makalah kd6-hg05-kankerparu.doc
TRANSCRIPT
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER PARU
STADIUM IIIA DENGAN MASALAH NUTRISI
disusun oleh
Home Group 5
Nurul Febrian 1206218581
Rahmawati Anggraeni 1206218934
Salvico Reinir D 1206218480
Stephanie Isabella 1206278750
Thatiana Dwi Arifah 1206244346
Wilujeng 1206248445
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
SEPTEMBER 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Paru Stadium IIIA dengan
Masalah Nutrisiini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi
salah satu tugas mata ajar Keperawatan Dewasa VI.
Kami menyedari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
makalah ini tidak mudah untuk diselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terima kasih kepada Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomedselaku fasilitator dan rekan-
rekan program regular 2012 atas dukungan, bantuan dan keja samanya.
Akhir kata, kami berharap Allah Subhanahuwataala berkenan membalas
segala kebaikan semua pihak yang telah membentu. Semoga makalah ini
membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.
Depok, 27 September 2014
Home Group 5
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4
2.1 Kanker Paru ........................................................................................... 4
2.2 Pengkajian Nutrisi.................................................................................. 9
2.3 Kemoterapi .......................................................................................... 12
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................14
3.1 Pengkajian ........................................................................................... 14
3.2 Diagnosis ............................................................................................. 15
3.3 Perencanaan .......................................................................................... 15
3.4 Evaluasi ................................................................................................ 15
3.5 Nutrisi untuk Penderita Kanker ............................................................16
BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 20
4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20
4.2 Saran ..................................................................................................... 20
Lampiran 1 .......................................................................................................... 21
Lampiran 2 .......................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat
kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang
lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker
payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada
wanita. Menurut hasil penelitian, 4ehabi 70% pasien kanker paru mengalami
penyebaran ke tempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di
tempat jaringan perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis) di dalam paru.
Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru
dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat
dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan.
Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru –
paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa
terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal.
Prevalensi kanker paru di 4ehabi maju sangat tinggi, di USA tahun 1993
dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia
menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta
tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan
leher rahim. Namun, karena system pencatatan kita yang belum baik,
prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah
sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai
pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.
Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan
keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan
angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan
4ehabilitative. Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok akan membahas
asuhan keperawatan pada Ny.Q dengan kanker paru stadium IIIA.
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1. Apa pengertian kanker paru?
1.2.2. Apa penyebab dan faktor risiko kanker paru?
1.2.3. Bagaimana patofisiologi kanker paru?
1.2.4. Apa saja manifestasi klinis kanker paru?
1.2.5. Bagaimana cara pengklasifikasian kanker paru?
1.2.6. Bagaimana farmakologi yang tepat untuk pasien kanker paru?
1.2.7. Apa pengaruh terapi kemoterapi bagi pasien kanker paru?
1.2.8. Mengapa pasien dengan kanker paru tersebut mengalami gangguan
nutrisi?
1.2.9. Bagaimana terapi nutrisi yang tepat untuk pasien kanker?
1.2.10. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk menangani pasien
tersebut?
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1. Mengetahui dan memahami pengertian kanker paru.
1.3.2. Mengetahui dan memahami penyebab dan faktor risiko kanker paru.
1.3.3. Mengetahui dan memahami patofisiologi kanker paru.
1.3.4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis kanker paru.
1.3.5. Mengetahui dan memahami cara pengklasifikasian kanker paru.
1.3.6. Mengetahui dan memahami farmakologi yang tepat untuk pasien kanker
paru.
1.3.7. Mengetahui dan memahami pengaruh kemoterapi bagi pasien kanker
paru.
1.3.8. Mengetahui dan memahami penyebab pasien kanker paru terkena
gangguan nutrisi.
1.3.9. Mengetahui dan memahami pemberian terapi nutrisi untuk pasien
tersebut.
1.3.10. Menyusun dan menjelaskan asuhan keperawatan yang tepat untuk
menangani pasien tersebut.
2
1.4 Metode Penulisan
Penyusunan makalah ini menggunakan study literature dan pencarian
data yang terpercaya dari internet dalam metode Question Based Learning
(QBL). Tim penyusun mencari literatur-literatur baik dari buku maupun dari
internet yang berkaitan dengan topik. Setiap mahasiswa memiliki tanggung
jawab untuk mempelajari satu sub pokok bahasan dan menjelaskan materi
tersebut dalam Home Group. Setelah itu semua anggota kelompok
mendiskusikan hasil belajar dan menyusun makalah.
1.5 Sistematika Penulisan
Makalah ini diawali dengan Bab I, pendahuluan, yang terdiri dari
paragraf yang menjabarkan latar belakang masalah yang akan dibahas,
perumusan masalah dan ruang lingkupnya, tujuan penulisan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan. Makalah ini dilanjutkan dengan Bab II
yang berisi tinjauan pustaka, yang melingkupi semua materi yang ingin
disampaikan dari referensi yang telah didapatkan. Makalah dilanjutkan dengan
Bab III yang berisi pembahasan kasus, dan terakhir yaitu Bab IV yaitu
penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari makalah yang telah
dibuat.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kanker Paru
Kanker paru atau disebut dengan karsinoma bronkogenik timbul dari
epitel sauran pernapasan (Asih, 2004). Sebagian besar kanker paru berasal
dari sel-sel dalam paru-paru, tetapi kanker paru juga bisa berasal dari hasil
metastasis kanker di bagian tubuh lain (Anies, 2006).
2.1.1 Etiologi dan Faktor Risiko
a. Merokok
Di perkirakan bahwa 85 % kematian akibat kanker paru berhubungan
dengan kebiasaan merokok (Price dan Wilson, 2012). Pengamat mencatat
bahwa rata-rata mortalitas kanker paru pada orang yang merokok 2
bungkus perhari selama sepuluh tahun adalah 15 sampai 25 kali lebih
banyak dibandingkan dengan non perokok. Periode laten antara permulaan
merokok dan terjadinya kanker paru adalah sekitar 15 sampai 20 tahun
(Otto, 2005).
b. Polusi Udara dan Industri
Suatu karsinogen (bahan yang dapat menimbulkan kanker) yang
ditemukan dalam polusi udara adalah 3,4 benzipiren. Selain itu, pajanan
industri terhadap beberapa agen seperti asbes, merupakan bahan yang
paling banyak digunakan dalam industri bangunan. Mesotelioma jinak
lokal atas ganas difus dan pleura adalah tumor langka yang secara spesifik
berkaitan dengan pengaruh asbes. Kemudian terdapat peningkatan risiko
di antara mereka yang bekerja dengan uranium, kromat, arsen (insektisida
pertanian), gas mustard, hidrokarbon aromatik polisiklik (banyak dalam
bentuk minyak mentah, batu bara, produk pembakaran material organik),
nikel, dan bijih besi (Otto, 2005).
4
c. Makanan dan Kecendrungan Familial
Perokok yang makanannya rendah vitamin A memiliki risiko yang lebih
besar untuk mengalami kanker paru. Beberapa penelitian mengatakan
bahwa diet rendah vitamin A meningkatkan risiko kanker sel skuamosa
dan small cell lung cancer pada pria (Otto, 2005).
Risiko kanker paru meningkat pada orang dengan riwayat penyakit paru
seperti riwayat kanker paru dalam keluarga. Hal ini disebabkan adanya
pengaktifan onkogen (termasuk gen-gen K-ras dan myc) dan
menonaktifkan gen-gen penekan kanker (termasuk gen rb, p53, dan CDKN
2) sehingga mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan kanker
memiliki arti penting dalam perkembangan kanker paru (Price dan Wison,
2012).
2.1.2 Patologi
Klasifikasi WHO untuk karsinoma bronkogenik adalah
a. Karsinoma Sel Kecil ( Small Cell Lung Cancer, SCLC)
Biasanya terletak di tengah sekitar
percabangan utama bronki. Tidak
seperti kanker paru yang lain, jenis
tumor ini timbul dari sel-sel
Kulchitsky, komponen normal
epitel bronkus. Secara mikroskopis,
tumor ini terbentuk dari sel-sel
kecil (sekitar dua kali ukuran
limfosit) dengan inti hiperkromatik
pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini sering menyerupai biji oat,
sehingga diberi nama karsinoma sel oat. Karsinoma ini memiliki waktu
pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan
dengan semua karsinoma bronkogenik. Metastasis dini ke mediastinum
dan kelenjar limpa hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen
ke organ-organ distal, sering dijumpai.
5
b. Karsinoma Sel Besar (Non-Small Cell Lung Cancer, NSCLC)
Karsinoma tipe ini adalah terdiri
dari sel-sel ganas yang besar
dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar
dan ukuran inti bermacam-
macam. Sel-sel ini cenderung
timbul pada jaringan paru
perifer, tumbuh cepat dengan
penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
c. Karsinoma Sel Epidermoid (Skuamosa)
karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologik karsinoma
bronkogenik yang paling
sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus.
Karsinoma sel skuamosa
biasanya terletak di sentral
sekitar hilus, dan menonjol ke
dalam bronki besar. Diameter
tumor jarang melampaui
beberapa sentimeter dan
cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus,
dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa lambat dalam
bermetastasis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.
d. Adenokarsinoma
Adenokarsinoma memperlihatkan
susunan selular seperti kelenjar
bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan jenis ini
timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan terkadang dapat
dikaitkan dengan jaringan parut
local pada paru dan fibrosis
intertisial kronik. Lesi seringkali
meluas ke pembuluh darah dan
limfe pada stadium dini, dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi
primer menyebabkan gejala-gejala.
2.1.3 Manifestasi Klinis
Karsinoma bronkogenik menyerupai jenis penyakit paru dan tidak
memiliki awitan khas. Karsinoma ini sering kali menyerupai pneumonitis
yang tidak dapat ditanggulangi. Gejala yang paling sering terjadi:
Perubahan batuk
Bronkitis atau pneumonia yang resisten terhadap antibiotik yang
berulang
Hemoptisis
Nyeri dada
Wheezing
Penurun berat badan
Disfagia
Kelelahan
2.1.4 Penentuan Stadium Kanker Paru
Gambaran Stadium TNM International untuk Kanker Paru (American Joint
Committee on Cancer, 1997)
Gambaran TNM Definisi
Status Tumor Primer (T)
6
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer.
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bronkus,
tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.
Tis Karsinoma in situ.
T1 Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura
viseralis yang normal.
T2 Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang
sudah menyerang pleura viseralias atau mengakibatkan
atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2cm
distal dari karina.
T3 Tumor berukuran berapa pun dengan perluasan langsung
pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau
perikardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam
jarak 2 cm dari karina, tetapi tidak mengenai karina.
T4 Tumor berukuran berapapun yang sudah menyerang
mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah
besar, trakea, esofagus, kopus vertebra, atau karina; atau
adanya efusi pleura yang maligna.
Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)
N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening
regional.
N1 Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar-kelenjar
hilus ipsilateral.
N2 Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah
bening subkarina.
N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah
bening hilus kontralateral; kelenjar-kelenjar getah bening
skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.
Metastasis Jauh (M)
7
M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh.
M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (misal, otak).
Kelompok Stadium
Karsinoma Tersembunyi Tx, N0, M0
Stadium 0 Tis, N0, M0
Stadium IA T1, N0, M0
Stadium IB T2, N0, M0
Stadium IIA T1, N1, M0
Stadium IIB T2, N1, M0
T3, N0, M0
Stadium IIIA T1-T3, N1, N2, M0
Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0
T4, N berepa pun, M0
Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1
2.2 Pengkajian Nutrisi
Pengkajian nutrisi dilakukan untuk mengidentifikasi klien yang berisiko
malnutrisi dan yang memiliki status nutrisi buruk. Komponen pengkajian
nutrisi mencakup antropometrik, biokimia, data klinis (clinical), dan diet.
2.2.1 Riwayat keperawatan
Data yang dikaji untuk riwayat keperawatan adalah usia, jenis kelamin,
dan tingkat aktivitas, kesulitan makan (misal gangguan mengunyah atau
menelan), kepercayaan budaya dan agama yang memengaruhi pilihan
makanan, status ekonomi, kondisi medis dahulu dan saat ini, serta riwayat
obat-obatan.
2.2.2 Antropometri
Pengukuran antropometri adalah teknik untuk mengetahui ukuran, berat,
dan proporsi tubuh. Data yang dikaji dalam pengukuran antropometri :
- Berat badan ideal (BBI)
8
Digunakan untuk mengetahui apakah berat badan klien kurang, normal,
berlebih, atau obesitas. Perhitungan BBI menurut Broca:
BBI = [Tinggi badan (cm) – 100] ± 10%
Dengan nilai standar: <90%= berat badan kurang, 90-110%= berat badan
normal, 110-119%= berat badan lebih, > 120%= obesitas
- Tinggi badan dan berat badan
Digunakan untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT) seseorang. IMT
merupakan suatu perhitungan untuk menentukan apakah seseorang
memiliki gizi kurang, normal, lebih, atau obesitas. Perhitungan IMT:
IMT = Berat badan (kg)/ {tinggi badan (m)}2
Dengan nilai standar: < 18,5= gizi kurang, 18,5-25= gizi baik/normal, 26-
30= gizi lebih, >30= obesitas
- Berat badan saat ini dan berat badan biasa klien digunakan untuk mengetahui
persentase berat badan biasa dan persentase penurunan berat badan. Berat
badan biasa lebih baik dalam merefleksikan perubahan berat badan dan
kemungkinan malnutrisi.
Menghitung presentase berat badan
biasa
Menghitung presentase penurunan
berat badan
%BB biasa= (BB saat ini/BB biasa)
x 100%
dimana:
o Malnutrisi ringan = 85-90 %
o Malnutrisi sedang = 75-84%
o Malnutrisi berat = <74%
%penurunan BB= [BB biasa-BB
saat ini]/BB biasa) x 100%
dimana:
o Penurunan BB signifikan adalah
5% dalam satu bulan, atau 7,5%
dalam 3 bulan, atau 10% dalam
6 bulan.
o Penurunan BB berat adalah
>5% dalam satu bulan, atau
>7,5% dalam 3 bulan, atau >
10% dalam 6 bulan.
9
- Lipatan kulit triseps/ Triceps Skin Fold (TSF)
Dilakukan untuk menentukan simpanan lemak. Lipatan kulit yang diukur
terdiri atas jaringan subkutan tetapi bukan otot yang ada di bawah jaringan
subkutan tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menentukan titik tengah
lengan atas (pertengahan antara prosesus akromion dan prosesus
olekranon) kemudian memegang kulit dibelakang lengan atas di sepanjang
aksis humerus. Selanjutnya mengukur ketebalan lipatan kulit sampai ke
milimeter terdekat.
10
- LLT adalah pengukuran lemak, otot, dan tulang. Pengukuran LLT
dilakukan dengan mengukur lingkar di titik tengah lengan. Titik tengan
lengan didapatkan dengan mengukur panjang lengan dari bahu hingga siku
kemudian hasil pengukuran dibagi dua.
- LOLT merupakan suatu perkiraan massa tubuh tanpa lemak atau cadangan
otot rangka yang diketahui dengan menggunakan rumus :
LOLT (cm)= LLT(cm)- [{3,14 x TSF(mm)} / 10]
2.2.3 Data biokimia
Pengkajian data biokimia merupakan sumber penting untuk data objektif
(DeLaune, 2002). Data hasil laboratorium ini dapat digunakan untuk
mendeteksi perubahan nutrisi dan metabolisme sebelum ada gejala klinis
(DeLaune, 2002). Pemeriksaan laboratorium tnutrisi meliputi protein
serum, nitrogen urea urin, kreatinin, dan hitung limfosit total.
2.2.4 Data klinis
Data klinis klien didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik. Selain
perubahan berat badan yang nyata, defisiensi dan kelebihan nutrisi dapat
diketahui melalui pemeriksaan fisik (Kozier et al, 2010). Pemeriksaan klinis
dilakukan dengan menginspeksi kulit, rambut, mata, mulut, bibir, kuku, dan
otot. Pemeriksaan ini membutuhkan kemampuan pemeriksa karena banyak
tanda klinis yang mengarah pada lebih dari satu defisiensi nutrien.
2.2.5 Data diet
Data diet klien dapat dikumpulkan dengan menggunakan 4 metode, yaitu
ingatan makanan 24 jam, catatan frekuensi makanan, buku harian
makanan, dan riwayat diet (Kozier et al, 2010). Ingatan makanan 24 jam
dilakukan dengan meminta klien mengingat makanan dan minuman yang
dikonsumsi selama periode 24 jam. Catatan frekuensi makanan merupakan
daftar tilik untuk mengetahui seberapa sering kelompok makanan dimakan
dan tidak tergantung jumlahnya. Catatan harian makanan adalah catatan
terinci mengenai jumlah (ukuran porsi) semua makanan dan cairan yang
dikonsumsi klien selama periode tertentu (biasanya 3 sampai 7 hari).
Riwayat diet adalah pengkajian komprehensif untuk mengkaji asupan
makanan klien dengan melibatkan wawancara intensif oleh seorang ahli
nutrisi. Riwayat diet mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan
klien yang biasa, pilihan makan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis,
dan kuantitas makanan yang dikonsumsi; dan faktor sosial, ekonomi, etnis,
atau agama yang mempengaruhi nutrisi.
2.3 Kemoterapi
Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Kemoterapi harus tertuju pada
sel kanker tanpa menyebabkan gangguan menetap pada jaringna normal. Obat
kanker yang ada pada saat ini umumnya bersifat sitotoksik, baik terhadap sel
normal ataupun sel kanker. Toksisitas terhadap sel normal selalu terjadi.
Tetapi kenyataan kemoterapi dapat menghasilkan pemulihan jangka panjang
pada leukemia limfositik akut membiuktikan bahwa penyembuhan kanker
dapat dicapai dengan kemoterapi.
Sel sistem imun yang juga rusak akibat kemoterapi menyebabkan infeksi
lebih mudah terjadi dan juga memberi peluang untuk pertumbuhan tumor.
Agaknya respons imun selular memegang peran penting dalam pertahanan
tubuh terhadap kanker.
11
Sifat pertumbuhan tumor ganas harus menjadi pertimbangan.
Pertumbuhan tumor mengikuti fungsi Gompertzian, mula-mula bersifat
eksponensial kemudian bersifat lambat (banyak sel berada dalam G0).
Apabila populasi tumor dikurangi misalnya dengan radiasi atau penyinaran
maka sel sisa berkembang secara ekponensial kembali dan menjadi lebih peka
terhadap kemoterapi. Protokol pengobatan atas dasar tersebut telah diterapkan
pada manusia, juga mungkin bahwa pada waktu tumor primer tidak tumbuh
pesat lagi, anak sebarnya masih dalam pertumbuhan eksponensial sehingga
lebih peka terhadap kemoterapi.
12
2.3.1 Efek samping
Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Semuanya
dapat menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin sampai dapat
menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Karena
antikanker umumnya bekerja pada sel yang aktif, maka efek sampingnya
juga terutama mengenai jaringan dengan poliferasi tinggi yaitu: sistem
hemopoetik dan gastrointestinal.
Supresi hemopoesis terlihat sebagai leucopenia, trombositopenia atau
anemia. Leukoponia hebat dan trombopenia merupakan petunjuk untuk
penghentian terapi pada pasien yang pada awal terapi mempunyai sistem
homopoetik normal. Supresi sistem hmopoetik ini masih dapat berlanjut
setelah pemberian obat dihentikan. Umumnya pemulihan terjadi setelah 2
minggu setelah penghentian terapi. Penghambatan sistem hemopoetik oleh
nitrosourea dapat berlangsung 4-6 minggu setelah pengobatan dihentikan.
Gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare
dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal,
perforasi, diare hemoragik. Secara lebih jelas, beberapa efek samping dari
pemberian kemoterapi pada status nutrisi penderita kanker paru dapat
dilihat dalam tabel berikut ini (Shaw, 2010):
Catatan: Efek samping ini bisa bertambah banyak jika pasien diberikan
lebih dari satu obat dalam setiap kemoterapi yang diberikan.
13
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Kasus:
Seorang pasien Ny. Q berusia 48 tahun. Dirawat dengan diagnosis medis kanker
paru stadium IIIA. Pasien bekerja sebagai buruh cuci. Pasien mengeluh nyeri dada
saat batuk dan kadang disertai darah dan merasa nafas lebih berat. Pasien
memiliki kebiasaan makan tidak teratur. Saat ini BB 48 kg, TB 165 cm. BB
sebelum sakit berkisar 58 kg. selama perawatan pasien mendapatkan pengobatan
kemoterapi. Sejak ke-2 pasca kemoterapi pasien mengalami mual dan muntah,
sehingga asupan makanan dan minum sangat berkurang.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Riwayat Kesehatan
- Riwayat kesehatan sekarang:
o Pasien mengeluh nyeri dada saat batuk yang kadang disertai darah dan
merasa nafas lebih berat
o Berat badan pasien menurun
o Mengalami mual dan muntah pasca kemoterapi
- Riwayat kesehatan lalu:
o Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur
3.1.2 Makanan/ cairan.
- Gejala: penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan
makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan.
- Tanda: kurus atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema
wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/
periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa
dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).
3.1.3 Nyeri/ kenyamanan.
- Gejala: Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu
pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan
posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau
adenokarsinoma) dan nyeri abdomen hilang timbul.
3.1.4 Pernafasan.
- Gejala: batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau
produksi sputum. Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu
industri, serak, paralysis pitasuara.
- Tanda: dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil
(menunjukkan konsolidasi). Krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi
(gangguan aliran udara), krekels/mengi menetap; pentimpangan trakea
(area yang mengalami lesi), hemoptisis.
3.2 Diagnosis
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru
ditandai dengan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan pernafasan.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun.
3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis berhubungan
dengan salah interpretasi informasi dan kurang mengingat ditandai dengan
pasien meminta informasi tentang penyakitnya
14
3.3 Perencanaan
Lampiran
3.4 Evaluasi
1. Pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman
dalam rentang normal dan paru jelas/bersih.
2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru.
3. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.
4. Pasien menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan
dari/atau mempertahankan berat yang tepat.
5. Pasien dapat menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program
pengobatan.
6. Pasien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan
menjelaskan alasan tindakan tersebut.
7. Pasien berpartisipasi dalam proses belajar
8. Pasien melakukan perubahan pola hidup.
3.5 Nutrisi untuk Penderita Kanker
Terapi nutrisi yang diberikan dapat berisi hal – hal berikut (Schiller, 2010):
1. Anjurkan pasien untuk memakan makanan dengan porsi kecil. Di sini,
pasien juga diperbolehkan makan setiap pasien merasa lapar sehingga
pasien tidak dibatasi dengan aturang makan tiga kali sehari. Pola
pemberian makan ini diberikan agar pasien dapat memenuhi kebutuhan
kalorinya dan mengatasi rasa lelah pada pasien.
2. Bantu pasien untuk memilih dan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan
tinggi protein. Makanan tinggi kalori dan protein ini sangat dianjurkan
bagi pasien kanker paru dengan penurunan berat badan dan penurunan
nafsu makan
3. Sekurang-kurangnya mengkonsumsi 400 g buah dan sayuran dari berbagai
jenis setiap harinya
15
4. Meningkatkan asupan amakanan nabati yang kaya karbohidrat kompleks,
misalnya padi-padian, serealia, biji polong-polongan kering (pulse)
sebagai sumber utama energi
5. Mengkonsumsi alcohol seminimal mungkin
6. Mengurangi asupan adaging merah, lemak dan garam
7. Menghindari makanan yang diawetkan dengan garam dan makanan olahan
8. Bantu pasien untuk mengkonsumsi suplemen cairan tinggi kalori dan
tinggi protein serta sudah diperbolehkan oleh dokter. Suplemen tersebut
diperbolehkan dimakan bersama dengan pudding.
9. Perawat dan dokter dapat bekerjasama dalam memberikan obat Megace
yang dapat meningkatkan nafsu makan.
10. Makan makanan tinggi serat dan memperbanyak asupan cairan untuk
meghindari konstipasi
11. Perawat dapat menawarkan makanan yang bersifat lembut pada pasien
kanker paru yang kesulitan menelan atau pasien kanker paru stadium
lanjut
12. Selain makanan di atas, berikut ini merupakan makanan yang dapat
dikonsumsi oleh penderita kanker paru
a. Antioksidan yang banyak terdapat pada buah dan sayur
b. Gula dalam bahan makanan alami seperti madu, gula tebu, dn
sebagainya dan hindari gula berlebih pada minuman buatan seperti
soda
c. Makanan berbahan dasar kedelai karena kedelai merupakan sumber
protein yang tingagi, penghasil antioksidan, dan penghasil
phytochemical
13. Jika pasien mengalami kesulitan dalam menelan atau sering mengalami
rasa mual dan/atau muntah, pasien dapat diberikan tube feeding atau
pemberian nutrisi secara parenteral (National Institute)
14. Berikan edukasi pada pasien dan keluarga pasien untuk memakan /
memberikan makanan dengan tetap selalu menjaga keamanan dan
kebersihan makanan.
16
15. Dalam memberikan terapi nutrisi, ada baiknya jika perawat mengetahui
interaksi yang mungkin terjadi antara obat dan makanan.
16. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas fisik sesuai pedoman (paling
sedikit 30 menit, lima hari seminggu)
17. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai makanan apa saja
yang boleh diberikan, dikurangi, dan tidak boleh diberikan kepada pasien
ketika berada di rumah sakit atau ketika sudah diperbolehkan pulang
18. Memberikan resep makanan sehat pada pasien dan keluarga pasien yang
sesuai untuk penderita kanker paru.
17
Faktor diet yang mungkin memiliki peran perlindungan terhadap kanker
Makanan atau nutrient Kemungkinan peran perlindungan terhadap kanker
Polisakarida nonpati
(serat makanan)
Buah dan sayuran
Diet tinggi serat memberikan sejumlah perlindungan
melawan kanker kolorektal
Efek ini mungkin dihasilkan mellaui beberapa cara:
- Mempercepat pembuangan karsinogen potensial
dengan mempercepat pergerakan amkanan melalui
usus
- Menyediakan lebih banyak nutrient yang
bermanfaat bagi sel kolon
- Menciptakan lingkungan yang lebih asam sehingga
terbentuk koloni plora bakteri normal yang lebih
sehat
Akan tetapi, asupan serat seringkali sangat berkitan
denganmakanan lain yang juga berguna bagi
kesehatan, seperti serelia, biji-bijian, buah, dan
sayuran, yang juga memberikan manfaat melalui
mekanisme lain.
Asam Folat
Klasium dan Vit. D
Terdapat bukti yang konsisten bahwa diet yang
kaya akan buah dan syuran berkaitan dengan jumlah
kasus kanker yang lebih rendah, dan tidak ada bukti
yang mendukung kondisi sebaliknya
Diyakini bahwa antioksidan yang disuplai oleh
buah dan sayuran berperan sebagai pelindung
melawan kerusakan DNA dan molekul lain. Akan
tetapi, bukti yang kuat belum ada.
Zat lain yang terkandung dalam buah dan sayuran
mungkin memiliki arti penting: termasuk did
alamnya berbagai zat fitokimia, fitosterol,
isotiosianat, senyawa yang mengandung sulfur, dan
fitoestrogen. Beraneka ragam buah dan sayuran
harus dikonsumsi agar dapat memperoleh semua zat
ini.
Beberapa bukti menunjukkan bahwa asupan folat
yang tinggi terkait dengan risiko kanker yang lebih
rendah, terutama kanker kolon, leher rahim
(serviks), paru-paru, payudara, dan prostat;
tampaknya mekanisme yang mendasarinya ialah
perlindungan melawan mutasi DNA
Hubungan terbalik antara asupan kalium (dari susu
dan produk olahannya) dengna kanker kolon telah
dilaporkan.
Hal ini mungkin disebabkan oleh pengikatan lemak
dalam saluran cerna oleh kalsium, shingga
mengurangi peluang timbulnya efek membahayakan
akibat lemak dan asam empedu
Vitamin D mungkin bekerja sebagai anti kanker
18
dengan caranya sendiri, dan telah dianggap dapat
menurunkan risiko kanker prostat, kanker kolon,
dan kanker payudara.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat
kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka
yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi
kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker
pada wanita. Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak
dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh
sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok. Asap rokok
merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru. Kanker paru dapat
menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang cukup beragam,
tergantung dari lokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor dan
metastasis ke organ yang dikenai. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini,
gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah batuk
yang terus menerus atau menjadi hebat, hemoptisis, napas sesak dan pendek-
pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas,
19
kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.
Terdapat tiga bentuk pencegahan Ca Paru dapat dilakukan yaitu dengan
pencegahan primer, sekunder dan tersier. Kemoterapi, pembedahan dan
radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk
pengendalian dari Ca. Paru
4.2. Saran
Perawat sebaiknya mengetahui konsep umum mengenai Ca Paru, mulai
dari definisi hingga penatalaksanaan apa yang cocok untuk klien ca. paru.
Pengetahuan perawat mengenai konsep umum akan membantu klien untuk
menurunkan gejala yang akan muncul. Perawat juga sebaiknya mengetahui
intervensi keperawatan apa yang cocok untuk klien kanker paru.
20
LAMPIRAN 1
Peta Konsep Asuhan Keperawatan
Kasus Ny. Q Penderita Kanker Paru Stadium IIIA
Nyeri dada
Napas berat
Besar energi dan nutrisi habis untuk memeberi makan sel
kanker
AnoreksiaMual & Muntah
↓ asupan nutrisi
↓ BB yang signifikan
Ditandai dengan
BB 58 48TB 165BMI: 17,630
Dx. Keperawatan:Pola nafas tidak
efektif
Dx. Keperawatan:Nutrisi <
kebutuhan tubuh
Ny. Q (48 tahun)
Kanker Paru Stadium III A
MerokokPolusi udara dan industryMakananGenetik
T1-T3, N1, N2, M0
Tumor berdiameter > 3 cmMetastatis kelenjar getah beningTidak diketahui adanya metastatis jauh
Kebiasaan makan tidak teratur
Kemoterapi
Efek samping di daerah gastrointestinal
Dx. Keperawatan:Kurangnya
pengetahuan
21
LAMPIRAN 2
Diagnosis 1: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru ditandai dengan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan pernafasan.
Kriteria Hasil:
- Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam
rentang normal dan paru jelas/bersih
- Berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji frekuensi, kedalaman
pernapasan dan ekspansi dada.
Catat upaya pernapasan,
termasuk penggunaan otot
bantu/pelebaran nasal.
1. Kecepatan biasanya meningkat.
Dispnea dan terjadi peningkatan
kerja napas (pada awal atau
hanya tanda EP subakut).
Kedalaman pernapasan bervariasi
tergantung derajat gagal napas.
Ekspansi dada terbatas yang
berhubungan dengan atelektasis
2. Auskultasi bunyi napas dan catat
adanya bunyi napas adventisius,
seperi krekels, mengi, gesekan
pleural.
3. Tinggikan kepala dan bantu
mengubah posisi. Bangunkan
pasien turun tempat tidur dan
ambulasi sesegera mungkin.
4. Observasi pola batuk dan
karakter sekret.
5. Dorong/bantu pasien dalam
napas dalam dan latihan batuk.
Penghiasapan per oral atau
nasotrakeal bila diindikasikan.
6. Berikan oksigen tambahan.
7. Berikan humidifikasi tambahan,
mis., nebuliser ultrasonik.
8. Bantu fisioterapi dada (mis.
dan/atau nyeri dada pleuritik.
2. Bunyi napas menurun/tak ada bila
jalan napas obstruksi sekunder
terhadap perdarahan, bekuan atau
kolaps jalan napas kecil
(atelektasis). Ronki dan mengi
menyertai obstruksi jalan napas/
kegagalan pernapasan.
3. Duduk tinggi memungkinkan
ekspansi paru dan memudahkan
pernapasan. Pengubahan posisi
dan ambulasi meningkatkan
pengisian udara segmen paru
berbeda sehingga memperbaiki
difusi gas
4. Kongesti alveolar mengakibatkan
batuk kering/iritasi. Sputum
bedarah dapat diakibatkan oleh
kerusakan jaringan (infark paru)
atau antikougulan berlebihan.
5. Dapat meningkatkan/ banyaknya
sputum dimana gangguan
ventilasi dan ditambah
ketidaknyamanan upaya
bernapas.
6. Memaksimalkan bernapas dan
menurunkan kerja napas.
7. Memberikan kelembaban pada
membran mukosa dan membantu
pengenceran sekret untuk
memudahkan pembersihan.
8. Memudahkan upaya pernapasan
22
Drainase postural dan perkusi
area yang tak sakit, tiupan
botol/spirometri insentif).
9. Siapkan untuk/bantu
bronkoskopi
dalam dan meningkatkan drainase
sekret dari segmen paru kedalam
bronkus, dimana dapatlebih
mempercepat pembuangan
dengan batuk/penghisapan.
9. Kadang-kadang berupa untuk
membuang bekuan dan arah dan
membersihkan jalan napas.
23
Diagnosis 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
anoreksia ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun.
Kriteria hasil:
- Menunjukkan peningkatan berat badan menujutujuan yang tepat.
- Menunjukkanperilaku/perubahanpolahidupuntukmeningkatkandari/
ataumempertahankanberat yang tepat.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kebiasaan diet, masukan
makanan saat ini evaluasi berat
badan dan ukuran tubuh.
2. Auskultasi bunyi usus.
3. Berikan perawatan oral sering,
buang sekret berikan wadah
khusus untuk sekali pakai dan
tisu.
1. Pasien distres pernapasan akut
sering anoreksia karena dispnea,
produksi sputum dan obat.
2. Penurunan bising usus
menunjukkan penurunan
motilitas gaster dan konstipasi.
3. Rasa tak enak, bau dan
penampilana adalah pencegah
utama terhadap nafsu makan dan
dapat membuat mual dan muntah
4. Berikan makan porsi kecil tapi
sering.
5. Hindari makanan yang sangat
panas atau sangat dingin.
6. Timbang berat badan sesuai
indikasi.
denagn peningkatan kesulitan
napas.
4. Memberikan kesempatan untuk
meningkatkan masukan kalori
total.
5. Suhu ekstrim dapat mencetuskan/
meningkatkan spasme batuk.
6. Berguna untuk menentukan
kebutuhan kalori menyusun
tujuan berat badan dan evaluasi
keadekuatan rencana nutrisi.
24
Diagnosis 3: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis
berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan kurang mengingat ditandai
dengan pasien meminta informasi tentang penyakitnya.
Kriteria hasil:
- Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.
- Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan
tersebut.
- Berpartisipasi dalam proses belajar
- Melakukan perubahan pola hidup.
INTERVENSI RASIONAL
1. Diskusikan diagnosa,rencana/terapi
saat ini dan hasil yang diharapkan.
1. Memberikan informasi khusus
individu, membuat pengetahuan
untuk belajar lanjut tentang
manajemen di rumah. Radiasi dan
kemoterapi dapat menyertai
intervensi bedah dan informasi
penting untuk memampukan
2. Kuatkan penjelasan ahli bedah
tentang prosedur pembedahan
dengan memberikan diagram yang
tepat. Masukkan informasi ini
dalam diskusi tentang harapan
jangka pendek/panjang dari
penyembuhan.
3. Diskusikan perlunya perencanaan
untuk mengevaluasi perawatan saat
pulang.
4. Identifikasi tanda/gejala yang
memerlukan evaluasi medis. Misal
perubahan penampilan insisi,
terjadinya kesulitan penapasan,
demam, peningkatan nyeri dada,
perubahan penampilan sputum.
5. Bantu pasien menentukan toleransi
aktivitas dan menyusun tujuan.
pasien/orang terdekat untuk
membuat keputusan berdasarkan
informasi.
2. Lamanya rehabilitasi dan
prognosis tergantung pada tipe
pembedahan, kondisi praoperasi,
dan lamanya/derajat komplikasi.
3. Pengkajian evaluasi status
penapasan dan kesehatan umum
penting sekali untuk meyakinkan
penyembuhan optimal. Juga
memberikan kesempatan untuk
merujuk masalah/pertanyaan pada
waktu yang sedikit stress.
4. Deteksi dini dan intervensi tepat
waktu dapat mencegah/
meminimalkan komplikasi.
5. Kelemahan dan kelelahan harus
kecil sesuai dengan penyembuhan
dan perbaikan fungsi paru selama
periode penyembuhan, khususnya
bila kanker telah diangkat. Bila
kanker meluas, secara emosional
membantu pasien untuk mampu
menyusun tujuan aktivitas yang
25
6. Evaluasi ketersediaan/keadekuatan
sistem pendukung dan perlunya
bantuan dalam perawatan diri/
manajemen di rumah.
7. Anjurkan periode istirahat dengan
aktivitas dan tugas berat. Tekankan
menghindari mengangkat berat,
latihan isometrik/ regangan tubuh
atas. Kuatkan pembatasan waktu
dokter tentang mengangkat.
8. Anjurkan menghentikan aktivitas
yang menyebabkan kelemahan atau
meningkatkan napas pendek.
realistis untuk meningkatkan
kemandirian optimal.
6. Kelemahan umum dan
keterbatasan aktivitas dapat
menurunkan kemampuan individu
untuk memenuhi kebutuhan
sendiri.
7. Kelemahan umum dan kelemahan
biasa pada periode dini
penyembuhan tetapi harus nenurun
sesuai perbaikan fungsi
pernapasan dan kemajuan
penyembuhan. Istirahat dan tidur
meningkatkan kemampuan
koping, menurunkan gugup
(umum pada fase ini), dan
meningkatkan penyembuhan.
Catatan:
Peregangan menggunakan tangan
dapat membuat stres ada insisi
karena otot dada dapat lebih
lemahd ari normal selama 3-6
bulan setelah pembedahan.
8. Terlalu lelah meningkatkan
kegagalan pernapasan.
26
27
DAFTAR PUSTAKA
Anies. (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan
dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Asih, N.G. dan Effendy, C. (2004). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.
Carnidge, D. R. (2001). The causes of dysphagia in carcinoma of the lung.
Journal of The Royal Society of Medicine. 94: 567 – 572.
Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
DeLaune, S.C. & Ladner, P.K. (2002). Fundamentals of nursing standards and
practice, 2nd edition. New York: Delmar.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2010). Fundamental
keperawatan: konsep, proses, dan praktik., edisi 7, terj. Jakarta: EGC.
Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.
Price, S.A. dan Wilson, L.M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit Edisi 6 Volum 2. Jakarta: EGC.
Schiller, J. H., Parles, K., dan Cipau, A. (2010). 100 Questions and Answers about
Lung Cancer. 2nd Edition. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.
Shaw, C. (2010). Nutrition and Cancer. New Jersey: Wiley – Blackwell.
http://www.lung.org/lung-disease/lung-cancer/treating-lung-cancer/a-life-
change/nutrition.html
Whitney, E. & Rolfes, S.R. (2013). Understanding nutrition, 13th ed. United
States: Wadsworth Cengage Learning.
Yarbro, C.H., Wujcik, D., & Gobel, B.H. (2011). Cancer nursing: principles and
practice, 7th edition. Sudburry: Jones and Bartlett Publishers.
28