makalah kepemimpinan pendidikan

Upload: ruslan-abdul-gani

Post on 14-Oct-2015

24 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sekedar berbagi

TRANSCRIPT

Kepemimpinan Pendidikan

Makalah Manajemen Pendidikan

Disusun Oleh :

Selestiya Handayani

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAMFAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM ATTAHIRIYAH

2014M/1435H

KATA PENGANTARAssalaamu alaikum,

Segala puji syukur saya panjatkan kepada Allah, shalawat serta salam semoga tercurah kepada nabi Muhammad SAW, dan atas rahmat Allah saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah manajemen pendidikan yang berjudul Kepemimpinan Pendidikan .

Penulisan makalah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Manajemen Pendidikan . Pemakalah mengucapkan terima kasih kepada Drs.Amron Nasution M.Pd sebagai dosen pembimbing.

Saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan makalah ini, maka saya mengharapkan saran untuk perbaikan makalah ini agar lebih baik dalam penulisan berikutnya.

Jakarta, April 2014

PemakalahDAFTAR ISIKata Pengantar. 1Daftar Isi... 2 Bab I

Pendahuluan

Latar belakang 3

Bab II

PembahasanA. Kepemimpinan Pendidikan konsep dan teori kepemimpinan pendidikanA.1 konsep kepemimpinan dan definisi kepemimpinan 4A.2 Teori kepemimpinian.. 5B. Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan.. 7C. Gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan. 7D. Gaya kepemimpinan dan kedewasaan bawahan.11E. Jenis Kepemimpinan dalam Pendidikan (Kepemimpinan Operasional, Organisasi dan Publik). 13Bab III

Penutup

Kesimpulan14Daftar Pustaka. 15BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangBerkaitan tentang suatu manajemen, maka dalam suatu lembaga atau organisasi diperlukan seorang pemimpin yang mampu mengatur serta menjalankan kegiatan-kegiatan sebagai proses usaha untuk mencapai tujuan suatu lembaga atau organisasi. Berbeda dengan organisasi lain, lembaga pendidikan merupakan bentuk organisasi moral yang didalamnya terdapat tujuan pendidikan diantaranya bukan hanya mampu menghasilkan SDM yang handal dalam bidangnya tapi mampu juga mampu berakhlak karimah.

Sebagai suatu organisasi, kesuksesan lembaga pendidikan,tidak hanya di tentukan oleh kepemimpinan pendidikan, tetapi juga oleh tenaga kependidikan lainnya dan proses lembaga pendidikan itu sendiri. Kepemimpinan pendidikan berkewajiban untuk mengkoordinasikan ketenagaan pendidikan di lembaga pendidikan untuk menjamin teraplikasinya peraturan pada lembaga pendidikan. Dengan kata lain Kepemimpinan pendidikan mempunyai peranan penting dalam memanage organisasi pendidikan dan mampu menciptakan visi didalamnya serta mampu mengkoordinasikan komponen dilembaga tersebut sehinggan dapat tercapai tujuan pendidikan.B. Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka ada beberapa masalah yang dapat penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:1. Bagaimana konsep dan teori tentang kepemimpinan pendidikan?2. Apa yang menjadi syarat-syarat dalam kepemimpinan pendidikan?

3. Bagaimana Gaya kepemimpinan dalam hal pengambilan keputusan?

4. Bagimana kaitannya gaya kepemimpinan dalam pengambilan keputusan dengan tingkat kedewasaan bawahan?

5. Apa yang dimaksud degan jenis Kepemimpinan dalam Pendidikan (Kepemimpinan Operasional, Organisasi dan Publik)

BAB IIPEMBAHASAN

KEPEMIMPINAN PENDIDIKAN

A. Konsep dan teori kepemimpinan pendidikan

A.1. Konsep kepemimpinan dan definisi kepemimpinan

Untuk menjelaskan atau mendefinisikan tentang arti kepemimpinan maka seseorang harus memahami hakikat kepemimpinan sehingga dapat dirumuskan dan mendefinisikannya.

Ditinjau dari sejarah perkembangannya dapat dikemukakan tiga konsep kepemimpinan, yaitu:

1. Suatu konsep yang menganggap bahwa kepemimpinan merupakan suatu kemampuan yang berupa sifat-sifat yang dibawa sejak lahir yang ada pada diri seorang pemimpin. Menurut konsep ini kepemimpinan diartikan sebagai traits within the individual leader. jadi,seseorang dapat menjadi pemimpin karena memang dilahirkan sebagai pemimpin dan bukan karena dibuat atau dididik untuk itu (leaders were borned and not made). Konsep ini merupakan konsep kepemimpinan yang paling tua dan paling lama dianut orang. Contoh konkret misalnya pada cara pemilihan calon kepala desa didaerah-daerah.2. Konsep kedua ini memandang kepemimpinan sebagai fungsi kelompok (function of the group). Menurut konsep ini, sukses tidaknya suatu kepemimpinan tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuan atau sifat-sifat yang ada pada seseorang, tetapi yang lebih penting dipengaruhi oleh sifat-sifat dan ciri-ciri kelompok yang dipimpinnya. Setiap kelompok memiliki sifat dan ciri yang berlainan sehingga memerlukan tipe atau gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.3. Konsep yang tidak hanya didasari atas pandangan psikologis dan sosiologis, tetapi juga atas ekonomi dan politis. Menurut konsep ini kepemimpinan dipandang sebagai fungsi dari situasi (function of the situation). Konsep ketiga ini menunjukkan bahwa, betapapun seorang pemimpin telah memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang baik dan dapat menjalankan fungsinya sebagai anggota kelompok, sukses tidaknya kepemimpinan masih ditentukan oleh situasi yang berubah yang mempengaruhi perubahan dan perkembangan kehidupan kelompok yang dipimpinnya.

Berdasarkan konsep-konsep tersebut diatas,Prajudi Atmosudirdjo menelaah pengertian kepemimpinan dari berbagai segi, dari hasil pandangannya itu, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa kepemimpinan adalah serangkaian kemampuan dan sifat-sifat kepribadian, termasuk didalamnya kewibawaan untuk dijadikan sebagai sarana dalam rangka meyakinkan yang dipimpinnya agar mereka mau dan dapat melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya dengan rela, penuh semangat, ada kegembiraan batin, serta merasa tidak terpaksa.

Sedangkan tentang definisi Kepemimpinan pendidikan dapat diartikan sebagai usaha Kepala Sekolah dalam memimpin, mempengaruhi dan memberikan bimbingan kepada para personil pendidikan sebagai bawahan agar tujuan pendidikan dan pengajaran dapat tercapai melalui serangkaian kegiatan yang telah direncanakan (M.I. Anwar, 2003:70).

A.2 Teori kepemimpinan

Dalam mempelajari masalah kepemimpinan terdapat beberapa pendekatan atau teori. Thierauf dan kawan-kawan berpendapat pendekatan kepemimpinan dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu teori kepemimpinan awal yang terdiri atas pendekatan pembawaan, sifat-sifat fisik dan pendekatan latihan; teori kepemimpinan sifat; teori kepemimpinan situasional; teori kepemimpinan kontingensi; dan teori kepemimpinan path goal.

Sedangkan stoner mengemukakan adanya lima pendekatan, yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku, pendekatan kontingensi, pendekatan kepemimpinan path goal, dan teori kepemimpinan siklus kehidupan.

Menurut Carrol dan Tosi merangkum dari pendapat-pendapat para ahli menjadi tiga pendekatan/teori kepemimpinan saja, yaitu pendekatan sifat, pendekatan perilaku dan pendekatan situasional. Pada pendekatan sifat, seseorang dapat menjadi pemimpin karena sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir, bukan karena dibuat atau dilatih. namun dari sekian banyak penelitian tentang sifat-sifat kepemimpinan, sampai saat ini para peneliti belum dapat menemukan sejumlah sifat yang dipakai sebagai ukuran untuk membedakan pemimpin dan bukan pemimpin, masih diperlukan pendekatan-pendekatan lain.

Dalam pendekatan perilaku merupakan pendekatan yang berdasarkan pemikiran bahwa keberhasilan atau kegagalan pemimimpin ditentukan oleh sikap dan gaya kepemimpinan yang dilakukannya. Pada pendekatan perilaku ini melahirkan beberapa teori sebagai berikut:

1. Teori Tannenbaum dan Schmid

Robert Tannenbaum dan Warren A. Schmid mengemukakan ada bermacam-macam gaya kepemimpinan antara lain gaya kepemimpinan otokratis dan demokratis. Dapat dilihat jika pada kepemimpinan otokratis, otoritas kepada bawahan lebih dominan dipegang oleh pemimpin dibanding kepemimpinan demoratis yang lebih memberi kebebasan kepada bawahan.2. Studi kepemimpinan Universitas Ohio

Dari hasil penelitian Ohio State University dikemukakan ada dua macam perilaku kepemimpinan , yaitu initiating structure(struktur tugas) dan Consideration (tenggang rasa).3. Studi kepemimpinan Universitas Michigan

Dari hasil penelitiannya ditemukan ada dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu the job centered (terpusat pada pekerjaan) dan the employe-centered(terpusat pada pekerjaan/bawahan).4. Jaringan manajerial (managerial grid)

Teori atau pendekatan manajerial ini dikembangkan oleh Robert K. Blake dan Jemes S. Mouton, dalam pendekatan ini dikenal dua macam perilaku kepemimpinan, yaitu perhatian terhadap produksi (concern for production) dan perhatian terhadap orang (concern for people).

Sementara pada pendekatan situasional (pendekatan kontingensi), menurut pendapat Hersey dan Blanchard, pendekatan situasional merupakan perpaduan antara pandangan yang mengatakan adanya asas-asas organisasi dan manajemen yang bersifat universal, dan pandangan yang berpendapat tiap organisasi adalah unik dan memiliki situasi yang berbeda-beda sehingga harus dihadapi dengan gaya kepemimpinan tertentu.

B. Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan

Untuk menjadi seorang pemimpin, kaitannya dalam kepemimpinan pendidikan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Banyak penulis dan ahli yang mencoba merumuskan syarat-syarat dan sifat-sifat kepemimpinan. Elsbree dan Reutter sebagai ahli administrasi pendidikan, mengemukakan syarat-syarat pemimpin (pendidikan) yang baik harus memiliki: 1. Sifat-sifat personal dan sosial yang baik

2. Kecakapan intelektual

3. latar belakang pengetahuan yang sesuai

4. filsafat pendidikan dan bimbingan

5. kecakapan dan sikap terhadap pengajaran dan teknik-teknik mengajar

6. pengalaman professional dan non professional

7. potensi untuk mengembangkan profesinya8. kesehatan fisik dan mental

Sedangkan sifat-sifat yang diperlukan dalam kepemimpinan pendidikan yaitu:

1. Rendah hati dan sederhana

2. Bersikap suka menolong

3. Sabar dan memiliki kestabilan emosi

4. Percaya pada diri sendiri

5. Jujur, adil dan dapat dipercaya

6. keahlian dalam jabatan

C. Gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan

Dalam kepemimpinan ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu unsur manusia, unsur sarana, dan unsur tujuan . Dalam melakukan ketiga unsur tersebut secara seimbang maka seorang pemimpin harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dalam kepemimpinannya. Cara atau teknik seseorang dalam menjalankan suatu kepemimpinan disebut tipe atau gaya kepemimpinan. ada tiga gaya kepemimpinan yang pokok yaitu 1) otokratis, 2) laissez faire 3) demokratis, berikut ciri-ciri ketiga gaya kepemimpinan:1. Kepemimpinan otokratis

Dalam kepemimpinan yang otokratis, pemimpin bertindak sebagai diktator terhadap anggota-anggota kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Kekuasaan pemimpin yang otokratis hanya dibatasi oleh undang-undang. Pemimpin hanya menunjukkan dan memberi perintah dan bawahan hanya mengikuti dan menjalankan, tanpa membantah atau mengajukan saran. Pemimpin otokratis tidak menghendaki musyawarah, serta tindakan dan perbuatannya tidak dapat diganggu gugat, sepervisinya hanya mengontrol, apakah perintah yang diberikan itu ditaati atau dijalankan dengan baik oleh anggota-anggotanya, jadi bukan supervisi melainkan inspeksi.2. Kepemimpinan yang laissez faire

Tipe kepemimpinan ini sebenarnya pemimpin tidak memberikan pimpinan, tipe ini membiarkan orang-orang berbuat sekehendaknya, tidak memberikan control dan koreksi terhadap pekerjaan anggota-anggotanya. Pembagian tugas dan kerjasama diserahkan kepada anggota-anggota kelompok, tidak merata, sehingga mudah terjadi kekacauan. Tingkat keberhasilan organisasi yang dipimpin dengan gaya laissez faire karena kesadaran dan dedikasi beberapa anggota kelompok, dan bukan karena pengaruh dari pemimpinnya. Struktur organisasi tidak jelas dan kabur, kegiatan yang dilakukan tanpa rencana yang terarah dan tanpa pengawasan dari pimpinan.

3. Kepemimpinan yang demokratis

Tipe pemimpin ini selalu berusaha menstimulasi anggota-anggotanya agar bekerja secara kooperatif untuk mencapai tujuan bersama. Dalam melaksanakan tugasnya, ia mau menerima pendapat dan saran-saran dari kelompoknya, termasuk kritik-kritik yang membangun sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan dalam tindakan-tindakan selanjutnya. pemimpin tipe ini juga mempunyai kepercayaan diri sendiri termasuk kepada para anggotanya bahwa mereka mempunyai kesanggupan bekerja dengan baik dan bertanggung jawab. sementara itu ada berbagai variasi gaya yang terbentuk dari campuran ketiga tipe gaya kepemimpinan, variasi gaya yang dikemukakan oleh P. Siagian yang membagi menjadi lima gaya kepemimpinan beserta ciri-cirinya sebagai berikut:

a. Otokrasi

seorang pemimpin yang otokratis:

a) menganggap organisasi yang dipimpinnya sebagai milik pribadi.

b) mengidentifikasi tujuan pribadi dengan tujuan organisasi.

c) menganggap bawaan sebagai alat semata-mata.

d) tidak mau menerima pendapat, saran, dan kritik dari anggotanya.

e) terlalu tergantung pada kekuasaan formalnya.

f) cara menggerakkan bawahan dengan pendekatan paksaan dan bersifat mencari kesalahan/menghukum.

b. Militeristis

seorang pemimpim militeristis memiliki sifat-sifat:

a) dalam menggerakkan bawahan sering menggunakan cara perintah.

b) dalam menggerakkkan bawahan senang bergantung pada pangkat/jabatannya.

c) senang kepada formalitas yang berlebih-lebihan.

d) menuntut disiplin yang tinggi dan kaku pada bawahan.

e) sukar menerima kritikan atau saran bawahannya.

f) menggemari upacara-upacara untuk berbagai keadaan.

c. Paternalistis

Seorang yang paternalistis:

a) menganggap bawahan sebagai manusia yang tidak dewasa.

b) bersifat terlalu melindungi (overprotective).

c) jarang member kesempatan kepada bawahan untuk berinisiatif sendiri.

d) jarang memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan kreasi dan fantasinya.

e) sering bersikap mahatahu.

d. Karismatis

Ciri-ciri seorang pemimpin yang karismatis:

a) mempunyai daya penarik yang sangat besar, karena itu umumnya mempunyai pengikut yang besar jumlahnya.

b) pengikutnya tidak menjelaskan, mengapa mereka tertarik mengikuti dan menaati pemimpin itu.

c) dia seolah-olah memiliki kekuatan gaib (supernatural power).

d) karisma yang dimilikinya tidak bergantung pada umur, kekayaan,kesehatan, ataupun ketampanan si pemimpin.

e. Demokratis

Pemimpin yang demokratis memiliki sifat-sifat:

a) dalam menggerakkan bawahan bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia itu makhluk yang termulia di dunia.

b) selalu berusaha untuk menyinkronkan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan dari tujuan pribadi bawahan.

c) senang menerima saran, pendapat, dan kritik dari bawahan.

d) mengutamakan kerjasama dalam mencapai tujuan.

e) memberikan kebebasan seluas-luasnya kepada bawahan, dan membimbingnya.

f) mengusahakan agar bawahan dapat lebih sukses daripada dirinya.

g) selalu mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin.

Pada sebuah organisasi seorang pemimpin diharuskan untuk mengambil keputusan dalam kepemimpinannya. Cara pengambilan keputusan yang dilakukan seorang pemimpin menunjukkan bagaimana gaya kepemimpinannya.Ada beberapa langkah dalam pengambilan keputusan yaitu:

1) mendefinisikan/menetapkan masalah

2) menentukan pedoman pemecahan masalah

3) mengidentifikasikan alternatif4) mengadakan penilaian terhadap alternatif yang telah didapat

5) memilih alternatif yang baik.

6) implementasi alternatif yang dipilihSementara itu ada beberapa model dalam mengambil keputusan. Kohler mengemukakan adanya tiga model pengambilan keputusan yaitu:

1) Model perilaku

Model perilaku (behavioral model) adalah model pengambilan keputusan yang didasarkan atas pola tingkah laku yang terlibat dalam organisasi atau lembaga itu, menurut model ini pengambilan putusan menyangkut tiga hal, yaitu:

a) tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi/lembaga

b) harapan tentang konsekuensi pengambilan keputusan

c) pilihan alternatif

2) Model informasi

Model informasi merupakan model pengambilan putusan yang didasarkan atas asumsi sebagai berikut:

a) informasi merupakan kondisi yang harus dipenuhi dalam proses pengambilan putusan.

b) Informasi yang berasal dari dalam organisasi yang diberikan oleh seorang yang mempunyai posisi tinggi dan dikenal, akan lebih dipercaya sebagai bahan pengambilan keputusan.c) Informasi yang diperoleh sehubungan dengan proses pengambilan putusan selalu diuji dengan informasi yang sudah ada. Maka informasi yang berasal dari sumber yang tidak atau kurang dipercaya cenderung tidak dipakai dalam proses pengambilan putusan.

3) Model normatif

Pengambilan putusan model normative dimulai dari mengidentifikasi apa yang dilakukan pemimpin yang baik, kemudian memberikan pedoman tentang bagaimana cara atau proses dalam mengambil putusan.

D. Gaya kepemimpinan dan kedewasaan bawahan.

Dari model-model kepemimpinan yang dibicarakan sebelumnya ada proses pengambil keputusan dengan mengikutsertakan bawahan, yang disebut Participate decision making.Participate decision making atau share devision making adalah cara pengambilan keputusan dengan mengikutsertakan bawahan.Dalam hal ini ada yang perlu diperhatikan dalam mengambil keputusan yang mengikutsertakan bawahan diantaranya adalah faktor kedewasaan bawahan.Ada beberapa syarat untuk menentukan perlu tidaknya bawahan diikutsertakan dalam proses pengambilan keputusan, yaitu:

a) Relevansi: apakah ada relevansi antar masalah yang dipecahkan dengan kepentingan bawahan.

b) Keahlian: apakah bawahan cukup mempunyai pengetahuan tentang masalah yang akan dipecahkan.c) Jurisdiksi: apakah bawahan mempunyai hak secara legal untuk ikut serta mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

d) Kesediaan: apakah bawahan mempunyai kemampuan dan bersedia ikut serta dalam pengambilan keputusan.

Ada tiga jenis partisipasi yang dapat digunakan dalam pengambilan putusan:

1) Sentralisasi demokratis, yaitu prosedur pengambilan putusan dengan cara pemimpin mengemukakan masalah dan bawahan diminta untuk memberikan saran-saran. Tetapi pengambilan putusan tetap dilakukan oleh pemimpin itu sendiri.

2) Parlementer, yaitu kekuasaan mengambil putusan diberikan kepada bawahan. Jika consensus tidak dapat dicapai, pengambilan putusan oleh bawahan dilakukan dengan sistem pemilihan.

3) Penentuan oleh peserta, yaitu pengambilan putusan yang dalam pelaksanaannya mengutamakan konsensus. Prosedur ini dipakai jika masalah yang diputuskan sangat penting artinya bagi bawahan, dan diperkirakan sebelumnya bahwa konsensus akan tercapai.

Dalam analisis tentang pola kepemimpinan dapat didasarkan pula pada tingkat kematangan (kedewasaan) bawahan. Ada empat model kepemimpinan yang muncul berdasarkan pada kematangan bawahan (Siagian, 2003:142-143), yakni :

a) Semakin tinggi tingkat kematangan yang telah dicapai oleh bawa

han, pimpinan memberikan respons tidak saja dalam bentuk pengurangan pengawasan atas berbagai kegiatan yang dilaksanakan oleh para bawahannya, akan tetapi juga mengurangi intensitas hubugannya dengan para bawahan tersebut.

b) Pada tingkat kematangan yang masih rendah, bawahan tidak berkemampuan dan tidak berkemauan,para bawahan memerlukan pengarahan yang jelas dan tegas serta spesifik sehingga tidak terdapat kekaburan dalam pelaksanaan tugas para bawahan yang bersangkutan.

c) Pada tingkat kematangan bawahan yang tinggi. Bawahan berkemampuan tetapi tidak berkemauan. Yang diperlukan adalah perilaku pimpinan yang berorientasi tugas yang tinggi dan tingkat hubungan yang intensif antara atasan dengan bawahannya.

d) Pada tingkat kematangan yang lebih tinggi lagi. Bawahan tidak berkemampuan tetapi berkemauan. Masalah-masalah psikologis dapat timbul dan hanya dapat dipecahkan dengan menggunakan gaya kepemimpinan yang bersifat mendukung tugas para bawahan dan dengan demikian berarti tidak terlalu banyak memberikan pengarahan.

e) Pada tingkat kematangan yang sudah tinggi. Bawahan berkemampuan dan berkemauan. Seorang pimpinan tidak perlu lagi berbuat banyak karena para bawahannya seudah mampu dan rela memikul tanggung-jawab sehingga tugas-tugas yang dipercayakan kepada mereka sesuai dengan harapan pimpinan yang bersangkutan.Pada pengambilan keputusan partisipatif ini, tingkat kedewasan bawahan mempunyai pengaruh dalam pengambilan keputusan.E. Jenis kepemimpinan dalam pendidikan (kepemimpinan operasional, organisasi dan publik.

Dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya maka dikenal ada tiga jenis kepemimpinan yaitu: kepemimpinan operasional, kepemimpinan organisasi, dan kepemimpinan publik. 1. Kepemimpinan operasional berkaitan dengan kemampuan menjabarkan visi, misi ke dalam kegiatan operasional program kependidikan. Pada kepemimpinan operasional seorang pemimpin harus memiliki pandangan visioner, dan dapat mengkomunikasikan visi,misi, strategi kepada para anggota/komponen dalam lingkungan kependidikan untuk mencapai tujuan pendidikan.

2. Kepemimpinan organisasi berkaitan dengan pemahaman tata kerja antar unit dalam suatu organisasi kependidikan. Pada kepemimpinan ini, seorang pemimpin harus dapat memanage suatu organisasi kependidikan untuk dapat mengarahkan kepada tujuan yang hendak dicapai.3. Kepemimpinan publik berkaitan dengan kemampuan menjalin kerjasama dan menjadi rujukan bagi publik. Dalam hal ini seorang pemimpin dapat melibatkan masyarakat dalam menentukan proses dan tujuan yang hendak dicapai dalam kependidikan.

BAB III

PENUTUP

Dari penyusunan makalah ini penulis menarik kesimpulan:1.a. Dari sejarah perkembangannya, konsep kepemimpinan terbagi menjadi tiga: pemimpin yang dibentuk karena faktor pembawaan sejak lahir tanpa dilatih atau didik menjadi pemimpin, pemimpin yang kepemimpinannya dapat dilatih atau dibentuk, jika dilihat dari segi berhasil atau tidaknya kepemimpinannya dipengaruhi oleh sifat-sifat yang dimilikinya, ciri-ciri dalam kelompok serta situasi yang berkembang dalam kelompok itu.b. Dari bebrapa pendekatan atau teori kepemimpinan maka secara garis besar ada tiga pendekatan dalam teori kepemimpinan yaitu: pendekatan sifat, pendekatan perilaku dan pendekatan professional.

2. Ada beberapa syarat yang harus dimiliki seorang pemimpin kependidikan yakni: memiliki sifat-sifat personal social yang baik, kecakapan intelektual, latar belakang yang sesuai dengan bidangnya,filasafat pendidikan dan bimbingan, memiliki kompetensi, pengalaman professional, memiliki potensi untuk berkembang serta memiliki kesehatan fisik dan mental.3. Diantara gaya kepemimpinan dan pengambilan keputusan yang mencerminkan seorang pemimpin yang bijak adalah pemimpin yang demokratis.

4. Dari beberapa model-model kepemimpinan ada model partisipatif yang pengambilan keputusannya melibatkan bawahan, dalam hal ini tingkat kedewasaan bawahan mempunyai peranan, dalam hal ini apakah bawahan tersebut dapat diikut sertakan atau tidak dalam pengambilan keputusan.

5. Dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya, kepemimpinan terbagi menjadi tiga, kepemimpinan operasional, organisasi dan public, yang pada pada pelaksanaannya seorang pemimpin harus memiliki kemampuan untuk memanage dan menjalin kerjasama dengan masyarakat untuk ikut serta pada tujuan kependidikan yang hendak dicapai.DAFTAR PUSTAKA

Asep Suryana ADMINISTRASI_PENDIDIKAN diakses pada 13 april 2014 pada pukul: 3:03, dari http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._ADMINISTRASI_PENDIDIKAN/197203211999031Azizah nur Konsep Kepemimpinan Pendidikan diakses pada 26 maret puku 26 maret 2014, dari http://mklhpenddkn.blogspot.com/2013/05/konsep-kepemimpinan-pendidikan-yang.htmPurwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005

M.Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan ( Bandung, PT Remaja Rosdakarya offset,2005), hlm 24-25

Ibid, hlm 26

HYPERLINK "http://mklhpenddkn.blogspot.com/2013/05/konsep-kepemimpinan-pendidikan-yang.html%20diakses%20pd%2026/3/2014%20pkl%2013:29" http://mklhpenddkn.blogspot.com/2013/05/konsep-kepemimpinan-pendidikan-yang.html diakses pd 26/3/2014 pkl 13:29

Ngalim Purwanto, Loc cit, hlm 38

ibid hal 50-52

Ibid, hlm 71

0