makalah kajian budaya lokal
DESCRIPTION
MAKALAH KAJIAN BUDAYA LOKALTRANSCRIPT
![Page 1: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN
“ KAJIAN BUDAYA LOKAL”
“NYONGKOLAN”
OLEH
WIRIYA SUWANDI
EIE 011083
UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI S1-PGSD
2013
0
![Page 2: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/2.jpg)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr .Wb
Dengan rahmat Allah SWT yang Maha Pengasih dan maha penyayang yang telah
memberikan saya selaku hanbaNya yaitu kesempatan menyelesaikan makalah kajian budaya
lokal “nyongkolan” ini dan tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada bapak dosen
mata kuliah kajian budaya lokal yang telah memberikan landasan dan bimbingan sehingga
makalah ini diselesaikan tepat pada waktu. Mungkin dari sistematika penulisan maupun
penjelasan pada laporan, masih banyak kesalahan dan kekurangan, mohon permaklumannya,
karena saya selaku mahasiswa S1 PGSD masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu saya
membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan keterampilan dan
pengetahuan bagi saya, semoga laporan ini bermanfaat untuk saya dan kita semua, sekian terima
kasih.
Aikmel, 1 januari 2012
1
![Page 3: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/3.jpg)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1
DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3
Latar belakang........................................................................................................... 4
Rumusan masalah...................................................................................................... 4
Tujuan........................................................................................................................ 4
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 5
Pengertian nyongkolan.............................................................................................. 5
Proses, symbol dan makna nyongkolan…………………………............................. 5
a. Proses nyongkolan………………………………………………………. 5
b. Symbol…………………………………………………………………... 8
c. Makna…………………………………………………………………… 8
Busana adat sasaq laki-laki dan perempuan serta maknanya..................................... 9
a. Busana adat sasaq laki-laki dan maknanya.................................................... 9
b. Busana adatprempuan dan maknanya........................................................... 10
Peran atau andil setiap keluarga dalam mempertahankan tradisi nyonkolan……… 11
Sumber…………………………………………………………………………….. 12
2
![Page 4: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Nyongkolan merupakan acara sorong serah yang dimana pengantin laki-
laki mendatangi rumah perempuan, kebiasaan acara nyongkolan ini diikuti
oleh banyak orang karena pengantin laki-laki yang akan berkunjung
kerumah sang perempuan harus dikawal oleh masyarakat banyak layaknya
seorang raja dan ratu yang dikawal perajuritnya. Dengan mengenakan
busana adat yang khas, pengantin dan keluarga yang ditemani oleh para
tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemuka adat beserta sanak saudara,
berjalan keliling desa atau dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai
wanita. Tradisi ini juga merupakan sebuah bentuk "pengumuman" bahwa
pasangan tersebut sudah resmi menikah..
Hingga saat ini, Nyongkolan masih tetap berlangsung Akan tetapi pada
saat ini budaya nyongkolan ini sudah mulai memudar, hal ini disebabkan
kurangnya kepedulian masyarakat akan budaya nyongkolan yang dimana
budaya nyongkolan ini merupakan ciri khas budaya sasak. Salah satu
penyebab kurangnya perhatian masyarakat akan budaya nyongkolan ini
adalah budaya nyongkolan zaman dahulu berbeda dengan nyongkolan
zaman sekarang, dimana nyongkolan zaman dulu tidak memerlukan biaya
yang cukup banyak dan cukup dengan menggunakan tip dan memutar kaset
cilokak (lagu asli sasak) sampai rumah sang permpuan, sedangkan
nyongkolan zaman sekarang membutuhkan biaya yang cukup banyak,
karena acara nyongkolan harus di iringi oleh grup musik moderen atau
tradisional seperti kecimol, gendang belek, dan ale-ale (aliran musik
campuran moderen dan tradisional), walaupun demikian budaya nyongkolan
3
![Page 5: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/5.jpg)
sangat perlu dilestarikan oleh masyarakat karena budaya nyongkolan
merupakan ciri khas pulauLombok..
Kemudian saat nyongkolan, ketika masyarakat tidak mengenakan
pakaian adat, maka tidak diberikan masuk dalam iringan pengantin. Tapi
aturan tersebut mungkin berlaku pada zaman yang lebih dahulu, karena
seperti yang kita lihat sekarang zaman sudah sangat modern dan maju yang
membuat aturan tersebut menjadi luntur dan tidak pernah dilaksanakan lagi.
Untuk acara nyongkolan pada saat ini, khususnya untuk anak muda mudi
menggunakan busana yang dipadukan dengan style – style baru yang
mereka ketahui dan apalagi mengenakan yang namanya pakaian “ Godek
Nongkek” mereka lebih senang memakai celana jeans yang di balut
selendang dan baju kaos kalaupun menggunakan Sapuk (ikat kepala)
hannya dilingkarkan di leher. Bahkan yang lebih parah lagi pada saat
nyongkolan dengan menggunakan kendaraan bermotor sering kali bertindak
ugal-ugalan tanpa mau metaati rambu-rambu lalu lintas serta pengguna
jalan lain sehingga tak jarang terjadi kecelakaan yang memakan korban jiwa.
Berkaca pada hal-hal tersebut maka sangat berpengaruh pada kearipan
budaya dan tradisi yang telah di bangun oleh para nenek moyang kita
khususnya budaya nyongkolanYang merupakan sebuah prosesi adat dalam
sebuah perkawinan di kalangan suku sasak. Untuk itu dalam tulisan singkat
ini akan dimuat sekilas tentang nilai budaya dalam prosesi adat nyongkolan.
Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan prosesi nyongkolan itu?
2. Bagaimana dan apakah makna dari proses nyongkolan ?
3. Apakah busana adat sasaq laki-laki dan perempuan serta maknanya?
4. Bagaimanakah peran atau andil setiap keluarga dalam mempertahan/melestarikan
kearifan local tersebut?
Tujuan Penulisan Makalah
4
![Page 6: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/6.jpg)
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prosesi nyongkolan itu.
2. Mengetahui perbedaan nyonkolan yang dilakukan oleh masyarakat biasa dan kaum
bangsawan
3. Mengetahui busana adat sasaq laki-laki dan perempuan serta
maknanya
4. Mengetahui bagaimana cara warga setempat dalam mempertahan/melestarikan kearifan
local tersebut
BAB II
PEMBAHASAN
Metode : Wawancara
Waktu dan tanggal : 08.00-09.30/1-01-2012
Tempat : Di rumah, Bagek Nyaka, Lombok Timur
Narasumber : Amak Kendan dan Ibu Nilawati
Tradisi Nyongkolan, Budaya Unik Suku Sasak
Tradisi Nyongkolan adat Sasak, Lombok
A.Pengertian nyongkolan
Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian
acara dalam prosesi perkawinan pada suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara
Barat. kegiatan ini berupa arak-arakan kedua mempelai dari rumah
mempelai pria ke rumah mempelai wanita, dengan diiringi keluarga dan
kerabat mempelai pria, memakai baju adat, serta rombongan musik yang
bisa gamelan atau kelompok penabuh rebana, atau disertai Gendang beleq
5
![Page 7: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/7.jpg)
pada kalangan bangsawan. Dalam pelaksanaannya, karena faktor jarak,
maka prosesi ini tidak dilakukan secara harfiah, tetapi biasanya rombongan
mulai berjalan dari jarak 1-0,5 km dari rumah mempelai wanita.
B. Proses dan Simbol Nyongkolan
a. proses Nyongkolan
Prosesi perkawinan masyarakat Desa Bagik Nyaka tidak jauh berbeda dengan prosesi
pernikahan di daerah-daerah lain yang ada di Lombok, dimana seorang pria dan wanita sepakat
untuk melakukan pernikahan. Namun demikian,ada juga sebagian anak pria dan wanita yang
dijodohkan oleh orang tua, Tuan Guru atau Kiyai yang mereka hormati.
Prosesi adat Nyongkolan dimulai dari perundingan kedua belah pihak dari jauh-jauh hari
sebelum terjadinya keputusan untuk berbesan. Setelah kedua keluarga mempelai mencapai
kesepakatan untuk mempunyai talian persaudaraan lewat pernikahan, maka mulailah ditentukan
hari oleh keluarga pihak perempuan. Jika, telah ditentukan hari pelaksanaan ijab qabul, secepat
mungkin pihak dari perempuan mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan
pelaksanaan ijab qabul tersebut. dan jika yang menikah adalah anak perempuan, dan anak
perempuan tersebut melangkahi saudara laki-lakinya (kakak laki-lakinya), maka perempuan tadi
dikenakan wajib membayar uang melangkahi kakaknya. yang masyarakat Lombok menyebutnya
dengan bayar uang Pelengkak.49 Wajibnya membayar uang Pelengkak bagi anak perempuan
yang melangkahi kakaknya 49Uang Pelengkak adalah sejumlah uang yang diminta oleh kakak
dari pengantin perempuan kepada calon suami dari adiknya, sesuai dengan permintaannya
sendiri. Uang ini sebagai penghormatan dari pengantin laki-laki kepada kakak pengantin
perempuan yang dilangkahi. Nominal dari pemberian uang ini bisa dinegosiasikan oleh
pengantin laki-laki dengan kakak dari pengantin perempuan. uang pelengkak sifatnya wajib
diberikan. Jika yang di lengkahi dua orang kakak, maka calon suami wajib memberikannya
kepada keduanya sesuai dengan permintaan masing-masing. menikah, tidak mewajibkan anak
laki-laki yang hendak menikah dan melangkahi kakak perempaun atau laki-lakinya untuk
membayar uang pelengkak tersebut. Karena uang pelengkak hanya wajib dibayar oleh calon
pengantin pria pada kakak calon pengantin wanita yang dilangkahi oleh adiknya.
6
![Page 8: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/8.jpg)
Setelah acara ijab qabul selesai, pengantin wanita pada hari itu juga diharuskan untuk
melaksanakan tradisi Mandik Balek bahasa Lomboknya atau siraman dalam bahasa
Indonesianya, dengan posisi pemandian pengantin perempuan kearah kiblat. Air yang digunakan
oleh pengantin perempuan untuk Mendik Balek adalah air yang diambilkan dari sumur rumah
pengantin perempuan, yang proses pemandiannya dibantu oleh seorang tokoh adat yang
dipercayai oleh masayarakat sekitar. Selama proses Mandik Balek pengantin wanita hanya boleh
ditemani ibunya dan pada saat itu pengantin wanita hanya menggunakan kain sarung yang
dililitkankan kedada atau Kemben orang Lombok menyebutnya. Setelah prosesi Mandik Balek
selesai, maka selanjutnya akan diteruskan dengan acara Balek Lampak atau pengambilan barang
pengantin wanita yang dilakukan oleh pihak suami pada pihak pengantin perempuan. Balek
Lampak ini dilakukan sebelum dilaksanakannya adat Nyongkolan oleh pihak laki-laki pada pihak
perempuan. Bagi masyarakat Bagik Payung, tradisi Balek lampak ini sebagai penghormatan
pihak laki-laki pada pihak keluarga perempuan dan sekaligus betapa besar penghormatan pihak
laki-laki pada pengantin perempuan. dalam prosesi ini pengntin perempuan tidak diperkenankan
ikut turut serta dalam pelaksanaannya.
Setelah satu minggu pasca pernikahan barulah diadakan adat Nyongkolan yang bagi
masyarakat Lombok terutama masyarakat Bagik Nyaka diartikan sebagai permintaan secara
resmi sekaligus permintaan do’a restu dari pihak laki-laki dengan membawa seserahan berupa
makanan dan Gendang Belek yang diperuntukan bagi seluruh keluarga pihak perempuan. Prosesi
adat Nyongkolan dimulai dari datangnya kedua mempelai beserta keluarga pihak laki-laki
dengan membawa seserahan berupa makanan dan Gendang Belek yang sudah disewa oleh pihak
pengantin laki-laki kerumah pihak pengantin wanita. Kedua mempelai akan diiring oleh para
keluarga pihak laki-laki dengan posisi, pengantin laki-laki akan berada di tegah-tegah keluarga
yang berjenis laki-laki dan posisi pengantin wanita berada ditegah-tegah keluarga laki-laki yang
berjenis wanita juga. Para penabuh Gendang Belek dan alat-alat lainnya, akan memainkan
gendang belek dan alat-alatnya dari mulai jarak 1 Km dari rumah pengantin perempuan. setelah
iring-iringan kedua mempelai memasuki rumah pengantin perempuan, posisi kedua mempelai
dipisahkan dari rombongan dan ditempatkan pada tempat yang khusus yang telah disediakan
oleh pihak keluarga dari pengantin wanita. Sementara itu, di tempat lain yang juga sudah
disediakan oleh keluarga dari pihak perempuan, untuk rombongan lainnya yang terdiri dari
7
![Page 9: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/9.jpg)
keluarga besar pihak laki-laki beserta dayang-dayangnya dilayani secara terpisah oleh pihak
keluarga dari pengantin perempuan.
Setelah semua keluarga dari kedua belah pihak berkumpul ditempat yang telah disediakan,
barulah dimulai acara permintaan resmi pihak laki-laki yang diwakili oleh tetua atau tokoh adat
atau bapak dari pengantin pria kepada keluarga pihak pengantin wanita yang diwakili oleh salah
satu dari pihak pengantin wanita bisa bapak atau tokoh ada desa yang dipercayai dengan terlebih
dahulu para wakil tersebut berbicara sahut-sahutan dalam bentuk nyayian (cilokak) masyarakat
Lombok menyebutnya, dengan mengunakan bahasa Sasak Lombok mengenai segala hal tentang
kehidupan secara setelah menikah. Setelah sahut-sahutan selesai dari kedua pihak, acara
dilanjutkan dengan serah terima dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki yang di wakilkan
oleh satu orang perwakilan dari masing-masing pihak.
Setelah acara serah terima selesai, maka acara akan dilanjutkan dengan acara santai atau
ramah tamah dari kedua pihak keluarga. Tujuannya supaya keluarga kedua mempelai saling
mengenal satu sama lain. Seusai acara ramah tamah, maka selesailah serangkain presesi adan
Nyongkolan yang harus dilakukan oleh pihak laki-laki ke pihak perempuan. Setelahnya
rombongan tadi pulang dengan terlebih dahulu pengantin perempuan sungkeman kepada kedua
orang tuanya guna permohonan maaf atas segala kesalahan sewaktu belum berkeluarga.
b. Simbol
Simbol Nyongkolan adalah dengan di bunyikannya Gendang Belek sebagai musik yang
mengiringi proses upacara penyerahan resmi pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga
laki-laki yang akan bertanggung jawab lahir bathin akan penggantin perempuan. Sebelum
diadakannya proses nyongkolan, maka terlebih dahulu akan dilaksanakan beberapa proses yang
di mulai dari dilaksanakan proses mandik balek, yang prosesnya hanya diikuti oleh penggantin
perempuan saja tanpa melibatkan pengganti pria. Yang selanjutnya proses dilanjutkan dengan
dilaksanakanya proses Balik Lampak, yang kegiatan ini dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki
kepihak perempuan dengan tujuan mengambil barang-barang milik pengantin perempuan.
c. Makna Simbol
Makna dari simbol dimandikannya pengantin perempuan menghadap kiblah adalah
bertujuan agar pengantin peremuan tersebut ta’at akan kepemimpinan dari suaminya, seperti
ta’atnya seorang hamba pada sang Khaliknya dan sebagai penyerahan secara total diri
perempuan kepada suaminya. Sedangkan makna dari air yang diambil dari sumur rumah
8
![Page 10: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/10.jpg)
pengantin perempuan ditujukan agar pengantin perempuan bisa nyaman tinggal dirumah
suaminya seperti nyamannya dia tinggal dirumah sendiri, sebening dan setenang sifat air tanpa
ada riak kelombang
didalamnya.
Adapun makna dari Balek Lampak adalah sebagai penghormatan dari pihak laki-laki ke
pihak perempuan, dan arti dari ketidak ikut sertaan penggantin perempuan untuk mengambil
semua barangnya adalah bentuk penghormatan pihak laki-laki kepada penggantin perempuan
karena sudah bergabung dengan keluarga barunya.
C. Busana Adat Sasaq Laki-laki dan Perempuan
serta Maknanya
Masyarakat yang akan melakukan nyongkolan semuanya memakai
pakaian adat Lombok, yakni Busana Adat Sasak dalam perkembanganya
dipengaruhi oleh budaya Etnis Melayu, Jawa, Bali dan Bugis. Pengaruh dari
berbagai etnis tersebut beralkulturasi menjadi satu dalam tampilan. Busana
adat Sasak di berbagai lokus budaya/ sub etnik juga kita dapatkan berbagai
bentuk variasi yang mencirikannya. Dikarenakan budaya Sasak bersendikan
agama maka busana Sasak disesuikan dengan aturan agama yang dianut
( mayoritas orang Sasak ; pemeluk Islam). Pemakaian busana adat
dilakukan untuk kegiatan yang berkenaan dengan adat dengan tatacara
yang beradat. Busana Adat berbeda dengan pakaian kesenian yang boleh
memakai “sumping” , berkaca mata hitam, menggunakan pernik-pernik
yang menyala keemasan.
Dalam ketentuan yang telah disepakati, pedoman dasar busana adat
sasak , jenis dan maknanya adalah sebagai berikut
A. Busana Adat Sasaq laki-laki dan maknanya :
1. Capuq/Sapuk ( batik, palung , songket) : Sapuk merupakan mahkota
bagi pemakainya sebagai tanda kejantanan serta menjaga pemikiran
9
![Page 11: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/11.jpg)
dari hal-hal yang kotor dan sebagai lambang penghormatan kepada
Tuhan yang maha esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian
adat sasak tidak dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq untuk ritual
agama lain.
2. Baju Godek Nongkek ( warna gelap ) : merupakan busana pengaruh dari
jawa merupakan adaptasi jas eropa sebagai lambang keanggunan dan
kesopanan. Modifikasi dilakukan bagian belakang pegon agak terbuka
untuk memudahkan penggunaan keris. Bahan yang digunakan
sebaiknya berwarna polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana
pakaian kesenian.
3. Leang / dodot / tampet ( kain songket) : motif kain songket dengan
motif subahnale, keker, bintang empet dll ) bermakna semangat dalam
berkarya pengabdian kepada masyarakat.
4. Kain dalam dengan wiron / cute : bahannya dari batik jawa dengan
motif tulang nangka atau kain pelung hitam. Dapat juga digunakan
pakain tenun dengan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat
penginang .Hindari penggunaan kain putih polos dan merah . Wiron /
Cute yang ujungnya sampai dengan mata kaki lurus kebumi bermakan
sikap tawadduk-rendah hati.
5. Keris : Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang jika
bentuknya besar dan bisa juga disisipkan pada bagian depan jika agak
kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai lambang adat muka keris
( lambe/gading) harus menghadap kedepan, jika berbalik bermakna siap
beperang atau siaga. Keris bermakna : kesatriaan - keberanian dalam
mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak langka
maka diperbolehkan juga menyelipkan “pemaja” (pisau kecil tajam
untuk meraut).
6. Selendang Umbak ( khusus untuk para pemangku adat ): Umbak adalah
sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga
sasak. Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai
dengan empat meter. Dihujung benang digantungkan uang cina
10
![Page 12: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/12.jpg)
( kepeng bolong). Umbak sebagai pakaian adat hanya digunkan oleh
para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana
sebagai lambang kasih sayang dan kebijakan.
B. Busana Adat Perempuan dan Maknanya
1. Pangkak : Mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-
bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.
2. Tangkong : Pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa
pakaian kebaya dan lambung dari bahan dengan warna cerah atau
gelap dari jenis kain beludru atau brokat. Dihindari penggunaan model
yang memperlihatkan belahan dada dan transparan .
3. Tongkak : Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi
pinggang sebagai lambang kesuburan dan pengabdian
4. Lempot : Berupa selendang/kain tenun panjang bercorak khas yang
disampirkan di pundak kiri. Sebagai lambang kasih sayang.
5. Kereng : Berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai
mata kaki sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.
6. Asesoris : Gendit /Pending berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai
ikat pinggang, Onggar-onggar ( hiasan berupa bunga-bunga emas yang
diselipkan pada konde) jiwang / tindik (anting-anting), Suku /talen/ ketip
( uang emas atau perak yang dibuat bros) kalung dll.
Catatan : Pemakaian alas kaki dibenarkan meskipun pada aslinya tidak
digunakan. Alas kaki yang boleh digunakan berupa selop baik yang
dibuat dari bahan karet maupun kulit. Belakangan ini pada wanita yang
menggunakan jilbab tetap bisa dibenarkan dengan modifikasi menambah
mahkota yang dihias sebagaimana penggunaan konde/cemara.
D. PERAN ATAU ANDIL SETIAP KELUARGA DALAM
MEMPERTAHANKAN TRADISI NYONGKOLAN
11
![Page 13: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/13.jpg)
Banyak cara yang ditempuh oleh beberapa mayoritas masyarakat
Lombok, khususnya masyarakat Bagik Nyaka Lombok Timur untuk berusaha
mempertahankan tradisi nyongkolan ini, dan setiap keluarga memiliki peran
atau andil dalam mempertahankan kearipan lokal tersebut (nyongkolan).
Khusus keluarga saya sendiri dalam mempertahankan tradisi ini yaitu
dengan ikut berpartisipasi, walaupun saya sendiri tidak pernah ikut
nyongkolan tapi kakak-kakak saya pernah ikut berpartisipasi dalam tradisi
nyongkolan apabila tetangga atau masyarakat sekitar mengadakan
nyongkolan baik berpartisipasi dari mulai proses persiapan dari nyongkolan
itu sendiri seperti pelaksanaan ijab kabul sampai dengan turun kejalan,
yang pasti kita dipastikan untuk mengenakan pakaian sesuai dengan aturan
– aturan yang telah ditentukan baik itu dari mengenakan capuk/sapuk
( batik, palung , songket ), Baju Godek Nongkek ( warna gelap ), Leang /
dodot / tampet ( kain songket), Kain dalam dengan wiron / cute, Keris,
Selendang Umbak, karena menurut Amak Endan ketua RT di sana, hal itu
diperlukan untuk mempertahan kan keunikan, makna serta nilai-nilai yang
terkandung didalam tradisi nyongkolan ini. Tetapi sebaliknya apabila kita
mengenakan pakaian adat nyongkolan tidak sesuai dengan aturan /unsur-
unsur adat itu maka kita tidak dianggap tidak menghormati leluhur / para
pendahulu yang melestarikannnya, sekaligus merusak nilai-nilai serta
maknanya.
Selain itu menurut ibu saya ( Nilawati) dalam rangka mengapresiasikan
bentuk partisipasi keluarga dalam tradisi nyongkolan, apabila ada sanak
saudara atau kerabat yang kawin (menikah) maka akan diusahakan se-
optimal mungkin untuk melaksanakan serangkaian proses nyongkolan
berdasarkan sistematika yang telah ditentukan karena ibu saya cukup
paham akan makna dan prestise yang didapat apabila mempertahankan
kearifan lokal yang ada didaerah kita
12
![Page 14: Makalah Kajian Budaya Lokal](https://reader035.vdocuments.mx/reader035/viewer/2022081719/557212ed497959fc0b9139ca/html5/thumbnails/14.jpg)
SUMBER
Bapak /Amak Kendan
Ibu Nilawati
13