BiologisPersiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orang-orang tua bagi anak anaknya dapat berbentuk antara lain pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan untuk mengurus rumah tangga bagi ang isteri, tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak dan lain-lain. Setiap manusia pada hakiaktnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan.

2) Fungsi Pemeliharaan.Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dari gangguan-gangguan.3) Fungsi EkonomiKeluarga berusaha menyelenggarakan kebutuhan pokok manusia, yaitu:a) Kebutuhan makan dan minum.b) Kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnyac) Kebutuhan tempat tinggal.Berhubungan dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini maka orang tua diwajibkan

Page 8: Makalah Konseling Perkawinan Dede

untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.4) Fungsi KeagamaanKeluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.5) Fungsi Sosial.Dengan fungsi ini kebudayaan yang diwariskan itu adalah kebudayaan yang telah dimiliki oleh generasi tua, yaitu ayah dan ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran tentang baik burukna perbuatan dan lain-lain.Dengan fungsi ini keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-perananyang diharapkan akan mereka jalankan keak bila dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan istilah sosialisasi.Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara, dikatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga meliputi beberapa hal sebagai berikut:a) Pembentukan kepribadian.b) Sebagai alat reproduksi.c) Keluarga merupakan eksponen dari kebudayaan masyarakat.d) Sebagai lembaga perkumpulan perekonomian.e) Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan.Keberadaan sebuah keluarga pada hakikatnya untuk memenuhi fungsi-fungsi sebagai berikut : (1) fungsi kasih sayang, yaitu memberikan cinta erotik, cinta kasih sayang, cinta altruistik, dan cinta teman sejati, (2) fungsi ekonomi, (3) fungsi status, (4) fungsi pendidikan, (5) fungsi perlindungan, (6) fungsi keagamaan, (7) fungsi rekreasi, dan (8) fungsi pengaturan seks.C. Asumsi Dasar Konseling KeluargaAdapun inti dari pelaksanaan konseling keluarga sebagai salah satu layanan profesional dari seorang konselor didasari oleh asumsi dasar sebagai berikut:1. Terjadinya perasaan kecewa, tertekan atau sakitnya seorang anggota keluarga bukan hanya disebabkan oleh dirinya sendiri, melainkan oleh interaksi yang tidak sehat dengan anggota keluarga yang lain.2. Ketidak tahuan individu dalam keluarga tentang peranannya dalam menjalani kehidupan keluarga.3. Situasi hubungan suami-isteri dan antar keluarga lainya.4. Penyesuaian diri yang kurang sempurna dalam sebuah keluarga sangat mempengaruhi situasi psikologis dalam keluarga.5. Konseling keluarga diharapkan mampu membantu keluarga mencapai penyesuaian diri yang tinggi diantara seluruh anggota keluarga.6. Interaksi kedua orang tua sangat mempengaruhi hubungan semua anggota keluarga. Hal ini dikemukakan oleh Perez (1979) menyatakan sebagai berikut:Family therapi is an interactive proses which seeks to aid the family in regainnga homeostatic balance with all the members are confortable.Dari definisi di atas konseling keluarga merupakan suatu proses interaktif untuk membantu keluarga dalam mencapai kondisi psikologis yang serasi atau seimbang sehingga semua anggota keluarga bahagia.Ini berarti bahwa sebuah keluarga membutuhkan pendekatan yang beragam untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh anggota keluarga. Rumusan di atas memuat dua implikasi yaitu;

Page 9: Makalah Konseling Perkawinan Dede

terganggunya kondisi seorang anggota keluarga merupakan hasil adaptasi/interaksi terhadap lingkungan yang sakit yang diciptakan didalam keluarga. Kedua, seorang anggota keluarga yang mengalami gangguan emosional akan mempengaruhi suasana dan interaksi anggota keluarga yang lain, sehingga diupayakan pemberian bantuan melalui konseling keluarga. Terlaksananya konseling keluarga akan membantu anggota keluarga mencapai keseimbangan psiko dan psikis sehingga terwujudnya rasa bahagia dan kenyamanan bagi semua anggota keluarga.D. Tujuan Konseling KeluargaTujuan dari konseling keluarga pada hakikatnya merupakan layanan yang bersifat profesional yang bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan sebagai berikut:1. Membantu anggota keluarga belajar dan memahami bahwa dinamika keluarga merupakan hasil pengaruh hubungan antar anggota keluarga.2. Membantu anggota keluarga dapat menerima kenyataan bahwa bila salah satu anggota keluarga mengalami masalah, dia akan dapat memberikan pengaruh, baik pada persepsi, harapan, maupun interaksi dengan anggota keluarga yang lain.3. Upaya melaksanakan konseling keluarga kepada anggota keluarga dapat mengupayakan tumbuh dan berkembang suatu keseimbangan dalam kehidupan berumah tangga.4. Mengembangkan rasa penghargaan diri dari seluruh anggota keluarga kepada anggota keluarga yang lain.5. Membantu anggota keluarga mencapai kesehatan fisik agar fungsi keluarga menjadi maksimal.6. Membantu individu keluarga yang dalam keadaan sadar tentang kondisi dirinya yang bermasalah, untuk mencapai pemahaman yang lebih baik tentang dirinya sendiri dan nasibnya sehubungan dengan kehidupan keluarganya.Agar mampu mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, maka seorang konselor keluarga hendaknya memiliki kemampuan sebagai berikut:1. Memiliki kemampuan berfikir cerdas, berwawasan yang luas, serta komunikasi yang tangkas dengan penerapan moral yang laras dengan penerapan teknik-teknik konseling yang tangkas2. Etika professional, yakni kemampuan memahami dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah pelayanan konseling yang dipadukan dalam hubungan pelayanan konseling terhadap anggota keluarga.3. Terlatih dan terampil dalam melaksanakan konseling keluarga.4. Mampu menampilkan ciri-ciri karakter dan kepribadian untuk menangani interaksi yang kompleks pasangan yang sedang konflik dan mendapatkan latihan untuk memiliki keterampilan khusus.5. Memiliki pengetahuan yang logis tentang hakikat keluarga den kehidupan berkeluarga.6. Memiliki jiwa yang terbuka dan fleksibel dalam melaksanakan konseling keluarga.7. Harus obyektif setiap saat dalam menelaah dan menganalisa masalah.E. Pengertian Keluarga BahagiaKeluarga bahagia adalah identik dengan keluarga yang harmonis sangat menentukan untuk menciptakan lingkungan yang baik dalam suasana kekeluargaan dan menjadi pusat ketenangan hidup (Bambang, 2000 :52). Setiap keluarga selalu mendambakan terciptanya keluarga bahagia dan tidak jarang setiap keluarga mengusahakan kebahagiaan dengan berbagai jalan dan upaya. Bahkan mereka menempa anak-anaknya agar mampumempersiapkan diri dalam membentuk kehidupan dalam berkeluarga yang bahagia, sesuai dengan apa yang didambakan orang tuanya.Keluarga bahagia dan sejahtera adalah tujuan dan sekaligus harapan ideal sebuah keluarga Indonesia. Kata bahagia selalu dikaitkan dengan aspek psikologis dan ukuran-ukuran perasaan

Page 10: Makalah Konseling Perkawinan Dede

yang paling dalam. Sementara kata sejahtera dikaitkan dengan keluarga yag cukup dalam pemenuhan kebutuhan hidup seperti sandang, pangan, dan papan. Keadaan cukup tentu bersifat relatif, tetapi di dalamnya terkandung makna mampu memenuhi kebutuhan minimal, sehingga keadaan seperti itu dapat menciptakan suasana dalam keluarga tenang. Bahagia dan sejahtera dalam konteks keluarga seolah-olah mengandung pengertian tunggal, karena menggambarkan adanya situasi seimbang antara suasana batin (rohani) dan suasana lahir (jasmani). Singkat kata, sebuah keluarga belum disebut bahagia jika hanya berkecukupan harta benda, namun tidak menikmati suasana batin yang baik.Di samping itu kelurga bahagia akan terealisasikan apabila kebutuhan-kebutuhn setiap individu di dalam keluarga terpenuhi sebagai kebutuhan hidup manusia. Kebutuhan individu ada dua jenis yaitu :1. Kebutuhan Biologis.Kebutuhan biologis adalah kebutuhan akan sandang, pangan, papan, seks serta aspek-aspek yang lainnya yang merupakan pemenuhn kebutahan fisik setiap individu lainnya.

2. Kebutuhan Sosiologos/Psikologi.Kebutuhan sosiopsychis adalah kebutuhan akan harga diri, rasa aman, tentram, kebutuhan religius, kebutuhan akan keindahan, rasa kebebasan, rasa mengenal, rasa sukses.Kebahagiaan sebagai tujuan pembentukan keluarga merupakan ikitan jiwa seseorang suami dan istri dalam lingkungan keluarga dipengaruhi dan pengabdia tulus diantara mereka, memberikan pancaran kesucian tertentu dan nilaisangant tingi kepada kehidupan keluarga.F. Ciri-Ciri Keluarga BahagiaKeluarga yang di Idealkan oleh manuasia adalah keuarga yang memiliki mental sehat demikian : sakinah (perasaan tenang), mawaddah (cinta), dan ramah (kasih sayang). Antar keluarga saling menyayangi dan merindukan. Sang Ayah menyayangi, mencintai dan merindukan anak dan Ibu dari Anak-anaknya. Sang Ibu mencintai dan merindukan anak-anak dai Ayahnya. Sang anakpun demikian mencintai, merindukan Ayah dan Ibunya. Dengan demikian diantara mereka terdapat suatu kesatuan (unity) terhadap yang lain. Ciri-ciri pola hubungan yang melekat pada keluarga yang bahagia adalah (1) Kesatuan dengan Sang Pencipta . (2) kesatuan dengan alam semesta (3) komitmen (4) tausiyah dan feedback (5) keluesan (6) kesatuan fisik (7) dan hunbungan seks yang sehat (8) bekerjasama (9) saling percaya dan lain-lain.Menurut Danuri (1999:19) ciriciri keluarga bahagia diantaranya :1. Adanya ketenangan jiwa yang dilandasi oleh ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.2. Hubungan yang harmonis antara individu dengan individu lain dalam keluarga dan masyarakat.3. Terjamin kesehatan jasmani, rohani, dan sosial.4. Cukup sandang, pangan, dan papan.5. Adanya jaminan hukum terutama hak azasi manusia.6. Tersedianya pelayanan pendidikan yang wajar.7. Ada jaminan di hari tua, sehingga tidak perlu khawatir terlantar di masa depan.8. Tersediaanya fasilitas rekreasi yang wajar.G. Faktor-Faktor Penentu Kebahagiaan Rumah TanggaMenurut Singgih D. Gunarso (1999:67) faktor-faktor yang harus di penuhi demi terciptannya keluarga bahagia adalah:1. Perhatian.Perhatian dapat diartikan sebagai menaruh hati. Menaruh hati pada seluruh anggota keluarga

Page 11: Makalah Konseling Perkawinan Dede

adalah pokok hubungan yang baik diantara para anggota keluarga. Menaruh hati terhadap kejadian dan peristiwa di dala keluarga, berarti mengikuti dan memperhatikan perkembangan seluruh keluarganya, lebih jauh lagi orang tua harus mengarhakan perhatiannya untuk mencari lebih mendalam sebab dan sumber permasalahanyang terjadi di dalam keluarga dan perlu juga memperhatikan juga terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada setiap anggota keluarga.

2. Penambahan pengetahuanMencari pengetahuan dan menambah oengetahuan bukan monopoli siswa-siswi atau mahasiswa saja. Dalam keluarga, baik orang tua maupun anak harus menambang pengetahuan tanpa henti-hentinya. Di luar, mereka menarik pelajaran dan inti dari segala yang dilihat dan dialaminya. Lebih penting lagi ialah usaha mengetahui mereka yang lebih dekat yakni seluruh keluarga anggota keluarga. Biasanya kita lebih cenderung untuk memperhatikan kejadian-kejadian di luar rumah tangga, sehingga kejadian-kejadian di rumah terdesak denga kemungkinan timbulnya akibat-akibat yang tidak di sangka-sangka, karena kelalaian kita. Mengetahui setiap perubahan di dalm keluarga dan perubahan anggota keluarga berarti mengikuti perkembangan setiap anggota.3. Pengenalan diri.Dengan pengetahuan yangberkembang terus sepanjang hidup, maka usaha-usaha pengenalan diri akan dapat dicapai. Pengenalan diri setiap anggota berarti juga pengenalan diri sendiri. Anak-anak biasanya belum mengadakan pengenalan diri dan baru akan mencapainya dalam bimbingan dalam keluarganya, setelah anak banyak pergi keluar rumah, di mana lingkungan lebih luas, pandangan dan pengetahuan diri mengenai kemampuan-kemampuan, kesanggupan-kesanggupan dan sebagainya akan menambah pengenalan dirinya. Pengenalan yang baik akan memupuk pula pengertian-pengertian.

4. PengertianApabila pengetahuan dan pengenalan diri sudah tercapai, ,aka lebih mudah menyoroti semua kejadian-kejadian atau peristiwayang terjadi di dalam keluarga. Masalah-masalah lebih mudah di atasi apabila latar belakang kejadian dapat terungkap. Dengan adanya pengertian dari setiap anggota keluarga, maka akan mengurangi timbulnya masalah di dalam keluarga.5. Sikap menerimaSikap menerima setiap anggota keluarga sebagai langkah kelanjutan pengertian, berarti segala kelemahan, kekurangan, dan kelebihannya, ia harus mendapat tempat di dalam keluarga.6. Peningkatan usahaSetelah setiap anggota di terima dengan segala kekurangan dan kemampuannya sebagai anggota keluarga penuh yang menduduki tempatnya masing-masing dalam keluarga, perlu adanya peningkatan usaha. Peningkatan usaha ini perlu di lakukan dengan mengembangkan setiap aspek dari anggota keluarganya secara optimal. Peningkatan usaha ini perlu agar tidak terjadi keadaan yang statis dan membosankan. Peningkatan usaha di sesuaikan dengan setiap kemapuan baik materi dari pihak orang tua maupun anak.H. Kendala-Kendala Dalam Mencapai Kebahagiaan KeluargaKendala dalam mencapai kebahagiaan keluarga diantaranya adalah hubungan antara suami istri yang tidak harmonis, adanya sikap acuh tak acuh terhadap anggota keluarga, tdak adanya suatu usaha untuk peningkatan kualitas hidup, sikap tidak saling menerima, tidak perhatian.

BAB I PENDAHULUAN

Page 12: Makalah Konseling Perkawinan Dede

Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa, tetapi terkadang terganggu fikiran dan perasaannya sehingga salah fikir dan salah merasa. Ketika seseorang mengidap hal demikian, yakni salah berfikir dan salah merasa, maka ia bisa sedih, bosan, malas, kesepian. Gangguan seperti ini menurut ilmu psikologi disebut gangguan kejiwaan ringan (neurosis atau mental disorder). Jika kesedihan, kebosanan, malas dan kesepian menjadi berkepanjangan hingga ngomong ngawur, perilakunya juga ngawur, nggak bisa dinalar, maka itu namanya gangguan kejiwaan berat (psikosis). Meski demikian ia masih sadar bahwa ia sedang mengalami gangguan jiwa. Jika ia ngomong ngawur dan bertindak ngawur tetapi tidak menyadari, maka orang itu sudah masuk kategori sakit jiwa atau gila.. Orang yang mengidap neurosis banyak yang bisa mengobati diri sendiri atau melalui bantuan konselor, tetapi orang yang sudah mengidap psikosis harus mengikuti terapi mental, sedang orang yang sakit jiwa harus dibawa ke rumah sakit jiwa.Kehidupan perkawinan dapat disebut menyatukan dua keunikan. Perbedaan watak, karakter, selera dan pengetahuan dari dua orang (suami dan isteri) disatukan dalam rumah tangga, hidup bersama dalam waktu yang lama. Ada pasangan yang cepat menyatu, ada yang lama baru bisa menyatu, ada yang kadang menyatu kadang-kadang bertikai, ada yang selalu bertikai tetapi mereka tak sanggup berpisah. Hanya di tempat tidur mereka menyatu hingga anaknya banyak, tetapi di luar itu mereka selalu bertikai.Kehidupan berumah tangga ada yang berjalan mulus, lancar, sukses dan bahagia, ada yang setelah lama mulus tiba-tiba dilanda badai, ada yang selalu menghadapi ombak dan badai tetapi selalu bisa menyelamatkan diriKomunikasi antara suami isteri bersifat khas, tidak mesti logis. Hal-hal yang logis justeru sering disalah fahami, karena komunikasi suami isteri tidak semata-mata menggunakan nalar, tetapi juga sarat dengan muatan perasaan. Hal-hal yang menurut nalar sesungguhnya kecil, bisa saja menjadi sumber prahara rumah tangga jika disikapi dengan sepenuh rasa. Ada suami isteri yang selalu bisa menyelesaikan perselisihan tanpa bantuan orang lain, tetapi banyak suami isteri yang justeru memerlukan bantuan orang lain untuk meluruskan fikiran dan perasaannya. Dalam istilah psikologi, orang yang bisa membantu orang lain mengatasi masalah kejiwaan (al irsyad an nafsy) mereka disebut konselor, dalam bahasa Arab disebut muhtasib.BAB IIPEMBAHASANA. Pengertian konselingKlemer (1965) mengartikan konseling perkawinan sebagai koneling yang di selenggarakannya sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu patner-patner yang menikah untuk memecahkan masalah dan cdara menentukan pola pemecahan masdalah yang lebih baik.Dikatakan sebagai metode pendidikan karena konseling perkawinan memberikan pemahaman kepada pasangan yang berkonsultasi tentang diri, pasangannya, dan masalah- masalah hubungan perkawinan yang dihadapi serta cara- cara yang dapat dilakukan dalam mengatasi permasalahan perkawinan.Penurunan ketegangan emosional dimaksudkan sebagai konseling perkawinan dilaksanakan biasanya saat kedua belah pihak berada pada situasi emosional yang sangat berat. Dengan konseling, pasangan dapat melakukan ventilasi, dengan jalan membuka emosionalnya sebagai katartis terhadap tekanan-tekanan emosional yang dihadapi selama ini. Yang membantu disebut konselor seorang konselor bukan

Page 13: Makalah Konseling Perkawinan Dede

subyek, karena konselor hanya membantu, subyeknya adalah klien itu sendiri dan obyeknya adalah masalah yang dihadapi. Yang dapat dilakukan oleh seorang konselor antara lain membantu klien untuk ;1. memahami diri sendiri2. mengukur kemampuannya3. mengetahui kesiapan dan kecenderungannya’4. memperjelas orientasi, motivasi dan aspirasinya,5. mengetahui kesulitan dan problem lingkungan dimana ia hidup, serta peluang yang terbuka baginya6. membantu menggunakan pengetahuan tersebut (1 s/d 5) untuk menetapkan tujuan yang paling kongkrit bagi dirinya7. mendorong klien untuk berani mengambil keputusan yang sesuai dengan kemampuannya, dan memanfaatkan se optimal mungkin potensi yang ada pada dirinya untuk merebut peluang yang terbuka. Jika klien nya orang awam, konseling dibutuhkan untuk :1. membantu pengembangan diri dan memilih gaya hidup (life style) yang sesuai dengan aspirasinya2. menjaga agar mereka tidak terjatuh pada keadaan merasa tidak wajar dan tidak bahagia3. membantu menentukan pilihan-pilihan4. membantu meringankan perasaan, frustrasi dn sebangsanya.

Seorang klien yang semula mengidap rasa keterasingan, asing dari diri sendiri, asing dari problem yang dihadapi, asing dari lingkungan hidupnya sehingga ia tidak tahu masalahnya dn tidak berani mengambil tindakan bahkan tidak lagi tahu apa yang diinginkan, dapat dibantu memecahkan persoalannya dengan langkah-langkah sebagai berikut:1. diajak memahami realita apa sebenarnya yang sedang dihadapi, mislnya ditinggal mati orang yang dicintai, dicerai suami, kehilangan jabatan, kehilangan harta, kehilangan kekasih, sakit yang berklepanjangan, dikhiananti bawahan, dizalimi oleh orang yang selama ini dibantu dan sebagainya; bahwa realita itu adalah benar-benar realita dan harus diterima, suka atau tidak suka karena itu memang realita.2. Diajak kembali mengenali siapa dirinya, apa posisinya, dan apa kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Misalnya diingatkan bahwa ia adalah seorang ayah dari anak-anak yang membutuhkan kehadirannya. Atau bahwa kepandaiannya banyak dibutuhkan orang lain, atau bahwa dia adalah hamba Allah yang tidak bisa menghindar dari kehendak Nya, dan apa yang dialami adalah bagian dari kehendak Nya yang kita belum tahu apa maksud dan hikmahnya.3. Mengajak klien memahami keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya, bahwa keadaan memang selalu berubah; misalnya perubahan nilai, perubahan struktur, perubahan zaman, dan bahwa perubahan adalah sunnatullah yang tidak bisa ditolak, tetapi yang penting bagaimana kita mensikapi dan mengantisipasi perubahan itu.4. Diajak untuk meyakini bahwa Tuhan itu Maha Adil, maha Pengasih, maha Mengetahui, maha Pengampun, dan semua manusia diberi peluang oleh Tuhan. Juga diajak meyakini bahwa dengki, iri hati dan putus asa adalah tercela dan tidak berguna. Bahwa berbuat dan salah itu lebih baik daripada tidak berbuat karena takur salah.B. Wilayah Konseling PerkawinanProblem diseputar perkawinan atau kehidupan berkeluarga biasanya berada di sekitar;1. Kesulitan memilih jodoh, suami atau isteri

Page 14: Makalah Konseling Perkawinan Dede

2. Ekonomi yang kurang mencukupi3. Perbedaan watak, temperamen dan karakter yang terlalu tajam antara suami dan isteri4. Ketidak puasan dalam hubungan seksual5. Kejenuhan rutinitas6. Hubungan antar keluarga besan yang kurang baik7. Ada orang ketiga, WIL atau PIL8. Masalah harta warisan9. Dominasi orang tua/mertua10. Kesalah pahaman antara suami isteri11. Poligami12. PerceraianC. Tujuan Umum Konseling PerkawinanTujuan konselingperkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk menghayati atau menghayati kem¬bali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam. Konseling diberikan agar suami/istri menyadari kembali posisi masing- masing dalam keluarga dan mendorong mereka untuk melakukan sesuatu yang terbaik bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk keluarganya. Jika memperhatikan kasus perkasus maka konseling perkawinan diberikan dengan tujuan :(a) Membantu pasangan perkawinan itu mencegah terja¬dinya/meletus problema yang mengganggu kehidupan perkawinan mereka.(b) Pada pasangan yang sedang dilanda kemelut rumah tangga, Konseling diberikan dengan maksud agar mereka bisa mengatasi sendiri problema yang sedang di¬hadapi.(c) Pada pasangan yang berada dalam tahap rehabilitasi, konseling diberikan agar mereka dapat memelihara kondisi yang sudah baik menjadi lebih baik.D. Tipe tipe Perkawinan1. Conflict-habituatedTipe conflict-habituated boleh dibilang sebagai “partner in crime”. Tipe ini adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar tiada henti. Kebiasaan ini menjadi semacam “jalan hidup” bagi mereka. Tak heran kalau secara konstan mereka selalu menemukan ketidaksepakatan. Dengan kata lain, stimulasi perbedaan individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut.2. DevitalizedTipe hubungan devitalized merupakan karakteristik pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain saling menghargai. Namun mereka cenderung merasakan kehampaan hidup perkawinan kendati tetap berada bersama-sama. Karena kebersamaan mereka lebih karena dorongan demi anak atau citra mereka dalam komunitas masyarakat. Menariknya, pasangan tipe ini tak merasa dirinya maupun perkawinannya tidak bahagia. Mereka berfikir bahwa kondisi saat ini merupakan hal biasa setelah berlalunya tahun-tahun penuh gairah. Ironisnya, tipe perkawinan inilah yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat mana pun.3. Passive-congenial

Page 15: Makalah Konseling Perkawinan Dede

Pada dasarnya, pasangan tipe passive-congenial memiliki kesamaan dengan pasangan tipe devitalized. Hanya saja kehampaan yang dirasakan telah berlangsung sejak awal perkawinan. Boleh jadi karena perkawinan seperti ini biasanya berangkat dari berbagai pertimbangan ekonomis atau status sosial dan bukannya relasi emosional. Seperti halnya pasangan tipe devitalized yang minim keterlibatan emosi, pasangan passive-congenial juga tidak terlalu berkonflik, namun kurang puas menjalani perkawinannya. Dalam keseharian, pasangan-pasangan tipe ini lebih sering saling menghindar dan bukannya saling peduli.4. UtilitarianBerbeda dengan tipe-tipe lain, tipe utilitarian lebih menekankan peran ketimbang hubungan. Misalkan peran sebagai ibu, ayah atau peran-peran lain. Terdapat perbedaan sangat kontras bila dibandingkan dengan tipe vital dan total yang bersifat intrinsik, yaitu mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri5. VitalCirinya, pasangan suami-istri terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain. Mereka berdua pun saling berbagi dalam melakukan berbagai aktivitas kendati masing-masing individu memiliki identitas kepribadian yang kuat. Yang mengesankan, komunikasi mereka mengandung kejujuran dan keterbukaan. Kalaupun mengalami konflik biasanya lantaran ada hal-hal yang sangat penting. Untungnya, baik suami maupun istri saling berupaya menyelesaikannya dengan cepat dan bijak. Tentu saja tipe ini merupakan tipe relasi perkawinan yang paling memuaskan. Tak heran kalau tipe ini paling sedikit persentasenya dalam masyarakat.6. TotalTipe ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe vital, bedanya pasangan ini sedemikian saling menyatu hingga menjadi “sedaging”. Mereka selalu dalam kebersamaan secara total yang meminimalkan adanya pengalaman pribadi dan konflik. Akan tetapi tidak seperti pasangan tipe devitalized, kesepakatan di antara mereka biasanya dibangun demi hubungan itu sendiri. Sayangnya, tipe perkawinan seperti ini sangat jarang.E. Penghulu yang idealPenghulu bukan hanya petugas pencatat nikah, tetapi jabatan kepenghuluan memiliki wilayah horizontal dan vertical. Oleh karena itu idealnya seorang penghulu bukan saja menguasai bidang-bidang tersebut diatas (1 s/d 12) tetapi juga menguasai psikologi keluarga, yang dengan itu penghulu bukan hanya bisa memberi nasehat perkawinan, tetapi juga bisa menjadi konselor perkawinan . Seorang muballigh dituntut untuk mampu berbicara agar orang-orang enak mendengarnya, sedang seorang konselor dituntut untuk sangggup menjadi pendengar yang baik dari keluhan-keluhan klien. Seorang klien terkadang tidak membutuhkan nasehat, tetapi hanya butuh tempat curah perhatian (curhat), karena begitu curhat beban menjadi ringan. Jika sudah merasa ringan kok dinasehati, maka nasehat itu sendiri menjadi beban.

BAB IIIPENUTUPKesimpulankonseling perkawinan sebagai koneling yang di selenggarakannya sebagai metode pendidikan, metode penurunan ketegangan emosional, metode membantu patner-patner yang menikah untuk memecahkan

Page 16: Makalah Konseling Perkawinan Dede

masalah dan cdara menentukan pola pemecahan masdalah yang lebih baik. Yang membantu disebut konselor seorang konselor bukan subyek, karena konselor hanya membantu, subyeknya adalah klien itu sendiri dan obyeknya adalah masalah yang dihadapi.Tujuan konselingperkawinan adalah agar klien dapat menjalani kehidupan berumah tangga secara benar, bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan perkawinan. Oleh karena itu maka konseling perkawinan pada prinsipnya berisi dorongan untuk menghayati atau menghayati kem¬bali prinsip-prinsip dasar, hikmah, tujuan dan tuntunan hidup berumah tangga menurut ajaran Islam

Daftar PustakaLatipun, Psikologi Konseling Malang: UPT. Penerbitan Universitas Muhamadiyah Malang, 2006Bimo Walgito, Bimbibgan dan Konseling Perkawinan, Yogyakarta: Andi Offset, 2004Google.com Konseling Perkawinan

BIMBINGAN KONSELING PERKAWINANMakalah ini dibuat untuk memenuhi tugas IndividuMata Kuliah: Bimbingan KonselingDosen Pengampu: SarjonoOleh :Ujang Saepul Hamdi 07410119Jur/Prodi/Kelas : PAI / PAI CJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUANUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGAYOGYAKARTA

Monday, 27 May 2013 13:13

BIMBINGAN DAN KONSELING PERKAWINAN (Part 1)

OLEH :

IPDA I GUSTI NGURAH SUTARKA,SH.

PAUR LAT SUBBAG PERS BAG SUMDA

Page 17: Makalah Konseling Perkawinan Dede

POLRES KLUNGKUNG

1. Beberapa Istilah yang digunakan

Istilah Bimbingan dan Konseling dimaksudkan sebagai terjemahan dari istilah Guidance and Counseling. Istilah Guidance diterjemahkan dengan Bimbingan, sedangkan Counseling diterjemahkan dengan Konseling. Tetapi kadang-kadang istilah Counseling juga diterjemahkan dengan penyuluhan.

Namun dalam pengertian penyuluhan terkandung adanya pengertian keaktifan yang searah seperti halnya dalam bimbingan, misalnya dalam “wayang suluh” yaitu ingin memberikan “sesuluh” atau memberi penyuluhan. Padahal dalam pengertian Counseling salah satu prinsipnya ialah bahwa aktifitas tidak hanya dari pihak konselor, tetapi konselor harus mengusahakan adanya hubungan yang timbal balik antara klien dan konselor, dan menempatkan klien pada pihak yang lebih aktif. Walaupun demikian karena istilah penyuluhan ini telah “memasyarakat” maka istilah tersebut kadang-kadang masih digunakan disamping istilah konseling.

Dilihat dari segi perkembangan istilah tersebut diatas sebenarnya pada mulanya istilah yang digunakan adalah istilah Guidance. Hal tersebut sesuai dengan keadaan atau masalahnya serta teknik yang digunakan pada waktu itu. Masalah semula memang merupakan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan, karena itu bimbingan pada mulanya dalam hal bimbingan jabatan atau pekerjaan (vocational guidance) dan tekniknya adalah directive. Dalam kaitannya dengan masalah tersebut bimbingan yang dijalankan lebih dengan cara memberikan petunjuk-petunjuk, yaitu antara lain bagaimana mencari pekerjaan, bagaimana caranya melamar paekerjaan, syarat-syarat apa yang dibutuhkan oleh sesuatu pekerjaan dan sebagainya. Ini berarti bahwa memang benar –benar keaktifan itu ada pada yang memberikan bimbingan.

Dalam perkembangannya kemudian Guidance tidak hanya taerbatas pada masalah pekerjaan saja, melainkan juga menyangkut masalah-masalah yang berhubungan dengan masalah-masalah pribadi ataupun masalah-masalah emosional. Dalam masalah pribadi dan emosional ini, teknik directif kuranglah tepat, karena masalah-masalah pribadi dan masalah-masalah emosional yang lebih tahu adalah klien, orang yang bersangkutan bukan konselor. Atas dasar anggapan bahwa klien mampu memecahkan masalahnya sendiri, maka yang dibutuhkan oleh klien adalah orang yang dapat dipercaya dan dapat ditumpahi segala isi hatinya tanpa mengharapkan bimbingan dari orang lain. Karena itulah menurut Sri Mulyani Martaniah maka kemudian timbul istilah Guidance and Counseling[1]. Disamping itu ada yang hanya menggunakan istilah counseling saja dalm arti yang sama dengan Guidance,karena istilah Guidance dianggapnya sudah tidak cocok, sudah out moded.

2. Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan tidak terlepas dari adanya bantuan yang diberikan kepada orang lain oleh seseorang, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya secara optimal, agar individu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan agar individu dapat mengadakan penyesuaian yang bai. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa bimbingan itu merupakan bantuan yang diberikan

Page 18: Makalah Konseling Perkawinan Dede

kepada individu, untuk mengembangkan kemampuan-kemampuannya dengan baik agar individu itu dapat memecahkan masalahnya sendiri dan dapat mengadakan penyesuaian diri dengan baik.

Pengertian bimbingan ini seperti telah disinggung diatas terkandung adanya aktivitas yang sepihak, yaitu dari yang memberikan bimbingan. Bimbingan diberikan lebih bersifat tuntunan, bersifat pencegahan agar masalah-masalah jangan sampai timbul, sekalipun juga tidak lepas sama sekali dari segi pemecahan masalah.

Sedangkan konseling merupakan bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah dengan interveu. Namun demikian dapat dikemukakan bahwa antara pengertian Guidance dan Counseling memang ada segi yang sama tetapi juga ada segi-segi yang berbeda. Persamaannya adalah adanya bantuan dari seseorang kepada orang lain, sedangkan perbedaannya adalah :

1. Konseling merupakan salah satu teknik bimbingan, karena itu pengertian bimbingan akan lebih luas dari pengertian konseling. Konseling memang merupakan bimbingan tetapi tidak semua bimbingan merupakan konseling.

2. Dalam Konseling telah adanya masalah yang akan dipecahkan bersama antara konselor dan klien, sehingga sifatnya lebih penyembuhan sekalipun segi pencegahan secara tak langsung juga ada. Pada bimbingan lebih bimbingan lebih bersifat pencegahan sekalipun dalam bimbingan juga terdapat segi penyembuhan.

3. Konseling pada prinsipnya dijalankan secara individual, face to face antara klien dan konselor, walaupun dalam perkembangannya kemudian adanya group counseling. Sedangkan bimbingan lebih secara kelompok, sekalipun juga dapat diberikan secara individual.

Karena pengertian Guidance dan Counseling satu dengan yang lain saling kait mengkait, bimbingan mengkait konseling dan konseling mengkait bimbingan maka digunakan istilah Guidance dan Counseling disamping istilah bimbingan dan istilah konseling.

3. Latar belakang diperlukannya Bimbingan dan Konseling Perkawinan

Dalam bimbingan dan konseling seperti halnya kegiatan lain, adanya hal-hal yang mendorong mengapa bimbingan dan konseling itu diperlukan. Hal ini akan menambah pengertian dan keyakinan bahwa hal tersebut memang benar-benar diperlukan. Dengan mengetahui hal-hal yang mendorong atau melatar belakangi ini, akan lebih memantapkan tentang kegiatan-kegiatan tersebut. Ada beberapa hal yang melatar belakangi mengapa diperlukannya bimbingan dan konseling perkawinan yaitu :

a. Masalah perbedaan individual

Bahwa masing-masing individu berbeda satu dengan yang lainnya. Akan sulit didapatkan dua individu yang benar-benar sama, sekalipun mereka merupakan saudara kembar. Masing-masing individu mempunyai sifat yang berbeda satu sama lainnya baik secara fisiologik maupun dalam hal psikologik. Masing-masing individu mempunyai perasaan satu sama lainnya berbeda,

Page 19: Makalah Konseling Perkawinan Dede

demikian pula masing-masing individu mempunyai kemampuan untuk berfikir, namun bagaimana kualitas berfikirnya satu dengan yang lain akan berbeda-beda.

Dalam menghadapi masalah, bagaimana cara individu mencari pemecahannya, masing-masing individu mempunyai kemampuan yang berbeda. Ada yang memecahkan dengan cepat tetapi yang lain dengan lambat, sedangkan yang lain lagi mungkin tidak dapat memecahkan masalah tersebut. Bagi individu yang tidak dapat memecahkan masalah yang dihadapinya maka ia akan membutuhkan bantuan orang lain untuk ikut memikirkan dan memecahkan masalah tersebut. Dengan kata lain perlu bantuan orang lain atau perlu bimbingan dan konseling. Bagi individu yang mampu memecahkan masalahnya tanpa bantuan orang lain, bimbingan dan konseling memang tidak diperlukan.

b. Masalah kebutuhan individu

Manusia merupakan makhluk hidup yang mempunyai kebutuhan-kebutuhan tertentu. Kebutuhan merupakan pendorong timbulnya tingkah laku. Tingkah laku individu ditujukan untuk mencapai sesuatu tujuan yang akan dikaitkan dengan kebutuhan individu yang bersangkutan. Bertitik tolak bahwa tingkah laku individu itu merupakan cara untuk memenuhi kebutuhannya, maka bahwa perkawinan juga merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri individu bersangkutan. Dalam hal perkawinan kadang-kadang atau justru sering individu tidak tahu harus bertindak bagaimana. Dalam hal seperti ini membutuhkan orang lain atau membutuhkan bimbingan dan konseling yang berperan membantu mengarahkan ataupun memberikan pandangan individu yang bersangkutan.

c. Masalah perkembangan individu

Individu merupakan makhluk yang berkembang dari masa ke masa, akibat dari perkembangan yang ada pada individu maka individu akan mengalami perubahan-perubahan. Dengan adanya perubahan-perubahan itu, ini maenunjukkan adanya unsur dinamika dalam diri individu itu. Dalam mengarungi perkembangan ini kadang-kadang individu mengalami hal-hal yang tidak dapat dimengerti oleh individu yang bersangkutan khususnya dalam hubungan antara pria dan wanita. Akibat dari keadaan ini dapat menimbulkan berbagai macam kesulitan yang menimpa diri individu yang bersangkutan. Karena itu untuk menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak diinginkan diperlukan bantuan orang lain untuk pengarahannya atau dengan kata lain dibutuhkan bimbingan dan konseling.

d. Masalah latar belakang Sosio-Kultural

Perkembangan keadaan menimbulkan banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat, seperti perubahan dalam asfek sosial, politik, ekonomi, industri, sikap, nilai dan sebagainya. Keadaan ini akan mempengaruhi pula kehidupan seseorang baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Kalau dilihat pada waktu sekarang individu dihadapkan pada perubahan-perubahan yang begitu kompleks, sehingga keadaan ini dapat menimbulkan berbagai macam tantangan atau tuntutan terhadap kehidupan individu. Keadaan yang demikian menuntut individu untuk dapat lebih mampu menghadapi berbagai macam keadaan yang ditimbulkan oleh keadaan jaman. Misalnya dengan masuknya pengaruh kebudayaan dari luar, membutuhkan kemampuan individu

Page 20: Makalah Konseling Perkawinan Dede

untuk dapat menyaringnya. Berkaitan dengan hal ini maka individu tertentu perlu bantuan orang lain dalam usaha mengatasi tantangan dan tuntutan yang ditimbulkan oleh perkembangan jaman tersebut, dengan kata lain membutuhkan bimbingan dan konseling.

Dari uraian diatas itu akan menyangkut masalah penyesuaian diri. Bagi individu yang tidak mampu menyesuaikan diri dengan baik, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungannya, dibutuhkan bimbingan dan konseling itu. Dengan bimbingan dan konseling diharapkan individu akan dapat menyesuaikan diri dengan baik.

 

############## sampai jumpa pada part 2 tentang Perkawinan ################

 

[1] Bimbingan dan Konseling Perkawinan, Drs. Bimo Walgito, 1984, Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Category: Artikel / Pengetahuan Kepolisian