makalah jit
TRANSCRIPT
JUST IN TIME
KELOMPOK 12 :
AGUS RIYANTO C1B009147
AFRILIA RAMADHANI C1B009132
NURMIATI C1B009154
WENDHY FAHLEFY C1B008111
DOSEN PEMBIMBING :
NUR HASANAH. SE. MSc.
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS JAMBI
2012
1. LATAR BELAKANG
Sistem pemanufakturan tradisional mengatur skedul produksinya berdasarkan pada
peramalan kebutuhan di masa yang akan datang. Padahal tidak seorangpun yang dapat
memprediksi masa yang akan dating dengan pasti walaupun dia memiliki pemahaman yang
sempurna tentang masa lalu dan memiliki insting yang tajam terhadap kecendrungan yang
terjadi di pasar
Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa yang akan datang dalam sistem
tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar karena over produksi daripada produksi
berdasarkan permintaan yang sesungguhnya. Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang
memproduksi apabila ada permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi
apabila diisyaratkan oleh proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat
dihilangkan dalam skala besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih
rendah. Kedua hal tersebu menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In
Time adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui
usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja pengiriman. Salah
satu tujuan kita berbisnis adalah memproduksi barang baik produk maupun jasa yang
berkualitas tinggi (quality) dan memuaskan pelanggan (customer satisfication), oleh sebab itu
pemahaman dan implementasi Konsep JIT sangat diperlukan sebagai prasyarat utama.
2. FILOSOFI DAN DEFINISI JUST IN TIME ( JIT )
Just In Time (JIT) merupakan integrasi dari serangkaian aktivitasdesain untuk
mencapai produksi volume tinggi dengan menggunakan minimum persediaan untuk bahan
baku, WIP, dan produk jadi. Konsepdasar dari sistem produksi JIT adalah memproduksi
produk yangdiperlukan, pada waktu dibutuhkan oleh pelanggan, dalam jumlah sesuai
kebutuhan pelanggan, pada setiap tahap proses dalam sistem produksi dengan cara yang
paling ekonomis atau paling efisien melalui eliminasi pemborosan (waste elimination) dan
perbaikan terus – menerus (contionous process improvement).
Dalam system Just In Time (JIT), aliran kerja dikendalikan oleh operasi berikut,
dimana setiap stasiun kerja (work station) menarik output dari stasiun kerja sebelumnya
sesuai dengan kebutuhan. Berdasarkan kenyataan ini, sering kali JIT disebut sebagai Pull
System (system tarik). Dalam system JIT, hanya final assembly line yang menerima
jadwalproduksi, sedangkan semua stasiun kerja yang lain dan pemasok (supplier) menerima
pesanan produksi dari subkuens operasi berikutnya. Dengan kata lain, stasiun kerja
sebelumya (stasiun kerja 1 ) menerima pesananproduksi dari stasiun kerja berikutnya (stasiun
kerja 2 ), kemudian memasok produk itu sesuai kuantitas kebutuhan pada waktu yang
tepatdengan spesifiksai yang tepat pula. Dalam kasus seperti ini, stasiun kerja 2sering disebut
sebagai stasiun kerja pengguna (using work station). Apabila stasiun kerja pengguna itu
menghentikan produksi untuk suatu waktu tertentu, secara otomatis satisun kerja pemasok
(supplying wotk station) akan berhenti memasok produk, karena tidak menerima pesanan
produksi.
Dalam pengertian luas, JIT adalah suatu filosofi tepat waktu yang memusatkan pada
aktivitas yang diperlukan oleh segmen-segmen internal lainnya dalam suatu organisasi.
JIT mempunyai empat aspek pokok sebagai berikut:
1. Semua aktivitas yang tidak bernilai tambah terhadap produk atau jasa harus di
eliminasi.Aktivitas yang tidak bernilai tambah meningkatkan biaya yang tidak
perlu,misalnya persediaan sedapat mungkin nol.
2. Adanya komitmen untuk selalu meningkatkan mutu yang lebih tinggi. Sehingga
produk rusak dan cacat sedapat mungkin nol,tidak memerlukan waktu dan biaya
untuk pengerjaan kembali produk cacat, dan kepuasan pembeli dapat meningkat.
3. Selalu diupayakan penyempurnaan yang berkesinambungan (Continuous
Improvement)dalam meningkatkan efisiensi kegiatan.
4. Menekankan pada penyederhanaan aktivitas dan meningkatkan pemahaman terhadap
aktivitas yang bernilai tambah.
JIT dapat diterapkan dalam berbagai bidang fungsional perusahaan seperti misalnya
pembelian, produksi, distribusi, administrasi dan sebagainya.
Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang
dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan terbaik yang ada di Jepang, sejak awal tahun
1970an, JIT pertama kali dikembangkan dan disempurnakan di pabrik Toyota Manufacturing
oleh Taiichi Ohno, oleh karena itu Taiichi Ohno sering disebut sebagai bapak JIT, Konsep
JIT berprinsip hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta (what) sejumlah yang
diperlukan (How much) dan pada saat dibutuhkan (When) oleh konsumen.
Just In Time (JIT) merupakan keseluruhan filosofi dalam operasi manajemen dimana
segenap sumber daya, termasuk bahan baku dan suku cadang, personalia, dan fasilitas
dipakai sebatas dibutuhkan. Tujuannya adalah untuk mengangkat produktifitas dan
mengurangi pemborosan.
Fujio Cho dari Toyota mendefinisikan pemborosan (waste) sebagai: Segala sesuatu
yang berlebih, di luar kebutuhan minimum atas peralatan, bahan, komponen, tempat, dan
waktu kerja yang mutlak diperlukan untuk proses nilai tambah suatu produk.
Dalam bahasa sederhanya pengertian pemborosan adalah segala sesuatu tidak memberi nilai
tambah itulah pemborosan.
Ada 7 (tujuh) jenis pemborosan disebabkan karena :
1. Over produksi ( OverProduction )
2. Waktu menunggu ( Waiting )
3. Transportasi ( Transportation )
4. Pemrosesan ( Process production )
5. Tingkat persediaan barang ( Unnecessary Inventory )
6. Gerak ( Unnecessary Motion )
7. Cacat produksi ( Defects )
Sasaran utama JIT adalah menngkatkan produktivitas system produksi atau opersi
dengan cara nenghilangkan semua macam kegiatan yang tidak menembah nilai bagi suatu
produk.Just in Time (JIT) mendasarkan pada delapan kunci utama, yaitu:
1. Menghasilkan produk yang sesuai dengan jadwal yang didasarkan pada permintaan.
2. Memproduksi dengan jumlah kecil
3. Menghilangkan pemborodan
4. Memperbaiki aliran produksi
5. Menyempurnakan kualitas produk
6. Orang-orang yang tanggap
7. Menghilangkan ketidakpastian
8. Penekananan pada pemeliharaan jangka panjang.
Dalam pelaksanaan konsep JIT terdapat empat hal pokok yang harus
dipenuhi :pertama, Produksi Just In Time (JIT), adalah memproduksi apa yang dibutuhkan
hanya pada saat dibutuhkan dan dalam jumlah yang diperlukan. kedua, Autonomasi
merupakan suatu unit pengendalian cacat secara otomatis yang tidak memungkinkan unit
cacat mengalir ke proses berikutnya. ketiga, Tenaga kerja fleksibel, maksudnya adalah
mengubah-ubah jumlah pekerja sesuai dengan fluktuasi permintaan. keempat, Berpikir
kreatif, inovatif serta selalu menerima masukan atau saran dari karyawan
Untuk mencapai empat konsep tersebut perlu diterapkan sistem dan metode sebagai berikut :
a. Sistem kanban untuk mempertahankan produksi Just In Time (JIT).
b. Metode kelancaran dan kecepatan produksi untuk menyesuaikan diri dengan
perubahan permintaan.
c. Optimalisasi waktu penyiapan untuk mengurangi waktu pesanan produksi.
d. Tata letak proses dan pekerja fungsi ganda untuk konsep tenaga kerja yang fleksibel.
e. Aktifitas perbaikan lewat kelompok kecil (small group) dan sistem saran untuk
meningkatkan skills tenaga kerja.
f. Sistem manajemen fungsional untuk mempromosikan pengendalian mutu ke seluruh
bagian perusahaan
Sedangkan elemen-elemen Just In Time (JIT) adalah :
Pengurangan waktu set up
Aliran produksi lancar (layout)
Produksi tanpa kerusakan mesin
Produksi tanpa cacat
Peranan dan support operator produksi
Hubungan yang harmonis dengan pemasok
Penjadwalan produksi yang stabil dan terkendali
Sistem Kanban
3. PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT )
Untuk mengaplikasikan metode JIT maka ada delapan prinsip yang harus dijadikan
dasar pertimbangan di dalam menentukan strategi sistem produksi, yaitu:
1. Berproduksi sesuai dengan pesanan Jadual Produksi Induk
Sistem manufaktur baru akan dioperasikan untuk menghasilkan produk menunggu
setelah diperoleh kepastian adanya order dalam jumlah tertentu masuk. Tujuan utamanya
untuk memproduksi finished goods tepat waktu dan sebatas pada jumlah yang ingin
dikonsumsikan saja (Just in Time), untuk itu proses produksi akan menghasilkan sebanyak
yang diperlukan dan secepatnya dikirim ke pelanggan yang memerlukan untuk menghindari
terjadinya stock serta untuk menekan biaya penyimpanan (holding cost).
2. Produksi dilakukan dalam jumlah lot (Lot Size)
Yang kecil untuk menghindari perencanaan dan lead time yang kompleks seperti
halnya dalam produksi jumlah besar. Fleksibilitas aktivitas produksi akan bisa dilakukan,
karena hal tersebut memudahkan untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dalam rencana
produksi terutama menghadapi perubahan permintaan pasar.
3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste)
Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap area operasi yang ada. Semua
pemakaian sumber-sumber input (material, energi, jam kerja mesin atau orang, dan lain-lain)
tidak boleh melebihi batas minimal yang diperlukan untuk mencapai target produksi.
4. Perbaikan aliran produk secara terus menerus.
(Continous Product Flow Improvement) Tujuan pokoknya adalah menghilangkan
proses-proses yang menimbulkan bottleneck dan semua kondisi yang tidak produktif (idle,
delay, material handling, dan lain-lain) yang bisa menghambat kelancaran aliran produksi.
5. Penyempurnaan kualitas produk (Product Quality Perfection)
Kualitas produk merupakan tujuan dari aplikasi Just in Time dalam sistem produksi.
Disini selalu diupayakan untuk mencapai kondisi “Zero Defect” dengan cara melakukan
pengendalian secara total dalam setiap langkah proses yang ada. Segala bentuk
penyimpangan haruslah bisa diidentifikasikan dan dikoreksi sedini mungkin.
6. Respek terhadap semua orang/karyawan (Respect to People)
Dengan metode Just in Time dalam sistem produksi setiap pekerja akan diberi
kesempatan dan otoritas penuh untuk mengatur dan mengambil keputusan apakah suatu
aliran operasi bisa diteruskan atau harus dihentikan karena dijumpai adanya masalah serius
dalam satu stasiun kerja tertentu.
7. Mengurangi segala bentuk ketidak pastian (Seek to Eliminate Contigencies)
Inventori yang ide dasarnya diharapkan bisa mengantisipasi demand yang berfluktuasi
dan segala kondisi yang tidak terduga, justru akan berubah menjadi waste bilamana tidak
segera digunakan. Begitu pula rekruitmen tenaga kerja dalam jumlah besar secara tidak
terkendali seperti halnya yang umum dijumpai dalam aktivitas proyek akan menyebabkan
terjadinya pemborosan bilamana tidak dimanfaatkan pada waktunya. Oleh karena itu dalam
perencanaan dan penjadualan produksi harus bisa dibuat dan dikendalikan secara teliti.
Segala bentuk yang memberi kesan ketidakpastian harus bisa dieliminir dan harus sudah
dimasukkan dalam pertimbangan dan formulasi model peramalannya.
Ketujuh prinsip pelaksanaan Just in Time dalam sistem produksi di atas bukanlah
suatu komitmen perusahaan yang diaplikasikan dalam jangka waktu pendek, melainkan harus
dibangun secara berkelanjutan dan merupakan komitmen semua pihak dalam jangka panjang.
Dalam jangka pendek, ada kemungkinan aplikasi Just in Time dalam sistem produksi justru
akan menambah biaya produksi mengikuti konsekuensi proses terbentuknya kurva belajar.
Selain prinsip dasar just in time, berikut adalah urutan penerapan teknik just in time :
Menerapkan 5S – dasar untuk perbaikan: Dasar perbaikan ditempat kerja adalah
konsep 5S yang terdiri dari Seiri (Pemilihan), Seiton (Penataan), Seiso (Pembersihan),
Seiketsu (Pemantapan), dan Shitsuke (Kebiasaan).
Penerapan produksi satu potong untuk mencapai pengimbangan lini.
Pelaksanaan produksi ukuran lot kecil dan perbaikan metode penyiapan.
Penerapan operasi baku.
Produksi lancer dengan merakit produk sesuai dengan kecepatan penjualan
Autonomasi (“jidoka”)
Penggunaan kartu kanban.
4. KRITIK TERHADAP JIT
Kritik terhadap JIT anatara lain :
a. Sulit suatu perusahaan yang memproduksi secara massal hanya melayani pesanan
pelanggan saja, misalnya pabrik gula, kopi, sabun dan sebagainya, dan hanya
memproduksi satu jenis produk.
b. Dalam industri sulit sekali suatu tidak memiliki persediaan, khususnya yang bahan
bakunya impor.
c. Sulit dilakukan oleh pabrik-pabrik pada umumnya yang hanya memproduksi satu
macam komoditi dengan teknologi khusus.
d. Menempatkan karyawan pada keahlian khusus pada satu jenis produk tidak mudah,
dan mungkin biayanya mahal.
e. Pada umumnya perusahaan disibukkan oleh kegiatan rutin memproduksi komoditi
terus menerus tanpa menghiraukan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan
karyawan; mereka lebih suka membajak karyawan lain yang sudah ahli sehingga tidak
perlu mendidik dan melatih; teknologi dan metode kerja tidak begitu mudah diganti.
f. Karyawan pada umumnya bekerja atas dasar upah; mereka bekerja bukan ingin
merealisasikan bakat dan pengetahuannya tetapi mencari upah, jadi mereka pada
umumnya kurang peduli terhadap mutu produk.
5. MANFAAT JIT
a. Waktu set-up gudang dapat dikurangi. Mengatur waktu secara signifikan berkurang
dalam gudang yang akan memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan bottom line
mereka untuk melihat lebih banyak waktu efisien dan fokus menghabiskan di daerah
lain.
b. Aliran barang dari gudang ke produksi akan meningkat. Beberapa pekerja akan fokus
pada daerah pekerjaannya untuk bekerja secara cepat. Arus barang dari gudang ke rak
ditingkatkan. Memiliki karyawan difokuskan pada area-area tertentu dari sistem akan
memungkinkan mereka untuk proses barang lebih cepat daripada harus mereka rentan
terhadap kelelahan dari melakukan terlalu banyak pekerjaan sekaligus dan
menyederhanakan tugas-tugas di tangan.
c. Pekerja yang menguasai berbagai keahlian digunakan secara lebih efisien. Karyawan
yang memiliki multi-keterampilan yang digunakan lebih efisien. Hal ini akan
memungkinkan perusahaan untuk menggunakan pekerja dalam situasi di mana
mereka dibutuhkan bila ada kekurangan pekerja dan permintaan yang tinggi untuk
produk tertentu.
d. Penjadwalan produk dan jam kerja karyawan akan lebih konsisten. Konsistensi yang
lebih baik dari penjadwalan dan konsistensi dari jam kerja karyawan yang mungkin.
Hal ini dapat menghemat uang perusahaan dengan tidak harus membayar pekerja
untuk pekerjaan tidak selesai atau bisa minta mereka fokus pada pekerjaan lain di
sekitar gudang yang belum tentu dilakukan pada hari normal.
e. Adanya peningkatan hubungan dengan suplyer. Peningkatan penekanan pada
hubungan pemasok / suplyer dicapai. Tidak ada perusahaan yang ingin istirahat dalam
sistem persediaan mereka yang akan menciptakan kekurangan pasokan sementara
tidak memiliki persediaan duduk di rak-rak. Persediaan terus sekitar jam menjaga
pekerja produktif dan bisnis terfokus pada omset. Memiliki manajemen berfokus pada
pertemuan tenggat waktu akan membuat karyawan bekerja keras untuk memenuhi
tujuan perusahaan untuk melihat manfaat dalam hal kepuasan kerja, promosi atau
lebih tinggi bahkan membayar.
f. Perputaran Persediaan. Kecepatan dengan perputaran terjadi melibatkan sumber daya
perusahaan cair: tunai, akan ada peningkatan laba bersih. Semakin pendek selang
waktu antara penerimaan bahan baku dan penggabungan dari mereka dalam proses
manufaktur, semakin besar profitabilitas. Filosofi persediaan diputar pada merancang
sistem persediaan yang sempurna memadukan dasar-dasar meminimalkan biaya dan
memaksimalkan keuntungan. Fundamental ini adalah laki-laki, material dan mesin
sering disebut 3ms operasi manufaktur atau persediaan, jika hasil seimbang baik
dalam filsafat JIT bisa diterapkan.
Kecerdasan, lebih relevan berguna bahwa manajer keuangan di ujung jari
mereka tentang bisnis mereka, pelanggan, pemasok atau mitra dan operasi mereka
akan memotivasi organisasi mereka untuk membuat keputusan yang lebih baik dan
meningkatkan keunggulan kompetitif mereka dengan menerapkan konsep JIT ke
persediaan atau manufaktur . JIT merupakan suatu konsep yang dapat diterapkan pada
banyak aspek dari bisnis selain persediaan atau manufaktur.
Sebagai alat inventaris, dapat diawasi oleh manajer keuangan untuk
memonitor biaya dalam rantai nilai. JIT merupakan paradigma baru dari strategi
bisnis bergeser dari manajemen persediaan tradisional ke manajemen rantai pasokan
berbasis web yang meningkatkan perputaran persediaan dan mengurangi memegang
persediaan.
6. PERSYARATAN – PERSYARATAN JUST IN TIME ( JIT )
Terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam penerapan JIT:
a. Organisasi Pabrik : Pabrik dengan sisitem JIT berusaha untuk mengatur layout
berdasarkan produk. Semua proses yang diperlukan untuk membuat produk tertentu
diletakkan dalam satu lokasi.
b. Pelatihan/Tim/keterampilan : JIT memerlukan tambahan pelatihan yang lebih banyak
bila dibandingkan dengan system tradisional. Karyawan diberi pelatihan mengenai
bagaimana menghadapi perubahanyang dilakukan dari system tradisional dan
bagaimana cara kerja JIT yaitu 1. Membentuk Aliran/Penyederhanaan : Idealnya
suatu lini produksi yang baru dapat di setup sebagai batu ujian untuk membentuk
aliran produksi, menyeimbangkan aliran tersebut, dan memecahkan masalah awal. 2.
Kanbal Pull System : Kanbal merupakan system manajemen suatu pengendalian
perusahaan, karena itu kanbal memiliki beberapa aturan yang perlu diperhatikan. 3.
Jangan mengirim produk rusak ke prosess berikutnya. 4. Proses berikutnya hanya
mengambil apa yang dibutuhkan pada saat dibutuhkan. 5. Memproduksi hanya
sejumlah proses berikutnya. 6. Meratakan beban produksi. 7. Menaati instruktur
kanban pada saat fine tuning. 8. Melakukan stabilisasi dan rasionalisasi proses.
c. Visibiltas/ pengendalian visual : Salah satu kekuatan JIT adalah sistemnya yang
merupakan system visual. Melacaknya apa yang terjadi dalam system tradisional sulit
dilakukan karena para karyawan mondar-mandir mengurus kelebihan barang dalam
prosess dan banyak rute produksi yang saling bersilangan.
d. Eliminasi Kemacetan : Untuk menghapus kemcetan, baik dalam fase setup maupun
dalam masa produksi, perlu dilakukan beberapa pendekatan yang melibatkan tim
fungsi silang. Tim ini terdiri dari berabagi departemen, seperti perekayasaan,
manufaktur, keuangan dan departemen lainnya yang relevan.
e. Ukuran Lot Kecil Dan Pengurangan Waktu Setup : Ukuran lot yang ideal bukan
ukuran yang terbesar, tetapi ukuran lot yang terkecil. Pendekatan ini pendekatan ini
esuai bila nesin-mesin digunakan untuk menghasilkan berbagai bagian atau
komponen yang berbeda yang digunakan proses berikutnya dalam tahap produksi.
f. Total Productive Maintance : TPM merupakan suatu keharusan dalam sisitem JIT.
Mesi-mesin membersihkan dan diberi pelumas secara rutin, biasanya dilakukan oleh
operator yang menjalankan mesin tersebut.
g. Kemampuan Proses, Statistical Proses Control (SPC), Dan Perbaikan
Berkesinambungan.
Kemampuan proses, SPC, dan perbaikan berkesinambungan harus ada dalam
pemanufakturan JIT, karena beberapa hal: Pertama, segala sesuatu harus bekerja
sesuai dengan harapan dan mendekati sempurna. Kedua, dalam JIt tidak ada bahan
cadangan untuk kemacetan perusahaan dan Ketiga, semua kondisi mesin harus
bekerja dengan prima.
7. HUBUNGAN JUST IN TIME ( JIT ) DENGAN TQM
Untuk mengimplementasikan JIT diperlukan adanya sistem total quality secara
keseluruhan dalam organisasi. JIT mensyaratkan semua departemen dapat menanggapi
kebutuhan-kebutuhannya. Apabila departemen produksi melaksanakan JIT, tetapi organisasi
secara keseluruhan tidak mengupayakan TQM, maka personil departemen produksi akan
menghadapi hambatan yang besar. Selain itu JIT juga mensyaratkan perubahan, sehingga
sering kali timbul penolakan dari departemen uang memiliki komitmen untuk berubah.
Kaizen atau perbaikan secara terus menerus selalu beriringan dengan Total Quality
Management (TQM). Bahkan sebelum filosofi TQM ini terlaksana atau sebelum sistem mutu
dapat dilaksanakan dalam suatu perusahaan maka filosofi ini tidak akan dapat dilaksanakan
sehingga perbaikan secara terus menerus (Kaizen) ini adalah usaha yang melekat pada
filosofi TQM itu sendiri. Sehingga Kaizen bisa juga merupakan suatu kesatuan pandangan
yang komprehensif dan terintegrasi.
Kaizen adalah suatu istilah dalam bahasa jepang yang dapat diartikan sebagai
perbaikan secara terus menerus (countinius improvement). Kaizen nerupakan suatu kesatuan
pandangan yang komperhensif dan terintegrasi yang meliputi:
Berorientasi pada pelanggan.
Pengendalian mutu secara menyeluruh
Robotic
Gugus kendali mutu
Sistem saran
Otomatisasi
Disiplin di temapt kerja
Pemeliharaan produktivitas secara menyeluruh
Kanban
Penyempurnaan perbaikan mutu, tepat waktu tanpa cacat
Kegiatan kelompok-kelompok kecil hubungan kerja sama dengan manajer dan
karyawan
Pengembangan produk baru
Kaizen mempunyai semangat mengadakan perbaikan secara terus-menerus dan
berkesinambungan dengan berpedoman pada semangat, hari ini harus lebih dari hari kemarin
dan hari esok harus lebih baik dari hari ini, tidak boleh ada hari tanpa ada perbaikan.
Adapun hirarki dalam kaizen adalah:
a. Manajemen Puncak Manajemen Madya Supervisor Karyawan
b. Mengkomunikasikan kaizen sebagai strategi perusahaan
c. Menyebarluakan dan mengimplementasikan sasaran kaizen sesuai
penghargaan manajemen puncak melalui menyebarluaskan kebijakan
d. Menggunakan kaizen dalam peranan fungsi
e. Melibatkan diri dalam sistem sasaran dan aktivitas kelompok kecil
8. STRATEGI IMPLEMENTASI JUST IN TIME ( JIT )
Ada beberapa strategi dalam mengimplementasikan JIT dalam perusahaan, antara lain:
Startegi Penerapan pembelian Just in Time. Dukungan, yaitu dari semua pihak
terutama yang berkaitan dengan kegiatan pembelian, dan khususnya dukungan dari
pimpinan. Tanpa ada komitmen dari pinpinan tersebut JIt tidak dapat terlaksana.
Mengubah system, yaitu mengubah cara mengadakan pembelian, yaitu dengan membuat
kontrak jangka panjang dengan pemasok sehingga perusahaan cukup hanya memesan
sekali untuk jangka panjang, selanjutnya barang akan dating sesuai kebutuhan atau proses
produksi perubahan kita.
Startegi penerapan Just in Time dalam system produksi. Penemuan system
produksi yang tepa, yaitu dengan system tarik yang bertujuan memenuhi kebutuhan dan
harapan pelanggan dengan menghilangkan sebanyakmungkin pemborosan. Penemuan lini
produksi yaitu dalam satu lini produksi harus dibuat bermacam-macam barang, sehingga
semua kebutuhanpelanggan yang berbeda-beda itu dapat terpenuhi. Selain itu lini
produksi tersebut dapat menghemat biaya, biaya bahan, persediaan, dan sebagainya. JIT
bukan hany sekedar metode pengedalian persediaan, tetapi juga merupakan system
produksi system produksi yang saling berkaitan dengan semua fungsi dan aktivitas.
9. PEMBELIAN DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )
Pembelian dengan Konsep JIT adalah sistem penjadwalan pengadaan barang
dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat dilakukan penyerahan segera untuk
memenuhi permintaan atau penggunaan. Pembelian JIT dapat mengurangi waktu dan
biaya yang berhubungan dengan aktivitas pembelian dengan cara:
a. Mengurangi jumlah pemasok sehingga perusahaan dapat mengurangi sumber-
sumber yang dicurahkan dalam negosiasi dengan pamasoknya.
b. Mengurangi atau mengeliminasi waktu dan biaya negosiasi dengan pemasok.
c. Memiliki pembeli atau pelanggan dengan program pembelian yang mapan.
d. Mengeliminasi atau mengurangi kegiatan dan biaya yang tidak bernilai
tambah.
e. Mengurangi waktu dan biaya untuk program-program pemeriksaan mutu.
Penerapan pembelian JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Perubahan “cost pools” yang digunakan untuk mengumpulkan biaya.
c. Mengubah dasar yang digunakan untuk mengalokasikan biaya sehingga banyak
biaya tidak langsung dapat diubah menjadi biaya langsung.
d. Mengurangi perhitungan dan penyajian informasi mengenai selisih harga beli
secara individual
e. Mengurangi biaya administrasi penyelenggaraan sistem akuntansi.
10. PRODUKSI DENGAN KONSEP JUST IN TIME ( JIT )
Produksi JIT adalah sistem penjadwalan produksi komponen atau produk yang tepat
waktu, mutu, dan jumlahnya sesuai dengan yang diperlukan oleh tahap produksi berikutnya
atau sesuai dengan memenuhi permintaan pelanggan.
Produksi JIT dapat mengurangi waktu dan biaya produksi dengan cara:
a. Mengurangi atau meniadakan barang dalam proses dalam setiap workstation (stasiun
kerja) atau tahapan pengolahan produk (konsep persediaan nol).
b. Mengurangi atau meniadakan “Lead Time” (waktu tunggu) produksi (konsep waktu
tunggu nol).
c. Secara berkesinambungan berusaha sekeras-kerasnya untuk mengurangi biaya setup
mesin-mesin pada setiap tahapan pengolahan produk (workstation).
d. Menekankan pada penyederhanaan pengolahan produk sehingga aktivitas produksi
yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.
Perusahaan yang menggunakan produksi JIT dapat meningkatkan efisiensi dalam bidang:
a. Lead time (waktu tunggu) pemanufakturan
b. Persediaan bahan, barang dalam proses, dan produk selesai
c. Waktu perpindahan
d. Tenaga kerja langsung dan tidak langsung
e. Ruangan pabrik
f. Biaya mutu
g. Pembelian bahan
Penerapan produksi JIT dapat mempunyai pengaruh pada sistem akuntansi biaya dan
manajemen dalam beberapa cara sebagai berikut:
a. Ketertelusuran langsung sejumlah biaya dapat ditingkatkan.
b. Mengeliminasi atau mengurangi kelompok biaya (cost pools) untuk aktivitas tidak
langsung.
c. Mengurangi frekuensi perhitungan dan pelaporan informasi selisih biaya tenaga kerja
dan overhead pabrik secara individual.
d. Mengurangi keterincian informasi yang dicatat dalam “work tickets”.
11. PERSEDIAAN JUST IN TIME ( JIT )
Just In Time didasarkan pada konsep arus produksi yang berkelanjutan dan
mensyaratkan setiap bagian proses produksi bekerja sama dengan komponen-
komponen lainnya. Tenaga kerja langsung dalam lingkungan Just In Time
dipertangguh dengan perluasan tanggung jawab yang berkontribusi pada
pemangkasan pemborosan biaya tenaga kerja, ruang dan waktu produksi.
Perusahaan-perusahaan pabrikasi menyimpan tiga jenis persediaan : bahan
baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Persediaan-persediaan ini dirancang
untuk bertindak sebagai penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap
dapat berjalan mulus kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau
bilamana sebuah departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena
sesuatu atau hal lainnya. Persediaan-persediaan ini dirancang untuk bertindak sebagai
penyangga sehingga kegiatan-kegiatan perusahaan tetap dapat berjalan mulus
kendatipun para pemasok terlambat melakukan pengiriman atau bilamana sebuah
departemen tidak mampu beroperasi selama beberapa waktu karena sesuatu atau hal
lainnya. Namun penyimpanan persediaan-persediaan itu sudah barang tentu memakan
biaya besar. Sistem Just In Time merupakan upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan persedian. Perusahaan yang mengadopsi system Just In Time ke
proses produksinya mestilah merancang kembali fasilitas - fasilitas pabrikasinya dan
kejadian - kejadian yang memicu proses Produksi berdasarkan prediksi terhadap masa
yang akan datang dalam sistem tradisonal memiliki resiko kerugian yang lebih besar
karena over produksi daripada produksi berdasarkan permintaan yang sesungguhnya.
Oleh karena itu munculah ide Just In Time yang memproduksi apabila ada
permintaan. Suatu proses produksi hanya akan memproduksi apabila diisyaratkan oleh
proses berikutnya. Sebagai akibatnya pemborosoan dapat dihilangkan dalam skala
besar, yaitu berupa perbaikan kualitas dan biaya produksi yang lebih rendah. Kedua
hal tersebut menjadikan perusahaan lebih kooperatif. Tujuan utama Just In Time
adalah untuk meningkatkan laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai
melalui usaha pengendalian biaya, peningkatan kualitas, serta perbaikan kinerja
pengiriman.
12. MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU ( JUST IN TIME SYSTEM )
A. Sistem Produksi Barat
Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut dikenal sebagai sistem produksi western. Ciri-ciri dari sistem produksi ini antara lain:
Melakukan peramalan dalam menentukan kuantitas produksi, Melakukan optimasi dalam penjadwalan produksi, penentuan
kebutuhan bahan, penentuan kebutuhan mesin, pekerja, dll. Terdapatnya departemen pengendalian kualitas, Terdapatnya gudang receiver dan gudang warehouse sebagai
penyimpan persediaan, dll.
Secara garis besarnya adalah masih terdapatnya unsur- unsur probabilistik dalam melakukan keputusan untuk masalah-masalah sistem produksi. Filosofi dasar dari sistem produksi western adalah bagaimana mengoptimalkan unsur-unsur sistem produksi yang tersedia. Hal ini memungkinkan karena negara-negara barat waktu itu masih memiliki resources yang cukup banyak.
Pada tahun 1970-an terjadi krisis minyak bumi yang sangat mempengaruhi industri-industri barat sebagai consumer terbesar. Sedangkan Jepang tidak begitu terpengaruh krisis tersebut karena Jepang sudah biasa hemat dalam menggunakan resources khususnya minyak bumi. Akibatnya industri-industri barat mengalami kemerosotan sedangkan sebaliknya di Jepang justru mulai muncul.
Pada tahun 1980-an sistem produksi jepang mulai menunjukkan keunggulan-keunggulannya sedangkan barat justru baru mulai merekonstruksi dan merestrukturisasi sistem produksinya baik melalui teknik-teknik produksinya maupun manajemennya. Pada tahun 1990-an Jepang nampak berkembang pesat dan jauh meninggalkan Eropa ataupun Amerika.
B. Sistem Produksi Jepang
Sistem produksi Jepang dikenal dengan nama Sistem Produksi Tepat-Waktu (Just In Time). Filosofi dasar dari sistem produksi jepang (JIT) adalah memperkecil ke mubadziran (Eliminate of Waste). Bentuk kemubadziran antara lain adalah:
Kemubadziran dalam Waktu, misalnya ada pekerja yang menganggur (idle time), mesin yang menganggur, waktu transport dalam pabrik tidak efisien, jadwal produksi yang tidak ditepati, keterlambatan material, lintasan produksi yang tidak
seimbang sehingga terjadi bottle-neck, terlambatnya pengiriman barang, banyak-nya karyawan yang absen, dsb.
Kemubadziran dalam Material, misalnya terlalu banyak buangan (scraps, chips) akibat proses produksi, banyak terjadi kerusakan material atau material dalam proses, banyaknya material yang hilang, material yang usang, nilai material yang menurun akibat terlalu lama disimpan, dll.
Kemubadziran dalam Manajemen, misalnya terlalu banyak karyawan kantor, banyak terjadi mis-informasi antar departemen, banyaknya overlapping dalam penugasan, pelaksanaan tugas yang tidak efektif, sulit dalam koordinasi, dll. Jepang melakukan eliminate of waste karena jepang tidak punya resources yang cukup. Jadi dalam setiap melakukan pengambilan keputusan terutama untuk masalah produksi selalu menganut kepada prinsip efisiensi, efektifitas dan produktivitas.
Untuk dapat melaksanakan eliminate waste Jepang melakukan strategi sebagai berikut :
Hanya memproduksi jenis produk yang diperlukan. Hanya memproduksi produk sejumlah yang dibutuhkan. Hanya memproduksi produk pada saat diperlukan.