makalah ekonomi lingkungan dampak penambangan
TRANSCRIPT
TUGAS MAKALAH EKONOMI LINGKUNGAN
DAMPAK KEGIATAN PENAMBANGAN TERHADAP PENCEMARAN AIR
DAN PEREKONOMIAN NELAYAN
NAMA : POPPY PURNAMA SARINIM : 114110019
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang mempunyai potensi sumber daya alam
yang melimpah, baik itu sumber daya alam hayati maupun sumber daya alam non-
hayati. Sumber daya mineral merupakan salah satu jenis sumber daya non-hayati.
Sumber daya mineral yang dimiliki oleh Indonesia sangat beragam baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya. Endapan bahan galian pada umumnya tersebar secara
tidak merata di dalam kulit bumi. Sumber daya mineral tersebut antara lain : minyak
bumi, emas, batu bara, perak, timah, dan lain-lain. Sumber daya itu diambil dan
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.
Sumber daya alam merupakan salah satu modal dasar dalam pembangunan nasional,
oleh karena itu harus dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat dengan
memperhatikan kelestarian hidup sekitar. Salah satu kegiatan dalam memanfaatkan
sumber daya alam adalah kegiatan penambangan bahan galian, tetapi kegiatan–kegiatan
penambangan selain menimbulkan dampak positif juga dapat menimbulkan dampak
negatif terhadap lingkungan hidup terutama perusahaannya, bentang alam, berubahnya
estetika lingkungan, habitat flora dan fauna menjadi rusak, penurunan kualitas tanah,
penurunan kualitas air atau penurunan permukaan air tanah, timbulnya debu dan
kebisingan.
Sumber daya mineral yang berupa endapan bahan galian memiliki sifat khusus
dibandingkan dengan sumber daya lain yaitu biasanya disebut wasting assets atau
diusahakan ditambang, maka bahan galian tersebut tidak akan “tumbuh” atau tidak
dapat diperbaharui kembali. Dengan kata lain industri pertambangan merupakan industri
dasar tanpa daur, oleh karena itu di dalam mengusahakan industri pertambangan akan
selalu berhadapan dengan sesuatu yang serba terbatas, baik lokasi, jenis, jumlah maupun
mutu materialnya. Keterbatasan tersebut ditambah lagi dengan usaha meningkatkan
keselamatan kerja serta menjaga kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dengan demikian
dalam mengelola sumberdaya mineral diperlukan penerapan sistem penambangan yang
sesuai dan tepat, baik ditinjau dari segi teknik maupun ekonomis, agar perolehannya
dapat optimal (Prodjosoemanto, 2006 dalam Ahyani, 2011).
Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang diandalkan pemerintah
Indonesia untuk mendatangkan devisa. Selain mendatangkan devisa industri
pertambangan juga menyedot lapangan kerja dan bagi Kabupaten dan Kota merupakan
sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Kegiatan pertambangan merupakan suatu
kegiatan yang meliputi: Eksplorasi, eksploitasi, pengolahan pemurnian, pengangkutan
mineral/bahan tambang. Industri pertambangan selain mendatangkan devisa dan
menyedot lapangan kerja juga rawan terhadap pengrusakan lingkungan. Banyak
kegiatan penambangan yang mengundang sorotan masyarakat sekitarnya karena
pengrusakan lingkungan, apalagi penambangan emas tanpa izin yang selain merusak
lingkungan juga membahayakan jiwa penambang karena keterbatasan pengetahuan si
penambang dan juga karena tidak adanya pengawasan dari dinas instansi terkait
(Yudhistira, 2008 dalam Ahyani 2011).
Seperti juga perusahaan pertambangan raksasa, masyarakat yang menambang ini
juga dituding sebagai sumber terjadinya degradasi lingkungan. Meskipun dianggap
termasuk sebagai pemicu peristiwa degradasi lingkungan, ancaman yang paling serius
dari mereka ternyata adalah adanya pencemaran merkuri. Pencemaran ini terjadi sebagai
akibat para penambang (dalam hal ini adalah penambang emas primer) tersebut
menggunakan merkuri dalam usaha memisahkan emas dari material pembawanya.
Selanjutnya merkuri yang tercampur dengan dengan air buangan kemudian mencemari
air tanah dan sungai.
1.2 Rumusan Masalah
1. Seberapa besar tingkat pencemaran perairan akibat kegiatan penambangan?
2. Apakah pengaruhnya terhadap perekonomian nelayan?
3. Apakah solusi dari permasalahan tersebut?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui tingkat pencemaran perairan yang terjadi akibat kegiatan
penambangan.
2. Mengetahu pengaruh pencemaran tersebut terhadap perekonomian nelayan.
3. Menemukan solusi dari permasalahan tersebut.
1.4 Manfaat
1. Sebagai penambah wawasan mengenai bagaimana menanggulangi
pencemaran perairan akibat kegiatan pertambangan
2. Sebagai informasi masyarakat umum
BAB 2
TINJAUAN UMUM
2.1. Kegiatan Pertambangan
Usaha pertambangan merupakan kegiatan untuk mengoptimalkan pemanfaatan
sumber daya alam tambang (bahan galian) yang terdapat dalam bumi Indonesia.
Pembangunan pertambangan bertujuan untuk menyediakan bahan baku bagi industri
dalam negeri, meningkatkan ekspor dan penerimaan negara serta memperluas
kesempatan berusaha dan lapangan kerja.
Usaha pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batu
bara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan,
kostruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
pasca tambang. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha pertambangan
bahan-bahan galian dibedakan menjadi 6 (enam) macam yaitu:
1. Penyelidikan umum, adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk mengetahui
kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.
2. Eksplorasi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk memperoleh
informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran,
kualitas, dan sumber daya terukur dari bahan galian, serta informasi mengenai
lingkungan sosial dan lingkungan hidup.
3. Operasi produksi, adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi
konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan
penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi
kelayakan.
4. Konstruksi, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan pembangunan
seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk pengendalian dampak lingkungan.
5. Penambangan, adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi
mineral dan/atau batu bara dan mineral ikutannya.
6. Pengolahan dan pemurnian, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan/atau batu bara serta untuk memanfaatkan dan
memperoleh mineral ikutan.
7. Pengangkutan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral
dan/atau batu bara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian
sampai tempat penyerahan.
8. Penjualan, adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan
mineral atau batu bara.
Usaha pertambangan ini dikelompokkan atas:
1. Pertambangan mineral; dan
2. Pertambangan batu bara.
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk
batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Pertambangan mineral adalah pertambangan
kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas
bumi, serta air tanah. Pertambangan mineral digolongkan atas:
1. Pertambangan mineral radio aktif;
2. Pertambangan mineral logam;
3. Pertambangan mineral bukan logam;
4. Pertambangan batuan.
Sedangkan batu bara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk
secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan. Pertambangan batu bara adalah
pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat,
gambut, dan batuan aspal.
2.2 Dampak Kegiatan Penambangan terhadap Perairan
Kegiatan penambangan sangat rentan terhadap isu-isu kerusakan lingkungan.
Hal ini dikaitkan dengan keberadaan bahan tambang itu sendiri yang cukup sulit diambil
sehingga diperlukan proses-proses yang cenderung destruktif. Pada kegiatan
penambangan emas, industri-industri penambangan umumnya menggunakan bahan
kimia berbahaya bahkan tergolong dalam logam berat. Digunakannya bahan kimia
tersebut bertujuan sebagai penghancur batu-batuan yang mengandung emas, sehingga
nantinya emas dan batuan dapat dipisahkan dengan mudah. Jenis logam berat yang
dipergunakan yaitu merkuri (Hg) atau arsen (As) untuk kegiatan penambangan skala
besar.
Pengunaan merkuri (Hg) dalam kegiatan tersebut sering menyebabkan
pencemaran lingkungan, salah satunya pencemaran air. Merkuri (Hg) yang terbuang ke
sungai, pantai, atau badan air dapat mengkontaminasikan ikan-ikan kecil dan makhluk
air lainnya, termasuk ganggang dan tanaman air (Rusli, 2005). Selanjutnya ikan-ikan
dan makhluk air lainnya mungkin akan dimakan oleh ikan-ikan atau hewan lainnya
yang lebih besar atau masuk melalui tubuh melalui insang, kerang dapat mengumpulkan
merkuri (Hg) dalam cangkang (rumahnya). Sebagian besar dari senyawa logam berat
bersifat toksik, artinya dalam batas, jumlah, atau konsentrasi tertentu dalam tubuh
organisme dapat menyebabkan kematian.
Di lingkungan perairan merkuri dapat berada dalam bentuk metal, senyawa-
senyawa anorganik dan senyawa organik. Merkuri yang terdapat dalam limbah
atau waste di perairan umum diubah oleh aktivitas mikroorganisme memenjadi
komponen metil merkuri (CH3-Hg) yang memiliki sifat racun dan daya ikat yang kuat
disamping kelarutannya yang tinggi terutama dalam tubuh hewan air. Hal tersebut
mengakibatkan merkuri terakumulasi melalui proses bioakumulasi dan biomagnifikasi
dalam jaringan tubuh hewan-hewan air, sehingga kadar merkuri dapat mencapai level
yang berbahaya baik bagi kehidupan hewan air. Sanusi (1980) mengemukakan bahwa
terjadinya proses akumulasi merkuri di dalam tubuh hewan air,
karena kecepatan pengambilan merkuri (up take rate) oleh organisme air lebih cepat
dibandingkan dengan proses ekresi. Selain itu pencemaran perairan oleh merkuri
mempunyai pengaruh terhadap ekosistem setempat yang disebabkan oleh sifatnya
yang stabil dalam sedimen.
Penggunaan Merkuri dan sianida dan pembuangan yang tidak terkontrol dapat
mengakibatkan pencemaran air sungai hulu sampai hilir. Jika limbah tambang dibuang
kesungai maka potensi dampak yang dapat ditimbulkan berupa :
1. Pendangkalan tambang, karena ampas tambang yang dibuang bertumpuk dibadan
sungai.
2. Perubahan alur sungai serta tertutupnya aliran sungai yang mengakibatkan
kepunahan spesies tertentu.
3. Banjir disekitar area lokasi buangan diwaktu musim hujan
4. Kekeruhan dialiran sungai terutama kearah hilir akan berakibat pada kehidupan
organisme (terutama bentos) dan ekosistem sungai
5. Kandungan senyawa berbahaya yang terkandung diampas tambang yang terbawa
oleh aliaran sungai.
2.3 Dampak Pencemaran Perairan terhadap Perekonomian Nelayan
Selain berakibat pada degradasi lingkungan, pencemaran perairan akibat
kegiatan pertambangan juga memberi akibat penurunan perekonomian nelayan.
Dampak dari pencemaran laut dan limbah telah mengakibatkan penurunan hasil
tangkapan nelayan di sejumlah kawasan di Indonesia.
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa negara Indonesia merupakan negara
maritim, yakni memiliki wilayah perairan yang cukup luas. Sebagian besar warga
pesisir pantai berprofesi sebagai nelayan. Para nelayan sangat menggantungkan
hidupnya pada hasil tangkapan di perairan. Dengan keberadaan merkuri serta bahan-
bahan kimia lain yang berbahaya telah menimbulkan pencemaran di wilayah perairan
sehingga mengakibatkan produktivitas perairan menjadi turun seiring dengan turunnya
kualitas badan air. Sifat toksik yang dihasilkan bahan-bahan kimia tersebut dapat
menyebabkan kematian sejumlah ikan yang menjadi tangkapan para nelayan untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
Pendapatan nelayan yang menurun akibat pencemaran perairan secara tidak
langsung mempengaruhi Gross Domestic Product (GDP) negara Indonesia. Akibat
turunnya kualitas lingkungan, kemiskinan nelayan meningkat. Sebab secara umum
jumlah tangkapan nelayan menjadi berkurang, sehingga masyarakat nelayan yang
hidup dan bergantung pada sumberdaya lautan mengupayakan berbagai strategi untuk
dapat bertahan hidup (survival strategies) dari besarnya dampak pencemaran. Hal ini
mengakibatkan hilangnya mata pencaharian nelayan yang secara langsung akan
menurunkan tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat yang akses terhadap
sumberdaya. Menurunnya kesejahteraan ekonomi akan berdampak pada aspek
kehidupan yang lain, misalnya pendidikan dan kesehatan.
2.3 Solusi Permasalahan
Pada permasalahan ini terdapat dua aspek yang dikenai dampak buruk akibat
kegiatan pertambangan, yaitu aspek lingkungan terutama perairan dan aspek ekonomi
para nelayan. Maka dari itu, solusi yang ditawarkan terbagi menjadi dua bagian, yakni
dari sisi lingkungan (ekologi) dan dari sisi ekonomi.
Dari sisi ekologi, telah diketahui bahwa kegiatan pertambangan yang
mempergunakan bahan kimia berbahaya dapat menurunkan kualitas dan produktifitas
badan perairan. Maka, solusi yang mungkin bisa diterapkan adalah dengan membangun
tanggul atau bendungan di area perairan yang tercemar limbah logam berat seperti
merkuri. Cara ini merupakan adaptasi dari kasus Teluk Minamata yang juga mengalami
pencemaran merkuri. Pada intinya, tanggul yang dibangun dimaksudkan untuk menjaga
air serta lumpur yang tercemar agar tidak ikut terbawa arus. Selanjutnya bendungan
diintegrasikan dengan Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL) tersendiri yang berfungsi
mengkondisikan kembali air serta komponen-komponen lain seperti semula atau sesuai
dengan baku mutu lingkungan yang sudah diatur.
Dari sisi ekonomi, solusi yang dapat dilakukan adalah dengan cara melakukan
strategi-strategi bertahan hidup lain manakala terjadi pencemaran di perairan. Adapun
strategi-strategi secara ekonomi yang dapat diterapkan oleh para nelayan yaitu:
1. Strategi berbasis modal sosial, misalnya sistem bagi hasil antara nelayan dengan
pedagang.
2. Strategi alokasi sumberdaya manusia, yaitu dengan pelibatan anggota rumah tangga
nelayan dengan diversifikasi kerja.
3. Strategi pola nafkah ganda.
4. Strategi finansial, dengan memanfaatkan tabungan dan inventasi.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kegiatan pertambangan membawa dampak buruk bagi lingkungan perairan
akibat penggunaan senyawa logam berat merkuri (Hg). Merkuri dapat
terakumulasi dalam tubuh organisme yang hidup di perairan dan bersifat toksik
atau mematikan pada konsentrasi tertentu.
2. Pencemaran lingkungan perairan akibat kegiatan pertambangan secara nyata
berpengaruh terhadap perekonomian nelayan. Merkuri yang mencemari perairan
berpotensi menurunkan kualitas dan produktifitas perairan sehingga mengurangi
hasil tangkapan nelayan.
3. Solusi untuk mengatasi dampak pencemaran perairan oleh kegiatan
penambangan terbagi dari sisi ekologi dan ekonomi. Dari sisi ekologi berupa
pembangunan bendungan serta Instalasi Pengolah Limbah (IPAL). Sedangkan
dari sisi ekonomi, khususnya bagi nelayan, dapat dilakukan dengan penerapan
strategi pertahanan hidup substitutif.
3.2 Saran
1. Kegiatan pertambangan di Indonesia harus dipantau secara ketat untuk
menghindari adanya penambangan ilegal yang seringkali mengabaikan dampak
negatif yang timbul pascapenambangan.
2. Setiap industri penambangan perlu melakukan recovery terhadap lingkungan
pada tahap pascaoperasi kegiatan penambangan agar dampak yang merugikan
dapat ditekan.
DAFTAR PUSTAKA
Sanusi, Harpasis S. 1980. Sifat-Sifat Logam Berat Merkuri Di Lingkungan Perairan
Tropis. Pusat Studi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan. Fakultas Perikanan
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Ahyani, M. 2011. Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Kondisi
Kerusakan Tanah Pada Wilayah Pertambangan Rakyat Di Bombana Provinsi
Sulawesi Tenggara. Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro.
Rusli, Marah. 2005. Analisa Merkuri (Hg) Air Sungai Muara Botung oleh Limbah
Merkuri (Hg) Akibat Penambangan Emas Tradisional di Desa Muara Botung
Kecamatan Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2005. Skripsi.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.