makalah isbd
DESCRIPTION
Makalah ISBDTRANSCRIPT
-
5/19/2018 Makalah ISBD
1/20
1
TUGAS MAKALAH
ILMU SOSIAL DAN BUDAYA (ISBD)
MASALAH SOSIAL ANAK JALANAN
CINDY PUTRI ARINTA (123234215 / KIMIA A 2012)
ERIKA WIDIARINI (123234219 / KIMIA A 2012)
NURMA ERLITA DAMAYANTI (123234204 / KIMIA B 2012)
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM STUDI KIMIA
2013
-
5/19/2018 Makalah ISBD
2/20
2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Anak jalanan adalah anak yang menghabiskan waktunya di jalanan, baik untuk bekerja
maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga
maupun tidak, yang terdiri dari anak-anak yang mempunyai hubungan dengan keluarga atau
terputus hubungannya dengan keluarga, dan anak yang mandiri sejak kecil karena kehilangan
orangtua atau keluarga. Anak jalanan seperti anak pada umumnya memerlukan perlindungan
dan kehidupan yang layak sebagaimana anak-anak seharusnya.
Berdasarkan pasal 22 UU No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan anak dan UU No. 4
tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak mewajibkan Negara untuk melindungi hak-hak anak,
salah satu wujud nyata tindakan Negara salah satunya adalah dengan menyelenggarakan
rumah singgah. Namun keberadaan anak-anak jalanan menjadi bukti bahwa keberadaan
rumah singgah tersebut ternyata belum cukup efektif dalam menanggulangi permasalahan
anak jalanan. BerdasarkanUU No. 23 tahun 2002 Tentang Perlindungan anak dan UU No. 4
tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak, anak jalanan wajib diasuh dan dirawat oleh orang
tua masing-masing. Pada kenyataannya justru orang tua sering kali menajdi faktor utama
anak-anak bekerja di jalan.
Begitu banyak fenomena merebaknya anak jalanan di Indonesia, merupakan suatu
persoalan sosial yang komplek. Hidup menjadi anak jalanan memang bukan merupakan
pilihan yang menyenangkan, karena mereka berada dalam kondisi yang tidak bermasa depan
jelas, dan keberadaan mereka tidak jarang menjadi masalah bagi banyak pihak, keluarga,
masyarakat dan negara. Namun, perhatian terhadap nasib anak jalanan tampaknya belum
begitu besar. Padahal mereka adalah saudara kita. Mereka adalah amanah Allah yang harus
dilindungi, dijamin hak-haknya, sehingga tumbuh-kembang menjadi manusia dewasa yang
bermanfaat, beradab dan bermasa depan cerah.
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah pilihan hidup yang diinginkan oleh siapapun.
melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak
jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secara
psikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan
mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan
dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan
-
5/19/2018 Makalah ISBD
3/20
3
pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di
mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh,
melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang
diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang
harus diasingkan. Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu
perasaan alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian yang
introvet, cenderung sukar mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa
mereka adalah generasi penerus bangsa untuk masa mendatang.
B.Rumusan Masalah
1. Faktor apa saja yang mempengaruhi munculnya anak jalanan?
2. Bentuk peran serta masyarakat apa saja yang sudah di lakukan terhadap masalah anak
jalanan?
C.Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk menetahui beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya anak jalanan.
2. Untuk mengetahui bentuk peran serta masyarakat yang sudah di lakukan terhadap
anak jalanan.
D.Manfaat Penulisan
Manfaat yang di harapkan dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Agar pembaca makalah ini mengetahui beberapa faktor yang mempengaruhi
munculnya anak jalanan.
2. Agar pembaca makalah ini mengetahui bentuk peran serta masyarakat terhadap anak
jalanan.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
4/20
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Konsep anak didefinisikan dan dipahami secara bervariasi dan berbeda, sesuai dengan
sudut pandang dan kepentingan yang beragam. Menurut UU No. 4 Tahun 1979 tentang
Kesejahteraan Anak, anak adalah seseorang yang berusia di bawah 21 tahun dan belum
menikah. Sedangkan menurut UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, anak
adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.
Seperti manusia pada umumnya, anak juga mempunyai berbagai kebutuhan: jasmani,
rohani dan sosial. Menurut Maslow, kebutuhan manusia itu mencakup : kebutuhan fisik
(udara, air, makan), kebutuhan rasa aman, kebutuhan untuk menyayangi dan disayangi,
kebutuhan untuk penghargaan, kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri dan bertumbuh.
Sebagai manusia yang tengah tumbuh-kembang, anak memiliki keterbatasan untuk
mendapatkan sejumlah kebutuhan tersebut yang merupakan hak anak. Orang dewasa
termasuk orang tuanya, masyarakat dan pemerintah berkewajiban untuk memenuhi hak anak
tersebut. Permasalahannya adalah orang yang berada di sekitarnya termasuk keluarganya
seringkali tidak mampu memberikan hak-hak tersebut. Seperti misalnya pada keluarga
miskin, keluarga yang pendidikan orang tua rendah, perlakuan salah pada anak, persepsi
orang tua akan keberadaan anak, dan sebagainya. Pada anak jalanan, kebutuhan dan hak-hak
anak tersebut tidak dapat terpenuhi dengan baik. Untuk itulah menjadi kewajiban orang tua,
masyarakat dan manusia dewasa lainnya untuk mengupayakan upaya perlindungannya agar
kebutuhan tersebut dapat terpenuhi secara optimal.
Berbagai upaya telah dilakukan dalam merumuskan hak-hak anak. Keseriusan Indonesia
melihat persoalan hak anak juga telah dibuktikan dengan lahirnya Undang-undang RI Nomor
23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. Tanpa terkecuali, siapapun yang termasuk dalam
kategori anak Indonesia berhak mendapatkan hak-haknya sebagai anak. Anak jalanan dilihat
dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak dapat disamaratakan. Dilihat
dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan berada dijalan karena tekanan
ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang tua, atau atas dasar pilihannya
sendiri.
.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
5/20
5
Pengertian Pendidikan dan Anak Jalanan
Krisis moneter yang berkepanjangan telah melanda bangsa kita saat ini semakin tidak
memberikan tanda-tanda kearah yang lebih baik. Karena itu perlu penegasan dari pemerintah
tentang pentingnya mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang tangguh, unggul dan
terampil agar bangsa ini mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang saat ini telah
menjadi negara maju.
Masyarakat kompetitif abad XXI merupakan produk dari sistem pembangunan
pendidikan nasional yang mantap dan tangguh. Pendidikan nasional merupakan bagian dari
pembangunan nasional, melalui Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 dikatakan bahwa tujuan
pendidikan adalah:
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan
berbudi luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.
Oleh karena itu, pendidikan nasional telah memiliki dasar yang kuat, namun demikian
pendidikan nasional sebagai suatu sistem bukanlah merupakan sesuatu yang paten dan baku,
namun merupakan suatu proses yang terus menerus mencari dan menyempurnakan
bentuknya.
Masalah pendidikan nasional semakin kompleks sesuai dengan meningkatnya kesadaran
masyarakat serta kemampuan Sumber Daya Manusianya. Dari berbagai jenis masalah
pendidikan, HAR Tilaar menulis empat permasalahan pendidikan, yaitu:
1. Peranan pendidikan dalam pembangunan nasional memasuki abad XXI dalam
masyarakat yang serba terbuka, yang terpenting harus ditonjolkan antara lain
mengenai reformasi pendidikan.
2. Pentingnya manajemen pendidikan agar dalam pembangunan sistem pendidikan
nasional yang kuat dinamis menuju kepada kualitas output yang tinggi.
3. Kemajuan teknologi informasi yang mempengaruhi proses pendidikan dalam
masyarakat ilmu ( Knowledge Society ).
4. Otonomi Daerah yang menuntut pembangunan pendidikan nasional yang memenuhi
kebutuhan pembangunan daerah sebagai dasar pembangunan nasional dalam kerja
sama regional.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
6/20
6
Dengan demikian, dunia pendidikan haruslah berkembang sesuai dengan
berkembangnya zaman yang saat ini melaju dengan pesat. Pendidikan haruslah didasarkan
pada kebutuhan-kebutuhan dari seluruh potensi masyarakat Indonesia.
1. Pengertian Pendidikan
Meskipun pengertian pendidikan dalam arti luas dapat didefenisikan, akan tetapi bila
pendidikan diartikan dalam batasan tertentu, maka terdapatlah bermacam-macam pengertian
yang sederhana. Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
keprihatinan sesuai dengan nilai-nilai dalam masyarakat dan kebudayaan.
Dalam pengertian lain pendidikan secara luas dan umum adalah sebagai usaha sadar
yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan untuk membantu
peserta didik mengalami proses pemanusiaan diri ke arah tercapainya pribadi yang yang
dewasa-susila. Kata pendidikan mengandung sekurang-kurangnya empat pengertaian, yaitu
bentuk kegiatan, proses, buah atau produk yang dihasilkan proses tersebut, serta sebagai ilmu.
Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan ini adalah:
- Usaha (kegiatan) bersifat bimbingan atau bersifat menolong
- Ada pendidikan, atau pembimbing atau penolong
- Ada yang didik atau si terdidik
- Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan
- Dalam usaha itu tentu ada alat yang diperlukan.
2. Pengertian Anak Jalanan
Keberadaan anak jalanan sudah lazim kelihatan pada kota-kota besar di Indonesia.Kepekaan masyarakat kepada mereka nampaknya tidak begitu tajam. Padahal Anak
merupakan karunia Ilahi dan amanah yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai
manusia yang harus dijunjung tinggi. Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi
manusia sebagaimana yang tercantum dalam UUD 1945, UU No.39 tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia, dan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 36 tahun 1990 tentang
pengesahan Convention on the right of the child ( Konvensi tentang Hak-hak Anak).
Untuk memahami anak jalanan secara utuh, kita harus mengetahui definisi anak
jalanan. Departemen Sosial RI mendefinisikan anak jalanan adalah anak yang sebagian besar
-
5/19/2018 Makalah ISBD
7/20
7
menghabiskan waktunya untuk mencari nafkah atau berkeliaran di jalanan atau tempat-tempat
umum lainnya.
UNICEF memberikan batasan tentang anak jalanan, yaitu : Street child are those who
have abandoned their homes, school and immediate communities before they are sixteen years
of age, and have drifted into a nomadic street life (anak jalanan merupakan anak-anak
berumur dibawah 16 tahun yang sudah melepaskan diri dari keluarga, sekolah dan lingkungan
masyarakat terdekatnya, larut dalam kehidupan yang berpindah-pindah di jalan raya (H.A
Soedijar, 1988 : 16).
Hidup menjadi anak jalanan bukanlah sebagai pilihan hidup yang menyenangkan,
melainkan keterpaksaan yang harus mereka terima karena adanya sebab tertentu. Anak
jalanan bagaimanapun telah menjadi fenomena yang menuntut perhatian kita semua. Secarapsikologis mereka adalah anak-anak yang pada taraf tertentu belum mempunyai bentukan
mental emosional yang kokoh, sementara pada saat yang sama mereka harus bergelut dengan
dunia jalanan yang keras dan cenderung berpengaruh negatif bagi perkembangan dan
pembentukan kepribadiannya. Aspek psikologis ini berdampak kuat pada aspek sosial. Di
mana labilitas emosi dan mental mereka yang ditunjang dengan penampilan yang kumuh,
melahirkan pencitraan negatif oleh sebagian besar masyarakat terhadap anak jalanan yang
diidentikan dengan pembuat onar, anak-anak kumuh, suka mencuri, sampah masyarakat yang
harus diasingkan.
Pada taraf tertentu stigma masyarakat yang seperti ini justru akan memicu perasaan
alienatif mereka yang pada gilirannya akan melahirkan kepribadian introvet, cenderung sukar
mengendalikan diri dan asosial. Padahal tak dapat dipungkiri bahwa mereka adalah generasi
penerus bangsa untuk masa mendatang.
Anak jalanan dilihat dari sebab dan intensitas mereka berada di jalanan memang tidak
dapat disamaratakan. Dilihat dari sebab, sangat dimungkinkan tidak semua anak jalanan
berada dijalan karena tekanan ekonomi, boleh jadi karena pergaulan, pelarian, tekanan orang
tua, atau atas dasar pilihannya sendiri.
Himpunan mahasiswa Pemerhati Masyarakat Marjinal Kota ( HIMMATA)
mengelompokan anak jalanan menjadi dua kelompok, yaitu anak semi jalanan dan anak
jalanan murni. Anak semi jalanan diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan mencari
penghidupan dijalanan, tetapi tetap mempunyai hubungan dengan keluarga. Sedangkan anak
-
5/19/2018 Makalah ISBD
8/20
8
jalanan murni diistilahkan untuk anak-anak yang hidup dan menjalani kehidupannya di
jalanan tanpa punya hubungan dengan keluarganya (Asmawati, 2001 : 28 ).
Sedangkan menurut tata Sudrajat ( 1999 : 5 ) anak jalanan dapat dikelompokan
menjadi 3 kelompok berdasarkan hubungan dengan orang tuanya, yaitu : Pertama, Anak yang
putus hubungan dengan orang tuanya, tidak sekolah dan tinggal di jalanan ( anak yang hidup
dijalanan / children the street ). Kedua, anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang
tuanya, tidak sekolah, kembali ke orang tuanya seminggu sekali, dua minggu sekali, dua
bulan atau tiga bulan sekali biasa disebut anak yang bekerja di jalanan ( Children on the street
) Ketiga, Anak yang masih sekolah atau sudah putus sekolah, kelompok ini masuk kategori
anak yang rentan menjadi anak jalanan ( vulnerable to be street children ).
Sementara itu menurut Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia ( 1999 ; 22-24 ) anakjalanan dibedakan menjadi 4 kelompok, yaitu :
1. Anak-anak yang tidak berhubungan lagi dengan orang tuanya ( children of the street ).
Mereka tinggal 24 jam di jalanan dan menggunakan semua fasilitas jalanan sebagai ruang
hidupnya. Hubungan dengan keluarga sudah terputus. Kelompok anak ini disebabkan oleh
factor social psikologis keluarga, mereka mengalami kekerasan, penolakan, penyiksaan dan
perceraian orang tua. Umumnya mereka tidak mau kembali ke rumah, kehidupan jalanan dan
solidaritas sesama temannya telah menjadi ikatan mereka.
2. Anak-anak yang berhubungan tidak teratur dengan orang tua. Mereka adalah anak yang
bekerja di jalanan ( children on the street). Mereka seringkali diindentikan sebagai pekerja
migran kota yang pulang tidak teratur kepada orang tuanya di kampung. Pada umumnya
mereka bekerja dari pagi hingg sore hari seperti menyemir sepatu, pengasong, pengamen,
tukang ojek payung, dan kuli panggul. Tempat tinggal mereka di lingkungan kumuh bersama
dengan saudara atau teman-teman senasibnya.
3. Anak-anak yang berhubungan teratur dengan orang tuanya. Mereka tinggal dengan orang
tuanya, beberapa jam dijalanan sebelum atau sesudah sekolah. Motivasi mereka ke jalan
karena terbawa teman, belajar mandiri, membantu orang tua dan disuruh orang tua. Aktivitas
usaha mereka yang paling menyolok adalah berjualan Koran.
4. Anak-anak jalanan yang berusia di atas 16 tahun. Mereka berada di jalanan untuk mencari
kerja, atau masih labil suatu pekerjaan. Umumnya mereka telah lulus SD bahkan ada yang
SLTP. Mereka biasanya kaum urban yang mengikuti orang dewasa ( orang tua ataupun
-
5/19/2018 Makalah ISBD
9/20
9
saudaranya ) ke kota. Pekerjaan mereka biasanya mencuci bus, menyemir sepatu, membawa
barang belanjaan ( kuli panggul ), pengasong, pengamen, pengemis dan pemulung.
Fenomena merebaknya anak jalanan di DKI Jakarta merupakan suatu masalah yang
kompleks. Secara garis besar terdapat dua kelompok anak jalanan, yaitu : 1). Kelompok anak
jalanan yang bekerja dan hidup di jalan. Anak yang hidup di jalan melakukan semua aktivitas
dijalan, tidur dan menggelandang secara berkelompok. 2). Kelompok anak jalanan yang
bekerja di jalanan ( masih pulang ke rumah orang tua).
Pekerjaan anak jalanan beraneka ragam, dari menjadi tukang semir sepatu, penjual
asongan, pengamen sampai menjadi pengemis. Banyak faktor yang kemudian
diidentifikasikan sebagai penyebab tumbuhnya anak jalanan. Parsudi Suparlan berpendapat
bahwa adanya orang gelandangan di kota bukanlah semata-mata karena berkembangnyasebuah kota, tetapi justru karena tekanan-tekanan ekonomi dan rasa tidak aman sebagian
warga desa yang kemudian terpaksa harus mencari tempat yang diduga dapat memberikan
kesempatan bagi suatu kehidupan yang lebih baik di kota (Parsudi Suparlan, 1984 : 36 ).
-
5/19/2018 Makalah ISBD
10/20
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Anak-anak Jalanan
Anak adalah sebagai generasi penerus pewaris cita-cita perjuangan bangsa dan
merupakan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Anak mempunyai hak
dan kebutuhan hidup yang perlu dipenuhi yaitu: Hak kebutuhan untuk makan dengan zat-zat
yang bergizi, kesehatan, bermain, kebutuhan emosional, pengembangan moral, spiritual,
pendidikan serta memerlukan lingkungan keluarga dan social yang mendukung kelangsungan
hidupnya.
Krisis ekonomi, adalah sebagai pemicu utama terjadinya berbagai bencana yang telah
menyebabkan banyak orang tua dan keluarga mengalami penurunan daya beli, pemutusan
hubungan kerja sehingga tidak bisa memenuhi kebutuhan akan hak-hak anaknya. Berkaitan
dengan itu jumlah anak putus sekolah, terlantar dan marginal semakin bertambah, selain itu
akibat yang ditimbulkan terpaksa banyak anak-anak yang harus membantu orang tuanya,
karena kemiskinan.
Di sisi lain tidak sedikit anak yang hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak
kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan anak, diakibatkan karena situasi perkotaan
yang begitu dinamis dan tidak memberi ruang bagi masyarakat marginal, hal ini terlihat
mudahnya terjadi pengusuran serta terjadinya konflik yang tak dapat dielakkan. Konflik yang
dapat dilihat seperti perkelahian antar kelompok, dengan menggunakan senjata tajam bisa
terjadi kapan saja, dan tidak sedikit pula anak terlibat didalamnya. Pemerintah kota dengan
melakukan penggusuran atas nama keindahan dan ketertiban umum yang tidak pernah selesai:menggusur paksa, penggrebekan, penggarukan, yang sudah barang tentu membawa
konsekwensi tertentu bagi kehidupan perkotaan.
Modernisasi, Industrialisasi, migran dan urbanisasi yang mengakibatkan terjadinya
perubahan jumlah anggota keluarga dan gaya hidup membuat dukungan social dan
perlindungan terhadap anak menjadi berkurang.
Mereka pun memilih jalanan dan tempattempat umum lainnya sebagai alternative
pelarian untuk mencari kerja, karena mereka menganggap dijalan banyak rezeki yang bisa
-
5/19/2018 Makalah ISBD
11/20
11
didapat sesuai dengan tingkat kompetisi yang ada, artinya mereka menyadari tingkat
pendidikan yang pernah mereka jalani. mereka hanya mengenyam pendidikan rata-rata SLTP
kebawah putus sekolah akhirnya menjadilah mereka anak pekerja. Faktor lain yang
menyebabkan anak-anak turun ke jalan dikarenakan adanya konflik yang terjadi pada rumah
tangganya, mereka bosan dengan keadaan yang terjadi di rumah. Peraturan serba ketat tanpa
memberi peluang kepada anak mengutarakan keinginannya, tidak jarang sering terjadi tindak
kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga sebagai mana yang sering kita saksikan akhir-
akhir ini, untuk itu sebagai alternatif dalam mengurangi meningkatnya anak terlantar perlu
pemberian modal usaha dan penciptaan lapangan kerja dari pemerintah yang merupakan
tugas pokok dinas sosial sebagaimana yang diembangkan oleh pemerintah kota tentang
kesejahteraan anak dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik
jasmani, rohani maupun sosialnya. Karena mereka terlanjur hidup dan mencari nafkah dijalanan dan ditempat-tempat umum lainnya maka mereka dikenal dengan istilah anak jalanan.
Beragam faktor tersebut yang paling dominan menjadi penyebab munculnya anak
jalanan adalah faktor kondisi social ekonomi di samping karena adanya faktor broken home
serta berbagai faktor lainnya.
Hal yang berkaitan juga diungkapkan oleh Saparinah Sadli ( 1984 : 126 ) bahwa ada
berbagai faktor yang saling berkaitan dan berpengaruh terhadap timbulnya masalah
gelandangan, antara lain : faktor kemiskinan (structural dan peribadi ), faktor keterbatasan
kesempatan kerja (factor intern dan ekstern), faktor yang berhubungan dengan urbanisasi dan
masih ditambah lagi dengan faktor pribadi seperti tidak biasa disiplin, biasa hidup sesuai
dengan keinginannya sendiri dan berbagai faktor lainnya.
Hasil penelitian Hening Budiyawati, dkk. (dalam Odi Shalahudin, 2000 : 11 )
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan anak pergi ke jalanan berdasarkan
alasan dan penuturan mereka adalah karena : 1) Kekerasan dalam keluarga. 2). Dorongan
keluarga. 3). Ingin bebas. 4). Ingin memiliki uang sendiri, dan 5). Pengaruh teman.
Persoalan yang kemudian muncul adalah anak-anak jalanan pada umumnya berada pada
usia sekolah, usia produktif, mereka mempuanyai kesempatan yang sama seperti anak-anak
yang lain, mereka adalah warga negara yang berhak mendapatkan pelayanan pendidikan,
tetapi disisi lain mereka tidak bisa meninggalkan kebiasaan mencari penghidupan dijalanan.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
12/20
12
C. Bentuk Pembinaan Anak Jalanan.
Dalam mengatasi masalah yang dihadapi anak-anak tersebut, merupakan tugas
sebagaimana yang diembangkan oleh pemerintah tentang pembinaan dan kesejahteraan anak
dalam menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar baik jasmani, rohani
maupun sosialnya.
Pembinaan yang harus dilakukan bervariasi dimana melalui proses pendidikan yang
berkualitas dengan segala aspek.
Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara sekolah (Badan atau organisasi
yang menyelenggarakan pendidikan secara formal), keluarga dan masyarakat. Ketiga lembaga
pendidikan tersebut, Ki Hajar Dewantara Menganggap Lembaga tersebut sebagai Tri Pusat
Pendidikan.
Upaya pembinaan terhadap anak jalanan bukannya tidak pernah dilakukan. Pemda DKI
Jakarta misalnya, sejak tahun 1998 telah mencanangkan program rumah singgah. Dimana
bagi mereka disediakan rumah penampungan dan pendidikan (Draft Pembinaan Anak
Jalanan : Pemda DKI, 1998). Akan tetapi, pendekatan yang cenderung represif dan tidak
integrative, ditunjang dengan watak dasar anak jalanan yang tidak efektif. Sehingga
mendorong anak jalanan tidak betah tinggal di rumah singgah. Selain pemerintah, beberapa
LSM juga concern pada masalah ini. Kebanyakan bergerak di bidang pendidikan alternatif
bagi anak jalanan. Kendati demikian, dibanding jumlah anak jalanan yang terus meningkat,
daya serap LSM yang sangat terbatas sungguh tidak memadai. Belum lagi munculnya indikasi
" komersialisasi " anak jalanan oleh beberapa LSM yang kurang bertanggungjawab dan hanya
berorientasi pada profit semata.
Penanganan masalah anak jalanan sesungguhnya bukan saja menjadi tanggung jawab
salah satu pihak saja, tetapi merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, LSM,akademisi dan masyrakat, secara keseluruhan. Persoalannya, selama ini aksi-aksi penanganan
anak jalanan masih dilakukan secara sporadic, sektoral dan temporal serta kurang terencana
dan terintegrasi secara baik. Akibatnya efektivitas penanganan menjadi tidak maksimal.
1. Lembaga Pendidikan Keluarga (informal)
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena di dalam
lingkungan keluarga inilah anak-anak pertama mendapatkan didikan dan bimbingan. Tugas
utama keluarga bagi pendidikan, adalah sebagai peletak dasar pendidikan akhlak dan
-
5/19/2018 Makalah ISBD
13/20
13
merupakan pandangan hidup keagamaan. Pelajaran yang paling berharga untuk anak adalah
perangai ayah dan ibu sehari-hari, baik yang ditujukan kepada anak maupun yang lainnya.
Di dalam pasal I Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, dinyatakan perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan
membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Anak yang lahir dari perkawinan itulah akan
menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuanya, memelihara dan mendidik dengan
sebaik-baiknya. Fungsi dan peranan pendidikan keluarga adalah :
Pengalaman pertama masa kanak-kanak.
Lembaga pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama bagi seorang anak
dalam melangsungkan hidupnya sampai menjadi dewasa. Ini berarti peran orang tua sangat
penting dalam membentuk watak dan karakter setiap anak maka tanggung jawab
pendidikannya ada pada orang tuanya. Suasana pendidikan keluarga sangat penting
diperhatikan, sebab dari sinilah keseimbangan jiwa didalam perkembangan individu
selanjutnya di tentukan. Kewajiban orang tua tidak hanya memelihara eksistensi anak untuk
dijadikan seorang pribadi, tetapi juga memberikan pendidikan sebagai individu yang tumbuh
dan berkembang.
Menjamin Kehidupan Emosional Anak.
Suasana di dalam keluarga merupakan suasana yang meliputi rasa cinta dan simpati
yang sewajarnya, suasana yang aman dan tentram, saling mempercayai. Untuk itulah melalui
pendidikan keluarga, kehidupan emosional anak atau kebutuhan rasa kasih sayang anak dapat
dipenuhi. Hal ini disebabkan adanya hubungan darah, hubungan batin antara orang tua
sebagai orang dewasa dan anak sebagai manusia yang butuh pendidikan dan kasih saying.
Kehidupan emosional ini merupakan factor yang penting dalam membentuk pribadi
seseorang.
Menanamkan Dasar Pendidikan Moral.
Didalam keluarga penanaman moral anak sangat diperlukan, yang biasanya tercermin
dari sikap dan perilaku orang tua sebagai teladan yang dapat dicontoh anak. Memang
biasanya tingkah laku, cara berbuat dan berbicara akan ditiru oleh anak. Dengan teladan ini,
melahirkan gejala isentifikasi politik yakni penyamaan diri dengan orang yang ditiru. Segala
nilai yang dikenal anak karena melekat pada orang-orang yang disenangi dan dikagumi, dandengan melaui salah atau proses yang di tempuh anak melalui nilai.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
14/20
14
Memberikan Dasar Pendidikan Moral.
Pendidikan keluarga merupakan basis yang sangat penting dalam peletakan dasar-dasar
pendidikan social anak. Dalam keluarga anak-anak harus membantu (menolong) anggota
keluarga yang lain, bersama-sama menjaga dan sebagainya. Kesemuanya memberikan
pendidikan kepada anak, terutama memupuk perkembangan benih-benih kesadaran social
pada anak.
Peletakan Dasar-Dasar Keagamaan
Lembaga pendidikan keluarga sangat menentukan dalam menanam dasar-dasar
internalisasi dan transformasi nilai-nilai keagamaan. Anak-anak seharusnya dibiasakan ke
Masjid bersama-sama untuk menjalankan ibadah, mendengarkan khotbah, atau ceramah-
ceramah keagamaan. Kenyataan membuktikan bahwa anak-anak yang terbiasa semasa
kecilnya tidak tahu menahu dengan hal-hal yang berhubungan dengan hidup keagamaan,
ketika ia dewasa nantinya tidak mempunyai keprihatinan terhadap kehidupan keagamaan.
2. Lembaga Pendidikan Sekolah (Formal).
Sekolah merupakan bagian dari pendidikan keluarga yang sekaligus juga lanjutan dari
pendidikan keluarga. Yang disebut pendidikan sekolah adalah pendidikan yang diperoleh oleh
seseorang dari sekolah secara teratur dan sistematis, bertingkat dan mengikuti syarat-syarat.
yang jelas dan ketat mulai dari TK sampai dengan Perguruan Tinggi.
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif
dan efisien dari dan oleh serta masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban
memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga Negara. Tanggung Jawab
Sekolah.
Sebagai pendidikan yang bersifat formal, sekolah menerima fungsi pendidikan
berdasarkan asas-asas tanggung jawab yang meliputi.
- Tanggung jawab formal kelembagaan sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
dalam hal ini Undang-undang yang Pendidikan, UUSPN No. 2 tahun1989.
- Tanggung jawab keilmuan berdasarkan bentuk, isi, tingkat, tujuan pendidikan
yang dipercayakan kepadanya oleh masyarakat dan bangsa.
- Tanggung jawab fungsional, tanggung jawab professional pengelola dan
pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan berdasarkan ketentuan-ketentuan jabatan.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
15/20
15
Tanggung jawab ini merupakan tanggung jawab fungsional, tanggung jawab professional
pengelola dan pelaksana pendidikan yang menerima ketetapan berdasarkan ketentuan-
ketentuan jabatan. Tanggung jawab ini merupakan pelimpahan tanggung jawab dan
kepercayaan orang tua (masyarakat) kepada sekolah dari pada guru.
Fungsi dan peranan sekolah
Peranan sekolah sebagai lembaga pendidikan yang membantu keluarga, maka sekolah
bertugas mendidik dan mengajar serta memperbaiki dan memperhalus tingkah laku anak didik
yang dibawah dari lingkungan keluarganya. Sementara itu dalam perkembangannya
kepribadian anak didik, peranan sekolah melalui kurikulum antara lain :
- Anak didik belajar bergaul dengan sesama anak didik dengan gurunya, dan
antara anak didik dengan orang yang bukan guru (karyawan).
- Anak didik belajar mentaati peraturan-peraturan sekolah.
- Mempersiapkan anak didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna
bagi agama, bangsa dan negara.
Tentang fungsi sekolah itu sendiri, sebagaimana diperinci oleh suarno dalam bukunya
Pengantar Umum Pendidikan, yaitu sebagai berikut:
- Mengembangkan kecerdasan berpikir dan memberikan pengetahuan
Disamping bertugas untuk mengembangkan pribadi anak didik secara menyeluruh,
fungsi sekolah yang lebih penting adalah menyampaikan pengetahuan dan melaksanakan
pendidikan kecerdasan. Fungsi sekolah dalam pendidikan intelektual dapat disamakan dengan
fungsi keluarga dalam pendidikan moral.
- Sosialisasi
Sekolah mempunyai peranan yang sangat penting didalam proses sosialisasi, yaitu
membantu perkembangan individu menjadi makhluk sosial, makhluk yang dapat beradaptasi
dengan masyarakat. Sekolah juga berfungsi memelihara warisan budaya yang hidup dalam
masyarakat dengan jalan menyampaikan warisan kebudayaan tadi (transmisi kultural) kepada
generasi muda.
- Transmisi dari Rumah ke Masyarakat.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
16/20
16
Ketika berada di keluarga, kehidupan anak serba menggantungkan diri kepada orang
tua, maka memasuki sekolah ia mendapat kesempatan untuk melatih diri sendiri dan
bertanggung jawab sebagai persiapan sebelum ke masyarakat.
3. Lembaga pendidikan di Masyarakat (Non Formal)
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan lingkungan ketiga setelah keluarga
dan sekolah. Pendidikan yang dialami dalam masyarakat, telah dimulai ketika anak-anak
untuk sementara waktu telah lepas dari asuhan keluarga dan berada dalam lingkungan
sekolah. Pada hakekatnya pendidikan jalur sekolah terbagi dua, yakni pendidikan informal
keluarga, pendidikan nonformal (masyarakat) pendidikan ini biasa disebut Lembaga Swadaya
Masyarakt (LSM).
Pendekatan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) berkembang diberbagai negara,
suatu wahana yang dipersiapkan untuk memperantarai anak marginal dengan pihak yang
akan membantu mereka. tekanan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang lebih penting
adalah mempertahankan kemampuan anak dimana penggunaannya berdasarkan aspirasi dan
potensi yang dimiliki oleh anak.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) merupakan proses informasi yang memberikan
suasana rasionalisasi anak marginal terhadap sistem nilai dan norma yang berlaku di
masyarakat.
LSM yang menangani pembinaan anak marginal adalah tersosialisasinya ide atau
gagasan tentang perlunya minimalisasi atau antisipasi tindak kekerasan pada anak-anak
dalam rumah tangga (keluarga) untuk sebuah proyeksitas terwujudnya generasi yang humanis
dan anti kekerasan, tentang sosialisasi gagasan hak-hak anak akhirnya aturan hukum secara
formal akan menjadi instrument untuk memajukan hal-hal di atas dalam dunia empiris.
Sedangkan pembinaan khususnya adalah :
Membangun kesadaran publik untuk ikut terlibat dalam minimalisasi dan antisipasi
tindak kekerasan terhadap anak dirumah tangga (keluarga) juga. Sama-sama belajar konsep
(formal dan informal) dalam meminimalisasi, mengantisipasi tindak kekerasan terhadap anak
dalam rumah tangga. Mensosialisasikan kepada anak gagasan tentang upaya aturan hukum
dalam meminimalisir, mengantisipasi kekerasan terhadap anak dalam keluarga dan dihormati
hak anak. Memberikan ajaran agama secara teratur dimana tetap memperhatikan hal yang
-
5/19/2018 Makalah ISBD
17/20
17
lebih penting dengan kemampuan anak dimana penanganannya berdasarkan aspirasi dan
potensi yang dimiliki anak.
Rumah Singgah sebagai Tempat Alternatif Pemberdayaan Anak Jalanan
Salah satu bentuk penanganan anak jalanan adalah melalui pembentukan rumah
singgah. Konferensi Nasional II Masalah pekerja anak di Indonesia pada bulan juli 1996
mendefinisikan rumah singgah sebagai tempat pemusatan sementara yang bersifat non formal,
dimana anakanak bertemu untuk memperoleh informasi dan pembinaan awal sebelum dirujuk
ke dalam proses pembinaan lebih lanjut.
Sedangkan menurut Departemen Sosial RI rumah singgah didefinisikan sebagai
perantara anak jalanan dengan pihak-pihak yang akan membantu mereka. Rumah singgah
merupakan proses informal yang memberikan suasana pusat realisasi anak jalanan terhadap
system nilai dan norma di masyarakat.
Secara umum tujuan dibentuknya rumah singgah adalah membantu anak jalanan
mengatasi masalah-masalahnya dan menemukan alternatif untuk pemenuhan kebutuhan
hidupnya. Sedang secara khusus tujuan rumah singgah adalah :
a. Membentuk kembali sikap dan prilaku anak yang sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang
berlaku di masyarakat.
b. Mengupayakan anak-anak kembali kerumah jika memungkinkan atau ke panti dan lembaga
pengganti lainnya jika diperlukan.
c. Memberikan berbagai alternatif pelayanan untuk pemenuhan kebutuhan anak dan
menyiapkan masa depannya sehingga menjadi masyarakat yang produktif.
Peran dan fungsi rumah singgah bagi program pemberdayaan anak jalanan sangat
penting. Secara ringkas fungsi rumah singgah antara lain :
a. Sebagai tempat pertemuan ( meeting point) pekerja social dan anak jalanan. Dalam hal ini
sebagai tempat untuk terciptanya persahabatan dan keterbukaan antara anak jalanan dengan
pekerja sosial dalam menentukan dan melakukan berbagai aktivitas pembinaan.
b. Pusat diagnosa dan rujukan. Dalam hal ini rumah singgah berfungsi sebagi tempat
melakukan diagnosa terhadap kebutuhan dan masalah anak jalanan serta melakukan rujukan
pelayanan social bagi anak jalanan.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
18/20
18
c. Fasilitator atau sebagai perantara anak jalanan dengan keluarga, keluarga pengganti,
dan lembaga lainnya.
d.Perlindungan. Rumah singgah dipandang sebagai tempat berlindung dari berbagai bentuk
kekerasan yang kerap menimpa anak jalanan dari kekerasan dan prilaku penyimpangan
seksual ataupun berbagai bentuk kekerasan lainnya.
e. Pusat informasi tentang anak jalanan
f.Kuratif dan rehabilitatif, yaitu fungsi mengembalikan dan menanamkan fungsi social anak.
g. Akses terhadap pelayanan, yaitu sebagai persinggahan sementara anak jalanan dan
sekaligus akses kepada berbagai pelayanan sosial.
h.Resosialisasi. Lokasi rumah singgah yang berada ditengah-tengah masyarakat merupakan
salah satu upaya mengenalkan kembali norma, situasi dan kehidupan bermasyarakat bagi anak
jalanan. Pada sisi lain mengarah pada pengakuan, tanggung jawab dan upaya warga
masyarakat terhadap penanganan masalah anak jalanan.
Bentuk upaya pemberdayaan anak jalanan selain melalui rumah singgah dapat juga
dilakukan melalui program-program :
a. Center based program, yaitu membuat penampungan tempat tinggal yang bersifat tidak
permanen.
b. Street based interventions, yaitu mengadakan pendekatan langsung di tempat anak jalanan
berada atau langsung ke jalanan.
c. Community based strategy, yaitu dengan memperhatikan sumber gejala munculnya anak
jalanan baik keluarga maupun lingkungannya.
Dalam kaitannya dengan model pembinaan anak jalanan di Rumah Singgah, ada
berbagai hal yang ingin di ketahui. Misalnya tahap-tahap pemberdayaan anak jalan. Apakah
pembinaan tersebut dilakukan dengan cara model penjangkauan kunjungan pendahuluan dan
persahabatan dengan mereka ?. Apakah dilakukan dengan cara identifikasi masalah (problem
assessment) sebagi langkah dalam menginventarisir identitas anak jalanan. Ataukah dilakukan
dengan cara memberikan pendidikan alternatif ( Pendidikan luar sekolah) sebagai kegiatan
untuk mencegah munculnya masalah sosial anak jalanan, seperti pelatihan dan peningkatan
keterampilan.
-
5/19/2018 Makalah ISBD
19/20
19
BAB IV
PENUTUP
A.Kesimpulan
Anak merupakan potensi sumber daya insani bagi pembangunan nasional, karena itu
pembinaan dan pengembangannya (pemberdayaan) dimulai sedini mungkin agar dapat
berpartisipasi secara optimal bagi pembangunan bangsa dan negara. Upaya pengembangan
dan peningkatan kualitas generasi bangsa (termasuk didalamnya anak jalanan) tidak dapat
dilepaskan dari upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat pada umumnya dan khususnya
anak yang diwarnai dengan upaya pendalaman di bidang pendidikan, kesehatan, keagamaan,
budaya yang mampu meningkatkan kreativitas keimanan, intelektualitas, disiplin, etos kerja
dan keterampilan kerja.
Di sisi lain stabilitas nasional adalah gambaran tentang keaadan yang mantap, stabil dan
seimbang dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan ditanganinya
dengan baik masalah anak jalanan akan memperkuat sendi-sendi kesejahteraan sosial serta
stabilitas nasional kita di masa yang akan datang.
Peran serta masyarakat dan pemerintah khususnya sangat penting bagi penanganan
masalah anak jalanan ini, karena masyarakat dan pemerintahlah yang mempunyai andil besar
untuk memulaiya dari lingkungan keluarga sampai kepada masyarat umum.
B.Saran
Tidak sedikit anak yang hidup dan tumbuh dalam lingkungan yang tidak kondusif bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak, diakibatkan karena situasi perkotaan yang begitu
dinamis dan tidak memberi ruang bagi masyarakat marginal, hal ini terlihat mudahnya terjadi
pengusuran serta terjadinya konflik yang tak dapat dielakkan. Konflik yang dapat dilihat
seperti perkelahian antar kelompok, dengan menggunakan senjata tajam bisa terjadi kapan
saja, dan tidak sedikit pula anak terlibat didalamnya. Pemerintah kota dengan melakukan
penggusuran atas nama keindahan dan ketertiban umum yang tidak pernah selesai: menggusur
paksa, penggrebekan, penggarukan, yang sudah barang tentu membawa konsekuensi tertentu
-
5/19/2018 Makalah ISBD
20/20
20
bagi kehidupan perkotaan hendaknya segera diselesaikan, karena hal tersebut membawa
dampak tersendiri terhadap anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Darmaningtyas, Pendidikan Pada dan setelah Krisis ( Evaluasi Pendidikan di masa Krisis ), (
Cet. I: Yogyakarta; Pustaka Pelajar 1999 ) h. 5.
Hasbullah, dasar-dasar ilmu pendidikan (Cat. I: Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 1999) h.1.
Sulaiman Josoep. Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah, (Cet II: Bumi Aksara.1999), h.39.
Eq Lantnya Djbb. Hasil Konfrensi Jenewa Tentang Hak-hak Anak (Unicef,1988), h.78.
St Sularto, Seandainya Aku Bukan Anakmu,Potret Kehidupan Anak Indonesia (Jakarta:
Buku Kompas , 2000)h.21.
Suharsono, Mencerdaskan Anak, (Cet. II; Jakarta : Inisiasi Press, 2002) h.53.
Nuraeni.Interfensi Dini bagi anak Bermasalah (Cet. I; Jakarta: PT. Rintika Cipta. 1997) h.6.
Wens Taniin Dkk. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan (Gramedia;Jakarta,1989), h.44.
Umberto Sihombing, Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan (Cet. I; Jakarta :
Mahkota, 1999), h. 1.
http;//www.bpk.go.id/publikasi/mp87102002xxii55.pdf.