makalah kemiskinan (uts agama)

32
PANDANGAN ISLAM TERHADAP KEMISKINAN Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas Studi Islam Disusun Oleh: Shofia Fithriani Sanusi (NIM: 1112096000007) Meilia Puspita Sari (NIM: 1112096000013) Iin Ana Rizki (NIM: 1112096000021) KIMIA II A

Upload: sarah-sawyer

Post on 02-Jan-2016

807 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

PANDANGAN ISLAM TERHADAP KEMISKINAN

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memenuhi Tugas Studi Islam

Disusun Oleh:

Shofia Fithriani Sanusi (NIM: 1112096000007)

Meilia Puspita Sari (NIM: 1112096000013)

Iin Ana Rizki (NIM: 1112096000021)

KIMIA II A

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Jalan Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat – Tangerang

Tahun Ajaran 2013

Page 2: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Karena atas pertolongan, rahmat

dan hidayah-NYA. Makalah yang berjudul “PANDANGAN ISLAM TERHADAP

KEMISKINAN” dapat diselesaikan dengan lancar. Makalah ini dimaksudkan untuk

memberikan ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas kepada para pembaca serta sebagai

motivasi dalam memaknai kehidupan disekitar kita bahwasanya untuk menjadikan pribadi

yang lebih baik dimasa sekarang maupun yang akan datang.

Tiada kata yang lebih tinggi selain kata terimakasih kami kepada :

1. ALLAH SWT

2. Dosen Pembimbing Ibu Afyy Khoiriyah, Lc, M.Si yang telah memberikan banyak

informasi dan membimbing kami sehingga dapat membuka wawasan dan pikiran

kami.

3. Orang tua dan semua pihak-pihak lain yang telah mendukung dan membantu

pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari dengan seiring berjalannya waktu, bahwa makalah ini

masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi isi, bahasa, maupun penyajiannya. Oleh karena

itu, kami mengharapkan segala kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun

sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Agar kedepannya kami dapat berbuat lebih baik lagi dimasa yang akan datang dan

berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Atas perhatian dari

pembaca kami mengucapkan terimakasih dan mohon maaf apabila ada kekhilafan.

Tangerang, 6 Juni 2013

Penulis

DAFTAR ISI 1

Page 3: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

HALAMAN MUKA

KATA PENGANTAR………………………………………………………………. 1

DAFTAR ISI………………………………………………………………………...... 2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………... 3

1.2 Tujuan Penulisan……………………………………………................................ 3

1.3 Perumusan Masalah………………………………………………………........... 4

1.4 Metode Penulisan……………………………………………..……………….… 4

1.5 Sistematika Penulisan………………………………………................................ 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemiskinan Menurut Pandangan Islam................................................ 5

2.2 Akar Kemiskinan.................................................................................................... 6

2.3 Strategi Pengentasan............................................................................................... 7

2.4 Fakta Kemiskinan................................................................................................... 15

2.5 Pandangan Islam Terhadap Fakta Kemiskinan Yang Terjadi............................... 15

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan……………………………………..................................................... 18

3.2 Saran………………………………………………………………………........... 18

DAFTAR PUSTAKA…………………………………..………................................. 19

LAMPIRAN……………………………………………………………………............ 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

2

Page 4: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

Kemiskinan merupakan persoalan yang kompleks dan kronis. Karena sangat

kompleks dan kronis, maka cara penanggulangan kemiskinanpun membutuhkan analisis

yang tepat, melibatkan semua komponen permasalahan dan diperlukan strategi

penanganan yang tepat, berkelanjutan dan tidak dihasilkan serangkaian strategi dan

kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat sasaran.

Untuk itu setiap orang harus mengetahui lebih jelas mengapa mereka harus menjauhi

kemiskinan ?.

Mengenai hal-hal tersebut, dijelaskan oleh Yusuf Qardhawi, seorang ulama

kontemporer, menulis: Menurut pandangan Islam, tidak dapat dibenarkan seseorang yang

hidup di tengah masyarakat Islam,sekalipun Ahl Al-Dzimma (warga negara non-Muslim),

menderita lapar, tidak berpakaian, menggelandang (tidak bertempat tinggal) dan

membujang dan "Islam" menyatakan perang terhadap "kemiskinan" dan berusaha keras

untuk membendungnya serta mengawasi kemungkinan yang dapat menimbulkannya.

"Karena hal itu dilakukan dalam rangka menyelamatkan aqidah, akhlak dan laku

perbuatan, memelihara kehidupan rumah tangga dan melindungi kestabilan serta

ketenteraman masyarakat, di samping mewujudkan jiwa persaudaraan antara sesama

anggota masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas penyusun dapat menyimpulkan bahwa "Islam"

mengharuskan supaya setiap individu mencapai taraf hidup yang layak di dalam

masyarakat dan menghindari kemiskinan.

Berangkat dari fenomena di atas maka penyusun tertarik mengambil judul

“Pandangan Islam Terhadap Kemiskinan“. Agar setiap orang tidak terjerumus kedalam

lobang kemiskinan.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas studi

islam dan tujuan penulisan yang ingin dicapai sebagai berikut:

Mengetahui kemiskinan menurut pandangan islam.

Mengetahui hal- hal yang menjadi akar kemiskinan menurut pandangan islam.

Mengetahui strategi untuk mengentaskan kemiskinan menurut pandangan islam.

Mengetahui fakta yang terjadi.

Mengetahui pandangan islam terhadap fakta kemiskinan yang terjadi.

1.3 Perumusan Masalah

3

Page 5: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

Perumusan masalah yang dikemukakan sebagai berikut:

Apa yang dimaksud kemiskinan menurut pandangan islam?.

Apa saja akar penyebab kemiskinan menurut pandangan islam?.

Bagaimana strategi pengentasan kemiskinan menurut pandangan islam?.

Bagaimana fakta yang terjadi?.

Bagaimana pandangan islam terhadap fakta kemiskinan yang terjadi?.

1.4 Metode Penulisan

Metode bahasan yang digunakan untuk pembuatan makalah ini yaitu:

Metode kepustakaan: yaitu metode dengan cara meneliti buku-buku, majalah dan

media lainnya.

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan yang terdiri dari: Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Perumusan

Masalah, Metode Penulisan dan Sistematika Penulisan.

BAB II Pembahasan yang terdiri dari: Pengertian Kemiskinan Menurut Pandangan

Islam, Akar Kemiskinan, Strategi Pengentasan, Fakta Kemiskinan dan Pandangan

Islam Terhadap Fakta Kemiskinan Yang Terjadi.

BAB III PENUTUP yang terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kemiskinan Menurut Pandangan Islam

Menurut bahasa, miskin berasal dari bahasa Arab yang sebenarnya menyatakan

kefakiran yang sangat. Allah Swt. menggunakan istilah itu 4

Page 6: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

dalam firman-Nya: ] �ٍة� َب �َر� َم�ْت َذ�ا �ا ِك�يًن َم�ْس� ْو�� -atau orang miskin yang sangat fakir” (QS al…“ ]َأ

Balad [90]: 16).

Adapun kata fakir yang berasal dari bahasa Arab: al-faqru, berarti membutuhkan

(al-ihtiyaaj). Allah Swt. berfirman: َف�ِق�يَر� �َر� ي َخ� َم�ْن� �َل�َّي� ِإ َل�َت� �َز� �ْن َأ �َم�ا َل !َّي �ْن ِإ !َّي ,lalu dia berdoa… رَب

“Ya Rabbi, sesungguhnya aku sangat membutuhkan suatu kebaikan yang Engkau

turunkan kepadaku” (QS al-Qashash [28]:24).

Pandangan Islam, yang melihat fakta kefakiran/kemiskinan sebagai perkara yang

sama, bahkan, pada zaman kapan pun, kemiskinan itu sama saja hakikatnya.Islam

memandang bahwa masalah kemiskinan adalah masalah tidak terpenuhinya kebutuhan-

kebutuhan primer secara menyeluruh. Syariat Islam telah menentukan kebutuhan primer

itu (yang menyangkut eksistensi manusia) berupa tiga hal, yaitu sandang, pangan dan

papan. Allah Swt.berfirman: ] ْوِف� �َم�ْع�َر$ �اَل َب $ُه$ْن� َو�ُت ْو�ِك�ْس� ُق$ُه$ْن� ر�ْز� �ُه$ َل $َوِد� �َم�َو�َل اَل Kewajiban“ ]ْو�َع�َل�ى

ayah adalah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang makruf”

(QS al-Baqarah [2]:233).] $ْم� ْو$ْج�ِد�ِك َم�ْن� $ْم� �ْت �ًن ِك َس� �ُث$ َح�ي َم�ْن� $َوُه$ْن� ِك�ًن َس�� Tempatkanlah mereka“]َأ

(para istri) di mana kamu bertempat tinggal, sesuai dengan kemmpuanmu” (QS ath-

Thalaaq [65]:6).

Rasulullah saw. bersabda:“Ingatlah, bahwa hak mereka atas kalian adalah agar

kalian berbuat baik kepada mereka dalam (memberikan) pakaian dan makanan” (HR

Ibnu Majah).

Dari ayat dan hadis di atas dapat di pahami bahwa tiga perkara (yaitu sandang, pangan,

dan papan) tergolong pada kebutuhan pokok (primer), yang berkait erat dengan

kelangsungan eksistensi dan kehormatan manusia. Apabila kebutuhan pokok (primer) ini

tidak terpenuhi, maka dapat berakibat pada kehancuran atau kemunduran (eksistensi)

umat manusia. Karena itu, Islam menganggap kemiskinan itu sebagai ancaman yang

biasa dihembuskan oleh setan, sebagaimana firman Allah Swt.“Setan menjanjikan

(menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan” (TQS al- Baqarah [2]:268). Dengan

demikian, siapapun dan dimanapun berada, jika seseorang tidak dapat memenuhi

kebutuhan pokok (primer)nya, yaitu sandang, pangan dan papan, dapat digolongkan pada

kelompok orang-orang yang fakir ataupun miskin. Oleh karena itu, setiap program

pemulihan ekonomi yang ditujukan mengentaskan fakir miskin, harus ditujukan kepada

mereka yang tergolong pada kelompok tadi. Baik orang tersebut memiliki pekerjaan,

tetapi tetap tidak dapat memenuhi kebutuhan pokoknya dengan cara yang makruf, yakni

fakir, maupun yang tidak memiliki pekerjaan karena PHK atau sebab lainnya, yakni

miskin.

5

Page 7: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

Jika tolok ukur kemiskinan Islam dibandingkan dengan tolok ukur lain, maka akan

didapati perbedaan yang sangat mencolok. Tolok ukur kemiskinan dalam Islam memiliki

nilai yang jauh lebih tinggi dari tolok ukur lain. Sebab, tolok ukur kemisknan dalam

Islam mencakup tiga aspek pemenuhan kebutuhan pokok bagi individu manusia, yaitu

pangan, sandang dan pangan. Adapun tolok ukur lain umumnya hanya menitik beratkan

pada pemenuhan kebutuhan pangan semata.

2.2 Akar Kemiskinan

Islam memandang bahwa kemiskinan sepenuhnya adalah masalah struktural karena

Allah telah menjamin rizki setiap makhluk yang telah, sedang dan akan diciptakannya

(QS 30 Ar-Rum:40; QS 11:6). Disaat yang sama Islam telah menutup peluang bagi

kemiskinan kultural dengan memberi kewajiban mencari nafkah bagi setiap individu (QS

67Al-mulk:15). Setiap makhluk memiliki rizki masing-masing (QS 29al- anbiya :60) dan

mereka tidak akan kelaparan (QS 20 Thaha: 118-119).

Dalam perspektif Islam, kemiskinan timbul karena berbagai sebab struktural.

a. Kemiskinan timbul karena kejahatan manusia terhadap alam (QS Ar-Rum 30:41)

sehingga manusia itu sendiri yang kemudian merasakan dampak-nya (QS 42:30).

b. Kemiskinan timbul karena ketidakpedulian dan kebakhilan kelompok kaya (QS 3:180,

QS 70:18) sehingga si miskin tidak mampu keluar dari lingkaran kemiskinan.

c. Kemiskinan timbul karena sebagian manusia bersikap dzalim, eksploitatif dan

menindas sebagian manusia yang lain, seperti memakan harta orang lain dengan jalan

yang batil(QS 9:34), memakan harta anak yatim (QS 4:2, 6, 10) dan memakan harta

riba (QS 2:275).

d. Kemiskinan timbul karena konsentrasi kekuatan politik, birokrasi, dan ekonomi di

satu tangan. Hal ini tergambar dalam kisah Fir’aun, Haman, dan Qarun yang

bersekutu dalam menindas rakyat Mesir di masa hidup Nabi Musa (QS 28:1-88).

e. Kemiskinan timbul karena gejolak eksternal seperti bencana alam atau peperangan

sehingga negeri yang semula kaya berubah menjadi miskin. Bencana alam yang

memiskinkan ini seperti yang menimpa kaum Saba (QS 34: 14-15) atau peperangan

yang menciptakan para pengungsi miskin yang terusir dari negeri-nya (QS 59:8-9).

Dengan memahami akar masalah, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami

fenomena kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan yang semakin meraja di

sekeliling kita. Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah perilaku eksploitatif

akibat penerapan bunga sehingga kita setiap tahun harus 6

Page 8: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

menghabiskan sebagian besar anggaran negara untuk membayar bunga?. Bukankah akar

kemiskinan di negeri ini adalah birokrasi yang korup dan pemusatan kekuasaan ditangan

kekuatan politik dan pemilik modal sehingga tidak jelas lagi mana kepentingan publik

dan mana kepentingan pribadi? Bukankah akar kemiskinan di negeri ini adalah buah dari

kejahatan kita terhadap lingkungan yang kita rusak sedemikian masif dan ekstensif?.

2.3 Strategi Pengentasan

A. Islam memiliki berbagai prinsip terakit kebijakan publik yang dapat dijadikan

panduan bagi program pengentasan kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan

kerja.

a. Islam mendorong pertumbuhan ekonomi yang memberi manfaat luas bagi

masyarakat (pro-poor growth).

Islam mencapai pro-poor growth melalui dua jalur utama: pelarangan riba

dan mendorong kegiatan sektor riil. Pelarangan riba secara efektif akan

mengendalikan inflasi sehingga daya beli masyarakat terjaga dan stabilitas

perekonomian tercipta. Bersamaan dengan itu, Islam mengarahkan modal pada

kegiatan ekonomi produktif melalui kerja sama ekonomi dan bisnis seperti

mudharabah, muzara’ah dan musaqat. Dengan demikian, tercipta keselarasan

antara sektor riil dan moneter sehingga pertumbuhan ekonomi dapat berlangsung

secara berkesinambungan.

b. Islam mendorong penciptaan anggaran negara yang memihak pada kepentingan

rakyat banyak (pro-poor budgeting). Dalam sejarah Islam, terdapat tiga prinsip

utama dalam mencapai pro-poor budgeting yaitu: disiplin fiskal yang ketat, tata

kelola pemerintahan yang baik dan penggunaan anggaran negara sepenuhnya

untuk kepentingan publik.

Tidak pernah terjadi defisit anggaran dalam pemerintahan Islam walau

tekanan pengeluaran sangat tinggi, kecuali skala pada masa pemerintahan Nabi

Muhammad SAW karena perang. Bahkan pada masa Khalifah Umar dan Usman

terjadi surplus anggaran yang besar. Kemudian lebih banyak didorong adalah

efisiensi dan penghematan anggaran melalui good governance. Di dalam Islam,

anggaran negara adalah harta publik sehingga anggaran menjadi sangat responsif

terhadap kepentingan orang miskin.

c. Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memberi manfaat luas bagi

masyarakat (pro-poor infrastructure).

7

Page 9: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

Islam mendorong pembangunan infrastruktur yang memiliki dampak

eksternalitas positif dalam rangka meningkatkan kapasitas dan efisiensi

perekonomian. Nabi Muhammad SAW membagikan tanah di Madinah kepada

masyarakat untuk membangun perumahan, mendirikan pemandian umum di

sudut kota, membangun pasar, memperluas jaringan jalan dan memperhatikan

jasa pos. Khalifah Umar bin Khattab membangun kota Kufah dan Basrah dengan

memberi perhatian khusus pada jalan raya dan pembangunan masjid di pusat

kota. Beliau juga memerintahkan Gubernur Mesir, Amr bin Ash, untuk

mempergunakan sepertiga penerimaan Mesir untuk pembangunan jembatan,

kanal dan jaringan air bersih..

d. Islam mendorong penyediaan pelayanan publik dasar yang berpihak pada

masyarakat luas (pro-poor public services). Terdapat tiga bidang pelayanan

publik yang mendapat perhatian Islam secara serius: birokrasi, pendidikan dan

kesehatan.

Di dalam Islam, birokrasi adalah amanah untuk melayani publik, bukan

untuk kepentingan diri sendiri atau golongan. Khalifah Usman tidak mengambil

gaji dari kantor-nya. Khalifah Ali membersihkan birokrasi dengan memecat

pejabat-pejabat pubik yang korup. Selain itu, Islam juga mendorong

pembangunan pendidikan dan kesehatan sebagai sumber produktivitas untuk

pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

e. Islam mendorong kebijakan pemerataan dan distribusi pendapatan yang memihak

rakyat miskin.

Terdapat tiga instrument utama dalam Islam terkait distribusi pendapatan

yaitu aturan kepemilikan tanah, penerapan zakat, serta menganjurkan qardul

hasan, infak, dan wakaf. Demikianlah Islam mendorong pengentasan kemiskinan

melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, pengembangan sektor riil dan

pemerataan hasil pembangunan.

B. Islam memiliki berbagai prinsip terakit individu yang dapat dijadikan panduan bagi

program pengentasan kemiskinan dan sekaligus penciptaan lapangan kerja.

Dalam rangka mengantarkan dan memberikan jaminan terhadap pemeluk-

pemeluknya untuk menuju kepada taraf hidup yang mulia terhormat, "Islam"

menyumbangkan berbagai cara dan jalan, yaitu:

a. Bekerja.

8

Page 10: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

Setiap orang yang hidup dalam masyarakat "Islam", diharuskan bekerja

dan diperintahkan berkelana di permukaan bumi ini, serta diperintahkan makan

dari rezki Allah. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Mulk Ayat

15: "Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagimu, maka berjalanlah disegala

penjurunya dan makanlah sebagian dari rezki-Nya."

Bekerja merupakan senjata utama untuk memerangi "kemiskinan",

modal pokok dalam mencapai kekayaan dan faktor dominan dalam menciptakan

kemakmuran dunia. Tugas memakmurkan dunia ini, Allah telah memilih manusia

untuk mengelolanya, sebagaimana difirmankan oleh Allah, bahwa hal ini pernah

diajarkan Nabi Shaleh kepada kaumnya, sebagaimana dalam Al-Qur'an Surat

Hud Ayat 51: "Wahai kaumku ! Sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu

Tuhan, melainkan Dia. Dia telah menciptakan kamu dari tanah (=bumi) dan

menjadikan kamu sebagai pemakmurnya.

b. Mencukupi Keluarga Yang Lemah.

Dalam syariat "Islam", setiap individu harus memerangi "kemiskinan"

dengan mempergunakan senjatanya, yaitu bekerja dan berusaha. Namun di balik

itu Ada orang-orang lemah yang tidak mampu bekerja, para janda yang ditinggal

mati suami-suaminya dalam keadaan tidak berharta, anak-anak yang masih kecil

dan orang-orang yang sudah lanjut usia, orang-orang cacad abadi, sakit dan

limpuh, orang-orang yang ditimpa bencana alam sehingga kehilangan

pekerjaannya. Apakah mereka akan dibiarkan begitu saja karena bencana hidup

yang telah melanda dan menimpa mereka, sehingga mereka terlantar dalam

kehidupan yang tidak menentu?

Tentunya tidak demikian, "Islam" berusaha untuk mengentas mereka dari

lembah "kemiskinan" dan kemelaratan serta menghindarkan mereka dari

perbuatan yang rendah lagi hina, yaitu mengemis dan meminta-minta. Dalam

konsep "Islam" untuk menanggulangi hal ini adalah adanya jaminan antar

anggota satu rumpun keluarga. "Islam" telah menjadikan antar anggota keluarga

saling menjamin dan mencukupi, sebagian meringankan pend eritaan anggota

yang lain, yang kuat membantu yang lemah, yang kaya mencukupi yang

"miskin", yang mampu memperkuat yang tidak mampu, karena itu hubungan

yang mengikat mereka sungguh sangat kuat; faktor kasih sayang, cinta mencintai

dan saling membantu adalah merupakan ikatan yang kokoh, karena mereka

merupakan satu keluarga dan serumpun kerabat. 9

Page 11: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

Demikianlah, sebenarnya hakekat hubungan keluarga yang alami dan hal ini telah

didukung oleh kebenaran syariat "Islam", sebagaimana firman Allah dalam Surat

Al-Anfal Ayat 75: "Dan angoota keluarga, sebagaimana lebih berhak terhadap

anggota keluarga yang lain, menurut Kitab Allah."

Allah juga berfirman dalam Surat An-Nisa Ayat 36: "Dan hendaklah

kamu berbakti kepada Allah, dan jangan kamu sekutukan Dia dengan sesuatu,

dan hendaklah kamu berbuat baik dengan sungguh-sungguh kepada ibu bapak,

keluarga yang dekat, anak-anak yatim, orang-orang "miskin", tetangga dekat,

tetangga jauh, sahabat sejalan, ibnu sabil, apa-apa yang dimiliki oleh tangan

kanan kamu (hamba), sesungguhnya Allah itu tidak suka kepada orang yang

sombong dengan perbuatannya, sombong dengan perkataannya."

Dalam Surat Ar-Rum Ayat 26, Allah juga berfirman: "Maka berilah

kepada keluarga yang dekat, dan orang "miskin" dan ibnu sabil akan haknya,

yang demikian itu baik bagi orang-orang yang mengharap keridlaan Allah".

c. Zakat

"Islam" mewajibkan kepada setiap orang sehat kuat, untuk bekerja dan

berusaha mencapai rezki Allah, guna mencukupi dirinya dan mengatasi

keluarganya, di samping itu ia akan sanggup mendermakan harta di jalan Allah.

Allah berfirman dalam Surat Al Bara-ah Ayat 71: "Dan orang-orang mukmin

laki-laki maupun perempuan sebagian mereka adalah penolong terhadap

sebagian, mereka menyuruh kerjakan kebaikan dan melarang kejahatan serta

mendirikan shalat dan menunaikan zakat, dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya,

kepada merekalah Allah akan memberikan rahmat."

Dan tanpa menunaikan zakat, seseorang tidak berhak untuk mendapat

pertolongan Allah yang telah dijanjikan untuk para hamba-Nya sebagaimana

firman Allah dalam Surat Al-Hajj Ayat 41: "Dan sesungguhnya Allah akan

menolong siapa yang menolong (Agama-Nya) karena sesungguhnya Allah itu

Maha kuat, Maha teguh. Yaitu, mereka yang sekiranya Kami beri kedudukan

yang teguh di bumi ini, mereka mau mendirikan shalat dan menunaikan zakat,

dan menyuruh untuk berbuat kebaikan dan melarang berbuat kemunkaran, dan

bagi Allah akibat segala urusan."

Zakat bukanlah suatu kebajikan individual, akan tetapi suatu sistem

penertiban sosial yang pengelolaannya diserahkan kepada Negara, dan diurus

oleh lembaga administrasi yang teratur, yang 10

Page 12: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

sanggup melaksanakan kewajiban suci ini, memungut dari orang-orang yang

berkewajiban mengeluarkannya dan membagi kepada pihak-pihak yang

menerimanya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-Bara-ah atau At-

Taubah Ayat 60: "Sesungguhnya shadaqah-shadaqah (zakat) itu diperuntukkan

bagi orang-orang fakir dan "miskin", dan orang-orang yang mengurusinya

(amilin) dan orang-orang yang dijinakkan hatinya, dan (biaya) untuk

memerdekakan hamba dan orang-orang yang menanggung hutang. dan

(keperluan) di jalan Allah dan orang-orang yang kehabisan bekal dalam

perjalanan, (yang demikian itu) satu kewajiban dari Allah, karena Allah itu maha

mengetahui dan maha bijaksana."

d. Dana Bantuan Perbendaharaan "Islam" Dari Berbagai Sumbernya.

Zakat merupakan sumber materiil yang utama bagi penanggulangan

"kemiskinan" dan mengatasi keresahan yang diderita oleh orang-orang

"miskin" dalam "Islam". Namun disamping itu ada berbagai sumber materiil

yang lain yang merupakan pemasukan bagi baitul-maal "Al-Khizaanah

Al-"Islam"iyyah" (Perbendaharaan "Islam"), yang sangat berguna dalam

menanggulangi "kemiskinan".

Karena itu, terhadap hak milik negara dan kekayaan-kekayaan umum,

yang diurus dan dikelola oleh pemerintah, baik yang digarap secara langsung,

dipersewakan ataupun yang dikerjakan secara bersama (joint), seperti harta-harta

waqaf yang umum, sumber-sumber kekayaan alam dan barang-barang tambang,

yang ditetapkan oleh "Islam" menurut madzhabnya yang terkuat, adalah tidak

boleh dikuasai oleh beberapa orang saja untuk kepentingan mereka sendiri, akan

tetapi harus ditangani oleh pemerintah. Hal ini supaya rakyat seluruhnya dapat

secara bersama-sama ikut menikmati manfaatnya, terhadap pertumbuhan dan

keuntungan dari kekayaan-kekayaan tersebut. Dan segala sesuatu yang menjadi

income (pemasukan) bagi "Al-Khizaanah Al-"Islam"iyyah", adalah merupakan

sumber bantuan bagi orang-orang "miskin", manakala pemasukan zakat

mengalami kelemahan, sampai tidak dapat mencukupi kebutuhan mereka.

e. Keharusan Memenuhi Hak-Hak Selain Zakat.

Di samping zakat, masih ada hak-hak materiil yang lain, yang wajib

dipenuhi oleh orang "Islam", karena berbagai sebab dan hubungan (interaksi).

Kesemuanya itu merupakan sumber dana bagi orang-orang fakir dan merupakan

11

Page 13: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

kekuatan untuk mengusir "kemiskinan" dari tubuh masyarakat "Islam". Hak-

hak tersebut antara lain:

Hak bertetangga

Memelihara hak bertetangga merupakan perintah Allah dalam Al-

Qur'an, dan merupakan anjuran Rasulullah SAW di dalam sunnahnya.

"Islam" menyatakan, bahwa menghormati tetangga adalah termasuk kerangka

iman, mengganggu serta merendahkan tetangga merupakan sikap-sikap non

"Islam".

"Islam" menghendaki membentuk setiap individu yang hidup ini

menjadi satu kelompok gotong royong, saling tolong menolong dalam

mewujudkan kesejahteraan dan menanggulangi penderitaan, yaitu pihak yang

mampu menanggung beban yang lemah, memberi makan kepada yang lapar,

dan memberi pakaian kepada yang telanjang. Kalau tidak demikian, niscaya

jaminan Allah dan Rasul-Nya terlepas dari mereka dan sekaligus mereka tidak

berhak menamakan dirinya sebagai kelompok masyarakat "Islam".

Suatu etika yang sangat indah dalam tatanan hidup bertetangga di

dalam "Islam", bahwa "Islam" menetapkan adanya suatu hak terhadap

tetangga, walaupun ia dari kalangan yang non muslim.

Korban Hari Raya Haji

Melakukan korban (memotong ternak kemudian dibagi-bagikan

kepada fakir "miskin") pada Hari Raya Haji, menurut madzhab Abu Hanifah,

adalah wajib hukumnya bagi muslim yang mampu. Hal ini sebagaimana

Hadits Riwayat Ahmad dan Ibnu Majah, menjelaskan: "Barangsiapa

mempunyai kemampuan untuk berkorban, lalu ia tidak melakukannya, maka

hendaklah ia jangan sekali-kali mendekati tempat sembahyang kami."

Melanggar Sumpah

Allah berfirman dalam Surat Al-Ma'idah Ayat 89:

"Maka kafarahnya (tebusan denda bagi orang yang melanggar sumpah), adalah

memberi makan kepada sepuluh orang "miskin", dengan makanan yang patut

sebagaimana makanan yang diberikan kepada keluargamu, atau memberikan

pakaian kepada mereka, atau memerdekan seorang hamba."

Kafarah Dhihaar

Barangsiapa mengatakan kepada istrinya "Engkau bagiku seperti

ibuku", atau "Seperti saudara perempuan", atau dengan wanita lainnya yang

12

Page 14: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

sekedudukan dengan ibu dan saudara perempuan, maka ucapannya itu

menyebabkan ia menjadi haram mencampuri istri. Kecuali kalau ia sudah

melunasi kafarahnya (dendanya). Adapun sebagai kafarahnya adalah

memerdekakan seorang hamba. Kalau tidak bisa, maka sebagai gantinya

berpuasa dua bulan secara terus menerus (tidak boleh berselang seharipun),

Dan kalau ia tidak sanggup melaksanakannya, maka sebagai gantinya, ia harus

memberi makan kepada enam puluh orang "miskin".

Kafarah

Disebabkan karena melakukan pencampuran dengan istri (setubuh)

pada siang hari dalam bulan Ramadhan. Dalam hal ini kafarahnya sama

dengan kafarah mendhihar istri (point d. diatas).

Fidyah

Orang yang lanjut usia, dan orang sakit yang tidak bisa diharap

kesembuhannya. Mereka termasuk orang-orang yang diperkenankan tidak

melakukan puasa Ramadhan, oleh karena itu apabila mereka tidak

melakukannya, maka mereka harus membayar fidyah untuk setiap harinya dari

bulan Ramadhan, sebanyak kadar makanan bagi seorang "miskin" dalam

sehari.

Al-Hadyu (Berkorban karena pelanggaran dalam ibadah Haji)

Yaitu korban yang diberikan oleh orang yang melakukan ibadah Haji

atau Umrah di Baitullah, berupa binatang ternak; Onta, sapi atau kambing,

sebagai kafarah dari pelanggaran terhadap salah satu dari ketentuan ibadah

Haji (Ihram), atau karena melakukan tamattu' (bersenang-senang sesudah

selesai umrah untuk menghadapi ibadah Haji (biasa disebut dengan Haji

Tamattu'), atau karena menghimpun kedua ibadah itu sekaligus (Haji Qiraan),

atau karena pelanggaran-pelanggaran lainnya.

Hak Tanaman di saat mengetam

Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al-An'aam Ayat 141: "Dan

Ia-lah yang telah menjadikan kebun-kebun (tanaman-tanaman) yang merambat

dan yang tidak merambat, korma dan tumbuh-tumbuhan yang berlainan

rasanya, dan zaitun dan delima, yang bersamaan dan yang tidak bersamaan.

Makanlah dari buahnya apabila ia berbuah, dan keluarkanlah hak-nya pada

hari mengetamnya."

13

14

Page 15: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

Hak Mencukupi Terhadap Orang Fakir dan "Miskin".

Ini adalah merupakan yang terpenting dari hak-hak tersebut. Karena

sesungguhnya merupakan hak bagi setiap muslim di dalam masyarakat

"Islam" untuk mendapatkan kecukupan yang sempurna bagi tuntutan

kebutuhan hidupnya yang pokok, baik untuk dirinya maupun beserta orang

yang menjadi tanggungannya.

f. Shadaqah Suka Rela Dan Kebajikan Individu.

Selain hak-hak yang wajib ini, dan undang-undang yang harus

dijalankan itu, "Islam" juga berusaha membina pribadi yang luhur, dermawan

dan murah hati. Yaitu, pribadi insan yang suka memberikan lebih dari apa

yang diminta, suka mendermakan lebih dari apa yang ditentukan (diwajibkan).

Bahkan, ia suka memberikan sesuatu, kendatipun tidak diminta dan tidak

dituntut terlebih dahulu, ia suka berderma (memberikan infaq) di kala senang

dan di kala susah.di waktu siang dan di waktu malam, secara diam-diam dan

secara terang-terangan. Pribadi yang sangat mencintai orang lain, lebih dari

pada mencintai dirinya sendiri, bahkan rela mengalahkan dirinya, kendatipun

dirinya dalam keadaan kritis. Hal ini karena ia telah menyadari bahwa harta itu

tidak lebih hanya sebagai suatu alat, bukan suatu tujuan. Suatu alat, untuk

berderma dan berbuat baik sesama manusia. Sehingga penuh tertanam dalam

hatinya keinginan-keinginan berbuat baik, tercermin dalam tangannya sifat-

sifat kedermawanan, semata-mata demi mengharap ridha Allah dan pahala-

Nya.

2.4 Fakta Kemiskinan

Bagaimana di Indonesia, negara yang gemah ripah loh jinawi ini? dalam laporan

berjudul Indonesia, The Imperative for Reform yang diluncurkan, Bank Dunia

diperkirakan bahwa dengan garis kemiskinan yang dipakai adalah pendapatan 2 dolar

perhari maka pada tahun 2002, 55,1 persen penduduk Indonesia adalah penduduk miskin.

Walaupun jumlahnya diperkirakan terus menurun, tapi angka kemiskinannya masih

sangat tinggi. Jumlah kemiskinan diperkirakan turun dari 65,1 persen pada tahun 1999

menjadi 57,9 persen (tahun 2000), 56,7 persen (tahun 2001), 55,1 persen (2002), 53,4

persen (2003), 51,5 persen (2004), dan 49,5 persen (2005). Angka kemiskinan 49,5

15

Page 16: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

persen tahun 2005 ini kira-kira sama dengan level sebelum krisis, yakni tahun 1996 yang

sebesar 50,1 persen.

Terjadinya krisis moneter yang berkembang menjadi krisis ekonomi sejak

pertengahan tahun 1997 menyebabkan terpuruknya pendapatan perkapita masyarakat

Indonesia, yaitu dari ± US $1,400. pada awal tahun 1997 menjadi sekitar US $400. pada

akhir tahun 1998. Sehubungan dengan menurunnya nilai rupiah terhadap dolar Amerika,

kondisi tersebut menyebabkan menurunnya daya beli masyarakat, berkurangnya

lapangan pekerjaan serta bertambahnya jumlah pengangguran, yang mengakibatkan

jumlah penduduk miskin meningkat tajam menjadi 79,4 juta jiwa atau 39,1 % dari

jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1998 (BPS). Jumlah pengangguran pun mencapai

angka 40 juta jiwa dengan 7 juta penduduk benar-benar tidak punya pekerjaan.

Yang ditetapkan syariat Islam sebagai kebutuhan pokok sebenarnya bukan hanya

pangan, sandang dan papan. Ada hal lain yang juga termasuk kebutuhan pokok, yaitu

kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Namun, pemenuhan kebutuhan tersebut tidak

dibebankan kepada individu masyarakat, tetapi langsung menjadi tanggung jawab

negara. Dalam membahas kemiskinan, ketiga hal ini tidak dimasukkan dalam

perhitungan karena memang bukan tanggung jawab individu.

2.5 Pandangan Islam Terhadap Fakta Kemiskinan Yang Terjadi

Cerita tentang masyarakat miskin selalu menciut dan mencuat di media massa yang

ada di negara kita, layaknya pasang surut sebuah gelombang di lautan. Beritanya klise

namun selalu aktual. Salah satunya dibulan ini berita tentang kemiskinan telah

“dimenangkan” oleh seorang ibu dari Makassar. Ibu tersebut tengah hamil tujuh bulan

yang mempunyai seorang anak, berusia lima tahun, tamat riwayatnya karena kelaparan.

Tentu saja masalah yang paling mendasar adalah ekonomi.

Dapat kita lihat saat ini dari harga kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari, seperti

minyak goreng, minyak tanah, kedelai, terigu, telor dan lain-lainnya melangkah naik

dengan santai. Kenaikan harga-harga kebutuhan pokok tersebut membuat masyarakat

sulit untuk menjangkaunya dari hari ke hari.

Pemerintah dan semua lapisan masyarakat tentu tidak menghendaki kemiskinan

dalam hidupnya. Oleh karena itu pemerintah pun telah berusaha meminimalisir angka

kemiskinan dan masyarakat pun tengah bersusah payah keluar dari bayang-bayang

kemiskinan. Lantas, apa yang salah dengan negara kita yang rakyatnya terus miskin?

Harus kita akui bahwa kemiskinan muncul bukan lantaran persoalan ekonomi saja, tapi

Page 17: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

karena persoalan semua bidang: struktural (birokrasi), politik, sosial dan kultural, dan

bahkan pemahaman agama. 

Kita pun tahu dampak dari adanya kemiskinan ini, seperti kriminalitas, kekerasan

dalam rumah tangga, perampokan, patologi dan lain sebagainya, dimana semua itu

semakin hari semakin meningkat saja intensitasnya di sekitar kita. Tak mudah seperti

membalikkan telapak tangan untuk mengatasi kemiskinan. Diperlukan semua segi,

diantaranya ekonomi, kesehatan, pendidikan, kebudayaan, teknologi dan tentu saja,

ketenagakerjaan. Selain itu ada segi lain yang tak boleh kita lupakan juga dalam

mengatasi masalah ini, yaitu agama. Islam memberikan pesan-pesannya melalui dua

pedoman, yaitu Alquran dan Hadits. Melalui keduanya kita dapat mengetahui bagaimana

agama (Islam) memandang kemiskinan. 

Alquran menggambarkan kemiskinan dengan 10 kosakata yang berbeda, yaitu al-

maskanat (kemiskinan), al-faqr (kefakiran), al-’ailat (mengalami kekurangan), al-ba’sa

(kesulitan hidup), al-imlaq (kekurangan harta), al-sail (peminta), al-mahrum (tidak

berdaya), al-qani (kekurangan dan diam), al-mu’tarr (yang perlu dibantu) dan al-dha’if

(lemah). Kesepuluh kosakata di atas menyandarkan pada satu arti atau makna yaitu

kemiskinan dan penanggulangannya. Islam menyadari bahwa dalam kehidupan

masyarakat akan selalu ada orang kaya dan orang miskin (QS An-Nisa/4: 135). Sungguh,

hal itu memang sejalan dengan sunatullah (hukum alam) sendiri. Hukum kaya dan

miskin sesungguhnya adalah hukum universal yang berlaku bagi semua manusia, apa

pun keyakinannya. Karena itu tak ubahnya seperti kondisi sakit, sehat, marah, sabarpun

sama dengan masalah spirit, semangat hidup, disiplin, etos kerja, rendah dan mentalitas. 

Kemiskinan, menurut Islam, disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya karena

keterbatasan untuk berusaha (Q.S. Al-Baqarah/2: 273), penindasan (QS Al-Hasyr/59: 8),

cobaan Tuhan (QS Al-An’am/6: 42), dan pelanggaran terhadap hukum-hukum Tuhan

(QS Al-Baqarah/2: 61). Namun, di negara kita sesungguhnya faktor-faktor di atas sudah

mulai dibenahi, walaupun ada yang secara sungguh-sungguh maupun setengah-

setengah. 

Mulai dari program pemerintah dan masyarakat sendiri sama-sama berjuang

memerangi kemiskinan. Tapi, harus disadari bahwa perjuangan melawan kemiskinan di

negara kita, apa pun caranya, sesungguhnya sama dengan perjuangan seumur hidup.

Masih panjang sekali perjalanan untuk mencapai hasilnya. Mengapa demikian?. Karena

kenyataan di lapangan berbeda dengan hasil data survey penelitian. Di atas kertas angka

16

Page 18: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

kemiskinan di negeri ini berhasil diturunkan, namun dalam perkembangan lebih lanjut

juga memperlihatkan peningkatan.

Kembali pada persoalan hukum alam di atas tentang keniscayaan adanya orang

kaya dan orang miskin, maka sudah sepatutnya orang kaya (termasuk pemerintah)

membantu orang miskin. Menurut Islam, dengan adanya bantuan orang kaya tersebut,

agar orang miskin tidak terjerumus ke dalam perbuatan yang dapat merendahkan

martabatnya sendiri (QS Al-Baqarah/2: 256). Islam sesungguhnya telah menyadari

bahwa terkadang kefakiran (dan kemiskinan) akan menjadikan manusia pada kekufuran.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kemiskinan merupakan salah satu masalah kemanusiaan yang dihadapi umat

manusia sepanjang kehidupan khususnya dewasa ini, hal ini merupakan salah satu

tantangan yang menuntut agama untuk berperan secara aktif dalam menanggulanginya,

sesuai dengan fungsi dan perannya dalam menjawab persoalan umat manusia. Diantara

peran dan fungsi agama dalam menghadapi masalah kemanusiaan dapat dilihat dari

sejarah kelahiran agama itu sendiri yang tidak lain adalah

karena adanya masalah kemanusiaan yang hendak 17

Page 19: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

diluruskan "Tuhan Sang Pencipta" lewat ajaran (kitab suci) yang dibawa para Nabi atau

Rasul ditengah umatnya.

Kemiskinan juga merupakan ketidakmampuan manusia memenuhi kebutuhan hidup,

baik karena tidak memiliki harta dan mata pencaharian sekaligus, maupun karena harta

dan mata pencaharian yang tidak mencukupi. Islam mengajarkan merencanakan

keuangan sejak zaman nabi Yusuf dahulu kala. Memang, kemampuan manusia terbatas

dan kebenaran mentakwil mimpi hanya anugrah Allah dan sulit untuk didapatkan.

3.2 Saran

Kita sebagai umat islam yang baik sebaiknya bekerja keras demi mencapai

kemakmuran hidup di dunia. Tidak hanya menyerahkan kehidupan kita terhadap nasib

dan takdir. Allah tidak akan merubah nasib hamba-Nya kecuali hambanya tersebut

berusaha merubahnya. Tetapi dalam bekerja keras kita juga dianjurkan untuk berbagi

terhadap sesama yang membutuhkan. Karena pada hakikatnya harta dan kekayaan adalah

milik Allah semata. Kita hanya sebagai titipan saja.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qardhawy, Yusuf. 1996. Konsep Islam dalam Mengentaskan kemiskinan. Surabaya: Bina

Islam

Tasmara,Toto Drs.H. 1995. Etos Kerja Pribadi Muslim. Yogyakarta: PT.Dana Bhakti Wakaf.

http://anharululum.blogspot.com/2012/05/makalah-teologi-islam.html.

18

Page 20: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

LAMPIRAN

19

Page 21: Makalah Kemiskinan (Uts Agama)

20