makalah kolokium.pdf

15
Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014, Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x Prosiding Kolokium FTSP UII - ……….. PERBANDINGAN KAPASITAS LENTUR BALOK CASTELLA DENGAN VARIASI TINGGI LUBANG TERHADAP BALOK PROFIL-I Nadya Nor Azila 1 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam Indonesia Email: [email protected] Abstract: Castellated beam is an open-web expanded beam formed by cutting in zig-zag pattern along the center of web section of I beam profile, then put back together between top and bottom part by shifting slightly, so that the beam has a hexagonal hole in the web section, and then connected it by welding. As a result, the beam profile with the same weight per unit lenght would produce larger modulus section and momen inertia. The hole on the web section, made the beam has stress concentration that might caused to premature failure. Accordingly, research about Castellated beams done using height variation of the hole to determine the effect of these variation with flexural capacity, critical moments, and critical stress.This research used the principle of a simple beam with pin-roller support. Load given as concentrated loads by third-point loading method. The deflection values determined by LVDT reading, while the strain using the result of strain gauge reading. These results transfered by data logger and displayed on a computer screen. Samples of this test consist of one I-beam profile dimensions of 150x7x5mm and three Castellated beams with height of hole variation 120mm for Castella I, 150mm for Castella II, and 165mm for Castella III. The results of theoretical analysis from this research compared with finite element method with SAP2000 to determine the critical stress that occured in the Castellated beams.The results showed that there were an increase of beam stiffness value due to height increase. Stiffness increase of castellated beam were 1.41 times for Castella I beam, and 1.61 times for Castella III beam. As for the Castella II beam did not increase due to the premature failure. Meanwhile, there were no increases in flexural capacity of the castellated beam. The ratio of the critical moment was 0.83 for Castella I beam, 0.54 for Castella II beam, and 0.81 for Castella III beam. critical-stress of Castellated beams also was not increased. It can be seen from the critical stress ratio was 0.56 for Castella I beam, 0.34 for castella II beam and 0.53 for Castella III beam . No increase in flexural capacity of the beam was caused by premature failure that was a torsional buckling due to long stretch of the beam, so the beams were damaged before reaching the maximum load and before reaching the yield stress. SAP2000 analysis results showed a stress concentration at the web part of Castellated beams, especially on the beam’s web that close to the hole. Flexural capacity of Castellted beam can be increased by puting lateral support to prevent the occurance of torsional buckling. Keywords: Castellated Beams, I-beam Profile, Torsional Buckling, Critical Stress. 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini penggunaan baja di bidang teknik sipil sedang marak digunakan untuk berbagai jenis pembangunan. Namun, penggunaan baja yang membutuhkan biaya yang cukup besar membuat para ahli di bidang teknik sipil melakukan pengembangan dengan tujuan untuk mengurangi biaya tanpa mengurangi kekuatan dari struktur baja tersebut. Beberapa metode baru telah dikembangkan untuk meningkatkan kekakuan dari struktur baja tanpa menambah beban dari struktur tersebut. Salah satu metode yang dikembangkan adalah dengan menggunakan balok Castella. Balok Castella merupakan Open-Web Expanded Beams and Girders (perluasan balok dan girder dengan badan berlubang) sehingga balok tersebut memiliki elemen pelat badan berlubang. Gagasan semacam ini pertama kali dikemukakan oleh H.E.

Upload: nadyanorazila

Post on 17-Nov-2015

70 views

Category:

Documents


11 download

TRANSCRIPT

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    PERBANDINGAN KAPASITAS LENTUR BALOK CASTELLA DENGAN VARIASI

    TINGGI LUBANG TERHADAP BALOK PROFIL-I

    Nadya Nor Azila1

    1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Islam

    Indonesia

    Email: [email protected]

    Abstract: Castellated beam is an open-web expanded beam formed by cutting in zig-zag pattern along the center of web section of I beam profile, then put back together between top and bottom

    part by shifting slightly, so that the beam has a hexagonal hole in the web section, and then connected it

    by welding. As a result, the beam profile with the same weight per unit lenght would produce larger

    modulus section and momen inertia. The hole on the web section, made the beam has stress

    concentration that might caused to premature failure. Accordingly, research about Castellated beams

    done using height variation of the hole to determine the effect of these variation with flexural capacity,

    critical moments, and critical stress.This research used the principle of a simple beam with pin-roller

    support. Load given as concentrated loads by third-point loading method. The deflection values determined by LVDT reading, while the strain using the result of strain gauge reading. These results

    transfered by data logger and displayed on a computer screen. Samples of this test consist of one I-beam

    profile dimensions of 150x7x5mm and three Castellated beams with height of hole variation 120mm for

    Castella I, 150mm for Castella II, and 165mm for Castella III. The results of theoretical analysis from

    this research compared with finite element method with SAP2000 to determine the critical stress that

    occured in the Castellated beams.The results showed that there were an increase of beam stiffness value

    due to height increase. Stiffness increase of castellated beam were 1.41 times for Castella I beam, and

    1.61 times for Castella III beam. As for the Castella II beam did not increase due to the premature

    failure. Meanwhile, there were no increases in flexural capacity of the castellated beam. The ratio of the

    critical moment was 0.83 for Castella I beam, 0.54 for Castella II beam, and 0.81 for Castella III beam.

    critical-stress of Castellated beams also was not increased. It can be seen from the critical stress ratio was 0.56 for Castella I beam, 0.34 for castella II beam and 0.53 for Castella III beam . No increase in

    flexural capacity of the beam was caused by premature failure that was a torsional buckling due to long

    stretch of the beam, so the beams were damaged before reaching the maximum load and before reaching

    the yield stress. SAP2000 analysis results showed a stress concentration at the web part of Castellated

    beams, especially on the beams web that close to the hole. Flexural capacity of Castellted beam can be

    increased by puting lateral support to prevent the occurance of torsional buckling.

    Keywords: Castellated Beams, I-beam Profile, Torsional Buckling, Critical Stress.

    1 PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Saat ini penggunaan baja di bidang

    teknik sipil sedang marak digunakan untuk

    berbagai jenis pembangunan. Namun, penggunaan baja yang membutuhkan biaya

    yang cukup besar membuat para ahli di

    bidang teknik sipil melakukan pengembangan dengan tujuan untuk

    mengurangi biaya tanpa mengurangi

    kekuatan dari struktur baja tersebut.

    Beberapa metode baru telah dikembangkan

    untuk meningkatkan kekakuan dari struktur

    baja tanpa menambah beban dari struktur tersebut. Salah satu metode yang

    dikembangkan adalah dengan menggunakan

    balok Castella.

    Balok Castella merupakan Open-Web Expanded Beams and Girders (perluasan

    balok dan girder dengan badan berlubang)

    sehingga balok tersebut memiliki elemen pelat badan berlubang. Gagasan semacam

    ini pertama kali dikemukakan oleh H.E.

    mailto:[email protected]

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    - Prosiding Kolokium FTSP UII

    Horton dari Chicago dan Iron Work sekitar

    tahun 1910, yang sekarang ini dikenal

    dengan metode Castella. Balok Castella

    dibentuk dengan cara membelah secara zig-zag bagian tengah pelat badan profil,

    kemudian bagian bawah dari belahan

    tersebut dibalik dan disatukan kembali antara bagian atas dan bawah dengan cara

    digeser sedikit kemudian dilas. Akibat

    pemotongan tersebut, profil balok dengan

    berat per unit yang sama akan menghasilkan modulus potongan dan

    momen inersia yang lebih besar. Sebagai

    hasil dari modifikasi yang dilakukan, balok mengalami perubahan sifat penampang, dari

    penampang yang solid menjadi tidak solid

    karena terdapat lubang pada badan profil serta balok semakin tinggi dan

    kelangsingannya menjadi meningkat.

    Akibatnya, pada balok tersebut akan rawan

    terjadi kegagalan dini, yaitu buckling (tekuk) serta lemah terhadap gaya geser.

    Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan

    penelitian mengenai balok Castella dengan menggunakan variasi tinggi lubang untuk

    mengetahui seberapa besar pengaruh variasi

    tinggi lubang tersebut terhadap kapasitas

    lenturnya. Balok Castella tersebut akan diteliti lebih lanjut dengan membandingkan

    kapasitas lentur dari balok Castella dan

    balok dengan profil standard, dalam hal ini baja dengan penampang I. Selain itu, juga

    akan dilakukan analisis dengan software

    SAP2000 untuk mengetahui letak tegangan kritis yang terjadi pada balok Castella.

    1.2 Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah yang

    telah diuraikan sebelumnya, dapat dikemukakan rumusan masalah sebagai

    berikut.

    1. Berapakah rasio perbandingan kapasitas lentur antara balok Castella

    dengan balok standard profil-I?

    2. Seberapa besar peningkatan kekakuan yang terjadi antara balok Castella dan

    balok standard profil-I?

    3. Seberapa besar tegangan lentur kritis yang dialami oleh balok Castella dan

    bagaimana hasilnya jika dibandingkan

    dengan balok standard profil-I?

    4. Bagaimanakah kontur konsentrasi tegangan yang terjadi pada Balok Castella berdasarkan analisis

    SAP2000?

    1.3 Tujuan Penelitian

    Penelitian mengenai balok Castella

    ini memiliki tujuan sebagai berikut.

    1. Untuk membandingkan kapasitas lentur yang dimiliki oleh balok Castella

    dengan balok standard profilI.

    2. Untuk mengetahui peningkatan kekakuan yang terjadi antara balok

    Castella dan balok standard profil-I

    3. Untuk mengetahui tegangan kritis (Fcr) yang terjadi pada balok Castella dan

    perbandingannya dengan balok profil-I.

    4. Untuk mengetahui kontur konsentrasi tegangan pada balok Castella berdasarkan hasil analisis SAP2000.

    1.4 Manfaat Penelitian

    Penelitian ini diharapkan dapat

    memberikan manfaat sebagai berikut.

    1. Diperoleh informasi mengenai pengaruh variasi tinggi lubang pada balok Castella terhadap kapasitas lentur

    sehingga dapat digunakan sebagai

    bahan pertimbangan untuk perencanaan struktur, khususnya yang menggunakan

    komponen struktur balok Castella.

    2. Diperoleh informasi perbandingan kapasitas lentur balok Castella dengan

    balok standard profilI.

    3. Mampu mengaplikasikan software SAP2000 dalam analisis tegangan lentur kritis balok Castella.

    4. Sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu Teknik Sipil mengenai perilaku lentur

    balok Castella.

    1.5 Batasan Masalah

    Dalam percobaan kali ini

    digunakan batasan-batasan agar penelitian

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    ini dapat lebih terfokus. Batasan- batasan

    tersebut adalah sebagai berikut.

    1. Profil yang digunakan adalah profil-I 150x75x5 mm sepanjang 3 m yang dimodifikasi menjadi balok Castella

    sebagai sampel benda uji.

    2. Profil-I yang digunakan sebagai sampel benda uji dimodifikasi menjadi balok

    Castella, dipotong kemudian

    disambung dengan las dengan

    mengabaikan efek tegangan residu yang diakibatkan oleh pengelasan.

    3. Penelitian ini hanya meninjau kapasitas lentur dari balok Castella dan membandingkan dengan balok standard

    profil-I.

    4. Penelitian ini menggunakan model simple beam dengan tumpuan sendi-rol.

    5. Modifikasi balok I menjadi balok Castella yang digunakan dalam

    pengujian ini adalah balok Castella yang berbentuk hexagonal.

    6. Pengamatan yang dilakukan di laboratorium adalah beban, lendutan, regangan serta tegangan leleh benda

    uji.

    7. Analisis menggunakan Metode Elemen Hingga (MEH) dengan bantuan progran SAP2000.

    8. Pembagian elemen dilakukan secara Automatic Mesh oleh program SAP2000.

    9. Elemen shell pada SAP2000 hanya terbatas untuk analisis struktur linier.

    2 LANDASAN TEORI

    2.1 Profil Castella

    Balok Castella merupakan balok hasil modifikasi dari profil-I yang dipotong secara

    zig-zag kemudian bagian bawah dari

    potongan tersebut disatukan kembali dengan bagian atasnya dengan cara digeser sedikit

    kemudian direkatkan dengan teknik

    pengelasan, sehingga terbentuk lubang pada badan (open web expanded beams). Sebagai

    akibat dari pemotongan tersebut

    menyebabkan penambahan tinggi dan

    kenaikan modulus penampang sehingga kapasitas momen yang dimiliki juga

    bertambah besar. Peningkatan momen

    inersia terjadi pada sumbu-x (Ix), sedangkan

    pada sumbu-y (Iy) relatif sama.

    Teknik pemotongan dari profil Castella sendiri tidak selalu zig-zag, akan

    tetapi dapat dibuat bentuk lain seperti

    berbentuk lingkaran, segitiga, dan lain sebagainya. Besarnya lubang yang pada

    pelat badan juga dipengaruhi oleh fungsi

    dari balok tersebut seperti kebutuhan

    pemipaan, ducting, dan lainnya. Gambar 3.1 di bawah ini adalah pembuatan profil balok

    Castella menurut Omer W. Blodgett.

    Gambar 2.1 Gambar Profil Balok Castella

    (Blodgett, 1966) Keterangan:

    dg = Tinggi balok Castella

    db = Tinggi balok Profil-I

    e = Jarak antar lubang b = Lebar pemotongan

    h = Tinggi pemotongan profil

    = Sudut pemotongan dt = Tinggi penampang T

    tw = Tebal pelat badan

    tf = Tebal pelat sayap

    bf = Lebar balok

    2.2 Tegangan Pada Balok Castella

    Untuk memvisualisasikan suatu struktur, dalam hal ini adalah balok, akan

    lebih baik jika dibuat suatu prototype

    dengan bentuk yang seideal mungkin agar mampu merepresentasikan kondisi

    aktualnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar

    2.2 yang menunjukkan pembebanan suatu

    balok Castella dengan dua beban terpusat simetris.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    - Prosiding Kolokium FTSP UII

    Gambar 2.2 Profil Castella (a), BMD (b),

    SFD (c)

    Pembebanan yang terjadi pada balok

    Castella sebagian besar ditahan oleh pelat

    sayap sehingga pengurangan luasan pada pelat badan tidak terlalu memberikan efek

    pada kemampuan balok tersebut menahan

    beban. Akan tetapi, untuk gaya geser yang

    terjadi pada balok Castella akan ditahan oleh pelat badan sehingga harus

    diperhitungkan akibatnya.

    2.3 Desain Plastis Gelagar Pelat

    Metode desain plastis merupakan

    metode perencanaan struktur baja dengan

    memanfaatkan kekuatan cadangan yang masih dimiliki balok baja setelah leleh.

    Kekuatan cadangan tersebut terjadi setelah

    tegangan luluh hingga baja mengalami

    strain hardening. Secara teori, kondisi strain hardening memungkinkan struktur baja

    masih memiliki kekuatan untuk menahan

    beban, akan tetapi lendutan yang terjadi sudah cukup besar. Sebagai akibat dari

    defoemasi tersebut, struktur menjadi tidak

    stabil sehingga asusmsi yang digunakan adalah regangan yang terjadi belum

    mencapai strain hardening. Bentuk

    distribusi tegangan lentur pada baja dapat

    dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

    Gambar 2.3 Distribusi Tegangan Lentur

    (Sindu, 2006)

    Gambar 2.3 (a) merupakan bentuk

    umum distribusi tegangan lentur dengan

    batas maksimum Fy. Pada kondisi ini balok dapat menahan momen dengan persamaan

    sebagai berikut

    (1)

    (3.24) dengan: My adalah momen leleh, Fy adalah

    tegangan leleh baja, dan Sx adalah modulus

    elastis penampang.

    Kondisi seperti Gambar 2.3 (d) adalah kondisi ketika balok secara terus menerus

    mengalami pembebanan setelah luluh dan

    ditahan tegangan tahan tambahan yang dimiliki struktur tersebut. Proses

    penambahan tegangan terjadi secara

    berangsur hingga dicapai distribusi plastis

    seperti yang telah digambarkan. Dalam kondisi ini regangan maupun tegangan yang

    terjadi sudah mencapai batas maksimumnya.

    Momen yang menahan disebut dengan momen plastis, dan dapat dicari dengan

    persamaan berikut ini.

    (2) (1)

    (3.25) dengan: My adalah momen leleh, Fy adalah

    tegangan leleh baja, dan Zx adalah modulus

    plastis penampang.

    2.4 Karakteristik Balok

    Secara umum pada suatu balok yang

    dibebanibeban tranvsersal akan

    menimbulkan momen, lendutan, serta pelenturan tidak terkecuali pada balok

    Castella. Gambar 2.2 menunjukkan

    kejadian pada balok ketika mengalami

    pembebanan.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    Pembebanan dilakukan dengan

    metode third point loading yang

    menghasilkan momen lentur murni pada

    tengah bentang Karakteristik dari balok dapat diketahui dari kurva beban-lendutan

    (P-) hasil eksperimen. Jika pembebanan

    dilakukan secara terus menerus hingga balok runtuh dan dilakukan pengukuran lendutan

    maksimum pada tiap tahapan pembebanan,

    maka akan diperoleh kurva beban-lendutan.

    Besarnya lendutan yang terjadi sesuai dengan beban yang bekerja. Hubungan

    antara beban dan lendutan dapat digunakan

    untuk menghitung nilai kekakuan balok. Berdasarkan teori kekakuan dalam analisis

    struktur matriks (McGuire, 1920) besarnya

    nilai kekakuan dapat dinyatakan dengan Persamaan (3) berikut ini.

    { } [ ]{ } [ ] { }{ } (3) (3.26)

    Secara umum kekakuan balok dapat dituliskan dengan persamaan (4) berikut

    ini.

    (4) (3.27)

    dengan: P adalah beban, dan adalah lendutan.

    Momen yang terjadi pada balok

    ketika mengalami pembebanan akan menimbulkan efek lentur balok. Untuk

    menghitung momen dapat digunakan

    Persamaan (5) berikut ini.

    (5)

    dengan: P adalah besarnya pembebanan dan

    L adalah panjang bentang sampel.

    Sementara itu, nilai kelengkungan balok menurut Timoshenko dan Gere (1985)

    dapat dinyatakan dengan persamaan berikut.

    (6)

    (3.29)

    dengan: adalah kelengkungan dan dalah jari-jari kelengkungan, v adalah lendutan,

    dan adalah putaran sudut.

    Persamaan tersebut merupakan

    hubungan antara kelengkungan dengan

    lendutan balok v yang berlaku untuk segala

    jenis material, asalkan rotasi balok kecil. Jika material balok elastis linier,

    berdasarkan hukum Hooke, maka

    kelengkungan dapat dinyatakan dengan:

    (7) (3.30

    dengan: M adalah momen lentur, dan EI

    adalah kekakuan terhadap lentur dari balok.

    Persamaan (7) memperlihatkan bahwa kelengkungan sumbu longitudinal balok

    sebanding dengan momen lentur (M) dan

    berbanding terbalik dengan besaran EI yang dikenal sebagai ketegaran lentur (Flexutal

    rigidity) balok.

    2.5 Metode Elemen Hingga

    Metode Elemen Hingga atau Finite

    Element Method (FEM) merupakan metode

    yang pertama kali diperkenalkan pada tahun

    1950 dan terus dikembangkan hingga saat ini. Saat ini, metode elemen hingga banyak

    digunakan di bidang industri untuk

    menyelesaikan berbagai persoalan teknik. Di bidang teknik sipil sendiri metode ini

    banyak digunakan untuk menyelesaikan

    permasalahan seperti pada pengerjaan struktur cangkang, analisa tegangan pada

    struktur rangka, pelat berlubang, kejadian

    tekuk pada kolom dan shell serta analisa

    getaran. Metode elemen hingga, pada

    prinsipnya membagi sebuah sistem kontinyu

    menjadi bagian-bagian kecil yang disebut element, sehingga solusi dalam tiap bagian

    kecil dapat diselesaikan dengan lebih

    sederhana. Proses ini disebut dengan

    diskritisasi yang mana pembagian elemen-elemen kecil tersebut dijadikan sebagai

    batasan dari suatu struktur/objek

    (Suhendro,2000). Dalam tugas akhir ini akan digunakan bantuan program SAP2000

    dalam pengerjaan analisis metode elemen

    hingga untuk mengetahui lokasi beserta besarnya tegangan kritis pada balok

    Castella.

    Dalam pengerjaan dengan

    menggunakan metode elemen hingga,

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    - Prosiding Kolokium FTSP UII

    digunakan berbagai bentuk pendekatan dan

    yang paling sederhana adalah dengan

    menggunakan elemen dengan bentuk

    segiempat atau segitiga. Penyusunan element Shell ditentukan dari titik nodal

    yang dihubungkan. Jika dipakai empat nodal

    (j1,j2,j3,dan j4) jadilah element segiempat. Sedangkan jika tiga titik nodal (j1,j2,dan j3),

    maka jadilah element segitiga

    (Dewobroto,2007). Untuk lebih jelasnya

    dapat dilihat pada Gambar 2.4 berikut ini.

    Gambar 2.4 Element Shell Segiempat

    (SAP2000)

    Dalam penelitian ini, yang menjadi tinjauan adalah besarnya tegangan, sehingga

    digunakan pembacaan shell stress (S) pada

    pembacaan hasilnya. Pembacaan tegangan (S) memiliki definisi yang sama dengan

    pembacaan gaya ( F).Tegangan S11 danS22

    mengakibatkan tegangan langsung dan mengalami perubahan terhadap panjang

    benda,sedangkan S12, S13, S23 akan

    mengakibatkan tegangan geser dan

    menyebabkan terjadinya perubahan sudut (Dewobroto,2007).

    3. METODE PENELITIAN

    3.1 Data yang Diperlukan

    Data yang akan diambil dari hasil pengujian

    adalah sebagai berikut:

    1. Kuat tarik baja, 2. Kapasitas lentur balok profil-I dan

    balok Castella,

    3. Beban-lendutan balok profil-I dan balok Castella,

    4. Regangan dari balok profil Castella, 5. Pola kerusakan benda uji 6. Kurva beban dan lendutan

    7. Kurva beban dan regangan

    3.2 Pemodelan Benda uji

    Dalam pengujian ini, dilakukan

    pengujian laboratorium sebanyak dua kali

    dan permodelan dengan SAP2000 pada balok castella.

    3.2.1 Pengujian Laboratorium

    Pada pengujian ini, digunakan empat buah benda uji yang terdiri dari satu buah

    balok profil-I dan tiga buah balok profil

    castella hasil modifikasi balok profil-I dengan variasi tinggi lubang 60 cm, 75 cm,

    dan 82,5 cm. Seluruh balok menggunakan

    baja profil-I ukuran 150x75x5x7. Pembacaan lendutan mengunakan tiga

    buah LVDT pada arah transversal. LVDT1

    yang diletakkan di bawah pembebanan dengan jarak 1/3 bentang dari sebelah kiri

    balok, LVDT2 diletakkan pada tengah

    bentang, dan LVDT3 diletakkan di bawah

    pembebanan dengan jarak 1/3 bentang dari sebelah kanan. Sedangkan untuk pembacaan

    regangan, pada balok Castella masing-

    masing dipasang strain gauge sebanyak dua buah. Pemasangan strain gauge dilakukan di

    pelat sayap yang terletak di tengah bentang

    dengan nama strain gauge 1 (SG1). Sementara itu, satu yang lain dipasang di

    pelat badan dekat lubang pada bagian bawah

    titik pembebanan yang dinamakan dengan

    strain gauge 2 (SG 2). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    Gambar 3.1 Setting-Up Benda Uji Castella

    Keterangan:

    1. Benda Uji Balok Castella 2. Hydraulic Jack 3. Pengaku Lateral 4. Dukungan Sendi 5. Dukungan Rol 6. LVDT 7. Strain Gauge

    3.2.2 Pemodelan SAP2000

    Untuk menganalisis tegangan,

    digunakan metode elemen hingga dengan

    bantuan program SAP2000. Dengan

    menggunakan program SAP2000 akan diperoleh hasil berupa gambar yang dapat

    menunjukkan posisi tegangan maksimum

    yang terjadi pada balok Castella di samping besarnya tegangan maksimum balok.

    Berikut ini adalah langkah dalam pemodelan

    balok Castella dengan menggunkan

    program SAP2000. 1. Sebelum menggambar di dalam

    program SAP2000 dilakukan

    ditentukan terlebih dahulu jumlah grid-nya.

    2. Tentukan spesifikasi material dan ketebalan pelat yang digunakan.

    3. Dilakukan pemodelan balok Castella dengan menggambar balok tersebut

    pada grid yang telah dibuat

    sebelumnya. Penggambaran menggunakan shell sebagai elemennya.

    4. Dilakukan meshing pada model balok Castella. Proses meshing dilakukan

    dengan Automatic mesh. 5. Berikan dukungan sendi-rol pada balok

    dengan posisi sesuai dengan kondisi

    riilnya. 6. Balok Castella diberikan pembebanan

    sesuai dengan beban yang terjadi pada

    percobaan.

    7. Model yang sudah diberi beban kemudian dijalankan dan hasilnya

    dapat dilihat baik berupa tegangan atau

    momen yang diinginkan pada tiap area mesh yang ditinjau.

    3. 3 Tahapan Penelitian

    Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan. Urutan tahapan tersebut

    dapat dilihat pada diagram alir berikut ini.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    - Prosiding Kolokium FTSP UII

    Gambar 3.2 Diagram Alir Penelitian

    4. HASIL PERHITUNGAN

    4.1 Hasil Perhitungan Uji Kuat Lentur

    Pengujian kuat lentur dilakukan dengan menggunakan empat buah balok.

    Benda uji tersebut terdiri dari satu balok

    profil-I dengan ukuran 150 x 75 x 7 mm dan

    tiga balok Castella dengan variasi tinggi lubang 120 mm, 150 mm, dan 165 mm.

    Panjang benda uji masing-masing adalah

    2590 mm. Seluruh benda uji diberi pengaku pada kedua ujungnya sejauh 50 mm dari tepi

    sehingga diperoleh bentang bersih balok

    sepanjang 2580 mm.

    4.1.1 Kurva Beban- Lendutan Hasil Pengujian

    Menurut teori, pembacaan lendutan

    terbesar terjadi pada bagian tengah bentang atau

    pada LVDT2, akan tetapi terdapat dua buah

    sampel, yaitu Castella I dan Castella III yang

    lendutan terbesarnya tidak di tengah bentang

    melainkan pada bentang sebelah kiri atau pada

    LVDT1. Hal ini dimungkinkan karena

    pengaturan pengujian tidak dilakukan secara ideal.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    Gambar 4.1 Grafik Beban vs Lendutan

    Dari hasil grafik pengujian tersebut,

    terlihat bahwa nilai lendutan pada profil-I dan profil Castella II berada di tengah

    bentang, sedangkan untuk profil Castella I

    dan III berada di sisi kiri bentangan. Hal ini

    dimungkinkan karena setting-up benda uji yang tidak ideal.

    Dari hasil pengujian kerusakan terjadi

    pada bagian badan profil yaitu di sudut-sudut lubang, hal ini sesuai dengan teori

    bahwa tegangan terbesar berada pada daerah

    tersebut.

    Gambar 4.2 Kerusakan pada bagian badan

    profil (kiri), kerusakan las (kanan)

    4.1.2 Kurva Beban- Regangan Hasil Pengujian

    Data hasil pengujian berupa beban

    maksimum dan regangan tiap sampel

    diperoleh dari pembacaan strain gauge yang

    dipasang pada pelat badan dan pelat sayap. Kodefikasi strain gauge yang digunakan

    adalah strain gauge 1 dipasang pada pelat

    sayap di tengah bentang, sedangkan strain gauge 2 dipasang pada pelat badan dekat

    dengan lubang di tengah bentang.

    Pemasangan strain gauge hanya dilakukan pada benda uji balok Castella sehingga

    terdapat tiga kurva yang diperoleh dari

    pengujian.

    Hasil pembacaan regangan yang diperoleh dari pengujian ini tidak dapat

    dijadikan acuan untuk menentukan besarnya

    tegangan pada bagian yang dipasangi strain gauge karena hasil pembacaannya yang

    terlalu kecil.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    - Prosiding Kolokium FTSP UII

    Namun, nilai regangan ini dapat

    digunakan sebagai indikator kejadian

    regangan dan konsentrasi tegangan pada

    benda uji. Kurangnya pemahaman mengenai penggunaan strain gauge dimungkinkan

    mempengaruhi proses pemasangan pada

    benda uji sehingga output pembacaan

    dimungkinkan tidak sesuai dengan kondisi

    nyatanya.

    Gambar 4.2 Grafik Beban vs Regangan

    Menurut teori, nilai tegangan terbesar berada pada bagian pelat sayap. Hal ini

    berlaku ketika kerusakan yang terjadi pada

    balok sesuai dengan teori, yaitu diawali pada kerusakan tekuk pada sayap yang

    dilanjutkan tekuk pada pelat badan dan

    kemudian puntir pada balok. Namun pada

    penelitian kali ini, tidak ditemukan kerusakan yang pada pelat sayap. Kerusakan

    justru terjadi pada pelat badan akibat

    gagalnya sambungan las. Gagal sambungan pada benda uji

    terjadi karena pada saat proses pembebanan,

    balok mengalami tekuk puntir sehingga menyebabkan sambungan terlepas. Proses

    pengelasan yang tidak baik menyebabkan

    kualitas las tidak mampu menahan beban

    yang diberikan dan kemudian terlepas. Hal ini juga dimungkinkan sebagai penyebab

    kecilnya nilai regangan pada pembacaan

    strain gauge. Konsentrasi tegangan yang berada di pelat badan, khususnya di daerah

    sekitar lubang, juga diperkuat dengan hasil analisis program SAP2000. Untuk lebih

    jelasnya mengenai lokasi konsentrasi

    tegangan dapat dilihat pada pembahasan mengenai hasil analisis SAP.

    Berdasarkan analisis SAP2000,

    konsentrasi tegangan terdapat pada sudut-

    sudut lubang pelat badan. Hal ini diperkuat dengan hasil laboratorium yang

    menunjukkan nilai regangan pada pelat

    badan yang lebih besar daripada pelat sayap. Kecilnya nilai regangan yang terbaca

    pada strain gauge dimungkinkan karena

    kerusakan yang terjadi bukanlah hasil dari pembebanan maksimum, melainkan dari

    dari kegagalan sambungan sehingga pada

    dasarnya belum ada pengaruh yang

    signifikan pada pelat badan maupun sayap akibat pembebanan, kecuali pada lepasnya

    sambungan. Hal ini yang menyebabkan

    regangan yang terbaca masih sangat kecil.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    4.2 Analisis Hasil Pengujian

    4.2.1 Analisis Beban Maksimum

    Beban maksimum yang mampu

    diterima oleh masing-masing benda uji dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini.

    Tabel 4.1 Beban Maksimum Hasil

    Pengujian

    Berdasarkan di atas, beban maksimum

    terbesar terjadi pada balok profil-I dan yang terkecil adalah pada profil Castella II.

    Menurut teori, modifikasi profil-I menjadi

    profil Castella seharusnya dapat menambah

    kemampuan balok dalam menahan beban, atau dengan kata lain, beban maksimum

    balok Castella lebih besar (Yuliatni,2006).

    Akan tetapi, pada percobaan kali ini tidak demikian. Seluruh benda uji Castella

    mengalami kegagalan las berupa sambungan

    las yang lepas.

    4.2.2 Nilai Momen Kritis

    Perhitungan momen kritis

    menunjukkan bahwa kegagalan yang terjadi

    pada benda uji merupakan tekuk puntir. Hal ini menandakan benda uji mengalami

    kegagalan dini sebelum mencapai tegangan

    leleh sehingga kemampuan balok uji dalam menahan beban jauh di bawah yang

    direncanakan. Bentang balok yang cukup

    panjang menjadi penyebab terjadinya

    kegagalan karena mudah mengalami puntir.

    Tabel 4.2 Perbandingan Momen Kritis Plastis, Momen Kritis Tekuk Puntir dan Momen Kritis

    Hasil Uji

    Tabel 4.2 memberi informasi bahwa

    momen kritis yang terjadi akibat

    pembebanan benda uji justru mengalami

    penurunan. Tidak adanya peningkatan pada momen kritis ini dikarenakan benda uji

    mengalami kegagalan tekuk puntir sebelum

    baja profil leleh. Terjadinya kegagalan tekuk puntir sesuai dengan hasil perhitungan syarat

    tekuk yang menunjukkan bahwa Lb>Lr.

    Besarnya momen kritis akibat tekuk lebih

    kecil dari momen kritis percobaan. Akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk profil

    Castella II, karena profil tersebut sudah

    mengalami kerusakan awal berupa pengelasan sambungan yang tidak baik.

    Tabel tersebut juga menunjukkan

    perbandingan momen kritis jika dihitung dalam tiga kondisi, yaitu ketika kondisi

    plastis, kondisi mengalami tekuk puntir dan

    kondisi akibat percobaan. Besarnya momen

    kritis berdasarkan teori meningkat seiring bertambahnya ketinggian balok akibat

    adanya penambahan nilai momen inersia.

    Berdasarkan tabel tersebut, momen yang terjadi akibat percobaan lebih besar

    daripada momen secara teoritis akibat tekuk

    puntir. Hal ini menunjukkan bahwa tidak

    adanya peningkatan kapasitas lentur balok uji dikarenakan terjadi kerusakan benda uji

    akibat tekuk puntir. Kerusakan tersebut

    terjadi ketika baja belum menunjukkan kondisi leleh apalagi kondisi plastis. Jadi,

    dapat disimpulkan bahwa akibat terjadi

    tekuk puntir pada benda uji, momen plastis tidak terjadi, maka momen kritis yang dapat

    ditahan oleh balok menjadi lebih kecil dari

    momen rencana (momen plastis).

    4.2.3 Tegangan Kritis Besarnya tegangan kritis masing-

    masing benda uji dihitung dan dilakukan

    perbandingan antara tegangan kritis teori dan hasil percobaan. Untuk mendapatkan

    nilai tegangan kritis dapat diketahui melalui

    Persamaan (8) berikut ini.

    =

    (8)

    dengan: Mcr adalah momen kritis, Sx adalah

    modulus penampang.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    - Prosiding Kolokium FTSP UII

    Tabel 4.3 Perbandingan Tegangan Kritis

    Hasil Uji

    Tabel 4.4 Perbandingan Tegangan Kritis

    Teoritis

    Tabel di atas menunjukkan perbandingan tegangan kritis benda uji

    balok profil-I dan balok Castella secara

    percobaan maupun teoritis. Hasil tersebut menunjukkan tidak adanya kenaikan

    tegangan kritis dari modifikasi yang

    dilakukan. Berdasarkan Persamaan (8) terlihat bahwa fcr dan Mcr berbanding

    terbalik dengan Sx. Kecilnya nilai Mcr akibat

    puntir dan semakin besarnya nilai Sx seiring

    dengan bertambah tingginya balok Castella menyebabkan nilai fcr yang diperoleh kecil

    sehingga tidak terjadi kenaikan tegangan

    kritis. Hal ini disebabkan oleh terjadinya kegagalan dni pada benda uji yakni tekuk

    puntir.

    Kegagalan berupa puntir ini juga

    menyebabkan putusnya sambungan las pada benda uji Castella. Buruknya kualitas las

    menyebabkan bagian tersebut mengalami

    kegagalan sebelum mencapai kondisi maksimumnya. Pemberian lateral support

    pada bentang balok dapat menjadi alternatif

    pencegahan terjadinya puntir dan akan meningkatkan kapasitas lentur balok

    sehingga tegangan kritisnya pun dapat

    meningkat di samping kontrol terhadap

    kualitas sambungan las pada pelaksanaan pembuatan benda uji.

    4.2.4 Analisis Kegagalan Dini

    Benda uji yang digunakan dalam

    pengujian kapasitas lentur ini seluruhnya

    mengalami kegagalan dini berupa tekuk puntir. Terdapat beberapa faktor yang

    dimungkinkan menjadi penyebab terjadinya

    kegagalan tersebut yaitu sebagai berikut.

    1. Syarat Tekuk

    Berdasarkan persyaratan terjadinya tekuk pada baja, seluruh benda uji

    termasuk dalam golongan yang

    mengalami tekuk puntir. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan bahwa nilai

    Lb>Lr. Untuk menghidari terjadinya

    tekuk puntir pada benda uji, dapat dilakukan dengan memberikan lateral

    support pada bentangan balok. Semakin

    banyak lateral support yang digunakan akan semakin mencegah terjadinya

    puntir pada balok.

    2. Kesalahan Pengaturan Peralatan

    Perletakan beban pada benda uji tidak diperbolehkan bergeser sedikit pun dari titik yang telah ditentukan. Saat

    pelaksanaan pengujian, dimungkinkan

    terjadi pergeseran dan menyebabkan penyebaran beban yang terjadi pada

    benda uji tidak sama sehingga

    menimbulkan puntiran pada benda uji.

    Pengaturan benda uji seharusnya dipastikan agar benar-benar diletakkan

    tegak lurus dengan bidang datar untuk

    mencegah terjadinya pergeseran. Saat

    pengujian pengecekan tersebut hanya dilakukan secara visual dan hanya

    dengan bantuan alat sederhana berupa

    penggaris siku. Seharusnya posisi benda uji dicek dengan menggunakan

    waterpass untuk lebih meyakinkan

    posisinya tegak lurus dengan bidang

    datar.

    3. Kegagalan Sambungan Las

    Benda uji balok Castella yang digunakan dalam pengujian ini

    merupakan hasil modifikasi dari balok-I sehingga sangat dimungkinkan

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    kesalahan sekecil apapun pada saat

    proses pembuatan menjadi faktor

    penentu terjadinya kerusakan dini pada

    benda uji, tidak terkecuali pada sambungan las. Setelah dilakukan

    berbagai identifikasi, ternyata diketahui

    bahwa kualitas las pada sambungan sangat buruk, tidak semua bagian yang

    seharusnya dilas terkena oleh las. Hal

    ini menyebabkan kekuatan balok baja

    tidak lagi homogen karena terdapat bagian-bagian yang lebih lemah pada

    satu bentangan balok. Tidak meratanya

    kekuatan balok ini juga menjadi salah satu akibat terjadinya kegagalan dini.

    Kualitas sambungan seharusnya lebih kuat daripada benda uji. Jika dilihat

    pada proses perencanaan, las sudah sesuai yaitu menggunakan las E70

    dengan tegangan leleh 482 N/mm2 yang

    lebih tinggi daripada benda uji yaitu

    444,65 N/mm2. Akan tetapi, proses

    pengelasan yang tidak baik

    menyebabkan kualitas sambungan

    menjadi tidak sesuai dengan perencanaan, sehingga keseluruhan

    benda uji Castella mengalami

    kerusakan pada sambungan berupa lepasnya sambungan tersebut.

    4. Tidak Simetrisnya Penyambungan Benda

    Uji Castella

    Balok Castella yang dibuat dari modifikasi balok-I rentan mengalami kesalahan pada proses penyambungan.

    Pembuatan balok Castella dilakukan

    dengan memotong bagian pelat badan balok-I dan kemudian disatukan

    kembali bagian atas dan bawahnya

    dengan las. Proses inilah yang harus

    diperhatikan dengan teliti, karena pada

    saat proses penyambungan bagian atas

    dan bawah balok, dimungkinkan tidak benar-benar pada posisi simetris antara

    bagian atas dan bawahnya. Besar

    kemungkinan yang terjadi adalah adanya pergeseran sedikit pada saat

    penyambungan bagian atas dengan

    bagian bawah sehingga timbul

    eksentrisitas pada benda uji.

    4.3 Analisis Metode Elemen Hingga dengan Program SAP2000

    Hasil pengujian laboratorium dan perhitungan secara teori lebih lanjut

    dilakukan perbandingan dengan hasil

    analisis menggunakan program SAP2000. Analisis menggunakan SAP2000 ini

    dilakukan sesuai dengan batasan masalah.

    Pembacaan hasil pada SAP2000 hanya

    dijadikan sebagai indikator terjadinya konsentrasi tegangan pada balok Castella.

    Pemodelan balok Castella pada program

    SAP2000 ini dilakukan dengan mengabaikan konstitutif material model

    yaitu dengan mengabaikan kondisi nyata

    pada benda uji dan mengasumsikan balok

    Castella dalam keadaan tanpa adanya sambungan las.

    Berdasarkan hasil analisis SAP2000, balok

    mengalami defleksi sebagai akibat dari

    pembebanan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.3 (a). Besarnya tegangan dapat

    dilihat pada gambar (b) dimana tegangan

    terbesar berada pada sudut lubang. Sedangkan gambar (c) menunjukkan kontur

    tegangan yang terjadi pada seluruh balok

    Castella.

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    - Prosiding Kolokium FTSP UII

    Gambar 4.3 Hasil Analisis SAP2000 pada balok Castella

    Pemodelan SAP2000 kurang

    merepresentasikan kondisi nyata benda uji. Seperti yang telah disebutkan pada

    pembahasan mengenai analisis SAP2000,

    diketahui bahwa pemodelan dilakukan dengan mengabaikan adanya sambungan las

    serta analisis yang digunakan adalah analisis

    linier sehingga tidak terjadi puntir pada

    benda uji. Hal ini lah yang menyebabkan hasil analisis SAP2000 jauh lebih besar,

    karena pada SAP2000 tidak mengenal

    adanya tekuk puntir, sedangkan kenyataannya pada benda uji terjadi puntir.

    5. SIMPULAN

    Dari hasil analisis, diperoleh simpulan

    sebagai berikut:

    1. seharusnya penelitian mengenai kapasitas lentur balok Castella ini

    menghasilkan peningkatan sesuai

    dengan penelitian sebelumnya. Akan tetapi, pada percobaan kali ini tidak

    ditemukan peningkatan. Rasio momen

    kritis yang terjadi pada balok Castella I

    sebesar 0,83 , balok Castella II sebesar

    0,54, dan balok Castella III sebesar 0,81,

    2. tegangan kritis balok Castella juga tidak mengalami peningkatan. Hal ini dapat diketahui dari rasio tegangan

    kritisnya yaitu 0,56 untuk balok

    Castella I, 0,34 untuk balok Castella II

    dan 0,53 untuk balok Castella III, 3. berdasarkan hasil analisis SAP2000

    diketahui bahwa konsentrasi tegangan

    yang terjadi pada balok Castella terletak pada pelat badan terutama pada

    bagian sudut-sudut lubang,

    4. tidak adanya peningkatan kapasitas disebabkan oleh terjadinya kegagalan dini yang dipicu oleh kesalahan pada

    pengaturan benda uji, kegagalan

    sambungan las, dan kesalahan pada proses pembuatan benda uji Castella.

    6. SARAN

    Berdasarkan hasil penelitian, terdapat

    beberapa saran yang harus diperhatikan, yaitu:

  • Prosiding Kolokium Program Studi Teknik Sipil (KPSTS) FTSP UII 2014,

    Desember 2014, ISBN xxx-xxx-xxxxx-x-x

    Prosiding Kolokium FTSP UII - ..

    1. Pada saat pembuatan benda uji

    sebaiknya dilakukan oleh tenaga yang

    sudah ahli untuk mengurangi kesalahan

    pada proses pemotongan dan

    pengelasan.

    2. Proses pembuatan benda uji perlu

    dipantau sedemikian rupa sehingga

    tidak terjadi hal-hal yang tidak

    diinginkan seperti penggunaan las yang

    tidak sesuai dengan perencanaan.

    3. Perlu adanya perhitungan mengenai

    perlu atau tidaknya pemberian pengaku

    pada bentang balok Castella serta jarak

    pengaku. Hal ini dapat meningkatkan

    kemampuan balok Castella dalam

    menahan beban sehingga terlihat

    adanya peningkatan kapasitas lentur

    akibat modifikasi yang dilakukan.

    4. Untuk penelitian selanjutnya dapat

    dilakukan modifikasi seperti perubahan

    variasi, baik dari ketinggian lubang

    maupun jarak pengaku. Selain itu,

    dapat pula dilakukan penelitian

    mengenai balok Castella komposit

    untuk membandingkan kekuatannya

    dengan balok Castella pada umumnya.

    5. Analisis dengan metode elemen hingga dapat dikembangkan dengan tidak hanya menggunakan progran SAP2000,

    namun dapat menggunakan program

    lain seperti ANSYS atau STADPRO

    agar hasilnya dapat dibandingkan.

    7. DAFTAR PUSTAKA

    Adityo, R. Sindhu. (2006). Kapasitas Lentur

    Gelagar Pelat Penampang I dan Penampang Dobel Delta Dengan Rasio

    Tinggi terhadap Lebar 5.Tugas

    Akhir.(Tidak Diterbitkan). Universitas

    Islam Indonesia. Yogyakarta.

    Blodgett, Omer W. (1966). Design of

    Welded Structures. The James F

    Lincoln Arc Welding Fondation.

    Cleveland. Ohio. USA. Darmawan, Loa W. (1984). Konstruksi

    Baja. Badan Penerbit Pekerjaan Umum.

    Jakarta. Dewobroto, Wiranto. (2007). Aplikasi

    Rekayasa Konstruksi Dengan SAP2000

    Edisi Baru. PT.Garamedia. Jakarta.

    McGuire, W. dan Gallagher, R.H. (1979). Matrix Structural Analysis. John Wiley

    & Sons,Inc. Canada.

    Salmon, C.G. dan Johnson, J.E.(1991). Struktur Baja Desain Dan Perilaku 2.

    PT.Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

    Setiawan, Agus. (2008). Perencanaan Struktur Baja Dengan Metode LRFD

    (Berdasarkan SNI 03-1729-2002).

    Erlangga. Jakarta.

    Spiegel, L. dan Limbrunner, F.G. (1991). Desain Baja Struktural Terapan.

    PT. Erecso. Bandung.

    Suharjanto. (2005). Kajian Banding Numerik Kapasitas Dan Perilaku Balok

    Baja Kastela Menggunakan Program

    SAP2000.Jurnal Teknik Sipil,

    Vol.13No.2, Edisi XXXII Juni 2005. Fakultas Teknik Universitas Janabadra.

    Yogyakarta.

    Suhendro, Bambang. (2000). Metode Elemen Hingga dan Aplikasinya.

    Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik.

    Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Suhendro, Bambang. (2000). Teori Model

    Struktur Dan Eksperimental. Beta

    Offset. Yogyakarta.

    Timoshenko dan Gere, Hans J. Wospakrik. (1985). Mekanika Bahan Edisi Kedua

    Jilid 1. Erlangga. Jakarta.

    Yuliatni, Hendry Haika. (2007). Kapasitas Lentur Balok Castella Berdasarkan

    Kondisi Batas Tekuk Lokal.Tugas

    Akhir. (Tidak Diterbitkan). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.