makalah development research 4 d.doc

20
DEVELOPMEN RESEARCH AND PRACTICE (MODEL PENGEMBANGAN FOUR-D) MAKALAH DISAJIKAN PADA MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF Dosen : Dr. I Nengah Parta, S.Pd, M Si DISUSUN OLEH : Ari Kurniawati (130311818892) Nanang Khoirudin (130311818897) Eva Maryana (130311818884) 1

Upload: arie-adalah-intel

Post on 21-Oct-2015

397 views

Category:

Documents


62 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Development Research 4 D.doc

DEVELOPMEN RESEARCH AND PRACTICE(MODEL PENGEMBANGAN FOUR-D)

MAKALAH DISAJIKAN PADAMATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF

Dosen :

Dr. I Nengah Parta, S.Pd, M Si

DISUSUN OLEH :

Ari Kurniawati (130311818892)

Nanang Khoirudin (130311818897)

Eva Maryana (130311818884)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PASCA SARJANA UNIVERSITAS NEGERI MALANGTAHUN 2014

1

Page 2: Makalah Development Research 4 D.doc

KATA PENGANTAR

Segala Puji Bagi Allah SWT senantiasa kami panjatkan karena atas limpahan rahmat

dan petunjuk yang telah diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah

Development Reseach Model Four-D untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian

Kuantitatif.

Penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak.

Kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan Dr.I. Nengah Parta, S.Pd.M.Si

yang telah memberikan kontribusi dan motivasi dalam penyusunan makalah. Oleh karena itu

kami mengucapakan banyak terimakasih.

Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat

kekurangan, sehingga dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan saran

dan kritik yang bersifat membangun demi lebih baiknya kinerja kami yang akan datang.

Semoga makalah ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan dan informasi

yang bermanfaat bagi semua pihak.

Malang, Januari 2014

Tim Penulis

2

Page 3: Makalah Development Research 4 D.doc

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan

untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Kalau arti

penelitian dan pengembangan dijadikan satu yaitu penelitian pengembangan, maka dapat

diartikan bahwa kegiatan pengumpulan, pengolahan, analsisis, dan penyajian data yang

dilakukan secara sistematis dan objektif yang disertai dengan kegiatan mengembangkan suatu

produk untuk memecahkan suatu persoalan yang dihadapi. Sugiyono (2011) juga menyatakan

bahwa penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk

menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut.

Penelitian pengembangan dalam pendidikan bertujuan untuk menghasilkan

perangkat pembelajaran, seperti silabus, bahan ajar, media, modul praktikum, latihan kerja

siswa, alat mengukur kemajuan belajar, alat mengukur hasil belajar, dsb. Yang

melatarbelakangi perlunya dilakukan penelitian pengembangan adalah adanya masalah yang

terkait dengan perangkat pembelajaran yang kurang tepat. Masalah ini ditemui oleh peneliti

dari hasil pengamatan selama mengajar.

Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan oleh para

ahli. Model-model tersebut antara lain, model Four-D Thiagarajan, Hannafin dan Peck,

Gagne and Briggs, Borg and Gall serta Dick and Carry. Dari beberapa model tersebut tentu

memiliki karakteristik masing-masing. Namun pada makalah ini hanya akan membahas

rancangan pengembangan bahan ajar model Four-D yang disarankan oleh Thiagarajan.

B. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui rancangan pengembangan bahan ajar model Four-D

2. Untuk mengetahui tahapan-tahapan pengembangan Model Four-D

C. Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini antara lain:

1. Dapat dijadikan rujukan dalam penelitian pengembangan Model 4D.

2. Merupakan tambahan pengetahuan bagi pembaca maupun penulis.

3

Page 4: Makalah Development Research 4 D.doc

BAB II

PEMBAHASAN

A. Rancangan Pengembangan Bahan Ajar Model Four-D

Model pengembangan perangkat Four-D Model disarankan oleh Sivasailam

Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel (1974). Model ini terdiri dari 4

tahap pengembangan yaitu Define, Design, Develop, dan Disseminate atau diadaptasikan

menjadi model 4-D, yaitu pendefinisian, perancangan, pengembangan, dan penyebaran.

Model Four- D dapat digambarkan sbb:

4

Page 5: Makalah Development Research 4 D.doc

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada setiap tahap pengembangan dapat dijelaskan sebagai

berikut:

1.      Tahap I: Define (Pendefinisian)

Kegiatan pada tahap ini dilakukan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-

syarat pengembangan pembelajaran. Dalam model lain, tahap ini sering dinamakan analisis

kebutuhan. Kebutuhan-kebutuhan pembelajaran dengan menganalisis tujuan dan batasan

materi. Thiagarajan,  menganalisis 5 kegiatan yang dilakukan pada tahap define yaitu:

1.  Analisis Awal-akhir(front-end analysis)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974), analisis awal-akhir bertujuan untuk memunculkan

dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran, sehingga diperlukan suatu

pengembangan bahan pembelajaran. Dengan analisis ini akan didapatkan gambaran fakta,

harapan dan alternatif penyelesaian masalah dasar, yang memudahkan dalam penentuan atau

pemilihan bahan ajar yang dikembangkan.

Analisis awal-akhir merupakan studi terhadap masalah dasar yang dihadapi oleh guru.

Guru melakukan diagnosis awal untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran

Analisis ini dilakukan terhadap permasalahan terkini yang terjadi di sekolah. Masalah yang

terjadi di sekolah berkenaan dengan proses pembelajaran adalah kurangnya partisipasi siswa

dalam proses pembelajaran. Berdasarkan teori pembelajaran modern, proses pembelajaran

harus melibatkan siswa secara aktif agar siswa mengalami sendiri apa yang ada dalam materi

yang disampaikan. Siswa juga harus mengkonstruksi sendiri pengetahuan dalam benaknya

agar pemahaman yang didapat tidak bersifat temporari, tetapi tertanam kuat dalam benak

siswa.

2.  Analisis Siswa (learner analysis)

Analisis peserta didik adalah studi yang dilakukan dengan siswa sebagai target.

Analisis siswa merupakan telaah tentang karakteristik siswa yang sesuai dengan rancangan

dan pengembangan perangkat pembelajaran. Karakteristik itu meliputi latar belakang

kemampuan akademik (pengetahuan), perkembangan kognitif siswa, serta keterampilan-

keterampilan individu atau sosial yang berkaitan dengan topik pembelajaran, motivasi

belajar, latar belakang pengalaman siswa baik sebagai kelompok maupun sebagai individu.

Pada umumnya siswa akan lebih tertarik terhadap suatu materi jika mereka mengalami apa

yang disampaikan dalam materi tersebut. Selain itu, jika materi yang diajarkan

memperlihatkan manfaatnya dalam kehidupan nyata siswa, maka siswa akan tertarik untuk

mempelajarinya.

5

Page 6: Makalah Development Research 4 D.doc

3.  Analisis konsep (concept analysis)

Analisis konsep dilakukan untuk mengidentifikasi konsep pokok yang akan diajarkan,

merinci dan menyusun secara sistematis konsep-konsep yang relevan yang akan

diajarkan berdasarkan analisis awal-akhir. Analisis ini dilakukan dengan mengidentifikasi

materi di mana siswa mengalami kesulitan dalam memahaminya. Setelah materi terpilih,

maka ditentukan pula bagian materi mana yang akan dijadikan fokus pengembangan. Hal ini

dilakukan dengan memfokuskan pada satu kompetensi dasar yang kemudian mengarah

kepada indikator dan tujuan pembelajaran.

Mendukung analisis konsep ini, analisis-analisis yang perlu dilakukan adalah (1)

analisis standar kompetensi dan kompetensi dasar yang bertujuan untuk menentukan jumlah

dan jenis bahan ajar, (2) analisis sumber belajar, yakni mengumpulkan dan mengidentifikasi

sumber-sumber mana yang mendukung penyusunan bahan ajar.

4.  Analisis Tugas (task analysis)

Analisis tugas bertujuan untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan utama

yang akan dikaji oleh peneliti yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan saat ini dan

menganalisisnya kedalam himpunan keterampilan tambahan yang mungkin diperlukan.

Analisis ini memastikan ulasan yang menyeluruh tentang tugas dalam materi pembelajaran.

Analisis tugas adalah pengidentifikasian keterampilan yang dilakukan oleh siswa.

Dalam proses belajar mengajar, terutama saat menjawab suatu masalah atau menyelesaikan

suatu tugas, siswa akan cenderung merasa percaya diri saat mengerjakannya secara

kelompok. Hal ini dikarenakan mereka memiliki teman untuk berdiskusi dan bertukar pikiran

sehingga permasalahan yang dianggap sulit dapat dicari solusinya. Pendekatan yang sesuai

dengan karakteristik siswa tersebut adalah pendekatan kontekstual.

5.  Perumusan Tujuan Pembelajaran (specifying instructional objectives)

Perumusan tujuan pembelajaran berguna untuk merangkum hasil dari analisis konsep

dan analisis tugas untuk menentukan perilaku objek penelitian. Kumpulan objek tersebut

menjadi dasar untuk menyusun tes dan merancang perangkat pembelajaran yang kemudian di

integrasikan ke dalam materi perangkat pembelajaran yang akan digunakan oleh peneliti.

Menulis tujuan pembelajaran, perubahan perilaku yang diharapkan setelah belajar

dengan kata kerja operasional.

6

Page 7: Makalah Development Research 4 D.doc

  2.      Tahap II: Design (Perancangan)

Tahap perancangan bertujuan untuk merancang perangkat pembelajaran. Setelah

dilakukan pendefinisian pengembangan, selanjutnya disusun suatu rancangan prototipe

pengembangan. Penelitian ini mengembangkan program belajar siswa, yaitu langkah-langkah

belajar yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Thiagarajan, dkk

membagi perancangan menjadi empat langkah yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu:

1. Pengkonstruktian Test Berbasis-Kriteria (constructing criterion-referenced test)

Pengkonstruksian tes berbasis kriteria adalah tahap yang menjembatani/

menghubungkan antara tahap pendefinisian (define) dengan tahap perancangan (design). Tes

berbasis kriteria mengkonversikan tujuan yang ingin dicapai dalam pengembangan serta

tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa ke dalam bahan ajar. Wujud dari tes ini adalah

instrumen penilaian yang berisi aspek yang dinilai dari produk pengembangan.

Tes yang dikembangkan disesuaikan dengan jenjang kemampuan kognitif.  Penskoran

hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang memuat kunci dan pedoman penskoran setiap

butir soal.

2. Pemilihan media (media selection)

Pemilihan media dilakukan untuk mengidentifikasi media pembelajaran yang relevan

dengan karakteristik materi. Lebih dari itu, media dipilih untuk menyesuaikan dengan analisis

konsep dan analisis tugas, karakteristik target pengguna, serta rencana penyebaran dengan

atribut yang bervariasi dari media yang berbeda-beda.hal ini berguna untuk membantu siswa

dalam pencapaian kompetensi dasar. Artinya, pemilihan media dilakukan untuk

mengoptimalkan penggunaan bahan ajar dalam proses pengembangan bahan ajar pada

pembelajaran di kelas.

Media dalam pengembangan ini adalah program belajar siswa yang tertuang dalam

LKS. Pertimbangan pemilihan program belajar siswa yang tertuang dalam LKS sebagai

media yang tepat yaitu berdasarkan kajian tentang kurikulum eksperiensial, yaitu kurikulum

yang direfleksikan sebagaimana siswa mengalaminya, sehingga menghasilkan ide program

belajar, dan pengertian dari LKS, yaitu lembaran yang berisi kegiatan yang harus diselesaikan

oleh siswa, karena dengan siswa menyelesaikan penugasan dalam LKS secara kelompok

maka siswa akan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara optimal. LKS tersebut

memperkenalkan suatu konsep dalam konteks yang telah diketahui oleh siswa sebelumnya.

Selain itu konsep, contoh latihan, dan kegiatan yang dilakukan oleh siswa diperkenalkan

dalam konteks penggunaannya sehingga siswa dapat melihat manfaat dari materi yang

disajikan secara nyata.

7

Page 8: Makalah Development Research 4 D.doc

3. Pemilihan format (format selection)

Pemilihan format dalam pengembangan perangkat pembelajaran ini dimaksudkan

untuk mendesain atau merancang isi pembelajaran, pemilihan strategi, pendekatan, metode

pembelajaran, dan sumber belajar. Format yang dipilih adalah yang memenuhi kriteria

menarik, memudahkan dan membantu dalam pembelajaran matematika.

4. Rancangan awal (initial design)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 7) “initial design is the presenting of the essential

instruction through appropriate media and in a suitable sequence.”  Rancangan awal adalah

pengenalan pokok pembelajaran melalui media yang sesuai dan pada urutan yang cocok.

Rancangan awal yang dimaksud adalah rancangan seluruh perangkat pembelajaran yang

harus dikerjakan sebelum ujicoba dilaksanakan. Hal ini juga meliputi berbagai aktivitas

pembelajaran yang terstruktur seperti membaca teks, wawancara, dan praktek kemampuan

pembelajaran yang berbeda melalui praktek mengajar. Pokok pembelajaran tertuang dalam

tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan kegiatan yang harus dilakukan siswa dalam

rangka pencapaian tujuan tersebut secara optimal.

Dalam tahap perancangan, peneliti sudah membuat produk awal (prototype) atau

rancangan produk. Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap ini dilakukan untuk

membuat modul atau buku ajar sesuai dengan kerangka isi hasil analisis kurikulum dan

materi. Dalam konteks pengembangan model pembelajaran, tahap ini diisi dengan kegiatan

menyiapkan kerangka konseptual model dan perangkat pembelajaran (materi, media, alat

evaluasi) dan mensimulasikan penggunaan model dan perangkat pembelajaran tersebut dalam

lingkup kecil. Sebelum rancangan (design) produk dilanjutkan ke tahap berikutnya, maka

rancangan produk (model, buku ajar, dsb) tersebut perlu divalidasi. Validasi rancangan

produk dilakukan oleh teman sejawat seperti dosen atau guru dari bidang studi/bidang

keahlian yang sama. Berdasarkan hasil validasi teman sejawat tersebut, ada kemungkinan

rancangan produk masih perlu diperbaiki sesuai dengan saran validator.

3. Tahap III: Develop (Pengembangan)

Tahap pengembangan ini bertujuan untuk memodifikasi prototipe produk yang

dikembangkan dengan melakukan evaluasi dan revisi sebelum menjadi produk yang efektif

dan dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Revisi berdasarkan masukan para pakar

ahli/praktisi dan data hasil ujicoba. Langkah-langkah pada tahap ini adalah:

8

Page 9: Makalah Development Research 4 D.doc

1.  Validasi ahli/praktisi (expert appraisal)

Menurut Thiagarajan, dkk (1974: 8), “expert appraisal is a technique for obtaining

suggestions for the improvement of the material.” Penilaian ahli adalah teknik untuk

memperoleh saran demi perbaikan produk pengembangan. Expert appraisal merupakan

teknik untuk memvalidasi atau menilai kelayakan rancangan produk. Dalam kegiatan ini

dilakukan evaluasi oleh ahli dalam bidangnya. Beberapa ahli diminta untuk mengevaluasi

produk pengembangan dari sudut pandang pembelajaran dan teknis. Saran-saran yang

diberikan digunakan untuk memperbaiki materi dan rancangan pembelajaran yang telah

disusun. Dalam pengembangan program belajar siswa berbasis kontekstual ini, terdapat dua

macam ahli untuk pertimbangan modifikasi, yaitu ahli pembelajaran matematika, dalam hal

ini dosen matematika, dan praktisi.

Penilaian para ahli/praktisi terhadap perangkat pembelajaran mencakup: format,

bahasa, ilustrasi dan isi. Berdasarkan masukan dari para ahli, materi pembelajaran di revisi

untuk membuatnya lebih tepat, efektif, mudah digunakan, dan memiliki kualitas teknik yang

tinggi.

2.  Uji coba pengembangan (developmental testing)

Developmental testing merupakan kegiatan uji coba rancangan produk pada sasaran

subjek yang sesungguhnya. Uji pengembangan melibatkan pengujicobaan produk terhadap

pelajar untuk kepentingan revisi. Uji pengembangan ini dilakukan terhadap tempat penelitian.

Tujuan dari uji ini adalah untuk mengukur tingkat keefektifan program belajar siswa. Jika

siswa memperoleh skor di atas batas yang ditentukan, maka program kerja siswa dikatakan

efektif dan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Produk pengembangan direvisi berdasarkan respon, reaksi, dan komentar dari siswa,

guru, dan ahli/pengamat terhadap perangkat pembelajaran yang telah disusun. Hasil uji coba

digunakan memperbaiki, merivisi dan menyempurnakan kembali perangkat pembelajaran.

Setelah produk diperbaiki kemudian diujikan kembali sampai memperoleh hasil yang efektif.

Siklus testing – revising – retesting diulangi hingga produk pengembangan bekerja secara

konsisten dan efektif.

Dalam konteks pengembangan bahan ajar (buku atau modul), tahap pengembangan

dilakukan dengan cara menguji isi dan keterbacaan modul atau buku ajar tersebut kepada

pakar yang terlibat pada saat validasi rancangan dan peserta didik yang akan menggunakan

modul atau buku ajar tersebut. Hasil pengujian kemudian digunakan untuk revisi sehingga

modul atau buku ajar tersebut benar-benar telah memenuhi kebutuhan pengguna. Untuk

mengetahui efektivitas modul atau buku ajar tersebut dalam meningkatkan hasil belajar,

9

Page 10: Makalah Development Research 4 D.doc

kegiatan dilanjutkan dengan memberi soal-soal latihan yang materinya diambil dari modul

atau buku ajar yang dikembangkan.

 4.      Tahap IV; Disseminate (Penyebarluasan)

Produk pengembangan mencapai tahap produksi akhir ketika uji pengembangan

menunjukkan respon positif dari para ahli dan praktisi.Setelah itu tercapai, maka produk siap

untuk disebarluaskan dan siap untuk dit erapkan pada pembelajaran di sekolah. Terdapat tiga

langkah pada tahap ini, yaitu

Proses diseminasi merupakan suatu tahap akhir pengembangan. Tahap diseminasi

dilakukan untuk mempromosikan produk pengembangan agar bisa diterima pengguna, baik

individu, suatu kelompok, atau sistem. Produk pengembangan mencapai tahap produksi akhir

ketika uji pengembangan menunjukkan respon positif dari para ahli dan praktisi.Setelah itu

tercapai, maka produk siap untuk disebarluaskan dan siap untuk dit erapkan pada

pembelajaran di sekolah. Menurut Thiagarajan dkk, (1974: 9), “the terminal stages of final

packaging, diffusion, and adoption are most important although most frequently

overlooked.”

Diseminasi bisa dilakukan di kelas lain dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas

penggunaan perangkat dalam proses pembelajaran. Penyebaran dapat juga dilakukan melalui

sebuah proses penularan kepada para praktisi pembelajaran terkait dalam suatu forum

tertentu. Bentuk diseminasi ini dengan tujuan untuk mendapatkan masukan, koreksi, saran,

penilaian, untuk menyempurnakan produk akhir pengembangan agar siap diadopsi oleh para

pengguna produk.

Thiagarajan, membagi tahap dissemination dalam tiga kegiatan yaitu: validation

testing, packaging, diffusion and adoption.

a. Validation Testing (Uji Validasi)

Pada tahap validation testing, produk yang sudah direvisi pada tahap pengembangan

kemudian diimplementasikan pada sasaran yang sesungguhnya. Pada saat

implementasi dilakukan pengukuran ketercapaian tujuan. Pengukuran ini dilakukan

untuk mengetahui efektivitas produk yang dikembangkan. Setelah produk

diimplementasikan, pengembang perlu melihat hasil pencapaian tujuan. Tujuan yang

belum dapat tercapai perlu dijelaskan solusinya sehingga tidak terulang kesalahan

yang sama setelah produk disebarluaskan.

10

Page 11: Makalah Development Research 4 D.doc

b. Packaging ( Pengemasan )

Setelah melalui berbagai macam uji dan dinyatakan siap pakai, maka produk

pengembangan dikemas sedemikian rupa sehingga siap untuk digunakan

disekolah.Dalam langkah ini juga dilakukan usaha untuk memperoleh perhatianhak

cipta dan pencapaian standar kelayakan produk.

c. Diffusion and Adoption (Penyebaran dan Adopsi)

Produk pengembangan yang telah dikemas kemudian disebarkan ke sekolah untuk

diadopsi menjadi bahan ajar yang berlaku secara sah di sana. Dalam penyebaran ini

juga dilakukan demonstrasi penggunaan bahan ajar. Banyak ahli memperhatikan

demonstrasi ini sebagai bagian yang sangat penting dari proses penyebaran. Juga

dikatakan bahwa ini adalah cara paling efektif untuk meyakinkan pendidik atau

pengajar tentan nilai dari produk yang baru (Thiagarajan, 1974 : 174). Akan tetapi,

pengembangan yang dilakukan dalam penelitian disederhanakan menjadi tiga tahap,

yaitu Define (Pendefinisian), Design (Perancangan), dan Develop (Pengembangan).

Tahap ini dilakukan supaya produk dapat dimanfaatkan oleh orang lain. Pengemasan

model pembelajaran dapat dilakukan dengan mencetak buku panduan penerapan model

pembelajaran. Setelah buku dicetak, buku tersebut disebarluaskan supaya dapat diserap

(diffusi) atau dipahami orang lain dan digunakan (diadopsi) pada kelas mereka.

Pada konteks pengembangan bahan ajar, tahap dissemination dilakukan dengan cara

sosialisasi bahan ajar melalui pendistribusian dalam jumlah terbatas kepada guru dan peserta

didik. Pendistribusian ini dimaksudkan untuk memperoleh respons, umpan balik terhadap

bahan ajar yang telah dikembangkan. Apabila respon sasaran pengguna bahan ajar sudah baik

maka baru dilakukan pencetakan dalam jumlah banyak dan pemasaran supaya bahan ajar itu

digunakan oleh sasaran yang lebih luas.

11

Page 12: Makalah Development Research 4 D.doc

BAB IIPENUTUP

1. Kesimpulan

Model pengembangan Four-D menurut Tiangarajan Dkk, terdiri dari 4 tahap

pengembangan yaitu:

1. Define (pendefinisian)

Pada tahap ini terdapat 5 kegiatan yaiu Analisis awal-akhir, analisis siswa,analisis

konsep, Analisis tugas, dan perumusan Tujuan pembelajaran

2. Design (Perancangan)

Pada tahap ini terdapat 4 kegiatan yaitu pemgkonstruksian Tes berbasis criteria,

Pemilihan media,pemilihan format dan ,Rancangan awal

3. Develop ( Pengembangan)

Ada 2 langkah pada tahap ini yaitu Validasi ahli dan Uji coba pengembangan

4. Disseminate ( Penyebaran)

Ada 3 kegiatan pada tahap ini yaitu Validasi testing,packaging serta diffusion and

adoption

2. Saran

Dalam penelitian pengembangan untuk menghasilkan bahan ajar yang dapat

disebarluaskan maka perlu diperhatikan langkah – langkah seperti yang telah

dijelaskan dalam makalah ini.

Dalam jenis penelitian apapun itu maka harus terjalin hubungan yang harmonis

antara peneliti dengan subjek atau yang akan diteliti.

12

Page 13: Makalah Development Research 4 D.doc

DAFTAR PUSTAKA

Thiagarajan, S., Semmel, D. S & Semmel, M. I. 1974. Instructional Development for Training Teachers of Expectional Children. Minneapolis, Minnesota: Leadership Training Institute/Special Education, University of Minnesota.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R & D. Bandung: Alfabeta.

13