makalah kk9
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat di mana saja baik di rumah, tempat
kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-macam
bisa berupa api, cairan panas, uap panas bahkan bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain.
Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eksar) yang tetap berada pada tempatnya
untuk jangka waktu yang lama. luka bakar dengan cepat akan didiami oleh bakteri patogen
mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah air, protein serta elektrolit dan sering kali
memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan
luka yang permanen (Muttaqin, 2011)
Berdasarkan catatan journal of burn care and rehabilitation edisi 1992, diperkirakan ada
2,4 juta kasus luka bakar dalam setahun di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut ada
650.000 yang ditangani oleh ahli medis dan 75.000 ditangani di rumah dan 12.000-nya
berakhir dengan kematian (Mer, 2003). Data lain dari the national institute for burn medicine
menyebutkan bahwa sebagian besar pasien luka bakar di Amerika Serikat (75%) disebabkan
kelalaian korban. Penyebab luka bakarantara lain: air panas, korek api, arus listrik, dan
merokok pada penggunaan obat bius dan alkohol. Penelitian di Belanda menunjukkan 70%
kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri, dan kira-kira
5% akibat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data statistik unit pelayanan khusus RSUPN
Cipto Mangunkusumo Jakarta, jumlah kasus yang dirawat selama tahun 1998 sebanyak 107
kasus atau 26,3% dari seluruh kasus bedah plastik yang dirawat. Dari kasus tersebut terdapat
lebih 40% merupakan luka bakar derajat II-III dengan angka kematian 37,38% (Kristanto,
2005).
Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat
mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar yang dalam dan luas masih
merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka panjang.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita luka bakar?
C. Tujuan
Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan luka bakar
berdasarkan patofisiologi terjadinya luka bakar.
BAB IITINJAUAN TEORITIS
A. Definisi
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang
berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry, 2006)
Luka bakar adalah luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka
tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada tempatnya untuk
jangka waktu yang lama (Muttaqin, 2011)
Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan suhu tinggi, syok listrik, atau
bahan kimia (Corwin, 2002)
Luka bakar adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia
dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Soetomo, 2001)
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah kerusakan atau
kehilangan jaringan yang di sebabkan oleh kontak langsung atau terpapar sumber-sumber
panas, listrik, zat kimia, radiasi dan benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik
memanaskan atau mendinginkan.
B. Etiologi
Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis meliputi hal-
hal berikut:
1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya : teko atau
minuman)
2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak
3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang di sebabkan oleh
merokok ditempat tidur.
4. Benda panas (misalnya radiator)
5. Luka bakar akibat zat kimiawi: kontak, tercerna, inhalasi, atau injeksi asam, alkalis,
atau vesikan yang menyebabkan cedera dan nekrosis jaringan
6. Luka bakar akibat listrik: nekrosis koagulasi yang di sebabkan oleh panas mendalam,
biasanya muncul setelah kontak dengan sususnan kabel yang salah atau saluran
kekuatan voltase tinggi atau ketika pita lstrik terkunyah (oleh anak-anak kecil).
7. Luka bakar friksi atau abrasi: kulit bergesekan keras dengan permukaan kasar
8. Luka bakar akibat sinar matahari: paparan sinar matahari berlebihan.
9. Luka bakar termal: percikan api, kilatan cahaya, air mendidih atau kontak dengan
benda panas (misalnya kebakaran di daerah tempat tinggal, kecelakaan sepeda motor,
bermain dengan korek api, bensin yang tersimpan dengan tidak benar, malfungsi
pemanas ruangan atau listrik) atau memegang petasan dengan tidak benar, kecelakaan
akibat tertumpah air mendidih dan kecelakaan didapur (misalnya anak naik ke bagian
atas tungku atau memegang setrika dalam keadaan panas).
C. Klasifikasi Luka Bakar
1) Berdasarkan kedalaman luka bakar
Klasifikasi Etiologi Karakteristik
Penampilan Sensasi Penyembuhan Bekas luka
Luka bakar superficial
Terbakar matahari
Terbatas di epidermis. Terdapat eritema, tetapi tidak segera timbul lepuh
Nyeri. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam tiga sampai empat hari
Tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya ridak timbul komplikasi.
Luka bakar partial-thickness.
Pajanan air panas.
Meluas ke epidermis dan ke dalam lapisan dermis,serta menimbulkan bula dalam beberapa menit.
Sangat nyeri
7-20 hari Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin timbul infeksi sekunder pada luka.
Luka bakar partial-thickness dalam
Pajama air panas, kontak langsung dengan api, atau minyak panas.
Meluas ke seluruh dermis. Namun, daerah di sekitarnya biasanya mengalami luka bakar derajat kedua superficial yang nyeri.
Nyeri dengan tekanan parsial
Penyembuhan beberapa minggu. Memerlukan tindakan debridement untuk membuang jaringan yang mati. Biasanya di perlukan tandur kulit.
Folikel rambut mungkin utuh, dan akan tumbuh kembali. Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut.
Luka bakar fuul-thickness
Pajanan air panas, kontak langsung dengan api, minyak panas, uap panas, agen kimia, dan listrik tegangan tinggi.
Meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis. Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut berkurang.
Saraf rusak sehingga luka tidak terasa nyeri, kecuali dengan tejanan dalam. Namun, daerah di sekitarnya biasanya nyeri seperti pada luka bakar derajat dua.
Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu berbulan bulan untuk sembuh dan di perlukan pembersihan secara bedah dan penanduran
Luka bakar derajat ketiga membentuk jaringan parut dan jaringan tampak seoperti kulit yang keras. Resiko tinggi untuk terjadinya kontraktur.
2) Berdasarkan luas luka bakar
Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas permukaan tubuh
(TBSA) yang di sebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA
sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat
menggunakan metode lund dan browder, metode rumus Sembilan (rule of nines), atau
metode telapak tangan.
a) Metode lund dan browder.
Metode lund dan browder mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut
pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil
dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian
tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang
terbakar. Evaluasi pendahuluan di buat ketika pasien tiba di rumah sakit dan
kemudian di revisi pada hari kedua, serta ketiga pasca luka bakar karena garis
demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.
LOKASIUSIA (Tahun)
0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASAKepala 19 17 13 10 7Leher 2 2 2 2 2
Dada & Perut 13 13 13 13 13Punggung 13 13 13 13 13Pantat Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
Pantat Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5Kelamin 1 1 1 1 1
Lengan Atas Ka. 4 4 4 4 4Lengan Atas Ki. 4 4 4 4 4
Lengan Bawah Ka 3 3 3 3 3Lengan Bawah Ki. 3 3 3 3 3
Tangan Ka 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5Tangan Ki 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5Paha Ka. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5Paha Ki. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5
Tungkai Bawah Ka 5 5 5,5 6 7Tungkai Bawah Ki 5 5 5,5 6 7
Kaki Kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
b) Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Rumus sembilan merupakan cara yang cepat untuk mmenghitung luas daerah
yang terbakar. System tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan
Sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan
nama the rule of nine atau rule of wallace yaitu:
1) Kepala dan leher : 9%
2) Lengan masing-masing 9% : 18%
3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
5) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
Penentuan presentase berbeda pada bayi, anak dan orang dewasa sehingga perhitungan luas
luka bakar dibagi dalam tiga kelompok yaitu :
Luasnya Luka Bakar :
Rumus 10 untuk bayi
Rumus 10-15-20 untuk anak
Rumus 9 untuk orang dewasa
c) Metode Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar menyebar, metode yang dipakai untuk
memperkirakan persentase luas luka bakar adalah metode telapak tangan (palm
method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1 % luas permukaan
tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.
3) Fase Luka Bakar
Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
a) Fase Akut
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang
penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam
fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),
brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway
tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam
pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada
fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal
dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat
kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut
dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas
sirkulasi.
b) Fase Sub Akut
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan
atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi
menyebabkan:
1. Proses inflamasi dan infeksi.
2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak
berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.
3. Keadaan hipermetabolisme.
c) Fase Lanjut
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan
pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini
adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,
deformitas dan kontraktur.
D. Manifestasi Klinik
Adapun manifestasi klinis dari luka bakar adalah:
1) Keracunan karbon monoksida: di tandai dengan kekurangan oksigan dalam darah,
lemas, bingung, pusing, mual, muntah, bahkan meninggal.
2) Distress pernapasan: di tandai dengan serak, ngiler, dan ketidakmampuan menangani
sekresi.
3) Cedera pulmonal: di tandai dengan pernapasan cepat atau sulit, krakles, stridor, dan
batuk pendek.
4) Gangguan hematologic: tanda yan di temukan adalah kenaikan hematokrit, penurunan
SDP, leukosit meningkat, penurunan trombosit.
5) Gangguan ginjal: tanda yang di temukan adalah peningkatan haluaran urine, dan
mioglobinuria.
6) Gangguan metabolic: tanda yang di temukan adalah hipermetabolisme dan kehilangan
berat badan.
E. Evaluasi Diagnostik
1. Elektrolit serum: kalium meningkat karena cedera jaringan/kerusan SDM dan
penurunan fungsi ginjal. Natriun awalnya menurun pada kehilangan air. Alkalin
fosfat: peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/gangguan
pompa natrium.
2. Urin: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam
dan kehilangan protein.
3. Fotorontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi.
4. Scan paru: untuk menunjukkan luasnya cedera inhalasi.
5. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miocard/disritmia pada lika bakar listrik
6. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
7. Kadar karbonmonoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.
8. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap
9. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein dan edema cairan.
10. Fotografi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar
selanjutnya.
11. Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin bisa naik.
12. Jumlah darah lengkap menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.
13. Kadar gas darah arterial bisa memperlihatkan hipoksia
F. Patofisiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas ke tubuh. Panas
dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat
dikelompokkan menjadi luka bakar termal, luka bakar radiasi, dan luka bakar kimia.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler
yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah di dalamnya ikut
rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan
menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya
volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan
cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bulayang terbentuk pada luka
bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan keropeng luka bakar derajat 3.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih
bisa mengatasinya tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipopolemik dengan gejala
yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan maksimal terjadi
8 jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi
kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panasyang terhisap. Udem laring
yang ditimbulkannyadapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas,
takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan
mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat
oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung pusing, mual, dan muntah. Pada
keracunan yang berat bisa terjadi koma. Bila lebih ddari 60% hemoglobin terikat CO,
penderita dapat meninggal.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta
penyerapan kembali cairan edema ke pembuuh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya
diuresis.
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan
mediumyang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit
diatasi karena daerahnya tidak tercapaioleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.
Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahaanan tubuh tau antibiotik. Kuman penyebab
infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi
kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena
kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.
Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar
Perubahan Tingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam pertama)
Tingkatan diuretik(12 jam – 18/24 jam pertama)
Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dariPergeseran cairan ekstraseluler.
Vaskuler ke insterstitial.
Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.
Interstitial ke vaskuler.
Hemodilusi.
Fungsi renal. Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.
Oliguri. Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat.
Diuresis.
Kadar sodium/natrium.
Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+
melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.
Defisit sodium. Kehilangan Na+
melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).
Defisit sodium.
Kadar potassium.
K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+
berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.
Hiperkalemi K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+
terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).
Hipokalemi.
Kadar protein. Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.
Hipoproteinemia.
Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.
Hipoproteinemia.
Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan
nitrogen. jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.
nitrogen negatif. jaringan, kehilangan protein, immobilitas.
nitrogen negatif.
Keseimbnagan asam basa.
Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.
Asidosis metabolik.
Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.
Asidosis metabolik.
Respon stres. Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.
Aliran darah renal berkurang.
Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.
Stres karena luka.
Eritrosit Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.
Luka bakar termal.
Tidak terjadi pada hari-hari pertama.
Hemokonsentrasi.
Lambung. Curling ulcer (ulkus pada gaster),perdarahan lambung, nyeri
Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.
Akut dilatasi dan paralise usus.
Peningkatan jumlah cortison.
Jantung. MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.
Disfungsi jantung.
Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.
CO menurun.
G. Web of Caution (WOC) Teoritis
Bahan Kimia Termis Radiasi Listri/Petir
Penguapan meningkat
Biologis
Pada wajah
Kerusakan mukosa
Di Ruang Tertutup
MK: Ggn Konsep
diri Kurang
pengetahuan Ansietas
Peningkatan pembuluh
darah kapiler
Luka Bakar
Tekanan onkotik menurun
CO mengikat HB
Hipoksia otak
Psikologis
Terputusnya kontinuitas jaringan
Kercunan gas CO
MK: Jalan nafas tidak efektif
Ostruksi jalan nafas
Oedema Laring
HB tidak mampu
mengikat O2
Ekstravasasi Cairan (H2O,)
elektrolit, protein
Gagal nafas
MK: Kekurangan volume cairan
Gangguan sirkulasi makro
Hipovolemia dan
hemokonsentrasi
Cairan intravaskuler
menurun
Kerusakan kulit
MK: Gangguan
perfusi jaringan serebral
Chemical respons
MK: Gangguan perfusi jaringan
Persepsi nyeri
Korteks serebri
Bradikinin, serotonin, histamisn,
prostaglandin
Merangsang ujung saraf bebas
MK: Gangguan rasa nyaman
Luka terbuka
MK: Resiko tinggi infeksi
Sambungan WOC
Daya tahan tubuh
menurun
Gangguan perfusi organ penting
Sel Otak mati
Pelepasan
katekolamin
Dilatasi lambun
g
Hipoksia
ginjal
Kebocoran kapiler
Gangguan
neurologi
Otak
hipoksia
Gangguan sirkulasi seluler
Gangguan sirkulasi makro
Kardiovaskuler
Ginjal Hepar GI traktus
Neurologi
Imun
Fungsi ginjal Hipoksia
hepatik
Multi sistem organ failure
Hambatan pertumbu
hanMK:
Perubahan Nutrisi
Gangguan perfusi
Penurunan curah jantung
Glukoneogenesis, glokogenolisis
Laju metabolisme meningkat
H. Diagnosa, Intervensi, dan Rasional Keperawatan
1) Perawatan Pasien Selama Fase Darurat/ Resusitasi Perawatan Luka Bakar
No
.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Kerusakan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.
Tujuan: pemeliharaan oksigenisasi jaringan yang adekuat
K. Hasil : - Tidak ada
dispnea.- Frekuensi
respirasi antara 12 & 20 x/ menit.
- Paru bersih pada auskultasi
- Saturasi oksigen arteri > 96 % dengan oksimetri nadi.
- Kadar gas darah arteri dalam batas normal.
1. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.
2. Kaji bunyi napas, frekuensi pernapasan, irama, dalam dan simetrisnya pernapasan. Pantau pasien untuk mendeteksi tanda-tanda hipoksia.
3. Amati hal-hal berikut:a. Eritema/
pembentukan bula (lepuh).
b. Lubang hidung yang gosong.
c. Luka bakar pada muka, leher atau dada.
d. Bertambahnya keparauan suara.
1. Oksigen yang dilembabkan akan memberikan kelembaban pada jaringan yang cedera, suplementasi oksigen meningkatkan si o2oksigenasi alveoli.
2. Hasil pengkajian ini memberikan data dasar untuk pengkajian selanjutnya dan bukti peningkatan penurunan pernapasan.
3. Tanda ini menunjukkan kemungkinan cedera inhalasi dan risiko disfungsi pernapasan.
4. Pantau hasil gas darah arteri, hasil pemeriksaan oksimetri denyut nadi dan kadarkarboksi-hemoglobin.
5. Laporkan pernapasan yang berat, penurunan dalamnya pernapasan, atu tanda-tanda hipoksia dengan segera kepada dokter.
6. Bersiap untuk membantu dokter dalam intubasi.
7. Pantau dengan ketat keadaaan pasien yang menggunakan alat ventilator mekanis.
4. Peningkatan pCO2 dan penurunan pCO2 serta saturasi O2 dapat menunjukkan perlunya ventilasi mekanis.
5. Intervensi yang segera diperlukan untuk mengatasi kesulitan pernapasan.
6. Intubasi memungkinkan ventilasi mekanis.
7. Pemantauan kemungkinan deteksi dini penurunan status respirasi atau komplikasi pada ventilasi mekanis.
2. Jalan napas tidak efektif b.d edema dan efek inhalasi asap.
Tujuan:Pemeliharan saluran napas yang paten dan bersihan saluran napas adekuat.K. Hasil:- jalan napas
paten.- Sekresi
respirasi minimal, tidak berwarna dan encer.
- Frekuensi respirasi, pola dan bunyi napas normal.
1. Pertahankan kepatenan jalan napas melalui pemberian posisi pasien yang tepat dan pembuangan sekresi.
2. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.
3. Dorong pasien agar mau membalikkan tubuh, batuk dan
1. Jalan napas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi.
2. Kelembaban akan mengencerkan secret dan mempermudah espektorasi
3. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pembuangan sekresi.
napas dalam. Anjurkan agar pasien menggunakan spirometri intensif. Tindakan pengisapan jika diperlukan.
3. Kekurangan volume cairan b.d peningkat permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar.
Tujuan:Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dan perfusi orga-organ vital.K. Hasil:- kadar elektrolit serum berada dalam batas normal.pengeluaran urin berkisar antara 0,5 dan 1,0 ml/kg/jam.
1. Amati TTV , pengeluaran urin, dan waspada terhadap tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan beban cairan.
2. Pantau pengeluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang BB pasien setiap hari.
3. Pertahankan pemberian infuse dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.
4. Amati gejala defisiensi atau kelebihann kadar na, K, Ca, fosfoor dan bikarbonat.
1. Hipovolemia merupakan risiko utama sesudah luka bakar.
2. Pengeluaran urin dan BB memberikan informasi tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dan kebutuhan serta kecukupan cairan.
3. Pemberian cairan yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta perfusi prgan-organ vital adekuat.
4. Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi dalam periode pasca luka bakar.
5. Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas yang terbakar.
6. Beri tahu dokter dengan segera jika terjadi penurunan pengeluaran urin, tekanan darah dan peningkatan denyut nadi.
5. Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena.
6. Karena terjadinya perpindahan cairan yang cepat pada syok luka bakar, deficit cairan harus dideteksi secara dini sehingga syok sirkulasi tidak terjadi.
4. Hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.
Tujuan :Pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat.
1. Berikan lingkungan yang hangat dengan penggunaan perisai pemanas, selimut berongga, lampu atau selimut pemanas.
2. Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan udara dingin.
3. Kaji suhu inti tubuh dengan sering.
1. Lingkungan yang stabil mengurangi kehilangan panas lewat evaporasi.
2. Pajanan yang minimal mengurangi kehilangan panas dari luka.
3. Kaji suhu tubuh yang frekuen membantu mendeteksi terjadinya hipotermia.
5. Nyeri b.d cedera jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera.
Tujuan :Pengendalian rasa nyeriK. Hasil:- Menyatakan
tingkat nyeri menurun.
- Tidak ada petunjuk nonverbal tentang nyeri.
1. Gunakan skala nyeri untuk menilai tingkat nyeri (1-10). Bedakan dengan tanda-tanda hipoksia.
2. Berikan preparatAnalgetik ipioid menurut program medik. Amati kemungkinan supresi pernapasan pada pasien yang tidak memakai ventilasi mekanis. Lakukan penilaian respons pasien terhadap pemberian analgetik.
3. Berikan dukungan emosional dan menentramkan kekhawatiran pasien.
1. Tingkat nyeri menentukan data dasar untuk mengevaluasi efektivitas tindakan mengurangi nyeri.
2. Penyuntikan preparat analgetik intravena diperlukan karena terjadinya perubahan perfusi jaringan akibat luka bakar.
3. Dukungan emosional sangat penting untuk mengurangi ketakutan dan ansietas akan meningkatkan persepsi nyeri.
2) Perawatan Pasien Selama Fase Akut Perawatan Luka Bakar
No
.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Kelebihan volume cairan b.d pemulihan kembali kapiler dan perpindahan cairan dari kompartemen interstitial ke dalam kompartemen intravaskuler.
Tujuan :Pemeliharaan keseimbangan cairan yang optimal.K.Hasil:- Asupan, cairan
& BB memiliki korelasi dengan pola yang diharapkan.
- TTV tetap dalam batas yang ditentukan.
1. Pantau TTV, asupan, cairan,dan BB. Kaji edema, distensi vena jugularis dan krekels.
2. Beri tahu dokter jika pengeluaran urin ,30 ml/jam, terjadi penambahan BB, ronkhi, dan tekanan arteri pulmonalis.
3. Pertahankan cairan infus dengan alat pengendali tetesan infus.
4. Kolaborasi pemberian preparat diuretik atau dopamin.
1. Tanda dan gejala inbi menunjukkan status cairan.
2. Semua tanda ini menunjukkan peningkatan volume cairan.
3. Pengaturan infus akan mencegah bolus cairan yang tidak sengaja.
4. Dopamin akan meningkatkan pengeluaran urin. Diuretik meningkatkan pembentukan urin serta pengeluaran urin dan menurunkan volume intravaskuler.
2. Risiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.
Tujuan: Tidak adanya infeksi yang lokal dan sistemik.K. Hasil:- Kultur luka
memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal.
- Hasil kultur darah, urin dan sputum normal.
- Tidak adanya tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan infeksi dan sepsis.
1. Gunakan tindakan asepsis dalam semua aspek perawatan pasien.
2. Lakukan skrining terhadap para pengunjung untuk mendeteksi masalah respirasi, gastrointestinal dan integumen.
3. Inspeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau perubahan warna.
4. Pantau jumlah leukosit.
5. Kolaborasi pemberian
1. Tindak aseptik akan meminimalkan risiko kontaminasi-silang dan penyebarluasan kontaminasi bakteri.
2. Menghindari agen penyebab infeksi yang dikenali akan mencegah masuknya mikroorganisme tambahan.
3. Tanda-tanda tersebut menunjukkan infeksi lokal.
4. Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi.
5. Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.
I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Adapun penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien luka bakar, yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
1) Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka
bakar. Ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi:
a) Untuk luka bakar termal (api), “berhenti, berbaring, berguling”. Tutup korban
dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil.
b) Untuk luka bakar kimia (cairan), bilas dengan jumlah banyak air untuk
menghilangkan zat kimia dari kulit.
c) Untuk luka bakar listrik, pertama matikan aliran listrik sebelum berusaha
untuk memindahkan korban dari bahaya.
2) Prioritas kedua adalah menciptakan nafas paten. Untuk pasien dengan kecurigaan
cedera inhalasi, berikan oksigen melalui masker 10 l/menit. Gunakan intubasi
endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas-gas darah arteri
menujukkan hiperkapnea berat meskipun dengan oksigen suplemen.
3) Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan
volume plasma. Secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan diberikan
pada 8 jam pertama pasca luka bakar, dan setengahnya lagi diberikan selama 16
jam kemudian. Tipe-tipe cairan yang yang digunakan meliputi kristaloid, seperti
larutan Ringer Laktat atau koloid seperti albumin atau plasma.
4) Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar:
a) Pembersihan setiap dan pemberian krim antimikroba topikal seperti silver
sulfadiazin (silvadene)
b) Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologis (tandur kulit)
khususnya pada luka bakar penuh ketebalan penuh.
5) Upaya menciptakan penampakan jaringan parut sebaik mungkin. Hal ini
merupakan problem utama dari pasien-pasien luka bakar. Upaya terpenting yang
bisa dikerjakan ialah dengan pemberian tekanan diatasnya selama 6 – 12 bulan.
Pasien dapat menunggu terjadinya pertumbuhan kulit baru. Penantian ini umunya
memakan waktu yang lebih lama. Alternatif yang lebih cepat ialah dengan skin
graft (cangkok kulit).
Cara ini dikerjakan dengan mengambil kulit dari suatu bagian tubuh yang
kemudian ditanam pada daerah yang memerlukan. Lokasi pengambilan (donor
site) biasanya di daerah paha karena ini lebar dan gampang sembuh. Agar
pertumbuhan terjadi, dibutuhkan beberapa syarat.
Kulit donor haruslah kulit yang sehat. Lokasi resipien (tempat donor ditanam)
mesti memiliki jaringan pembuluh darah yang baik. Jika tidak, kulit donor tidak
akan bisa tumbuh. Stetelah kulit donor diletakkan, satu-satunya hal yang mesti
dikerjakan ialah membiarkannya.
Jangan memberi tekanan apapun. Kita hanya melindungi cangkok tersebut dan
menantinya tumbuh. Umumnya petumbuhan akan terjadi dalam 4 -7 hari.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Perawatan luka umum
Perawatan luka yang mencakup pembesihan luka dan debridemen, pengolesan
preparat, antibiotik topikal serta pembalutan. Kassa yang terbut dari bahan
biologik, biosintetik dan sintetik dapat digunakan. Pencngkokan kulit split
thickness diperlukan untuk menuytup luka bakar derajat III (full thickness) dan II
(deep partial thickness). Prosedur khusus harus diikuti dalam perawatan luka
bakar pada muka, telinga, mata dan genitalia. Penggunaan terapi oksigen
hiperbarik untuk mempercepat kesembuhan luka merupakan masalah yang
kontroversial dan bukan komponen yang rutin dalam perawatan luka bakar.
2) Pembersihan luka
Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka bakar. Hidroterapi
dengan perendaman total dikerjakan pada beberapa rumah sakit. Pada rumah
sakit yang lain, pasien digantung dengan sebuah ayunan vinil di atas bak dan
kemudian disiram. Bak mandi rendamm atau whirlpool dapat digunakan.
Guncangan air dalam whirlpool akan meningkatkan proses pembersihan luka dan
secara lembut memijat jaringan.
Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak dengan aktif.
Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan
membersihkan seluruh tubuh.
3) Terapi antibiotik topikal
Beberapa bentuk terapi antimikroba yang diterapkan pada luka bakar merupakan
metode perawatan setempat yang terbaik untuk luka bakar yang luas. Terapi
antibakteri topikal tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi jumlah
bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh mekanisme
pertahananan tubuh pasien itu sendiri. Terapi topikal akan meningkatkan upaya
untuk mengubah luka yang terbuka dan kotor menjadi luka yang tertutup dan
bersih.
Tidak ada satupun preparat yang secara universal efektif. Penggunaan berbagai
jenis preparat antibiotik yang berbeda dalam periodde pasca luka bakar mungkin
diperlukan. Pemeriksaan kultur bakteriologik harus dikerjakan untuk memantau
efek pengobatan topikal tersebut.
Sebelum preparat topikal yang baru dioleskan, preparat topikal yang digunakann
sebelumnya harus dibersihkan dahulu dengan seksama. Frekuensi penggantian
pembalut dan perendaman luka harus direncanakan untuk meningkatkan efek
terapeutik preparat yang optimal.
4) Penggantiaan balutan
Balutan dapat diganti di kamar pasien, ruang hidroterapi atau pun di bagian
perawatan kurang-lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik. Pembalut juga
dapat diganti di kamar bedah sesudh pasien dianastesi. Masker, penutup rambut,
apron plastik yang sekali pakai atau gaun bedah dan sarung tangan steril harus
dikenakan oleh petugas kesehatan pada saat melepas balutan atau kassa penutup
luka. Pembalut luar dapat digunting dengan gunting yang ujungnya tumpul
(guntung verban), sedangkan balutan yang kotor dilepas dan dibuang dengan
mengikuti prosedur yang ditetapkan untuk pembuangan bahan-bahan yang
terkontaminasi.
Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulakan
sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bila pasien dibiarkan
berendam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut dapat dilepas
dengan hati-hati dan perlahan-lahan memakai forseps atau tangan yang
mengenakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebrideman
untuk menghilangkan debris, setiap preparat yang tersisa, eksudat dan kulit yang
mati. Gunting serta forseps yang steril dapat memangkas eskar yang lepas dan
mempermudah pemisahan kulit yang sudah mati.
5) Debridemen
Debridemen merupakan sisi lain dari pada perawatan luka bakar. Tindakan ini
memiliki dua tujuan:
Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda
asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri
Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan
bagi graft dan kesembuhan luka.
6) Penatalaksanaan nyeri
Ciri yang menonjol pada nyeri luka bakar adalah intensitasnya dan durasinya
yang lama. Lebih lanjut, perawatan luka harus menyertakan antisipasi rasa nyeri
dan kecemasan pasien; rasa nyeri yang dialami pasien kerap kali sangat parah.
Pada saat melakukan perawatan luka bakar pasti pasien akan merasakan nyeri,
yang bisa dilakukan perawat pada saat pasien nyeri anjurkan nafas dalam dan
kolaborasikan pada dokter pemberian analgesik.
7) Dukungan Nutrisi
Hipermetabolisme akan terus bertahan sesudah terjadinya luka bakar sampai luka
tersebut tertutup, dengan demikian kebutuhan metabolik basal akan meningkat
sampai sebesar 100%. Tujuan dukungan nutrisi pada luka bakar adalah untuk
meningkatkan stats keseimbangan nitrogen yang positif. Dukungan nuutrisi yang
diperlukan ditentukan berdasarkan status pasien pra-luka bakar dan luas
permukaan tubuh yang terbakar.
8) Tatalaksana resusitasi cairan
Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan
seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia
jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar
dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,
optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin
survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan
hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai
macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu
yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan
stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan
menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.
Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa
cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:
Formula Baxter
Luas luka bakar 4 mL x BB (kg) x (%)
Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan
dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari
pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.
Contoh kasus :
Tn. A (45th) mengalami luka bakar jam 08.00 pagi dan langsung dibawa ke
RSUD AA oleh keluarganya. Setelah dilakukan pemeriksaan, luas luka bakar
65%. BB = 50 kg Hitung jumlah cairan yang dibutuhkan.
Cara pemberian cairannya adalah sebagai berikut :
Formula = (4 ml x kg BB x %luas luka bakar) Ringer Laktat
Jumlah cairan yang dibutuhkan = 4 ml x 50 kg x 65% = 13.000 ml (13 liter/24
jam).
a. 8 jam I diberikan : 6.500 ml
b. 8 jam II diberikan :3.250 ml
c. 8 jam III diberikan 3.250 ml
d. monitoring produksi urin dan tekanan vena sentralis (CVP) untuk
mengetahui apakah perfusi tetap terjadi dan tidak overload cairan.
e. Pada 24 jam kedua, Baxter menganjurkan :
- Jika keadaan umum memungkinkan, cairan sedapat mungkin diberikan
secara oral pada hari ke-2.
- Jika cairan per oral belum memungkinkan, maka infus dipertahankan
dengan Dextrose 5% sebanyak 2.000 - 5.000 ml/24jam. Pemberian
glukosa bertujuan untuk kebutuhan metabolisme, mengganti cairan yang
hilang melalui sekuestrasi, dan memudahkan ekskresi sodium sehingga
kadar serum sodium menjadi normal (138-142 mEq/L)c.
- Pada hari ke 2, koloid sudah dapat diberikan bersamaan dengan Ringer
laktat karena permeabilitas membran kapiler sudah pulih kembali. Koloid
diberikan dalam bentuk Dextran atau Plasma. Pada luka bakar lebih dari
50% diberikan koloid 1.000 ml
BAB III
KASUS
A. Uraian Kasus
Tn. LB, 29 tahun dirawat di ruang Cendrawasih RSUD Pekanbaru karena tersiram
minyak panas saat berjualan gorengan 3 hari yang lalu. Kedua lengan Tn. LB terdapat
gelembung-gelembung berisi cairan berwarna jernih tetapi kental, rasa nyeri /sakit yang
mengganggu, dan bila gelembung tersebut pecah akan terlihat kulit yang berwarna kemerah-
merahan. Dada dan perut terkena minyak tapi kulit hanya memerah dan kulit kaki kanan
menjadi putih/kuning tapi tidak ditemukan rasa sakit. Tanda-tanda vital BP: 130/80 mmHg,
P: 70 x/i, RR: 20 x/i, T: 39. 1 0C.
B. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. LB
Umur : 29 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Klien mengatakan tersiram minyak panas saat berjualan gorengan 3 hari yang lalu.
Kedua lengan Tn. LB terdapat gelembung-gelembung berisi cairan berwarna
jernih tetapi kental, rasa nyeri /sakit yang mengganggu, dan bila gelembung
tersebut pecah akan terlihat kulit yang berwarna kemerah-merahan.
b) Keluhan tambahan
Klien juga mengatakan dada dan perut terkena minyak tapi kulit hanya memerah
dan kulit kaki kanan menjadi putih/kuning tapi tidak ditemukan rasa sakit.
c) Pemeriksaan fisik
TD : 130/80 mmHg
N : 70 x/i
RR : 20 x/i
T : 39. 1 oC
C. Analisa Data
1. Data Subjektif :
- Klien mengatakan tersiram minyak panas saat berjualan gorengan 3 hari yang lalu
- Klien mengeluh nyeri /sakit pada kedua lengannya
- Klien mengeluh nyeri yang sangat mengganggu
- Klien mengatakan dada, perut dan kaki kanan terkena minyak tapi tidak sakit
2. Data Objektif :
- Klien berusia 29 tahun
- Kedua lengan klien terdapat gelembung-gelembung berisi cairan berwarna jernih
tetapi kental
- Kulit disekitar luka bakar pada kedua lengan berwarna kemerah-merahan, apabila
gelembung – gelembung tersebut pecah
- Dada dan perut klien terkena minyak tapi kulit hanya memerah
- Kulit kaki kanan klien menjadi putih/kuning
- BP : 130/80 mmHg
- P : 70 x/i
- RR : 20 x/i
- T : 39. 1 C
NO Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS:
- Klien mengeluh
nyeri /sakit pada
kedua lengannya
- Klien mengeluh
nyeri yang
sangat
mengganggu
DO:
- Kedua lengan
klien terdapat
gelembung-
gelembung berisi
cairan berwarna
jernih tetapi
Minyak panas
Luka bakar
Chemical respons
Bradikinin, serotonin, histamisn, prostaglandin
Merangsang ujung saraf
Hipotalamus
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Nyeri
Gangguan rasa nyaman nyeri
Gangguan rasa nyaman
nyeri
kental
- Kulit disekitar
luka bakar pada
kedua lengan
berwarna
kemerah-
merahan, apabila
gelembung –
gelembung
tersebut pecah
2. DS:
- Klien
mengatakan
dada, perut dan
kaki kanan
terkena minyak
tapi tidak sakit
DO:
- Dada dan perut
klien terkena
minyak tapi kulit
hanya memerah
- Kulit kaki kanan
klien menjadi
putih/kuning
Minyak panas
Luka bakar
Terputusnya kontinuitas
jaringan
Kerusakan Jaringan Kulit
Kerusakan Integritas Kulit
Kerusakan Integritas kulit
3. DS:
- Klien
mengatakan
tersiram minyak
panas saat
berjualan
gorengan 3 hari
yang lalu.
- Klien mengeluh
nyeri /sakit pada
kedua lengannya
- Klien mengeluh
nyeri yang
sangat
mengganggu
DO:
- Kedua lengan
klien terdapat
gelembung-
gelembung berisi
cairan berwarna
jernih tetapi
kental
- Kulit disekitar
luka bakar pada
kedua lengan
berwarna
kemerah-
merahan, apabila
gelembung –
gelembung
tersebut pecah
- T : 39. 1 C
Minyak panas
Luka bakar
Gelembung pecah
Infeksi kuman patogen
Infeksi
Infeksi
D. WOC Kasus
Luka Bakar
Hipotalamus
MK : Gangguan
Rasa Nyaman
Nyeri
Bradikinin, serotonin, histamisn,
prostaglandin
Chemical respons
Merangsang ujung saraf
bebas
Korteks serebri
Persepsi nyeri
Kerusakan Jaringan Kulit
Infeksi Kuman Patogen
Terputusnya kontinuitas
jaringan
MK : Infeksi
MK : Kerusakan Integritas
Kulit
Minyak goreng panas
Luka terbuka berwarna
kemerahan
Gelembung pecah
E. Asuhan Keperawatan
No
.
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan
Kriteria hasil
Intervensi Rasional
1. Nyeri b.d serabut saraf terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka.
Tujuan: Pengurangan atau pengendalian rasa nyeri.K.Hasil:- Menyatakan
rasa nyeri berkurang
- Tidak membberi petunjuk fisiologik atau nonverbal bahwa rasa nyeri sedang atau berat.
- Dapat tidur tanpa terganggu rasa nyeri.
1. Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri. Amati indicator nonverbal yang menunjukkan rasa nyeri.
2. Jelaskan kepada pasien mengenai perjalanan nyeri yang lazim terjadi pada penyembuhan luka dan berbagai pilihan untuuk pengendalian nyeri.
3. Ajarkan pasien teknik relaksasi, imajinasi, dan distraksi.
4. Kaji dan catat respons klien terhadap intervensi.
5. Kolaborasi pemberian analgetik.
1. Datahasil pengkajian akan memberikan informasi dasar untuk mengkaji respons terhadap nyeri.
2. Pengetahuan akan mengurangi kecemasan.
3. Tindakan nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri akan memberikan berbagai cara intervensi yang dapat mengurasi sensasi nyeri.
4. Membantu dalam memastikan teknik pengendalian nyeri yang terbaik.
5. Untuk mengurangi nyeri.
2. Kerusakan Tujuan: 1. Bersihkan luka 1. Pembersihan
integritas kulit b. d luka bakar terbuka
Intgritas kulit tampak membaik.K. Hasil:- Kulit secara
umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi, tekanan dan trauma.
- Luka yang terbuka berwarna merah muda, memperlihatkan repitelisasi dan bebas dari infeksi.
setiap hari.
2. Lakukan perawatan luka bakar sesuai prosedur.
3. Oleskan preparat antibiotik topical dan memasang balutan sesuai dengan ketentuan medik.
4. Cegah penekanan, infeksi dan mobilisasi pada autograft.
5. Berikan dukungan nutrisi yang memadai.
6. Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang buruk atau trauma kepada dokter.
setiap hari akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri.
2. Perawatan akan mempercepat penyembuhhan luka.
3. Perawatan luka akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri dan mempercepat penyembuhhan luka.
4. Tindakan ini akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan.
5. Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan.
6. Intervensi dini untuk mengatsi kesembuhan luka atau pelekatan graft yang buruk sangat esensial.
3. infeksi b.d hilangnya barier
Tujuan: Tidak adanya
1. Gunakan tindakan asepsis
1. Tindak aseptik akan
kulit dan terganggunya respons imun.
infeksi yang lokal dan sistemik.K. Hasil:- Kultur luka
memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal.
- Hasil kultur darah, urin dan sputum normal.
- Tidak adanya tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan infeksi dan sepsis.
dalam semua aspek perawatan pasien.
2. Lakukan skrining terhadap para pengunjung untuk mendeteksi masalah respirasi, gastrointestinal dan integumen.
3. Inspeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau perubahan warna.
4. Pantau jumlah leukosit.
5. Kolaborasi pemberian antibiotik.
meminimalkan risiko kontaminasi-silang dan penyebarluasan kontaminasi bakteri.
2. Menghindari agen penyebab infeksi yang dikenali akan mencegah masuknya mikroorganisme tambahan.
3. Tanda-tanda tersebut menunjukkan infeksi lokal.
4. Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi.
5. Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.
F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi
1) Penatalaksanaan Farmakologis
Tabel Obat-Obatan Antimokroba Topical Yang Digunakan Pada Luka Bakar
(Luckmann, Sorensen, 2004)
Obat Spektrum Antimikroba
Penggunaan Efek Samping Perawatan
Krim Silver Sulfadia-zine 1%Mafenide acetate
Larutan Mafenide acetate 5%
Silver nitrate 5%
Spektrum luas, termasuk jamurSpektrum luas, Mempunyai aktivitas terhadap jamur meskipun sedikit.
Spektrum luas
Spektrum luas
2x/hari,tebal 1/16 inci.Tak usah dibalut.
2x/hari,1/16 inci.
Tdk usah dibalut.
Balutan tipis diperlukan dan dibasahi dengan- larutan untuk luka
Balutan yang tebal diperlukan dan dibasahi dg larutan untuk luka
Leukopenia setelah 2-3 hari pamakaian.Ruam pada otot
Hyperchloremic metabolisme acidosis dari diuresis bicarbonat karena hambatan anhydrase carbonic.
Menimbulkan rasa nyeri.
Pruritus.
Ruam pada kulit
Kolonisasi jamur.
Hyponatremia
Hypochloremia
Kaji efek samping.Kaji keadekuatan managemen nyeri. Jika nyeri dan rasa tak nyaman berlanjut, maka perlu dipertimbangkan penggunaan topikal lainnya.
Gunakan secara hati-hati pada klien dengan gagal ginjal.
Kaji efek samping
Kaji keadekuatan managemen nyeri.
Cek serum elektrolit setiap hari.
Penetrasi terhadap eschar buruk
2) Penatalaksaan Non-Farmakologis
Penggunaan madu sebagai obat telah dikenal sejak puluhan ribu tahun yang
lalu,misalnya dalam pengobatan penyakit lambung, batuk, dan mata. Selain itu
madu juga dapatdigunakan sebagai terapi topikal untuk luka bakar, infeksi, dan
luka ulkus. Sampai saat ini telah banyak hasil penelitian yang melaporkan
bahwa madu efektif untuk perawatan luka, baik secara klinis maupun
laboratorium. Ada beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa madu
sangat efektif digunakan sebagai terapi topikal pada luka melalui peningkatan
jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan. Madu
berasal dari nektar bunga yang disimpan oleh lebah dari kantung madu. Oleh
lebah nektar tersebut diolah sebelum akhirnya menghasilkan madu dalam
sarangnya. Madu dihasilkan oleh serangga lebah madu
(Apis mellifera) termasuk dalam superfamili apoidea. Madu adalah obat
alami karena tidak perlu diolah di laboratorium. Madu sudah ada di alam dan
tinggal diolah dari sarangnya. Madu mengandung senyawa radikal hidrogen
peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme pathogen dan
senyawa organik yang bersifat antibakteri antara lain seperti polypenol, dan
glikosida. Selain itu dalam madu terdapat banyak sekali kandungan
vitamin,asam mineral, dan enzim yang sangat berguna bagi tubuh sebagai
pengobatan secara tradisional, antibodi, dan penghambat pertumbuhan sel
kanker, atau tumor. Madu juga mengandungantioksidan, asam amino essensial,
dan non essensial.
G. Health Education (HE)
1) Pendidikan kesehatan mengenai pengertian luka bakar
2) Pendidikan kesehatan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan luka bakar
3) Pendidikan kesehatan mengenai tanda dan gejala luka bakar
4) Pendidikan kesehatan mengenai cara pencegahan luka bakar
5) Pendidikan kesehatan mengenai cara pengobatan luka bakar
H. Tujuan Pembelajaran
Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, mahasiswa dapat memahami :
1) Faktor-faktor penyebab luka bakar2) Proses patofisiologi luka bakar3) Penatalaksanaan yang harus dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi4) Asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar
I. Terminologi
Inhalasi : Penarikan udara atau instansi lain ke dalam paru-paru.
Debriment : Pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati dari atau yang
berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling
jaringan yang sehat tampak.
Alkalis : Salah satu kelas persenyawaan yang membentuk sabun yang dapat
larut dalam asam lemak, mengubah litmus merah menjadi biru,
dan membentuk karbonat yang dapat larut.
Abrasi : Pengelupasan lapisan yang tumbuh berlebihan.
Termal : Suhu
Superficial : Permukaan luar
Eritema :Kemerahan pada kulit yang di hasilkan oleh kongesti
pembuluh kapiler.
Estimasi proporsi : Perkiraan atau persenan
Paralise usus : Kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada suatu bagian akibat
lesi pada mekanisme saraf atau otot, juga secara analogi gangguan
fungsi sensorik.
Bronkoskopi : Pemeriksaan bronki melalui sebuah bronkoskop.
Hipodinamik : Tenaga yang berkurang secara abnormal.
Hiperdinamik : Tenaga yang bertambah seecara abnormal.
Instabilitas sirkulasi : Peredaran yang tidak stabil.
Hipertropi : Pembesaran atau pertumbuhan berlebihan dari organ atau bagian
akibat peningkatan ukuran sel-sel pembenttuknya.
Kleoid : Jaringan kulit tambahan yang tumbuh di bekas luka.
Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian atau umum.
Disritmia : Perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang di sebabkan oleh
konduksi elektrikal abnormal atau otomatis.