makalah ilmu komunikasi
DESCRIPTION
komunikasi primerTRANSCRIPT
MAKALAH ILMU KOMUNIKASI
“KOMUNIKASI PRIMER”
Disusun oleh :
1.Rangga Perdana Ibnu Saputra
2.Rani Pramudita
3.Ratna Dewi Susilowati
4.Ria Yunita
5.Ricky Setiawan
PROGRAM STUDI DIII FARMASI
POLITEKNIK HARAPAN BERSAMA KOTA TEGAL
2013/2014
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb
Segala puji dan rasa syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
karunia, taufik, dan hidayah-NYA penyusunan Makalah Ilmu Komunikasi tentang
“Komunikasi Primer” dapat tersusun sebagaimana mestinya.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini tidak mungkin
dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan dukungan serta keterlibatan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang setulusnya kepada Ibu Serta Ayah kami, Saudara, Sahabat, Teman-temanyang telah
banyak membantu dalam proses penyusunan Makalah Ilmu Komunikasai tentang
“Komunikasi Primer” ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, untuk itu penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang dapat
membangun demi kesempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. AMIEN.
Akhir kata Wassalamu’alaikum wr.wb
Tegal, 20 September 2013
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Sejarah Komunikasi .................................................................. 5
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 15
2.1 Pengertian ................................................................................. 15
2.2 Konseptual Komunikasi............................................................ 18
2.3 Fungsi Komunikasi................................................................... 21
2.4 Ragam Tingkatan Komunikasi.................................................. 25
2.5 Media Komunikasi ..................................................................
2.6 Komunikasi Primer ................................................................
2.7 Dampak yang ditimbulkan .......................................................
BAB III PENUTUP ....................................................................................
3.1 Kesimpulan ............................................................................
3.2 Saran .......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Komunikasi merupakan suatu hal universal yang dilakukan semua orang untuk saling
berbagi informasi. Saat ini manusia dapat berkomunikasi tidak hanya pada jarak dekat tetapi
juga pada jarak jauh. Mereka menggunakan alat-alat komunikasi baik itu telepon genggam,
maupun internet. Kemajuan teknologi komunikasi sendiri menghasilkan perkembangan
dalam media komunikasi yang sangat pesat dan dapat menembus ruang dan waktu dengan
cepat. Sehingga, penggunaan media komunikasi modern ini langsung menyebar luas.
Penggunaan yang menyebar luas dan mudahnya akses media komunikasi tersebut membuat
masyarakat lebih memilih berinteraksi dengannya dari pada berbicara secara langsung.
1.2 Sejarah
Dewasa ini, penggunaan kemajuan teknologi semakin meluas. Tidak hanya teknologi
dalam bidang bisnis tetapi juga dalam bidang telekomunikasi. Teknologi komunikasi adalah
istilah yang merujuk pada teknologi kemunikasi modern yang terutama mencerminkan
aplikasi komputer, telekomunikasi, atau kombinasi keduanya. Kemajuan teknologi informasi
inilah yang mempermudah akses informasi melewati jarak yang jauh sekalipun. Dalam Lubis
(2010:362) disebutkan:“Alvin Tofler menyatakan bahwa sekarang kita hidup di zaman
reformasi. Dunia kita berubah dengan cepat karena penggunaan teknologi informasi. Hampir
tidak ada segi kehidupan kita yang tida kdisentuh [sic!] oleh teknologi komunikasi”Kemajuan
teknologi menghasilkan media komunikasi yang sangat membantu manusia dalam
berinteraksi. Tidak hanya kalangan atas, kalangan bawah pun dapat menikmatinya. Media
komunikasi pada era modern seperti sekarang tidak hanya berupa telepon genggam, tetapi
juga berupa internet, instant messaging, jejaring sosial, dll.Komunikasi yang terjadi diantara
manusia pada zaman sekarang ini dinamakan komunikasi massa.
Bungin (2008:71) menyatakan bahwa:“Komunikasi massa adalah proses komunikasi
yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas”Dari perkataan Bungin inilah dapat dilihat
bagaiman media sangat berperan dalam penyebaran informasi serta kemudahan dalam
mengkasesnya. Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan
masyarakat dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak
kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup
dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan
cybercommunity[2] (Bungin 2008:159)Kehidupan cybercommunity dimulai ketika seseorang
mulai mengenal internet dan situs-situs yang ada di dalamnya termasuk jejaring sosial dan
berinteraksi secara terus-menerus dengan jaringan sosial tersebut. Mereka akan menemukan
orang-orang baru dan berkomunikasi dengan mereka lewat jejaring sosial itu. Sama halnya
dengan telepon genggam, manusia lebih banyak berkomunikasi lewat telepon, atau sms sebab
mereka merasa keduanya sangat mudah dan sangat universal. Hampir semua orang sudah
memiliki telepon genggam. Selain penggunaannya yang sudah merajalela, berinteraksi
dengan telepon telepon genggam dapat dilakukan dimana saja, dan kapan saja. Sehingga,
mereka tidak perlu menyisihkan banyak waktu untuk berkomunikasi dengan orang lain.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis
atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini
bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini memiliki makna ‘berbagi’ atau
‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau
kesamaan makna.
Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu
pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat dalam
komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan
Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to the
environment and one another. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang melibatkan
individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang
merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.
Untuk memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara
efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali mengutip
paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Structure and
Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
untuk menjelaskan komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says
What In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1. Komunikator (siapa yang mengatakan?)
2. Pesan (mengatakan apa?)
3. Media (melalui saluran/ channel/media apa?)
4. Komunikan (kepada siapa?)
5. Efek (dengan dampak/efek apa?).
Jadi berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi
adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya melalui suatu
saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu.
2.2 KONSEPTUAL KOMUNIKASI
Deddy Mulyana (2005:61-69) mengkategorikan definisi-definisi tentang komunikasi
dalam tiga konseptual yaitu:
1. Komunikasi sebagai tindakan satu arah.
Suatu pemahaman komunikasi sebagai penyampaian pesan searah dari seseorang
(atau lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap
muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau
televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah sebenarnya kurang sesuai bila
diterapkan pada komunikasi tatapmuka, namun tidak terlalu keliru bila diterapkan pada
komunikasi publik (pidato) yang tidak melibatkan tanya jawab. Pemahaman komunikasi
dalam konsep ini, sebagai definisi berorientasi-sumber. Definisi seperti ini
mengisyaratkan komunikasi semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang
untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respon orang lain. Dalam
konteks ini, komunikasi dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk menyampaikan
pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu sesuatu
kepada orang lain atau membujuk untuk melakukan sesuatu.
Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari
sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah
tingkah laku.
b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu
pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi
perilaku penerima.
c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang
(komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal)
untuk mengubah perilaku orang lain (komunkate).
d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu
transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber
kepada penerima.
2. Komunikasi sebagai interaksi.
Pandangan ini menyetarakan komunikasi dengan suatu proses sebab-akibat atau aksi-
reaksi, yang arahnya bergantian. Seseorang menyampaikan pesan, baik verbal atau
nonverbal, seorang penerima bereaksi dengan memberi jawaban verbal atau
nonverbal, kemudian orang pertama bereaksi lagi setelah menerima respon atau
umpan balik dari orang kedua, dan begitu seterusnya.
Contoh definisi komunikasi dalam konsep ini, Shanon dan Weaver (dalam Wiryanto,
2004), komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain, sengaja atau tidak sengaja dan tidak terbatas pada bentuk pada bentuk
komunikasi verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni , dan teknologi.
3. Komunikasi sebagai transaksi.
Pandangan ini menyatakan bahwa komunikasi adalah proses yang dinamis yang
secara sinambungan mengubah phak-pihak yang berkomunikasi. Berdasrkan
pandangan ini, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator
yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan. Setiap saat mereka bertukar
pesan verbal dan atau pesan nonverbal.
Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan
makna di antara dua orang atau lebih.
b. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami
danberbagi makna.
c. William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan
gagasan dan perasaan.
d. Donald Byker dan Loren J. Anderson: Komunikasi adalah berbagi informasi
antara dua orang atau lebih.
2.3 FUNGSI KOMUNIKASI
William I. Gorden (dalam Deddy Mulyana, 2005:5-30) mengkategorikan fungsi
komunikasi menjadi empat, yaitu:
1. Sebagai komunikasi sosial
Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa
komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi diri, untuk
kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan,
antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan hubungan
orang lain. Melalui komunikasi kita bekerja sama dengan anggota masyarakat (keluarga,
kelompok belajar, perguruan tinggi, RT, desa, ..., negara secara keseluruhan) untuk mencapai
tujuan bersama.
a. Pembentukan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan kita mengenai diri kita, dan
itu hanya bisa kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita.
Melalui komunikasi dengan orang lain kita belajar bukan saja mengenai siapa kita,
namun juga bagaimana kita merasakan siapa kita. Anda mencintai diri anda bila anda
telah dicintai; anda berpikir anda cerdas bila orang-orang sekitar anda menganggap
anda cerdas; anda merasa tampan atau cantik bila orang-orang sekitar anda juga
mengatakan demikian. George Herbert Mead (dalam Jalaluddin Rakhmat, 1994)
mengistilahkan significant others (orang lain yang sangat penting) untuk orang-orang
disekitar kita yang mempunyai peranan penting dalam membentuk konsep diri kita.
Ketika kita masih kecil, mereka adalah orang tua kita, saudara-saudara kita, dan orang
yang tinggal satu rumah dengan kita. Richard Dewey dan W.J. Humber (1966)
menamai affective others, untuk orang lain yang dengan mereka kita mempunyai
ikatan emosional. Dari merekalah, secara perlahan-lahan kita membentuk konsep diri
kita. Selain itu, terdapat apa yang disebut dengan reference group (kelompok rujukan)
yaitu kelompok yang secara emosional mengikat kita, dan berpengaruh terhadap
pembentukan konsep diri kita. Dengan melihat ini, orang mengarahkan perilakunya
dan menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya. Kalau anda memilih
kelompok rujukan anda Ikatan Dokter Indonesia, anda menjadikan norma-norma
dalam Ikatan ini sebagai ukuran perilaku anda. Anda juga meras diri sebagai bagian
dari kelompok ini, lengkap dengan sifat-sifat doketer menurut persepsi anda.
b. Pernyataan eksistensi diri. Orang berkomunikasi untuk menunjukkan dirinya eksis.
Inilah yang disebut aktualisasi diri atau lebih tepat lagi pernyataan eksistensi diri.
Fungsi komunikasi sebagai eksistensi diri terlihat jelas misalnya pada penanya dalam
sebuah seminar. Meskipun mereka sudah diperingatkan moderator untuk berbicara
singkat dan langsung ke pokok masalah, penanya atau komentator itu sering berbicara
panjang lebarm mengkuliahi hadirin, dengan argumen-argumen yang terkadang tidak
relevan.
c. Untuk kelangsungan hidup, memupuk hubungan, dan memperoleh kebahagiaan.
Sejak lahir, kita tidak dapat hidup sendiri untuk mempertahankan hidup. Kita perlu
dan harus berkomunikasi dengan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologis kita
seperti makan dan minum, dan memnuhi kebutuhan psikologis kita seperti sukses dan
kebahagiaan. Para psikolog berpendapat, kebutuhan utama kita sebagai manusia, dan
untuk menjadi manusia yang sehat secara rohaniah, adalah kebutuhan akan hubungan
sosial yang ramah, yang hanya bisa terpenuhi dengan membina hubungan yang baik
dengan orang lain. Abraham Moslow menyebutkan bahwa manusia punya lima
kebutuhan dasar: kebutuhan fisiologis, keamanan, kebutuhan sosial, penghargaan diri,
dan aktualisasi diri. Kebutuhan yang lebih dasar harus dipenuhi terlebih dahulu
sebelum kebuthan yang lebih tinggi diupayakan. Kita mungkin sudah mampu
kebuthan fisiologis dan keamanan untuk bertahan hidup. Kini kita ingin memenuhi
kebutuhan sosial, penghargaan diri, dan aktualisasi diri. Kebutuhan ketiga dan
keempat khususnya meliputi keinginan untuk memperoleh rasa lewat rasa memiliki
dan dimiliki, pergaulan, rasa diterima, memberi dan menerima persahabatan.
Komunikasi akan sangat dibutuhkan untuk memperoleh dan memberi informasi yang
dibutuhkan, untuk membujuk atau mempengaruhi orang lain, mempertimbangkan
solusi alternatif atas masalah kemudian mengambil keputusan, dan tujuan-tujuan
sosial serta hiburan.
2. Sebagai komunikasi ekspresif
Komunikasi berfungsi untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita.
Perasaan-perasaan tersebut terutama dikomunikasikan melalui pesan-pesan nonverbal.
Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih, takut, prihatin, marah dan benci
dapat disampaikan lewat kata-kata, namun bisa disampaikan secara lebih ekpresif lewat
perilaku nonverbal. Seorang ibu menunjukkan kasih sayangnya dengan membelai kepala
anaknya. Orang dapat menyalurkan kemarahannya dengan mengumpat, mengepalkan tangan
seraya melototkan matanya, mahasiswa memprotes kebijakan penguasa negara atau penguasa
kampus dengan melakukan demontrasi.
3. Sebagai komunikasi ritual
Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan
sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebaga rites of passage, mulai dari upacara
kelahiran, sunatan, ulang tahun, pertunangan, siraman, pernikahan, dan lain-lain. Dalam
acara-acara itu orang mengucapkan kata-kata atau perilaku-perilaku tertentu yang bersifat
simbolik. Ritus-ritus lain seperti berdoa (salat, sembahyang, misa), membaca kitab suci, naik
haji, upacara bendera (termasuk menyanyikan lagu kebangsaan), upacara wisuda, perayaan
lebaran (Idul Fitri) atau Natal, juga adalah komunikasi ritual. Mereka yang berpartisipasi
dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada
tradisi keluarga, suku, bangsa. Negara, ideologi, atau agama mereka.
4. Sebagai komunikasi instrumental
Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum, yaitu:
menginformasikan, mengajar, mendorong, mengubah sikap, menggerakkan tindakan, dan
juga menghibur. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita gunakan untuk menciptakan
dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan hubungan tersebut. Studi
komunika membuat kita peka terhadap berbagai strategi yang dapat kita gunakan dalam
komunikasi kita untuk bekerja lebih baik dengan orang lain demi keuntungan bersama.
Komunikasi berfungsi sebagi instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan,
baik tujuan jangka pendek ataupun tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek misalnya
untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati,
keuntungan material, ekonomi, dan politik, yang antara lain dapat diraih dengan pengelolaan
kesan (impression management), yakni taktik-taktik verbal dan nonverbal, seperti berbicara
sopan, mengobral janji, mengenakankan pakaian necis, dan sebagainya yang pada dasarnya
untuk menunjukkan kepada orang lain siapa diri kita seperti yang kita inginkan.
Sementara itu, tujuan jangka panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi,
misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua
tujuan itu (jangka pendek dan panjang) tentu saja saling berkaitan dalam arti bahwa
pengelolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka
panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan,
penghormatan sosial, dan kekayaan.
Berkenaan dengan fungsi komunikasi ini, terdapat beberapa pendapat dari para
ilmuwan yang bila dicermati saling melengkapi.[1] Misal pendapat Onong Effendy (1994), ia
berpendapat fungsi komunikasi adalah menyampaikan informasi, mendidik, menghibur, dan
mempengaruhi. Sedangkan Harold D Lasswell (dalam Nurudin, 2004 dan Effendy, 1994:27)
memaparkan fungsi komunikasi sebagai berikut:
1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the information) yakni penyingkapan
ancaman dan kesempatan yang mempengaruhi nilai masyarakat.
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisahkan dari masyarakat untuk menanggapi
lingkungannya .
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya.
2.4 RAGAM TINGKATAN KOMUNIKASI ATAU KONTEKS - KONTEKS
KOMUNIKASI
Secara umum ragam tingkatan komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang
terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca
indera dan sistem syaraf manusia.
2. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi
yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih
bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan
psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah
perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau
informasi yang disampaikan bersifat pribadi.
3. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di
antara anggota suatu kelompok. Menurut Michael Burgoon dan Michael Ruffner
dalam Sendjaja,(1994) memberi batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap
muka dari tiga atau lebih individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang
dikehendaki seperti berbagi informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah
sehingga semua anggota dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya
dengan akurat.
4. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan
penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal
dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005:52).
5. Komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan
sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar,
heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan
yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Kemudian Mulyana (2005:74)
juga menambahkan konteks komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah
komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang
tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato,
ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah
komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini.
2.5 MEDIA KOMUNIKASI
Media-media yang digunakan dalam berkomunikasi yaitu :
1. Handphone
Handphone merupakan media yang sangat sering digunakan di semua kalangan.
Selain memang bersifat mobile, harganya pun terjangkau. Apalagi akhir-akhir ini banyak
produsen handphone lokal yang menjual produknya dengan harga yang sangat miring
sedangkan fiturnya relatif lengkap. Pengggunaan handphone pun berkomplementer dengan
penggunaan pulsa. Provider-provider pun bersaing mengunggulkan produknya dengan
meminimalisir tarif berkomunikasi sehingga masyarakat tidak perlu bepikir dua kali untuk
mengkonsumsinya. Sampai tahun 2008, penggunaan pulsa di Indonesia semakin meningkat.
1. Telepon
Telepon merupakan ”nenek moyang” dari handphone. Handphone terbentuk karena
adanya inisiatif orang-orang untuk membuat “telepon berjalan”. Hampir disetiap rumah
memiliki telepon karena tarif menelpon sesama bertelepon telepon rumah sangat murah.
Selain murahnya, pada saat itu harga handphone masih sangat mahal karena relatif baru.
Walaupun sekarang handphone sudah banyak dijual dengan harga yang terjangkau,
kedudukan telepon rumah pun tetap tidak digeser. Tentu, dengan bantuan teknologi, telepon
merebak sangat cepat dan dampaknya terhadap umat manusia sungguh di luar imajinasi
penemunya sendiri (Wen 2002:68 dalam Bungin 2008:196)
2. E-mail
Dulu, masyarakat saling memberi kabar dan pesan melalui kertas kemudian di
masukkan ke amplop dan dikirim melalui pos, yang bernama surat. Saat ini, surat tidak lagi
berupa kertas yang dikirim melalui pos tetapi berupa “kertas” dalam situs internet dan dikirim
melalui jaringan internet tersebut yang bernama e-mail. Dalam Bungin (2008:197) disebutkan
bahwa e-mail dapat mentransfer tidak hanya tulisan tetapi juga gambar, data, kartu ucapan
secara cepat ke tempat-tempat diseluruh penjuru dunia. Kini, e-mail tidak hanya digunakan
oleh pekerja atau orang kantoran, tetapi juga oleh pelajar dan mahasiswa untuk mengirimkan
tugas, saling berbagi informasi dan lain-lain.
3. Facebook
Selain e-mail, jejaring sosial juga merupakan pilihan media komunikasi yang banyak
diminati dalam dunia cyber. Salah satu yang merebak sekarang ini adalah facebook. Dengan
facebook, kita dapat berbagi gambar, video, berinteraksi dengan wall-to-wall, berkenalan
dengan berbagai orang diseluruh dunia. Dan, karena hampir semua masyarakat Indonesia
menmpunyai situs ini, maka kita mudah mencari teman lama dan berkomunikasi dengannya.
4. Twitter
Jejaring sosial yang lain yang mempunyai banyak peminat juga adalah twitter.
Berbeda dengan facebook, fitur twitter tidak selengkap facebook karena twitter memang di-
design hanya untuk berbagi status.
2.6 KOMUNIKASI PRIMER
“Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada
komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan
dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi
yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya)”.
Proses penyampaian pesan dari komunikator ke komunikan inilah yang memiliki
keberagaman. Baik secara langsung ataupun tidak langsung. Komunikasi secara langsung
disebut juga sebagai komunikasi primer. Hadi (2000) dalam tulisannya mengatakan bahwa
proses komunikasi primer adalah proses dalam menyampaikan perasaan atau pikiran kepada
seseorang melalui media yang berupa bahasa, gesture, isyarat, gambar dan warna.
Komunikasi primer sama saja dengan komunikasi tatap muka karena pelakunya
berkomunikasi secara langsung dan memberi umpan balik secara langsung juga. Komunikasi
primer juga bisa disamankan dengan komunikasi tradisional karena komunikasi tradisional
adalah komunikasi yang menggunakan media tradisional yang belum tersentuh modernisasi.
Media tradisional dalam hal ini adalah bahasa, isyarat, gambar dan karena belum tersentuh
oleh perkembangan teknologi maka semua media itu disajikan secara langsung.
Bahasa yang paling banyak dipergunakan dalam komunikasi adalah jelas, karena
hanya bahasalah yang mampu “menerjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain. Kial
(gesture) memang dapat “menerjemahkan” pikiran seseorang sehingga terekspresikan secara
fisik. Akan tetapi menggapaiakan tangan atau memainkan jari-jemari, mengedipkan mata
atau menggerakkan anggota tubuh lainnya hanya dapat mengkomunikasikan hal-hal tertentu
saja (sangat terbatas). Gambar sebagai lambing yang banyak digunakan dalam komunikasi,
tetapi tidak melebihi bahasa.
Pikiran atau perasaan seseorang baru akan diketahui dan akan ada dampaknya kepada
orang lain apabila ditransmisikan dengan menggunakan media primer tersebut yakni
lambang-lambang. Dengan perkataan lain, pesan (message) yang disampaikan oleh
komunikator kepada komunikan terdiri atas isi dan lambing (simbol).
Media primer atau lambang yang paling banyak digunakan dalam komunikasi adalah bahasa.
Akan tetapi, tidak semua orang pandai mencari kata-kata yang tepat dan lengkap yang dapat
mencerminkan pikiran dan perasaan yang sesungguhnya. Selain itu, sebuah perkataan belum
tentu mengandung makna yang sama bagi semua orang.
Kata-kata mengandung dua jenis pengertian, yakni pengertian denotative dan pengertian
konotatif. Sebuah perkataan dalam pengertian denotatif adalah yang mengandung arti dan
diterima secara umum oleh kebanyakan orang dengan bahasa dan kebudayaan yang sama.
Sedangkan perkataan dalam pengertian denotatif adalah yang mengandung emosional atau
mengandung penilaian tertentu.
Komunikasi berlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima
oleh komunikan , kemudian menjadi giliran komunikan untuk men-decode pesan dari
komunikator itu, dalam proses itu komunikator berfungsi sebagai penyandi (encoder).Dalam
proses komunikasi antar personal yang melibatkan dua orang dalam situasi interaksi,
komunikator menyandi suatu pesan, lalu menyampaikannya kepada komunikan , dan
komunikan menafsirkan lambang yang mengandung pikiran atau perasaan komunikator tadi
dalam konteks pengertiannya. Komunikator menjadi encoder dan komunikan menjadi
decoder. Akan tetapi karena komunkasi antar personal itu bersifat dialogis, maka ketika
komunikan memberikan jawaban, ia kini menjadi encoder dan komunikator menadi decoder.
Umpan balik memainkan peranan yang amat penting dalam komunikasi, sebab ia
menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi, oleh karena itu umpan
balik bias bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Jika ia merasakan umpan baliknya
negatif, itu berarti uraiannya tidak komunikatif, pada saat itu juga ia dapat mengubah
gayanya.
Seperti halnya dengan penyampaian pesan secara verbal, yakni denagn menggunakan
bahasa, dan secara non-verbal, yaitu demgam menggunakan kial, isyarat, gambar, atau warna,
umpan balik pun dapat disampaikan oleh komunikan secara verbal maupun non-verbal.
Umpan balik secara verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan dengan
kata-kata, baik secara singkat maupun secara panjang lebar. Sedangkan umpan balik secara
non-verbal adalah tanggapan komunikan yang dinyatakan bukan dengan kata-kata.
Komunikator yang baik adalah orang yang selalu memperhatikan umpan balik
sehingga ia dapat segera mengubah gaya komunikasinya ketika ia mengetahui bahwa umpan
balikdari komunikan bersifat negatif.
Situasi yang sama dengan komunikasi antar personal ialah komunikasi kelompok
(group communication), baik komunikasi kelompok kecil, maupun komunikasi kelompok
besar. Karena kedua jenis komunikasi itu sifatnya tatap muka, maka umpan balik berlangsung
secara seketika (immediate feedback), berbeda dengan komunikasi bermedia yang umpan
baliknya tertunda (delayed feedback). Dalam komunikasi kelompok kecil seperti seminar,
kuliah, ceramah, brifing, lokakarya, forum, umpan balik yang diperlukan oleh komunikator
ialah yang bersifat verbal, karena komunikasinya ditujukan kepada kognisi komunikan, jadi
permasalahannya mengerti atau tidak, menyetujui atau tidak, dan lain-lain yang kesemuanya
harus dinyatakan dengan kata-kata.
Berbeda dengan komunikasi kelompok besar, semisal rapat raksasa di sebuah
lapangan yang dihadiri oleh puluhan ribu orang, komunikasi seperti itu ditujukan kepada
afeksi komunikan, kepada perasaannya, bukan kepada otaknya. Itulah proses komunikasi
secara primer yang berlangsung secara tatap muka.
2.7 DAMPAK YANG DITIMBULKAN DARI PENGGUNAAN MEDIA
KOMUNIKASI TERHADAP KOMUNIKASI PRIMER
Maraknya teknologi canggih berbanding lurus dengan semakin meluasnya
penggunaan media dalam berkomunikasi. Merasa dapat menjangkau dunia, manusia mulai
malas melakukan komunikasi secara langsung dan lebih memilih melakukan percakapan
lewat telepon, sms atau e-mail. Dengan teknologi media hibrida, pergerakan pesan-pesan
melintasi waktu dan ruang menjadi lebih efektif, efisien serta lebih ekonomis ketimbang
menggerakan sesuatu atau orang (Mugniesyah 2010:221)
Komunikasi media memang mempunyai beberapa kelebihan yaitu dapat melintasi
tempat-tempat yang jauh, mengefektifkan waktu, menjangkau informasi secara cepat dan
menyebar luas, dan kita tidak harus memperhatikan penampilan dalam berkomunikasi.
Namun komunikasi dengan cara ini juga memilki beberapa kekurangan yaitu umpan balik
yang diterima belum tentu cepat, harus mengeluarkan biaya (untuk pulsa, internet, dll), pesan
hanya dalam bentuk verbal sehingga tidak dapat dilihat ekspresi dan intonasinya.
Sementara komunikasi primer juga mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dalam bertatap muka yaitu umpan balik yang diterima berlangsung cepat dan dapat melihat
ekspresi, intonasi suara dan apabila ada hal yang belum jelas dapat ditanyakan dan langsung
didapati hasilnya. Sedangkan kekurangannya adalah tidak dapat menjangkau banyak orang
dan tempat dan terkadang terlalu mepedulikan perasaan si lawan bicara sehingga sulit
mengatakan hal yang sebenarnya.
Dengan teknologi yang semakin canggih, manusia melupakan komunikasi primer
yang sebenarnya sangat dibutuhkan. Seperti contoh, kita bisa bertemu banyak orang di dunia
maya, berbicara dan bertukar informasi dengan mereka, tapi ketika kita bertemu di kehidupan
nyata kebanyakan dari kita enggan berbicara bahkan menyapa. Contoh yang lain adalah dua
orang sahabat yang sudah lama terpisah mereka bisa berkomunikasi dengan mudah lewat sms
tetapi untuk bertemu dirasa sulit dan mereka merasa sms cukup untuk menjalin komunikasi.
Tetapi tentu saja mereka salah. Seperti dikutip dari dari buku Komunikasi Massa Kontroversi,
Teori, dan Aplikasi (Deddy 2008:171) :
Kemajuan teknologi komunikasi tidak otomatis membuat komunikasi tatap-muka
tidak penting. Kita bisa berkomunikasi lewat telepon genggam, E-mail, dan teleconferencing,
namun kita tetap merasa perlu untuk berkomunikasi tatap-muka karena bentuk komunikasi
inilah yang paling sempurna, yang memungkinkan kita memupuk keakraban dan kehangatan
dengan sesama kita
Adanya teknologi informasi yang canggih ini sebenarnya hanya sarana untuk
mempermudah komunikasi dan juga mengirimkan data dalam jumlah besar kepada orang lain
di wilayah yang berbeda, tetapi bukan berarti semua orang harus bergantung kepada media
dan menghindari komunikasi tatap muka. Komunikasi justru sangat diperlukan untuk
mengakrabkan diri, dan menjalin hubungan yang lebih baik.
Proses komunikasi secara primer (primary process) adalah proses penyampaian
pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan meng-gunakan suatu lambang (symbol)
sebagai media atau saluran. Lambang ini umumnya bahasa, tetapi dalam situasi-situasi
komunikasi tertentu lambang-lambang yang dipergunakan dapat berupa kial (gesture), yakni
gerak anggota tubuh, gambar, warna, dan lain sebagainya. Dalam komunikasi bahasa disebut
lambang verbal (verbal symbol) sedangkan lambang-lambang lainnya yang bukan bahasa
dinamakan lambang nirverbal (non verbal symbol).
1) Lambang verbal
Dalam proses komunikasi bahasa sebagai lambang verbal paling banyak
dan paling sering digunakan, oleh karena hanya bahasa yang mampu mengungkapkan
pikiran komunikator mengenai hal atau peristiwa, baik yang konkret maupun yang
abstrak, yang terjadi masa kini, masa lalu dan masa yang akan datang. Kita dapat
menelaah pikiran Socrates dan Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi,
dari buku-buku berkat kemampuah bahasa. Dengan bahasa kita dapat mengungkapkan
rencana kita untuk minggu depan, bulan depan, atau tahun dupan, yang tidak mungkin
dapat dijelaskan dengan lambang-lambang lain. Bagaimana pentingnya bahasa dalam
kehidupan manusia dipaparkan oleh Kong Hu Chu tatkala ia ditanya orang apa yang
pertama-tama akan dilakukan manakala diberi kesempatan mengurus negara. Kong
Hu Chu menegaskan bahwa yang pertama-tama akan ia lakukan adalah membina
bahasa, sebab apabila bahasa tidak tepat, apa yang dikatakan bukan yang
dimaksudkan. Jika yang dikatakan bukan yang dimaksudkan, maka yang mestinya
dikerjakan, tidak dilakukan. Jikalau yang harus dilakukan terus-menerus tidak
dilaksanakan, seni dan moral menjadi mundur. Bila seni dan moral mundur, keadilan
menjadi kabur, akibatnya rakyat menjadi bingung, kehilangan pegangan. Masalah
bagaimana seharusnya ketepatan bahasa untuk mengungkapkan suatu maksud
tertentu, dijumpai ketika berkecamuknya Perang Dunia II yang lalu. Ketika Jepang
diminta oleh sekutu (Amerika Serikat) agar menyerah menjawab dengan
menggunakan perkataan "mokusatsu” maksudnya adalah "tidak memberikan
komentar sampai keputusan diambil (with holding comment until a decision has been
made) tetapi kata mokusatsu oleh Kantor Berita Domei diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris menjadi "ignore" yang berarti "tidak perduli". Miskomunikasi inilah
antara lain yang menyebabkan Hirosima di bom atom dalam Perang Dunia tersebut.
"Kata-kata dapat menjadi dinamit" kata Scott M. Cutlip dan Alien H.Center dalam
bukunya "Effective Public Relations". Contoh di atas menunjukkan betapa pentingnya
bahasa dalam proses komunikasi. Bahasa mempunyai dua jenis pengertian yang perlu
dipahami oleh para komunikator. Yang pertama adalah pengertian denotatif, yang
kedua pengertian konotatif. Perkataan yang denotatif adalah yang mengandung
makna sebagaimana tercantum dalam kamus (dictionary meaning) dan diterima
secara umum oleh kebanyakan orang yang sama kebudayaannya dan bahasanya.
Perkataan yang denotatif tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda pada
komunikan ketika diterpa pesan-pesan komunikasi. Sebaliknya apabila komunikator
menggunakan kata-kata konotatif. Kata-kata konotatif mengandung pengertian
emosional atau evaluatif. Oleh karena itu, dapat menimbulkan interpretasi yang
berbeda pada komunikan.
Kebebasan mimbar merupakan ungkapan yang konotatif, demikian pula
kebebasan pers. Begitu juga perkataan demokrasi. Secara etimologis demokrasi
berasal dari kata "demos" dan "cratein" yang berarti pemerintahan rakyat, tetapi bagi
orang Amerika, Korea, Kuba, Indonesia, dan bangsa-bangsa lain, istilah demokrasi
tadi bersifat konotatif, sebab masing-masing bangsa yang mengaku negaranya
demokratis, penilaiannya berbeda; maka sistem pemerintahannya pun berbeda.
Sehubungan dengan itu, ketika berkomunikasi komunikator harus mengguna-kan
kalimat-kalimat dengan kata-kata denotatif. Apabila kata-kata konotatif tidak dapat
dihindarkan, maka kata-kata bersangkutan harus diberi penjelasan, tidak
menimbulkan interpretasi yang berbeda antara komunikator dengan komunikan.
Khusus dalam komunikasi lisan, para pakar komunikator harus
memperhatikan apa yang disebut oleh Casagrande : para-language yang barangkali
dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi parabahasa. Yang
dimaksudkan dengan parabahasa ini adalah berbagai hal yang mengiringi
pengucapan kata-kata ketika seseorang berbicara atau berpidato, misalnya, gaya
bicara, tekanan nada, volume suara, logat, dan lain sebagainya. Andaikata anda
berada di suatu ruangan, lalu anda mendengar suara orang yang sedang bercakap-
cakap, walaupun anda tidak melihatnya, anda akan dapat menerka suara itu dari
seorang wanita atau laki-laki, anak atau dewasa, terpelajar atau tidak, Jawa atau
Batak atau suku lain, dan lain sebagainya. Demikianlah masalah bahasa sebagai
lambang verbal penyandang pikiran komunikator ketika ia menyampaikan pesannya
kepada komunikan dalam proses komunikasi secara primer.
2) Lambang Nonverbal
Seperti telah disinggung di muka lambang nonverbal adalah lambang yang
dipergunakan dalam komunikasi, yang bukan bahasa, misalnya isyarat dengan
anggota tubuh, antara lain kepala, mata, bibir, tangan, dan jari. Ray L Birdwhistell
dalam bukunya "Introduction to Kinesics" telah melakukan analisis mengenai body
communication. Dia mencoba untuk memberi rangka kepada "comprehensive coding
scheme" bagi gerakan badan, seperti seorang linguist melakukannya untuk bahasa
lisan. Jika linguist menampilkan "phone" sebagai suara maka Birdwhistell
mengetengahkan "kine" sebagai gerakan. Apabila linguist mengemukakan
"phoneme", yakni sekelompok bunyi yang berubah-ubah, maka Birdwhistell
mengemukakan "kinime", yaitu sebuah set gerakan yang berubah-ubah. Kalau
linguist mencari "morpheme" yang mengandung pengertian, Birdwhistell
menyelidiki "kinemort" serangkaian gerakan yang mengandung pengertian dalam
konteks suatu pola yang lebih besar. Tahap seperti disebutkan di atas adalah
microkinesics; lebih luas daripada itu adalah macrokinesics atau disebut juga social
kinesics, di mana sebuah gerakan (act) - yaitu pola yang menyangkut lebih dari suatu
area , akan bersangkutan dengan kerangka komunikasi yang lebih luas. Body
communication atau non-verbal communication dalam bentuk gerak-gerik seperti
disebutkan di atas banyak diteliti oleh para ahli. Ternyata banyak sekali gerakan
yang sama mengandung arti yang berlainan, di antara bangsa yang satu dengan
bangsa yang lain. Sebagai contoh: orang Toda di India Selatan sebagai tanda hormat
menekankan ibu jarinya pada batang hidungnya, lalu melambaikan keempat jari
lainnya ke depan. Gerakan seperti itu bagi bangsa lain - termasuk bangsa Indonesia -
lain sekali artinya, yakni mengejek atau memperolok-olok. Termasuk komunikasi
nonverbal ialah isyarat dengan menggunakan alat. Siapa yang tidak mengenal bedug
sebagai alat komunikasi yang dipergunakan oleh kaum muslimin di Indonesia, atau
bendera oleh para kelasi, atau asap oleh orang Indian, dan sebagainya. Para Ustadz di
langgar-langgar sejak dahulu sampai zaman modern seperti sekarang ini
menggunakan bedug untuk memberitahukan kepada kaum muslimin, bahwa saat
untuk sembahyang sudah tiba. Para kelasi sudah terbiasa menggunakan bendera
untuk pemberikan isyarat atau dengan alat telegrafi untuk jarak jauh atas dasar sistem
Morse. Orang Indian sudah terbiasa pula melakukan komunikasi dengan
menggunakan asap untuk memberitahukan sesuatu kepada teman-temannya yang
berada di tempat jauh. Pada zaman modern seperti sekarang ini, alat untuk
berkomunikasi dengan isyarat bersifat modern pula. Seorang pengendara mobil yang
akan belok tidak perlu menjulurkan tangannya; cukup dengan menjawel schakelaar
lampu richtingnya, maka dengan berkedip-kedipnya lampu merah di depan di
belakang mobilnya, orang tahu bahwa ia akan berbelok. Demikian pula polisi
lalulintas tidak perlu berdiri di bawah terik matahari tepat di perapatan jalan dengan
menggunakan lampu setopan dengan warna merah, kuning, dan hijau, para pemakai
jalan mengetahui kapan ia harus berhenti, kapan harus bersiap-siap, dan kapan boleh
berjalan lagi.
Gambar adalah lambang lain yang dipergunakan dalam berkomunikasi
nonverbal. Gambar dapat dipergunakan untuk menyatakan suatu pikiran atau
perasaan. Dalam hal tertentu gambar bisa lebih efektif dari pada bahasa. Tidak
mengherankan, ada motto Tionghoa yang menyatakan bahwa gambar bisa memberi
informasi yang sama dengan kalau diuraikan dengan seribu perkataan. Lambang
gambar dalam proses komunikasi mengalami perkembangan sesuai dengan
pertumbuhan masyarakat dan kemajuan teknologi. Jika dahulu gambar itu ditulis,
kemudian dicetak, kini dengan kamera foto bisa dipotret, bahkan dengan kamera film
atau kamera video dapat diatur menjadi gambar hidup. Pada akhirnya, apabila
gambar itu merupakan lambang untuk proses komunikasi secara primer, menjadi
lambang untuk proses komunikasi secara sekunder. Demikian sekaligus mengenai
lambang verbal dan nonverbal dalam proses komunikasi secara primer yang untuk
efektifnya komunikasi seringkali oleh para komunikator dipadukan, misalnya dalam
kuliah atau ceramah disajikan gambar, bagan, tabel, dan lain-lain sebagai ilustrasi
untuk memperjelas.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kemajuan teknologi informasi sekarang ini menghasilkan media-media komunikasi
yang menjangkau hampir setiap kalangan. Hal ini tentu saja berbanding lurus dengan
semakin meningkatnya penggunaan media komunikasi tersebut. Masyarakat menggunakan
media dalam berkomunikasi untuk mempermudah dan mengefisiensikan waktu. Walaupun
tersedia media komunikasi yang mampu menjangkau tempat yang jauh dalam waktu yang
relatif cepat, manusia tidak boleh melupakan komunikasi primer. Komunikasi primer tetap
saja dibutuhkan dan justru lebih efisien untuk menghindari konflik dan mempermudah
manusia untuk memahami pesan yang disampaikan.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA