makalah eucalyptus

27
BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupun fauna. Kekayaan keanekaragaman hayati ini membiarkan keuntungan yang besar bagi masyarakat. Dalam makalah ini yang di bahas yaitu mengenai tentang tumbuhan saja (flora). Keanekaragaman Flora di Indonesia sangatlah banyak, Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut. Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan, iklim, pengaruh manusia, keadaan air dan lain- lain. Selain itu Flora daerah Indonesia bagian barat memiliki banyak kesamaan dengan Benua Asia, karena daerah ini pernah bersatu dengan daratan Asia, sehingga disebut sebagai flora asiatis. Eucalyptus adalah flora khas yang terdapat di Papua dan pula-pulau kecil disekitarnya, dimana jenis tumbuhan ini juga terdapat di daerah Queensland Australia Utara.2. Matoa (Pometia pinnata) adalah jenis flora yang khas untuk daerah Papua selain dari Eucalypus diatas.3. Hutan Bakau atau Mangrove adalah hutan yang tumbuh di pantai berlumpur. Hutan bakau banyak ditemui di pantai Papau, dan daerah lain

Upload: lenyaprianita

Post on 27-Sep-2015

139 views

Category:

Documents


18 download

DESCRIPTION

ekologi tumbuhan

TRANSCRIPT

BAB II

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupun fauna. Kekayaan keanekaragaman hayati ini membiarkan keuntungan yang besar bagi masyarakat. Dalam makalah ini yang di bahas yaitu mengenai tentang tumbuhan saja (flora). Keanekaragaman Flora di Indonesia sangatlah banyak, Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang mendukung persebaran tersebut. Diantaranya adalah tinggi rendah dari permukaan laut, jenis tanah, jenis hutan, iklim, pengaruh manusia, keadaan air dan lain-lain. Selain itu Flora daerah Indonesia bagian barat memiliki banyak kesamaan dengan Benua Asia, karena daerah ini pernah bersatu dengan daratan Asia, sehingga disebut sebagai flora asiatis.

Eucalyptus adalah flora khas yang terdapat di Papua dan pula-pulau kecil disekitarnya, dimana jenis tumbuhan ini juga terdapat di daerah Queensland Australia Utara.2. Matoa (Pometia pinnata) adalah jenis flora yang khas untuk daerah Papua selain dari Eucalypus diatas.3. Hutan Bakau atau Mangrove adalah hutan yang tumbuh di pantai berlumpur. Hutan bakau banyak ditemui di pantai Papau, dan daerah lain seperti Sumatera bagian timur, Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan.

Eukaliptus yang mempunyai beragam jenis ini merupakan tanaman sejuta manfaat. Tanaman penghuni Cagar Biosfer Giam Siak Kecil bukit batu ini adalah salah satu jenis tumbuhan yang dikelola oleh salah satu perusahaan besar di Riau.

Spesies ini tersebar luas diseluruh dunia dan tercatat lebih dari 700 spesies Eukaliptus, kebanyakan asli dari Australia, dengan beberapa dapat ditemukan di Papua Nugini dan Indonesia dan juga Filipina.

Eucalyptus spp. seperti jenis Eucalyptus urophyla, Eucalyptus grandis dan Eucalyptus pelita merupakan jenis cepat tumbuh yang dikembangkan sebagai bahan baku industri pulp secara luas di PT Toba Pulp Lestari dengan daur tebang 7-8 tahun. Salah satu tumbuhan yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan Eucalyptus spp. adalah gulma. Gulma merupakan tumbuhan yang mengganggu atau merugikan kepentingan manusia sehingga manusia berusaha untuk mengendalikanya. Gulma dapat menimbulkan kerugian secara perlahan selama gulma itu berinteraksi dengan tanaman. Kerugian tersebut terjadi melalui proses persaingan atau kompetisi antara gulma dan tanaman dalam memperoleh sarana tumbuh seperti hara, air, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh. Selain persaingan, kerugian tanaman dapat juga terjadi melalui proses alelopati, yaitu proses penekanan pertumbuhan akibat senyawa kimia (alelokimia) yang dikeluarkan oleh gulma (Sembodo, 2010).

BAB II

ISI

1.1. Pengenalan Tanaman Eucaliptus

Genus Eucalyptus di dunia terdiri dari lebih 700 spesies dan 138 varietas, dimana di luar spesies dan varietas yang sudah diketahui masih mungkin ditemukan spesies-spesies dan varietas baru yang termasuk ke dalam genus Eucalyptus (Blakley, 1955).

Spesies yang termasuk kedalam genus Eucalyptus memiliki bentuk pohon dengan batang utama yang tinggi, walaupun demikian beberapa spesies dalam genus ini ada yang berbentuk semak berkayu. Genus Eucalyptus secara umum tumbuh alami di Australia, namun beberapa spesies tumbuh alami di Philipina, Papua New Guinea, dan Pulau Timor di Indonesia (Hall et al dalam Krugman and Whitesell, 1963). Genus Eucalyptus merupakan salah satu genus yang banyak dibudidayakan dalam bentuk hutan tanaman di berbagai belahan dunia, pohonnya dapat digunakan sebagai ornamen, sebagai pohon peneduh, konservasi tanah, kayu pertukangan dan bubur kertas atau pulp. Lebih jelasnya, Eucalyptus dapat digunakan untuk berbagai keperluan baik untuk kayu serat untuk berbagai industri kertas, kayu pertukangan, furniture, tiang, papan, plywood, sumber makanan seperti madu, papan partikel, minyak atsiri, dsb.

Menurut Evans (1992), Eucalyptus spp menduduki 37.5 % dari seluruh areal hutan tanaman di daerah tropis pada tahun 1980, Eucalyptus sebagai salah satu hardwood species penting sebagai penyuplai kayu dunia sampai tahun 1995 terjadi penambahan luas hutan tanaman dan luas hutan tanaman Eucalyptus mencapai 17.7% dari total luas hutan tanaman di dunia atau 9.9 juta hektar dari luas hutan tanaman di dunia pada tahun yang sama seluas 56.3 juta hektar

Eucalyptus sudah dikembangkan menjadi salah satu species penting dalam hutan tanaman industri hampir di 90 negara dan telah mencapai luasan 18 juta hektar baik itu di daerah tropis maupun sub tropis di benua Amerika Selatan, Asia, Afrika dan Australia ataupun di daerah temperate seperti di Amerika Utara, Eropa, Amerika Selatan dan Australia Selatan dan pengembangan Eucalyptus spp. sudah dimulai pada abad ke 18 dengan diperkenalkannya Eucalyptus dari Australia di benua Eropa oleh Charles Louis L Heritier de Brutelle, seorang botanis Perancis. Dari sejak itu, pengembangan Eucalyptus terus meluas ke berbagai Negara. Pengembangan Eucalyptus ke India dimulai tahun 1790 , sedangkan di Nepal pada tahun 1890 dan ke Thailand pada tahun 1905. Eucalyptus diperkenalkan ke Asia Tenggara sekitar tahun 1770 oleh seorang botanis bernama Sir Joseph Bank dalam ekspedisi James Cook. Sedangkan Pengembangan Eucalyptus secara komersil sudah dimulai tahun 1860 di Victoria Australia terutama untuk pengembangan bahan obat-obatan.

Apabila dikelompokkan berdasarkan wilayah, maka sampai tahun 2005 di dunia telah ada 13.8 juta hektar Eucalyptus dan wilayah Asia memiliki luas hutan tanaman Eucalyptus terluas yaitu 7.6 juta hektar, kemudian disusul wilayah Amerika Selatan seluas 4.5 juta hektar dan wilayah Afrika seluas 1.2 juta hektar dan sisanya ada di wilayah Oceania seluas 0.5 juta hektar. Diperkirakan pada tahun 2030 luas Eucalyptus di Asia akan mencapai 10.6 juta hektar. Asia Pacific akan menjadi daerah yang penting dalam memproduksi kayu Eucalyptus spp. melalui hutan tanaman (Ball, 1993).

1.2. Ciri Umum Eucalyptus

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan, Eucalyptus sp. memiliki banyak kelebihan-kelebihan dibanding penanaman tanaman lain baik dari segi manfaat kayu maupun dari segi pertumbuhannya. Dari segi manfaat kayunya Eucalyptus sp. dapat digunakan untuk bahan bangunan, kusen pintu dan jendela, kayu nlapis, bahan pembungkus, korek api, dan sebagai bahan pulp dan kertas. Daun dan cabang Eucalyptus sp. dapat menghasilkan minyak yang digunakan untuk kepentingan farmasi, misalnya untuk obat gosok, obat batuk, parfum, deterjen, desinfektan dan pestisida (Sutisna dkk, 1998).

Dari segi pertumbuhannya Eucalyptus sp. merupakan salah satu tanaman yang bersifat fast growing (tanaman cepat tumbuh). Eucalyptus sp. juga dikenal sebagai tanaman yang dapat bertahan hidup pada musim kering. Tanaman Eucalyptus sp. mempunyai system perakaran yang dalam namun jika ditanam di daerah dengan curah hujan sedikit maka perakarannya cenderung membentuk jaringan rapat dekat permukaan tanah untuk memungkinkan menyerap setiap tetes air yang jatuh di cekaman itu (Poerwowidodo, 1991)

Eucalyptus spp.

Jenis Eucalyptus spp merupakan jenis yang tidak membutuhkan persyaratan yang tinggi terhadap tanah dan tempat tumbuhnya, jenis Eucalyptus spp termasuk jenis yang sepanjang tahun tetap hijau dan sangat membutuhkan cahaya. Kayunya mempunyai nilai ekonomis yang cukup tinggi untuk dipakai sebagai kayu gergajian, konstruksi, vinir, bahan pulp dan kertas, oleh karena itu jenis tanaman ini cenderung untuk selalu dikembangkan (Ayensu, 1980).

Nama Botani dari Eucalyptus grandis adalah Eucalyptus grandis Hill ex Maiden. Eucalyptus grandis adalah nama lain dari Eucalyptus saligna var. pallidivalvis Baker et Smith. Di dunia perdagangan sering disebut Flooded gum, rose gum.

Taksonomi dari Eucalyptus grandis sebagai berikut:

Divisio : Spermathophyta

Sub Divisio : Angispermae

Kelas : Dikotyledon

Ordo : Myrtales

Family : Myrtaceae

Genus : Eucalyptus

Species : Eucalyptus grandis (Ayensu et.al, 1980).

Eucalyptus merupakan Flora Khas tumbuh di pulau Papua dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Tanaman Eucalyptus pada umumnya berupa pohon kecil hingga besar, tingginya 60-87 m. Batang utamanya berbentuk lurus, dengan diameter hingga 200 cm. Permukaan pepagan licin, berserat berbentuk papan catur. Daun muda dan daun dewasa sifatnya berbeda, daun dewasa umumnya berseling kadang-kadang berhadapan, tunggal, tulang tengah jelas, pertulangan sekunder menyirip atau sejajar, berbau harum bila diremas. Perbungaan berbentuk payung yang rapat kadang-kadang berupa malai rata di ujung ranting. Buah berbentuk kapsul, kering dan berdinding tipis. Biji berwarna coklat atau hitam. Marga Eucalyptus termasuk kelompok yang berbuah kapsul dalam suku Myrtaceae dan dibagi menjadi 7-10 anak marga, setiap anak dibagi lagi menjadi beberapa seksi dan seri (Sutisna dkk, 1998).

2.2 Penyebaran dan Habitat Eucalyptus

Marga Eucalyptus terdiri atas 500 jenis yang kebanyakan endemik di Australia. Hanya 2 jenis tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Filiphina) yaitu Eucalyptus urophylus dan Eucalyptus deglupta. Beberapa jenis menyebar dari Australia bagian utara menuju Malesia bagian timur. Keragaman terbesar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Baratdaya. Pada saat ini beberapa jenis ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di kawasan Malesia, juga di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Selatan dan Amerika Tengah (Sutisna dkk, 1998).

Daerah penyebaran Eucalyptus spp. Meliputi Australia, New Britania, Papua, dan Tazmania. Beberapa spesies juga ditemukan di Irian Jaya, Sulawesi, NTT, dan Timur-Timur. Genus Eucalyptus spp terdiri atas 500 spesies yang kebanyakan endemic di Australia. Hanya ada 2 spesies yang tersebar di wilayah Malesia (Maluku, Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Filipina) yaitu E. urophylla dan E. deglupta. Beberapa spesies menyebar di Australia bagian utara menuju bagian timur. Spesies ini banyak tersebar di daerah-daerah pantai New South Wales dan Australia bagian Barat Daya. Pada saat ini beberapa spesies ditanam di luar daerah penyebaran alami, misalnya di Benua Asia, Afrika bagian Tropika dan Subtropika, Eropa bagian Selatan, Amerika Tengah (Darwo, 1997)

Tanaman ini dapat bertunas kembali setelah dipangkas dan agak tahan terhadap serangan rayap. Jenis ini termasuk cepat pertumbuhannya terutama pada waktu muda. Sistem perakarannya yang sangat muda cepat sekali memanjang menembus ke dalam tanah. Intensitas penyebaran akarnya kea rah bawah hampir sama banyaknya dengan ke arah samping.

Hampir semua jenis Eucalyptus berdaptasi dengan iklim muson. Beberapa jenis bahkan dapat bertahan hidup di musim yang sangat kering, misalnya jenis-jenis yang telah dibudidayakan yaitu Eucalyptus alba, Eucalyptus camaldulensis, Eucalyptus citriodora, Eucalyptus deglupta adalah jenis yang beradaptasi pada habitat hutan hujan dataran rendah dan hutan pegunungan rendah, pada ketinggian hingga 1800 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan tahunan 2500-5000 mm, suhu minimum rata-rata 230 dan maksimum 310 di dataran rendah, dan suhu minimum rata-rata 130 dan maksimum 290 di pegunungan (Sutisna dkk, 1998).

Menurut Rockwood et al (2008), Pada tahun 2000, India memiliki luas tanaman Eucalyptus terbesar di dunia yaitu mencapai 8 juta hektar, kemudian disusul negara Brazil dengan luas 3 juta hektar dengan produktivitas rata-rata 45-60 m3/ha/tahun. FAO ( 2005) melaporkan bahwa pengembangan Eucalyptus sampai tahun 2005 hampir mencapai 13 juta hektar di negara utama termasuk Congo, Indonesia, China, Malaysia, Thailand, Prancis, Portugal, New Zealand dan Amerika Serikat. Bahkan negara China dilaporkan menanam Eucalyptus seluas +/- 3.500-43.000 Ha/tahun dan perkembangan hutan tanaman di China diperkirakan mencapai 325.000 1 .100.000 Ha dalam 20 tahun belakangan ini dan didominasi oleh species Eucalyptus. Pengembangan Eucalyptus species di China didominasi oleh species E.urophylla, E.teriticornis, dan beberapa hybrid seperti E.urophylla X E.grandis, E.gradis X E.urophylla dan E.teriticornis X E.urophylla terutama di 3 provinsi yaitu Hainan, Guangdong dan Guangxi dan diperkirakan mencapai penanaman 65.000 Ha/tahun dengan rata-rata MAI berkisar antara 10-20 m3/ha/tahun tergantung kepada lokasi dan tingkat manajemen hutan tanaman. China awalnya mengembangkan 2 jenis Eucalyptus yaitu E.citodora dan E.exserta pada tahun 1960-1980, tetapi kemudian sejak tahun 1980 melakukan berbagai penelitian species Eucalyptus lainnya termasuk pembuatan hybrid untuk menemukan klon-klon yang sesuai dengan iklim dan tanah di China. Berbagai species yang diuji adalah E.grandis, E.urophylla, E.camaldulensis, E.wetarensis, E.pellita, E.dunii, E.globulus, E.simithii, E.cloeziana, E.maidenii, E.salina dan E.benthamii. Disebutkan pula selain menguji species dan provenance, juga dilakukan kegiatan breeding untuk menemukan klon-klon unggulan dan dari klon yang telah terseleksi diperoleh potensi pertumbuhan antara 40-50 m3/ha/tahun, walaupun pertumbuhan Eucalyptus di komersial plantation di China mempunyai range yang luas yaitu antara 10-70 m3/ha/tahun sedangkan Lal (2003) menyebutkan, clone Eucalyptus di India rata-rata menghasilkan MAI 20-25m3/ha/tahun pada skala komersial, walaupun dibeberapa daerah dapat menghasilkan MAI 50 m3/ha/tahun.

1.3. Jenis-jenis Tanaman Eucalyptus.

Menurut Webb et al (1984), Berikut disajikan informasi mengenai masing-masing spesies Eucalyptus yang umum dikembangkan sebagai tanaman pokok Hutan Tanaman (Forest plantation) di berbagai belahan dunia terutama di daerah tropis:

a. Eucalyptus urophylla

Eucalyptus urophylla S.T. Blake. Nama urophylla berasal dari bahasa latin ura = ekor dan phyllon = daun. Species ini memiliki bentuk daun yang mirip dengan Eucalyptus decaisneana dan Eucalyptus alba, bahkan beberapa orang sering keliru untuk menentukan E. urophylla karena mirip dengan kedua spesies diatas. Sinonim : Eucalyptus alba Reinw. ex Blume Eucalyptus decaisneana Blume. Eucalyptus urophylla termasuk kedalam family Myrtaceae (jambu-jambuan).

Pada tempat penyebaran alaminya di hutan alam, spesies ini memiliki tinggi pohon hingga 24-45 m dan memiliki diameter hingga lebih dari 1 m, dengan batangnya yang bundar dan lurus yang mencapai setengah hingga dua pertiga dari seluruh tinggi pohon. Spesies E.urophylla juga pernah ditemukan memiliki tinggi hingga 55 m dengan diameter lebih dari 2 m. Pada kondisi lingkungan yang ekstrim spesies ini bisa sangat berbeda dengan pertumbuhannya di lingkungan yang baik, di lingkungan yang ekstrim spesies ini bisa hanya berupa semak berkayu dengan batang yang berbonggol dan memiliki tinggi hanya beberapa meter saja. Spesies ini dikenal juga memiliki karakteristik kulit batang yang dipengaruhi oleh kelembaban udara dan ketinggian tempat tumbuh, pohon yang tumbuh di bawah ketinggian 1000 m d.p.l. yang ditemukan di pulau Alor dan Flores memiliki kulit yang relatif halus. Sementara pohon yang hidup pada tapak dengan ketinggian 1000 m d.p.l. - 2000 m d.p.l. seperti yang terdapat di Pulau Timor dengan kondisi yang lembab, kulit pohonnya biasanya bergaris-garis dangkal.

Sebaran alami spesies E.urophylla berada di Indonesia. Sebaran utamanya ada di pulau Timor, Alor dan Wetar, tetapi beberapa populasi kecil spesies ini juga ditemukan di Pulau Flores, Adonara, Lomblen dan Pantar. Lokasi sebaran alaminya memanjang dalam jarak sekitar 500 km antara 122 Bujur Timur hingga 127 Bujur Timur, 730-10 Lintang Selatan, ketinggian 90 2200 m d.p.l. Luasnya rentang ketinggian tempat tumbuh E.urophylla menjadikannya sebagai spesies dari genus Eucalyptus yang memiliki rentang ketinggian tempat tumbuh yang paling besar.

Eucalyptus urophylla tersebar dari mulai daerah beriklim panas, humid hingga sub-humid. Tumbuh pada areal dengan ketinggian 400 m d.p.l. dengan suhu rata-rata tahunan 25C hingga ketinggian 1900 m d.p.l. dengan suhu rata-rata tahunan 15C. Di Pulau Timor banyak tegakan E.urophylla tumbuh pada ketinggian di atas 1000 m d.p.l. dimana kondisi lingkungannya sering berkabut, dengan curah hujan 1300-2200 mm/tahun dan musim kering dalam rentang 3-4 bulan. Walaupun demikian di pulau lain di tempat sebaran alaminya, spesies ini tumbuh juga pada daerah kering dengan curah hujan 800-1500 mm dengan musim kering dalam rentang 5-8 bulan.

Eucalyptus urophylla secara umum ditemukan menjadi spesies dominan pada hutan sekunder di pegunungan. Tumbuh pada lereng-lereng gunung dan lembah. Tumbuh baik pada tanah yang dalam, lembab/basah, berdrainase baik dengan pH yang yang mendekati netral yang terbentuk dari letusan gunung berapi atau perubahan bentuk dari batuan.

b. Eucalyptus Pellita

Eucalyptus pellita F. Muell. Pertama kali dipublikasikan pada tahun 1864. Nama pellita berasal dari pellitus = Kulit Penutup, istilah ini mengacu pada daunnya yang mepunyai lapisan epidermis. Eucalyptus pellita memiliki ukuran pohon medium dengan tinggi pohon mencapai 40 m dan diameter mencapai 1 m. Memiliki batang yang lurus hingga setengah bagian dari tinggi pohon. Pada kondisi lingkungan yang tidak sesuai spesies ini hanya mampu mencapai tinggi 15-20 m saja.

Eucalyptus pellita tersebar di dua daerah utama yaitu, di daerah Muting Papua dan Papua New Guinea serta di Queensland. Berada dalam letak geografis 1245-1840 Lintang Selatan (Untuk daerah sebaran di Australia) dan 730-835 Lintang Selatan (untuk daerah sebaran di Papua). Ketinggian tempat tumbuh dari 0-800 m d.p.l. (untuk sebaran Australia) dan 30-90 m d.p.l (untuk sebaran di Papua).

Di Papua populasi spesies ini tersebar terpencar (scatter), tumbuh dilokasi yang berada diantara area terbuka yang basah karena memiliki drainase yang buruk dan hutan hujan yang subur. Tempat tumbuhnya memanjang dan sempit ditengah-tengah kedua lokasi tersebut, dengan lebar sekitar 100 m saja. Tanah tempat tumbuhnya sangat bervariasi dari mulai tanah dangkal berpasir yang bercampur batu-batuan, tanah podsolik dangkal, juga tanah lempung yang dalam. Di Papua spesies ini ditemukan tumbuh juga pada kondisi tanah berwarna merah dengan tekstur liat dan lempung liat.

Eucalyptus pellita (mahoni merah/red mahagony), tumbuh pada areal hutan terbuka. Berasosiasi dengan E.teriticornis, E.tessellaris, E.intermedia, E.torelliana. Di papua E.pellita berasosiasi dengan E.brassiana, dan diketahui terjadi hybrid antar keduanya. Selain itu di Papua juga berasosiasi dengan Acacia aulacocarpa, A.mangium, Laphostemon suaveolans (Paijman 1976).

c. Eucalyptus Camaldulensis

Eucalyptus camaldulensis Dehnh. Nama camaldulensis berasal dari nama kota Camalduli, di Tuscany Italia, tempat dimana spesies ini dibudidayakan. Spesies ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1832. Eucalyptus camaldulensis termasuk kedalam family Myrtaceae (jambu-jambuan).

Di Australia, E.camaldulensis rata-rata mencapai tinggi pohon 20 m, bahkan ada yang mencapai tinggi 50 m, dengan DBH mencapai 1-2 m atau lebih. Di areal terbuka dengan jumlah tanaman yang jarang, spesies ini membentuk pohon yang pendek, dengan batang yang gemuk dan berbonggol, serta tajuk yang lebar. Di plantation, spesies ini mampu tumbuh hingga mencapai tinggi batang 20 m, dengan tajuk yang tidak terlalu lebar. Kulitnya halus dan putih, abu-abu, atau kecoklatan.

Eucalyptuscamaldulensis tersebar luas pada berbagai lokasi, seperti layaknya genus Eucalyptus lainnya. Terutama di daratan Australia. Tumbuh disepanjang aliran air dan dataran rendah yang tergenang temporer. Tetapi juga terdapat pada daerah-daerah dataran tinggi. Tersebar pada posisi geografis 1230-38 Lintang Selatan dan ketinggian tempat tumbuh 20-700 m d.p.l.

Eucalyptus camaldulensis tumbuh pada berbagai kondisi iklim, dari mulai daerah hangat hingga panas, sub-humid hingga semi-arid, dengan suhu rata-rata pada bulan kering mencapai 24-40C, dan suhu rata-rata pada bulan basah mencapai 3-15C. Rata-rata curah hujan tahunan adalah 250-600 mm. E.camaldulensis tumbuh pada berbagai type tanah. Tumbuh dengan baik pada tanah dengan tekstur liat yang tinggi (heavy clay), juga tumbuh baik pada tanah alluvial dengan tekstur pasir. E.camaldulensis merupakan spesies yang tumbuh di sepanjang tepian sungai, dan di daerah kering di Australia. Pada daerah-daerah yang mendekati dataran tinggi di Australia, spesies ini berasosiasi dengan E.coolabab, E.largiflorens, E.leucoxylon, E.microcarpa, dan E.melliondra.

d. Eucalyptus grandis

Eucalyptus grandis termasuk kedalam family Myrtaceae (jambu-jambuan). E.grandis (rose gum) adalah species utama yang tumbuh di hutan primer Queensland dan New Sout Wales Australia. Pohonnya dapat mencapai tinggi 43-55 m dan diameter mencapai 122-183 cm. Bentuk pohonnya sangat tinggi, lurus dan batang bebas cabang mencapai dua pertiga dari tinggi pohon. Kulitnya tipis dan sedikit mengelupas, kulitnya bergalur vertikal dengan permukaan yang halus, ditandai dengan salur-salur berwarna putih keperakan, abu-abu, terra cotta, atau hijau muda. Pada ketinggian hingga 2 m dari pangkal batang, kulit batang terlihat pecah-pecah secara vertikal.

Eucalyptus grandis meyebar alami pada daerah berlembah ataupun datar yang berada pada jarak sekitar 160 km dari laut, berada di Queensland dan New South Wales pada posisi geografis 26-30 Lintang Selatan dan 13 Lintang Selatan. Eucalyptus grandis tumbuh alami pada daerah dengan iklim humid sub tropis dengan rata-rata suhu minimum pada saat bulan basah adalah 2-10C, dan suhu rata-rata maksimum pada saat bulan kering adalah 29C. Curah hujan rata-rata tahunan 1020-1780 mm.

Eucalyptus grandis tumbuh pada pada daerah datar atau lereng-lereng curam di Queensland dan New South Wales. Spesies ini tumbuh dengan baik pada tempat-tempat yang lembab atau basah, berdrainase baik, tanah dalam, tanah alluvial berlempung yang berasal dari letusan gunung berapi. Spesies ini juga dapat tumbuh pada tanah dengan tekstur liat, asalkan memiliki drainase yang baik. grandis yang tumbuh di areal terbuka di tempat alaminya, berasasosiasi E. intermedia, E. pilularis, E. microcorys, E. resinifera, and E. saligna, as well as Syncarpia glomulifera, Tristania conferta, dan Casuarina torulos. Eucalyptus grandis biasanya tumbuh disekeliling hutan hujan tropis, juga terdapat di dalam hutan hujan tropis.

e. Eucalyptus Deglupta

Eucalyptus deglupta termasuk kedalam family Myrtaceae (jambu-jambuan). Pohon E.deglupta dapat mencapai tinggi 60 m-75 m, bentung batangnya lurus dan bulat dengan tinggi batang bebas cabang mencapai 50-70 % dari seluruh tinggi pohon, dengan diameter mencapai lebih dari 240 cm. Memiliki kulit batang yang halus, warannya kombinasi antara kuning, coklat dan keunguanan, tetapi biasanya berwarna hijau jika bagian luarnya terkelupas.

Eucalyptus deglupta tersebar alami di indonesia, Papua New Guinea dan Philiphina. E.deglupta memerlukan sinar matahari yang banyak, di tempat aslinya ditemukan tumbuh disepanjang sunga. Spesies ini juga ditemukan pada daerah-daerah yang sempat terbuka akibat kegiatan manusia ataupun bencana alam, seperti areal bekas terkena letusan gunung berapi, dan perladangan berpindah. E. deglupta secara umum membentuk tegakan yang murni, atau tidak berasosiasi dengan spesies lain. Walaupun demikian pada beberapa tempat E.deglupta dengan Octomeles sumatrana, sebagai spesies invasif pada hutan sekunder. E.deglupta adalah satu-satunya anggota genus Eucalyptus yang dapat beradaptasi dengan baik pada hutan hujan pegunungan dataran rendah. Spesies ini tidak dapat tumbuh dengan baik, pada daerah kering, tetapi mampu tumbuh dengan baik pada daerah dengan curah hujan tahunan tinggi yaitu diatas 1800 mm/tahun. Walaupun menyukai daerah dengan curah hujan tinggi, spesies ini tidak menyukai areal tergenang, dan sangat sensitif terhadap gangguan api. Daerah tropis dengan curah hujan tinggi, merupakan lokasi yang baik untuk mengembangkan E.deglupta dalam skala luas.

Eucalyptus deglupta tersebar di daerah dengan iklim tropis, pada ketinggian 0-1800 m d.p.l., dengan rata-rata suhu tahunan 23-31C, rata-rata curah hujan tahunan 2500-5000 mm/tahun. Eucalyptus deglupta tumbuh dengan baik pada tanah dengan teksur pasir/ringan dan tanah bertekstur lempung, tanah yang berasal dari abu vulkanik dengan pH 6-7.5, tanah dalam, dengan draianse yang baik.

1.4. Syarat Tumbuh Tegakan Eucalyptus sp.

Jenis-jenis Eucalyptus spp terutama menghendaki iklim bermusim (daerah arid) dan daerah yang beriklim basah dari tipe hujan tropis. Jenis eucalyptus spp tidak menuntut persyaratan yang tinggi terhadap tempat tumbuhnya. Eucalyptus spp dapat tumbuh pada tanah yang dangkal, berbatu-batu, lembab, berawa-rawa, secara periodic digenangi air, dengan variasi kesuburan tanah mulai dari tanah-tanah kurus, gersang, sampai tanah yang baik dan subur. Jenis Eucalyptus spp dapat tumbuh di daerah beriklim A sampai C dan dapat dikembangkan mulai dari dataran rendah sampai daerah pegunungan yang tingginya per tahun yang sesuai bagi pertumbuhannya antara 0-1 bulan dan suhu rata-rata per tahun 20-32oC. Jenis tanah yang digunakan dalam pertanaman Eucalyptus spp ini adalah jenis tanah litosol dan regosol podsolik.

2.5 Pemanfaatan Eucalyptus

Kayu Eucalyptus digunakan antara lain untuk bangunan di bawah atap, kusen pintu dan jendela, kayu lapis, bahan pembungkus, korek apai, bubur kayu (pulp), kayu bakar. Beberapa jenis digunakan untuk kegiatan reboisasi. Daun dan cabang dari beberapa jenis Eucalyptus menghasilkan minyak yang merupakan produk penting untuk farmasi, misalnya untuk obat gosok atau obat batuk, parfum, sabun, ditergen, disinfektan dan pestisida. Beberapa jenis menghasilkan gom (kino). Bunga beberapa jenis lainnya menghasilkan serbuk sari dan nektar yang baik untuk madu. Beberapa jenis ditanam sebagai tanaman hias (Sutisna dkk, 1998).

2.6 Pertumbuhan dan Hasil Tegakan

Menurut Davis and Jhonson (1987) pertumbuhan didefinisikan sebagai pertambahan dari jumlah dan dimensi pohon, baik diameter maupun tinggi yang terdapat pada suatu tegakan. Pertumbuhan ke atas (tinggi) merupakan pertumbuhan primer (initial growth), sedangkan pertumbuhan ke samping (diameter) disebut pertumbuhan sekunder (secondary growth). Pertumbuhan tegakan didefinisikan sebagai perubahan ukuran dan sifat terpilih tegakan (dimensi tegakan) yang terjadi selama periode waktu tertentu, sedangkan hasil tegakan merupakan banyaknya dimensi tegakan yang dapat dipanen yang dikeluarkan pada waktu tertentu. Perbedaan antara pertumbuhan dan hasil tegakan terletak pada konsepsinya yaitu produksi biologis untuk pertumbuhan tegakan dan pemanenan untuk hasil tegakan. Pengelolaan hutan berada pada keadaan kelestarian hasil, apabila besarnya hasil sama dengan pertumbuhannya dan berlangung terus-menerus. Dapat dikatakan bahwa jumlah maksimum hasil yang dapat diperoleh dari hutan pada suatu waktu tertentu adalah kumulatif pertumbuhan sampai waktu tersebut, sedangkan jumlah maksimum hasil yang dapat dipanen secara terus-menerus setiap periode sama dengan pertumbuhan dalam periode waktu tersebut (Davis and Jhonson, 1987).

Pertumbuhan terjadi secara simultan dan bebas dari bagian-bagian pohon dan dapat diukur dengan berbagai parameter seperti pertumbuhan diameter, tinggi, luas tajuk, volume dan sebagainya. Pertumbuhan dapat diukur dalam unit-unit fisik seperti volume, luas bidang dasar dan berat. Selain itu juga dapat diukur dalam bentuk nilai variable of interest (Davis and Jhonson, 1987).

Pola pertumbuhan tegakan antara lain dinyatakan dalam bentuk kurva pertumbuhan yang merupakan hubungan fungsional antara sifat tertentu tegakan, antara lain volume, tinggi, bidang dasar, dan diameter dengan umur tegakan. Bentuk kurva pertumbuhan tegakan yang ideal akan mengikuti bentuk ideal bagi pertumbuhan organisme, yaitu bentuk signoid (Gambar 1). Bentuk umur kurva pertumbuhan kumulatif tumbuh-tumbuhan akan memiliki tiga tahap, yaitu tahap pertumbuhan eksponensial, tahap pertumbuhan mendekati linear dan pertumbuhan asimptotis (Davis and Jhonson, 1987).

2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan

Pertumbuhan banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor tempat tumbuh seperti: kerapatan tegakan, karakteristik umur tegakan, faktor iklim (temperatur, presipitasi, kecepatan angin dan kelembaban udara), serta faktor tanah (sifat fisik, komposisi bahan kimia, dan komponen mikrobiologi tanah). Diameter merupakan salah satu dimensi pohon yang paling sering digunakan sebagai parameter pertumbuhan. Pertumbuhan diameter dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi fotosintesis. Pertumbuhan diameter berlangsung apabila keperluan hasil fotosintesis untuk respirasi, penggantian daun, pertumbuhan akar dan tinggi telah terpenuhi. Pertumbuhan tinggi pohon dipengaruhi oleh perbedaan kecepatan pembentukan dedaunan yang sangat sensitif terhadap kualitas tempat tumbuh. Setidaknya terdapat tiga faktor lingkungan dan satu faktor genetik (intern) yang sangat nyata berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi yaitu kandungan nutrien mineral tanah, kelembaban tanah, cahaya matahari, serta keseimbangan sifat genetik antara pertumbuhan tinggi dan diameter suatu pohon (Davis and Jhonson, 1987).

2.8 Hama dan Penyakit yang menyerang tanaman Eucalyptus

Menurut Departemen Kehutana (1994), hama dan penyakit yang menyerang tanaman Eucalypus adalah:

a. Busuk akar.

Bagian tanaman yang diserang adalah banir dan akar. Pada kulit terdapat benang-benang berwarna puti yang apabila dibasahi berwarna kuning dan rontok, ranting mati. Beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengatasi busuk akar yaitu poon yang sakit ditebang, tunggak dan akar di bongkar.

b. Rengas, rinyuh atau rayap (Coptotermes curvignatus).

Bagian yang diserang adalah batang dan akar. Rayap mulai menyerang dari akar samping atau akar tunggang. Tanda yang lain yang dapat dilihat yaitu pangkal batang dari pohong yang terserang berwarna coklat hitam. Untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan menghancurkan sarangnta atau mencampur insektisita tertentu disekitar tanaman misalnya dieldrin atau aldrin.

c. Cendawan akar putih (Corticium Salmonicolor).

Bagian yang diserang biasanya bagian bawah dari cabang dan ranting. Bagian tersebut akan tampak adanya lapisan benang-benang cendawan yang berwarna putih yang lama kelamaan menjadi merah jingga. Kulit pohon dibawah benang menjadi belah dan busuk. Cara untuk mengatasinya dengan memperbanyak maksudnya udara dan sinar matahari. Serangan yang masih baru diberi fungisida kemudian di kupas dan dibakar. Apabila serangan sudah lanjut, pohon ditebang dan dibakar.

d. Cendawan akar merah (Ganoderma pseudoferreum).

Akibat serangan ini pohon menjadi layu dan merana dan bila serangan sudah lanjut pohon akan mati. Cara mengatasinya dengan menebang pohon yang sakit, membongkar tunggak dan akarnya dibakar atau dengan menggunakan fungisida pada bekas tanaman atau pohon yang diserang.

e. Kumbang.

Hama ini menyerang tanaman terutama daun, warnanya putih dan bisa pindah dari pohon satu ke pohon yang lai dengan ara terbang. Hama ini biasanya terlihat pada petegahan musim kemarau. Cara mengendalikannya dengan menyemprotkan insektisida dengan jenis (decis, curacron) dosis 2 ml/ltr air.

DAFTAR PUSTAKA

Davis, L.S and K. N. Jhonson. 1987. Forest Management. Mc Graw-Hill Book Company. Newyork.

Sutisna, U., T. Kalima dan Purnadjaja. 1998. Pedoman Pengenalan Pohon Hutan di Indonesia. Disunting oleh Soetjipto, N.W dan Soekotjo. Yayasan PROSEA Bogor dan Pusat diklat Pegawai & SDM Kehutanan. Bogor.

Badan LITBANG Departemen Kehutanan.1994.Pedoman Teknis Penanaman Jenis-Jenis Kayu Komersial.