makalah hipogonadisme

21
MAKALAH HIPOGONADISME BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola klinis pubertas sangat bervariasi. Pada 95% anak laki- laki pembesaran genetalia mulai antara usia 9,5-13,5 tahun, yang mencapai maturasi antara 13-17 tahun. Pada sebagian kecil anak laki-laki normal, pubertas mulai setelah usia 15 tahun. 50% anak laki-laki, rambut pubis tumbuh pada usia 11 tahun, dan pada usia 13-17,5 tahun, rambut ini jumlahnya ekuivalen dengan jumlah rambut orang laki-laki dewasa normal. Pada beberapa anak laki- laki, perkembangan pubertas selesai pada kurang dari 2 tahun, tetapi pada anak lain pertumbuhan ini dapat memerlukan waktu lebih lama dari pada usia 4,5 tahun. Pertumbuhan cepat remaja terjadi lebih lambat pada anak laki-laki dari pada anak perempuan sejalan dengan tingkat maturasi seksual, misalnya, kecepatan puncak perubahan dalam ketinggian tidak dapat dicapai pada anak laki-laki sampai genetalia berkembang dengan baik, tetapi pada anak perempuan kecepatan pertumbuhan biasanya ada pada maksimalnya ketika puting dan areola telah berkembang tetapi sebelum ada perkembangan payudara lain yang berarti. Kemajuan yang cepat dalam pemahaman interaksi hipothalamus- kelenjar pituitari-gonad yang terlibat dengan pubertas dan pada diagnosa klinis penyimpangan perkembangan pubertas telah dimungkinkan dengan pemeriksaan yang sangat diperbaiki untuk

Upload: jum-caem

Post on 24-Oct-2015

579 views

Category:

Documents


24 download

DESCRIPTION

penyakit endokrin

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALAH HIPOGONADISME

MAKALAH HIPOGONADISME

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Pola klinis pubertas sangat bervariasi. Pada 95% anak laki-laki pembesaran genetalia mulai

antara usia 9,5-13,5 tahun, yang mencapai maturasi antara 13-17 tahun. Pada sebagian kecil anak

laki-laki normal, pubertas mulai setelah usia 15 tahun. 50% anak laki-laki, rambut pubis tumbuh

pada usia 11 tahun, dan pada usia 13-17,5 tahun, rambut ini jumlahnya ekuivalen dengan jumlah

rambut orang laki-laki dewasa normal. Pada beberapa anak laki-laki, perkembangan pubertas

selesai pada kurang dari 2 tahun, tetapi pada anak lain pertumbuhan ini dapat memerlukan waktu

lebih lama dari pada usia 4,5 tahun. Pertumbuhan cepat remaja terjadi lebih lambat pada anak

laki-laki dari pada anak perempuan sejalan dengan tingkat maturasi seksual, misalnya, kecepatan

puncak perubahan dalam ketinggian tidak dapat dicapai pada anak laki-laki sampai genetalia

berkembang dengan baik, tetapi pada anak perempuan kecepatan pertumbuhan biasanya ada

pada maksimalnya ketika puting dan areola telah berkembang tetapi sebelum ada perkembangan

payudara lain yang berarti.

Kemajuan yang cepat dalam pemahaman interaksi hipothalamus-kelenjar pituitari-gonad yang

terlibat dengan pubertas dan pada diagnosa klinis penyimpangan perkembangan pubertas telah

dimungkinkan dengan pemeriksaan yang sangat diperbaiki untuk hormon kelenjar pituitaria dan

gonad yang dapat diukur pada sejumlah kecil darah. Dengan GnRH juga dimungkinkan untuk

membedakan antara defek kelenjar pituitari primer dengan hipothalamus pada penderita

hipogonadotropik.

1.2 Rumusan Masalah

1.      Apa pengertian hipogonadisme ?

2.      Bagaimana struktur dan fungsi kelenjar gonad?

3.      Apa etiologi hipogonadisme?

4.      Bagaimana patofisiologi hipogonadisme?

5.      Bagaimana manifestasi klinik hipogonadisme ?

6.      Apa saja pemeriksaan diagnostik hipogonadisme?

Page 2: MAKALAH HIPOGONADISME

7.      Bagaimana penatalaksanaan medis hipogonadisme?

8.      Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hipogonadisme?

1.3 Tujuan

1.      Untuk mengetahui dan memahami pengertian hipogonadisme

2.      Untuk mengetahui dan memahami struktur dan fungsi kelenjar gonad

3.      Untuk mengetahui dan memahami etiologi hipogonadisme

4.      Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi hipogonadisme

5.      Untuk mengetahuidan memahami manifestasi klinik hipogonadisme

6.      Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostik hipogonadisme

7.      Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan hipogonadisme

8.      Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipogonadisme

Page 3: MAKALAH HIPOGONADISME

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hipogonadisme

Hipoganadisme adalah suatu keadaan dimana terjadi difisiensi hormon gonad.

Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga

mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita.

2.2 Struktur dan Fungsi Kelenjar Gonad

a.      Testis

o   Anatomi

Testis adalah organ utama dari sistem reproduksi pria. Testis kiri dan kanan merupakan kelenjar

yang terbungkus skrotum. Testis tersusun atas tubulus seminiferus. Testis berkembang di dalam

rongga abdomen sewaktu janin dan turun melalui saluran inguinalis kanan dan kiri masuk ke

dalam skrotum menjelang akhir kehamilan. Testis ini terletak oblik menggantung pada urat-urat

spermatik di dalam skrotum.

Diantara tubulus-tubulus testis terdapat sarang-sarang sel yang mengandung granula lemak, sel

interstisium leydig yang mensekresi testosteron.

o   Fisiologi testis

a)      Organ endokrin

Testis mensekresikan sejumlah besar androgen, terutama testosteron, tetapi testis juga

mensekresikan sedikit estrogen. Androgen adalah hormon seks sterol yang efeknya

maskulinisasi. Androgen disekresikan oleh korteks adrenal. Testosteron disekresikan oleh sel

interstisiil, yaitu sel-sel yang terletak di dalam ruang antara tubula-tubula seminiferus testis atas

rangsangan hormon perangsang sel interstisiil (ICSH) dari hipofisis yang sebenarnya adalah

bahan yang sama dengan Luteinizing Hormon (LH). Pengeluaran testosteron bertambah dengan

nyata pada masa pubertas dan bertanggung jawab atas pengembangan sifat-sifat kelamin

sekunder yaitu pertumbuhan jenggot, suara lebih berat, pembesaran genetalia. Nilai normal

testosteron adalah 3-10 mg/dl.

Efek:

Efek testosteron pada fetus merangsang deferensiasi dan perkembangan genital ke arah pria.

Pada masa pubertas hormon ini akan merangsang perkembangan tanda-tanda seks sekunder

Page 4: MAKALAH HIPOGONADISME

seperti perkembangan bentuk tubuh. Pertumbuhan dan perkembangan alat genital, distribusi

rambut tubuh, pembesaran larynx dan penebalan pita suara serta perkembangan sifat agresif.

Mekanisme kerja:

Testosteron berikatan dengan suatu reseptor intra sel dan kompleks esterol-reseptor kemudian

berikatan dengan DNA di nukleus, menyebabkan transkripsi berbagai gen. Selain itu testosteron

dirubah menjadi dihidrotestosteron (DHT) oleh sa-reduktase di beberapa jaringan sasaran dan

DHT berikatan dengan reseptor intra sel yang sama seperti testosteron.

DHT bersirkulasi dengan kadar plasma 10% kadar testosteron, kompleks testosteron reseptor

kurang stabil bila dibandingkan dengan kompleks DHT-reseptor di sel sasaran dan transformasi

kompleks tersebut ke DNA sel kurang sempurna. Sehingga pembentukan DHT adalah salah satu

cara untuk meningkatkan efek testosteron dalam jaringan sasaran.

Kompleks testoteron-reseptor berperan dalam pematangan struktur dan duktus wolffian sehingga

bertanggung jawab terhadap pembentukan genetalia interna pria selama pertumbuhan. Tetapi

kompleks DHT-reseptor diperlukan untuk membentuk genetalia eksterna pria. Kompleks DHT-

reseptor juga berperan dalam pembesaran prostat dan mungkin penis pada saat pubertas serta

rambut wajah, jerawat dan pengenduran temporal garis rambut. Dipihak lain peningkatan masa

otot dan munculnya dorongan seks dan libido pria lebih tergantung pada testosteron dari pada ke

DHT.

b)     Organ reproduksi

Testis adalah organ tempat spermatozoa dibentuk dan testosteron dihasilkan. Testosteron untuk

mempertahankan spermatogenesis sementara FSH diperlukan untuk memulai dan

mempertahankan spermatogenesis.

b.      Ovarium

Ovarium adalah kelenjar berbentuk biji buah kemiri, terletak di kanan dan kiri uterus, di bawah

tuba uterina dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum uteri. Ovarium berisi

sejumlah besar ovum belum matang, yang disebut oosit primer. Setiap oosit dikelilingi

sekelompok sel folikel pemberi makanan. Pada setiap siklus haid sebuah ovum primitif ini mulai

matang dan kemudian cepat berkembang menjadi folikel ovari yang vesikuler (folikel degraf).

Ovarium memiliki 3 fungsi yaitu: Memproduksi ovum, estrogen dan progesteron.

Fungsi ovarium:

1)      Sebagai organ endokrin

Page 5: MAKALAH HIPOGONADISME

Sebagai organ endokrin, ovarium menghasilkan hormon estrogen dan progesteron

a)      Estrogen

Hormon estrogen dikeluarkan oleh ovarium dari mulai anak-anak sampai sesudah menopouse.

Hormon ini dinamakan hormon folikuler karena terus dihasilkan oleh sejumlah besar folikel

ovarium dan seperti semua hormon beredar di dalam aliran darah. Estrogen penting untuk

mengembangkan organ kelamin wanita dan sifat-sifat kelamin yang sekunder dan menyebabkan

perubahan anak gadis pada masa pubertasnya serta untuk tetap adanya sifat fisik dan mental yang

menandakan wanita normal.

Efek pada genetalia:

Estrogen mempercepat pertumbuhan folikel ovarium dan meningkatkan motilitas tuba uterina.

Hormon ini meningkatkan aliran darah uterus dan memiliki efek penting pada otot polos uterus.

Estrogen meningkatkan jumlah otot uterus dan kandungan protein kontraktilnya. Dibawah

pengaruh estrogen, otot menjadi lebih efektif dan mudah terangsang sehingga potensial aksi pada

masing-masing serat menjadi lebih sering. Uterus yang didominasi oleh estrogen juga peka

terhadap desitosin.

Efek pada organ endokrin:

Estrogen menurunkan sekresi FSH pada keadaan tertentu estrogen menghambat sekresi LH

(umpan balik negatif) pada keadaan lain estrogen meningkatkan sekresi LH (umpan balik

positif). Estrogen juga meningkatkan ukuran hipofisis.

Efek pada prilaku:

Hormon ini meningkatkan libido, hormon ini tampaknya menimbulkan efeknya melalui langsung

pada neuron-neuron tertentu di hipothalamus.

Efek pada payudara:

Estrogen menyebabkan pertumbuhan duktus pada payudara dan terutama berperan dalam

pembesaran payudara selama pubertas pada gadis. Estrogen juga disebut sebagai hormon

pertumbuhan payudara. Estrogen berperan dalam terjadinya pigmentasi areola, walaupun

pigmentasi biasanya lebih nyata selama kehamilan pertama dibandingkan dengan masa pubertas.

b)     Progesteron

Page 6: MAKALAH HIPOGONADISME

Progesteron disekresikan oleh korpus luteum dan melanjutkan pekerjaan yang dimulai oleh

estrogen terhadap endometrium, yaitu menyebabkan endometrium menjadi tebal lembut serta

siap untuk penerimaan ovum yang telah dibuahi. Progesteron menghambat menstruasi. Nilai

normal progesteron adalah 18 mg – 60 n mol.

Efek:

Organ sasaran utama progesteron adalah uterus, payudara dan otak. Progesteron berperan dalam

perubahan pregestasional di endometrium dan perubahan siklik di serviks dan vagina. Hormon

ini memiliki efek antiestrogenik pada sel miometrium menurunkan terhadap oxitocin dan

aktivitas listrik spontan sementara meningkatkan potensial membran. Hormon ini juga

menurunkan jumlah reseptor estrogen di endometrium dan meningkatkan kecepatan perubahan

17 β-estradiol menjadi estrogen yang kurang aktif.

Di payudara progesteron merangsang pembentukan lobulus dan alveolus.

2)      Sebagai organ reproduksi

Ovarium sebagai organ reproduksi yaitu menghasilkan ovum setiap bulannya ada masa ovulasi

untuk selanjutnya siap untuk dibuahi sperma.

FSH dari hipofisis bertanggung jawab pada pematangan awal folikel ovarium. FSH serta LH

bersama-sama bertanggung jawab terhadap pematangan akhir. Letupan sekresi LH berperan

dalam menyebabkan ovulasi dan pembentukan awal korpus luteum. Terdapat letupan-letupan

sekresi FSH yang lebih kecil pada pertengahan, yang kemaknaannya masih belum diketahui. LH

merangsang sekresi estrogen dan progesteron dari korpus luteum.

2.3  Etiologi Hipogonadismea. Primer

o   Infeksi kelenjar gonad

o   Atropi kelenjar gonad

b.      Skunder

o   Kerusakan hipothalamus untuk mensekresi GnRH.

o   Hipersekresi prolaktin di hipofisis anterior

o   Hiposekresi FSH dan LH

Page 7: MAKALAH HIPOGONADISME

2.4  Patofisiologi 

2.5 

Manifestasi Klinik1.      Pria

1)      Defisiensi hormon pada masa kanak-kanak (prepubertas)Gambaran klinisnya adalah enukoidisme, orang-orang enukoid yang berusia di atas 20 tahun,

biasanya tinggi, bahu sempit dan otot kecil (konfigurasi tubuh yang mirip dengan wanita

dewasa). Selain itu genitalia kecil, suara memiliki nada tinggi, pertumbuhan rambut pubis wanita

yaitu segitiga dengan dasar di atas, bukan pola segitiga yang dasarnya di bawah seperti yang

dijumpai pada pria normal.

2)      Difisiensi post pubertasPada pria dewasa mengalami penurunan sebagian libido, kadang-kadang mengalami hot flashes,

biasanya lebih mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki

testis utuh. Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot

dan berkurangnya pertumbuhan otot.

2.      Wanita

Page 8: MAKALAH HIPOGONADISME

Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan genetalia eksterna serta penurunan

libido.

3.      Dampak Terhadap Sistem Lain1)      Sistem Reproduksi

o  Atropi testis dan ovarium

o  Impotensi

o  Kehilangan/penurunan libido

o  Genetalia kecil

o  Atropi payudara

2)      Sistem Muskuloskeletal

o  Otot kecil

o  Pertumbuhan otot kurang

3)      Sistem Integumen

o  Pertumbuhan rambut tubuh jarang

2.6  Pemeriksaan Diagnostik1.    CT Scan otak, untuk melihat adanya tumor pada hipofise/hipothalamus

2.    Pengambilan kadar testoteron serum

3.    Kadar gonadotropi serum dan kariotip

4.    Test stimulasi dengan klomifen

5.    Test stimulasi Gn RH

6.    Test stimulasi HCG

7.    Analisis semen untuk kuantitas dan kwalitas sperma.

2.7  Penatalaksanaan Medis

Pria Dengan pemberian testoteron dengan dosis yang sesuai untuk hasil yang maksimal

dikombinasikan dengan HCG diberikan 3x seminggu dalam waktu 4-6 bulan sampai kadar

testoteron normal. Setelah 6 bulan terapi, bila jumlah sperma tetap sedikit maka pegobatan

dihentikan, bila jumlah sperma meningkat maka terapi diteruskan.

2.    WanitaDengan pemberian estrogen dan progesteron.

Page 9: MAKALAH HIPOGONADISME

2.8  Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan

Hipogonadisme

1. Pengkajian

b.      Pengumpulan Data

1)      Identitas

a)      Identitas klien

Terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, status merital, tanggal

masuk RS, tanggal pengkajian, diagnosa medis, No. Medrec dan alamat.

b)      Identitas penanggung jawab

Terdiri dari: Nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien

dan alamat.

2)      Riwayat kesehatan

a)      Keluhan utama

Keluhan klien pada saat dikaji, klien yang mengalami hipogonad biasanya kelainan fungsi

kematangan seksual perubahan kondisi mental.

b)      Riwayat kesehatan sekarang

-          Kaji kondisi yang pernah dialami oleh klien di luar gangguan yang dirasakan sekarang,

khususnya gangguan yang mungkin sudah berlangsung lama bila dihubungkan dengan usia

seperti:

Tanda-tanda seks skunder yang tidak ada atau berkurang, misalnya amenorhoe, bulu rambut

tidak tumbuh, buah dada tidak berkembang.

-          Kaji fungsi seksual dan reproduksi.

-          Kaji adanya perubahan fisik tertentu yang sangat mengganggu klien.

-          Kaji psikologis seperti mudah marah, sensitif, sulit bergaul dan tidak mampu berkonsentrasi.

c)      Riwayat kesehatan dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita suatu penyakit yang berat/penyakit tertentu yang

memungkinkan berpengaruh pada kesehatan sekarang, kaji adanya trauma prosedur operatif dan

penggunaan obat-obatan.

Page 10: MAKALAH HIPOGONADISME

d)     Riwayat kesehatan keluarga

Kaji kemungkinan adanya anggota keluarga yang mengalami gangguan seperti yang dialami

klien/gangguan tertentu yang berhubungan secara langsung dengan gangguan hormonal seperti

gangguan pertumbuhan dan perkembangan.

2)      Pemeriksaan fisik

a)      Tingkat energi

-    Kaji perubahan kekuatan fisik dihubungkan dengan sejumlah gangguan hormonal khususnya

hormon gonad.

-    Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

b)      Pertumbuhan dan perkembangan

Secara langsung pertumbuhan dan perkembangan ada di bawah pengaruh GH, kelenjar tiroid dan

kelenjar gonad. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan dapat terjadi semenjak di dalam

kandungan bila hormon yang mempengaruhi tumbang fetus kurang. Kondisi ini dapat terjadi

pula setelah bayi lahir artinya selama proses tumbang terjadi disfungsi gonad.

-          Kaji apakah gangguan ini terjadi semenjak bayi dilahirkan atau terjadi selama proses

pertumbuhan.

-          Kaji secara lengkap pertumbhan ukuran tubuh dan fungsinya.

-          Kaji apakah perubahan fisik dipengaruhi kejiwaan klien.

c)      Seks dan reproduksi

Fungsi seksual dan reproduksi penting untuk dikaji baik pada klien wanita maupun pria.

-          Pada klien wanita

Kaji kapan mulai/berhenti menstruasi, perubahan fisik termasuk sering nyeri atau keram

abdomen sebelum, selama dan sesudah haid.

-          Pada klien pria

Kaji apakah klien mampu ereksi, dan orgasme serta bagaimana perasaan klien setelah

melakukannya, adakah perasaan puas dan menyenangkan. Tanyakan adakah perubahan bentuk

dan ukuran alat genitalianya.

3)      Aspek Psikologis

Kaji kemampuan kooping, dukungan keluarga, teman dan handaitoulan serta bagaimana

keyakinan klien tentang sehat dan sakit.

Page 11: MAKALAH HIPOGONADISME

Kaji kemampuan klien dan keluarga dalam memberi perawatan di rumah termasuk penggunaan

obat-obatan.

4)      Aspek sosial

Perlu dikaji kondisi lingkungan, menarik diri dari pergaulan.

5)      Aspek spiritual

Perlu dikaji tentang agama, keyakinan, peribadatan harapan serta semangat yang terkandung

dalam diri klien yang merupakan aspek penting untuk kesembuhan penyakit klien.

c.       Analisa

Data

Page 12: MAKALAH HIPOGONADISME

2.      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi

gonad.

b.      Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat difisiensi

gonad.

c.       Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan

perawatan atau minimnya informasi yang didapat.

3.      Perencanaan

a.       Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan struktur dan fungsi tubuh akibat difisiensi

gonad.

1)      Kriteria evaluasi

a)      Mengimplementasikan pola penanganan baru.

b)      Mengungkapkan dan mendemontrasikan penerimaan penampilan baru.

c)      Mengawali dan memantapkan kembali sistem pendukung yang ada.

2)      Intervensi

a)      Dorong individu untuk mengekspresikan perasaannya, khususnya mengenai pikiran, perasaan

dan pandangan dirinya.

b)      Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan, perkembangan prognosa

kesehatan.

Page 13: MAKALAH HIPOGONADISME

c)      Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang telah diberikan.

d)     Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional, dukungan keluarga ketika

mereka berupaya beradaptasi.

e)      Dorong kunjungan dari teman sebaya dan orang terdekat, anjurkan untuk berbagi rasa dengan

individu tentang nilai-nilai dan hal-hal yang penting untuk mereka.

f)       Dorong kontak dengan teman sebaya dan keluarga.

g)      Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang mengalami pengalaman sama.

b.      Disfungsi seksual berhubungan dengan perubahan bentuk dan fungsi organ seks akibat difisiensi

gonad.

1)      Kriteria evaluasi

a)      Menceritakan kepedulian/masalah mengenai fungsi seksual.

b)      Mengekspresikan peningkatan kepuasan dengan pola seksual.

c)      Melanjutkan akivitas seksual sebelumnya.

d)     Melaporkan suatu keinginan untuk melanjutkan aktivitas seksual.

2)      Intervensi

a)      Dapatkan riwayat seksual:

-          Pola seksual biasanya

-          Kepuasan (individu dan pasangannya)

-          Pengetahuan seksual

-          Masalah-masalah (seksual, kesehatan)

-          Harapan-harapan

-          Suasana hati, tingkat energi.

b)      Berikan dorongan untuk bertanya tentang seksualitas/fungsi seksual yang mungkin mengganggu

klien.

c)      Gali hubungan klien dengan pasangannya.

d)     Dorong pasangan untuk mendiskusikan kekuatan hubungan mereka dan untuk mengkaji

pengaruh dari keluhannya pada kekuatan mereka.

e)      Anjurkan individu untuk mengambil aktivitas seksual sedemikian rupa mendekati pola

sebelumnya jika mungkin.

c.       Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit, pengobatan dan

perawatan atau minimnya informasi yang didapat.

Page 14: MAKALAH HIPOGONADISME

1)      Kriteria evaluasi

a)      Menggambarkan ansietas dan pola koopingnya.

b)      Menggunakan mekanisme kooping yang efektif dalam menangani ansietas.

2)      Intervensi

a)      Kaji ansietas: ringan, sedang, berat dan panik

b)      Dorong klien untuk mengungkapkan mengenai pengetahuan yang ia miliki tentang proses

penyakit, pengobatan dan perawatan.

c)      Jelaskan tentang proses penyakit, pengobatan, dan perawatan sesuai dengan tingkat pendidikan

klien.

d)     Berikan kenyamanan dan ketentraman hati:

-          Tinggal bersama klien.

-          Berbicara dengan perlahan dan tenang, menggunakan kalimat yang pendek dan sederhana.

-          Perlihatkan rasa empati (datang dengan tenang, menyentuh, membiarkan menangis, berbicara).

e)      Batasi kontak dengan orang lain, klien-klien, keluarga yang juga mengalami cemas.

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Hipogonadisme adalah berkurangnya atau menurunnya hormone androgen sehingga

mempengaruhi fungsi dan ciri seks dari kelamin baik pria dan wanita. Pada pria dewasa

mengalami penurunan sebagian libido, kadang-kadang mengalami hot flashes, biasanya lebih

mudah tersinggung, pasif dan menderita depresi dibanding dengan yang memiliki testis utuh.

Selain itu terjadi impotensi, pengurangan progresif rambut dan bulu tubuh, jenggot dan

berkurangnya pertumbuhan otot. Berhentinya menstruasi atau amenorhoe, atropi payudara dan

genetalia eksterna serta penurunan libido.

Page 15: MAKALAH HIPOGONADISME

DAFTAR PUSTAKA

Price, Sylvia. Anderson. 1994. Patofisiologi: Konsef Klinis Proses-Proses Penyakit. EGC. Jakarta.

Hudak, Carolyn M. 1997. Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik. EGC. Jakarta

Carpenito, Lynda Juall. 1998. Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinis. EGC.Jakarta.

Ganong, W.F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 20. Jakarta : EGC