makalah dermatitis atopik
DESCRIPTION
dermatitis atopikTRANSCRIPT
![Page 1: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/1.jpg)
Modul Organ AI
Laporan kasus 1
ALERGI
Kelompok 9
030.09.270 Windy Ayu Safitri
030.09.272 Yani Nur Indrasari
030.09. 273 Yehezkiel Kurniawan
030.09.274 Yenni Susanty
030.09.275 Yohanes Satrya Wibawa
030.09.276 Yolla Eva Meissa
030.09.277 Yuanita Lavinia
030.09.280 Yulius Nugroho
030.09.281 Yusrina Affiatika Untari
030.09.282 Yuti Purnamasari
030.09.284 Zaddam Wahid
Jakarta, 2012
Fakultas Kedokteran Trisakti Jakarta
![Page 2: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/2.jpg)
BAB I
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik (DA) atau ekzema ialah keadaan peradangan kulit kronis dan residif,
disertai gtal, yang umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan
dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita (DA,
rhinitis alergik dan atau asma bronchial). DA cenderung diturunkan. Lebih dari sperempat anak
dari seorang ibu yang menderita atopi akan mengalami DA pada masa kehidupan 3 bulan
pertama, bila salah satu orang tua menderita atopi, lebih separuh jumlah anak akan mengalami
gejala alergi sampai usia 2 tahun, dan meningkat sampai 79% bila kedua orang tua menderita
atopi.
Faktor endogen yang berperan, meliputi faktor genetic, hipersensitivitas akibat
peningkatan kadar IgE total dan spesifik, kondisi kulit yang relatif kering dan gangguan psikis.
Faktor eksogen pada DA antara lain adalah trauma fisik-kimia-panas, bahan iritan, alergi debu,
tungau, makanan (susu sapi, telur), infeksi mikroba, perubahan iklim serta hygine lingkungan.
Faktor endogen lebih berperan sebagai faktor predisposisi sedangkan faktor eksogen cenderung
menjadi faktor pencetus.
Gejala utama DA adalah pruritus, dapat hilang timbul sepanjang hari, tetapi umumnya
lebih hebat pada malam hari. Akibatnya penderita akan menggaruk hingga timbul bermacam-
macam kelainan di kulit berupa papul, likenifikasi, eritema, erosi, ekskoriasi, eksudasi dan
krusta.
DA dapat dibagi menjadi tiga fase, yaitu: DA infantil (terjadi pada usia 2 bulan sampai 2
tahun), DA anak (2 sampai 10 tahun) dan DA pada remaja dan dewasa.
![Page 3: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/3.jpg)
BAB 2
Laporan Kasus
ANAMNESIS
1. Identitas
Nama : -
Umur : 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Pekerjaan : -
Status :-
2. Keluhan Utama : Eczema di kedua pipinya
3. Keluhan Tambahan : Terlambat imunisasi, riwayat atopi pada keluarganya
4. Riwayat penyakit sekarang : -
5. Riwayat penyakit dahulu : -
6. Riwayat kebiasaan : -
7. Riwayat keluarga : -
8. Riwayat pengobatan :-
![Page 4: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/4.jpg)
BAB III
Pembahasan Kasus
PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalis : -
2. Status Lokalis : Eczema pada pipi bayi.
Interpretasi status lokalis : Didapatkan eczema (dermatitis atopik/DA) pada kedua pipi bayi.
Dugaan penyebab eczema antara lain alergi terhadap makanan dan alergi kontak, yang
keduanya didasari oleh pengaruh genetika, perlu di anamnesis lebih lanjut. Alergen atau
iritan yang mengenai pasien, baik via pernafasan, pencernaan, atau secara kontak kulit akan
menyebabkan reaksi sistem imun.
MASALAH
DAFTAR MASALAH DASAR MASALAH
Eczema Hasil anamnesis pasien
Terlambat imunisasi Hasil anamnesis pasien
Riwayat atopi keluarga Hasil anamnesis pasien
PATOFISIOLOGI MASALAH
Eczema
Eczema adalah dermatitis papulovesikular yang terasa gatal. Eczema disebabkan oleh amina
vasoaktif (histamine) yang didegranulasikan oleh sel mast saat kompleks Immunoglobulin
E-alergen berikatan dengan reseptor Fc milik sel mast.
![Page 5: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/5.jpg)
PATOFISIOLOGI KASUS
Patofisiologi Dermatitis Atopik 1
Pada dermatitis atopik sistem imun memiliki peran yang krusial dan terdapat tiga komponen
utama yang berperan, yaitu respons sel T, antigen presenting cell (APC), dan keratinosit. Berikut
ini akan dijelaskan lebih dalam tentang peran masing – masing komponen tersebut terhadap
terjadinya dermatitis atopik.
Respons sel T
Pada saat lahir, efektor sel T yang predominan merespons terhadap infeksi adalah sel Th-2.
Seiring bertambahnya usia, maka respons Th-2 akan digantikan oleh Th-1 yang lebih
predominan. Pada dermatitis atopik episode akut, sel Th-2 tetap berperan sebagai respons utama
terhadap pajanan antigen. Peningkatan kadar sel Th-2 yang terdapat pada pasien dermatitis
atopik baik yang lesional dan non-lesional menandakan bahwa bagian kulit yang tidak terlibat
juga mengalami respons hipersensitivitas terhadap alergen. Sel Th-2 memproduksi sitokin –
sitokin seperti IL-4, IL-5, dan IL-13 yang menginduksi diferensiasi sel Th-2 dari prekursor sel
CD4+ naive, meningkatkan produksi IgE dari sel B dan menekan produksi dari antimikroba
peptida (AMP) oleh keratinosit. AMP berperan dalam mekanisme imunitas alamiah dengan cara
melindungi kulit dari infeksi mikroorganisme patogen. Kegagalan sistem imun untuk berpindah
dari respons Th-2 ke Th-1 dinamakan missing immune deviation.
Antigen presenting cell
APC akan berinteraksi dengan antigen dan mempresentasikan mereka kepada sel T. Pada kulit
penderita dermatitis atopik baik yang lesional dan non-lesional, APC lebih mengekspresikan
jumlah reseptor IgE afinitas tinggi (high-affinity) daripada kulit yang non-atopik. Setelah
mengikat IgE, sel Langerhans mempresentasikan antigen kepada sel T naive, menstimulasi
diferensiasi mereka menjadi sel efektor Th-2 dan menginduksi sensitisasi terhadap antigen.
Begitu juga ketika antigen terikat kepada IgE pada permukaan sel dendritik, maka akan
dilepaskan sitokin – sitokin proinflamasi dalam jumlah yang besar, menstimulasi sel T dan
mengamplifikasi respons inflamasi alergi.
Keratinosit
![Page 6: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/6.jpg)
Terdapat dua mekanisme yang sudah diketahui mengenai keratinosit yang berperan terhadap
progresivitas dan keparahan dari dermatitis atopik. Yang pertama, keratinosit epidermal dari
penderita dermatitis atopik memproduksi kemokin dan sitokin yang unik setelah terjadi
kerusakan mekanik atau interaksi dengan sitokin – sitokin inflamasi. Peningkatan ekspresi GM-
CSF, IL-1, IL-18, dan TNF-α oleh keratinosit menyebabkan diferensiasi sel dendritik dari
prekursor monosit dan aktivasi sel T yang berkontribusi untuk pelepasan sitokin proinflamasi,
aktivasi sel B, dan pelepasan histamin. Mekanisme yang kedua, keratinosit dari pasien dengan
dermatitis atopik mengekspresikan jumlah AMP yang lebih sedikit dari individu normal. Hal ini
meningkatkan kolonisasi mikroba dalam kulit, oleh karena itu biasanya terdapat infeksi kulit
yang berulang pada pasien – pasien dengan dermatitis atopik.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Sebetulnya tidak ada pemeriksaan laboratorium definitif yang digunakan untuk mendiagnosa
DA. Namun meningkatnya serum Imunoglobulin E (IgE) dan eosinofilia di darah perifer bisa
digunakan sebagai informasi tambahan yang berguna untuk konfirmasi status atopi.
![Page 7: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/7.jpg)
Prick test adalah pemeriksaan penunjang yang dilakukan dengan menusukan alergen-alergen
yang umum untuk membantu identifikasi faktor-faktor pencetus yang spesifik pada pasien
dengan DA. Untuk melaksanakan pemeriksaan ini pasien dipastikan tidak mengkonsumsi
antihistamin selama 1 minggu dan kortikosteroid selama 2 minggu sebelum pemeriksaan.
Bagaimanapun juga, tes ini hanya berfungsi untuk menunjukkan antigen spesifik apa yang
menjadi pencetus DA pada pasien.
Tes provokatif juga dapat dilakukan untuk mengetahui makanan apa yang menjadi alergen pada
pasien dengan cara membatasi makanan yang biasa dimakan oleh pasien. Apabila selama masa
restriksi makanan tersebut pasien tidak mengalami rekurensi, maka dapat diambil kesimpulan
makanan tersebut adalah alergen bagi pasien.
Pemeriksaan histologis juga dapat dilakukan namun tidak dianjurkan. Pada lesi DA yang akut,
hasil dari pemeriksaan histologisnya adalah adanya hiperkeratosis, parakeratosis, dan akantosis
dengan lapisan sel granular yang berkurang atau bahkan mungkin tidak ada. Temuan yang
penting pada diagnosis histologis juga ditemukannya spongiosis (akumulasi cairan di area
interseluler dan intraseluler) dan eksositosis (infiltrasi leukosit lewat epidermis).
Pada fase kronis, lesi menunjukkan keadaan hiperkeratosis dengan area parakeratosis dan
papilomatosis (proliferasi keatas dari papila dermal).
DIAGNOSA SEMENTARA :
Dermatitis Atopik, berdasarkan faktor-faktor pendukung, seperti:
Eczema di kedua pipi
Riwayat Atopi di keluarga
DIAGNOSA BANDING
Scabies
Dermatitis Seboroika
Histiositosis
![Page 8: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/8.jpg)
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan pada pasien graves terdiri dari:
Penggunaan obat anti tiroid
RAI (radioactive iodine)
Kontrol diet dan aktifitas
KOMPLIKASI
Asma dan Rhinitis Alergi
Asma adalah suatu penyakit kronis yang ditandai adanya peningkatan kepekaan saluran napas
terhadap berbagai rangsang dari luar; seperti debu, serbuk bunga, dll; yang menyebabkan
penyempitan saluran napas yang meluas.2
Rinitis alergika adalah suatu gejala alergi yang terjadi pada hidung. Gejala rinitis alergika berupa
bersin-bersin disertai gatal-gatal pada hidung dengan ingus yang encer.3
Pada penderita DA 30 % akan berkembang menjadi asma, dan 35% berkembang menjadi rhinitis
alergi. Berdasarkan perjalanan alamiah penyakit alergi yang dikenal sebagai allergic march,
sensitisasi dengan alergen makanan pada usia bayi akan diikuti sensitisasi allergen hirup di
kemudian hari. Pada usia < 2 tahun sensitisasi alergen makanan lebih sering, sedangkan allergen
hirup dan makanan pada usia 2-10 tahun, dan pada usia > 10 tahun lebih sering oleh aeroalergen.
Sensitisasi dengan makanan berkurang dengan bertambahnya umur. Jadi pada usia tahun pertama
gejala alergi makanan dan dermatitis atopi akan diikuti oleh asma dan rinitis alergi di kemudian
hari.(2)
Limfoma
Ada peningkatan risiko kanker secara keseluruhan dan subtipe kanker meliputi limfoma pada
pasien yang menderita dermatitis atopik. Peningkatan risiko terjadinya keganasan pada pasien
![Page 9: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/9.jpg)
dermatitis atopik dikarenakan stimulasi kronik sistem imun oleh antigen menyebabkan terjadinya
mutasi pro-onkogenik secara acak yang dapat menyebabkan peningkatan untuk berkembangnya
kanker.
Neurodermatitis
Neurodermatitis (Liken Simpleks Kronis) adalah suatu peradangan menahun pada lapisan kulit
paling atas yang menimbulkan rasa gatal. Penyakit ini menyebabkan bercak-bercak penebalan
kulit yang kering, bersisik dan berwarna lebihi gelap, dengan bentuk lonjong atau tidak
beraturan.Hal ini dapat disebabkan oleh meningkatnya intensitas rasa gatal yang berkepanjangan
dan kecenderungan untuk menggaruknya. Jika terus digaruk juga dapat menyebabkan luka
permanen atau perubahan warna kulit.(3)
Infeksi kulit
Terkadang ketika menggaruk kuku dapat menembus kulit dan menyebabkan luka terbuka dan
celah yang bisa mengakibatkan infeksi. Infeksi tersebut biasanya disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. Pada pasien dermatitis atopik kemungkinan terjadinya infeksi ini
meningkat.(3)
Komplikasi pada mata
Dermatitis atopik yang parah dapat menyebabkan komplikasi pada mata yang dapat
menyebabkan kerusakan mata permanen. Ketika terjadi komplikasi, timbul rasa gatal di sekitar
kelopak dan mata menjadi parah. Tanda dan gejala dari komplikasi pada mata juga termasuk
mata berair serta radang kelopak mata (blepharitis) dan lapisan kelopak mata (conjunctivitis).(3)
PROGNOSIS
Jika penanganan baik
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
Ad sanationam : ad bonam
![Page 10: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/10.jpg)
Jika penanganan buruk
Ad vitam : dubia ad malam
Ad fungsionam : dubia ad malam
Ad sanationam : ad malam
Pada pasien dermatitis atopi jika penanganan dilakukan sedini dan sebaik mungkin dapat
diperoleh prognosis yang baik. Ad vitam dan ad functionam berupa ad bonam karena dermatitis
atopi tidak mengancam kehidupan dan juga tidak mengganggu fungsi organ. Ad sanationamnya
juga berupa ad bonam walaupun kemungkinan untuk kambuh masih ada namun dapat dicegah.
Prognosis buruk pun dapat terjadi jika alerginya berlanjut menjadi asma dan rhinitis alergi. Hal
ini dapat dicegah dengan menjauhkan anak dari allergen hirup berupa asap rokok, asap
kendaraan, dll.
![Page 11: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/11.jpg)
BAB IV
Pembahasan Guiding Question
Pada lesi D.A ditemukan jenis-jenis sel dendritic yang mana?
Terdapat 2 populasi sel dendrit myeloid yaitu sel Langerhans dan sel epidermal dendritic
inflamatorik. Sel Langerhans terdapat pada kulit yang normal, sedangkan sel epidermal dendritic
inflamatorik hanya tampak pada kulit yang meradang.
Mengapa pada umumnya vaksinasi diberikan pertama kali pada usia 2 bulan?
Vaksinasi biasanya diberikan pada usia 2 bulan karena pada usia inilah imunitas pasif yang
didapat dari ibu sudah berkurang jumlahnya dan juga si bayi sudah mulai bisa membuat sendiri
antibodinya.
Mengapa vaksinasi tertentu diberikan sebelum usia 2 bulan? Jelaskan
Karena pada usia 2 bulan imunitas tubuh bayi masih belum matur sehingga beberapa vaksin
diberikan sebelum berusia 2 bulan dalam upaya pencegahan yang sangat efektif untuk
memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu ke bayi1, seperti contoh vaksin
hepatitis B yang diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir. Contoh lain adalah vaksin polio
yang diberikan saat bayi akan keluar dari RS dalam upaya pencegahan transmisi virus kepada
bayi dari lingkungan luar.
Mengapa vaksin polisakarida diberikan setelah usia 2 tahun?
Vaksin Polisakarida bukan merupakan protein tetapi berasal dari bagian polisakarida
kapsul bakteri. Vaksin ini merupakan T independent antigen yang hanya akan menginduksi
sekresi IgM, tanpa sel memori atau class switching. Ada 4 jenis vaksin polisakarida, yaitu untuk
mencegah infeksi Streptococcus pneumoniae, Neisseria meningitidis, Haemophilus influenzae
tipe b, dan Salmonella typhi. Capsular polysaccharida merupakan imunogen yang lemah
sehingga kurang imunogenik untuk anak usia dibawah 2 tahun. Pada anak berusia dibawah 2
tahun T independent B cells belum memproduksi antibodi untuk polisakarida.
1
![Page 12: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/12.jpg)
Imunogenitas vaksin polisakarida dapat ditingkatkan dengan mengikatkan suatu protein karier,
biasanya toksoid tetanus atau toksoid difteria, sehingga menjadi T dependent vaccines. Sel B
dengan reseptor antigen yang tepat, akan mengikat konjugat kemudian memfagositnya, lalu
memprosesnya, setelah itu mempresentasikan peptide antigen kepada TH cells, dan menginduksi
IgG antibody responses yang memberikan proteksi lebih efektif.
Jadwal Imunisasi menurut IDAI
![Page 13: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/13.jpg)
Kriteria diagnosis dermatitis atopik
Kriteria mayor:
1. Pruritus
2.Tipe morfologi dan distribusi
3.Dermatitis kronis atau residif
4.Riwayat atopi pada penderita atau keluarganya (misalnya, asma, dermatitis atopic, dll)
Kriteria minor:
1. Xerosis
2. Tes alergi pada kulit positif
3. Keilitis
4. Konjungtivitis berulang
Dermatitis atopik merupakan penyakit inflamasi bifasik, jelaskan!
Pada kondisi dermatitis atopik, terdapat proses inflamasi bifasik yaitu fase akut yang kemudian
24 sampai 48 jam setelah itu dilanjutkan oleh fase kronis.
Fase Akut
Sel dendritik yang berperan pada fase akut adalah sel langerhans yang berlokasi pada
jaringan epidermis. Sel dendritik teraktivasi oleh 2 hal; thymic stromal lymphopoietin
(TSLP) yang disekresi oleh sel keratinosit dan ketika allergen terikat pada reseptor
IgE/FcRI yang kemudian bermigrasi ke nodus limfatikus untuk mempresentasikan
peptida allergen kepada Th0.(1) Dengan bantuan sel mast yang memproduksi interleukin-
4 dan sel langerhans yang memproduksi interleukin-10 membantu proses differensiasi
dari Th0 menjadi Th2. Pada tahap ini, Th2 memproduksi IL-13, IL-4 dan IL-5.(2)
Inflamasi yang terjadi pada dermatitis atopik ini berhubungan dengan bertambahnya sel
Th2 pada lesi dikulit yang telah bermigrasi ke jaringan inflamasi melalui kemoatraktan
yang dihasilkan oleh sel langerhans yaitu IL-16.(3)
![Page 14: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/14.jpg)
Fase Kronis
Sel dendritik jenis lain yang berperan pada fase ini disebut juga Inflammatory Dendritic
Epidermal Cells (IDEC) yang dimana akan mempresentasikan peptida allergen kepada
Th0 sehinga berdeferensiasi dengan bantuan IL-12 yang diproduksi oleh IDEC menjadi
Th1 dan memproduksi interferon-. Pada fase kronis ini, terjadi likenifikasi kulit
dikarenakan oleh inflamasi yang berkelanjutan. Sel – sel yang berdominasi pada lokasi
dermatitis atopik kronis adalah sel langerhans, IDEC, makrofag dan eosinofil yang
berkontribusi terhadap terjadinya inflamasi.(4)
![Page 15: Makalah Dermatitis Atopik](https://reader030.vdocuments.mx/reader030/viewer/2022020200/563dbac5550346aa9aa7e7cd/html5/thumbnails/15.jpg)
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.epgonline.org/atopic-dermatitis/understanding/pathophysiology-immune-system-
dysfunction.cfm
2. IDAI. Alergi pada Anak. Available at: http://www.idai.or.id/kesehatananak/artikel.asp?
q=199741315235. Updated on: 2009. Accessed on: September 15th 2012.
3.