makalah isbd

20
1 TUGAS MAKALAH ILMU SOSIAL DAN BUDAYA (ISBD) MASALAH SOSIAL “ANAK JALANAN” CINDY PUTRI ARINTA (123234215 / KIMIA A 2012) ERIKA WIDIARINI (123234219 / KIMIA A 2012) NURMA ERLITA DAMAYANTI (123234204 / KIMIA B 2012) UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI KIMIA 2013 

Upload: nurma-erlita-damayanti

Post on 09-Oct-2015

27 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Makalah ISBD

TRANSCRIPT

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    1/20

    1

    TUGAS MAKALAH

    ILMU SOSIAL DAN BUDAYA (ISBD)

    MASALAH SOSIAL ANAK JALANAN

    CINDY PUTRI ARINTA (123234215 / KIMIA A 2012)

    ERIKA WIDIARINI (123234219 / KIMIA A 2012)

    NURMA ERLITA DAMAYANTI (123234204 / KIMIA B 2012)

    UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

    FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

    PROGRAM STUDI KIMIA

    2013

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    2/20

    2

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A.Latar Belakang Masalah

    Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja

    maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga

    maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau

    terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan

    orangtua atau keluarga. Anak jalanan seperti anak pada umumnya memerlukan perlindungan

    dan kehidupan yang layak sebagaimana anak-anak seharusnya.

    Berdasarkan pasal 22 UU No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan anak dan UU No. 4

    tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak mewajibkan Negara untuk melindungi hak-hak anak,

    salah satu wujud nyata tindakan Negara salah satunya adalah dengan menyelenggarakan

    rumah singgah. Namun keberadaan anak-anak jalanan menjadi bukti bahwa keberadaan

    rumah singgah tersebut ternyata belum cukup efektif dalam menanggulangi permasalahan

    anak jalanan. BerdasarkanUU No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan anak dan UU No. 4

    tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, anak jalanan wajib diasuh dan dirawat oleh orang

    tua masing-masing. Pada kenyataannya justru orang tua sering kali menajdi faktor utama

    anak-anak bekerja di jalan.

    Begitu banyak fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia, merupakan suatu

    persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan

    pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan

    jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga,

    masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum

    begitu besar. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus

    dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang

    bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.

    Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan hidup yang diinginkan oleh siapapun.

    melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak

    jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara

    psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan

    mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan

    dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    3/20

    3

    pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di

    mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh,

    melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang

    diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang

    harus diasingkan. Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu

    perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian yang

    introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa

    mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.

    B.Rumusan Masalah

    1. Faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya anak jalanan?

    2. Bentuk peran serta masyarakat apa saja yang sudah di lakukan terhadap masalah anak

    jalanan?

    C.Tujuan

    Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

    1. Untuk menetahui beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya anak jalanan.

    2. Untuk mengetahui bentuk peran serta masyarakat yang sudah di lakukan terhadap

    anak jalanan.

    D.Manfaat Penulisan

    Manfaat yang di harapkan dari penulisan makalah ini adalah :

    1.

    Agar pembaca makalah ini mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi

    munculnya anak jalanan.

    2. Agar pembaca makalah ini mengetahui bentuk peran serta masyarakat terhadap anak

    jalanan.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    4/20

    4

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan

    sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang

    Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum

    menikah. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak

    adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

    Seperti manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai kebutuhan: jasmani,

    rohani dan sosial. Menurut Maslow, kebutuhan manusia itu mencakup : kebutuhan fisik

    (udara, air, makan), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi,

    kebutuhan untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh.

    Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki keterbatasan untuk

    mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak. Orang dewasa

    termasuk orang tuanya, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak

    tersebut. Permasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk keluarganya

    seringkali tidak mampu memberikan hak-hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga

    miskin, keluarga yang pendidikan orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi

    orang tua akan keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hak-hak

    anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi kewajiban orang tua,

    masyarakat dan manusia dewasa lainnya untuk mengupayakan upaya perlindungannya agar

    kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara optimal.

    Berbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak anak. Keseriusan Indonesia

    melihat persoalan hak anak juga telah dibuktikan dengan lahirnya Undang-undang RI Nomor

    23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk dalam

    kategori anak Indonesia berhak mendapatkan hak-haknya sebagai anak. Anak jalanan dilihat

    dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat

    dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan

    ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya

    sendiri.

    .

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    5/20

    5

    Pengertian Pendidikan dan Anak Jalanan

    Krisis moneter yang berkepanjangan telah melanda bangsa kita saat ini semakin tidak

    memberikan tanda-tanda kearah yang lebih baik. Karena itu perlu penegasan dari pemerintah

    tentang pentingnya mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang tangguh, unggul dan

    terampil agar bangsa ini mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang saat ini telah

    menjadi negara maju.

    Masyarakat kompetitif abad XXI merupakan produk dari sistem pembangunan

    pendidikan nasional yang mantap dan tangguh. Pendidikan nasional merupakan bagian dari

    pembangunan nasional, melalui Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 dikatakan bahwa tujuan

    pendidikan adalah:

    Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia

    seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan

    berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,

    kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan

    kebangsaan.

    Oleh karena itu, pendidikan nasional telah memiliki dasar yang kuat, namun demikian

    pendidikan nasional sebagai suatu sistem bukanlah merupakan sesuatu yang paten dan baku,

    namun merupakan suatu proses yang terus menerus mencari dan menyempurnakan

    bentuknya.

    Masalah pendidikan nasional semakin kompleks sesuai dengan meningkatnya kesadaran

    masyarakat serta kemampuan Sumber Daya Manusianya. Dari berbagai jenis masalah

    pendidikan, HAR Tilaar menulis empat permasalahan pendidikan, yaitu:

    1. Peranan pendidikan dalam pembangunan nasional memasuki abad XXI dalam

    masyarakat yang serba terbuka, yang terpenting harus ditonjolkan antara lain

    mengenai reformasi pendidikan.

    2. Pentingnya manajemen pendidikan agar dalam pembangunan sistem pendidikan

    nasional yang kuat dinamis menuju kepada kualitas output yang tinggi.

    3. Kemajuan teknologi informasi yang mempengaruhi proses pendidikan dalam

    masyarakat ilmu ( Knowledge Society ).

    4. Otonomi Daerah yang menuntut pembangunan pendidikan nasional yang memenuhi

    kebutuhan pembangunan daerah sebagai dasar pembangunan nasional dalam kerja

    sama regional.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    6/20

    6

    Dengan demikian, dunia pendidikan haruslah berkembang sesuai dengan

    berkembangnya zaman yang saat ini melaju dengan pesat. Pendidikan haruslah didasarkan

    pada kebutuhan-kebutuhan dari seluruh potensi masyarakat Indonesia.

    1. Pengertian Pendidikan

    Meskipun pengertian pendidikan dalam arti luas dapat didefenisikan, akan tetapi bila

    pendidikan diartikan dalam batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian

    yang sederhana. Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

    keprihatinan sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.

    Dalam pengertian lain pendidikan secara luas dan umum adalah sebagai usaha sadar

    yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu

    peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang yang

    dewasa-susila. Kata pendidikan mengandung sekurang-kurangnya empat pengertaian, yaitu

    bentuk kegiatan, proses, buah atau produk yang dihasilkan proses tersebut, serta sebagai ilmu.

    Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan ini adalah:

    - Usaha (kegiatan) bersifat bimbingan atau bersifat menolong

    - Ada pendidikan, atau pembimbing atau penolong

    - Ada yang didik atau si terdidik

    - Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan

    - Dalam usaha itu tentu ada alat yang diperlukan.

    2. Pengertian Anak Jalanan

    Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia.Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak

    merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai

    manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi

    manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang Hak

    Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang

    pengesahan Convention on the right of the child ( Konvensi tentang Hak-hak Anak).

    Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak

    jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    7/20

    7

    menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat

    umum lainnya.

    UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who

    have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years

    of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak

    berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan

    masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A

    Soedijar, 1988 : 16).

    Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan,

    melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak

    jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secarapsikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan

    mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan

    dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan

    pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di

    mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh,

    melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang

    diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang

    harus diasingkan.

    Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan

    alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar

    mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi

    penerus bangsa untuk masa mendatang.

    Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak

    dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan

    berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang

    tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.

    Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota ( HIMMATA)

    mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan anak

    jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan mencari

    penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga. Sedangkan anak

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    8/20

    8

    jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan menjalani kehidupannya di

    jalanan tanpa punya hubungan dengan keluarganya (Asmawati, 2001 : 28 ).

    Sedangkan menurut tata Sudrajat ( 1999 : 5 ) anak jalanan dapat dikelompokan

    menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak yang

    putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup

    dijalanan / children the street ). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang

    tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua

    bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the street

    ) Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori

    anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ).

    Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anakjalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :

    1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children of the street ).

    Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang

    hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh

    factor social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan

    perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan

    solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.

    2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang

    bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja

    migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya

    mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen,

    tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama

    dengan saudara atau teman-teman senasibnya.

    3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang

    tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan

    karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas

    usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.

    4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari

    kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang

    SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    9/20

    9

    saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa

    barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.

    Fenomena merebaknya anak jalanan di DKI Jakarta merupakan suatu masalah yang

    kompleks. Secara garis besar terdapat dua kelompok anak jalanan, yaitu : 1). Kelompok anak

    jalanan yang bekerja dan hidup di jalan. Anak yang hidup di jalan melakukan semua aktivitas

    dijalan, tidur dan menggelandang secara berkelompok. 2). Kelompok anak jalanan yang

    bekerja di jalanan ( masih pulang ke rumah orang tua).

    Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual

    asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian

    diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat

    bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnyasebuah kota, tetapi justru karena tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian

    warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan

    kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36 ).

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    10/20

    10

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Anak-anak Jalanan

    Anak adalah sebagai generasi penerus pewaris cita-cita perjuangan bangsa dan

    merupakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Anak mempunyai hak

    dan kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi yaitu: Hak kebutuhan untuk makan dengan zat-zat

    yang bergizi, kesehatan, bermain, kebutuhan emosional, pengembangan moral, spiritual,

    pendidikan serta memerlukan lingkungan keluarga dan social yang mendukung kelangsungan

    hidupnya.

    Krisis ekonomi, adalah sebagai pemicu utama terjadinya berbagai bencana yang telah

    menyebabkan banyak orang tua dan keluarga mengalami penurunan daya beli, pemutusan

    hubungan kerja sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan akan hak-hak anaknya. Berkaitan

    dengan itu jumlah anak putus sekolah, terlantar dan marginal semakin bertambah, selain itu

    akibat yang ditimbulkan terpaksa banyak anak-anak yang harus membantu orang tuanya,

    karena kemiskinan.

    Di sisi lain tidak sedikit anak yang hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak

    kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, diakibatkan karena situasi perkotaan

    yang begitu dinamis dan tidak memberi ruang bagi masyarakat marginal, hal ini terlihat

    mudahnya terjadi pengusuran serta terjadinya konflik yang tak dapat dielakkan. Konflik yang

    dapat dilihat seperti perkelahian antar kelompok, dengan menggunakan senjata tajam bisa

    terjadi kapan saja, dan tidak sedikit pula anak terlibat didalamnya. Pemerintah kota dengan

    melakukan penggusuran atas nama keindahan dan ketertiban umum yang tidak pernah selesai:menggusur paksa, penggrebekan, penggarukan, yang sudah barang tentu membawa

    konsekwensi tertentu bagi kehidupan perkotaan.

    Modernisasi, Industrialisasi, migran dan urbanisasi yang mengakibatkan terjadinya

    perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup membuat dukungan social dan

    perlindungan terhadap anak menjadi berkurang.

    Mereka pun memilih jalanan dan tempattempat umum lainnya sebagai alternative

    pelarian untuk mencari kerja, karena mereka menganggap dijalan banyak rezeki yang bisa

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    11/20

    11

    didapat sesuai dengan tingkat kompetisi yang ada, artinya mereka menyadari tingkat

    pendidikan yang pernah mereka jalani. mereka hanya mengenyam pendidikan rata-rata SLTP

    kebawah putus sekolah akhirnya menjadilah mereka anak pekerja. Faktor lain yang

    menyebabkan anak-anak turun ke jalan dikarenakan adanya konflik yang terjadi pada rumah

    tangganya, mereka bosan dengan keadaan yang terjadi di rumah. Peraturan serba ketat tanpa

    memberi peluang kepada anak mengutarakan keinginannya, tidak jarang sering terjadi tindak

    kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga sebagai mana yang sering kita saksikan akhir-

    akhir ini, untuk itu sebagai alternatif dalam mengurangi meningkatnya anak terlantar perlu

    pemberian modal usaha dan penciptaan lapangan kerja dari pemerintah yang merupakan

    tugas pokok dinas sosial sebagaimana yang diembangkan oleh pemerintah kota tentang

    kesejahteraan anak dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik

    jasmani, rohani maupun sosialnya. Karena mereka terlanjur hidup dan mencari nafkah dijalanan dan ditempat-tempat umum lainnya maka mereka dikenal dengan istilah anak jalanan.

    Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak

    jalanan adalah faktor kondisi social ekonomi di samping karena adanya faktor broken home

    serta berbagai faktor lainnya.

    Hal yang berkaitan juga diungkapkan oleh Saparinah Sadli ( 1984 : 126 ) bahwa ada

    berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah

    gelandangan, antara lain : faktor kemiskinan (structural dan peribadi ), faktor keterbatasan

    kesempatan kerja (factor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan

    masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai

    dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.

    Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11 )

    menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan

    alasan dan penuturan mereka adalah karena : 1) Kekerasan dalam keluarga. 2). Dorongan

    keluarga. 3). Ingin bebas. 4). Ingin memiliki uang sendiri, dan 5). Pengaruh teman.

    Persoalan yang kemudian muncul adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada

    usia sekolah, usia produktif, mereka mempuanyai kesempatan yang sama seperti anak-anak

    yang lain, mereka adalah warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan pendidikan,

    tetapi disisi lain mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan mencari penghidupan dijalanan.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    12/20

    12

    C. Bentuk Pembinaan Anak Jalanan.

    Dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak-anak tersebut, merupakan tugas

    sebagaimana yang diembangkan oleh pemerintah tentang pembinaan dan kesejahteraan anak

    dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik jasmani, rohani

    maupun sosialnya.

    Pembinaan yang harus dilakukan bervariasi dimana melalui proses pendidikan yang

    berkualitas dengan segala aspek.

    Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah (Badan atau organisasi

    yang menyelenggarakan pendidikan secara formal), keluarga dan masyarakat. Ketiga lembaga

    pendidikan tersebut, Ki Hajar Dewantara Menganggap Lembaga tersebut sebagai Tri Pusat

    Pendidikan.

    Upaya pembinaan terhadap anak jalanan bukannya tidak pernah dilakukan. Pemda DKI

    Jakarta misalnya, sejak tahun 1998 telah mencanangkan program rumah singgah. Dimana

    bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan (Draft Pembinaan Anak

    Jalanan : Pemda DKI, 1998). Akan tetapi, pendekatan yang cenderung represif dan tidak

    integrative, ditunjang dengan watak dasar anak jalanan yang tidak efektif. Sehingga

    mendorong anak jalanan tidak betah tinggal di rumah singgah. Selain pemerintah, beberapa

    LSM juga concern pada masalah ini. Kebanyakan bergerak di bidang pendidikan alternatif

    bagi anak jalanan. Kendati demikian, dibanding jumlah anak jalanan yang terus meningkat,

    daya serap LSM yang sangat terbatas sungguh tidak memadai. Belum lagi munculnya indikasi

    " komersialisasi " anak jalanan oleh beberapa LSM yang kurang bertanggungjawab dan hanya

    berorientasi pada profit semata.

    Penanganan masalah anak jalanan sesungguhnya bukan saja menjadi tanggung jawab

    salah satu pihak saja, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, LSM,akademisi dan masyrakat, secara keseluruhan. Persoalannya, selama ini aksi-aksi penanganan

    anak jalanan masih dilakukan secara sporadic, sektoral dan temporal serta kurang terencana

    dan terintegrasi secara baik. Akibatnya efektivitas penanganan menjadi tidak maksimal.

    1. Lembaga Pendidikan Keluarga (informal)

    Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena di dalam

    lingkungan keluarga inilah anak-anak pertama mendapatkan didikan dan bimbingan. Tugas

    utama keluarga bagi pendidikan, adalah sebagai peletak dasar pendidikan akhlak dan

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    13/20

    13

    merupakan pandangan hidup keagamaan. Pelajaran yang paling berharga untuk anak adalah

    perangai ayah dan ibu sehari-hari, baik yang ditujukan kepada anak maupun yang lainnya.

    Di dalam pasal I Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, dinyatakan perkawinan adalah

    ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan

    membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Anak yang lahir dari perkawinan itulah akan

    menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuanya, memelihara dan mendidik dengan

    sebaik-baiknya. Fungsi dan peranan pendidikan keluarga adalah :

    Pengalaman pertama masa kanak-kanak.

    Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama bagi seorang anak

    dalam melangsungkan hidupnya sampai menjadi dewasa. Ini berarti peran orang tua sangat

    penting dalam membentuk watak dan karakter setiap anak maka tanggung jawab

    pendidikannya ada pada orang tuanya. Suasana pendidikan keluarga sangat penting

    diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa didalam perkembangan individu

    selanjutnya di tentukan. Kewajiban orang tua tidak hanya memelihara eksistensi anak untuk

    dijadikan seorang pribadi, tetapi juga memberikan pendidikan sebagai individu yang tumbuh

    dan berkembang.

    Menjamin Kehidupan Emosional Anak.

    Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yang meliputi rasa cinta dan simpati

    yang sewajarnya, suasana yang aman dan tentram, saling mempercayai. Untuk itulah melalui

    pendidikan keluarga, kehidupan emosional anak atau kebutuhan rasa kasih sayang anak dapat

    dipenuhi. Hal ini disebabkan adanya hubungan darah, hubungan batin antara orang tua

    sebagai orang dewasa dan anak sebagai manusia yang butuh pendidikan dan kasih saying.

    Kehidupan emosional ini merupakan factor yang penting dalam membentuk pribadi

    seseorang.

    Menanamkan Dasar Pendidikan Moral.

    Didalam keluarga penanaman moral anak sangat diperlukan, yang biasanya tercermin

    dari sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Memang

    biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini,

    melahirkan gejala isentifikasi politik yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. Segala

    nilai yang dikenal anak karena melekat pada orang-orang yang disenangi dan dikagumi, dandengan melaui salah atau proses yang di tempuh anak melalui nilai.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    14/20

    14

    Memberikan Dasar Pendidikan Moral.

    Pendidikan keluarga merupakan basis yang sangat penting dalam peletakan dasar-dasar

    pendidikan social anak. Dalam keluarga anak-anak harus membantu (menolong) anggota

    keluarga yang lain, bersama-sama menjaga dan sebagainya. Kesemuanya memberikan

    pendidikan kepada anak, terutama memupuk perkembangan benih-benih kesadaran social

    pada anak.

    Peletakan Dasar-Dasar Keagamaan

    Lembaga pendidikan keluarga sangat menentukan dalam menanam dasar-dasar

    internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan. Anak-anak seharusnya dibiasakan ke

    Masjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan khotbah, atau ceramah-

    ceramah keagamaan. Kenyataan membuktikan bahwa anak-anak yang terbiasa semasa

    kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal yang berhubungan dengan hidup keagamaan,

    ketika ia dewasa nantinya tidak mempunyai keprihatinan terhadap kehidupan keagamaan.

    2. Lembaga Pendidikan Sekolah (Formal).

    Sekolah merupakan bagian dari pendidikan keluarga yang sekaligus juga lanjutan dari

    pendidikan keluarga. Yang disebut pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh oleh

    seseorang dari sekolah secara teratur dan sistematis, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat.

    yang jelas dan ketat mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi.

    Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif

    dan efisien dari dan oleh serta masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban

    memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga Negara. Tanggung Jawab

    Sekolah.

    Sebagai pendidikan yang bersifat formal, sekolah menerima fungsi pendidikan

    berdasarkan asas-asas tanggung jawab yang meliputi.

    - Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,

    dalam hal ini Undang-undang yang Pendidikan, UUSPN No. 2 tahun1989.

    - Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tingkat, tujuan pendidikan

    yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa.

    - Tanggung jawab fungsional, tanggung jawab professional pengelola dan

    pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatan.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    15/20

    15

    Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab fungsional, tanggung jawab professional

    pengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan berdasarkan ketentuan-

    ketentuan jabatan. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan

    kepercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari pada guru.

    Fungsi dan peranan sekolah

    Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang membantu keluarga, maka sekolah

    bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik

    yang dibawah dari lingkungan keluarganya. Sementara itu dalam perkembangannya

    kepribadian anak didik, peranan sekolah melalui kurikulum antara lain :

    - Anak didik belajar bergaul dengan sesama anak didik dengan gurunya, dan

    antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).

    - Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.

    - Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna

    bagi agama, bangsa dan negara.

    Tentang fungsi sekolah itu sendiri, sebagaimana diperinci oleh suarno dalam bukunya

    Pengantar Umum Pendidikan, yaitu sebagai berikut:

    - Mengembangkan kecerdasan berpikir dan memberikan pengetahuan

    Disamping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh,

    fungsi sekolah yang lebih penting adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan

    pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan

    fungsi keluarga dalam pendidikan moral.

    - Sosialisasi

    Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses sosialisasi, yaitu

    membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi

    dengan masyarakat. Sekolah juga berfungsi memelihara warisan budaya yang hidup dalam

    masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada

    generasi muda.

    - Transmisi dari Rumah ke Masyarakat.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    16/20

    16

    Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri kepada orang

    tua, maka memasuki sekolah ia mendapat kesempatan untuk melatih diri sendiri dan

    bertanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.

    3. Lembaga pendidikan di Masyarakat (Non Formal)

    Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga

    dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat, telah dimulai ketika anak-anak

    untuk sementara waktu telah lepas dari asuhan keluarga dan berada dalam lingkungan

    sekolah. Pada hakekatnya pendidikan jalur sekolah terbagi dua, yakni pendidikan informal

    keluarga, pendidikan nonformal (masyarakat) pendidikan ini biasa disebut Lembaga Swadaya

    Masyarakt (LSM).

    Pendekatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berkembang diberbagai negara,

    suatu wahana yang dipersiapkan untuk memperantarai anak marginal dengan pihak yang

    akan membantu mereka. tekanan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang lebih penting

    adalah mempertahankan kemampuan anak dimana penggunaannya berdasarkan aspirasi dan

    potensi yang dimiliki oleh anak.

    Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan proses informasi yang memberikan

    suasana rasionalisasi anak marginal terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di

    masyarakat.

    LSM yang menangani pembinaan anak marginal adalah tersosialisasinya ide atau

    gagasan tentang perlunya minimalisasi atau antisipasi tindak kekerasan pada anak-anak

    dalam rumah tangga (keluarga) untuk sebuah proyeksitas terwujudnya generasi yang humanis

    dan anti kekerasan, tentang sosialisasi gagasan hak-hak anak akhirnya aturan hukum secara

    formal akan menjadi instrument untuk memajukan hal-hal di atas dalam dunia empiris.

    Sedangkan pembinaan khususnya adalah :

    Membangun kesadaran publik untuk ikut terlibat dalam minimalisasi dan antisipasi

    tindak kekerasan terhadap anak dirumah tangga (keluarga) juga. Sama-sama belajar konsep

    (formal dan informal) dalam meminimalisasi, mengantisipasi tindak kekerasan terhadap anak

    dalam rumah tangga. Mensosialisasikan kepada anak gagasan tentang upaya aturan hukum

    dalam meminimalisir, mengantisipasi kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan dihormati

    hak anak. Memberikan ajaran agama secara teratur dimana tetap memperhatikan hal yang

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    17/20

    17

    lebih penting dengan kemampuan anak dimana penanganannya berdasarkan aspirasi dan

    potensi yang dimiliki anak.

    Rumah Singgah sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak Jalanan

    Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah

    singgah. Konferensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada bulan juli 1996

    mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal,

    dimana anakanak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk

    ke dalam proses pembinaan lebih lanjut.

    Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai

    perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah

    merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap

    system nilai dan norma di masyarakat.

    Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan

    mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan

    hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah adalah :

    a. Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang

    berlaku di masyarakat.

    b. Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga

    pengganti lainnya jika diperlukan.

    c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan

    menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.

    Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat

    penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :

    a. Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini

    sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan

    pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.

    b. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat

    melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan

    pelayanan social bagi anak jalanan.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    18/20

    18

    c. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti,

    dan lembaga lainnya.

    d.Perlindungan. Rumah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk

    kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan

    seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.

    e. Pusat informasi tentang anak jalanan

    f.Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan fungsi social anak.

    g. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan

    sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial.

    h.Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan

    salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak

    jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga

    masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan.

    Bentuk upaya pemberdayaan anak jalanan selain melalui rumah singgah dapat juga

    dilakukan melalui program-program :

    a. Center based program, yaitu membuat penampungan tempat tinggal yang bersifat tidak

    permanen.

    b. Street based interventions, yaitu mengadakan pendekatan langsung di tempat anak jalanan

    berada atau langsung ke jalanan.

    c. Community based strategy, yaitu dengan memperhatikan sumber gejala munculnya anak

    jalanan baik keluarga maupun lingkungannya.

    Dalam kaitannya dengan model pembinaan anak jalanan di Rumah Singgah, ada

    berbagai hal yang ingin di ketahui. Misalnya tahap-tahap pemberdayaan anak jalan. Apakah

    pembinaan tersebut dilakukan dengan cara model penjangkauan kunjungan pendahuluan dan

    persahabatan dengan mereka ?. Apakah dilakukan dengan cara identifikasi masalah (problem

    assessment) sebagi langkah dalam menginventarisir identitas anak jalanan. Ataukah dilakukan

    dengan cara memberikan pendidikan alternatif ( Pendidikan luar sekolah) sebagai kegiatan

    untuk mencegah munculnya masalah sosial anak jalanan, seperti pelatihan dan peningkatan

    keterampilan.

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    19/20

    19

    BAB IV

    PENUTUP

    A.Kesimpulan

    Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional, karena itu

    pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini mungkin agar dapat

    berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Upaya pengembangan

    dan peningkatan kualitas generasi bangsa (termasuk didalamnya anak jalanan) tidak dapat

    dilepaskan dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan khususnya

    anak yang diwarnai dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan,

    budaya yang mampu meningkatkan kreativitas keimanan, intelektualitas, disiplin, etos kerja

    dan keterampilan kerja.

    Di sisi lain stabilitas nasional adalah gambaran tentang keaadan yang mantap, stabil dan

    seimbang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan ditanganinya

    dengan baik masalah anak jalanan akan memperkuat sendi-sendi kesejahteraan sosial serta

    stabilitas nasional kita di masa yang akan datang.

    Peran serta masyarakat dan pemerintah khususnya sangat penting bagi penanganan

    masalah anak jalanan ini, karena masyarakat dan pemerintahlah yang mempunyai andil besar

    untuk memulaiya dari lingkungan keluarga sampai kepada masyarat umum.

    B.Saran

    Tidak sedikit anak yang hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif bagi

    pertumbuhan dan perkembangan anak, diakibatkan karena situasi perkotaan yang begitu

    dinamis dan tidak memberi ruang bagi masyarakat marginal, hal ini terlihat mudahnya terjadi

    pengusuran serta terjadinya konflik yang tak dapat dielakkan. Konflik yang dapat dilihat

    seperti perkelahian antar kelompok, dengan menggunakan senjata tajam bisa terjadi kapan

    saja, dan tidak sedikit pula anak terlibat didalamnya. Pemerintah kota dengan melakukan

    penggusuran atas nama keindahan dan ketertiban umum yang tidak pernah selesai: menggusur

    paksa, penggrebekan, penggarukan, yang sudah barang tentu membawa konsekuensi tertentu

  • 5/19/2018 Makalah ISBD

    20/20

    20

    bagi kehidupan perkotaan hendaknya segera diselesaikan, karena hal tersebut membawa

    dampak tersendiri terhadap anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.

    DAFTAR PUSTAKA

    Darmaningtyas, Pendidikan Pada dan setelah Krisis ( Evaluasi Pendidikan di masa Krisis ), (

    Cet. I: Yogyakarta; Pustaka Pelajar 1999 ) h. 5.

    Hasbullah, dasar-dasar ilmu pendidikan (Cat. I: Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1999) h.1.

    Sulaiman Josoep. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Cet II: Bumi Aksara.1999), h.39.

    Eq Lantnya Djbb. Hasil Konfrensi Jenewa Tentang Hak-hak Anak (Unicef,1988), h.78.

    St Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu,Potret Kehidupan Anak Indonesia (Jakarta:

    Buku Kompas , 2000)h.21.

    Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Cet. II; Jakarta : Inisiasi Press, 2002) h.53.

    Nuraeni.Interfensi Dini bagi anak Bermasalah (Cet. I; Jakarta: PT. Rintika Cipta. 1997) h.6.

    Wens Taniin Dkk. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Gramedia;Jakarta,1989), h.44.

    Umberto Sihombing, Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan (Cet. I; Jakarta :

    Mahkota, 1999), h. 1.

    http;//www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf.