makalah citra biner

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengolahan citra merupakan bidang ilmu komputer yang menarik, apalagi orang yang mempunyai minat dan ketertarikan terhadap dunia gambar, fotografi, film, dan sebagainya, sayangnya, buku teks berbahasa indonesia yang membahas bidang ini sangat minim, sehingga kebanyakan orang mengunakan buku teks berbahasa inggris. Citra (image) istilah lain untuk gambar untuk salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya dengan informasi. Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan yaitu hitam dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih disukai karena member kesan yang lebih kaya daripada citra 1

Upload: ichad-pugalu

Post on 24-Jul-2015

776 views

Category:

Documents


38 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah citra biner

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengolahan citra merupakan bidang ilmu komputer yang menarik, apalagi

orang yang mempunyai minat dan ketertarikan terhadap dunia gambar, fotografi,

film, dan sebagainya, sayangnya, buku teks berbahasa indonesia yang membahas

bidang ini sangat minim, sehingga kebanyakan orang mengunakan buku teks

berbahasa inggris.

Citra (image) istilah lain untuk gambar untuk salah satu komponen

multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual.

Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh data teks, yaitu citra kaya

dengan informasi.

Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai

derajat keabuan yaitu hitam dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih

disukai karena member kesan yang lebih kaya daripada citra biner, namun tidak

membuat citra biner mati. Pada beberapa aplikasi citra iner masih dibutuhkan,

misalnya citra logo instansi (yang hanya terdiri atas warna hitam putih), citra

kode batang (bar code) yang tertera pada label barang, citra hasil pemindaian

dokumen teks, dan sebagainya

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat beberapa rumusan

masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:

1

Page 2: Makalah citra biner

a) Bagagaimanah penjelasan citra biner?

b) Bagaimanakah bentuk citra biner?

c) Bagaimanakah aplikasi citra biner?

C. Tujuan

Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat beberapa rumusan

masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:

a) Mengetahui penjelasan citra biner.

b) Mengetahui bentuk citra biner.

c) Mengetahui aplikasi yang digunakan citra biner.

2

Page 3: Makalah citra biner

BAB IIPEMBAHASAN

A. CITRA BINER

Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai

derajat keabuan yaitu hitam dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih

disukai karena member kesanyang lebih kaya daripada citra biner, namun tidak

membuat citra biner mati. Pada beberapa aplikasi citra iner masih dibutuhkan,

misalnya citra logo instansi (yang hanya terdiri atas warna hitam putih), citra

kode batang (bar code) yang tertera pada label barang, citra hasil pemindaian

dokumen teks, dan sebagainya.

Citra biner hanya mempunyai dua nilai derajat keabuan yaitu hitam dan

putih. Pixel-pixel objek bernilai 1 dan pixel-pixel lattar belakang bernilai 0. Pada

saat menampilkan gambar, 0 adlah putih dan 1 adalah hitam. Jadi pada citra

biner, latar belakang berwarna putih sedangkan objek berwarna hitam. Sebagai

contoh gambar dibawah ini:

3

(a) Citra logo (b) citra lukisan kuda terbang

Page 4: Makalah citra biner

Meskipun computer saat ini dapat memproses citra hitm putuih

(grayscale) maupun citra yang berwarna, namun citra biner masih tetap

dipertahankan. Alasan penggunaan citra biner adalah karena ia memiliki

sejumlah keuntungan debagai berikut:

1. Kebutuhan memori kecil karena nilai derajat keabuan hany membutuhkan

representasi 1 bit. Kebutuhan memori untuk citra biner masih dapat

berkurangsecra berarti dengan metode pemampatan run-length encoding

2. Waktu pemrosesan lebih cepat dibandingkan dengan citra hitam-putih

karena banyak operasi pada citra biner yang dilakukan sebagai operasi

logika (AND, OR, NOT,dll).

B. KONVERSI CITRA HITAM-PUTIH KE CITRA BINER

Pengkonverensikan citra hitam-putih (grayscale) menjadi citra biner

dilakukan untuk alasan-alasan ebagai berikut:

1. Untuk mengidentifikasi keberadaan objek, yang dipresentasikan sebagai

daerah (region) dalam citra. Misalnya kita ingin memisahkan (segmentasi)

objek dari gambar latar belakangnya.

2. Untuk lebh memfokuskan pada analisis bentuk morfologi, yang dalam hal ini

intensitas pixel tidak terlalu penting dibandingkan bentuknya.

3. Untuk menamplkan citra dalam piranti keluaran yang hanya mempunyai

resulusi intensitas satu bit, yaitu piranti peampil dua-aras atau biner seperti

pencetak atau (printer)

4

Page 5: Makalah citra biner

4. Mengkonversi citra yang telah ditingkatkan kualitas tepinya (edge

enhancement) ke pengambaran garis-garis tepi. Ini perlu digunakan untuk

membedakan tepi yang kuat yang berkoresponden dengan batas-batas objek

dengan tepi lemah yang berkoresponden dengan perubahan illumination,

bayangan, dll.

Konversi dari citra hitam putih ke citra biner dilakukkan dengan operasi

pengambangan (tresholding). Operasi pengambangan mengelompokan nilai

derajat keabuan setiap pixel ke dalam 2 kelas, hitam dan putihdua pendekatan

yang digunakan dalam opersi pengambangan adalah pengambangan secara

global dan pengambangan secara local.

a. Pengambangan secara global (global image thresholding)

Setiap pixel di dalam citra dipetakan ke dalam dua nilai, 1 atau 0 dengan

fungsi pengambangan:

Yang dalam hal ini fB(i,j) adalh citra hitam putih, fB(i,j) adalah citra biner, dan

T adalah nilai ambang yang dipersifikasikan. Dengan opersi pengambangan

tersebut, objek dibuat berwarna gelap (1 atau hitam) sedangkan latar belakang

berwarna terang (0 atau putih).

5

Page 6: Makalah citra biner

Nilai ambang T dipilih sedemikian sehingga galat yang diperoleh sekecil

mungkin. Cara yang umum menentukan nilai T adalah dengan membuat

histogram citra. Jika citra mengandug satu buah objek dan latar belakang

mempunyai nilai intensitas yang homogen, maka citra tersebut umumnya

mempunyai histogram bimodal (mempunyai dua puncak atau dua buah

maksimum local) seperti pada gambar 11.3. :

Nilai T dipilih ada nilai minimum local yang terdapat diantara dua puncak.

Dengan cara seperti ini, kita tidak hanya mengkonversi citra hitam-putih ke

citra biner, sekaligus melakukan segmentasi objek dari latar belakangnya.

Gambar 11.4. memperlihatkan sekmentasi objek (botol dan apel) dari latar

belakan dengan cara mengkoversikan citra hitam putih menjadi citra biner

dengan menggunkan nilai ambang T = 90 dan T = 100. Gambar 11.5.

6

Page 7: Makalah citra biner

memperlihatkan konversi citra lena menjadi citra biner dengan T = 128 dan T

= 150.

Jika nilai intensitas objek diketahui dalam selang [T1,T2], maka kita dapat

menggunakan fungsi pengambangan :

b. Pengambangan secara local adaptif (locally adaptive image thresholding)

Pengambangan secara global tidak selalu tepat untuk seluruh mcam gambar.

Beberapa informasi penting dalam gambar mungkin hilang karena

pengambangan global ini. Pengambangan secara local dilakukan terhadap

daera-daerah di dalam citra. Dalam hal ini citra dipecah bagian-bagian kecil,

kemudian proses pengambangan dilakukkan secara loka. Nilai ambang untuk

setiap bagan belum temtu sama dengan bagian lain.

C. PENAPIS LUAS

7

Page 8: Makalah citra biner

Proses pengambangan menghasilkan citra biner. Sering kali citra biner

yang dihasilkan mengandung beberapa daerah yang sering dianggap gangguan.

Biasanya daerah gangguan ini berukuran kecil. Penapis luas dapat digunakan

untuk menghilangkan gagnguan tersebut. Misalkan objek yang dianalisis

diketahui mempunyai luas lebih dari T. Maka, pixel-pixel dari daerah luas

dibawah T dinyatakan dengan 0. Dengan cara ini, daerah yang berupa gangguan

dapat dihilangkan (gambar 11.6 dan 11.7)

D. PENKODEAN CITARA BINER

Citra biner umumnya dikodekan dengan metode run-length enconding

(RLE). Metode pengkodean ini menghasilkan representasi citra yang mampat.

Dua pendekatan yang digunaka dalam penerapan RLE pada citra biner:

a. Posisi awal kelompok nilai dan panjangnya (length of runs)

8

Page 9: Makalah citra biner

b. Panjang run, dimulai degan pajang run 1.

Contoh 11.1. misalkan citra binernya sebagai berikut

1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1

0 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1 1 1

Hasil pengkodean dengan metode RLE :

(i). Pendekatan pertama:

(1,3)(7,2)(12,4)(17,2)(20,3)

(5,13)(19,4)

(1,3)(17,6)

(ii).Pendekatan kedua

3,3,2,3,4,1,2,1,3

0,4,13,1,4

3,13,6

E. SEGMENTASI CITRA BINER

Proses awal yang dilakukan dalam menganalisis objek didalam citra biner

adalah segmentasi objek. Segmentasi objek bertujuan untuk mengelompokkan

pixel-pixel objek menjadi wilayah (reion) yang mempresentasikan objek.

Ada dua pendekatan yang digunakan dalam segmentasi objek:

1. Segmentasi berdasarkan wilayah (tepi dari objek)

Pixel-pixel tepi ditelusuri sehingga rangkaian pixel yang menjadi batas antara

objek dengan latar belakang dapat diketahui secara keseluruhan.

9

Page 10: Makalah citra biner

2. Segmentasi kedalam bentuk-bentuk dasar (misalnya segmentasi huruf menjadi

garis-garis vertical dan horizontal, segmentasi objek menjadi bentuk lingkaran

elips, dan sebagainya).

Metode pendeteksian batas wilayah yang lain adalah pendeteksian

topologi. Pada metode ini, setiap kelompok 4-pixel bertetangnga dan bila

kelompok tersebut sama dengan salah satu bentuk pada gambar 11.9. maka pada

titik tengah dari kelompok pixel tersebut terdapat tepi.

Titik tepi yag dideteksi selanjutnya dihubungkan oleh garis-garis

penghubung. Arah garis penghubung dikodekan dengan kode rantai (chain code).

F. REPRESENTASI WILAYAH

Wilayah (region) di dalam citra biner dapat dipresentasikan dalam

beberapa cara. Salah satu cara yang populeh adalah representasi wilayah dengan

pohon-empatan (quadtree). Setiap simpul didalam pohon-empatan diperoleh

dengan membagi citra secara rekrusif. Wilayah didalam citra dibagi menjadi

10

Page 11: Makalah citra biner

empat buah upa-wilayah yang berukuran sama. Untuk setiap upa-wilayah, bila

pixel-pixel di dalam wilayah semuanya hitam atau semunya putih, maka proses

pembagian dihentikan. Sebaliknya jika pixel-pixel di dalam upa-wilayah

mengandung baik pixel hitan dan pixel putih (kategori abu-abu), maka upa-

wilayah dibagi menjadi empat bagian. Demikian seterusnya sampai diperoleh

upa-wilayah yang semua pixel-nya hitam atau semua pixel-nya putih. Dinamakan

pohon-empatan karena setiap simpul mempunyai tepat empat anak. Kecuali

simpul daun. Gambar 11.10. memperlihatkan representasi dengan pohon

empatan.

G. PENIPISAN POLA

Penipisan (thinning) adalah operasi pemrosesan citra bier yang dalam hal

ini objek (region) direduksi menjadi rangka yang menghampiri garis sumbu

objek. Tujuan penipisan adalah mengurangi bagian yang tidak perlu (redundant)

sehingga hanya dihasilkan informasi yang esensial saja. Pola hasil penipisan

harus tetap mempunyai bentuk yang menyerupai pola asalnya. Sebagai contoh,

gambar 11.11. adalah huruf “R” dan hasil penipisanya menjadi rangka “R”.

11

Page 12: Makalah citra biner

Penipisan pola merupakan proses interatif yang menghilangkan pixel-pixel hitam

(mengubahnya menjadi pixel putih) pada tpi-tepi pola. Jadi, alogaritma penipisan

mengelupas pixel-pixel pinggir objek, yaitu pixel-pixel yang terdapat pada

peralihan 0-1.

12

Page 13: Makalah citra biner

BAB IIIPENUTUP

A. Kesimpulan

Citra biner (binary image) adalah citra yang hanya mempunyai dua nilai

derajat keabuan yaitu hitam dan putih. Meskipun saat ini citra berwarna lebih

disukai karena member kesanyang lebih kaya daripada citra biner, namun tidak

membuat citra biner mati.

Jadi pada citra biner, latar belakang berwarna putih sedangkan objek

berwarna hitam. Sebagai contoh gambar dibawah ini:

B. Saran

Kami sebagai penyusun makalah ini, sangat mengharap atas segala saran-

saran dan kritikan yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini. Dan saya

menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena manusia adalah

insan yang tak dapat lepas dari kesalahan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi saya

pemakalah, sebagai dasar atau landasan guna menyambut kehidupan di masa

depa. Amien….

13

(b) Citra logo (b) citra lukisan kuda terbang