makalah konjungtivitis taas

34
BAB I PENDAHULUAN Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata terdiri dari membrane mukosa tipis yang melapisi klopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Konjungtiva terdiri dari tiga bagian, yaitu konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks (peralihan konjungtiva bulbi dengan konjungtiva palpebra). Fungsi konjungtiva adalah untuk membasahi retina, reaksi imunologik mencegah masuknya mikroba, dan sel goblet adalah sel yang terdapat pada mukosa sel konjungtiva. Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang umumnyamengikuti pola arterinya membentuk jaring – jarring vaskuler konjungtiva yang banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superficial dan lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk pleksus limfatikus yang banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan pertama (oftalmik) 1

Upload: ekiferdianto

Post on 18-Jan-2016

69 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

konjungtivitis

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Konjungtivitis Taas

BAB I

PENDAHULUAN

Konjungtiva merupakan lapisan terluar dari mata terdiri dari membrane mukosa

tipis yang melapisi klopak mata, kemudian melengkung melapisi permukaan bola mata

dan berakhir pada daerah transparan pada mata yaitu kornea. Konjungtiva terdiri dari tiga

bagian, yaitu konjungtiva palpebra, konjungtiva bulbi, dan konjungtiva forniks (peralihan

konjungtiva bulbi dengan konjungtiva palpebra).

Fungsi konjungtiva adalah untuk membasahi retina, reaksi imunologik mencegah

masuknya mikroba, dan sel goblet adalah sel yang terdapat pada mukosa sel konjungtiva.

Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis. Kedua

arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva yang

umumnyamengikuti pola arterinya membentuk jaring – jarring vaskuler konjungtiva yang

banyak sekali. Pembuluh limfe konjungtiva tersusun dalam lapisan superficial dan

lapisan profundus dan bersambung dengan pembuluh limfe palpebra hingga membentuk

pleksus limfatikus yang banyak. Konjungtiva menerima persarafan dari percabangan

pertama (oftalmik) nervus trigeminus. Saraf ini hanya relative sedikit mempunyai serat

nyeri.

Pada konjungtiva terdapat beberapa jenis kelenjar yang dibagi menjadi 2 grup

besar yaitu:

1) Penghasil musin

a) Sel goblet : terletak di bawah epitel dan paling banyak ditemukan pada daerah

inferonasal.

b) Crypts of Henle : terletak sepanjang sepertiga atas dari konjungtiva tarsalis

superior dan sepanjang sepertiga bawah dari konjungtiva tarsalis inferior.

c) Kelenjar Manz : mengelilingi daerah limbus.

1

Page 2: Makalah Konjungtivitis Taas

2) Kelenjar assesoris lakrimalis

Kelenjar assesoris ini termasuk kelenjar Krause dan kelenjar Wolfring. Kedua

kelenjar ini terletak dalam di bawah substansi propria.

Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar. Kemungkinan konjungtiva

terinfeksi dengan mikroorganisme sangat besar. Pertahanan konjungtiva terutama oleh

karena adanya tear film pada konjungtiva yang berfungsi untuk melarutkan kotoran –

kotoran dan bahan – bahan yang toksis kemudian mengalirkan melalui saluran lakrimalis

ke meatus nasi inferior. Apabila ada mikroorganisme pathogen yang dapat menembus

pertahanan tersebut sehingga terjadi infeksi konjungtiva yang disebut konjungtivitis.

Konjungtivitis yang dikenal sebagai pink eye, adalah peradangan selaput bening

yang menutupi bagian putih mata dan bagian dalam kelopak mata. Peradangan tersebut

menyebabkan timbulnya berbagai hejala, salah satunya adalah mata merah.

Konjungtivitis dapat disebabkan oleh virus, bakteri, alergi, atau kontak dengan benda

asing.

Konjungtivitis dapat mengenai pada usia bayi meupun dewasa. Pada

konjungtivitis yang disebabkan oleh virus biasanya hanya mengenai satu mata saja, mata

sangat berair dan kotoran mata ada, namun biasanya sedikit. Konjungtivitis yang

disebabkan oleh bakteri biasanya mengenal kedua mata. Cirri khasnya adalah keluar

kotoran mata dalam jumlah banyak, berwarna kuning kehijauan. Konjungtivitis alergi

juga mengenai kedua mata. Selain mata berwarna merah, juga akan terasa gatal. Gatal ini

juga seringkali dirasakan di hidung. Produksi air mata juga berlebihan sehingga mata

sangat berair. Konjungtivitis papiler raksasa adalah konjungtivitis yang disebabkan oleh

intoleransi mata terhadap lensa kontak. Biasanya mengenai kedua mata, terasa gatal,

banyak kotoran mata, air mata berlebih, dan kadang muncul benjolan di kelopak mata.

2

Page 3: Makalah Konjungtivitis Taas

BAB II

PEMBAHASAN

KONJUNGTIVITIS

DEFINISI

Keradangan yang terjadi pada selaput konjungtiva atau radang selaput lender yang

menututpi belakang kelopak dan bola mata yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur,

alergi, chlamidia, atau iritasi bahan kimia. Secara klinis dibagi menjadi:

a. Konjungtivitis hiperakut

b. Konjungtivitis akut

c. Konjungtivitis kronik

PATOFISIOLOGI

Konjungtiva yang selalu berhubungan dengan dunia luar dapat dengan mudah

terinfejsi oleh mikro organisme. Biasanya penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya

(suatu self limiting disease). Hal ini dikarenakan oleh faktor – faktor:

1. Konjungtiva yang selalu dilapisi tear film yang mengandung zat – zat antimikrobal

yaitu; betalysin, lysozim, Ig A, Ig G, yang diberfungsi untuk menghambat

pertumbuhan kuman.

2. Stroma konjungtiva pada lapisan adenoid mengandung banyak kelenjar limpois.

3. Epitel konjungtiva terus menerus diganti.

4. Temperature yang relative rendah karena penguapan air mata sehingga

perkembanganbiakan mikroorganisme terhambat.

5. Penggelontoran mikroorganisme oleh aliran air mata.

6. Mikroorganisme oleh mukus konjungtiva hasil sekresi sel – sel goblet, kemudian

akan diglontor oleh aliran air mata.

Bila mikroorganisme pathogen dapat menembus pertahanan tersebut sehingga

terjadi infeksi konjungtiva maka akan terjadi konjungtivitis.

3

Page 4: Makalah Konjungtivitis Taas

GEJALA KLINIS

Gejala atau keluhan penderita berupa:

1. rasa ngeres, seperti ada pasir di dalam mata

2. gatal

3. panas

4. kemeng di sekitar mata

5. epifora

6. mata merah

Penyebab keluhan ini karena edema konjungtiva terbentuknya hipertrofi papiler

dan folikel yang menyebabkan perasaan seperti ada benda asing di dalam mata.

GAMBARAN KLINIS

1. Hiperemia konjungtiva : konjungtiva berwarna merah karena pengisian pembuluh

darah konjungtiva yang dalam keadaan normal kosong. Pengisian pembuluh darah

konjungtiva terutama di daerah forniks akan semakin menghilang atau menipis kea

rah limbus.

2. Epifora : keluarnya air mata yang berlebih

3. Pseudotosis : kelopak mata atas seperti akan menutup, karena edema konjungtiva

palpebra dan eksudasi sel – sel radang pada konjungtiva palpebra.

4. Hipertrofi papiler : suatu reaksi onspesifik konjungtiva di saerah tarsus dan limbus,

berupa tonjolan – tonjolan yang berbentuk polygonal.

5. Folikel : suatu reaksi nonspesifik konjungtiva biasanya karena infeksi virus, berupa

tonjolan kecil – kecil yang berbentuk bulat.

6. Khemosis : edema konjungtiva.

7. Membran atau pseudomembran : suatu membrane yang berbentuk oleh karena

koagulasi fibrin.

8. Preaurikular adenopati : pembesaran kelenjar limfe preaurikular.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut

dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatn gram atau pengecatan Giemsa sehingga

4

Page 5: Makalah Konjungtivitis Taas

dapat dijumpai sel – sel radang polimorfonuklear, sel – sel mononuclear, juga bakteri

atau jamur penyebab konjungtivitis dapat diidentifikasi dari pengecatan ini.

Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan Giemsa akan

didapatkan sel – sel eosinofil. Pada konjuntivitis yang disebabkan oleh virus akan

didapatkan sel – sel mononuclear. Bila ditemukan sel – sel PMN (polimorfonuklear)

diduga radang akibat bakteri. Sedangkan bila ditemukan sel – sel limfosit menunjukan

radang kronis. Pada konjuntivitis karena jamur ditemukan adanya hyfe.

DIAGNOSIS

Diagnosa konjungtivitis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinik dan

pemeriksaan laboratorium.

PENATALAKSANAAN

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Dua penyebab kliasik

konjungtivitis bakteri akut adalah Streptococcus pneumoni dan haemophlyllus

aegypticus.

Konjungtivitis karena bakteri dapat diberikan : sulfonamide (sulfacetamide 15%) atau

antibiotic (gentamycin 0,3%, chlorampenicol 0,5%, polimixin). Gentamycin dan

Tobramycin sering diesrtai reaksi hipersensitivitas local. Penggunaan aminoglikosida

seperti gentamycin yang tidak teratur dan adekuat menyebabkan resistesi organisme

gram negative.

Konjungtivitis karena jamur sangat jarang. Dapat diberikan : Amphotericin B 0,1%

yang efektif untuk Aspergilus dan Cinda.

Konjungtivitis karena virus, pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah

terjadinya infeksi sekunder dengan antibiotic. Pengobatan dengan antivirus tidak

efektif. Pengobatan utama adalah suportif. Berikan kompres hangat dan dingin,

bersihkan sekret dan dapat memakai air mata buatan. Pemberian kortikoseroid tidak

dianjurkan untuk pemakaian rutin.

Konjungtivitis karena alergi diberikan : antihistamin (Antazoline 0,5%, Naphazoline

0,05%) atau kortikosteroid (Dexamethasone 0,1%).

5

Page 6: Makalah Konjungtivitis Taas

PENYULIT

Penyakit pada konjungtivitis dapat berbentuk :

Phlikten : tonjolan berupa serbukan sel radang kronis.

Keratitis epithelial

Ulkus kornea

Penyebab khusus untuk penyulit – penyulit ini tidak dibutuhkan karena penyulit –

penyulit ini akan sembuh bila konjungtivitis sembuh.

PROGNOSIS

Konjungtivitis pada umumnya self limited disease artinya sembuh dengan

sendirinya, tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam 10 – 14 hari bila dengan

pengobatan dapat sembuh 1 – 3 hari. Konjungtivitis karena Staphylococcus seringkali

menjadi kronik.

A. KONJUNTIVITIS BLENORE

DEFINISI

Suatu infeksi dan inflamasi konjungtiva yang perjalanan penyakitnya sangat akut

disertai secret purulen. Dapat di sebabkan oleh bakteri dan Chlamydia. Sering terjadi

pada bayi baru lahir yang di tularkan ibunya.

GAMBARAN KLINIS

1. Masa inkubasi 12 jam – 5 hari tergantung virulensi kuman

2. Kelopak mata lengket, sukar dibuka dan penuh dengan nanah

DIAGNOSIS

Dapat ditegakan dengan:

Pemeriksaan secret dengan pewarnaan methylen blue dimana akan tampak

“diplokokus” dalam sel leukosit

6

Page 7: Makalah Konjungtivitis Taas

Pewarnaan gram akan terdapat sel intraseluler dan ekstraseluler dengan sifat gram

(-)

PENATALAKSANAAN

Segera setelah tampak pewarnaan gram (-) diplokokus bulat intraseluler

Penicillin salep dan injeksi penicillin pada bayi berikan 50.000 – 100.000 IU /

kgBB selama 7 hari secara IM Single Dose

Sesering mungkin mata dibersihkan dari secret dengan kapas yang dibasahi air

bersih (direbus) atau dengan garam fisiologis setiap ¼ jam

Penicillin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penicillin G10.000 –

20.000 IU / ml setiap 1 menit sampai 30 menit kemudian untuk salep diberikan

setiap 5 menit sampai 30 menit

Pengobatan dihentikan jika pada pemeriksaan mikroskop yang dibuat setiap hari

menghasilkan 3 kali berturut – turut negative

B. KONJUNGTIVITIS GONOBLENORE

DEFINISI

Konjungtivitis hiperakut dengan sekret purulen disebabkan Neisseria gonorrhea.

PATOFISIOLOGI

Proses keradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan Neisseria gonorrhea,

yaitu kuman – kuman berbentuk kokus, Gram negative yang sering menjadi penyebab

uretritis pada pria dan vaginitis atau bartolinitis pada wanita. Infeksi dapat terjadi karena

adanya kontak langsung antara Neisseria gonorrhea dengan konjungitva.

GEJALA KLINIS

Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi dapat terjadi

beberapa jam sampai 3 hari. Keluhan utama : mata merah, bengkak, dengan sekret seperti

nanah yang kadang - kadang bercampur darah.

7

Page 8: Makalah Konjungtivitis Taas

GAMBARAN KLINIS

1. Hiperemi konjungtiva

2. Getah mata seperti nanah yang banyak sekali

3. Kelopak mata bengkak karena ada edema konjungtiva palpebra dan konjungtiva

bulbi

4. Pendarahan dapat terjadi karena edema konjungtiva yang hebat. Hal ini akan

mengakibatkan pecahnya pembuluh darah konjungtiva dan timbul pendarahan.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Didapatkan sel – sel polimorfonuklear dalam jumlah yang banyak sekali. Kokus –

kokus gram negative yang berpasang – pasang seperti biji kopi yang tersebar di luar dan

di dalam sel adalah kuman – kuman Neisseria gonorrhea.

DIAGNOSIS

Ditegakan dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Pemeriksaan klinis : didapatkan duatu keradangan konjungtiva yang hiperakut

dengan getah mata seperti nanah yang kadang – kadangn tercampur darah.

Pemeriksaan laboratorium : didapatkan kuman – kuman Neisseria gonorrhea

dalamsediaan yang berasal dari kerokan atau getah mata konjungtiva.

PENATALAKSANAAN

Gonoblenore tanpa penyulit pada kornea

Topical :

Salep mata tetracycline HCL 1% atau Ciprofloxacin 0,3% yang diberikan minimal 6

kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam sekali pada penderita

dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sampai terjadinya resolusi. Sebelum diberikan salep /

tetes mata, sekret harus dibersihkan lebih dahulu.

Sistemik :

Pada orang dewasa diberikan Penicillin G 4,8 juta IU intramuscular dalam dosis

tunggal ditambah Probenicid 1gram peroral, atau Ampicillin dosis tunggal 3,5 gram

peroral. Pada neonatal dan anak – anak injeksi Penicillin diberikan dengan dosis 50.000 –

8

Page 9: Makalah Konjungtivitis Taas

100.000 IU / kgBB. Bila penderita tidak tahan dengan obat – obat derivate penicillin bias

diberikan Thiampenicol 3,5 gram dosis tunggal atau tetracycline 1,5 gram dosis initial

dilanjutkan dengan 4 kali 500 mg / hari selama 4 hari.

Gonoblenore dengan penyulit pada kornea

Topical :

Ciprofloxacin 0,3% dengan cara pemberian sebagai berikut :

Hari I : 1 – 2 tetes, setiap 15 menit selama 6 jam

Selanjutnya diberika 2 tetes setiap 30 menit

Hari II : 2tetes tiap 1 jam

Hari III – XIV : 2 tetes tiap 4 jam

Obat – obat topical lain yang dapat diberikan ialah : Bacitracin, Vancomycin,

Cephaloridin, Cephazolin, Gentamycin, Tobramycin, Carbenicillin, dan Polymyxin B.

Sistemik :

Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore tanpa penyulit (ulkus

kornea). Selain obat – obat spesifik untuk Neisseria gonorrhea dapat diberikan :

sikooplegik (Scopolamin 0,25%) 2 – 3 kali setiap hari untuk menghilangkan rasa nyeri

karena spasme siliar dan mencegah sinekia.

Apabila ada bahaya perforasi yang mengancam (descemetocele) dapat dilakukan

operasi flap konjungtiva “partial conjungtival bridge flap”.

PROGNOSIS

Bla pengobatan diberikan secepatnya dengan dosis cukup, gonoblenore akan

sembuh yanpa komplikasi. Bila pengobatan diberikan lambat atau kurang intensif, maka

kesembuhannya mungkin disertai sikatriks kornea dan penurunan tajam pengelihatan

menetap atau kebutaan.

9

Page 10: Makalah Konjungtivitis Taas

C. TRAKOMA

DEFINISI

Keradangan konjungtiva yang akut, subakut, atau kronik disebabkan oleh

Chlamydia trachomatis.

PATOFISIOLOGI

Chlamydia trachomatis memiliki kecenderungan untuk menginfeksi kedua mata.

Pada stadium dini, penyakit ini mirip dengan konjungtivitis kronis pada umumnya, yaitu

mata merah dan di dapatkan folikel maupun hipertropi papiler pada tarsus bahgian atas.

Hipertropi papiler dan inflamasi konjungtiva mengakibatkan sikatrik konjungtiva yang

dapat mengakibatkan penyulit – penyulit yang ringan maupun berat, pada sikatrik yang

berat dapat terjadi “tear deficiency syndrome”.

Kelainan di kornea dapat berupa epithelial keratitis. Subepithelial keratitis,

infiltrate disertai neovaskularisasi (pannus), ulkus kornea, sikatrik folikel – folikel di

limbus yang disebut Herbert’s pits. Endotropion dan trikiasis terjadi akibat sikatrik

konjungtiva yang hebat, dimana bulu – bulu mata dan menggores kornea dan

mengakibatkan ulkus kornea, kadang – kadang perforasi kornea.

GEJALA KLINIS

Periode inkubasi sekitar 5 – 14 hari dengan rata – rata sekitar 7 hari. Pada bayi

dan anak – anak perjalanan penyakitnya sangat ringan, akan tetapi pada orang dewasa

perjalanan penyakitnya sapat akut atau subakut, seperti pada konjungtivitis yaitu : mata

merah, nyeri, epifora, folikel, dan hipertropi papiler.

GAMBARAN KLINIS

Gambaran klinis pada trakoma oleh Mc Callan digambarkan sebagai berikut :

Stadium I : didapatkan folikes yang imatur dan hipertropi papiler pada tarsus di

bagian atas.

Stadium IIa : didapatkan folikel yang matur dan hipertropi papiler pada tarsus di

bagian atas.

Stadium IIb : hipertropi papiler makin jelas sehingga menutupi folikel.

10

Page 11: Makalah Konjungtivitis Taas

Pada stadium IIa dan IIb disebut sebagai : established trakoma

Pada stadium IIa dan IIb juga didapatkan epithelial keratitis, subepitelial

keratitis, pannus, Herbert’s pits

Stadium III : trakoma aktif dan sikatrik (disamping sikatrik didapatkan folikel dan

hipertropi papiler).

Stadium IV : sikatrik tanpa disertai tanda – tanda trakoma aktif.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Kerokan konjungtiva dicat dengan Giemsa didapatkan sel – sel PMN, sel plasma,

sel leber (makrofag yang besar dan berisi debris), juga didapatkan inclusion bodi pada

sitoplasma sel – sel konjungtiva yang disebut Halberstaedler – Prowasek Inklusion

Bodies.

DIAGNOSIS

Berdasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Pemeriksaan klinis : didapatkan folikel – folikel dan hipertropi papiler pada trsus

di bagian atas, pannus, Herbert’s pits, etropion, trikiasis, atau sikatrik tarsus bagian atas.

Pemeriksaan laboratorium : pada pengecatan giemsa kerokan konjungtiva

didapatkan sel – sel PMN, sel plasma, sel leber dan inclusion bodi pada sitoplasma sel –

sel konjuntiva (Halberstaedler – Prowasek Inklusion Bosies).

PENATALAKSANAAN

Topical : trakoma sampai sekarang masih diobati dengan tetracycline 1%,

Erithomycin dan Sulfonamide 15% berupa tetes mata ataupun salep mata. Pemberian

topical selama 3 bulan.

Sistemik : tetracycline 250 mg sehari 4 kali selama 3 – 4 minggu. Erythromycin

250 mg sehari 4 kali selama 3 – 4 minggu.

Disis dapat diperbesar dengan lama pemberian lebih pendek. Dosis : 2 – 4 gram /

hari selama 14 hari. Pengobatan ditunjang dengan kebersihan perorangan dan gizi baik.

11

Page 12: Makalah Konjungtivitis Taas

PENYULIT

Trakoma merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan kebutaan.

Kebutaan karena trakoma dapat disebabkan oleh : pannus totalis, ulkus panusum yang

mengalami perforasi, ulkus kornea akibat atropion dan trikiasis.

Bilia sudah terjadi entropion dan trikiasis dapat dikoreksi dengan operasi

tarsotomi metode SBL (Sie Boen Liang).

PROGNOSIS

Trakoma adalah penyakit mata yang kronis dan diderita dalam waktu yang lama.

Pada kasus – kasus yang ringan dapat sembuh tanpa meninggalkan cacat atau sembuh

tanpa bekas. Pada kasusu yang berat dapat terjadi sikatrik ataupun penyulit – penyulit

yang dapat mengakibatkan kebutaan.

D. KONJUNGTIVITIS VERNAL

DEFINISI

Keradangan bilateral konjungtiva yang berulang menurut musim dengan

gambaran spedifik hipertropi papiler di daerah tarsus dan limbus.

PATOFISIOLOGI

Menurut lokalisasinya dibedakan tipe palpebral dan tipe limbal. Pada tipe

palpebral, pada beberapa tempat akan mengalami hiperplasi sedangkan di bagian lain

mengalami atrofi. Perubahan mendasar terdapat di substansia propria. Substansia propria

terinfiltrasi sel – sel limfosit, plasma, dan eosinofil. Pada stadium lanjut jumlah sel – sel

limfosit, plasma, dan eosinofil akan semakin meningkat, sehingga terbentuk tonjolan

jaringan di daerah tarsus, disertai pembentukan pembuluh darah baru. Degenerasi hyaline

di dtroma terjadi pada fase dini dan semakin menghebat pada stadium lanjut.

Pada tipe ljuga terjadi perubahan yang serupa sebagaimana yang terjadi pada tipe

palpebral, hanya lokasinya saja yang berbeda yaitu pada limbus konjungtiva.

12

Page 13: Makalah Konjungtivitis Taas

ETIOLOGI

Alergi merupakan kemungkinan terbesar penyebab konjungtivitis vernal

Hal ini berdasarkan atas :

Tenddensi untuk diderita anak – anak dan orang usia muda

Kambuh secara musiman

Pemeriksaan getah mata didapatkan eosinofil

GAMBARAN KLINIS

Keluhan utama : gatal.

Gatal pada mata merupakan keluhan utama pada hampir semua penderita

konjungtivitis vernal. Keluhan gatal ini menurun pada musim dingin.

Ptosis

Terjadi ptosis bilateral, kadang – kadang yang satu lebih ringan dibandingkan yang

lain. Ptosis terjadi karena infiltrasi cairan ke dalam sel – sel konjungtiva palpebra dan

infiltrasi sel – sel limfosit plasma, eosinofil, juga adanya degenerasi hyaline pada

stroma konjungtiva.

Getah mata

Konsistensi getah mata elastic (bila ditarik molor).

Horner Trantas dots

Gambaran seperti renda pada limbus. Merupakan penumpukan eosinofil dan

merupakan hal yang patognomosis pada konjungtivitis vernal.

Kelainan di kornea

Dapat berupa pungtat epithelial keratopati. Kadang – kadang di dapatkan ulkus

kornea yang terbentuk bulat lonjong vertical. Kelainan di kornea ini tidak

membutuhkan pengobatan khusus.

PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Pada kerokan konjungtiva di daerah tarsus atau limbus didapatkan sel – sel

eosinofil dan eosinofil granul.

13

Page 14: Makalah Konjungtivitis Taas

DIAGNOSIS

Bedasarkan pemeriksaan klinis dan laboratorium.

Pemeriksaan klinis :

Anamnesa adanya keluhan gatal, mata merah kecoklatan (kotor).

Palpebra : didapatkan hipertropi papiler, couble – stone, giant’s papillae

Konjungtiva bulbi : warna merah kecoklatan dan kotor, terutama di area fisura

interpalpebralis.

Limbus : Horner Trantas Dots.

Pemeriksaan laboratorium :

Didapatkan sel – sel eosinofil dan eosinofil granul.

DIAGNOSIS BANDING

1. Trakoma : didapatkan folikel pada stadium awal yang akhirnya terselubung dengan

hipertropi papiler, sedangkan pada konjungtivitis vernal tidak pernah didapatkan

folikel.

2. Hay fever konjungtivitis : pembengkakan palpebra disebabkan edema sel – sel. Pada

konjungtivitis vernal pembengkakan terjadi karena adanya infiltrasi cairan ke dalam

sel.

PENATALAKSANAAN

Kortikosteroid local diberikan pada fase akut dengan gejala mata merah

kecoklatan (kotor) dan keluhan sangat gatal. Diberikan setiap 2 jam selama 4 hari, untuk

selanjutnya digantikan obat – obat lain seperti :

1. Sodium cromoglycate 2% : 4 – 6 kali 1 tetes / hari

2. Iodoxamide tromethamine 0,1% : 4 x 2 tetes / hari

3. Levocabastin : 2 – 4 x tetes / hari

4. Cyclosporine 2% terbukti efektif untuk konjungtivitis vernal yang berat

Pada kasus – kasus dapat dipertimbangkan pemberian :

1. Kortikosteroid peroral

2. Antihistamin peoral

14

Page 15: Makalah Konjungtivitis Taas

3. Aspirin sebagai anti prostaglandin : 650 mg sehari 3 kali

Yang perlu diperhatikan bagi penderita :

1. Tidak boleh menggunakan obat tetes mata steroid secara terus menerus

2. Setiap pembelian obat harus dengan resep dokter

3. Bahaya pemakaian steroid : infeksi bakteri, jamur, glaucoma

4. Kontrol secara teratur sesuai saran dokter mata. Kompres dingin selama 10 menit

beberapa kali sehari dapat mengurangi keluhan – keluhan penderita. Anjuran untuk

pindah ke tempat yang lebih dingin.

PROGNOSIS

Konjungtivitis vernal diderita sekitar 4 – 10 tahun dengan remisi dan eksaserbasi.

Penyulit konjungtivitis vernal terutama disebabkan oleh pengobatan dengan

kortikosteroid local, yang tidak jarang mengakibatkan glaucoma kronik simple yang

terbengkalai yang dapat berakhir dengan kebutaan.

E. KERATOKONJUNGTIVITIS EPIDEMIKA

TANDA DAN GEJALA

Keratokonjungtivitis epidemika umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu

mata saja, dan biasanya mata pertama lebih parah. Pada awalnya pasien merasa ada

infeksi dengan nyeri sedang dan berair mata, kemudian diikuti dalam 5 – 14 hari oleh

fotofobia, keratitis epitel, dan kekeruhan subepitel bulat. Nodus preaurikuler yang nyeri

tekan adalah khas. Edema palpebra, kemosis dan hyperemia konjungtiva menandai fase

akut. Folikel dan pendarahan konjungtiva sering muncul dalam 48 jam. Dapat

membentuk pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau pembentukan

symblepharon. Konjungtivitis berlangsung paling lama 3 – 4 minggu. Kekeruhan

subepitel terutama terdapat di pusat kornea, bukan di tepian, dan menetap berbulan –

bulan namun menyembuh tanpa meninggalkan parut. Pada orang dewasa terbatas pada

mata bagian luar mata, namun pada anak – anak mungkin terdapat gejala sistemik infeksi

virus seperti demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

15

Page 16: Makalah Konjungtivitis Taas

LABORATORIUM

Keratokonjungtivitis epidemika disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37

(subgroup D dari adenovirus manusia). Virus – virus ini dapat diisolasi dalam biakan sel

dan diidentifikasi dengan tes netralisasi. Kerokan konjungtiva menampakan reaksi radang

mononuclear primer; bila terbentuk pseudomembran, juga terdapat banyak neutrofil.

TERAPI

Belum ada terapi spesifik, namun kompres dingin akan mengurangi beberapa

gejala. Kortikosteroid selama konjungtivitis akut dapat memperpanjang keterlibatan

kornea sehingga harus dihindari. Agen antibakteri harus diberikan jika terjadi

superinfeksi bacterial.

F. KONJUNGTIVITIS HEMORAGIKA AKUT

EPIDEMIOLOGI

Semua benua dan kebanyakan pulau di dunia pernah mengalami epidemic besar

konjungtivitis hemoragika akut ini. Pertama kali diketahui di Ghana tahun 1969.

konjungtivitis ini disebabkan oleh coxakie virus A24. Masa inkubasi virus ini pendek (8 –

48 jam) dan berlangsung singkat (5 – 7 hari).

TANDA DAN GEJALA

Mata terasa sakit, fotofobia, sensasi benda asing, banyak mengeluarkan air mata,

merah, edema palpebra, dan hemoragi subkonjungtival. Kadang – kadang terjadi

kemosis. Hemoragi subkojungtiva umumnya difus, namun dapat berupa bintik – bintik

pada awalnya, dimulai di konjungtiva bulbi superior dan menyebar ke bawah.

Kebanyakan pasien mengalami limfadenopati preaurikuler, folikel konjungtiva, dan

keratitis epithelial.

16

Page 17: Makalah Konjungtivitis Taas

PENYEBARAN

Virus ini ditularkan melalui kontak erat dengan orang ke orang oleh fomite seperti

sprei, alat – alat optic yang terkontaminasi, dan air.

TERAPI

Tidak ada terapi yang pasti. Dianjurkan pemberian tetes mata sulfasetamide atau

antibiotic.

PROGNOSIS

Penyakit ini berlangsung 5 – 10 hari, kadang – kadang sampai 2 minggu.

Umumnya tidak meninggalkan cacat.

G. KONJUNGTIVITIS VIRUS HERPES SIMPLEKS

TANDA DAN GEJALA

Biasanya merupakan penyakit anak kecil, ditandai dengan pelebaran pembuluh

darah unilateral, iritasi, bertahi mata mukoid, sakit dan fotofobia ringan. Seringkali

ditandai dengan keratitis herpes simpleks dengan kornea menampakkan lesi – lesi

epithelial. Konjungtivitisnya folikuler atau pseudomembranosa. Vesikel herpes kadang –

kadang muncul di palpebra dan tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra.

Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa nyeri jika ditekan.

LABORATORIUM

Tidak ditemukan bakteri di dalam kerokan atau dalam biakan. Jika

konjungtivitisnya folikuler, reaksi radangnya terutama mononuclear, namun jika

pseudomembran, reaksinya terutama PMN akibat amotaksis dari tempat nekrosis. Inklusi

intranuklear tampak dalam sel konjungtiva dan kornea, jika dipakai fiksasi Bouin dan

pulasan Papanicolaou, tetapi tidak terlihat dengan pulasan Giemsa. Ditemukannya sel –

sel epithelial raksasa multinuclear mempunyai nilai diagnostic. Virus mudah diisolasi

17

Page 18: Makalah Konjungtivitis Taas

dengan mengusapkan sebuah aplikator berujung kain kering di atas konjungtiva dan

memindahkan sel – sel terinfeksi ke jaringan biakan.

TERAPI

Jika konjungtivitis terdapat pada anak di atas 1 tahun atau pada orang dewasa,

umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak perlu terapi. Namun, antivirus local

maupun sistemik harus diberikan untuk mencegah terkenanya kornea. Untuk ulkus

kornea mungkin diperlukan debridement kornea dengan hati – hati yakni dengan

mengusap ulkus dengan kain kering, meneteskan obat antivirus, dan menutupkan mata

selama 24 jam. Antivirus topical sendiri harus diberikan 7 – 10 hari : trifluridine setiap 2

jam sewaktu bangun atau salep vidarabine 5 kali sehari atau idoxuridini 0,1%, 1 tetes

setiap jam sewaktu bangun dan 1 tetes setiap 2 jam di waktu malam. Keratitis herpes

dapat pula diobati dengan salep acyclovir 3% lima kali sehari selama 10 hari atau dengan

acyclovir oral 400mg lima kali sehari selama 7 hari. Untuk ulkus kornea, debrimen

kornea dapat dilakukan. Penggunaan kortikosteroid dikontraindikasikan, karena makin

memperburuk infeksi herpes simpleks dan mengkonversi penyakit dari proses sembuh

sendiri yang singkat menjadi infeksi yang sangat panjang dan berat.

18

Page 19: Makalah Konjungtivitis Taas

BAB III

KESIMPULAN

Konjungtivitis merupakan keradangan yang terjadi pada selaput konjungtiva atau

radang selaput lendir yang menutupi belakang kalopak dan bola mata.

Penyebab konjuntivitis ini yaitu :

o Bakteri

o Chlamydia

o Alergi

o Virus

o Jamur

Secara klinis dibagi menjadi :

o Konjungtivitis hiperakut

o Konjuntivitis akut

o Konjuntivitis kronik

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan klinis dan pemeriksaan

laboratorium

Penatalaksanaan dengan pengobatan yang spesifik tergantung dari identifikasi

penyebab

Penyulit dari konjungtivitis dapat berbentuk :

o Phlikten

o Keratitis epithelial

o Ulkus kataralis

Prognosis pada konjungtivitis umumnya self limited disease yaitu dapat sembuh

dengan sendirinya. Tanpa pengobatan biasanya sembuh dalam 10 – 14 hari. Bila

dengan pengobatan dapat sembuh dalam 1 – 3 hari. Konjungtivitis karena

staphylococcus seringkali menjadi kronis.

19

Page 20: Makalah Konjungtivitis Taas

DAFTAR PUSTAKA

1. Prof. Dr. H. Sidarta Ilyas, Sp. M : Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. 2005.

2. Tim Penyusun PDT RSU Sr. Soetomo : Pedoman Diagnosis dan Terapi, Bag / SMF

Ilmu Penyakit Mata, RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2006.

3. Senat Mahasiswa : Diktat Kuliah Ilmu Penyakit Mata, Fakultas Kedokteran

Universitas Airlangga Surabaya.

20

Page 21: Makalah Konjungtivitis Taas

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Nn. santi

Umur : 16 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Tanggal Pemeriksaan : 24 Oktober 2011

Jam : 10.00 wib

II. ANAMNESA

II.1. Keluhan Utama

Kedua mata terasa seperti ada pasir

II.2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien dating ke poli mata RSUD Ibnu Sina Gresik pada tanggal 24

oktober 2011 dengan keluhan kedua mata terasa seperti ada pasir sejak 1 bulan

yang lalu tapi makin parah ± 1 minggu ini, disertai rasa gatal, keluar kotoran

lengket paling banyak pagi hari, pandangan sedikit kabur waktu melihat jauh.

Pasien mengatakan bahwa 3 hari yang lalu meta sempat merah kemudian merah

menghilang setelah diberi obat tetes dari puskesmas.

II.3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah sakit seperti ini sebelumnya

II.4. Riwayat Penyakit Keluarga

Anggota keluarga tidak pernah mengalami penyakit seperti ini.

III. Pemeriksaan Fisik

III.1. Status Generalis

21

Page 22: Makalah Konjungtivitis Taas

Compos Mentis

III.2. Status Lokalis

OD OS

Visus tidak dilakukan tidak dilakukan

Palpebra

Hiperemi Superior (-) (-)

Hiperemi Inferior (-) (-)

Konjungtiva

Hiperemi (+) (+)

Sekret (+) (+)

Kornea

Keruh (-) (-)

Infiltrat (-) (-)

Edema (-) (-)

Bilik Mata Depan

Keruh (-) (-)

Iris DBN DBN

Pupil

Bentuk regular regular

Reflek cahaya normal normal

Lensa jernih jernih

III.3. Gambar Status Lokalis

22

Page 23: Makalah Konjungtivitis Taas

IV. RESUME

Pasien perempuan dating ke poli mata RSUD Ibnu Sina Gresik dengan

keluhan kedua mata terasa seperti ada pasir sejak ± 1 bulan yang lalu dan makin

parah 1 minggu ini, disertai rasa gatal, keluar kotoran lengket paling banyak pagi hari,

melihat jauh sedikit kabur, mata merah 3 hari yang lalu.

V.DIAGNOSA

Konjungtivitis kronis OD & OS

VI.PLANING

Sulfonamide : Sulfacetamide 15%

Antibiotik : Gentamycin 0,3%

VII. PROGNOSA

Baik

23