makalah etika utang piutang
TRANSCRIPT
1
ETIKA UTANG PIUTANG
Dosen Pengampu:
Dr. Saifuddin Zuhri, S.Th.I, MA
Disusun Oleh:
M. Irwansyah (14530092)
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2016
2
A. Pendahuluan
Berangkat dari realitas yanga ada, bahwasan nya kebanyakan manusia tidak dapat
terlepas dari hutang piutang. Karenanya diantara mereka ada yang membutuhkan dan ada
pula yang dibutuhkan. Demikian lah keadaan manusia sebagaimana Allah menetapkan, ada
yang dilapangkan rezeki nya dan ada pula yang di persempit rezekinya.
Dalam islam hutang piutang merupakan muamalah yang diperbolehkan. Namun
dalam praktik nya masih banyak yang mengabaikan etika utang piutang itu sendiri. Misalkan
si penghutang tidak berkeinginan untuk membayar hutang nya, atau si pemberi hutang
memaksakan diri si penghutang untuk membayar hutangnya tanpa memperhatikan situasi dan
kondisi. Oleh karena itu perlu kira nya kita memperhatikan bagaimana etika atau adab yang
baik dalam utang piutang.
Dalam makalah ini, penulis mencoba sedikit memaparkan bagaimana etika atau adab
seharusnya dalam utang piutang serta sedikit menganalisanya dengan menggunakan teori
Struktural-Konflik. Tidak lupa pula disetakan hadis serta ayat-ayat al-Qur’an yang relevan
dengan tema ini.
3
B. Hadis tentang utang piutang
ثنا د بن خلف العسقلني حد ثنا محم ثنا يعلىحد قيس بن رومي عن سليمان بن يسير حد
ا خرج عطاؤه تقاضاها علقمة قال كان سليمان بن أذنان يقرض ألف درهم إلى عطائه فلم
درهم منه واشتد عليه فقضاه فكأن علقمة غضب فمكث أشهرا ثم أتاه فقال أقرضني ألف
ي تلك الخريطة المختومة التي عندك فجاءت بها إلى عطائي قال نعم وكرامة يا أم ع تبة هلم
كت منها درهما واحدا قال فلله أ ها لدراهمك التي قضيتني ما حر إن بوك ما فقال أما وللا
ل ما سمعت منك قال ما سمعت مني قال سمعتك تذكر حملك على ما فعلت بي قا
عليه وسلم قال بي صلى للا تين عن ابن مسعود أن الن ما من مسلم يقرض مسلما قرضا مر
ة ابن مسعود ك أنبأني قال كذل إل كان كصدقتها مر
(IBNUMAJAH - 2421) : Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Khalaf Al
Asqalani berkata, telah menceritakan kepada kami Ya'la berkata, telah menceritakan kepada
kami Sulaiman bin Yasir dari Qais bin Rumi ia berkata, "Sulaiman bin Udzunan meminjami
Alqamah seribu dirham sampai waktu yang telah ditentukan, ketika waktu yang telah
ditentukan habis, Sulaiman meminta dan memaksa agar ia melunasinya, Alqamah pun
membayarnya. Namun seakan-akan Alqamah marah hingga ia berdiam diri selama beberapa
bulan. Kemudian Alqamah datang kembali kepadanya dan berkata, "Pinjami aku seribu
dirham sampai batas waktu yang telah engkau berikan kepadaku dulu." Sulaiman menjawab,
"Baiklah, dan dengan rasa hormat wahai Ummu Utbah, berikanlah kantung milikmu yang
tertutup itu." Ia pun datang dengan membawa kantung tersebut, kemudian Sulaiman berkata,
"Demi Allah, sesungguhnya itu adalah dirham-dirham milikmu yang pernah engkau bayarkan
kepadaku, aku tidak merubah dirham itu sedikitpun." Alqamah berkata, "Demi Allah, apa
yang mendorongmu melakukan ini kepadaku?" ia menjawab, "Karena sesuatu yang aku
dengar darimu." Ia bertanya, "Apa yang kamu dengar dariku?" ia menjawab, "Aku
mendengarmu menyebutkan dari Ibnu Mas'ud berkata, "Sesungguhnya Nabi shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidaklah seorang muslim memberi pinjaman kepada orang lain
dua kali, kecuali seperti sedekahnya yang pertama." Ia berkata, "Seperti itu pula yang di
beritakan Ibnu Mas'ud kepadaku."1
1 Software Lidwa
4
C. Kritik Sanad
Adapun perawi hadis di atas ialah sebagai berikut:
Adapun tarikh ar-ruwaah dan al-jarh wa at-ta’dil perawi hadis di atas ialah sebagai berikut:
1. Muhammad bin Khalaf
Nama Lengkap beliau adalah Muhammad bin Khalaf bin 'Ammar. Beliau memiliki
Kuniyah Abu Nashr. Ia tinggal di Syam dan wafat pada tahun 260 H. Berasal dari kalangan
Tabi'ul Atba' kalangan pertengahan. Beliau berguru diantaranya dengan Ya'laa bin 'Ubaid bin
Alqamah bin Qays
Qais bin Ruwmiy
Sulaiman bin Yasiir
Ya'laa
Abdullah bin Mas'ud
Muhammad bin Khalaf
5
Umayyah, dan murid nya diantara nya Ibn Majah. Komentar ulama diantaranya Ibnu Hajar al
'Asqalani Tsiqah.
2. Ya'laa
Nama lengkap beliau adalah Ya'laa bin 'Ubaid bin Umayyah. Ia memiliki Kuniyah Abu
Yusuf. Beliau hidup di Kufah dan wafat pada tahun 209 H. Berasal dari kalangan Tabi'ut
Tabi'in kalangan biasa. Beliau berguru diantaranya dengan Sulaiman binYasir, dan murid
beliau diantaranya Muhammad bin Khalaf. Pendapat ulama diantaranya Ibnu Hajar al
'Asqalani Tsiqah.
3. Sulaiman bin Yasiir
Nama lengkap beliau adalah Sulaiman binYasir. Ia memiliki kunyah Abu Ash Shabbah.
Semasa hidup beliau di Kufah dan berasal dari kalangan Tabi'in (tdk jumpa Shahabat). Beliau
berguru diantaranya dengan Qais bin Ruwmiy dan murid beliau diantaranya adalah Ya’laa
bin ‘Ubaid. Komentar para ulama diantaranya adalah Ibnu Hajar al 'Asqalani dla'if,
4. Qais bin Ruwmiy
Nama lengkap beliau adalah Qais bin Ruwmiy. Berasal dari kalangan Tabi'in (tdk jumpa
Shahabat). Guru beliau diantaranya adalah Alqamah bin Qais dan murid beliau diantara nya
adalah Alqamah bin Qais. Komentar para ulama diantaranya Ibnu Hajar al 'Asqalani majhul.
5. Alqamah bin Qais
Nama lengkap beliau adalah Alqamah bin Qays bin 'Abdullah bin Malik bin 'Alqamah. Ia
memiliki kunyah Abu Syabul. Semasa hidup beliau berada di Kufah dan wafat pada tahun 62
H. Beliau berasal dari kalangan Tabi’in kalangan tua. Guru beliau diantaranya Abdullah bin
Mas’ud dan murid beliau diantaranya adalah Qais bin Ruwmiy. Komentar para ulama
diantara nya Ibn Hibban mengatakan Tsiqah.
6. Ibn Mas’ud
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Mas'ud bin Ghafil bin Habib. Ia memiliki
kunyah Abu 'Abdur Rahman. Semasa hidup beliau di Kufah dan wafat pada tahun 32 H.
Beliau merupakan kalangan sahabat. Guru beliau diantara nya adalah rasulullah dan murid
beliau diantara nya adalah Alqamah bin Qais. Komentar para ulama diantara nya. Komentar
para diantara Ibn Hibban mengatakan Tsiqah.
6
Dari keterangan yang didapat diatas bahwa ada perawi yang menurut ulama dhaif atau
majhul yaitu Sulaiman bin Yasir dan Qais bin Ruwmi, sehingga status sanad hadis tidak
shahih.
D. Kritik Matan
a. Kajian linguistik
Lafad يقرض merupakan fi’il mudhari dari قرض yang memiliki arti memotong.2 Dikatakan
demikian karena orang yang memberikan utang memotong sebagian dari hartanya untuk
diberiakan kepada orang yang menerima utang.3 Sedangkan dalam KBBI utang adalah uang
yang dipinjam dari orang lain.4
b. Kajian tematis komprehensif
Kajian tematis komprehensif yaitu kajian hadis dengan mempertimbangkan teks-teks
hadis yang memiliki tema yang relevan dengan tema hadis yang bersangkutan dalam rangka
mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif.
Adapun hadis-hadis yang relevan mengenai utang piutang adalah sebagai berikut:
أخبرنا أحمد بن عمي بن المثنى، قال: حدثنا يحيى بن معين، قال: حدثنا 1.معتمر بن سميمان، قال: قرأت عمى الفضيل أبي معاذ، عن أبي حريز، أن إبراىيم
ن يزيد، كان يستقرض من تاجر، فإذا خرج عطاؤه قضاه، فقال حدثو، أن األسود ب رت عنك، فإنو قد كانت عمينا حقوق في ىذا العطاء، فقال لو األسود: إن شئت أخ
خمس مئة درىم حتى إذا قبضيا، قال لو التاجر: لست فاعال، فنقده األسود التاجر: دونكيا، فخذ بيا، فقال لو األسود: قد سألتك ىذا فأبيت، فقال لو التاجر:
" من بي المو كان يقول: إني سمعتك تحدثنا، عن عبد المو بن مسعود، أن ن 5أقرض المه مرتين كان له مثل أجر أحدهما لو تصدق به "
2 A. W. Munawwir, Kamus al-Munawwir Arab-Indo (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997).
3 Ahmad Wardi Muslich, Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH,2010), hlm.273
4 KBBI
5 Software Gawami al Kalem
7
Artinya: Dari Abdullah Ibn Mas’ud bahwa sesungguhnya Nabi SAW bersabda: Barang siapa
yang memberikan utang atau pinjaman kepada Allah dua kali, maka ia akan memperoleh
pahala seperti pahala salah satunya andaikan ia menyedahkannya. (HR. Ibnu Hibban)
ثىا أبو عواوت عه العمش عه أبي صالح عه أبي ريرة قال 2. ثىا قتيبت حد حد
ويا وفس قال رسول للا وسلم مه وفس عه مؤمه كربت مه كرب الد علي صلى للا
ويا والخرة في الد عى كربت مه كرب الخرة ومه ستر على مسلم ستري للا للا
في عون العبد م وللا ا كان العبد في عون أخي
(TIRMIDZI - 1345) : Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada
kami Abu 'Awanah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa meringankan seorang mukmin dari
kesusahan dunia maka Allah akan meringankan baginya dari kesusahan akhirat, barangsiapa
menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di dunia dan akhirat. Dan
Allah akan selalu menolong hambaNya selama hambaNya menolong saudaranya."6
Dari kedua hadis diatas dapat dipahami bahwa utang diperbolehkan. Dalam hadis
yang pertama bahwa memberikan utang atau pinjaman dua kali nilainya sama dengan
memberikan sedekah satu kali. Sedangkan hadis yang kedua disebutkan bahwa jika seseorang
memberikan pertolongan kepada orang lain, maka Allah akan memberikan pertolongan
kepadanya di dunia dan akhirat. Ini berarti bahwa memberikan utang atau pinjaman
merupakan perbuatan yang sangat terpuji karena bisa meringankan beban orang lain.
c. Kajian konfirmatif
Salah satu indikator keshahihan dan kemaqbulan suatu hadis tidak bertentangan dengan
al-Qur’an. Beberapa ayat al-Qur’an yang menurut penulis memiliki keterkaitan dengan tema
utang piutang diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Surah al-Baqarah ayat 245
6 Software Lidwa
8
245. siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan
hartanya di jalan Allah), Maka Allah akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.
2. Surah al-Hadid ayat 11
11. siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, Maka Allah akan melipat-
gandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan Dia akan memperoleh pahala yang banyak.
3. Surah at-Taghabun ayat 17
17. jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipat gandakan
balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha pembalas Jasa lagi Maha Penyantun.
9
E. Analisis
Dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan manusia tidak terlepas dari hutang piutang.
Sebab diantara mereka ada yang membutuhkan dan ada pula yang dibutuhkan. Demikianlah
keadaan manusia sebagaimana Allah tetapkan, ada yang dilapangkan rezeki nya dan ada pula
yang disempit rezekinya, bahkan hampir tidak cukup memenuhi kebutuhan pokok sehingga
mendorong untuk mendapatkan pinjaman kepada orang yang dipandang mampu dan bersedia
meminjamkan nya.
Disamping adanya syarat dan rukun utang piutang, juga terdapat ketentuan-ketentuan
mengenai etika atau adab yang harus diperhatiakan dalam utang piutang, diantaranya:7
1. Pinjaman hendaknya dilakukan atas dasar adanya kebutuuhan yang mendesak disertai
niat dalam hati akan membayarnya atau mengembalikannya.
2. Pihak yang berpiutang hendaknya berniat memberikan pertolongan kepada pihak
yang berhutang. Bila yang meminjam belum mampu mengembalikan, pihak yang
memberikan utang memberikan waktu penundaan untuk membayarnya. Dan jika yang
meminjam betul-betul tidak mampu mengembalikan maka yang meminjamkan
hendaknya membebaskannya. Sebagaimana firman Allah dalam al-Qur’an surah al-
Baqarah ayat 280.
280. dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia
berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika
kamu mengetahui.
3. Demi terjaganya hubungan baik hendaknya utang piutang diperkuat dengan tulisan
dari kedua belah pihak dengan disaksikan dua orang saksi laki-laki atau dengan
seorang saksi laki-laki dan dua orang saksi wanita.
4. Ketika mengembalikan utang atau pinjaman hendaknya peminjam mengembalikan
pinjaman sesuai dengan kualitas dan kuantitas barang yang dipinjam dan bila
mungkin sebagai rasa terima kasih peminjam mengembalikan pinjaman dengan
kualitas dan kuantitas yang lebih baik.
7 Abdul Rahman Ghazaly,dkk, Fiqh Muamalat (Jakarta:KENCANA, 2010), hlm. 253
10
5. Pihak yang berutang bila telah mampu membayar pinjaman atau utangnya hendaklah
mempercepat bayar utangnya.
Selanjutnya penulis sedikit menganalisa dengan menggunakan teori struktural konflik,
yang menekankan pengaruh perilaku dari distribusi kemudahan yang tidak merata yang
dalam masyarakat.8 Ada beragam struktur ketidaksetaraan di masyarakat. Kelompok etnik
mungkin tidak setara, muda dan tua mungkin tidak setara, laki-laki dan perempuan mungkin
tidak setara, orang-orang yang memiliki pekerjaan yang berbeda bisa tidak setara, orang-
orang yang berbeda agama bisa tidak setara, dan seterusnya. Kemudahan yang tidak setara
yang melekat pada kelompok tersebut juga bermacam-macam. Berbagai kelompok bisa
memiliki kekuasaan, wewenang, prestise, kekayaan, atau kombinasi unsur-unsur tersebut
dengan kemudahan lainnya.9 Nah dalam utang piutang juga biasa nya ada distribusi
kemudahan yang tidak merata atau adanya ketidaksetaraan antara yang berhutang dengan
yang memberi hutang. Biasa nya yang berhutang memiliki perekonomian yang lebih rendah,
bahkan terkadang tidak mencukupi kebutuhan pokok, yang berimplikasi menuntut nya untuk
berhutang agar kebutuhan nya terpenuhi.
8 Pip jones, Pengantar Teori-teori Sosial dari Fungsionalisme hingga post-modernisme (Jakarta: Yayasan Obor
Pustaka,2010),hlm.15 9 Ibid
11
F. Kesimpulan
Dapat dipahami bahwa utang dalam Islam diperbolehkan. Tanpa mengabaikan syarat dan
rukun utang, perlu kiranya memperhatikan etika atau adab dalam utang piutang. Realitas
utang piutang setidaknya dapat dianalisa dengan menggunakan teori Struktural-Konflik,
dimana distribusi kemudahan yang tidak merata ditinjau dari ekonomi. Utang piutang juga
mempunyai banyak keutamaan karena meringankan beban orang yang berhutang,
sebagaimana yang tercantum dalam al-Qur’an dan Hadis nabi.
12
DAFTAR PUSTAKA
Ghazaly .Abdul Rahman,dkk. Fiqh Muamalat (Jakarta:KENCANA, 2010)
Jones, Pip. Pengantar Teori-teori Sosial dari Fungsionalisme hingga post-modernisme
.(Jakarta: Yayasan Obor Pustaka,2010)
KBBI
Munawwir ,A. W.,Kamus al-Munawwir Arab-Indo (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997).
Muslich ,Ahmad Wardi. Fiqh Muamalat (Jakarta: AMZAH,2010)
Software Lidwa
Software Gawami al Kalem