makalah kk9

59
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat di mana saja baik di rumah, tempat kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-macam bisa berupa api, cairan panas, uap panas bahkan bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain. Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eksar) yang tetap berada pada tempatnya untuk jangka waktu yang lama. luka bakar dengan cepat akan didiami oleh bakteri patogen mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah air, protein serta elektrolit dan sering kali memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan luka yang permanen (Muttaqin, 2011) Berdasarkan catatan journal of burn care and rehabilitation edisi 1992, diperkirakan ada 2,4 juta kasus luka bakar dalam setahun di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut ada 650.000 yang ditangani oleh ahli medis dan 75.000 ditangani di rumah dan 12.000-nya berakhir dengan kematian (Mer, 2003). Data lain dari the national institute for burn medicine menyebutkan bahwa sebagian besar pasien luka bakar di Amerika Serikat (75%) disebabkan kelalaian korban. Penyebab luka bakarantara lain: air panas, korek api, arus listrik, dan merokok pada penggunaan obat bius dan alkohol. Penelitian di Belanda menunjukkan 70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri, dan kira-kira 5% akibat

Upload: ayu-aprida

Post on 13-Dec-2014

45 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah kk9

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja, dan dapat di mana saja baik di rumah, tempat

kerja bahkan di jalan atau di tempat-tempat lain. Penyebab luka bakarpun bermacam-macam

bisa berupa api, cairan panas, uap panas bahkan bahan kimia, aliran listrik dan lain-lain.

Luka bakar merupakan luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka

tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati (eksar) yang tetap berada pada tempatnya

untuk jangka waktu yang lama. luka bakar dengan cepat akan didiami oleh bakteri patogen

mengalami eksudasi dengan perembesan sejumlah air, protein serta elektrolit dan sering kali

memerlukan pencangkokan kulit dari bagian tubuh yang lain untuk menghasilkan penutupan

luka yang permanen (Muttaqin, 2011)

Berdasarkan catatan journal of burn care and rehabilitation edisi 1992, diperkirakan ada

2,4 juta kasus luka bakar dalam setahun di Amerika Serikat. Dari jumlah tersebut ada

650.000 yang ditangani oleh ahli medis dan 75.000 ditangani di rumah dan 12.000-nya

berakhir dengan kematian (Mer, 2003). Data lain dari the national institute for burn medicine

menyebutkan bahwa sebagian besar pasien luka bakar di Amerika Serikat (75%) disebabkan

kelalaian korban. Penyebab luka bakarantara lain: air panas, korek api, arus listrik, dan

merokok pada penggunaan obat bius dan alkohol. Penelitian di Belanda menunjukkan 70%

kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat industri, dan kira-kira

5% akibat kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data statistik unit pelayanan khusus RSUPN

Cipto Mangunkusumo Jakarta, jumlah kasus yang dirawat selama tahun 1998 sebanyak 107

kasus atau 26,3% dari seluruh kasus bedah plastik yang dirawat. Dari kasus tersebut terdapat

lebih 40% merupakan luka bakar derajat II-III dengan angka kematian 37,38% (Kristanto,

2005).

Luka bakar yang terjadi akan menimbulkan kondisi kerusakan kulit selain itu juga dapat

mempengaruhi berbagai sistem tubuh. Cedera luka bakar yang dalam dan luas masih

merupakan penyebab utama kematian dan disfungsi berat jangka panjang.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan pada penderita luka bakar?

C. Tujuan

Untuk mengetahui asuhan keperawatan yang tepat pada klien dengan luka bakar

berdasarkan patofisiologi terjadinya luka bakar.

Page 2: Makalah kk9

BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. Definisi

Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis normal akibat proses patologis yang

berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ tertentu (Perry, 2006)

Luka bakar adalah luka yang unik di antara bentuk-bentuk luka lainnya karena luka

tersebut meliputi sejumlah besar jaringan mati yang tetap berada pada tempatnya untuk

jangka waktu yang lama (Muttaqin, 2011)

Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan suhu tinggi, syok listrik, atau

bahan kimia (Corwin, 2002)

Luka bakar adalah suatu trauma yang di sebabkan oleh panas, arus listrik, bahan kimia

dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam (Soetomo, 2001)

Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa luka bakar adalah kerusakan atau

kehilangan jaringan yang di sebabkan oleh kontak langsung atau terpapar sumber-sumber

panas, listrik, zat kimia, radiasi dan benda-benda fisik yang menghasilkan efek baik

memanaskan atau mendinginkan.

B. Etiologi

Menurut penyebabnya, luka bakar dapat dibagi dalam beberapa jenis meliputi hal-

hal berikut:

1. Panas basah (luka bakar) yang disebabkan oleh air panas (misalnya : teko atau

minuman)

2. Luka bakar dari lemak panas akibat memasak lemak

3. Luka bakar akibat api unggun, alat pemanggang, dan api yang di sebabkan oleh

merokok ditempat tidur.

4. Benda panas (misalnya radiator)

5. Luka bakar akibat zat kimiawi: kontak, tercerna, inhalasi, atau injeksi asam, alkalis,

atau vesikan yang menyebabkan cedera dan nekrosis jaringan

6. Luka bakar akibat listrik: nekrosis koagulasi yang di sebabkan oleh panas mendalam,

biasanya muncul setelah kontak dengan sususnan kabel yang salah atau saluran

kekuatan voltase tinggi atau ketika pita lstrik terkunyah (oleh anak-anak kecil).

7. Luka bakar friksi atau abrasi: kulit bergesekan keras dengan permukaan kasar

8. Luka bakar akibat sinar matahari: paparan sinar matahari berlebihan.

Page 3: Makalah kk9

9. Luka bakar termal: percikan api, kilatan cahaya, air mendidih atau kontak dengan

benda panas (misalnya kebakaran di daerah tempat tinggal, kecelakaan sepeda motor,

bermain dengan korek api, bensin yang tersimpan dengan tidak benar, malfungsi

pemanas ruangan atau listrik) atau memegang petasan dengan tidak benar, kecelakaan

akibat tertumpah air mendidih dan kecelakaan didapur (misalnya anak naik ke bagian

atas tungku atau memegang setrika dalam keadaan panas).

C. Klasifikasi Luka Bakar

1) Berdasarkan kedalaman luka bakar

Klasifikasi Etiologi Karakteristik

Penampilan Sensasi Penyembuhan Bekas luka

Luka bakar superficial

Terbakar matahari

Terbatas di epidermis. Terdapat eritema, tetapi tidak segera timbul lepuh

Nyeri. Penyembuhan terjadi secara spontan dalam tiga sampai empat hari

Tidak menimbulkan jaringan parut. Biasanya ridak timbul komplikasi.

Luka bakar partial-thickness.

Pajanan air panas.

Meluas ke epidermis dan ke dalam lapisan dermis,serta menimbulkan bula dalam beberapa menit.

Sangat nyeri

7-20 hari Luka bakar ini biasanya sembuh tanpa meninggalkan jaringan parut. Komplikasi jarang terjadi, walaupun mungkin timbul infeksi sekunder pada luka.

Luka bakar partial-thickness dalam

Pajama air panas, kontak langsung dengan api, atau minyak panas.

Meluas ke seluruh dermis. Namun, daerah di sekitarnya biasanya mengalami luka bakar derajat kedua superficial yang nyeri.

Nyeri dengan tekanan parsial

Penyembuhan beberapa minggu. Memerlukan tindakan debridement untuk membuang jaringan yang mati. Biasanya di perlukan tandur kulit.

Folikel rambut mungkin utuh, dan akan tumbuh kembali. Pada luka bakar ini selalu terjadi pembentukan jaringan parut.

Page 4: Makalah kk9

Luka bakar fuul-thickness

Pajanan air panas, kontak langsung dengan api, minyak panas, uap panas, agen kimia, dan listrik tegangan tinggi.

Meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis. Kapiler dan vena mungkin hangus dan aliran darah ke daerah tersebut berkurang.

Saraf rusak sehingga luka tidak terasa nyeri, kecuali dengan tejanan dalam. Namun, daerah di sekitarnya biasanya nyeri seperti pada luka bakar derajat dua.

Luka bakar jenis ini mungkin memerlukan waktu berbulan bulan untuk sembuh dan di perlukan pembersihan secara bedah dan penanduran

Luka bakar derajat ketiga membentuk jaringan parut dan jaringan tampak seoperti kulit yang keras. Resiko tinggi untuk terjadinya kontraktur.

2) Berdasarkan luas luka bakar

Penilaian luas luka bakar dilakukan dengan persentase total luas permukaan tubuh

(TBSA) yang di sebabkan oleh cedera. Penilaian estimasi yang akurat dari TBSA

sangat penting untuk intervensi selanjutnya. Penilaian luas luka bakar dapat

menggunakan metode lund dan browder, metode rumus Sembilan (rule of nines), atau

metode telapak tangan.

a) Metode lund dan browder.

Metode lund dan browder mengakui bahwa persentase luas luka bakar pada

berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai akan berubah menurut

pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil

dan memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian

tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi luas permukaan tubuh yang

terbakar. Evaluasi pendahuluan di buat ketika pasien tiba di rumah sakit dan

kemudian di revisi pada hari kedua, serta ketiga pasca luka bakar karena garis

demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.

Page 5: Makalah kk9

LOKASIUSIA (Tahun)

0-1 1-4 5-9 10-15 DEWASAKepala 19 17 13 10 7Leher 2 2 2 2 2

Dada & Perut 13 13 13 13 13Punggung 13 13 13 13 13Pantat Kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Pantat Kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5Kelamin 1 1 1 1 1

Lengan Atas Ka. 4 4 4 4 4Lengan Atas Ki. 4 4 4 4 4

Lengan Bawah Ka 3 3 3 3 3Lengan Bawah Ki. 3 3 3 3 3

Tangan Ka 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5Tangan Ki 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5Paha Ka. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5Paha Ki. 5,5 6,5 8,5 8,5 9,5

Tungkai Bawah Ka 5 5 5,5 6 7Tungkai Bawah Ki 5 5 5,5 6 7

Kaki Kanan 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5Kaki kiri 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5

b) Rumus Sembilan (Rule of Nines)

Rumus sembilan merupakan cara yang cepat untuk mmenghitung luas daerah

yang terbakar. System tersebut menggunakan persentase dalam kelipatan

Sembilan terhadap permukaan tubuh yang luas.

Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan

nama the rule of nine atau rule of wallace yaitu:

1) Kepala dan leher : 9%

2) Lengan masing-masing 9% : 18%

3) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%

4) Tungkai maisng-masing 18% : 36%

5) Genetalia/perineum : 1%

Total : 100%

Page 6: Makalah kk9

Penentuan presentase berbeda pada bayi, anak dan orang dewasa sehingga perhitungan luas

luka bakar dibagi dalam tiga kelompok yaitu :

Luasnya Luka Bakar :

Rumus 10 untuk bayi

Rumus 10-15-20 untuk anak

Rumus 9 untuk orang dewasa

Page 7: Makalah kk9

c) Metode Telapak Tangan

Pada banyak pasien dengan luka bakar menyebar, metode yang dipakai untuk

memperkirakan persentase luas luka bakar adalah metode telapak tangan (palm

method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih sebesar 1 % luas permukaan

tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk menilai luas luka bakar.

3) Fase Luka Bakar

Berdasarkan perjalanan penyakitnya luka bakar dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

a) Fase Akut

Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Secara umum pada fase ini, seorang

penderita akan berada dalam keadaan yang bersifat relatif life thretening. Dalam

fase awal penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan nafas),

brething (mekanisme bernafas), dan circulation (sirkulasi). Gnagguan airway

tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih

dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera inhalasi dalam 48-72 jam

pasca trauma. Cedera inhalasi adalah penyebab kematian utama penderiat pada

fase akut.

Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

akibat cedera termal yang berdampak sistemik. Problema sirkulasi yang berawal

dengan kondisi syok (terjadinya ketidakseimbangan antara paskan O2 dan tingkat

kebutuhan respirasi sel dan jaringan) yang bersifat hipodinamik dapat berlanjut

dengan keadaan hiperdinamik yang masih ditingkahi denagn problema instabilitas

sirkulasi.

b) Fase Sub Akut

Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi adalah kerusakan

atau kehilangan jaringan akibat kontak denga sumber panas. Luka yang terjadi

menyebabkan:

1. Proses inflamasi dan infeksi.

2. Problempenuutpan luka dengan titik perhatian pada luka telanjang atau tidak

berbaju epitel luas dan atau pada struktur atau organ – organ fungsional.

3. Keadaan hipermetabolisme.

Page 8: Makalah kk9

c) Fase Lanjut

Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi parut akibat luka dan

pemulihan fungsi organ-organ fungsional. Problem yang muncul pada fase ini

adalah penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan pigmentasi,

deformitas dan kontraktur.

D. Manifestasi Klinik

Adapun manifestasi klinis dari luka bakar adalah:

1) Keracunan karbon monoksida: di tandai dengan kekurangan oksigan dalam darah,

lemas, bingung, pusing, mual, muntah, bahkan meninggal.

2) Distress pernapasan: di tandai dengan serak, ngiler, dan ketidakmampuan menangani

sekresi.

3) Cedera pulmonal: di tandai dengan pernapasan cepat atau sulit, krakles, stridor, dan

batuk pendek.

4) Gangguan hematologic: tanda yan di temukan adalah kenaikan hematokrit, penurunan

SDP, leukosit meningkat, penurunan trombosit.

5) Gangguan ginjal: tanda yang di temukan adalah peningkatan haluaran urine, dan

mioglobinuria.

6) Gangguan metabolic: tanda yang di temukan adalah hipermetabolisme dan kehilangan

berat badan.

E. Evaluasi Diagnostik

1. Elektrolit serum: kalium meningkat karena cedera jaringan/kerusan SDM dan

penurunan fungsi ginjal. Natriun awalnya menurun pada kehilangan air. Alkalin

fosfat: peningkatan sehubungan dengan perpindahan cairan interstitial/gangguan

pompa natrium.

2. Urin: adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan kerusakan jaringan dalam

dan kehilangan protein.

3. Fotorontgen dada: untuk memastikan cedera inhalasi.

4. Scan paru: untuk menunjukkan luasnya cedera inhalasi.

5. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miocard/disritmia pada lika bakar listrik

6. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.

7. Kadar karbonmonoksida serum meningkat pada cedera inhalasi.

8. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap

9. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein dan edema cairan.

Page 9: Makalah kk9

10. Fotografi luka bakar: memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar

selanjutnya.

11. Kadar nitrogen urea darah dan kreatinin bisa naik.

12. Jumlah darah lengkap menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih.

13. Kadar gas darah arterial bisa memperlihatkan hipoksia

F. Patofisiologi

Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas ke tubuh. Panas

dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik. Luka bakar dapat

dikelompokkan menjadi luka bakar termal, luka bakar radiasi, dan luka bakar kimia.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler

yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah di dalamnya ikut

rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan

menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya

volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan

cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bulayang terbentuk pada luka

bakar derajat 2, dan pengeluaran cairan keropeng luka bakar derajat 3.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih

bisa mengatasinya tetapi bila lebih dari 20% akan terjadi syok hipopolemik dengan gejala

yang khas seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah

menurun dan produksi urin berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan maksimal terjadi

8 jam.

Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi

kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap atau uap panasyang terhisap. Udem laring

yang ditimbulkannyadapat menyebabkan hambatan jalan nafas dengan gejala sesak nafas,

takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon monoksida akan

mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tidak mampu lagi mengikat

oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung pusing, mual, dan muntah. Pada

keracunan yang berat bisa terjadi koma. Bila lebih ddari 60% hemoglobin terikat CO,

penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta

penyerapan kembali cairan edema ke pembuuh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya

diuresis.

Page 10: Makalah kk9

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan

mediumyang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit

diatasi karena daerahnya tidak tercapaioleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis.

Padahal pembuluh ini membawa sistem pertahaanan tubuh tau antibiotik. Kuman penyebab

infeksi pada luka bakar, selain berasal dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi

kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini biasanya sangat berbahaya karena

kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai antibiotik.

Perubahan Fisiologis Pada Luka Bakar

Perubahan Tingkatan hipovolemik( s/d 48-72 jam pertama)

Tingkatan diuretik(12 jam – 18/24 jam pertama)

Mekanisme Dampak dari Mekanisme Dampak dariPergeseran cairan ekstraseluler.

Vaskuler ke insterstitial.

Hemokonsentrasi oedem pada lokasi luka bakar.

Interstitial ke vaskuler.

Hemodilusi.

Fungsi renal. Aliran darah renal berkurang karena desakan darah turun dan CO berkurang.

Oliguri. Peningkatan aliran darah renal karena desakan darah meningkat.

Diuresis.

Kadar sodium/natrium.

Na+ direabsorbsi oleh ginjal, tapi kehilangan Na+

melalui eksudat dan tertahan dalam cairan oedem.

Defisit sodium. Kehilangan Na+

melalui diuresis (normal kembali setelah 1 minggu).

Defisit sodium.

Kadar potassium.

K+ dilepas sebagai akibat cidera jarinagn sel-sel darah merah, K+

berkurang ekskresi karena fungsi renal berkurang.

Hiperkalemi K+ bergerak kembali ke dalam sel, K+

terbuang melalui diuresis (mulai 4-5 hari setelah luka bakar).

Hipokalemi.

Kadar protein. Kehilangan protein ke dalam jaringan akibat kenaikan permeabilitas.

Hipoproteinemia.

Kehilangan protein waktu berlangsung terus katabolisme.

Hipoproteinemia.

Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan Katabolisme Keseimbangan

Page 11: Makalah kk9

nitrogen. jaringan, kehilangan protein dalam jaringan, lebih banyak kehilangan dari masukan.

nitrogen negatif. jaringan, kehilangan protein, immobilitas.

nitrogen negatif.

Keseimbnagan asam basa.

Metabolisme anaerob karena perfusi jarinagn berkurang peningkatan asam dari produk akhir, fungsi renal berkurang (menyebabkan retensi produk akhir tertahan), kehilangan bikarbonas serum.

Asidosis metabolik.

Kehilangan sodium bicarbonas melalui diuresis, hipermetabolisme disertai peningkatan produk akhir metabolisme.

Asidosis metabolik.

Respon stres. Terjadi karena trauma, peningkatan produksi cortison.

Aliran darah renal berkurang.

Terjadi karena sifat cidera berlangsung lama dan terancam psikologi pribadi.

Stres karena luka.

Eritrosit Terjadi karena panas, pecah menjadi fragil.

Luka bakar termal.

Tidak terjadi pada hari-hari pertama.

Hemokonsentrasi.

Lambung. Curling ulcer (ulkus pada gaster),perdarahan lambung, nyeri

Rangsangan central di hipotalamus dan peingkatan jumlah cortison.

Akut dilatasi dan paralise usus.

Peningkatan jumlah cortison.

Jantung. MDF meningkat 2x lipat, merupakan glikoprotein yang toxic yang dihasilkan oleh kulit yang terbakar.

Disfungsi jantung.

Peningkatan zat MDF (miokard depresant factor) sampai 26 unit, bertanggung jawab terhadap syok spetic.

CO menurun.

Page 12: Makalah kk9
Page 13: Makalah kk9

G. Web of Caution (WOC) Teoritis

Bahan Kimia Termis Radiasi Listri/Petir

Penguapan meningkat

Biologis

Pada wajah

Kerusakan mukosa

Di Ruang Tertutup

MK: Ggn Konsep

diri Kurang

pengetahuan Ansietas

Peningkatan pembuluh

darah kapiler

Luka Bakar

Tekanan onkotik menurun

CO mengikat HB

Hipoksia otak

Psikologis

Terputusnya kontinuitas jaringan

Kercunan gas CO

MK: Jalan nafas tidak efektif

Ostruksi jalan nafas

Oedema Laring

HB tidak mampu

mengikat O2

Ekstravasasi Cairan (H2O,)

elektrolit, protein

Gagal nafas

MK: Kekurangan volume cairan

Gangguan sirkulasi makro

Hipovolemia dan

hemokonsentrasi

Cairan intravaskuler

menurun

Kerusakan kulit

MK: Gangguan

perfusi jaringan serebral

Chemical respons

MK: Gangguan perfusi jaringan

Persepsi nyeri

Korteks serebri

Bradikinin, serotonin, histamisn,

prostaglandin

Merangsang ujung saraf bebas

MK: Gangguan rasa nyaman

Luka terbuka

MK: Resiko tinggi infeksi

Page 14: Makalah kk9

Sambungan WOC

Daya tahan tubuh

menurun

Gangguan perfusi organ penting

Sel Otak mati

Pelepasan

katekolamin

Dilatasi lambun

g

Hipoksia

ginjal

Kebocoran kapiler

Gangguan

neurologi

Otak

hipoksia

Gangguan sirkulasi seluler

Gangguan sirkulasi makro

Kardiovaskuler

Ginjal Hepar GI traktus

Neurologi

Imun

Fungsi ginjal Hipoksia

hepatik

Multi sistem organ failure

Hambatan pertumbu

hanMK:

Perubahan Nutrisi

Gangguan perfusi

Penurunan curah jantung

Glukoneogenesis, glokogenolisis

Laju metabolisme meningkat

Page 15: Makalah kk9

H. Diagnosa, Intervensi, dan Rasional Keperawatan

1) Perawatan Pasien Selama Fase Darurat/ Resusitasi Perawatan Luka Bakar

No

.

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria hasil

Intervensi Rasional

1. Kerusakan pertukaran gas b.d keracunan karbon monoksida, inhalasi asap dan obstruksi saluran napas atas.

Tujuan: pemeliharaan oksigenisasi jaringan yang adekuat

K. Hasil : - Tidak ada

dispnea.- Frekuensi

respirasi antara 12 & 20 x/ menit.

- Paru bersih pada auskultasi

- Saturasi oksigen arteri > 96 % dengan oksimetri nadi.

- Kadar gas darah arteri dalam batas normal.

1. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.

2. Kaji bunyi napas, frekuensi pernapasan, irama, dalam dan simetrisnya pernapasan. Pantau pasien untuk mendeteksi tanda-tanda hipoksia.

3. Amati hal-hal berikut:a. Eritema/

pembentukan bula (lepuh).

b. Lubang hidung yang gosong.

c. Luka bakar pada muka, leher atau dada.

d. Bertambahnya keparauan suara.

1. Oksigen yang dilembabkan akan memberikan kelembaban pada jaringan yang cedera, suplementasi oksigen meningkatkan si o2oksigenasi alveoli.

2. Hasil pengkajian ini memberikan data dasar untuk pengkajian selanjutnya dan bukti peningkatan penurunan pernapasan.

3. Tanda ini menunjukkan kemungkinan cedera inhalasi dan risiko disfungsi pernapasan.

Page 16: Makalah kk9

4. Pantau hasil gas darah arteri, hasil pemeriksaan oksimetri denyut nadi dan kadarkarboksi-hemoglobin.

5. Laporkan pernapasan yang berat, penurunan dalamnya pernapasan, atu tanda-tanda hipoksia dengan segera kepada dokter.

6. Bersiap untuk membantu dokter dalam intubasi.

7. Pantau dengan ketat keadaaan pasien yang menggunakan alat ventilator mekanis.

4. Peningkatan pCO2 dan penurunan pCO2 serta saturasi O2 dapat menunjukkan perlunya ventilasi mekanis.

5. Intervensi yang segera diperlukan untuk mengatasi kesulitan pernapasan.

6. Intubasi memungkinkan ventilasi mekanis.

7. Pemantauan kemungkinan deteksi dini penurunan status respirasi atau komplikasi pada ventilasi mekanis.

2. Jalan napas tidak efektif b.d edema dan efek inhalasi asap.

Tujuan:Pemeliharan saluran napas yang paten dan bersihan saluran napas adekuat.K. Hasil:- jalan napas

paten.- Sekresi

respirasi minimal, tidak berwarna dan encer.

- Frekuensi respirasi, pola dan bunyi napas normal.

1. Pertahankan kepatenan jalan napas melalui pemberian posisi pasien yang tepat dan pembuangan sekresi.

2. Berikan oksigen yang sudah dilembabkan.

3. Dorong pasien agar mau membalikkan tubuh, batuk dan

1. Jalan napas yang paten sangat krusial untuk fungsi respirasi.

2. Kelembaban akan mengencerkan secret dan mempermudah espektorasi

3. Aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pembuangan sekresi.

Page 17: Makalah kk9

napas dalam. Anjurkan agar pasien menggunakan spirometri intensif. Tindakan pengisapan jika diperlukan.

3. Kekurangan volume cairan b.d peningkat permeabilitas kapiler dan kehilangan lewat evaporasi dari luka bakar.

Tujuan:Pemulihan keseimbangan cairan dan elektrolit yang optimal dan perfusi orga-organ vital.K. Hasil:- kadar elektrolit serum berada dalam batas normal.pengeluaran urin berkisar antara 0,5 dan 1,0 ml/kg/jam.

1. Amati TTV , pengeluaran urin, dan waspada terhadap tanda-tanda hipovolemia atau kelebihan beban cairan.

2. Pantau pengeluaran urin sedikitnya setiap jam sekali dan menimbang BB pasien setiap hari.

3. Pertahankan pemberian infuse dan mengatur tetesannya pada kecepatan yang tepat sesuai dengan program medik.

4. Amati gejala defisiensi atau kelebihann kadar na, K, Ca, fosfoor dan bikarbonat.

1. Hipovolemia merupakan risiko utama sesudah luka bakar.

2. Pengeluaran urin dan BB memberikan informasi tentang perfusi renal, kecukupan penggantian cairan, dan kebutuhan serta kecukupan cairan.

3. Pemberian cairan yang adekuat diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit serta perfusi prgan-organ vital adekuat.

4. Perubahan yang cepat pada status cairan dan elektrolit mungkin terjadi dalam periode pasca luka bakar.

Page 18: Makalah kk9

5. Naikkan bagian kepala tempat tidur pasien dan tinggikan ekstremitas yang terbakar.

6. Beri tahu dokter dengan segera jika terjadi penurunan pengeluaran urin, tekanan darah dan peningkatan denyut nadi.

5. Peninggian akan meningkatkan aliran balik darah vena.

6. Karena terjadinya perpindahan cairan yang cepat pada syok luka bakar, deficit cairan harus dideteksi secara dini sehingga syok sirkulasi tidak terjadi.

4. Hipotermia b.d gangguan mikrosirkulasi kulit dan luka yang terbuka.

Tujuan :Pemeliharaan suhu tubuh yang adekuat.

1. Berikan lingkungan yang hangat dengan penggunaan perisai pemanas, selimut berongga, lampu atau selimut pemanas.

2. Bekerja dengan cepat kalau lukanya terpajan udara dingin.

3. Kaji suhu inti tubuh dengan sering.

1. Lingkungan yang stabil mengurangi kehilangan panas lewat evaporasi.

2. Pajanan yang minimal mengurangi kehilangan panas dari luka.

3. Kaji suhu tubuh yang frekuen membantu mendeteksi terjadinya hipotermia.

Page 19: Makalah kk9

5. Nyeri b.d cedera jaringan dan saraf serta dampak emosional cedera.

Tujuan :Pengendalian rasa nyeriK. Hasil:- Menyatakan

tingkat nyeri menurun.

- Tidak ada petunjuk nonverbal tentang nyeri.

1. Gunakan skala nyeri untuk menilai tingkat nyeri (1-10). Bedakan dengan tanda-tanda hipoksia.

2. Berikan preparatAnalgetik ipioid menurut program medik. Amati kemungkinan supresi pernapasan pada pasien yang tidak memakai ventilasi mekanis. Lakukan penilaian respons pasien terhadap pemberian analgetik.

3. Berikan dukungan emosional dan menentramkan kekhawatiran pasien.

1. Tingkat nyeri menentukan data dasar untuk mengevaluasi efektivitas tindakan mengurangi nyeri.

2. Penyuntikan preparat analgetik intravena diperlukan karena terjadinya perubahan perfusi jaringan akibat luka bakar.

3. Dukungan emosional sangat penting untuk mengurangi ketakutan dan ansietas akan meningkatkan persepsi nyeri.

Page 20: Makalah kk9

2) Perawatan Pasien Selama Fase Akut Perawatan Luka Bakar

Page 21: Makalah kk9

No

.

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria hasil

Intervensi Rasional

1. Kelebihan volume cairan b.d pemulihan kembali kapiler dan perpindahan cairan dari kompartemen interstitial ke dalam kompartemen intravaskuler.

Tujuan :Pemeliharaan keseimbangan cairan yang optimal.K.Hasil:- Asupan, cairan

& BB memiliki korelasi dengan pola yang diharapkan.

- TTV tetap dalam batas yang ditentukan.

1. Pantau TTV, asupan, cairan,dan BB. Kaji edema, distensi vena jugularis dan krekels.

2. Beri tahu dokter jika pengeluaran urin ,30 ml/jam, terjadi penambahan BB, ronkhi, dan tekanan arteri pulmonalis.

3. Pertahankan cairan infus dengan alat pengendali tetesan infus.

4. Kolaborasi pemberian preparat diuretik atau dopamin.

1. Tanda dan gejala inbi menunjukkan status cairan.

2. Semua tanda ini menunjukkan peningkatan volume cairan.

3. Pengaturan infus akan mencegah bolus cairan yang tidak sengaja.

4. Dopamin akan meningkatkan pengeluaran urin. Diuretik meningkatkan pembentukan urin serta pengeluaran urin dan menurunkan volume intravaskuler.

2. Risiko infeksi b.d hilangnya barier kulit dan terganggunya respons imun.

Tujuan: Tidak adanya infeksi yang lokal dan sistemik.K. Hasil:- Kultur luka

memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal.

- Hasil kultur darah, urin dan sputum normal.

- Tidak adanya tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan infeksi dan sepsis.

1. Gunakan tindakan asepsis dalam semua aspek perawatan pasien.

2. Lakukan skrining terhadap para pengunjung untuk mendeteksi masalah respirasi, gastrointestinal dan integumen.

3. Inspeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau perubahan warna.

4. Pantau jumlah leukosit.

5. Kolaborasi pemberian

1. Tindak aseptik akan meminimalkan risiko kontaminasi-silang dan penyebarluasan kontaminasi bakteri.

2. Menghindari agen penyebab infeksi yang dikenali akan mencegah masuknya mikroorganisme tambahan.

3. Tanda-tanda tersebut menunjukkan infeksi lokal.

4. Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi.

5. Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.

Page 22: Makalah kk9

I. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan

Adapun penatalaksanaan medis dan keperawatan pada pasien luka bakar, yaitu:

1. Penatalaksanaan Medis

1) Prioritas pertama dalam mengatasi luka bakar adalah menghentikan proses luka

bakar. Ini meliputi intervensi pertolongan pertama pada situasi:

a) Untuk luka bakar termal (api), “berhenti, berbaring, berguling”. Tutup korban

dengan selimut dan gulingkan pada api yang lebih kecil.

b) Untuk luka bakar kimia (cairan), bilas dengan jumlah banyak air untuk

menghilangkan zat kimia dari kulit.

c) Untuk luka bakar listrik, pertama matikan aliran listrik sebelum berusaha

untuk memindahkan korban dari bahaya.

2) Prioritas kedua adalah menciptakan nafas paten. Untuk pasien dengan kecurigaan

cedera inhalasi, berikan oksigen melalui masker 10 l/menit. Gunakan intubasi

Page 23: Makalah kk9

endotrakeal dan tempatkan pada ventilasi mekanik bila gas-gas darah arteri

menujukkan hiperkapnea berat meskipun dengan oksigen suplemen.

3) Prioritas ketiga adalah resusitasi cairan agresif untuk memperbaiki kehilangan

volume plasma. Secara esensial setengah dari perkiraan volume cairan diberikan

pada 8 jam pertama pasca luka bakar, dan setengahnya lagi diberikan selama 16

jam kemudian. Tipe-tipe cairan yang yang digunakan meliputi kristaloid, seperti

larutan Ringer Laktat atau koloid seperti albumin atau plasma.

4) Prioritas keempat adalah perawatan luka bakar:

a) Pembersihan setiap dan pemberian krim antimikroba topikal seperti silver

sulfadiazin (silvadene)

b) Penggunaan berbagai tipe balutan sintetik atau balutan biologis (tandur kulit)

khususnya pada luka bakar penuh ketebalan penuh.

5) Upaya menciptakan penampakan jaringan parut sebaik mungkin. Hal ini

merupakan problem utama dari pasien-pasien luka bakar. Upaya terpenting yang

bisa dikerjakan ialah dengan pemberian tekanan diatasnya selama 6 – 12 bulan.

Pasien dapat menunggu terjadinya pertumbuhan kulit baru. Penantian ini umunya

memakan waktu yang lebih lama. Alternatif yang lebih cepat ialah dengan skin

graft (cangkok kulit).

Cara ini dikerjakan dengan mengambil kulit dari suatu bagian tubuh yang

kemudian ditanam pada daerah yang memerlukan. Lokasi pengambilan (donor

site) biasanya di daerah paha karena ini lebar dan gampang sembuh. Agar

pertumbuhan terjadi, dibutuhkan beberapa syarat.

Kulit donor haruslah kulit yang sehat. Lokasi resipien (tempat donor ditanam)

mesti memiliki jaringan pembuluh darah yang baik. Jika tidak, kulit donor tidak

akan bisa tumbuh. Stetelah kulit donor diletakkan, satu-satunya hal yang mesti

dikerjakan ialah membiarkannya.

Jangan memberi tekanan apapun. Kita hanya melindungi cangkok tersebut dan

menantinya tumbuh. Umumnya petumbuhan akan terjadi dalam 4 -7 hari.

Page 24: Makalah kk9

2. Penatalaksanaan Keperawatan

1) Perawatan luka umum

Perawatan luka yang mencakup pembesihan luka dan debridemen, pengolesan

preparat, antibiotik topikal serta pembalutan. Kassa yang terbut dari bahan

biologik, biosintetik dan sintetik dapat digunakan. Pencngkokan kulit split

thickness diperlukan untuk menuytup luka bakar derajat III (full thickness) dan II

(deep partial thickness). Prosedur khusus harus diikuti dalam perawatan luka

bakar pada muka, telinga, mata dan genitalia. Penggunaan terapi oksigen

hiperbarik untuk mempercepat kesembuhan luka merupakan masalah yang

kontroversial dan bukan komponen yang rutin dalam perawatan luka bakar.

2) Pembersihan luka

Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka bakar. Hidroterapi

dengan perendaman total dikerjakan pada beberapa rumah sakit. Pada rumah

sakit yang lain, pasien digantung dengan sebuah ayunan vinil di atas bak dan

kemudian disiram. Bak mandi rendamm atau whirlpool dapat digunakan.

Guncangan air dalam whirlpool akan meningkatkan proses pembersihan luka dan

secara lembut memijat jaringan.

Selama berendam, pasien didorong agar sedapat mungkin bergerak dengan aktif.

Hidroterapi merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan

membersihkan seluruh tubuh.

3) Terapi antibiotik topikal

Beberapa bentuk terapi antimikroba yang diterapkan pada luka bakar merupakan

metode perawatan setempat yang terbaik untuk luka bakar yang luas. Terapi

antibakteri topikal tidak mensterilkan luka bakar tetapi hanya mengurangi jumlah

bakteri agar keseluruhan populasi mikroba dapat dikendalikan oleh mekanisme

pertahananan tubuh pasien itu sendiri. Terapi topikal akan meningkatkan upaya

untuk mengubah luka yang terbuka dan kotor menjadi luka yang tertutup dan

bersih.

Tidak ada satupun preparat yang secara universal efektif. Penggunaan berbagai

jenis preparat antibiotik yang berbeda dalam periodde pasca luka bakar mungkin

diperlukan. Pemeriksaan kultur bakteriologik harus dikerjakan untuk memantau

efek pengobatan topikal tersebut.

Sebelum preparat topikal yang baru dioleskan, preparat topikal yang digunakann

sebelumnya harus dibersihkan dahulu dengan seksama. Frekuensi penggantian

Page 25: Makalah kk9

pembalut dan perendaman luka harus direncanakan untuk meningkatkan efek

terapeutik preparat yang optimal.

4) Penggantiaan balutan

Balutan dapat diganti di kamar pasien, ruang hidroterapi atau pun di bagian

perawatan kurang-lebih 20 menit sesudah pemberian analgetik. Pembalut juga

dapat diganti di kamar bedah sesudh pasien dianastesi. Masker, penutup rambut,

apron plastik yang sekali pakai atau gaun bedah dan sarung tangan steril harus

dikenakan oleh petugas kesehatan pada saat melepas balutan atau kassa penutup

luka. Pembalut luar dapat digunting dengan gunting yang ujungnya tumpul

(guntung verban), sedangkan balutan yang kotor dilepas dan dibuang dengan

mengikuti prosedur yang ditetapkan untuk pembuangan bahan-bahan yang

terkontaminasi.

Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa menimbulakan

sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin atau bila pasien dibiarkan

berendam selama beberapa saat dalam bak rendaman. Pembalut dapat dilepas

dengan hati-hati dan perlahan-lahan memakai forseps atau tangan yang

mengenakan sarung tangan steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebrideman

untuk menghilangkan debris, setiap preparat yang tersisa, eksudat dan kulit yang

mati. Gunting serta forseps yang steril dapat memangkas eskar yang lepas dan

mempermudah pemisahan kulit yang sudah mati.

5) Debridemen

Debridemen merupakan sisi lain dari pada perawatan luka bakar. Tindakan ini

memiliki dua tujuan:

Untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri dan benda

asing, sehingga pasien dilindungi terhadap kemungkinan invasi bakteri

Untuk menghilangkan jaringan yang sudah mati atau eskar dalam persiapan

bagi graft dan kesembuhan luka.

Page 26: Makalah kk9

6) Penatalaksanaan nyeri

Ciri yang menonjol pada nyeri luka bakar adalah intensitasnya dan durasinya

yang lama. Lebih lanjut, perawatan luka harus menyertakan antisipasi rasa nyeri

dan kecemasan pasien; rasa nyeri yang dialami pasien kerap kali sangat parah.

Pada saat melakukan perawatan luka bakar pasti pasien akan merasakan nyeri,

yang bisa dilakukan perawat pada saat pasien nyeri anjurkan nafas dalam dan

kolaborasikan pada dokter pemberian analgesik.

7) Dukungan Nutrisi

Hipermetabolisme akan terus bertahan sesudah terjadinya luka bakar sampai luka

tersebut tertutup, dengan demikian kebutuhan metabolik basal akan meningkat

sampai sebesar 100%. Tujuan dukungan nutrisi pada luka bakar adalah untuk

meningkatkan stats keseimbangan nitrogen yang positif. Dukungan nuutrisi yang

diperlukan ditentukan berdasarkan status pasien pra-luka bakar dan luas

permukaan tubuh yang terbakar.

8) Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan

seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia

jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar

dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,

optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin

survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan

hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai

macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu

yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan

stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan

menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa

cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

Formula Baxter

Luas luka bakar 4 mL x BB (kg) x (%)

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan

dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari

pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

Page 27: Makalah kk9

Contoh kasus :

Tn. A (45th) mengalami luka bakar jam 08.00 pagi dan langsung dibawa ke

RSUD AA oleh keluarganya. Setelah dilakukan pemeriksaan, luas luka bakar

65%. BB = 50 kg Hitung jumlah cairan yang dibutuhkan.

Cara pemberian cairannya adalah sebagai berikut :

Formula = (4 ml x kg BB x %luas luka bakar) Ringer Laktat

Jumlah cairan yang dibutuhkan = 4 ml x 50 kg x 65% = 13.000 ml (13 liter/24

jam).

a. 8 jam I diberikan : 6.500 ml

b. 8 jam II diberikan :3.250 ml

c. 8 jam III diberikan 3.250 ml

d. monitoring produksi urin dan tekanan vena sentralis (CVP) untuk

mengetahui apakah perfusi tetap terjadi dan tidak overload cairan.

e. Pada 24 jam kedua, Baxter menganjurkan :

- Jika keadaan umum memungkinkan, cairan sedapat mungkin diberikan

secara oral pada hari ke-2.

- Jika cairan per oral belum memungkinkan, maka infus dipertahankan

dengan Dextrose 5% sebanyak 2.000 - 5.000 ml/24jam. Pemberian

glukosa bertujuan untuk kebutuhan metabolisme, mengganti cairan yang

hilang melalui sekuestrasi, dan memudahkan ekskresi sodium sehingga

kadar serum sodium menjadi normal (138-142 mEq/L)c.

- Pada hari ke 2, koloid sudah dapat diberikan bersamaan dengan Ringer

laktat karena permeabilitas membran kapiler sudah pulih kembali. Koloid

diberikan dalam bentuk Dextran atau Plasma. Pada luka bakar lebih dari

50% diberikan koloid 1.000 ml

Page 28: Makalah kk9

BAB III

KASUS

A. Uraian Kasus

Tn. LB, 29 tahun dirawat di ruang Cendrawasih RSUD Pekanbaru karena tersiram

minyak panas saat berjualan gorengan 3 hari yang lalu. Kedua lengan Tn. LB terdapat

gelembung-gelembung berisi cairan berwarna jernih tetapi kental, rasa nyeri /sakit yang

mengganggu, dan bila gelembung tersebut pecah akan terlihat kulit yang berwarna kemerah-

merahan. Dada dan perut terkena minyak tapi kulit hanya memerah dan kulit kaki kanan

menjadi putih/kuning tapi tidak ditemukan rasa sakit. Tanda-tanda vital BP: 130/80 mmHg,

P: 70 x/i, RR: 20 x/i, T: 39. 1 0C.

B. Pengkajian

1. Identitas Klien

Nama : Tn. LB

Umur : 29 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

2. Riwayat Kesehatan

a) Keluhan utama

Klien mengatakan tersiram minyak panas saat berjualan gorengan 3 hari yang lalu.

Kedua lengan Tn. LB terdapat gelembung-gelembung berisi cairan berwarna

jernih tetapi kental, rasa nyeri /sakit yang mengganggu, dan bila gelembung

tersebut pecah akan terlihat kulit yang berwarna kemerah-merahan.

b) Keluhan tambahan

Klien juga mengatakan dada dan perut terkena minyak tapi kulit hanya memerah

dan kulit kaki kanan menjadi putih/kuning tapi tidak ditemukan rasa sakit.

c) Pemeriksaan fisik

TD : 130/80 mmHg

N : 70 x/i

RR : 20 x/i

T : 39. 1 oC

Page 29: Makalah kk9

C. Analisa Data

1. Data Subjektif :

- Klien mengatakan tersiram minyak panas saat berjualan gorengan 3 hari yang lalu

- Klien mengeluh nyeri /sakit pada kedua lengannya

- Klien mengeluh nyeri yang sangat mengganggu

- Klien mengatakan dada, perut dan kaki kanan terkena minyak tapi tidak sakit

2. Data Objektif :

- Klien berusia 29 tahun

- Kedua lengan klien terdapat gelembung-gelembung berisi cairan berwarna jernih

tetapi kental

- Kulit disekitar luka bakar pada kedua lengan berwarna kemerah-merahan, apabila

gelembung – gelembung tersebut pecah

- Dada dan perut klien terkena minyak tapi kulit hanya memerah

- Kulit kaki kanan klien menjadi putih/kuning

- BP : 130/80 mmHg

- P : 70 x/i

- RR : 20 x/i

- T : 39. 1 C

NO Data Etiologi Masalah Keperawatan

1. DS:

- Klien mengeluh

nyeri /sakit pada

kedua lengannya

- Klien mengeluh

nyeri yang

sangat

mengganggu

DO:

- Kedua lengan

klien terdapat

gelembung-

gelembung berisi

cairan berwarna

jernih tetapi

Minyak panas

Luka bakar

Chemical respons

Bradikinin, serotonin, histamisn, prostaglandin

Merangsang ujung saraf

Hipotalamus

Korteks serebri

Persepsi nyeri

Nyeri

Gangguan rasa nyaman nyeri

Gangguan rasa nyaman

nyeri

Page 30: Makalah kk9

kental

- Kulit disekitar

luka bakar pada

kedua lengan

berwarna

kemerah-

merahan, apabila

gelembung –

gelembung

tersebut pecah

2. DS:

- Klien

mengatakan

dada, perut dan

kaki kanan

terkena minyak

tapi tidak sakit

DO:

- Dada dan perut

klien terkena

minyak tapi kulit

hanya memerah

- Kulit kaki kanan

klien menjadi

putih/kuning

Minyak panas

Luka bakar

Terputusnya kontinuitas

jaringan

Kerusakan Jaringan Kulit

Kerusakan Integritas Kulit

Kerusakan Integritas kulit

Page 31: Makalah kk9

3. DS:

- Klien

mengatakan

tersiram minyak

panas saat

berjualan

gorengan 3 hari

yang lalu.

- Klien mengeluh

nyeri /sakit pada

kedua lengannya

- Klien mengeluh

nyeri yang

sangat

mengganggu

DO:

- Kedua lengan

klien terdapat

gelembung-

gelembung berisi

cairan berwarna

jernih tetapi

kental

- Kulit disekitar

luka bakar pada

kedua lengan

berwarna

kemerah-

merahan, apabila

gelembung –

gelembung

tersebut pecah

- T : 39. 1 C

Minyak panas

Luka bakar

Gelembung pecah

Infeksi kuman patogen

Infeksi

Infeksi

Page 32: Makalah kk9

D. WOC Kasus

Luka Bakar

Hipotalamus

MK : Gangguan

Rasa Nyaman

Nyeri

Bradikinin, serotonin, histamisn,

prostaglandin

Chemical respons

Merangsang ujung saraf

bebas

Korteks serebri

Persepsi nyeri

Kerusakan Jaringan Kulit

Infeksi Kuman Patogen

Terputusnya kontinuitas

jaringan

MK : Infeksi

MK : Kerusakan Integritas

Kulit

Minyak goreng panas

Luka terbuka berwarna

kemerahan

Gelembung pecah

Page 33: Makalah kk9

E. Asuhan Keperawatan

No

.

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

Kriteria hasil

Intervensi Rasional

1. Nyeri b.d serabut saraf terbuka, kesembuhan luka dan penanganan luka.

Tujuan: Pengurangan atau pengendalian rasa nyeri.K.Hasil:- Menyatakan

rasa nyeri berkurang

- Tidak membberi petunjuk fisiologik atau nonverbal bahwa rasa nyeri sedang atau berat.

- Dapat tidur tanpa terganggu rasa nyeri.

1. Kaji tingkat nyeri dengan skala nyeri. Amati indicator nonverbal yang menunjukkan rasa nyeri.

2. Jelaskan kepada pasien mengenai perjalanan nyeri yang lazim terjadi pada penyembuhan luka dan berbagai pilihan untuuk pengendalian nyeri.

3. Ajarkan pasien teknik relaksasi, imajinasi, dan distraksi.

4. Kaji dan catat respons klien terhadap intervensi.

5. Kolaborasi pemberian analgetik.

1. Datahasil pengkajian akan memberikan informasi dasar untuk mengkaji respons terhadap nyeri.

2. Pengetahuan akan mengurangi kecemasan.

3. Tindakan nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri akan memberikan berbagai cara intervensi yang dapat mengurasi sensasi nyeri.

4. Membantu dalam memastikan teknik pengendalian nyeri yang terbaik.

5. Untuk mengurangi nyeri.

2. Kerusakan Tujuan: 1. Bersihkan luka 1. Pembersihan

Page 34: Makalah kk9

integritas kulit b. d luka bakar terbuka

Intgritas kulit tampak membaik.K. Hasil:- Kulit secara

umum tampak utuh dan bebas dari tanda-tanda infeksi, tekanan dan trauma.

- Luka yang terbuka berwarna merah muda, memperlihatkan repitelisasi dan bebas dari infeksi.

setiap hari.

2. Lakukan perawatan luka bakar sesuai prosedur.

3. Oleskan preparat antibiotik topical dan memasang balutan sesuai dengan ketentuan medik.

4. Cegah penekanan, infeksi dan mobilisasi pada autograft.

5. Berikan dukungan nutrisi yang memadai.

6. Kaji luka dan lokasi graft. Laporkan tanda-tanda kesembuhan yang buruk atau trauma kepada dokter.

setiap hari akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri.

2. Perawatan akan mempercepat penyembuhhan luka.

3. Perawatan luka akan mengurangi potensi kolonisasi bakteri dan mempercepat penyembuhhan luka.

4. Tindakan ini akan mempercepat pelekatan graft dan kesembuhan.

5. Nutrisi yang memadai sangat penting untuk pembentukan granulasi yang normal dan kesembuhan.

6. Intervensi dini untuk mengatsi kesembuhan luka atau pelekatan graft yang buruk sangat esensial.

3. infeksi b.d hilangnya barier

Tujuan: Tidak adanya

1. Gunakan tindakan asepsis

1. Tindak aseptik akan

Page 35: Makalah kk9

kulit dan terganggunya respons imun.

infeksi yang lokal dan sistemik.K. Hasil:- Kultur luka

memperlihatkan jumlah bakteri yang minimal.

- Hasil kultur darah, urin dan sputum normal.

- Tidak adanya tanda-tanda dan gejala yang menunjukkan infeksi dan sepsis.

dalam semua aspek perawatan pasien.

2. Lakukan skrining terhadap para pengunjung untuk mendeteksi masalah respirasi, gastrointestinal dan integumen.

3. Inspeksi luka untuk mendeteksi tanda-tanda infeksi atau perubahan warna.

4. Pantau jumlah leukosit.

5. Kolaborasi pemberian antibiotik.

meminimalkan risiko kontaminasi-silang dan penyebarluasan kontaminasi bakteri.

2. Menghindari agen penyebab infeksi yang dikenali akan mencegah masuknya mikroorganisme tambahan.

3. Tanda-tanda tersebut menunjukkan infeksi lokal.

4. Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan infeksi.

5. Antibiotik mengurangi jumlah bakteri.

Page 36: Makalah kk9

F. Penatalaksanaan Farmakologi dan Non Farmakologi

1) Penatalaksanaan Farmakologis

Tabel Obat-Obatan Antimokroba Topical Yang Digunakan Pada Luka Bakar  

(Luckmann, Sorensen, 2004)

Obat Spektrum Antimikroba

Penggunaan Efek Samping Perawatan

Krim Silver Sulfadia-zine 1%Mafenide acetate

Larutan Mafenide acetate 5%

Silver nitrate 5%

Spektrum luas, termasuk jamurSpektrum luas, Mempunyai aktivitas terhadap jamur meskipun sedikit.

Spektrum luas

Spektrum luas

2x/hari,tebal 1/16 inci.Tak usah dibalut.

2x/hari,1/16 inci.

Tdk usah dibalut.

Balutan tipis diperlukan dan dibasahi dengan- larutan untuk luka

Balutan yang tebal diperlukan dan dibasahi dg larutan untuk luka

Leukopenia setelah 2-3 hari pamakaian.Ruam pada otot

Hyperchloremic metabolisme acidosis dari diuresis bicarbonat karena hambatan anhydrase carbonic.

Menimbulkan rasa nyeri.

Pruritus.

Ruam pada kulit

Kolonisasi jamur.

Hyponatremia

Hypochloremia

Kaji efek samping.Kaji keadekuatan managemen nyeri. Jika nyeri dan rasa tak nyaman berlanjut, maka perlu dipertimbangkan penggunaan topikal lainnya.

Gunakan secara hati-hati pada klien dengan gagal ginjal.

Kaji efek samping

Kaji keadekuatan managemen nyeri.

Cek serum elektrolit setiap hari.

Penetrasi terhadap eschar buruk

Page 37: Makalah kk9

2) Penatalaksaan Non-Farmakologis

Penggunaan madu sebagai obat telah dikenal sejak puluhan ribu tahun yang

lalu,misalnya dalam pengobatan penyakit lambung, batuk, dan mata. Selain itu

madu juga dapatdigunakan sebagai terapi topikal untuk luka bakar, infeksi, dan

luka ulkus. Sampai saat ini telah banyak hasil penelitian yang melaporkan

bahwa madu efektif untuk perawatan luka, baik secara klinis maupun

laboratorium. Ada beberapa hasil penelitian yang melaporkan bahwa madu

sangat efektif digunakan sebagai terapi topikal pada luka melalui peningkatan

jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan. Madu

berasal dari nektar bunga yang disimpan oleh lebah dari kantung madu. Oleh

lebah nektar tersebut diolah sebelum akhirnya menghasilkan madu dalam

sarangnya. Madu dihasilkan oleh serangga lebah madu

(Apis mellifera) termasuk dalam superfamili apoidea. Madu adalah obat

alami karena tidak perlu diolah di laboratorium. Madu sudah ada di alam dan

tinggal diolah dari sarangnya. Madu mengandung senyawa radikal hidrogen

peroksida yang bersifat dapat membunuh mikroorganisme pathogen dan

senyawa organik yang bersifat antibakteri antara lain seperti polypenol, dan

glikosida. Selain itu dalam madu terdapat banyak sekali kandungan

vitamin,asam mineral, dan enzim yang sangat berguna bagi tubuh sebagai

pengobatan secara tradisional, antibodi, dan penghambat pertumbuhan sel

kanker, atau tumor. Madu juga mengandungantioksidan, asam amino essensial,

dan non essensial.

G. Health Education (HE)

1) Pendidikan kesehatan mengenai pengertian luka bakar

2) Pendidikan kesehatan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan luka bakar

3) Pendidikan kesehatan mengenai tanda dan gejala luka bakar

4) Pendidikan kesehatan mengenai cara pencegahan luka bakar

5) Pendidikan kesehatan mengenai cara pengobatan luka bakar

H. Tujuan Pembelajaran

Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, mahasiswa dapat memahami :

1) Faktor-faktor penyebab luka bakar2) Proses patofisiologi luka bakar3) Penatalaksanaan yang harus dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi4) Asuhan keperawatan pada klien dengan luka bakar

Page 38: Makalah kk9
Page 39: Makalah kk9

I. Terminologi

Inhalasi : Penarikan udara atau instansi lain ke dalam paru-paru.

Debriment : Pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati dari atau yang

berdekatan dengan lesi akibat trauma atau infeksi sampai sekeliling

jaringan yang sehat tampak.

Alkalis : Salah satu kelas persenyawaan yang membentuk sabun yang dapat

larut dalam asam lemak, mengubah litmus merah menjadi biru,

dan membentuk karbonat yang dapat larut.

Abrasi : Pengelupasan lapisan yang tumbuh berlebihan.

Termal : Suhu

Superficial : Permukaan luar

Eritema :Kemerahan pada kulit yang di hasilkan oleh kongesti

pembuluh kapiler.

Estimasi proporsi : Perkiraan atau persenan

Paralise usus : Kehilangan atau gangguan fungsi motorik pada suatu bagian akibat

lesi pada mekanisme saraf atau otot, juga secara analogi gangguan

fungsi sensorik.

Bronkoskopi : Pemeriksaan bronki melalui sebuah bronkoskop.

Hipodinamik : Tenaga yang berkurang secara abnormal.

Hiperdinamik : Tenaga yang bertambah seecara abnormal.

Instabilitas sirkulasi : Peredaran yang tidak stabil.

Hipertropi : Pembesaran atau pertumbuhan berlebihan dari organ atau bagian

akibat peningkatan ukuran sel-sel pembenttuknya.

Kleoid : Jaringan kulit tambahan yang tumbuh di bekas luka.

Deformitas : Perubahan bentuk tubuh sebagian atau umum.

Disritmia : Perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang di sebabkan oleh

konduksi elektrikal abnormal atau otomatis.