makalah kd6-hg05-kankerparu.doc

49
MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER PARU STADIUM IIIA DENGAN MASALAH NUTRISI disusun oleh Home Group 5 Nurul Febrian 1206218581 Rahmawati Anggraeni 1206218934 Salvico Reinir D 1206218480 Stephanie Isabella 1206278750 Thatiana Dwi Arifah 1206244346 Wilujeng 1206248445

Upload: ayurachmayanti

Post on 20-Dec-2015

40 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN KANKER PARU

STADIUM IIIA DENGAN MASALAH NUTRISI

disusun oleh

Home Group 5

Nurul Febrian 1206218581

Rahmawati Anggraeni 1206218934

Salvico Reinir D 1206218480

Stephanie Isabella 1206278750

Thatiana Dwi Arifah 1206244346

Wilujeng 1206248445

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA

SEPTEMBER 2014

Page 2: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahuwataala yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan

Makalah Asuhan Keperawatan Pasien Kanker Paru Stadium IIIA dengan

Masalah Nutrisiini. Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu tugas mata ajar Keperawatan Dewasa VI.

Kami menyedari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,

makalah ini tidak mudah untuk diselesaikan. Oleh karena itu, kami mengucapkan

terima kasih kepada Ibu Kuntarti, SKp., M.Biomedselaku fasilitator dan rekan-

rekan program regular 2012 atas dukungan, bantuan dan keja samanya.

Akhir kata, kami berharap Allah Subhanahuwataala berkenan membalas

segala kebaikan semua pihak yang telah membentu. Semoga makalah ini

membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Depok, 27 September 2014

Home Group 5

ii

Page 3: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 4

2.1 Kanker Paru ........................................................................................... 4

2.2 Pengkajian Nutrisi.................................................................................. 9

2.3 Kemoterapi .......................................................................................... 12

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................14

3.1 Pengkajian ........................................................................................... 14

3.2 Diagnosis ............................................................................................. 15

3.3 Perencanaan .......................................................................................... 15

3.4 Evaluasi ................................................................................................ 15

3.5 Nutrisi untuk Penderita Kanker ............................................................16

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 20

4.1 Kesimpulan .......................................................................................... 20

4.2 Saran ..................................................................................................... 20

Lampiran 1 .......................................................................................................... 21

Lampiran 2 .......................................................................................................... 22

iii

Page 4: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat

kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka yang

lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi kanker

payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker pada

wanita. Menurut hasil penelitian, 4ehabi 70% pasien kanker paru mengalami

penyebaran ke tempat limfatik regional dan tempat lain pada saat didiagnosis.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa karsinoma cenderung untuk timbul di

tempat jaringan perut sebelumnya (tuberculosis fibrosis) di dalam paru.

Kanker paru mengacu pada lapisan epithelium saluran napas. Kanker paru

dapat timbul dimana saja di paru dan kebanyakan kasus kanker paru dapat

dicegah jika kebiasaan merokok dihilangkan.

Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru –

paru yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa

terdapat 1.500.000 kasus baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal.

Prevalensi kanker paru di 4ehabi maju sangat tinggi, di USA tahun 1993

dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia

menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta

tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan

leher rahim. Namun, karena system pencatatan kita yang belum baik,

prevalensi pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah

sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai

pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.

Perawat sebagai tenaga kesehatan harus mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dan mampu ikut serta dalam upaya penurunan

angka insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotif, kuratif dan

4ehabilitative. Berdasarkan pemaparan diatas, kelompok akan membahas

asuhan keperawatan pada Ny.Q dengan kanker paru stadium IIIA.

1

Page 5: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1. Apa pengertian kanker paru?

1.2.2. Apa penyebab dan faktor risiko kanker paru?

1.2.3. Bagaimana patofisiologi kanker paru?

1.2.4. Apa saja manifestasi klinis kanker paru?

1.2.5. Bagaimana cara pengklasifikasian kanker paru?

1.2.6. Bagaimana farmakologi yang tepat untuk pasien kanker paru?

1.2.7. Apa pengaruh terapi kemoterapi bagi pasien kanker paru?

1.2.8. Mengapa pasien dengan kanker paru tersebut mengalami gangguan

nutrisi?

1.2.9. Bagaimana terapi nutrisi yang tepat untuk pasien kanker?

1.2.10. Bagaimana asuhan keperawatan yang tepat untuk menangani pasien

tersebut?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1. Mengetahui dan memahami pengertian kanker paru.

1.3.2. Mengetahui dan memahami penyebab dan faktor risiko kanker paru.

1.3.3. Mengetahui dan memahami patofisiologi kanker paru.

1.3.4. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis kanker paru.

1.3.5. Mengetahui dan memahami cara pengklasifikasian kanker paru.

1.3.6. Mengetahui dan memahami farmakologi yang tepat untuk pasien kanker

paru.

1.3.7. Mengetahui dan memahami pengaruh kemoterapi bagi pasien kanker

paru.

1.3.8. Mengetahui dan memahami penyebab pasien kanker paru terkena

gangguan nutrisi.

1.3.9. Mengetahui dan memahami pemberian terapi nutrisi untuk pasien

tersebut.

1.3.10. Menyusun dan menjelaskan asuhan keperawatan yang tepat untuk

menangani pasien tersebut.

Page 6: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

2

1.4 Metode Penulisan

Penyusunan makalah ini menggunakan study literature dan pencarian

data yang terpercaya dari internet dalam metode Question Based Learning

(QBL). Tim penyusun mencari literatur-literatur baik dari buku maupun dari

internet yang berkaitan dengan topik. Setiap mahasiswa memiliki tanggung

jawab untuk mempelajari satu sub pokok bahasan dan menjelaskan materi

tersebut dalam Home Group. Setelah itu semua anggota kelompok

mendiskusikan hasil belajar dan menyusun makalah.

1.5 Sistematika Penulisan

Makalah ini diawali dengan Bab I, pendahuluan, yang terdiri dari

paragraf yang menjabarkan latar belakang masalah yang akan dibahas,

perumusan masalah dan ruang lingkupnya, tujuan penulisan, metode

penulisan, dan sistematika penulisan. Makalah ini dilanjutkan dengan Bab II

yang berisi tinjauan pustaka, yang melingkupi semua materi yang ingin

disampaikan dari referensi yang telah didapatkan. Makalah dilanjutkan dengan

Bab III yang berisi pembahasan kasus, dan terakhir yaitu Bab IV yaitu

penutup, yang berisi tentang kesimpulan dan saran dari makalah yang telah

dibuat.

Page 7: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kanker Paru

Kanker paru atau disebut dengan karsinoma bronkogenik timbul dari

epitel sauran pernapasan (Asih, 2004). Sebagian besar kanker paru berasal

dari sel-sel dalam paru-paru, tetapi kanker paru juga bisa berasal dari hasil

metastasis kanker di bagian tubuh lain (Anies, 2006).

2.1.1 Etiologi dan Faktor Risiko

a. Merokok

Di perkirakan bahwa 85 % kematian akibat kanker paru berhubungan

dengan kebiasaan merokok (Price dan Wilson, 2012). Pengamat mencatat

bahwa rata-rata mortalitas kanker paru pada orang yang merokok 2

bungkus perhari selama sepuluh tahun adalah 15 sampai 25 kali lebih

banyak dibandingkan dengan non perokok. Periode laten antara permulaan

merokok dan terjadinya kanker paru adalah sekitar 15 sampai 20 tahun

(Otto, 2005).

b. Polusi Udara dan Industri

Suatu karsinogen (bahan yang dapat menimbulkan kanker) yang

ditemukan dalam polusi udara adalah 3,4 benzipiren. Selain itu, pajanan

industri terhadap beberapa agen seperti asbes, merupakan bahan yang

paling banyak digunakan dalam industri bangunan. Mesotelioma jinak

lokal atas ganas difus dan pleura adalah tumor langka yang secara spesifik

berkaitan dengan pengaruh asbes. Kemudian terdapat peningkatan risiko

di antara mereka yang bekerja dengan uranium, kromat, arsen (insektisida

pertanian), gas mustard, hidrokarbon aromatik polisiklik (banyak dalam

bentuk minyak mentah, batu bara, produk pembakaran material organik),

nikel, dan bijih besi (Otto, 2005).

Page 8: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

4

c. Makanan dan Kecendrungan Familial

Perokok yang makanannya rendah vitamin A memiliki risiko yang lebih

besar untuk mengalami kanker paru. Beberapa penelitian mengatakan

bahwa diet rendah vitamin A meningkatkan risiko kanker sel skuamosa

dan small cell lung cancer pada pria (Otto, 2005).

Risiko kanker paru meningkat pada orang dengan riwayat penyakit paru

seperti riwayat kanker paru dalam keluarga. Hal ini disebabkan adanya

pengaktifan onkogen (termasuk gen-gen K-ras dan myc) dan

menonaktifkan gen-gen penekan kanker (termasuk gen rb, p53, dan CDKN

2) sehingga mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan kanker

memiliki arti penting dalam perkembangan kanker paru (Price dan Wison,

2012).

2.1.2 Patologi

Klasifikasi WHO untuk karsinoma bronkogenik adalah

a. Karsinoma Sel Kecil ( Small Cell Lung Cancer, SCLC)

Biasanya terletak di tengah sekitar

percabangan utama bronki. Tidak

seperti kanker paru yang lain, jenis

tumor ini timbul dari sel-sel

Kulchitsky, komponen normal

epitel bronkus. Secara mikroskopis,

tumor ini terbentuk dari sel-sel

kecil (sekitar dua kali ukuran

limfosit) dengan inti hiperkromatik

pekat dan sitoplasma sedikit. Sel-sel ini sering menyerupai biji oat,

sehingga diberi nama karsinoma sel oat. Karsinoma ini memiliki waktu

pembelahan yang tercepat dan prognosis yang terburuk dibandingkan

dengan semua karsinoma bronkogenik. Metastasis dini ke mediastinum

Page 9: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

dan kelenjar limpa hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen

ke organ-organ distal, sering dijumpai.

5

b. Karsinoma Sel Besar (Non-Small Cell Lung Cancer, NSCLC)

Karsinoma tipe ini adalah terdiri

dari sel-sel ganas yang besar

dan berdiferensiasi sangat buruk

dengan sitoplasma yang besar

dan ukuran inti bermacam-

macam. Sel-sel ini cenderung

timbul pada jaringan paru

perifer, tumbuh cepat dengan

penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.

c. Karsinoma Sel Epidermoid (Skuamosa)

karsinoma sel skuamosa merupakan tipe histologik karsinoma

bronkogenik yang paling

sering ditemukan, berasal dari

permukaan epitel bronkus.

Karsinoma sel skuamosa

biasanya terletak di sentral

sekitar hilus, dan menonjol ke

dalam bronki besar. Diameter

tumor jarang melampaui

beberapa sentimeter dan

cenderung menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus,

dinding dada, dan mediastinum. Karsinoma sel skuamosa lambat dalam

bermetastasis, maka pengobatan dini dapat memperbaiki prognosis.

d. Adenokarsinoma

Page 10: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

Adenokarsinoma memperlihatkan

susunan selular seperti kelenjar

bronkus dan dapat mengandung

mukus. Kebanyakan jenis ini

timbul di bagian perifer segmen

bronkus dan terkadang dapat

dikaitkan dengan jaringan parut

local pada paru dan fibrosis

intertisial kronik. Lesi seringkali

meluas ke pembuluh darah dan

limfe pada stadium dini, dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi

primer menyebabkan gejala-gejala.

2.1.3 Manifestasi Klinis

Karsinoma bronkogenik menyerupai jenis penyakit paru dan tidak

memiliki awitan khas. Karsinoma ini sering kali menyerupai pneumonitis

yang tidak dapat ditanggulangi. Gejala yang paling sering terjadi:

Perubahan batuk

Bronkitis atau pneumonia yang resisten terhadap antibiotik yang

berulang

Hemoptisis

Nyeri dada

Wheezing

Penurun berat badan

Disfagia

Kelelahan

2.1.4 Penentuan Stadium Kanker Paru

Gambaran Stadium TNM International untuk Kanker Paru (American Joint

Committee on Cancer, 1997)

Gambaran TNM Definisi

Status Tumor Primer (T)

6

Page 11: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

T0 Tidak terbukti adanya tumor primer.

Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bronkus,

tetapi tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi.

Tis Karsinoma in situ.

T1 Tumor berdiameter ≤ 3 cm dikelilingi paru atau pleura

viseralis yang normal.

T2 Tumor berdiameter > 3 cm atau ukuran berapa pun yang

sudah menyerang pleura viseralias atau mengakibatkan

atelektasis yang meluas ke hilus; harus berjarak > 2cm

distal dari karina.

T3 Tumor berukuran berapa pun dengan perluasan langsung

pada dinding dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau

perikardium tanpa mengenai jantung, pembuluh darah

besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam

jarak 2 cm dari karina, tetapi tidak mengenai karina.

T4 Tumor berukuran berapapun yang sudah menyerang

mediastinum atau mengenai jantung, pembuluh darah

besar, trakea, esofagus, kopus vertebra, atau karina; atau

adanya efusi pleura yang maligna.

Keterlibatan Kelenjar Getah Bening Regional (N)

N0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar getah bening

regional.

N1 Metastasis pada peribronkial dan/atau kelenjar-kelenjar

hilus ipsilateral.

N2 Metastasis pada mediastinal ipsilateral atau kelenjar getah

bening subkarina.

N3 Metastasis pada mediastinal atau kelenjar-kelenjar getah

bening hilus kontralateral; kelenjar-kelenjar getah bening

skalenus atau supraklavikular ipsilateral atau kontralateral.

Metastasis Jauh (M)

7

Page 12: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

M0 Tidak diketahui adanya metastasis jauh.

M1 Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (misal, otak).

Kelompok Stadium

Karsinoma Tersembunyi Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0

Stadium IIB T2, N1, M0

T3, N0, M0

Stadium IIIA T1-T3, N1, N2, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berepa pun, M0

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

2.2 Pengkajian Nutrisi

Pengkajian nutrisi dilakukan untuk mengidentifikasi klien yang berisiko

malnutrisi dan yang memiliki status nutrisi buruk. Komponen pengkajian

nutrisi mencakup antropometrik, biokimia, data klinis (clinical), dan diet.

2.2.1 Riwayat keperawatan

Data yang dikaji untuk riwayat keperawatan adalah usia, jenis kelamin,

dan tingkat aktivitas, kesulitan makan (misal gangguan mengunyah atau

menelan), kepercayaan budaya dan agama yang memengaruhi pilihan

makanan, status ekonomi, kondisi medis dahulu dan saat ini, serta riwayat

obat-obatan.

2.2.2 Antropometri

Pengukuran antropometri adalah teknik untuk mengetahui ukuran, berat,

dan proporsi tubuh. Data yang dikaji dalam pengukuran antropometri :

- Berat badan ideal (BBI)

8

Page 13: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

Digunakan untuk mengetahui apakah berat badan klien kurang, normal,

berlebih, atau obesitas. Perhitungan BBI menurut Broca:

BBI = [Tinggi badan (cm) – 100] ± 10%

Dengan nilai standar: <90%= berat badan kurang, 90-110%= berat badan

normal, 110-119%= berat badan lebih, > 120%= obesitas

- Tinggi badan dan berat badan

Digunakan untuk mengetahui indeks massa tubuh (IMT) seseorang. IMT

merupakan suatu perhitungan untuk menentukan apakah seseorang

memiliki gizi kurang, normal, lebih, atau obesitas. Perhitungan IMT:

IMT = Berat badan (kg)/ {tinggi badan (m)}2

Dengan nilai standar: < 18,5= gizi kurang, 18,5-25= gizi baik/normal, 26-

30= gizi lebih, >30= obesitas

- Berat badan saat ini dan berat badan biasa klien digunakan untuk mengetahui

persentase berat badan biasa dan persentase penurunan berat badan. Berat

badan biasa lebih baik dalam merefleksikan perubahan berat badan dan

kemungkinan malnutrisi.

Menghitung presentase berat badan

biasa

Menghitung presentase penurunan

berat badan

%BB biasa= (BB saat ini/BB biasa)

x 100%

dimana:

o Malnutrisi ringan = 85-90 %

o Malnutrisi sedang = 75-84%

o Malnutrisi berat = <74%

%penurunan BB= [BB biasa-BB

saat ini]/BB biasa) x 100%

dimana:

o Penurunan BB signifikan adalah

5% dalam satu bulan, atau 7,5%

dalam 3 bulan, atau 10% dalam

6 bulan.

o Penurunan BB berat adalah

>5% dalam satu bulan, atau

>7,5% dalam 3 bulan, atau >

10% dalam 6 bulan.

9

Page 14: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

- Lipatan kulit triseps/ Triceps Skin Fold (TSF)

Dilakukan untuk menentukan simpanan lemak. Lipatan kulit yang diukur

terdiri atas jaringan subkutan tetapi bukan otot yang ada di bawah jaringan

subkutan tersebut. Pengukuran dilakukan dengan menentukan titik tengah

lengan atas (pertengahan antara prosesus akromion dan prosesus

olekranon) kemudian memegang kulit dibelakang lengan atas di sepanjang

aksis humerus. Selanjutnya mengukur ketebalan lipatan kulit sampai ke

milimeter terdekat.

10

- LLT adalah pengukuran lemak, otot, dan tulang. Pengukuran LLT

dilakukan dengan mengukur lingkar di titik tengah lengan. Titik tengan

lengan didapatkan dengan mengukur panjang lengan dari bahu hingga siku

kemudian hasil pengukuran dibagi dua.

- LOLT merupakan suatu perkiraan massa tubuh tanpa lemak atau cadangan

otot rangka yang diketahui dengan menggunakan rumus :

LOLT (cm)= LLT(cm)- [{3,14 x TSF(mm)} / 10]

2.2.3 Data biokimia

Pengkajian data biokimia merupakan sumber penting untuk data objektif

(DeLaune, 2002). Data hasil laboratorium ini dapat digunakan untuk

mendeteksi perubahan nutrisi dan metabolisme sebelum ada gejala klinis

(DeLaune, 2002). Pemeriksaan laboratorium tnutrisi meliputi protein

serum, nitrogen urea urin, kreatinin, dan hitung limfosit total.

2.2.4 Data klinis

Data klinis klien didapat dengan melakukan pemeriksaan fisik. Selain

perubahan berat badan yang nyata, defisiensi dan kelebihan nutrisi dapat

diketahui melalui pemeriksaan fisik (Kozier et al, 2010). Pemeriksaan klinis

dilakukan dengan menginspeksi kulit, rambut, mata, mulut, bibir, kuku, dan

Page 15: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

otot. Pemeriksaan ini membutuhkan kemampuan pemeriksa karena banyak

tanda klinis yang mengarah pada lebih dari satu defisiensi nutrien.

2.2.5 Data diet

Data diet klien dapat dikumpulkan dengan menggunakan 4 metode, yaitu

ingatan makanan 24 jam, catatan frekuensi makanan, buku harian

makanan, dan riwayat diet (Kozier et al, 2010). Ingatan makanan 24 jam

dilakukan dengan meminta klien mengingat makanan dan minuman yang

dikonsumsi selama periode 24 jam. Catatan frekuensi makanan merupakan

daftar tilik untuk mengetahui seberapa sering kelompok makanan dimakan

dan tidak tergantung jumlahnya. Catatan harian makanan adalah catatan

terinci mengenai jumlah (ukuran porsi) semua makanan dan cairan yang

dikonsumsi klien selama periode tertentu (biasanya 3 sampai 7 hari).

Riwayat diet adalah pengkajian komprehensif untuk mengkaji asupan

makanan klien dengan melibatkan wawancara intensif oleh seorang ahli

nutrisi. Riwayat diet mencakup data mengenai pola dan kebiasaan makan

klien yang biasa, pilihan makan, alergi, dan intoleransi; frekuensi, jenis,

dan kuantitas makanan yang dikonsumsi; dan faktor sosial, ekonomi, etnis,

atau agama yang mempengaruhi nutrisi.

2.3 Kemoterapi

Kemoterapi harus dimulai sedini mungkin. Kemoterapi harus tertuju pada

sel kanker tanpa menyebabkan gangguan menetap pada jaringna normal. Obat

kanker yang ada pada saat ini umumnya bersifat sitotoksik, baik terhadap sel

normal ataupun sel kanker. Toksisitas terhadap sel normal selalu terjadi.

Tetapi kenyataan kemoterapi dapat menghasilkan pemulihan jangka panjang

pada leukemia limfositik akut membiuktikan bahwa penyembuhan kanker

dapat dicapai dengan kemoterapi.

Sel sistem imun yang juga rusak akibat kemoterapi menyebabkan infeksi

lebih mudah terjadi dan juga memberi peluang untuk pertumbuhan tumor.

Agaknya respons imun selular memegang peran penting dalam pertahanan

tubuh terhadap kanker.

11

Page 16: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

Sifat pertumbuhan tumor ganas harus menjadi pertimbangan.

Pertumbuhan tumor mengikuti fungsi Gompertzian, mula-mula bersifat

eksponensial kemudian bersifat lambat (banyak sel berada dalam G0).

Apabila populasi tumor dikurangi misalnya dengan radiasi atau penyinaran

maka sel sisa berkembang secara ekponensial kembali dan menjadi lebih peka

terhadap kemoterapi. Protokol pengobatan atas dasar tersebut telah diterapkan

pada manusia, juga mungkin bahwa pada waktu tumor primer tidak tumbuh

pesat lagi, anak sebarnya masih dalam pertumbuhan eksponensial sehingga

lebih peka terhadap kemoterapi.

12

2.3.1 Efek samping

Antikanker merupakan obat yang indeks terapinya sempit. Semuanya

dapat menyebabkan efek toksik berat, yang mungkin sampai dapat

menyebabkan kematian secara langsung maupun tidak langsung. Karena

antikanker umumnya bekerja pada sel yang aktif, maka efek sampingnya

juga terutama mengenai jaringan dengan poliferasi tinggi yaitu: sistem

hemopoetik dan gastrointestinal.

Supresi hemopoesis terlihat sebagai leucopenia, trombositopenia atau

anemia. Leukoponia hebat dan trombopenia merupakan petunjuk untuk

penghentian terapi pada pasien yang pada awal terapi mempunyai sistem

homopoetik normal. Supresi sistem hmopoetik ini masih dapat berlanjut

setelah pemberian obat dihentikan. Umumnya pemulihan terjadi setelah 2

minggu setelah penghentian terapi. Penghambatan sistem hemopoetik oleh

nitrosourea dapat berlangsung 4-6 minggu setelah pengobatan dihentikan.

Gangguan saluran cerna berupa anoreksia ringan, mual, muntah, diare

dan stomatitis sampai yang berat yaitu ulserasi oral dan intestinal,

perforasi, diare hemoragik. Secara lebih jelas, beberapa efek samping dari

pemberian kemoterapi pada status nutrisi penderita kanker paru dapat

dilihat dalam tabel berikut ini (Shaw, 2010):

Page 17: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

Catatan: Efek samping ini bisa bertambah banyak jika pasien diberikan

lebih dari satu obat dalam setiap kemoterapi yang diberikan.

13

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Kasus:

Seorang pasien Ny. Q berusia 48 tahun. Dirawat dengan diagnosis medis kanker

paru stadium IIIA. Pasien bekerja sebagai buruh cuci. Pasien mengeluh nyeri dada

saat batuk dan kadang disertai darah dan merasa nafas lebih berat. Pasien

memiliki kebiasaan makan tidak teratur. Saat ini BB 48 kg, TB 165 cm. BB

sebelum sakit berkisar 58 kg. selama perawatan pasien mendapatkan pengobatan

kemoterapi. Sejak ke-2 pasca kemoterapi pasien mengalami mual dan muntah,

sehingga asupan makanan dan minum sangat berkurang.

3.1 Pengkajian

3.1.1 Riwayat Kesehatan

- Riwayat kesehatan sekarang:

o Pasien mengeluh nyeri dada saat batuk yang kadang disertai darah dan

merasa nafas lebih berat

o Berat badan pasien menurun

Page 18: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

o Mengalami mual dan muntah pasca kemoterapi

- Riwayat kesehatan lalu:

o Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur

3.1.2 Makanan/ cairan.

- Gejala: penurunan berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan

makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan.

- Tanda: kurus atau penampilan kurang berbobot (tahap lanjut), edema

wajah/leher, dada punggung (obstruksi vena kava), edema wajah/

periorbital (ketidakseimbangan hormonal, karsinoma sel kecil) glukosa

dalam urine (ketidakseimbangan hormonal, tumor epidermoid).

3.1.3 Nyeri/ kenyamanan.

- Gejala: Nyeri dada (tidak biasanya ada pada tahap dini dan tidak selalu

pada tahap lanjut) dimana dapat/ tidak dapat dipengaruhi oleh perubahan

posisi. Nyeri bahu/ tangan (khususnya pada sel besar atau

adenokarsinoma) dan nyeri abdomen hilang timbul.

3.1.4 Pernafasan.

- Gejala: batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya dan atau

produksi sputum. Nafas pendek, pekerja yang terpajan polutan, debu

industri, serak, paralysis pitasuara.

- Tanda: dispnea, meningkat dengan kerja. Peningkatan fremitus taktil

(menunjukkan konsolidasi). Krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi

(gangguan aliran udara), krekels/mengi menetap; pentimpangan trakea

(area yang mengalami lesi), hemoptisis.

3.2 Diagnosis

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

ditandai dengan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan pernafasan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis berhubungan

dengan salah interpretasi informasi dan kurang mengingat ditandai dengan

pasien meminta informasi tentang penyakitnya

14

Page 19: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

3.3 Perencanaan

Lampiran

3.4 Evaluasi

1. Pasien menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman

dalam rentang normal dan paru jelas/bersih.

2. Pasien berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru.

3. Pasien menunjukkan peningkatan berat badan menuju tujuan yang tepat.

4. Pasien menunjukkan perilaku/perubahan pola hidup untuk meningkatkan

dari/atau mempertahankan berat yang tepat.

5. Pasien dapat menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program

pengobatan.

6. Pasien dapat melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan

menjelaskan alasan tindakan tersebut.

7. Pasien berpartisipasi dalam proses belajar

8. Pasien melakukan perubahan pola hidup.

3.5 Nutrisi untuk Penderita Kanker

Terapi nutrisi yang diberikan dapat berisi hal – hal berikut (Schiller, 2010):

1. Anjurkan pasien untuk memakan makanan dengan porsi kecil. Di sini,

pasien juga diperbolehkan makan setiap pasien merasa lapar sehingga

pasien tidak dibatasi dengan aturang makan tiga kali sehari. Pola

pemberian makan ini diberikan agar pasien dapat memenuhi kebutuhan

kalorinya dan mengatasi rasa lelah pada pasien.

2. Bantu pasien untuk memilih dan mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan

tinggi protein. Makanan tinggi kalori dan protein ini sangat dianjurkan

bagi pasien kanker paru dengan penurunan berat badan dan penurunan

nafsu makan

3. Sekurang-kurangnya mengkonsumsi 400 g buah dan sayuran dari berbagai

jenis setiap harinya

15

Page 20: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

4. Meningkatkan asupan amakanan nabati yang kaya karbohidrat kompleks,

misalnya padi-padian, serealia, biji polong-polongan kering (pulse)

sebagai sumber utama energi

5. Mengkonsumsi alcohol seminimal mungkin

6. Mengurangi asupan adaging merah, lemak dan garam

7. Menghindari makanan yang diawetkan dengan garam dan makanan olahan

8. Bantu pasien untuk mengkonsumsi suplemen cairan tinggi kalori dan

tinggi protein serta sudah diperbolehkan oleh dokter. Suplemen tersebut

diperbolehkan dimakan bersama dengan pudding.

9. Perawat dan dokter dapat bekerjasama dalam memberikan obat Megace

yang dapat meningkatkan nafsu makan.

10. Makan makanan tinggi serat dan memperbanyak asupan cairan untuk

meghindari konstipasi

11. Perawat dapat menawarkan makanan yang bersifat lembut pada pasien

kanker paru yang kesulitan menelan atau pasien kanker paru stadium

lanjut

12. Selain makanan di atas, berikut ini merupakan makanan yang dapat

dikonsumsi oleh penderita kanker paru

a. Antioksidan yang banyak terdapat pada buah dan sayur

b. Gula dalam bahan makanan alami seperti madu, gula tebu, dn

sebagainya dan hindari gula berlebih pada minuman buatan seperti

soda

c. Makanan berbahan dasar kedelai karena kedelai merupakan sumber

protein yang tingagi, penghasil antioksidan, dan penghasil

phytochemical

13. Jika pasien mengalami kesulitan dalam menelan atau sering mengalami

rasa mual dan/atau muntah, pasien dapat diberikan tube feeding atau

pemberian nutrisi secara parenteral (National Institute)

14. Berikan edukasi pada pasien dan keluarga pasien untuk memakan /

memberikan makanan dengan tetap selalu menjaga keamanan dan

kebersihan makanan.

16

Page 21: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

15. Dalam memberikan terapi nutrisi, ada baiknya jika perawat mengetahui

interaksi yang mungkin terjadi antara obat dan makanan.

16. Bantu pasien untuk melakukan aktivitas fisik sesuai pedoman (paling

sedikit 30 menit, lima hari seminggu)

17. Memberikan edukasi kepada keluarga pasien mengenai makanan apa saja

yang boleh diberikan, dikurangi, dan tidak boleh diberikan kepada pasien

ketika berada di rumah sakit atau ketika sudah diperbolehkan pulang

18. Memberikan resep makanan sehat pada pasien dan keluarga pasien yang

sesuai untuk penderita kanker paru.

17

Faktor diet yang mungkin memiliki peran perlindungan terhadap kanker

Makanan atau nutrient Kemungkinan peran perlindungan terhadap kanker

Polisakarida nonpati

(serat makanan)

Buah dan sayuran

Diet tinggi serat memberikan sejumlah perlindungan

melawan kanker kolorektal

Efek ini mungkin dihasilkan mellaui beberapa cara:

- Mempercepat pembuangan karsinogen potensial

dengan mempercepat pergerakan amkanan melalui

usus

- Menyediakan lebih banyak nutrient yang

bermanfaat bagi sel kolon

- Menciptakan lingkungan yang lebih asam sehingga

terbentuk koloni plora bakteri normal yang lebih

sehat

Akan tetapi, asupan serat seringkali sangat berkitan

denganmakanan lain yang juga berguna bagi

kesehatan, seperti serelia, biji-bijian, buah, dan

sayuran, yang juga memberikan manfaat melalui

mekanisme lain.

Page 22: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

Asam Folat

Klasium dan Vit. D

Terdapat bukti yang konsisten bahwa diet yang

kaya akan buah dan syuran berkaitan dengan jumlah

kasus kanker yang lebih rendah, dan tidak ada bukti

yang mendukung kondisi sebaliknya

Diyakini bahwa antioksidan yang disuplai oleh

buah dan sayuran berperan sebagai pelindung

melawan kerusakan DNA dan molekul lain. Akan

tetapi, bukti yang kuat belum ada.

Zat lain yang terkandung dalam buah dan sayuran

mungkin memiliki arti penting: termasuk did

alamnya berbagai zat fitokimia, fitosterol,

isotiosianat, senyawa yang mengandung sulfur, dan

fitoestrogen. Beraneka ragam buah dan sayuran

harus dikonsumsi agar dapat memperoleh semua zat

ini.

Beberapa bukti menunjukkan bahwa asupan folat

yang tinggi terkait dengan risiko kanker yang lebih

rendah, terutama kanker kolon, leher rahim

(serviks), paru-paru, payudara, dan prostat;

tampaknya mekanisme yang mendasarinya ialah

perlindungan melawan mutasi DNA

Hubungan terbalik antara asupan kalium (dari susu

dan produk olahannya) dengna kanker kolon telah

dilaporkan.

Hal ini mungkin disebabkan oleh pengikatan lemak

dalam saluran cerna oleh kalsium, shingga

mengurangi peluang timbulnya efek membahayakan

akibat lemak dan asam empedu

Vitamin D mungkin bekerja sebagai anti kanker

18

Page 23: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

dengan caranya sendiri, dan telah dianggap dapat

menurunkan risiko kanker prostat, kanker kolon,

dan kanker payudara.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kanker paru (Ca Paru) merupakan penyebab kematian utama akibat

kanker pada pria dan wanita. Kanker paru ini meningkat dengan angka

yang lebih besar pada wanita dibandingkan pada pria dan sekarang melebihi

kanker payudara sebagai penyebab paling umum kematian akibat kanker

pada wanita. Kanker paru adalah pertumbuhan sel-sel kanker yang tidak

dapat terkendali dalam jaringan paru yang dapat disebabkan oleh

sejumlah karsinogen lingkungan terutama asap rokok. Asap rokok

merupakan penyebab utama terjadinya Ca. paru. Kanker paru dapat

menimbulkan berbagai gejala klinis dan sindrom yang cukup beragam,

tergantung dari lokasi, ukuran, substansi yang dikeluarkan oleh tumor dan

metastasis ke organ yang dikenai. Ada banyak gejala yang dari penyakit ini,

gejala paling umum yang ditemui pada penderita kanker paru adalah batuk

yang terus menerus atau menjadi hebat, hemoptisis, napas sesak dan pendek-

pendek, sakit kepala, nyeri atau retak tulang dengan sebab yang tidak jelas,

19

Page 24: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

kehilangan selara makan atau turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas.

Terdapat tiga bentuk pencegahan Ca Paru dapat dilakukan yaitu dengan

pencegahan primer, sekunder dan tersier. Kemoterapi, pembedahan dan

radioterapi merupakan tindakan yang dapat dilakukan sebagai bentuk

pengendalian dari Ca. Paru

4.2. Saran

Perawat sebaiknya mengetahui konsep umum mengenai Ca Paru, mulai

dari definisi hingga penatalaksanaan apa yang cocok untuk klien ca. paru.

Pengetahuan perawat mengenai konsep umum akan membantu klien untuk

menurunkan gejala yang akan muncul. Perawat juga sebaiknya mengetahui

intervensi keperawatan apa yang cocok untuk klien kanker paru.

20

LAMPIRAN 1

Peta Konsep Asuhan Keperawatan

Kasus Ny. Q Penderita Kanker Paru Stadium IIIA

Nyeri dada

Napas berat

Besar energi dan nutrisi habis untuk memeberi makan sel

kanker

AnoreksiaMual & Muntah

↓ asupan nutrisi

↓ BB yang signifikan

Ditandai dengan

BB 58 48TB 165BMI: 17,630

Dx. Keperawatan:Pola nafas tidak

efektif

Dx. Keperawatan:Nutrisi <

kebutuhan tubuh

Ny. Q (48 tahun)

Kanker Paru Stadium III A

MerokokPolusi udara dan industryMakananGenetik

T1-T3, N1, N2, M0

Tumor berdiameter > 3 cmMetastatis kelenjar getah beningTidak diketahui adanya metastatis jauh

Kebiasaan makan tidak teratur

Kemoterapi

Efek samping di daerah gastrointestinal

Dx. Keperawatan:Kurangnya

pengetahuan

Page 25: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

21

LAMPIRAN 2

Diagnosis 1: Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi

paru ditandai dengan perubahan kedalaman dan/atau kecepatan pernafasan.

Kriteria Hasil:

- Menunjukkan pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam

rentang normal dan paru jelas/bersih

- Berpartisipasi dalam aktivitas/perilaku meningkatkan fungsi paru.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji frekuensi, kedalaman

pernapasan dan ekspansi dada.

Catat upaya pernapasan,

termasuk penggunaan otot

bantu/pelebaran nasal.

1. Kecepatan biasanya meningkat.

Dispnea dan terjadi peningkatan

kerja napas (pada awal atau

hanya tanda EP subakut).

Kedalaman pernapasan bervariasi

tergantung derajat gagal napas.

Ekspansi dada terbatas yang

berhubungan dengan atelektasis

Page 26: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

2. Auskultasi bunyi napas dan catat

adanya bunyi napas adventisius,

seperi krekels, mengi, gesekan

pleural.

3. Tinggikan kepala dan bantu

mengubah posisi. Bangunkan

pasien turun tempat tidur dan

ambulasi sesegera mungkin.

4. Observasi pola batuk dan

karakter sekret.

5. Dorong/bantu pasien dalam

napas dalam dan latihan batuk.

Penghiasapan per oral atau

nasotrakeal bila diindikasikan.

6. Berikan oksigen tambahan.

7. Berikan humidifikasi tambahan,

mis., nebuliser ultrasonik.

8. Bantu fisioterapi dada (mis.

dan/atau nyeri dada pleuritik.

2. Bunyi napas menurun/tak ada bila

jalan napas obstruksi sekunder

terhadap perdarahan, bekuan atau

kolaps jalan napas kecil

(atelektasis). Ronki dan mengi

menyertai obstruksi jalan napas/

kegagalan pernapasan.

3. Duduk tinggi memungkinkan

ekspansi paru dan memudahkan

pernapasan. Pengubahan posisi

dan ambulasi meningkatkan

pengisian udara segmen paru

berbeda sehingga memperbaiki

difusi gas

4. Kongesti alveolar mengakibatkan

batuk kering/iritasi. Sputum

bedarah dapat diakibatkan oleh

kerusakan jaringan (infark paru)

atau antikougulan berlebihan.

5. Dapat meningkatkan/ banyaknya

sputum dimana gangguan

ventilasi dan ditambah

ketidaknyamanan upaya

bernapas.

6. Memaksimalkan bernapas dan

menurunkan kerja napas.

7. Memberikan kelembaban pada

membran mukosa dan membantu

pengenceran sekret untuk

memudahkan pembersihan.

8. Memudahkan upaya pernapasan

22

Page 27: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

Drainase postural dan perkusi

area yang tak sakit, tiupan

botol/spirometri insentif).

9. Siapkan untuk/bantu

bronkoskopi

dalam dan meningkatkan drainase

sekret dari segmen paru kedalam

bronkus, dimana dapatlebih

mempercepat pembuangan

dengan batuk/penghisapan.

9. Kadang-kadang berupa untuk

membuang bekuan dan arah dan

membersihkan jalan napas.

23

Diagnosis 2: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

anoreksia ditandai dengan kelemahan, berat badan menurun.

Kriteria hasil:

- Menunjukkan peningkatan berat badan menujutujuan yang tepat.

- Menunjukkanperilaku/perubahanpolahidupuntukmeningkatkandari/

ataumempertahankanberat yang tepat.

INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji kebiasaan diet, masukan

makanan saat ini evaluasi berat

badan dan ukuran tubuh.

2. Auskultasi bunyi usus.

3. Berikan perawatan oral sering,

buang sekret berikan wadah

khusus untuk sekali pakai dan

tisu.

1. Pasien distres pernapasan akut

sering anoreksia karena dispnea,

produksi sputum dan obat.

2. Penurunan bising usus

menunjukkan penurunan

motilitas gaster dan konstipasi.

3. Rasa tak enak, bau dan

penampilana adalah pencegah

utama terhadap nafsu makan dan

dapat membuat mual dan muntah

Page 28: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

4. Berikan makan porsi kecil tapi

sering.

5. Hindari makanan yang sangat

panas atau sangat dingin.

6. Timbang berat badan sesuai

indikasi.

denagn peningkatan kesulitan

napas.

4. Memberikan kesempatan untuk

meningkatkan masukan kalori

total.

5. Suhu ekstrim dapat mencetuskan/

meningkatkan spasme batuk.

6. Berguna untuk menentukan

kebutuhan kalori menyusun

tujuan berat badan dan evaluasi

keadekuatan rencana nutrisi.

24

Diagnosis 3: Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan prognosis

berhubungan dengan salah interpretasi informasi dan kurang mengingat ditandai

dengan pasien meminta informasi tentang penyakitnya.

Kriteria hasil:

- Menyatakan pemahaman seluk beluk diagnosa, program pengobatan.

- Melakukan dengan benar prosedur yang perlu dan menjelaskan alasan tindakan

tersebut.

- Berpartisipasi dalam proses belajar

- Melakukan perubahan pola hidup.

INTERVENSI RASIONAL

1. Diskusikan diagnosa,rencana/terapi

saat ini dan hasil yang diharapkan.

1. Memberikan informasi khusus

individu, membuat pengetahuan

untuk belajar lanjut tentang

manajemen di rumah. Radiasi dan

kemoterapi dapat menyertai

intervensi bedah dan informasi

penting untuk memampukan

Page 29: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

2. Kuatkan penjelasan ahli bedah

tentang prosedur pembedahan

dengan memberikan diagram yang

tepat. Masukkan informasi ini

dalam diskusi tentang harapan

jangka pendek/panjang dari

penyembuhan.

3. Diskusikan perlunya perencanaan

untuk mengevaluasi perawatan saat

pulang.

4. Identifikasi tanda/gejala yang

memerlukan evaluasi medis. Misal

perubahan penampilan insisi,

terjadinya kesulitan penapasan,

demam, peningkatan nyeri dada,

perubahan penampilan sputum.

5. Bantu pasien menentukan toleransi

aktivitas dan menyusun tujuan.

pasien/orang terdekat untuk

membuat keputusan berdasarkan

informasi.

2. Lamanya rehabilitasi dan

prognosis tergantung pada tipe

pembedahan, kondisi praoperasi,

dan lamanya/derajat komplikasi.

3. Pengkajian evaluasi status

penapasan dan kesehatan umum

penting sekali untuk meyakinkan

penyembuhan optimal. Juga

memberikan kesempatan untuk

merujuk masalah/pertanyaan pada

waktu yang sedikit stress.

4. Deteksi dini dan intervensi tepat

waktu dapat mencegah/

meminimalkan komplikasi.

5. Kelemahan dan kelelahan harus

kecil sesuai dengan penyembuhan

dan perbaikan fungsi paru selama

periode penyembuhan, khususnya

bila kanker telah diangkat. Bila

kanker meluas, secara emosional

membantu pasien untuk mampu

menyusun tujuan aktivitas yang

25

Page 30: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

6. Evaluasi ketersediaan/keadekuatan

sistem pendukung dan perlunya

bantuan dalam perawatan diri/

manajemen di rumah.

7. Anjurkan periode istirahat dengan

aktivitas dan tugas berat. Tekankan

menghindari mengangkat berat,

latihan isometrik/ regangan tubuh

atas. Kuatkan pembatasan waktu

dokter tentang mengangkat.

8. Anjurkan menghentikan aktivitas

yang menyebabkan kelemahan atau

meningkatkan napas pendek.

realistis untuk meningkatkan

kemandirian optimal.

6. Kelemahan umum dan

keterbatasan aktivitas dapat

menurunkan kemampuan individu

untuk memenuhi kebutuhan

sendiri.

7. Kelemahan umum dan kelemahan

biasa pada periode dini

penyembuhan tetapi harus nenurun

sesuai perbaikan fungsi

pernapasan dan kemajuan

penyembuhan. Istirahat dan tidur

meningkatkan kemampuan

koping, menurunkan gugup

(umum pada fase ini), dan

meningkatkan penyembuhan.

Catatan:

Peregangan menggunakan tangan

dapat membuat stres ada insisi

karena otot dada dapat lebih

lemahd ari normal selama 3-6

bulan setelah pembedahan.

8. Terlalu lelah meningkatkan

kegagalan pernapasan.

26

Page 31: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

27

DAFTAR PUSTAKA

Anies. (2006). Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan

dari Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

Asih, N.G. dan Effendy, C. (2004). Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.

Carnidge, D. R. (2001). The causes of dysphagia in carcinoma of the lung.

Journal of The Royal Society of Medicine. 94: 567 – 572.

Davey, P. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.

DeLaune, S.C. & Ladner, P.K. (2002). Fundamentals of nursing standards and

practice, 2nd edition. New York: Delmar.

Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S.J. (2010). Fundamental

keperawatan: konsep, proses, dan praktik., edisi 7, terj. Jakarta: EGC.

Page 32: Makalah KD6-HG05-KankerParu.doc

Otto, S.E. (2005). Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta: EGC.

Price, S.A. dan Wilson, L.M. (2012). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6 Volum 2. Jakarta: EGC.

Schiller, J. H., Parles, K., dan Cipau, A. (2010). 100 Questions and Answers about

Lung Cancer. 2nd Edition. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.

Shaw, C. (2010). Nutrition and Cancer. New Jersey: Wiley – Blackwell.

http://www.lung.org/lung-disease/lung-cancer/treating-lung-cancer/a-life-

change/nutrition.html

Whitney, E. & Rolfes, S.R. (2013). Understanding nutrition, 13th ed. United

States: Wadsworth Cengage Learning.

Yarbro, C.H., Wujcik, D., & Gobel, B.H. (2011). Cancer nursing: principles and

practice, 7th edition. Sudburry: Jones and Bartlett Publishers.

28