makalah-dorongan mencari rzki yang halal
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Allah telah mengatur segala sesuatu termasuk rezeki manusia satu dengan yang
lainnya. Tak bisa dielakkan lagi, kita hidup di dunia memerlukan segala sesuatu termasuk
harta. Mencari rezeki merupakan usaha dalam rangka memenuhi kebutuhan, dalam
pemenuhan kebutuhannya tentu saja dengan cara usaha dengan berbagai cara. Tetapi perlu
diingat, sebagai seorang muslim dalam usaha mencari rezeki harus dengan cara yang benar,
dalam arti dihalalkan hukum Islam baik prosesnya maupun hasilnya. Seperti sabda Rasulullah
saw. yang berbunyi:
ي� الله� ع�نه ض� ة� ر� ي�ر� ر� قال: قال رسول الله صلى الله عليه عن أبي ه�
ن�ي�ن� م� ؤ� ر� الم##� م�ب�ل� إال ط�ي,ب*ا، و�إن% الله� أ� وسلم: إن% الله� تعالى ط�ي,ب� ال ي�ق�
ات� ل� ك�ل�وا م�ن� الط�ي,ب##� س� ، ف�قال� ت�ع�ال�ى: يا أي8ها الر8 ل�ي�ن� س� م�ر� به الم�ر�ا أ� ب�م�
ا ات� م##� ن�وا ك�ل�وا م�ن� ط�ي,ب##� ا الذ�ي�ن� آم� ا. وقال� ت�ع�ال�ى: ي�ا أي8ه� ال�ح* ا ص� ل�و� و�اع�م�
�ل�ى ه� إ د8 ي�د�ي##� ر� ي�م##� ع�ث� أ�غ�ب##� ر� أ�ش##� ف� ل� الس##% ل� ي��ط�ي##� ج##� . ث�م% ذ�ك�ر� الر% ن�اك�م� ق� ز� ر�
ام� ر� ال�ح� ام� و�غ�ذ�ي ب#� ر� ه� ح� ل�ب�س� م� ، و� ام� ر� ه� ح� ، و�م�ط�ع�م� ب, ، ي�ا ر� ب, اء�: ي�ا ر� م� الس%
اب� ل�ه� ت�ج� أن%ى ي�س� )روه مسلم( ف�
Artinya: “Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah itu
Mahabaik, dan tidak menerima kecuali yang baik. Allah memerintahkan orang-orang
Mukmin sebagaimana yang Ia perintahkan kepada para Rasul. Maka Allah berfirman:
“Wahai sekalian Rasul, makanlah dari yang baik dan beramallah yang baik. Dia juga
berfirman: Hai orang-orang beriman, makanlah dari segala yang baik-baik yang telah
direzkikan kepadamu.” Kemudian ia menyebutkan seorang laki-laki yang melakukan
perjalanan jauh, yang kusut rambutnya lagi berdebu mukanya, sambil menengadahkan
tangannya ke langit (berdo’a): Hai Tuhanmu, hai Tuhanku! Padahal makanannya haramnya
dan mulutnya disuapi dengan yang haram. Maka bagaimanakah akan dikabulkan doanya
(HR. Muslim)
~ 1 ~
Bekerja dan berusaha dalam kehidupan duniawi merupakan bagian penting dari
kehidupan seseorang dalam mempraktekkan Islam, karena Islam sendiri tidak menganjurkan
hidup hanya semata-mata hanya untuk beribadah dan berorientasi pada akhirat saja, namun
Islam menghendaki terjadi keseimbangan antara kehidupan duniawi dan kehidupan ukhrawi.
Islam telah mengajarkan tentang bagaimana cara mencari rezeki yang halal, tetapi
tidak semua orang dapat mengetahui dan memahami tentang hal itu. Maka berikut ini kami
bahas lebih lanjut tentang bagaimanakah tata aturan Islam bagi seorang muslim dalam
mencari rezeki yang halal lagi baik.
~ 2 ~
BAB II
PEMBAHASAN
A. Orang Yang Memberi Lebih Baik Daripada Orang Yang Meminta
ر� ن� ع�م�� اف�ع ع�ن اب وب� ن�� �ي�� د ع�ن ا ي� ن� ز� اد� ب �أ ح�م�� �ن د�ث �عم�ان� ق�ال� ح�� �والن �ب حدثنا ا
د� الل��ه� �ا ع�ب�� �ن �م� و�ح�د�ث ل ه� و�س� �ي �ىالله� ع�ل �ي� ص�ل �ب م�عت� الت ه�م�ا ق�ال� س� ض�ي� الله� ع�ن ر�
ه� يقول ض�ي� الله� ع�ن ن� ع�م�ر� ر� د� الله� ب �اف�ع عن ع�ب �ك ع�ن ن �م�ة� ع�ن م�ال ل ن� م�س ب
ر� �ر� و�ه�و� و�ذك��� ب م�ن �م� ق�ال� و�ه�و� ع�ل�ى ال ل ه� و�س� �ي س�ول� الله� ص�ل�ى الله� ع�ل : قال � ر�
د� ي��� فل�ى ف�ال د� الس��� ي��� ر= م�ن� ال ي�� ا خ� ي��� ع�ل د� ال ي��� �ة� ال ل� أ م�س�� ف� و� ال �ع�ف��� د�ق�ة� و�الت الص���
�ة� }البخارى في كتاب الزكاة{ �ل ائ �ىهي الس� فل ف�ق�ة� و�الس� م�ن �اهي ال ي ع�ل 1ال
Artinya :
Bercerita kepada kita Abu Nu’man berkata telah bercerita pada kita Khammad bin
Zaid dari Ayyub dari Nafi’ bin Umar r.a dia berkata: saya telah mendengar Nabi
Saw bercerita kepada kita Abdullah bin Maslamah dari Malik bin Nafi’.
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a : di atas mimbar Rasulullah SAW
berbicara tentang sedekah, menghindari dari meminta pertolongan (keuangan)
kepada orang lain, dan mengemis kepada orang lain, dengan berkata “tangan atas
lebih baik dari tangan di bawah. Tangan di atas adalah tangan yang memberi,
tangan di bawah adalah tangan yang mengemis”.
Pada lafadz ف� �ع�ف��� د�ق�ة� و�الت ر� الص��� ,و�ه�و� و�ذك��� yang dimaksud adalah menyebut
keutamaan shodaqoh dan ta’affuf (menjaga diri dari perbuatan meminta-minta). Dan pada
lafadz �د� ي فل�ى ال الس� adalah orang yang mau menerima, maksudnya orang yang tidak mau
memberi dan diartikan pula orang yang meminta-minta.ا� ي ع�ل ال �د� ي diartikan ال orang yang
memberi shodaqoh.
1 Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz I, Daarul Fikr, Beirut Libanon, 1981, hlm. 117-118
~ 3 ~
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa orang yang memberi lebih baik
daripada orang yang meminta-minta. Karena perbuatan meminta-minta merupakan perbuatan
yang mengakibatkan seseorang menjadi tercela dan hina.
Sebenarnya meminta-minta itu boleh dan halal, tetapi boleh disini diartikan bila
seseorang dalam keadaan tidak mempunyai apa-apa pada saat itu, dengan kata lain yaitu
dalam keadaan mendesak atau sangat terpaksa sekali. Jadi perbuatan meminta-minta itu
dikatakan hina jika pekerjaan itu dalam keadaan serba cukup, sehingga akan merendahkan
dirinya sendiri baik di mata manusia maupun dalam pandangan Allah SWT di akhirat nanti.2
Orang yang dermawan lebih utama dari pada orang yang kerjanya hanya meminta-
minta saja. Jadi bagi mereka yang memperoleh banyak harta harus diamalkan kepada orang
yang membutuhkan, sebab Islam telah memberi tanggung jawab kepada orang muslim untuk
memelihara orang-orang yang karena alasan tertentu tidak bisa memenuhi kebutuhan
hidupnya, yaitu melalui zakat dan shadaqah dan Islam tidak menganjurkan hidup dari belas
kasihan orang lain atau dengan kata lain Islam tidak menyukai pengangguran dan mendorong
manusia untuk berusaha.
Dalam hadits ini juga berkaitan dengan kisah Nabi yang diriwayatkan oleh Ahmad,
Bukhari dan Muslim dari Ibnu Khizam yang mana terjadi dialog antara Nabi dengan sahabat
yang bernama Hakim, di situ dalam percakapannya hakim meminta sesuatu dari Rasulullah,
maka di situ beliau memberikannya hingga dua kali, yang mana terakhir disertai dengan
sabdanya : “Hai Hakim, sesungguhnya harta itu sesuatu yang manis dan menyenangkan,
maka barang siapa yang mengambilnya dengan sikap kedermawanan diri tentu diberkati
Allah apa yang diperolehnya, barang siapa mengambilnya dengan sikap diri yang
menghambur-hamburkan tidaklah harta itu diberkati dan dinamakan tiada menyenangkan.
Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah”.
B. Mencari Dan Menjual Kayu Bakar Lebih Baik Daripada Meminta-minta
حدثنا يحي بن بك��ير ح��دثنا الليث عن عقي��ل عن ابن ش��هاب عن أبي
الرحمن بن عوف أنه سمع ابا هريرة رضي الله عن��هعبيد مولى عبد
يقول قال رس�ول الل�ه ص�لى الل�ه علي�ه وس�لم الن يحتطب اح�دكم
2 Usman as-Sakir al-Khaubawiyi, Butir-butir Mutiara Hikmah, Durratun Nasihin, Alih Bahasa Dr. Abdul Ghani, Wicaksana, Semarang, 1985, hlm. 214
~ 4 ~
حزم��ة على ظه��ره خ��ير ل��ه من ان يس��ال اح��د فيعطي��ه او يمنع��ه
3}اخرجه البخارى في كتاب المساقة{
Artinya :
Bercerita kepada kita Yahya bin Bakir bercerita kepada kita Laits dari Uqail dari Ibnu
Syihab dari Abi Ubaid Maula Abdurrahman bin Auf sesungguhnya telah mendengar
dari Abu Hurairah r.a. dia berkata : Rasulullah bersabda “Mencari kayu bakar
seberkas lalu dipikul di atas punggungnya terus dijual itu lebih baik bagi seseorang dari
pada mengemis kepada orang lain yang kadang-kadang diberinya atau tidak”.
Makna hadits tersebut adalah bahwasanya Rasulullah SAW menganjurkan untuk kerja
dan berusaha serta makan dari hasil keringatnya sendiri, bekerja dan berusaha dalam Islam
adalah wajib, maka setiap muslim dituntut bekerja dan berusaha dalam memakmurkan hidup
ini. Selain itu jika mengandung anjuran untuk memelihara kehormatan diri dan
menghindarkan diri dari perbuatan meminta-minta karena Islam sebagai agama yang mulia
telah memerintahkan untuk tidak melakukan pekerjaan yang hina.
Dalam mencari rizki harus mengenal ketekunan dan keuletan. Rasulullah memerintah
mereka bekerja dengan kemampuan kerja dan memberinya dorongan agar tidak merasa
lemah dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Dalam al-Qur’an menyatakan bahwa
pertolongan Allah hanya datang kepada mereka yang berusaha dengan komitmen dan
kesungguhan. Dalam surat al-Isra’ ayat 84 menyatakan bahwa seseorang harus bekerja
sesuai dengan bakat dan kemampuan :
Artinya : Katakanlah: "Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-masing."
Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalannya”. (al-Isra’ : 84)
C. Kehidupan Individualistis/Materialistis Dikhawatirkan Melanda Umat Islam
Rasanya pantas bila saat ini kita sebagai umat Islam merasa khawatir akan sikap
individualistis/matrelialistis akan merusak umat Islam seluruhnya. Karena memang
3Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz 3, Daarul Kutub al-Ilmiyah, Beirut Libanon, 1992, hlm. 112. Hadits tersebut dibahas dalam bab 14, hadits ini merupakan hadits ke 2074 yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari.
~ 5 ~
fenomena yang terjadi sekarang dihadapan kita menunjukkan perkembangan menuju sikap
tersebut. Contohnya saja sikap mengurangi takaran dalam jual beli (kasus penipuan takaran
beberapa pom bensin di Jakarta), padahal jelas disebutkan dalam Al Qur"an surat Al
Muthaffifin 1-3:
ويل للمطففين الدين ادا اكتلوا علي الناس يس��توفون وادا ك��الوهم او
وزنوهم يخسرون
Artinya: Celakalah bagi orang-orang yang curang yaitu orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dicukupkan, dan apabila mereka
menimbang atau menakar (untuk orang lain), mereka kurangi.
Orang-orang yang melakukan curang dalam perkara ini pasti mempunyai sikap
individualistis/matrelialistis, karena mereka hanya memikirkan kepentingan diri sendiri dan
hanya untuk mendapatkan keuntungan sendiri walaupun jalan yang mereka lalui merugikan
orang lain. Biasanya orang yang mencari rizqi dengan sikap matrealistis akan menimbulkan
perbuatan yang matrelialistis pula, seperti menghambur-hamburkan harta tidak pada
tempatnya. Hal ini jelas dilarang dalam Islam seperti dalam hadits berikut:
Artinya : Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw. bersabda:" Sesungguhnya Allah
Ta'ala suka padamu tiga macam dan membenci padamu tiga macam: suka jika kamu
menyembah Nya dan tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Dan supaya kamu
berpegang teguh dengan tali ikatan Allah dengan kamu (Qur'an). Dan jangan bercerai berai.
Dan membenci darimu banyak bicara dan banyak bertanya dan memboros harta.(Riwayat
Muslim)
Dari kata-kata terakhir dari hadits diatas jelas sekali jika Allah tidak menyukai sikap
boros yang dimiliki manusia. Oleh karena itu, jika kita merasa mempunyai rizqi lebih dan
agar menghindari sikap boros kita-umat Islam dianjurkan bersikap derma kepada sesama
muslim yang membutuhkan.
Artinya: (Apa yang kamu infakkan) adalah untuk orang-orang kafir yang terhalang
(usahanya karena jihad) di jalan Allah, sehingga dia tidak dapat berusaha di bumi;(orang
lain) yang tidak tahu, menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena mereka
menjaga diri (dari meminta-minta). Engkau (Muhammad) mengenal mereka dari ciri-
~ 6 ~
cirinya, mereka tidak meminta secara paksa kepada orang lain. Apapun harta yang baik yang
kamu infakkan, sungguh Allah Maha Mengetahui.
Sangat dianjurkan atas kita untuk menginfakkan harta lebih yang kita miliki dan jika
kita memberi mereka dengan sesuatu yang baik maka Allah mengetahuinya dan akan
menggantinya dengan sesuatu yang baik pula.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa mencari rizki yang halal itu wajib.
Sedangkan rizki yang halal adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya baik untuk diri
sendiri maupun keluarganya. Dan dalam mencari rizki yang halal, Islam mendorong umatnya
untuk tidak memperhatikan jenis pekerjaan, asalkan pekerjaan itu halal.
Jadi rizki yang halal adalah sesuatu yang dapat diambil manfaatnya dan boleh
dikerjakan atau dimakan dengan pengertian bahwa yang melakukannya tidak mendapat
sanksi dari Allah. Selain itu memohon dan berdo’a juga termasuk salah satu bagian dalam
usaha mencari rizki.
~ 7 ~
DAFTAR PUSTAKA
- Bukhari, Imam. 1981. Shahih Bukhari Juz I, Beirut Libanon: Daarul Fikr,
- Al-Khaubawiyi, Usman as-Sakir,1985. Butir-butir Mutiara Hikmah, Durratun Nasihin,
Alih Bahasa Dr. Abdul Ghani, Wicaksana, Semarang
- Bukhari, Imam. 1992. Shahih Bukhari Juz 3, Beirut Libanon : Daarul Kutub al-Ilmiyah,
~ 8 ~