makalah kewarganegaraan
TRANSCRIPT
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 1/14
MAKALAH KEWARGANEGARAAN
KEMISKINAN, KRISIS LINGKUNGAN, DAN BUDAYA KEKERASAN
KELOMPOK 3
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN UNLAM BANJARBARU
2011
ZAID HIZBULLAH ABDUL G. Z
RIJALULLAH M. QAYYUM
HUTAMA SATRIYA WIBAWA
YOGGY PRABOWO
AZIZAH
DESY ELISA KISMILIANSARI
NOOR RIZKIA AMALIA
ALFISHA NADHILA RAMADHINTA
DINI DESVIANA RAHMAYANTI
NADIA BUNGA KALISTRA
ROHMA HELYATI
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 2/14
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Banyaknya rakyat miskin di Indonesia
kekerasan yang sudah membudaya
Makin merebaknya pengrusakan lingkungan
Kurangnya perhatian pemerintah dalam hal kemiskinan, krisis lingkungan dan
budaya kekerasan
II. TUJUAN
Mengetahui jenis-jenis kemiskinan,krisis lingkungan,dan budaya kekerasan
Mengetahui latar belakang kemiskinan,krisis lingkungan,dan budaya kekerasan
Mengetahui kebijakan-kebijakan mengenai kemiskinan,krisis lingkungan,dan budaya
kekerasan
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 3/14
BAB II
ISI
I. Kemiskinan
Kesenjangan ekonomi atau ketimpangan dalam distribusi pendapatan antara kelompok
masyarakat berpendapatan tinggi dan kelompok masyarakat berpendapatan rendah serta
tingkat kemiskinan atau jumlah orang yang berada di bawah garis kemiskinan (poverty line)
merupakan dua masalah besar di banyak negara-negara berkembang (LDCs), tidak terkecuali
di Indonesia.
1. JENIS-JENIS KEMISKINAN DAN DEFINISINYA
Besarnya kemiskinan dapat diukur dengan atau tanpa mengacu kepada garis
kemiskinan. Konsep yang mengacu kepada garis kemiskinan disebut kemiskinan
relatif, sedangkan konsep yang pengukurannya tidak didasarkan pada garis kemiskinan
disebut kemiskinan absolut
Kemiskinan relatif adalah suatu ukuran mengenai kesenjangan di dalam
distribusi pendapatan, biasanya dapat didefinisikan didalam kaitannya
dengan tingkat rata-rata dari distribusi yang dimaksud.
Kemiskinan absolut adalah derajat kemiskinan dibawah, dimana kebutuhan-
kebutuhan minimum untuk bertahan hidup tidak dapat terpenuhi.
1. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KEMISKINAN
Tidak sulit mencari faktor-faktor penyebab kemiskinan, tetapi dari faktor-faktor
tersebut sangat sulit memastikan mana yang merupakan penyebab sebenarnya serta
mana yang berpengaruh langsung dan tidak langsung terhadap perubahan kemiskinan
Tingkat dan laju pertumbuhan output
Tingkat upah neto
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 4/14
Distribusi pendapatan
Kesempatan kerja
Tingkat inflasi
Pajak dan subsidi
Investasi
Alokasi serta kualitas SDA
Ketersediaan fasilitas umum
Penggunaan teknologi
Tingkat dan jenis pendidikan
Kondisi fisik dan alam
Politik
Bencana alam Peperangan
1.1 KEBIJAKAN ANTIKEMISKINAN
Untuk menghilangkan atau mengurangi kemiskinan di tanah air diperlukan suatu
strategi dan bentuk intervensi yang tepat, dalam arti cost effectiveness-nya tinggi.
Ada tiga pilar utama strategi pengurangan kemiskinan, yakni :
1. pertumuhan ekonomi yang berkelanjutan dan yang prokemiskinan
2. Pemerintahan yang baik (good governance)
3. Pembangunan sosial
Untuk mendukung strategi tersebut diperlukan intervensi-intervensi pemerintah
yang sesuai dengan sasaran atau tujuan yang bila di bagi menurut waktu yaitu :
a. Intervensi jangka pendek, terutama pembangunan sektor pertanian dan
ekonomi pedesaan
b. Intervensi jangka menengah dan panjang
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 5/14
Pembangunan sektor swasta
Kerjasama regional
APBN dan administrasi
Desentralisasi
Pendidikan dan Kesehatan
Penyediaan air bersih dan Pembangunan perkotaan
II. Krisis Lingkungan
Kerusakan lingkungan hidup terjadi karena adanya tindakan yang menimbulkan
perubahan langsung atau tidak langsung sifat fisik dan/atau hayati sehingga lingkungan hidup
tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan (KMNLH, 1998).
Kerusakan lingkungan hidup terjadi di darat, udara, maupun di air. Kerusakan lingkungan
hidup yang akan dibahas dalam Bab ini adalah meluasnya lahan kritis, erosi dan sedimentasi,
serta kerusakan lingkungan pesisir dan laut.
Sebuah analisis Green dimulai dengan krisis lingkungan yang dihadapi dunia pada
akhir abad ke dua puluh. Krisis ini mengantarkan para pemikir Green untuk mencari
alternatif-alternatif yang radikal, dan juga memberikan posisi Green rasa akan urgensi dan
keharusan. Masalah tersebut yaitu mencakup polusi udara, lautan, sungai dan tanah;
pencemaran rantai makanan; menipisnya sumber daya alam bumi; penipisan ozon; pemanasan
global; punahnya spesies; hilangnya area hutan belantara, erosi humus, desertifikasi;
penebangan hutan; limbah nuklir; krisis populasi; dan sebagainya
A. LAHAN KRITIS
Salah satu masalah kerusakan lingkungan adalah degradasi lahan yang besar, yang
apabila tidak ditanggulangi secara cepat dan tepat akan menjadi lahan kritis sampai akhirnya
menjadi gurun. Lahan kritis umumnya banyak terjadi di dalam daerah aliran sungai (DAS) di
seluruh Indonesia. Data Departemen Kehutanan menunjukkan lahan kritis di luar kawasan
hutan mencapai 15,11 juta hektar dan di dalam kawasan hutan 8,14 juta hektar. Hutan rusak
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 6/14
dalam areal Hak Pengusahaan Hutan (HPH) sudah mencapai 11,66 juta hektar dan lahan
bekas HPH yang diserahkan ke PT.Inhutani 2,59 juta hektar. Mangrove yang rusak dalam
kawasan hutan telah mencapai luasan 1,71 juta hektar dan di luar kawasan hutan sebesar 4,19
juta hektar.
Total hutan yang rusak sudah mendekati angka 57 juta hektar. Ironisnya, kapasitas lembaga
yang bertanggung jawab merehabilitasi hutan dan lahan dengan inisiatif pemerintah tak cukup
kuat menangani kerusakan yang terjadi. Realisasi lahan kritis yang dilakukan oleh
Departemen Kehutanan dari tahun 1999 sampai tahun 2001 mencapai 1.271.571 hektar yang
terdiri dari 127.396 hektar di dalam kawasan hutan dan 1.144.175 hektar di luar kawasan
hutan. Sumber dana untuk merehabilitasi pun amat terbatas padahal tiap hektar lahan yang
rusak butuh dana minimal Rp 5 juta. Untuk merehabilitasi lahan kritis 57 juta hektar maka
negara perlu menyediakan dana hingga Rp 285 trilyun. Kerugian bukan hanya karena negaraharus menyediakan dana untuk rehabilitasi lahan kritis tetapi juga kerugian akibat penebangan
ilegal (illegal logging ). Menteri Kehutanan Prakosa (2002) mengatakan tiap tahun
diperkirakan negara rugi hingga Rp 31 trilyun akibat illegal logging (pencurian, penebangan,
peredaran, serta perdagangan kayu secara ilegal).
Penyebab utama meluasnya lahan kritis adalah adanya :
1. tekanan dan pertambahan penduduk,
2. luas areal pertanian yang tidak sesuai, perladangan berpindah,
3. pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan illegal,
4. pembakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali,
5. ekploitasi bahan tambang.
1. Tekanan dan pertambahan penduduk
Menurut Statistik Indonesia 2001, pertambahan penduduk dari tahun 1980 sampai
tahun 2000 meningkat cepat. Pada tahun 1980 penduduk berjumlah 146,935 juta jiwa
bertambah sebesar 1,97 persen menjadi 178,500 juta jiwa pada tahun 1990. Pada tahun 2000
jumlah penduduk menjadi 205,845 juta jiwa atau naik 1,49 persen dengan kepadatan
mencapai 109 jiwa per km2. Bertambahnya penduduk meningkatkan kebutuhan pangan dan
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 7/14
lapangan kerja serta meningkatkan eksploitasi sumber daya alam secara besar-besaran yang
akhirnya mengakibatkan terjadikan kerusakan lingkungan.
2. Luas areal pertanian yang tidak sesuai dan perladangan berpindah
Untuk meningkatkan produksi pangan, sekaligus membuka lapangan kerja, khususnya
di daerah pedesaan, maka dilakukan perluasan areal pertanian yang sampai tahun 2001
mencapai 11,5 juta hektar. Namun perluasan areal pertanian di daerah banyak yang secara
geografis tidak layak untuk tanaman pertanian, misalnya terdapat pada lereng dengan
kemiringan yang tajam, bahkan dengan merusak areal hutan
3. Pengelolaan hutan yang tidak baik dan penebangan ilegal
Pengelolaan hutan Indonesia perlu dilakukan secara profesional dan terencana
sehingga hutan dapat dimanfaatkan secara optimal, tanpa mengurangi kemampuan hutannya
memberikan manfaat berkelanjutan bagi masyarakat lokal, nasional, regional, dan
internasional. Sistem pengusahaan hutan yang ada telah menimbulkan berbagai masalah di
beberapa daerah yang berdampak pada degradasi hutan. Selama lima tahun terakhir, laju
deforestasi diperkirakan 1,6 juta hektar per tahun. Berdasarkan citra satelit 1995-1999 hutan
produksi yang rusak di Indonesia pada 432 HPH mencapai 14,2 juta hektar, sedangkan
kerusakan pada hutan lindung dan hutan konservasi mencapai 5,9 juta hektar.
Berikut langkah-langkah strategis Dephut untuk mengatasi penebangan ilegal:
Menerbitkan SK Menhut No. 541/Kpts-II/2002, yang isinya antara lain mencabut SK
Menhut No. 05.1/Kpts-II/2000, menghentikan sementara kewenangan gubernur atau
bupati/walikota menerbitkan HPH/izin pemanfaatan hasil hutan. Penerbitan SK Menhut ini
telah diperkuat dengan terbitnya PP No. 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan, Pemanfaatan Hutan, dan Penggunaan Kawasan Hutan yang
antara lain mengatur kewenangan pemberian izin pemanfaatan hutan dan hasil hutan;
Menerbitkan SKB Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.
1132/Kpts-II/2001, dan No. 292/MPP/Kep/10/2001, tentang Penghentian Ekspor Kayu
Bulat/Bahan Baku Serpih yang dikuatkan dengan PP No 34 Tahun 2002 yang dengan tegas
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 8/14
melarang ekspor log;
Melakukan kerja sama dengan TNI AL dalam pelaksanaan Operasi Wanabahari, serta
dengan Polri dalam pelaksanaan Operasi Wanalaga;
Kerja sama dengan negara lain, yaitu penandatanganan MoU dengan Pemerintah Inggris,
pada tanggal 18 April 2002, dan dengan RRC pada tanggal 18 Desember 2002, untuk
pemberantasan illegal logging dan illegal trade. Diharapkan kerja sama serupa dengan
Pemerintah Jepang serta beberapa negara lainnya akan segera menyusul;
Mem-back up operasi khusus di daerah sensitif seperti wilayah perbatasan, kawasan
konservasi dan taman nasional terpilih;
Secara bersama melaksanakan operasi di laut dan perairan;
Memberikan back up data intelejen;
Pengawasan yang ketat terhadap oknum TNI di lapangan yang bertindak sebagai backing maupun pelaku.
4. Pembakaran hutan dan lahan yang tidak terkendali
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Indonesia beberapa tahun yang lalu telah
membawa dampak yang sangat besar pada lingkungan hidup, sehingga mendapat perhatian
yang serius di dalam dan di luar negeri, khususnya oleh negara-negara ASEAN, seperti
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam, yang sebagian wilayahnya terkena dampak
pencemaran asap lintas batas. Kerugian akibat kebakaran hutan dan lahan dilihat dari aspek
ekonomi bukan hanya hilangnya aset kekayaan tegakan hutan berupa kayu, tetapi dari aspek
ekologi banyak kehilangan habitat flora dan fauna liar. Sebagai gambaran akibat pembakaran
hutan dan lahan seluas 2.970 hektar oleh PT. Adei Plantation di Bangkinang, Provinsi Riau,
negara dirugikan kurang lebih 500 milyar rupiah. Dampak yang sering dirasakan oleh
masyarakat adalah kabut asap yang sangat merugikan kesehatan, seperti meningkatnya
penderita penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas). Selain itu kabut asap ini
mengganggu transportasi baik udara, darat maupun sungai, yang pada gilirannya akan
mempengaruhi perekonomian masyarakat, baik lokal, regional maupun internasional.
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 9/14
5. Ekploitasi pertambangan
Penambangan yang dilakukan di beberapa wilayah di Indonesia saat ini banyak
menimbulkan kerugian tidak hanya kerugian materi berupa hilangnya devisa bagi negara
tetapi juga ancaman dan kerugian bagi lingkungan hidup yaitu rusaknya lingkungan dan
menurunnya daya dukung dan daya tampung lingkungan. Beberapa perusahaan pertambangan
besar dalam melakukan aktifitasnya banyak menimbulkan masalah lingkungan, seperti
pembuangan tailing pada PT. Freeport Indonesia ke sungai yang telah menimbulkan masalah.
Begitu juga penambangan pasir laut yang banyak menyimpang dari ketentuan yang berlaku.
Namun ada perusahaan pertambangan yang mempunyai reputasi yang cukup baik dalam
pengelolaan lingkungan hidup, antara lain PT. Kaltim Prima Coal (KPC), kemiskinan
III. Budaya Kekerasan
Budaya Indonesia pada dasarnya sarat dengan kekerasan, dan militer adalah cerminan
masyarakat belaka. Contohnya bisa dilihat di Maluku. Sebenarnya tidak sepenuhnya tepat
saya mengemukakan ini, terutama sebagai orang Indonesia yang berbicara di depan banyak
orang asing, tetapi, suka atau tidak suka, secara umum budaya di Indonesia adalah budaya
kekerasan antara suku dan kelompok etnis. Masyarakat Indonesia bisa dengan cepat
menggunakan kekerasan. Kata ³amok´ dalam bahsa Inggris berasal dari bahas persatuan
negara kepulauan ini. Ini adalah sesuatu yang kita sadari, sesuatu yang tidak kita suka, dan
sesuatu yang kita ingin perhatikan, kendalikan, dan kelola. Tetapi kekerasan memang ada:
perkelahian antarkeluarga, antardesa, antarsuku, antarkelompok etnis, dan ujungnya
antaragama.[1]
Kekerasan secara moral dan normatif selalu problematik dan tidak pernah bisaditerima sepenuhnya oleh anggota masyarakat. "Kekerasan secara alamiah memiliki sifat
instrumental. Seperti semua sarana, ia selalu memerlukan arahan dan justifikasi melalui tujuan
yang dikejarnya", demikian Arendt berpendapat. '"^Karena sifatnya demikian itu maka
kekerasan selamanya tidak akan pernah menjadi sumber dan basis kekuasaan (power).
Bahkan sebaliknya, kekerasan justru merusak dan menghancurkan kekuasaan karena
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 10/14
keduanya mempunyai basis yang berbeda. "Kekuasaan tidak membutuhkan justifikasi, yang
dibutuhkan adalah legitimasi", demikian kata Arendt.' ' Pandangan ini membutuhkan diskusi
luas untuk membedakan antara kekuasaan dan kekerasan, dan antara legitimasi dan justifikasi
sebagai dua hal yang berbeda. Pandangan Arendt tersebut merupakan sebuah pemikiran baru
tentang justifikasi dan legitimasi kekerasan yang sangat berbeda dengan apa yang dipahami
ilmuwan sosial secara umum.
Kekuasaan tidak pernah menjadi milik individual, ia milik kolektif dan tetap berada
dalam keberadaannya sepanjang kelompok menjalin hidup bersama". '^Arendt pada esensinya
melihat kekuasaan berbasis pada tindakan komunikasi bersama. "Ketika kita mengatakan
seseorang berada dalam kekuasaan {in power), kita sebenarnya mengatakan bahwa seseorang
tersebut diberdayakan {empowered) oleh sejumlah orang atas nama mereka". '^PendapatArendt itu berbeda dengan konsepsi ilmuwan sosial umumnya bahwa kekuasaan sepenuhnya
dapat dikendalikan seseorang dengan melakukan dominasi atas sejumlah orang lainnya.
Konsepsi kekuasaan demikian memberi ruang adanya kesamaan antara kekuasaan dan
kekerasan, atau kekerasan bisa menjadi basis kekuasaan, sebagaimana diyakini arus utama
pemikiran dalam ilmu-ilmu sosial, khususnya penganut teori Marxian dan Weberian. Dalam
pandangan mereka secara umum kekuasaan dapat diterima sebagai organisasi atau
pelembagaan kekerasan. "Kekuasaan bisa tumbuh dari laras senjata" {power is supposed to
grow out of the barrel of the gun), demikian sering kita dengar. Atau dalam kata-kata C.
Wright
Mills, "semua poltik adalah perjuangan kekuasaan; bentuk puncak dari kekuasaan
adalah kekerasan"(rICH is struggle for power; the ultimate kind of power is violence).
Demikian itu berarti kekuasaan dipahami bisa memiliki kesamaan dengan kekerasan, yaitu
sebagai dominasi orang terhadap sejumlah orang lain, atau ketundukan orang lain terhadap
orang lain, dengan cara kekerasan. Arendt dengan tegas menolak konsepsi tersebut.
Kekuasaan, sebagai pemberdayaan kolektif yang terbentuk melalui tindakan komunikasi, bisa
tanpa kekerasan. Sebaliknya, kekerasan dapat hidup terpisah tanpa kekuasaan, yaitu ketika
hanya sebagai kasus kekuatan sangat terbatas sebagai kasus individual. Bahwa Arendt melihat
kekerasan dapat merusak kekuasaan, dan sebaliknya tidak dapat menciptakannya. "Kekerasan
selalu merusak kekuasaan; keluar dari laras senjata tumbuh komando paling efektif,
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 11/14
menghasilkan kepatuhan paling sempurna.. ..apa yang tidak pernah tumbuh darinya adalah
kekuasaan" {violence can always ibid
Bahwa ada kekerasan yang meluas di Indonesia saat ini tidaklah mungkin untuk
dibantah. Kekerasan tersebut muncul karena adanya berbagai macam alasan, seperti
kegagalan lembaga-lembaga politik dan hukum untuk menyediakan perangkat/aturan bagi
penyelesaian konflik maupun mengatasi keluhan-keluhan, konsolidasi (penguatan) identitas-
identitas komunal dimana kelompok-kelompok bersaing mendapatkan akses untuk atau
kendali atas sumber-sumber ekonomi, dan penggunaan kekerasan yang dijatuhkan oleh negara
( state- sanctioned violence) untuk menghasut atau menekan konflik. Dalam kontek ini, klaim
bahwa Indonesia adalah suatu budaya yang penuh kekerasan (a violent culture) hanyalah
sebuah klaim politik yang dapat dimanfaatkan untuk membenarkan kembalinya penguasayang otoriter dan kekerasan negara berikutnya.
Dalam tataran teoritis kekerasan dapat dipahami dalam dua faktor utama. Pertama
adalah faktor inheren atas kemunculan kekerasan. Faktor inheren ini melihat bahwa kekerasan
dilakukan oleh individu yang relatif otonom dalam melakukan tindakan kekerasan.
Sebaliknya kekerasan dapat pula dipahami karena faktor-faktor struktural. Artinya kekerasan
dipahami sebagai hasil proses hubungan-hubungan sosial atau struktur di mana para pelaku
berada. Jadi tindakan individu dianggap tidak lebih dari artefak atau produk struktur.
Kekerasan pada era pra kolonial seperti yang tertuang dalam catatan-catatan sejarah
yang dibuat oleh orang-orang Eropa semakin memberikan penegasan atas faktor yang
menyebabkan kekerasan. Bagi Pires misalnya, bahwa pada dasarnya secara inheren
masyarakat pribumi di Indonesia memiliki potensi dan aktus akan kekerasan. Sebaliknya
Raffles berpendapat sebaliknya, bahwa kekerasan yang ada di masyarakat pribumi lebih
disebabkan oleh faktor-faktor struktural yakni tekanan dari pemerintahan kolonial. Namun
ada juga yang berpendapat bahwa kekerasan di masyarakat Hindia disamping karena faktor
inheren juga karena faktor struktural, seperti yang dikemukakan oleh Crawfurd.
Untuk itu dalam upaya mencari akar kekerasan di Indonesia kontemporer, kita harus
memperhitungkan bahwa banyak jenis kekerasan yang terjadi sekarang juga telah tejadi
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 12/14
selama beberapa abad. Catatan-catatan orang Eropa menunjukkan bahwa kita tidak bisa
semata-mata mengatributkan kekerasan dalam Indonesia kontemporer pada kondisi atau
struktur politik yang ada dewasa ini.
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 13/14
BAB III
PENUTUP
I KESIMPULAN
Dari makalah ini, dapat disimpulkan bahwa:
y Kemiskinan di Indonesia masih belum ditangani dengan baik oleh pemerintah
dan masyarakat Indonesia sendiri
y Kekerasan sudah membudaya di Indonesia sehingga sangat sulit untuk
dihilangkan
y Krisis lingkungan terjadi karena masyarakat Indonesia kurang sadar terhadap
lingkungan hidup di sekelilingnya
II SARAN
1. Untuk pemerintah :
y Pemerintah seharusnya bertindak tegas terhadap penegakan hukum dan
peraturan yang telah dibuat
y Pemerintah seharusnya berperan aktif dalam menyejahterahkan rakyat dengan
cara, menyalurkan bantuan dan membuka lapangan pekerjaan sebanyak-
banyaknya
y Pemerintah ikut berperan serta dalam menjaga lingkungan
2. Untuk masyarakat :
y Masyarakat seharusnya ikut serta membuka lapangan pekerjaan bagi
masyarakat lainnya
y Masyarakat ikut waspada dan menjaga kerukunan, ketenangan, dan keamanan
antar sesama
y Masyarakat menjaga dan melestarikan alam setidaknya lingkungan di
sekitarnya
5/12/2018 MAKALAH KEWARGANEGARAAN - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/makalah-kewarganegaraan-55a4d2c430d8e 14/14
DAFTAR PUSTAKA
1. Kementerian Lingkungan Hidup, 2002, U ndang-U ndang Republik Indone sia Nomor
23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, Jakarta: KMNLH
2. Kementerian Lingkungan Hidup, 2002, M eniti Jalan Pembangunan Berkelanjutan di
Indone sia, Jakarta.
3. Badan Pusat Statistik, 2002, S tati stik Indone sia 2001, Jakarta.
4. Banda Pusat Statistik, 2002, S tati stik Lingkungan Hidup Indone sia 2001, Jakarta.
5. Masyarakat Penulis Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Kantor Menteri Negara
Riset dan Teknologi, 2001, Terumbu Karang di Indone sia, Mei 2001 Indone sia an
official handbook 2002, November, 2002
6. Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada dan Kementerian Lingkungan Hidup,
2002, S o siali sa si S trategi Pengelolaan Terpadu DAS Bengawan S olo dalam Kontek s
Otonomi Daerah, November 2002
7. Indonesia Forest Watch, 2001, Potret Keadaan Hutan Indone sia, Desember Warta
ISOI, No. 16, Oktober-Desember 2002. Jl Pasir Putih I/No 1, Ancol Timur, Jakarta
14430.
8. Asfar, Muhammad , "Kekera san Politik dan Demokra si: Anali si s terhadap
Kekera san Politik di S eputar Pemilu 1997", dalam Prisma Majalah Kajian Ekonomi
dan Sosial, No.l 1998, LP3ES, Jakarta.
9. Robert Cribb, ed., The Indone sian Killing s 1965-1966: S tudie s from Java and Bali,
Monash Paper on Southeast Asia, no. 21 (Clayton, Vict., Australia: Monas University,
Center of Southeast Asian Studies, 1990)