makalah komin

21
I. Pendahuluan Setiap hari masyarakat menerima informasi dari berbagai saluran media, baik itu milik swasta maupun pemerintah. Informasi yang diterima kadang-kadang tidak diperiksa lagi sehingga langsung diserap sebagai bagian dari kebenaran. Masyarakat kadang-kadang tidak memiliki waktu untuk mencerna kebenaran informasi tersebut sehingga apa yang telah beredar dalam media massa diterima sebagai satu kebenaran. Namun demikian kalau dilihat secara seksama, mereka yang melepas informasi itu memiliki sejumlah tujuan dan motivasi yang belum diketahui penerima informasi. Jika masyarakat tidak mengetahui fakta sebenarnya tentang informasi itu maka sulit sekali akan mendapatkan gambaran yang utuh. Misalnya, pemerintah sering menyiarkan berita yang bertujuan untuk menutupi kesalahannya dalam kebijakan ekonomi maupun politik. Akibat upaya itu maka masyarakat tidak mengetahui secara menyeluruh apa yang sedang terjadi dalam negaranya. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 setelah didahului penegasan pemerintah tentang sehatnya fundamental ekonomi telah membawa bencana nasional. Berbagai kalangan saat itu meminta pemerintah menjelaskan tentang fundamental ekonomi yang riil. Permintaan itu tidak ditanggapi serius tetapi dibalas dengan berbagai informasi yang membenarkan sikap pemerintah bahwa krisis ekonomi Thailand takkan menular ke Indonesia.

Upload: opanx

Post on 23-Jun-2015

210 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: makalah komin

I. Pendahuluan

Setiap hari masyarakat menerima informasi dari berbagai saluran media, baik itu

milik swasta maupun pemerintah. Informasi yang diterima kadang-kadang tidak diperiksa

lagi sehingga langsung diserap sebagai bagian dari kebenaran. Masyarakat kadang-

kadang tidak memiliki waktu untuk mencerna kebenaran informasi tersebut sehingga apa

yang telah beredar dalam media massa diterima sebagai satu kebenaran.

Namun demikian kalau dilihat secara seksama, mereka yang melepas informasi

itu memiliki sejumlah tujuan dan motivasi yang belum diketahui penerima informasi. Jika

masyarakat tidak mengetahui fakta sebenarnya tentang informasi itu maka sulit sekali

akan mendapatkan gambaran yang utuh.

Misalnya, pemerintah sering menyiarkan berita yang bertujuan untuk menutupi

kesalahannya dalam kebijakan ekonomi maupun politik. Akibat upaya itu maka

masyarakat tidak mengetahui secara menyeluruh apa yang sedang terjadi dalam

negaranya. Krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997 setelah didahului penegasan

pemerintah tentang sehatnya fundamental ekonomi telah membawa bencana nasional.

Berbagai kalangan saat itu meminta pemerintah menjelaskan tentang fundamental

ekonomi yang riil. Permintaan itu tidak ditanggapi serius tetapi dibalas dengan berbagai

informasi yang membenarkan sikap pemerintah bahwa krisis ekonomi Thailand takkan

menular ke Indonesia.

untuk mengetahui propaganda lebih dalam lagi, pertama – tama kita harus

mengerti definisi dari propaganda terlebih dahulu. Ada banyak pengertian tentang

propaganda dari berbagai ahli, antara lain :

Propanda adalah suatu jenis komunikasi yang berusaha mempengaruhi pandangan

dan reaksi, tanpa mengindahkan tentang nilai benar atau tidak benarnya pesan

yang disampaikan. Arti dari propaganda dikemukan sebagai konsep popular yang

cenderung menumbuhkam suatu kecurigaan dan rasa takut terhadap kekuatan

dipropaganandis. (Enclyclopedia International )

Propaganda dalam arti yang luas, adalah tekhnik untuk mempengaruhi kegiatan

manusia dengan memanifulasikan sepresentasinya (representasi dalam hal ini

berarti kegiatan atau berbicara untuk suatu kegiatan kelompok). (Lasswell )

Page 2: makalah komin

Propaganda adalah suatu penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah

direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan

tingkah laku dari penerimaan komunikan sesuai dengan pola yang telah

ditetapkan oleh komunikator. (Drs. R.A Santoso Sastropoetro )

Propanganda adalah komunikasi yang dilakukan secara berencana, sistematis dan

berulang-ulang untuk mempengaruhi seseorang, khalayak atau bangsa agar

melaksanakan kegiatan tertentu denga kesadaran sendiri tanpa paksa atau dipaksa.

(Prof. Onong Uchyana Efendi )

Propanganda itu adalah suatu tekhnik, cara atau usaha yang sistematis serta

sungguh-sungguh dipikirkan secara mendalam dimana tekhnik atau cara/usaha ini

dilakukan baik oleh seseorang maupun sekelompok orang untuk mempengaruhi

pendapat atau sikap orang lains atau kelompok lain. (Prof. Dr. mar`at ).1

Dari berbagai pengertian diatas kita dapat menarik kesimpulan bahwasanya inti dari

propaganda adalah cara atau tehnik yang terencana untuk mempengaruhi pendapat,

pikiran, ide dan sikap orang lain sesuai dengan pola yang telah ditetapkan oleh

penyampai propaganda/komunikator.

Salah satu alat atau panjang tangan dari propaganda adalah media massa dimana

fungsi media massa yaitu penyampai informasi kepada masyarakat baik melalui media

cetak maupun media elektronik. Saluran media massa, sudah barang tentu, sesuai dengan

fungsi aslinya merupakan saluran penting dalam komunikasi politik. Namun dalam

membicarakan saluran media massa dalam rangka komunikasi politik, selalu dikaitkan

dengan konsep-konsep mengenai:

a. kebebasan media massa.

b. Independensi media massa pada suatu masyarakat dari control yang

berasal dari luar dirinya, seperti pemerintah, pemegang saham, kaum

kapitalis/industrialis, partai politik, ataupun kelompok penekan.

c. Integritas media massa sendiri pada missi yang diembannya.

Ketiga hal tersebut memang membawa konsekuensi yang berbeda dalam pelaksanaan

peran media massa sebagai saluran komunikasi politik, sesuai dengan kondisi yang

dipunyai oleh masing-masing masyarakat tempat media massa itu berada. Terlepas dari

1 http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/

Page 3: makalah komin

ketiga hal di atas, secara umum media massa mempunyai peranan tertentu dalam

menyalurkan pesan-pesan, informasi, dan political content di tengah masyarakatnya.2

Media massa telah menjelma menjadi alat propaganda paling efektif, Media massa

mampu menjadi lokomotif perubahan masyarakat. Terlebih saat ini, dengan kemajuan

teknologi, jaringan-jaringan pemberitaan dunia mengalami perkembangan sangat pesat.

Masyarakat dari berbagai penjuru bumi dapat dengan mudah dipengaruhi arah opini yang

di blow-up media massa dengan sangat cepat.

Untuk memperkuat argumen bahwa media sangat penting dalam proses

propaganda politik, baiknya kita memahami dulu karakteristik media massa. Media

massa merupakan jenis media yang ditunjukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar,

heterogen, dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan

sesaat. Dengan daya jangkau yang relatif luas dan dalam waktu yang serentak, mampu

memainkan peran dalam propaganda. Relevan dengan pendapat Cassata dan Asante,

seperti dikutip Jalaluddin Rakhmat, bila arus komunikasi massa ini hanya dikendalikan

oleh komunikator, situasi dapat menunjang persuasi yang efektif. Sebaliknya bila

khalayak dapat mengatur arus informasi, siatusi komunikasi akan mendorong belajar

yang efektif.3

2 McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga.

3 Rakhmat, Jalaluddin (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.h. 56

Page 4: makalah komin

II. Pembahasan

Propaganda dalam realitasnya mengambil bentuk vertikal dan horizontal. Bentuk

yang pertama adalah representasi propaganda satu-kepada-banyak (one-to-many).

Sementara propaganda horizontal bekerja lebih di antara keanggotaan kelompok

ketimbang dari pemimpin kepada kelompok. Artinya yang kedua lebih banyak

menggunakan komunikasi interpersonal dan komunikasi organisasi, ketimbang melalui

komunikasi massa.

Kalau dulu komunikasi satu kepada banyak mungkin diwakili oleh propagandis-

propagandis lewat pidato-pidato keliling di depan kumpulan partisan mereka, tapi

sekarang hal ini lebih sering dilakukan melalui media massa.

Ada beberapa hal pokok yang biasa dilakukan dalam propaganda. Dalam bukunya

Dan Nimmo mengulas ada 7 teknik propaganda penting yang memanfaatkan kombinasi

kata, tindakan dan logika untuk tujuan persuasif.

1. Name calling, memberi label buruk kepada gagasan, orang, objek atau tujuan agar

orang menolak sesuatu tanpa menguji kenyataannya. Misalnya menuduh lawan

pemilihan sebagai “penjahat”.

2. Glittering generalities, menggunakan “kata yang baik” untuk melukiskan sesuatu

agar mendapat dukungan, lagi-lagi tanpa menyelidiki ketepatan asosiasi itu. Misal

AS menyebut operasi mereka ke Afghanistan beberapa waktu lalu sebagai

“Operasi Keadilan Tak Terhingga”, dengan misi “hukum tanpa batas” begitu juga

saat merencanakan serangan ke Irak, AS menyebutnya sebagai misi kemanusiaan

untuk membebaskan manusia dari teror senjata pemusnah massal.

3. Transfer, yakni mengidentifikasi suatu maksud dengan lambang otoritas,

misalnya “Pilih Kembali Mega di Pemilu 2004”.

4. Testimonial, memperoleh ucapan orang yang dihormati atau dibenci untuk

mempromosikan atau meremehkan suatu maksud. Kita mengenalnya dalam

dukungan politik oleh surat kabar , tokoh terkenal dll.

5. Plain folks, imbauan yang mengatakan bahwa pembicara berpihak kepada

khalayaknya dalam usaha bersama yang kolaboratif. Misalnya, “saya salah

seorang dari anda, hanya rakyat biasa”.

Page 5: makalah komin

6. Card stacking, memilih dengan teliti pernyataan yang akurat dan tidak akurat,

logis dan tak logis dan sebagainya untuk membangun suatu kasus. Misalnya kata-

kata “pembunuhan terhadap pemimpin kita, benar-benar menunjukan penghinaan

terhadap partai kita !”.

7. Bandwagon, usaha untuk meyakinkan khalayak akan kepopuleran dan kebenaran

tujuan sehingga setiap orang akan “turut naik”. Prinsip satu-kepada-banyak yang

menjadi pegangan propaganda, semakin menemukan momentumnya seiring

dengan berkembangnya media massa. Orde Baru misalnya, secara terus menerus

memanfaatkan TVRI sebagai ideological state aparatus. Dengan mengusung

propaganda “pembangunan”, dalam waktu yang relatif lama mampu bertahan

melakukan korporasi terhadap hampir segenap lapisan masyarakat. Persuasi

model ini terus dilakukan sehingga rakyat mengidentifikasikan diri menjadi

bagian dari anggota Orde Baru.4

Dalam konteks era informasi sekarang ini, institusi media massa seperti televisi dan surat

kabar dipercaya memiliki kemampuan dalam menyelenggarakan produksi, reproduksi

dan distribusi pengetahuan secara signifikan. Serangkaian simbol yang memberikan

makna tentang realitas “ada” dan pengalaman dalam kehidupan, bisa ditransformasikan

media massa dalam lingkungan publik. Sehingga bisa diakses anggota masyarakat secara

luas.

Menurut Denis McQuail, terdapat ciri-ciri khusus media massa antara lain5 :

pertama memproduksi dan mendistribusikan “pengetahuan” dalam wujud informasi,

pandangan dan budaya. Upaya tersebut merupakan respons terhadap kebutuhan sosial

kolektif dan permintaan individu. Dalam konteks propaganda, kerja produksi dan

distribusi ini akan efektif untuk wujud informasi, pandangan dan budaya sesuai dengan

yang diharapkan propagandis.

Kedua, menyediakan saluran untuk menghubungkan orang tertentu dengan orang

lain dari pengirim ke penerima dan dari khalayak kepada anggota khalayak lainnya.

Dalam konteks propaganda sangat urgen dalam proses pengidentifikasian diri khalayak

4 Nimmo, Dan (1993). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media. Bandung : Remaja Rosdakarya.h. 49-52.5 McQuail, Denis (1987). Teori Komunikasi Massa. Agus Dharma (terj.). Jakarta : Erlangga.h.40

Page 6: makalah komin

sebagai anggota kelompok, entah itu partisan partai, anggota ideologi tertentu atau dalam

nasionalisme sebuah negara.

Ketiga, media menyelenggarakan sebagian besar kegiatannya dalam lingkungan

publik. Ini dalam konteks propaganda merupakan suatu hal yang strategis, karena tujuan

dari persuasinya ini juga adalah manipulasi psikologi khalayak. Keempat partisipasi

anggota khalayak dalam institusi pada hakekatnya bersifat sukarela, tanpa adanya

keharusan atau kewajiban sosial.

Kelima, institusi media dikaitkan dengan industri pasar karena ketergantungannya

pada imbalan kerja, teknologi dan kebutuhan pembiayaan. Ini merupakan tuntutan yang

seringkali mengarahkan media massa untuk lebih menonjolkan aspek komersialnya.

Keenam meskipun media itu sendiri tidak memiliki kekuasaan, namun institusi ini selalu

berkaitan dengan kekuasaan negara karena adanya kesinambungan pemakaian media.

Dalam konteks propaganda, media massa menjadikan dirinya sebagai medium pesan

politik sehingga kenyataannya kekuasaan dan pengaruh secara terus menerus diproduksi

dan didistribusikan oleh media massa.

Prinsip Propaganda di Media Massa

Tentu saja untuk mengefektifkan propaganda politik di media massa juga sangat

perlu memperhatikan beberapa prinsip-prinsip umum yang diturunkan dari riset mengeni

pengaruh komunikator dalam keberhasilan usaha persuasif :

Pertama status komunikator. Artinya setiap peran membawa status atau prestise

tersendiri. Secara umum, semakin tinggi posisi atau status seseorang di tengah

masyarakat, makan akan semakin mampu dia melakukan persuasi. Dengan demikian

pemilihan propagandis terutama dalam media massa yang diorientasikan mencapai

khalayak yang heterogen membutuhkan mereka yang punya status kuat. Misalnya saat

Orde Baru, Soeharto merupakan propagandis konsep developmentalism, sementara era

Orde Lama Soekarno menjadi propagandis dari tujuan revolusi.

Kedua kredibilitas komunikator. Sasaran propaganda mempersepsi para

komunikator dengan beberapa cara. Sejauh mereka mempersepsi bahwa propagandis itu

memiliki keahlian, dapat dipercaya dan memiliki otoritas, mereka menganggap bahwa

komunikator itu kredibel. Memang pada perkembangannya, khalayak media dalam

Page 7: makalah komin

menerima pesan juga membedakan antara apa yang dikatakan dengan kredibiltas

sumbernya.

Ketiga, daya tarik komunikator, hal ini meningkatkan daya tarik persuasif. Hal ini

terutama berlaku pada homofili, yakni tingkat kesamaan usia, latarbelakang dll. seperti

dipersepsi orang. Persuasi itu sebagian besar berhasil bila orang mempersepsi

komunikator seperti dirinya sendiri secara gamblang.6

Analisis Contoh Propaganda Media

(Studi Kasus Korban Bencana Lumpur Lapindo Pada Harian Umum “Media

Indonesia “, Edisi Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei Litbang Media Group).

Pada Harian Umum (HU) “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubrik

“analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur

lapindo. Saya mencoba sedikit mengamati fenomena propaganda yang dijalankan oleh

Media Group khusunya pada Koran Harian Umum (HU) “Media Indonesia” tentang

korban Lumpur lapindo. Untuk mencoba menganalisis propaganda media maka harus

terlebih dahulu kita bahas unsur-unsur komunikasi yang ditawarkan oleh Lasswell.

Karena pada dasarnya formula yang ditawarkan oleh Lasswell mampu menganalisis lebih

dalam hal-hal yang terkait dengan kegiatan propaganda.

Adapun unsur-unsur komunikasi yang disodorkan oleh Harold Lasswell diantaranya:

1. Who : menujukan unsur “siapa” yang terlibat

2. Says What : menujukan ke”apa”an / isi (content/ message).

3. In Which Channel : menujukan tentang media yang digunakan.

4. To Whom : menujukan pada siapa tujuan dari propaganda tersebut (komunikan)

5. With What Effect : Menujukan pada efek yang ditimbulkan.

6. Sikon : menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan semisal terjadi

konflik, stabil, labil.

7. Teknik: menujukan pada cara yang dilakukan untuk proses tersebut.

8. Kebijakan : menujukan pada acuan atau hal yang ingin diraih.7

Pertama kita uraikan dari unsur siapa(Who). Pertama, Jelas sekali pada Survei

Litbang Media Group ini yang menjadi kepala (otak) adalah Media Group itu sendiri.

6 Nimmo, Dan. Op.cit.h. 507 http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/

Page 8: makalah komin

Perusahaan yang dipimpin oleh Surya Palloh ini rupanya memanfaatkan betul sekali

“kesempatan emas” untuk menciptakan opini public dengan melalui proses propaganda.

Walaupun pada dasarnya dalam survei ini melibatkan publik dengan survei yang

mencakup 480 responden dewasa yang dipilih secara acak dari buku petunjuk telepon

resindesial di kota-kota besar di Indonesia yakni Makassar, Surabaya, Yogyakarta,

Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun pada dasarnya Media Group tetap mempunyai

“kepentingan” dan agenda setting media tersendiri. Yang mana keduanya (kepentingan

dan agenda setting) dibungkusi oleh kegiatan propaganda yang sehalus mungkin.

Berangkat dari sini pula, jika kita bisa menelaah lebih dalam maka visi dan misi sebuah

media bisa diketahui. Semisal, melalui analisis teks media, analisis framing dan yang

lainnya. Kedua, yang terlibat dalam propaganda ini adalah korban lumpur Lapindo.

Kedua, unsur ke”apa”an (Says What), untuk unsur yang kedua ini kita dapati dari

judul (Head Line) besar pada halaman rubrik tersebut. Pada rubrik “Analisis” ini “Media

Indonesia” mengangkat judul (Head Line) “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan”. Dari

judul tersebut secara langsung maka pertanyaan tentang topik apa yang diangkat oleh

Media Indonesia terjawab. “Media Indonesia” Edisi Rabu 21 Maret 2007 pada rubric

“analisis” tentang survey litbang media group mengangkat tema tentang korban Lumpur

lapindo, fokus analisisnya lebih kepada keadaan dan nasib para korban lumpur lapindo

yang dianaktirikan atau tidak diperhatikan. Semakin jelaslah dalam hal ini, “Media

Indonesi” tengah berupaya untuk melakukan propaganda kepada seluruh pihak

khususnya dalam hal ini tertuju kepada pemerintah, agar lebih memperhatikan dan

mengutamakan korban lumpur lapindo.

Ketiga, unsur media yang digunakan (In Wich Channel). Para proses propaganda

yang dilakukan oleh “Media Indonesia” ini media yang digunakan tentunya adalah koran

atau media cetak, karena pada dasarnya “Media Indonesia” bergerak dalam dunia media

cetak. Namun jika kaca mata analisisnya ditujukan kepada “Media Indonesia” dalam

menghimpun data dan opini masyarakat (publik) yang dimaksudkan untuk mengetahui

opini yang sedang berkembang di masyarakat, maka “Media Indonesia” menggunakan

media survei yang dilakukan oleh Litbang Media Group dengan melakukan wawancara

terstuktur dengan kuesioner melalui telepon kepada masyarakat di enam kota besar yakni

Makassar, Surabaya, Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan Medan. Namun hasil survei

Page 9: makalah komin

yang dilakukan oleh Media Group, tulis “Media Indonesia” tidak dimaksudkan mewakili

pendapat seluruh indonesia, namun hanya masyarakat pengguna telepon residensial di

kota tersebut. Dan Margin of Error survei tersebut plus minus 4,6 % pada tingkat

kepercayaan 95%. (paragraf. 2).

Keempat, unsur siapa yang dituju dari propaganda tersebut / komunikan (To

Whom). Mengacu pada unsur yang keempat ini, sebenarnya berdasarkan analisis saya

maka yang dituju oleh propaganda “Media Indonesia” adalah seluruh pihak. Namun jauh

dari itu, pasti setiap masalah tidak selalu general ditujukan kepada seluruh pihak, pasti

ada pihak yang dikhususkan. Begitu juga dengan propaganda yang dilakukan oleh

“Media Indonesia” juga. Maka yang menjadi fokus propaganda (sebenarnya) adalah

pemerintah. Dari judul (Head Line) saja “Korban Lumpur Panas Dianaktirikan” sudah

terlihat bagaimana “Media Indonesia” menilai kinerja dan peran pemerintah terhadap

korban Lapindo yang hanya menganaktirikan. Selain itu juga hal ini diperkuat dengan

teras (lead) yang ditulis “Media Indonesia”: “Mayoritas masyarakat menilai tidak puas

terhadap kinerja pemerintah dalam menangani korban lumpur Lapindo di Porong,

Sidoarjo, Jawa Timur. Bahkan, mayoritas menilai korban juga kurang mendapat

perhatian pemerintah bila dibandingkan dengan korban bencana alam lainya”.

Kelima, unsur efek yang ditimbulkan (With What Effect). Jika menganalisi dari

segi efek yang ditimbulkan khususnya topik yang diangkat yaitu korban lumpur yang

dianaktirikan, “Media Indonesia menulis: “Ketidakjelasan soal pembayaran ganti rugi

tersebut membuat kehidupan puluahn ribu warga Porong juga semakin tidak jelas. Tak

terbayangkan bagaimana hancurnya kehidupan mereka akibat Lumpur panas yang yang

menenggelamkan rumah-rumah dan tempat kerja mereka. Mendadak ribuan orang

terpaksa mengungsi jauh dari tempat tinggalnya. Sekaligus berarti mereka juga

kehilangan mata pencaharian, baik dari lahan pertanian maupun pabrik-pabrik yang

terpaksa ditutup” (Paragraf.16). Dari tulisan “Media Indonesia” di atas jelasnya sungguh

besar efek yang ditimbulkan oleh kinerja pemerintah yang setengah hati sehingga

menganaktirikan korban lapindo. Dan mungkin inilah yang menjadi alas an terkuat bagi

“Media Indonesia” untuk melakukan propaganda, harapannya pemerintah bisa lebih

memerhartikan kepentingan-kepentingan korban lapindo selayak-layaknya, layaknya

seoarang ibu kepada anak kandungnya bukan seperti anak tiri yang dinomorduakan.

Page 10: makalah komin

Keenam, unsur yang menujukan situasi yang terjadi pada saat bersamaan (Sikon).

Pada dasarnya situasi yang terjadi pada saat bersamaan terlihat damai dan terkendali,

walaupun gelombang protes disertai emosi dan histeria kerap menghiasi aksi protes dan

unjuk rasa korban Lumpur Lapindo tersebut.

Ketujuh,unsur cara yang dilakukan untuk proses tersebut (Teknik). Dari foto

berita yang dimuat bersamaan dengan tulisan itu maka, kita bisa melihat bagaiman situasi

yang terjadi pada korban Lumpur Lapindo. Mereka protes dan berunjuk rasa dengan cara

memblokir kereta api, hal ini dilakukan sebagai wujud dari tidak puasnya atas kinerja

pemerintah dalam menangani korban Lapindo.

Kedelapan, unsur pada acuan atau hal yang ingin diraih (Kebijakan). Jika saya

simpulkan sebenarnya proses propaganda yang dilakukan oleh “Media Indonesia”

berujung pada pendesakan agar pemerintah mengambil alih langsung penanganan korban

Lumpur Lapindo. Pemerintah diharapkan All Out dalam menangani kasus ini bukan

dengan setangah hati, bisa lebih memperhatikan dan mengutamakan segala kepentingan

rakyatnya.

demikian hasil analisis saya terhadap kegiatan propaganda yang dilakukan

melalui media massa dimana sejatinya propaganda benar-benar murni untuk

memperjuangkan yang hak (benar) bukan sebaliknya. Sebab tidak sedikit juga media

yang melakukan propaganda pada suatu masalha yang justru dianggap salah. Disinilah

yang berbicara adalah kepentingan dan agenda setting media.

Page 11: makalah komin

III. Penutup

Dari paparan di atas dapat kita simpulkan beberapa hal penting. Propaganda

merupakan salah satu pendekatan dalam persuasi politik, selain retorika dan periklanan.

Secara sederhana propaganda didefinisikan sebagai komunikasi yang digunakan oleh

suatu kelompok terorganisasi yang ingin menciptakan partisipasi aktif atau pasif dalam

tindakan-tindakan suatu massa yang terdiri atas individu-individu, dipersatukan secara

psikologis melalui manipulasi psikologis dan digabungkan di dalam suatu organisasi.

Karena kaitannya dengan karakteristik propaganda sebagai transmisi pesan satu-

kepada-banyak, maka media massa menjadi medium pesan yang sangat efektif untuk

digunakan. Melalui upaya manipulasi psikologis, propaganda berupaya menyatukan

khalayak ke dalam suatu organisasi atau tujuan propagandis. Mengingat bahwa setiap

tindakan komunikasi senantiasa mengandung kepentingan, apalagi komunikasi melalui

media massa seperti surat kabar, majalah, radio, dan televisi, maka dapatlah jika

dikatakan bahwa sering kali tindakan komunikasi massa (berita, opini, iklan) adalah suatu

propaganda. Maka dari itu sebagai pembaca atau penikmat berita kita seharusnya

berpintar – pintar memilih berita yang kita baca agar tidak terjerumus pada berita yang

memiliki tujuan propagandis semata. Dan seharusnya kantor berita maupun media massa

dapat menyajikan berita berdasarkan fakta atas kejadian yang nyata tanpa dibubuhi

kegiatan propaganda agar masyarakat mempunyai pikiran yang ” bersih ” supaya dapat

menentukan sendiri jalan fikiran dan perilakunya.

Page 12: makalah komin

Daftar Pustaka

Daftar Referensi :

McQuail, 1987, Teori Komunikasi Massa ed. 2, Jakarta: Erlangga

Rakhmat, Jalaluddin (1994). Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Nimmo, Dan (1993). Komunikasi Politik Komunikator, Pesan dan Media. Bandung :

Remaja Rosdakarya.

Harian Umum “Media Indonesia “, Edisi Rabu 21 Maret 2007 Rubrik Analisi; Survei

Litbang Media Group).

Daftar Situs :

http://jurnalistikuinsgd.wordpress.com/2007/08/10/propaganda/

Page 13: makalah komin

PROPAGANDA POLITIK MELALUI MEDIA MASSA

( Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Internasional )

Di susun Oleh :

Nouval Maulana H.Y

( 050910101097 )

Jurusan Hubungan Internasional

Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Jember

2009