makalah kajian budaya lokal

20
LAPORAN “ KAJIAN BUDAYA LOKAL” “NYONGKOLAN” OLEH WIRIYA SUWANDI EIE 011083 UNIVERSITAS MATARAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PRODI S1-PGSD 2013 0

Upload: achim-kirito-baggins

Post on 08-Aug-2015

925 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

MAKALAH KAJIAN BUDAYA LOKAL

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Kajian Budaya Lokal

LAPORAN

“ KAJIAN BUDAYA LOKAL”

“NYONGKOLAN”

OLEH

WIRIYA SUWANDI

EIE 011083

UNIVERSITAS MATARAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PRODI S1-PGSD

2013

0

Page 2: Makalah Kajian Budaya Lokal

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr .Wb

Dengan rahmat Allah SWT yang Maha Pengasih dan maha penyayang yang telah

memberikan saya selaku hanbaNya yaitu kesempatan menyelesaikan makalah kajian budaya

lokal “nyongkolan” ini dan tidak lupa saya ucapkan banyak terima kasih kepada bapak dosen

mata kuliah kajian budaya lokal yang telah memberikan landasan dan bimbingan sehingga

makalah ini diselesaikan tepat pada waktu. Mungkin dari sistematika penulisan maupun

penjelasan pada laporan, masih banyak kesalahan dan kekurangan, mohon permaklumannya,

karena saya selaku mahasiswa S1 PGSD masih dalam tahap pembelajaran. Oleh karena itu saya

membutuhkan kritik dan saran dari para pembaca untuk meningkatkan keterampilan dan

pengetahuan bagi saya, semoga laporan ini bermanfaat untuk saya dan kita semua, sekian terima

kasih.

Aikmel, 1 januari 2012

1

Page 3: Makalah Kajian Budaya Lokal

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... 1

DAFTAR ISI.................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................... 3

Latar belakang........................................................................................................... 4

Rumusan masalah...................................................................................................... 4

Tujuan........................................................................................................................ 4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 5

Pengertian nyongkolan.............................................................................................. 5

Proses, symbol dan makna nyongkolan…………………………............................. 5

a. Proses nyongkolan………………………………………………………. 5

b. Symbol…………………………………………………………………... 8

c. Makna…………………………………………………………………… 8

Busana adat sasaq laki-laki dan perempuan serta maknanya..................................... 9

a. Busana adat sasaq laki-laki dan maknanya.................................................... 9

b. Busana adatprempuan dan maknanya........................................................... 10

Peran atau andil setiap keluarga dalam mempertahankan tradisi nyonkolan……… 11

Sumber…………………………………………………………………………….. 12

2

Page 4: Makalah Kajian Budaya Lokal

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Nyongkolan merupakan acara sorong serah yang dimana pengantin laki-

laki mendatangi rumah perempuan, kebiasaan acara nyongkolan ini diikuti

oleh banyak orang karena pengantin laki-laki yang akan berkunjung

kerumah sang perempuan harus dikawal oleh masyarakat banyak layaknya

seorang raja dan ratu yang dikawal perajuritnya. Dengan mengenakan

busana adat yang khas, pengantin dan keluarga yang ditemani oleh para

tokoh agama, tokoh masyarakat atau pemuka adat beserta sanak saudara,

berjalan keliling desa atau dari rumah mempelai pria ke rumah mempelai

wanita. Tradisi ini juga merupakan sebuah bentuk "pengumuman" bahwa

pasangan tersebut sudah resmi menikah..

Hingga saat ini, Nyongkolan masih tetap berlangsung Akan tetapi pada

saat ini budaya nyongkolan ini sudah mulai memudar, hal ini disebabkan

kurangnya kepedulian masyarakat akan budaya nyongkolan yang dimana

budaya nyongkolan ini merupakan ciri khas budaya sasak. Salah satu

penyebab kurangnya perhatian masyarakat akan budaya nyongkolan ini

adalah budaya nyongkolan zaman dahulu berbeda dengan nyongkolan

zaman sekarang, dimana nyongkolan zaman dulu tidak memerlukan biaya

yang cukup banyak dan cukup dengan menggunakan tip dan memutar kaset

cilokak (lagu asli sasak) sampai rumah sang permpuan, sedangkan

nyongkolan zaman sekarang membutuhkan biaya yang cukup banyak,

karena acara nyongkolan harus di iringi oleh grup musik moderen atau

tradisional seperti kecimol, gendang belek, dan ale-ale (aliran musik

campuran moderen dan tradisional), walaupun demikian budaya nyongkolan

3

Page 5: Makalah Kajian Budaya Lokal

sangat perlu dilestarikan oleh masyarakat karena budaya nyongkolan

merupakan ciri khas pulauLombok..

Kemudian saat nyongkolan, ketika masyarakat tidak mengenakan

pakaian adat, maka tidak diberikan masuk dalam iringan pengantin. Tapi

aturan tersebut mungkin berlaku pada zaman yang lebih dahulu, karena

seperti yang kita lihat sekarang zaman sudah sangat modern dan maju yang

membuat aturan tersebut menjadi luntur dan tidak pernah dilaksanakan lagi.

Untuk acara nyongkolan pada saat ini, khususnya untuk anak muda mudi

menggunakan busana yang dipadukan dengan style – style baru yang

mereka ketahui dan apalagi mengenakan yang namanya pakaian “ Godek

Nongkek” mereka lebih senang memakai celana jeans yang di balut

selendang dan baju kaos kalaupun menggunakan Sapuk (ikat kepala)

hannya dilingkarkan di leher. Bahkan yang lebih parah lagi pada saat

nyongkolan dengan menggunakan kendaraan bermotor sering kali bertindak

ugal-ugalan tanpa mau metaati rambu-rambu lalu lintas serta pengguna

jalan lain sehingga tak jarang terjadi kecelakaan yang memakan korban jiwa.

Berkaca pada hal-hal tersebut maka sangat berpengaruh pada kearipan

budaya dan tradisi yang telah di bangun oleh para nenek moyang kita

khususnya budaya nyongkolanYang merupakan sebuah prosesi adat dalam

sebuah perkawinan di kalangan suku sasak. Untuk itu dalam tulisan singkat

ini akan dimuat sekilas tentang nilai budaya dalam prosesi adat nyongkolan.

Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan prosesi nyongkolan itu?

2. Bagaimana dan apakah makna dari proses nyongkolan ?

3. Apakah busana adat sasaq laki-laki dan perempuan serta maknanya?

4. Bagaimanakah peran atau andil setiap keluarga dalam mempertahan/melestarikan

kearifan local tersebut?

Tujuan Penulisan Makalah

4

Page 6: Makalah Kajian Budaya Lokal

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan prosesi nyongkolan itu.

2. Mengetahui perbedaan nyonkolan yang dilakukan oleh masyarakat biasa dan kaum

bangsawan

3. Mengetahui busana adat sasaq laki-laki dan perempuan serta

maknanya

4. Mengetahui bagaimana cara warga setempat dalam mempertahan/melestarikan kearifan

local tersebut

BAB II

PEMBAHASAN

Metode : Wawancara

Waktu dan tanggal : 08.00-09.30/1-01-2012

Tempat : Di rumah, Bagek Nyaka, Lombok Timur

Narasumber : Amak Kendan dan Ibu Nilawati

Tradisi Nyongkolan, Budaya Unik Suku Sasak

Tradisi Nyongkolan adat Sasak, Lombok

A.Pengertian nyongkolan

Nyongkolan adalah sebuah kegiatan adat yang menyertai rangkaian

acara dalam prosesi perkawinan pada suku sasak di Lombok, Nusa Tenggara

Barat. kegiatan ini berupa arak-arakan kedua mempelai dari rumah

mempelai pria ke rumah mempelai wanita, dengan diiringi keluarga dan

kerabat mempelai pria, memakai baju adat, serta rombongan musik yang

bisa gamelan atau kelompok penabuh rebana, atau disertai Gendang beleq

5

Page 7: Makalah Kajian Budaya Lokal

pada kalangan bangsawan. Dalam pelaksanaannya, karena faktor jarak,

maka prosesi ini tidak dilakukan secara harfiah, tetapi biasanya rombongan

mulai berjalan dari jarak 1-0,5 km dari rumah mempelai wanita.

B. Proses dan Simbol Nyongkolan

a. proses Nyongkolan

Prosesi perkawinan masyarakat Desa Bagik Nyaka tidak jauh berbeda dengan prosesi

pernikahan di daerah-daerah lain yang ada di Lombok, dimana seorang pria dan wanita sepakat

untuk melakukan pernikahan. Namun demikian,ada juga sebagian anak pria dan wanita yang

dijodohkan oleh orang tua, Tuan Guru atau Kiyai yang mereka hormati.

Prosesi adat Nyongkolan dimulai dari perundingan kedua belah pihak dari jauh-jauh hari

sebelum terjadinya keputusan untuk berbesan. Setelah kedua keluarga mempelai mencapai

kesepakatan untuk mempunyai talian persaudaraan lewat pernikahan, maka mulailah ditentukan

hari oleh keluarga pihak perempuan. Jika, telah ditentukan hari pelaksanaan ijab qabul, secepat

mungkin pihak dari perempuan mempersiapkan segala sesuatunya yang berkaitan dengan

pelaksanaan ijab qabul tersebut. dan jika yang menikah adalah anak perempuan, dan anak

perempuan tersebut melangkahi saudara laki-lakinya (kakak laki-lakinya), maka perempuan tadi

dikenakan wajib membayar uang melangkahi kakaknya. yang masyarakat Lombok menyebutnya

dengan bayar uang Pelengkak.49 Wajibnya membayar uang Pelengkak bagi anak perempuan

yang melangkahi kakaknya 49Uang Pelengkak adalah sejumlah uang yang diminta oleh kakak

dari pengantin perempuan kepada calon suami dari adiknya, sesuai dengan permintaannya

sendiri. Uang ini sebagai penghormatan dari pengantin laki-laki kepada kakak pengantin

perempuan yang dilangkahi. Nominal dari pemberian uang ini bisa dinegosiasikan oleh

pengantin laki-laki dengan kakak dari pengantin perempuan. uang pelengkak sifatnya wajib

diberikan. Jika yang di lengkahi dua orang kakak, maka calon suami wajib memberikannya

kepada keduanya sesuai dengan permintaan masing-masing. menikah, tidak mewajibkan anak

laki-laki yang hendak menikah dan melangkahi kakak perempaun atau laki-lakinya untuk

membayar uang pelengkak tersebut. Karena uang pelengkak hanya wajib dibayar oleh calon

pengantin pria pada kakak calon pengantin wanita yang dilangkahi oleh adiknya.

6

Page 8: Makalah Kajian Budaya Lokal

Setelah acara ijab qabul selesai, pengantin wanita pada hari itu juga diharuskan untuk

melaksanakan tradisi Mandik Balek bahasa Lomboknya atau siraman dalam bahasa

Indonesianya, dengan posisi pemandian pengantin perempuan kearah kiblat. Air yang digunakan

oleh pengantin perempuan untuk Mendik Balek adalah air yang diambilkan dari sumur rumah

pengantin perempuan, yang proses pemandiannya dibantu oleh seorang tokoh adat yang

dipercayai oleh masayarakat sekitar. Selama proses Mandik Balek pengantin wanita hanya boleh

ditemani ibunya dan pada saat itu pengantin wanita hanya menggunakan kain sarung yang

dililitkankan kedada atau Kemben orang Lombok menyebutnya. Setelah prosesi Mandik Balek

selesai, maka selanjutnya akan diteruskan dengan acara Balek Lampak atau pengambilan barang

pengantin wanita yang dilakukan oleh pihak suami pada pihak pengantin perempuan. Balek

Lampak ini dilakukan sebelum dilaksanakannya adat Nyongkolan oleh pihak laki-laki pada pihak

perempuan. Bagi masyarakat Bagik Payung, tradisi Balek lampak ini sebagai penghormatan

pihak laki-laki pada pihak keluarga perempuan dan sekaligus betapa besar penghormatan pihak

laki-laki pada pengantin perempuan. dalam prosesi ini pengntin perempuan tidak diperkenankan

ikut turut serta dalam pelaksanaannya.

Setelah satu minggu pasca pernikahan barulah diadakan adat Nyongkolan yang bagi

masyarakat Lombok terutama masyarakat Bagik Nyaka diartikan sebagai permintaan secara

resmi sekaligus permintaan do’a restu dari pihak laki-laki dengan membawa seserahan berupa

makanan dan Gendang Belek yang diperuntukan bagi seluruh keluarga pihak perempuan. Prosesi

adat Nyongkolan dimulai dari datangnya kedua mempelai beserta keluarga pihak laki-laki

dengan membawa seserahan berupa makanan dan Gendang Belek yang sudah disewa oleh pihak

pengantin laki-laki kerumah pihak pengantin wanita. Kedua mempelai akan diiring oleh para

keluarga pihak laki-laki dengan posisi, pengantin laki-laki akan berada di tegah-tegah keluarga

yang berjenis laki-laki dan posisi pengantin wanita berada ditegah-tegah keluarga laki-laki yang

berjenis wanita juga. Para penabuh Gendang Belek dan alat-alat lainnya, akan memainkan

gendang belek dan alat-alatnya dari mulai jarak 1 Km dari rumah pengantin perempuan. setelah

iring-iringan kedua mempelai memasuki rumah pengantin perempuan, posisi kedua mempelai

dipisahkan dari rombongan dan ditempatkan pada tempat yang khusus yang telah disediakan

oleh pihak keluarga dari pengantin wanita. Sementara itu, di tempat lain yang juga sudah

disediakan oleh keluarga dari pihak perempuan, untuk rombongan lainnya yang terdiri dari

7

Page 9: Makalah Kajian Budaya Lokal

keluarga besar pihak laki-laki beserta dayang-dayangnya dilayani secara terpisah oleh pihak

keluarga dari pengantin perempuan.

Setelah semua keluarga dari kedua belah pihak berkumpul ditempat yang telah disediakan,

barulah dimulai acara permintaan resmi pihak laki-laki yang diwakili oleh tetua atau tokoh adat

atau bapak dari pengantin pria kepada keluarga pihak pengantin wanita yang diwakili oleh salah

satu dari pihak pengantin wanita bisa bapak atau tokoh ada desa yang dipercayai dengan terlebih

dahulu para wakil tersebut berbicara sahut-sahutan dalam bentuk nyayian (cilokak) masyarakat

Lombok menyebutnya, dengan mengunakan bahasa Sasak Lombok mengenai segala hal tentang

kehidupan secara setelah menikah. Setelah sahut-sahutan selesai dari kedua pihak, acara

dilanjutkan dengan serah terima dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki yang di wakilkan

oleh satu orang perwakilan dari masing-masing pihak.

Setelah acara serah terima selesai, maka acara akan dilanjutkan dengan acara santai atau

ramah tamah dari kedua pihak keluarga. Tujuannya supaya keluarga kedua mempelai saling

mengenal satu sama lain. Seusai acara ramah tamah, maka selesailah serangkain presesi adan

Nyongkolan yang harus dilakukan oleh pihak laki-laki ke pihak perempuan. Setelahnya

rombongan tadi pulang dengan terlebih dahulu pengantin perempuan sungkeman kepada kedua

orang tuanya guna permohonan maaf atas segala kesalahan sewaktu belum berkeluarga.

b. Simbol

Simbol Nyongkolan adalah dengan di bunyikannya Gendang Belek sebagai musik yang

mengiringi proses upacara penyerahan resmi pihak keluarga perempuan kepada pihak keluarga

laki-laki yang akan bertanggung jawab lahir bathin akan penggantin perempuan. Sebelum

diadakannya proses nyongkolan, maka terlebih dahulu akan dilaksanakan beberapa proses yang

di mulai dari dilaksanakan proses mandik balek, yang prosesnya hanya diikuti oleh penggantin

perempuan saja tanpa melibatkan pengganti pria. Yang selanjutnya proses dilanjutkan dengan

dilaksanakanya proses Balik Lampak, yang kegiatan ini dilakukan oleh keluarga pihak laki-laki

kepihak perempuan dengan tujuan mengambil barang-barang milik pengantin perempuan.

c. Makna Simbol

Makna dari simbol dimandikannya pengantin perempuan menghadap kiblah adalah

bertujuan agar pengantin peremuan tersebut ta’at akan kepemimpinan dari suaminya, seperti

ta’atnya seorang hamba pada sang Khaliknya dan sebagai penyerahan secara total diri

perempuan kepada suaminya. Sedangkan makna dari air yang diambil dari sumur rumah

8

Page 10: Makalah Kajian Budaya Lokal

pengantin perempuan ditujukan agar pengantin perempuan bisa nyaman tinggal dirumah

suaminya seperti nyamannya dia tinggal dirumah sendiri, sebening dan setenang sifat air tanpa

ada riak kelombang

didalamnya.

Adapun makna dari Balek Lampak adalah sebagai penghormatan dari pihak laki-laki ke

pihak perempuan, dan arti dari ketidak ikut sertaan penggantin perempuan untuk mengambil

semua barangnya adalah bentuk penghormatan pihak laki-laki kepada penggantin perempuan

karena sudah bergabung dengan keluarga barunya.

C. Busana Adat Sasaq Laki-laki dan Perempuan

serta Maknanya

Masyarakat yang akan melakukan nyongkolan semuanya memakai

pakaian adat Lombok, yakni Busana Adat Sasak dalam perkembanganya

dipengaruhi oleh  budaya Etnis Melayu, Jawa, Bali dan Bugis. Pengaruh dari

berbagai etnis tersebut beralkulturasi menjadi satu dalam tampilan. Busana

adat Sasak di berbagai lokus budaya/ sub etnik juga kita dapatkan berbagai

bentuk variasi yang mencirikannya. Dikarenakan budaya Sasak bersendikan

agama maka busana Sasak disesuikan dengan aturan agama yang dianut

( mayoritas orang Sasak ; pemeluk Islam). Pemakaian busana adat 

dilakukan untuk kegiatan yang berkenaan dengan adat dengan tatacara

yang beradat. Busana Adat berbeda dengan pakaian kesenian yang boleh

memakai “sumping” , berkaca mata hitam, menggunakan pernik-pernik

yang menyala keemasan.

Dalam ketentuan yang telah disepakati, pedoman dasar busana adat

sasak , jenis dan maknanya adalah sebagai berikut

A.      Busana Adat Sasaq laki-laki dan maknanya :

1.      Capuq/Sapuk ( batik, palung , songket) : Sapuk  merupakan mahkota

bagi pemakainya sebagai tanda kejantanan  serta menjaga pemikiran

9

Page 11: Makalah Kajian Budaya Lokal

dari hal-hal yang kotor dan sebagai  lambang penghormatan kepada

Tuhan yang maha esa. Jenis dan cara penggunaan sapuq pada pakaian

adat sasak tidak dibenarkan meniru cara penggunaan sapuq untuk ritual

agama lain.

2.      Baju Godek Nongkek ( warna gelap ) : merupakan busana  pengaruh dari

jawa merupakan adaptasi jas eropa sebagai  lambang keanggunan dan

kesopanan. Modifikasi dilakukan  bagian belakang pegon agak terbuka

untuk memudahkan  penggunaan keris. Bahan yang digunakan

sebaiknya berwarna  polos tidak dibuat berenda-renda sebagaimana

pakaian kesenian.

3.      Leang / dodot / tampet ( kain songket) : motif kain songket  dengan

motif subahnale, keker, bintang empet dll ) bermakna  semangat dalam

berkarya pengabdian kepada masyarakat.

4.      Kain dalam dengan wiron / cute : bahannya dari batik jawa  dengan

motif tulang nangka atau kain pelung hitam. Dapat juga  digunakan

pakain tenun dengan motif tapo kemalo dan songket dengan motif serat

penginang .Hindari penggunaan kain putih polos dan merah . Wiron /

Cute yang ujungnya sampai dengan mata kaki lurus kebumi bermakan

sikap tawadduk-rendah hati.

5.      Keris : Penggunaan keris disisipkan pada bagian belakang  jika

bentuknya besar dan bisa juga disisipkan pada bagian depan jika agak

kecil. Dalam aturan pengunaan keris sebagai lambang adat muka keris

( lambe/gading) harus menghadap kedepan, jika  berbalik bermakna siap

beperang atau siaga. Keris bermakna : kesatriaan - keberanian dalam

mempertahankan martabat. Belakangan ini karena keris agak langka

maka diperbolehkan juga  menyelipkan “pemaja” (pisau kecil tajam

untuk meraut).

6.      Selendang Umbak ( khusus untuk para pemangku adat ): Umbak adalah

sabuk gendongan yang dibuat dengan ritual khusus dalam keluarga

sasak. Warna kain umbak putih merah dan hitam dengan panjang sampai

dengan empat meter. Dihujung benang  digantungkan uang cina

10

Page 12: Makalah Kajian Budaya Lokal

( kepeng bolong). Umbak sebagai  pakaian adat hanya digunkan oleh

para pemangku adat, pengayom masyarakat. Umbak untuk busana

sebagai lambang  kasih sayang dan kebijakan.

B.       Busana Adat Perempuan dan Maknanya

1.      Pangkak : Mahkota pada wanita berupa hiasan emas berbentuk bunga-

bunga yang disusun sedemikian rupa disela-sela konde.

2.      Tangkong : Pakaian sebagai lambang keanggunan dapat berupa 

pakaian kebaya dan lambung dari bahan dengan warna cerah atau

gelap dari  jenis kain beludru atau brokat. Dihindari penggunaan model

yang  memperlihatkan belahan dada dan transparan .

3.      Tongkak : Ikat pinggang dari sabuk panjang yang dililitkan menutupi

pinggang sebagai lambang kesuburan dan pengabdian

4.      Lempot : Berupa selendang/kain tenun panjang bercorak khas yang

disampirkan di pundak kiri. Sebagai lambang kasih sayang.

5.      Kereng : Berupa kain tenun songket yang dililitkan dari pinggang sampai

mata kaki sebagai lambang kesopanan, dan kesuburan.

6.      Asesoris : Gendit /Pending berupa rantai perak yang lingkarkan sebagai

ikat pinggang, Onggar-onggar ( hiasan berupa bunga-bunga emas yang

diselipkan pada konde) jiwang / tindik (anting-anting), Suku /talen/ ketip

( uang emas atau perak yang dibuat bros) kalung dll.

Catatan : Pemakaian alas kaki dibenarkan meskipun pada aslinya tidak

digunakan. Alas kaki yang boleh digunakan berupa selop baik yang

dibuat dari bahan karet  maupun kulit. Belakangan ini pada wanita yang

menggunakan jilbab tetap bisa dibenarkan dengan modifikasi menambah

mahkota yang dihias sebagaimana penggunaan konde/cemara.

D. PERAN ATAU ANDIL SETIAP KELUARGA DALAM

MEMPERTAHANKAN TRADISI NYONGKOLAN

11

Page 13: Makalah Kajian Budaya Lokal

Banyak cara yang ditempuh oleh beberapa mayoritas masyarakat

Lombok, khususnya masyarakat Bagik Nyaka Lombok Timur untuk berusaha

mempertahankan tradisi nyongkolan ini, dan setiap keluarga memiliki peran

atau andil dalam mempertahankan kearipan lokal tersebut (nyongkolan).

Khusus keluarga saya sendiri dalam mempertahankan tradisi ini yaitu

dengan ikut berpartisipasi, walaupun saya sendiri tidak pernah ikut

nyongkolan tapi kakak-kakak saya pernah ikut berpartisipasi dalam tradisi

nyongkolan apabila tetangga atau masyarakat sekitar mengadakan

nyongkolan baik berpartisipasi dari mulai proses persiapan dari nyongkolan

itu sendiri seperti pelaksanaan ijab kabul sampai dengan turun kejalan,

yang pasti kita dipastikan untuk mengenakan pakaian sesuai dengan aturan

– aturan yang telah ditentukan baik itu dari mengenakan capuk/sapuk

( batik, palung , songket ), Baju Godek Nongkek ( warna gelap ), Leang /

dodot / tampet ( kain songket), Kain dalam dengan wiron / cute, Keris,

Selendang Umbak, karena menurut Amak Endan ketua RT di sana, hal itu

diperlukan untuk mempertahan kan keunikan, makna serta nilai-nilai yang

terkandung didalam tradisi nyongkolan ini. Tetapi sebaliknya apabila kita

mengenakan pakaian adat nyongkolan tidak sesuai dengan aturan /unsur-

unsur adat itu maka kita tidak dianggap tidak menghormati leluhur / para

pendahulu yang melestarikannnya, sekaligus merusak nilai-nilai serta

maknanya.

Selain itu menurut ibu saya ( Nilawati) dalam rangka mengapresiasikan

bentuk partisipasi keluarga dalam tradisi nyongkolan, apabila ada sanak

saudara atau kerabat yang kawin (menikah) maka akan diusahakan se-

optimal mungkin untuk melaksanakan serangkaian proses nyongkolan

berdasarkan sistematika yang telah ditentukan karena ibu saya cukup

paham akan makna dan prestise yang didapat apabila mempertahankan

kearifan lokal yang ada didaerah kita

12

Page 14: Makalah Kajian Budaya Lokal

SUMBER

Bapak /Amak Kendan

Ibu Nilawati

13