makalah asma

40
Anatomi Fisiologi Dosen : dr. Hj. Darmawati Rauf, Sp. PK PENYAKIT ASMA Oleh KELOMPOK 2 Ihfah Khaerawaty Gau Cindy Yunita Sumule Dwi Mutiara Eka Saputra Elvira Yolanda Putri Fatimah Suci Wahyuni Datu Fauzan Adzima Fitrah Ramadani Hajrah Hastarina JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITKENIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN

Upload: ihfa-gaemgyu-everlastingfriend

Post on 15-Sep-2015

267 views

Category:

Documents


73 download

DESCRIPTION

Makalah tentang Penyakit Asma

TRANSCRIPT

Anatomi FisiologiDosen : dr. Hj. Darmawati Rauf, Sp. PK

PENYAKIT ASMAOleh KELOMPOK 2Ihfah Khaerawaty GauCindy Yunita SumuleDwi MutiaraEka SaputraElvira Yolanda PutriFatimah Suci Wahyuni DatuFauzan AdzimaFitrah RamadaniHajrahHastarina

JURUSAN ANALIS KESEHATAN POLITKENIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATANMAKASSARJl. Wijaya Kusuma Raya, No. 56KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat limpahan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya jualah sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Penyakit Asma ini dapat terselesaikan.Dalam penulisan makalahini kami tidak henti-hentinya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami dalam menyelesaikan makalah ini termasuk kepada dosen Anatomi Fisiologi kami, Ibu dr. Hj. Darmawati Rauf, Sp. PK. Penulisan makalah ini bertujuan memberikan informasi tentang penyakit asma.Kami sadar sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana pepatah Tak ada gading yang tak retak. Oleh karenanya kami membuka tangan selebar-lebarnya guna menerima saran dan kritik membangun demi kesempurnaan makalah ini.Akhirnya kami mengharapkan agar makalah ini dapat berguna bagi para mahasiswa khususnya di jurusan Analis Kesehatan.Sekian dan Terima Kasih.Makassar, 10 Desember 2014

Penulis

DAFTAR ISIHalaman Sampul.i

Kata Pengantarii

Daftar Isi.iii

BAB I.4

BAB II.6

BAB III...24

Daftar Pustaka26

ii

BAB IPENDAHULUANA. Latar BelakangAsma merupakan penyakit yang sangat dekat dengan masyarakat dan mempunyai populasi yang terus meningkat (The Global Initiative for Asthma, 2004). Kasus asma diseluruh dunia menurut survey GINA (2004) mencapai 300 juta jiwa dan diprediksi pada tahun 2025 penderita asma bertambah menjadi 400 juta jiwa.Saat ini penyakit asma menduduki urutan sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia (Depkes RI, 2007). Hal ini disebabkan oleh pengelolaan asma yang tidak terkontrol yang di tambah dengan sikap pasien dan dokter yang sering kali meremehkan tingkat keparahan penyakit asma sehingga menyebabkan kesakitan yang berkelanjutan dan lebih parahnya dapat menyebabkan kematian seketika pada penderitanya (Dahlan, 1998).Di Amerika Serikat tercatat sekitar 2 juta penderita asma yang mengunjungi Unit Gawat Darurat setiap tahunnya, dan sekitar 500.000 penderita asma yang harus menjalani rawat inap, dan sebagai peringkat ketiga penyebab rawat inap. Di satu sisi, dunia kedokteran dan farmasi telah mencapai kemajuan yang sangat signifikan dalam pemahaman mengenai asma sebagai penyakit. Namun ironisnya, dari sisi lain, meski berjuta-juta dollar telah dikeluarkan untuk berbagai studi dan riset mengenai asma, nyatanya jumlah penderita baru asma di seluruh dunia terus meningkat dari tahun ke tahun.Penyakit asma sudah lama diketahui, namun saat ini pengobatan atau terapi yang diberikan hanya untuk mengendalikan gejala (Sundaru, 2008). Asma merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tapi dapat dikendalikan. Asma dapat dikendalikan dengan pengelolaan yang dilakukan secara lengkap, tidak hanya dengan pemberian terapi farmakologis yaitu dengan cara pemberian obat-obatan anti inflamasi tetapi juga menggunakan terapi nonfarmakologis yaitu dengan cara mengontrol gejala asma (Sundaru 2008).Pengontrolan terhadap gejala asma dapat dilakukan dengan cara menghindari allergen pencetus asma, konsultasi asma dengan tim medis secara teratur, hidup sehat dengan asupan nutrisi yang memadai, menghindari stres dan olahraga (Wong, 2003). Semua penatalaksanaan ini bertujuan untuk mengurangi gejala asma dengan meningkatkan sistem imunitas (Siswantoyo, 2007; The Asthma Foundation of Victoria, 2002) dan memperlancar sistem respirasi (Suyoko, 1992).Asma dapat diatasi dengan baik dan akan lebih sedikit mengalami gejala asma apabila kondisi tubuhnya dalam keadaan sehat. Olahraga dan aktivitas merupakan hal penting untuk membuat seseorang segar bugar dan sehat. Melakukan olahraga merupakan bagian penanganan asma yang baik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002). Namun anjuran olahraga terhadap penderita asma masih menjadi kontroversi. Disatu pihak olahraga dapat memicu gejala asma, namun di lain pihak olahraga dapat meningkatkan kemampuan bernapas penderita asma sehingga sangat penting dilakukan dalam upaya pengendalian asma.Berdasarkan uraian di atas, maka akan dibahas lebih lanjut tentang penyakit asm dan pengendaliannya.B. Rumusan MasalahBerdasarkan dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah:1. Bagaimana cara kerja paru-paru?2. Apa pengertian asma?3. Apa yang menyebabkan terjadinya serangan asma?4. Bagaimanakah klasifiksi asma?5. Bagaimana mekanisme terjadinya asma?6. Apa sajakah cara untuk pengendalian penyakit asma?

C. Tujuan PembahasanJika dilihat dari rumusan maslah diatas, maka tujuan penulis membahas penyakit asma dan pengendaliannya adalah:1. Untuk mengetahui bagaimana cara kerja paru-paru2. Untuk mengetahui bagaimana sluk beluk dari pengertian asma3. Untuk mengetahui apa saja penyebab-penyebab terjadinya serangan asma4. Untuk mengetahui bagaimana klasifikasi dari penyakit asma5. Untuk mengetahui tentang mekanisme tejadinya asma6. Untuk mengetahui cara penanganan atau pengendalian penyakit asma

BAB IIPEMBAHASANA. Cara Kerja Paru-paru1. Pengertian Paru-paru ManusiaParu-paru adalah organ tubuh manusia yang terdapat di dalam dada. Paru-paru ini mempunyai fungsi memasukkan oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan dan termasuk dalam sistem kitaran vertebrata yang bernafas. Ini berfungsi untuk menukar oksigen dari udara dengan karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin. Proses ini dikenali sebagai respirasi atau pernafasan.Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur tulang selangka dan diliputi dua dinding yang dikenal sebagai pleura. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenal sebagai rongga pleural yang berisi cairan pleural.Manusia menghirup udara untuk mendapatkan oksigen, namun tidak semua udara yang dihirup dapat digunakan oleh tubuh, karena udara tercampur dengan berbagai jenis gas. Pada waktu kita bernapas, paru-paru menarik udara dari ruang tenggorokan. Saat dihembuskan, rangka tulang rusuk tertarik ke arah dalam, dan diafragma di bawah tulang rusuk bergerak ke atas. Ketika paru-paru mengecil, udara yang ada di dalam kantung udara sedikit demi sedikit terdorong ke luar melalui batang tenggorokan.Cara kerja paru-paru, jika oksigen sudah sampai pada bronkus, maka oksigen siap untuk masuk ke dalam saluran paru-paru. Oksigen akan berdifusi lewat pembuluh darah berupa kapiler-kapiler arteri dengan cara difusi. Kapiler-kapiler ini terdapat pada alveolus yang merupakan cabang dari bronkiolus. Pada alveolus ini akan terjadi pertukaran gas oksigen dengan karbondioksida. Oksigen diikat oleh hemoglobindalam sel-sel darah merah (eritrosit), lalu diedarkan ke seluruh sel-sel tubuh yang nantinya akan digunakan oleh mitokondoria alam respirasi tingkat seluler untuk menghasilkan energi berupa ATP (Adenosin Triphospat). Karbondioksida akan dibawa oleh kapiler vena untuk dibawa ke alveolus dan akan dikeluarkan di alveolus melalui proses respirasi.B. Pengertian AsmaAsma sendiri berasal dari kata asthma. Kata ini berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti sulit bernafas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak nafas, batuk, dan mengi yang disebabkan oleh penyempitan saluran nafas. Atau dengan kata lain asma merupakan peradangan atau pembengkakan saluran nafas yang reversibel sehingga menyebabkan diproduksinya cairan kental yang berlebih (Prasetyo, 2010).Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang (Brunner & Suddarth, 2001).Menurut Prasetyo (2010) Asma, bengek atau mengi adalah beberapa nama yang biasa kita pakai kepada pasien yang menderita penyakit asma. Asma bukan penyakit menular, tetapi faktor keturunan (genetic) sangat punya peranan besar di sini.Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberikan respon yang sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau ganguan. Saluran pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara yang masuk. Penyempitan atau hambatan ini bisa mengakibatkan salah satu atau gabungan dari berbagai gejala mulai dari batuk, sesak, nafas pendek, tersengal-sengal, hingga nafas yang berbunyi ngik-ngik (Hadibroto et al, 2006).Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni:a. Asma EkstrinsikAsma ekstrinsik adalah bentuk asma yang paling umum, dan disebabkan karena reaksi alergi penderitanya terhadap hal-hal tertentu (alergen), yang tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap mereka yang sehat.Pada orang-orang tertentu, seperti pada penderita asma, sistem imunitas bekerja lepas kendali dan menimbulkan reaksi alergi. Reaksi ini disebabkan oleh alergen. Alergen bisa tampil dalam bentuk: mulai dari serbuk bunga, tanaman, pohon, debu luar/dalam rumah, jamur, hingga zat/bahan makanan. Ketika alergen memasuki tubuh pengidap alergi, sistem imunitasnya memproduksi antibodi khusus yang disebut IgE. Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini adalah histamin.Akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah reaksi penegangan / pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran tersebut.b. Asma IntrinsikAsma intrinsik tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari alergen. Asma jenis ini disebabkan oleh stres, infeksi, dan kondisi lingkungan seperti cuaca, kelembaban dan suhu udara, polusi udara, dan juga oleh aktivitas olahraga yang berlebihan.Asma intrinsik biasanya berhubungan dengan menurunnya kondisi ketahanan tubuh, terutama pada mereka yang memiliki riwayat kesehatan paru-paru yang kurang baik, misalnya karena bronkitis dan radang paru-paru (pneumonia). Penderita diabetes mellitus golongan lansia juga mudah terkena asma intrinsik.Tujuan dari pemisahan golongan asma seperti yang disebut di atas adalah untuk mempermudah usaha penyusunan dan pelaksanaan program pengendalian asma yang akan dilakukan oleh dokter maupun penderita itu sendiri. Namun dalam prakteknya, asma adalah penyakit yang kompleks, sehingga tidak selalu dimungkinkan untuk menentukan secara tegas, golongan asma yang diderita seseorang. Sering indikasi asma ekstrinsik dan intrinsik bersama-sama dideteksi ada pada satu orang.C. Sejarah AsmaAsma dikenali di Mesir Kuno dan diobati dengan meminum ramuan dupa yang dikenal sebagai kifi. Penyakit ini secara resmi disebut sebagai masalah pernafasan oleh [Hipokrates] sekitar tahun 450 Sebelum Masehi, dengan nama Yunani yang berarti "terengah-engah" membentuk dasar dari nama modernnya. Pada tahun 200 SM penyakit ini dipercaya setidaknya sebagian berkaitan dengan emosi.Pada tahun 1873, salah satu makalah pertama pengobatan modern dalam subyek ini mencoba menjelaskan patofisiologi dari penyakit itu, sementara satu pada tahun 1872 menyimpulkan bahwa asma bisa disembuhkan dengan menggosok dada dengan obat gosok kloroform. Perawatan medis pada tahun 1880, termasuk penggunaan intravena dari obat yang disebut pilokarpin. Pada tahun 1886, F.H. Bosworth berteori bahwa ada hubungan antara asma dan rinitis alergi. Epinefrin pertama kali digunakan dalam pengobatan asma pada tahun 1905. Kortisteroid oral mulai digunakan untuk kondisi ini pada tahun 1950an sementara kortisteroid hirup dan agonis beta aksi pendek pilihan mulai banyak digunakan pada tahun 1960an.Selama tahun 1930-50an, asma dikenal sebagai salah satu dari tujuh besar penyakit psikosomatik. Penyebabnya dianggap sebagai psikologis, dengan pengobatan sering berdasarkan psikoanalisa dan penyembuhan dengan bicara lain. Karena para psikoanalis ini menginterpretasikan mengi asma sebagai tangisan yang tertahan dari anak yang mencari ibunya, mereka menganggap pengobatan depresi khususnya penting untuk individu yang menderita asma.

D. Epidemiologi Hingga tahun 2011, 235300 juta orang di seluruh dunia menderita asma, dan sekitar 250.000 orang meninggal per tahun karena penyakit ini. Tingkatnya berbeda-beda antar Negara dengan prevalensi antara 1 dan 18%. Lebih sering ditemukan di negara maju dibandingkan negara berkembang. Jadi tingkatnya terlihat lebih rendah di Asia, Eropa Timur dan Afrika. Di negara maju penyakit ini lebih banyak diderita oleh mereka yang kurang beruntung secara ekonomi sementara di negara berkembang lebih biasa ditemukan di kalangan atas. Alasan untuk perbedaan ini tidak diketahui. Lebih dari 80% mortalitas terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Walaupun asma dua kali lebih sering ditemukan di kalangan anak laki-laki dibandingkan anak perempuan, asma berat terjadi pada keduanya setara. Sebaliknya wanita dewasa memiliki tingkat asma yang lebih tinggi dibandingkan pria dan lebih sering ditemukan di kalangan orang muda dibandingkan orang tua.Tingkat asma global telah meningkat secara tajam antara tahun 1960an dan 2008 sehingga penyakit ini diakui sebagai masalah kesehatan umum utama sejak tahun 1970an. Tingkat asma sudah stabil di negara maju sejak pertengahan 1990an dengan peningkatan terbaru terutama di negara berkembang. Asma diderita sekitar 7% penduduk Amerika Serikat dan 5% penduduk Inggris. Di Kanada, Australia dan Selandia Baru tingkatnya sekitar 1415%.

E. Penyebab Terjadinya AsmaMenurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu: Pemicu (trigger) yang mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernafasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Banyak kalangan kedokteran yang menganggap pemicu dan bronkokonstriksi adalah gangguan pernafasan akut, yang belum berarti asma, tapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik. Gejala-gejala bronkokonstriksi yang diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun saluran pernafasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi termasuk stimulus sehari-hari seperti: perubahan cuaca dan suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernafasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan. Penyebab (inducer) yang mengakibatkan peradangan (inflammation) pada saluran pernafasan. Penyebab asma (inducer) bisa menyebabkan peradangan (inflammation) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernafasan. Oleh kebanyakan kalangan kedokteran, inducer dianggap sebagai penyebab asma sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma (inducer) dengan demikian mengakibatkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi, dibanding gangguan pernafasan yang diakibatkan oleh pemicu (trigger). Umumnya penyebab asma (inducer) adalah alergen, yang tampil dalam bentuk: ingestan, inhalan, dan kontak dengan kulit. Ingestan yang utama ialah makanan dan obat-obatan. Sedangkan alergen inhalan yang utama adalah tepung sari (serbuk) bunga, tungau, serpih dan kotoran binatang, serta jamur.

F. Klasifikasi AsmaKlasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu:1. IntermitenIntermitten ialah derajat asma yang paling ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, serangannya biasanya berlangsung secara singkat. Dan gejala ini juga bisa muncul di malam hari dengan intensitas sangat rendah yaitu 2x sebulan.2. Persisten RinganPersisten ringan ialah derajat asma yang tergolong ringan. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala pada sehari-hari berlangsung lebih dari 1 kali seminggu, tetapi kurang dari atau sama dengan 1 kali sehari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.3. Persisten SedangPersisten sedang ialah derajat asma yang tergolong lumayan berat. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya di atas 1 x seminggu dan hampir setiap hari. Serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.4. Persisten BeratPersisten berat ialah derajat asma yang paling tinggi tingkat keparahannya. Pada tingkatan derajat asma ini, gejala yang muncul biasanya hampir setiap hari, terus menerus, dan sering kambuh. Membutuhkan bronkodilator setiap hari dan serangannya biasanya dapat mengganggu aktifitas tidur di malam hari.

G. Patofisiologi AsmaIndividu dengan asma mengalami respon imun yang buruk terhadap lingkungan. Antibodi yang dihasilkan (IgE) kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru. Pemajanan ulang terhadap antigen mengakibatkan ikatan antigen dengan antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast (disebut mediator) seperti histamin, bradikinin dan prostaglandin serta anafilaksis dari substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, bronkospasme, pembengkakakan membran mukosa dan pembentukan mukus yang sangat banyak.Sistem saraf otonom mempersarafi paru. Tonus otot bronkial diatur oleh impuls saraf vegal melalui sistem parasimpatis. Pada asma idiopatik atau non alargi ketika ujung saraf pada jalan nafas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi polutan, jumlah asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan asetilkolin ini secara langsung menyebabkan bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas diatas. Individu dengan asma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respon parasimpatis.Setelah pasien terpajan alergen penyebab atau faktor pencetus, segera akan timbul dispnea. Pasien merasa seperti tercekik dan harus berdiri atau duduk dan berusaha penuh mengerahkan tenaga untuk bernafas. Kesulitan utama terletak pada saat ekspirasi. Percabangan trakeobronkial melebar dan memanjang selama inspirasi, tetapi sulit untuk memaksakan udara keluar dari bronkiolus yang sempit, mengalami edema dan terisi mukus, yang dalam keadaan normal akan berkontraksi sampai tingkatan tertentu pada saat ekspirasi.Udara terperangkap pada bagian distal tempat penyumbatan, sehingga terjadi hiperinflasi progresif paru. Akan timbul mengi ekspirasi memanjang yang merupakan ciri khas asma sewaktu pasien berusaha memaksakan udara keluar. Serangan asma seperti ini dapat berlangsung beberapa menit sampai beberapa jam, diikuti batuk produktif dengan sputum berwarna keputih-putihan.

H. Pengendalian AsmaManajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut:1. PengetahuanMemberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).2. MonitorMemonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma. Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).3. Menghindari Faktor ResikoHal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma. Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya (GINA, 2005).4. Pengobatan Medis Jangka PanjangPengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten, tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten, menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten, menggunakan pilihan obat .

I. PencegahanEfektivitas langkah-langkah pencegahan timbulnya asma ternyata tidak memiliki bukti kuat. Ada beberapa yang cukup kuat antara lain: pembatasan pajanan terhadap rokok baik pada saat dalam kandungan dan setelah lahir, menyusui, dan peningkatan pajanan terhadap tempat penitipan anak atau keluarga besar. Namun, kedua langkah ini tidak didukung oleh bukti yang cukup untuk dijadikan rekomendasi indikasi penyakit ini. Pajanan terhadap binatang peliharaan pada usia dini juga mungkin bermanfaat. Namun, pengamatan pajanan terhadap hewan peliharaan ini dalam keadaan yang berbeda tidak memberikan hasil meyakinkan[94] dan rekomendasi yang diberikan hanya memindahkan hewan peliharaan dari rumah pasien yang memiliki gejala alergi terhadap piaraan tersebut. Pembatasan asupan selama masa kehamilan atau pada saat menyusui juga tidak pernah terbukti efektif sehingga tidak direkomendasikan. Pengurangan atau penghilangan senyawa tertentu yang diketahui berasal dari tempat kerja pada orang-orang yang sensitif bisa jadi memberikan hasil efektif.

J. Pengobatan Bagi Penderita AsmaMeskipun tidak ada obat untuk asma, gejala-gejala yang muncul biasanya bisa disembuhkan. Untuk itu, harus ada suatu rancangan penanganan khusus yang bisa disesuaikan untuk pemantauan dan pengelolaan gejala. Rancangan ini harus memasukkan langkah pengurangan pajanan terhadap alergen, pengujian untuk mengetahui tingkat keparahan gejala, dan penggunaan obat-obatan. Rancangan pengobatan harus ditulis dan saran penyesuaian pengobatan harus diberikan berdasarkan terjadinya perubahan-perubahan pada gejala.Cara pengobatan asma yang paling efektif yaitu menemukan pemicunya, misal merokok, hewan peliharaan, atau aspirin, dan menghilangkan pajanan terhadap pemicu-pemicu tersebut. Jika menjauhi pemicu masih belum cukup, baru disarankan untuk menggunakan obat. Obat farmasi dipilih berdasarkan, antara lain, keparahan penyakit dan frekuensi gejala. Pengobatan khusus untuk asma secara luas dikategorikan dalam obat reaksi-cepat dan reaksi-lambat.Bronkodilator direkomendasikan untuk pelega jangka pendek. Pada pasien yang mendapatkan serangan sesekali, tidak diperlukan obat lain. Jika penyakitnya ringan namun persisten (terjadi serangan lebih dari dua kali dalam seminggu), maka disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dosis rendah atau antagonis leukotriene oral atau stabiliser sel mast. Bagi pasien yang mendapatkan serangan setiap hari, disarankan menggunakan kortikosteroid hirup dengan dosis yang lebih tinggi. Pada serangan asma sedang atau berat, kortikosteroid oral turut ditambahkan ke dalam rancangan pengobatan ini. Modifikasi Gaya HidupMenjauhi pemicu merupakan komponen kunci dalam meningkatkan kendali dan mencegah serangan. Pemicu yang paling umum antara lain alergen, rokok (tembakau dan lainnya), polusi udara,penghambat beta non selektif, dan makanan yang mengandung sulfit. Merokok dan menjadi perokok pasif dapat mengurangi efektivitas obat seperti kortikosteroid. Pengendalian tungau debu, termasuk penyaringan udara, bahan kimia pembasmi tungau, pengisapan debu, pemakaian sprei, dan metode lainnya tidak berpengaruh pada pengurangan gejala asma. ObatObat yang digunakan untuk menangani asma dibagi menjadi dua kelas umum yaitu: obat pelega napas cepat yang digunakan untuk menangani gejala akut; dan obat pengendali jangka panjang yang digunakan untuk mencegah perburukan lebih lanjut. Reaksi-cepata. Reaksi-singkat agonis beta2-adrenoseptor (SABA), seperti salbutamol (albuterol USAN) atau Nama yang Diadopsi Amerika Serikat, merupakan pengobatan garis pertama untuk gejala asma. b. Obat Antikolinergik, misalnya ipratropium bromida, memberikan manfaat lain saat digunakan dalam kombinasi dengan SABA untuk pasien yang mengalami gejala sedang atau berat. Bronkodilator antikolinergik juga dapat digunakan jika pasien tidak dapat menoleransi SABA. c. Agonis adrenergik versi lama yang kurang selektif seperti epinefrin hirup, memiliki tingkat kemanjuran yang setara dengan jenis SABA. Meski demikian, obat-obatan tersebut tidak direkomendasikan karena kekahawatiran akan terjadinya stimulasi berlebihan terhadap jantung. Pengendali jangka panjanga. Kortikosteroid secara umum dinilai sebagai obat paling efektif yang tersedia untuk pengendali jangka panjang. Biasanya, bentuk hirup lebih banyak dipakai kecuali untuk kasus penyakit berat yang persisten yang mungkin membutuhkan kortikosteroid oral. Biasanya, formula hirup direkomendasikan untuk digunakan satu atau dua kali sehari, tergantung tingkat keparahan gejala.b. Long-acting beta-adrenoceptor agonist (LABA) atau Agonis beta-adrenoseptor reaksi-lambat seperti salmeterol dan formoterol dapat memperkuat pengendalian asma, meskipun hanya pada orang dewasa, bila dikombinasikan dengan kortikosteroid hirup. Manfaatnya pada anak-anak belum jelas. Jika digunakan tanpa steroid, obat-obatan ini meningkatkan risiko terjadinya efek samping, bahkan saat digunakan bersama kortikosteroid, risiko ini tetap sedikit mengalami peningkatan.c. Antagonis Leukotrien (seperti montelukast dan zafirlukast) bisa jadi digunakan bersama kortikosteroid hirup sebagai tambahan, dan secara khusus digunakan dalam satu rangkaian dengan LABA. Tidak ada cukup bukti yang menguatkan manfaat penggunaan obat-obatan ini untuk serangan asma akut. Pada anak-anak di bawah lima tahun, obat-obatan ini menjadi terapi tambahan kortikosteroid hirup yang lebih sering dipilih.d. Stabiliser sel mast (seperti sodium kromolin) adalah pilihan lain yang tidak begitu disukai dibandingkan kortikosteroid. Metode konsumsi obatObat biasanya tersedia dalam bentuk metered-dose inhaler (MDI) yang dikombinasikan dengan spacer asma atau dalam bentuk dry powder inhaler atau DPI. Spacer adalah silinder plastik yang mencampurkan obat dengan udara sehingga obat mudah diterima dalam dosis penuh. Alat nebulizer juga bisa digunakan. Nebulizer dan spacer sama-sama efektif untuk pasien dengan gejala ringan sampai sedang, namun tidak ada cukup bukti untuk menentukan apakah memang ada perbedaan jika diterapkan pada gejala berat. Dampak merugikanPenggunaan kortikosteroid hirup dengan dosis konvensional dalam jangka panjang membawa risiko dampak merugikan yang ringan. Risiko tersebut antara lain timbulnya katarak dan menurunnya tinggi perawakan tubuh. Pengobatan AlternatifBanyak orang yang menderita asma, seperti mereka yang mengalami gangguan kronis lain, menggunakan pengobatan alternatif; survei menunjukkan sekitar 50% menggunakan terapi non-konvensional. Hanya ada sedikit data untuk mendukung efektivitas terapi-terapi ini. Bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaan Vitamin C. Akupuntur tidak dianjurkan untuk pengobatan karena bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya. Ioniser udara tidak menunjukkan bukti memperbaiki gejala asma atau menguntungkan fungsi paru-paru; ini berlaku baik untuk generator ion negatif maupun positif."Terapi manual", termasuk osteopatik, kiropraktik, fisioterapi dan terapi pernafasan, tidak mempunyai cukup bukti yang mendukung penggunaannya dalam pengobatan asma. Teknik pernafasan buteyko untuk mengontrol hiperventilasi bisa menyebabkan penurunan penggunaan obat namun tidak berpengaruh pada fungsi paru-paru. Sehingga sebuah panel ahli merasa bahwa bukti tidak mencukupi untuk mendukung penggunaannya.Berikut penjelasan tentang obat-obat pengontrol asma (Controller):1. Glukokortikosteroid InhalasiJenis obat ini digunakan selama satu bulan atau lebih untuk mengurangi gejala inflamasi asma. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru, mengurangi hiperresponsive dan mengurangi gejala asma dan meningkatkan kualitas hidup (GINA, 2005). Obat ini dapat menimbulkan kandidiasis orofaringeal, menimbulkan iritasi pada bagian saluran napas atas dan dapat memberikan efek sistemik, menekan kerja adrenal atau mengurangi aktivitas osteoblast (GINA, 2005).2. Glukokortikosteroid Oral Mekanisme kerja obat dan fungsi obat ini sama dengan obat kortikosteroid inhalasil. Obat ini dapat menimbulkan hipertensi, diabetes, penekanan kerja hipothalamus-pituitary dan adrenal, katarak, glukoma, obaesitas dan kelemahan (GINA, 2005).3. Kromones (Sodium Cromogycate dan Nedocromyl Sodium) Obat ini dapat menurunkan jumlah eosin bronchial pada gejala asma. Obat ini dapat menurunkan gejala dan menurunkan reaksi hiperresponsive pada imun nonspecific. Obat ini dapat menimbulkan batuk-batuk pada saat pemakaian dengan bentuk formulasi powder (GINA, 2005).4. 2-Agonist Inhalasi Obat ini berfungsi sebagai bronkodilator selama 12 jam setelah pemakaian. Obat ini dapat mengurangi gejala asma pada waktu malam, meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menimbulkan tremor pada bagian musculoskeletal, menstimulasi kerja cardiovascular dan hipokalemia (GINA, 2005).5. 2-Agonist Oral Obat ini sebagai bronkodilator dan dapat mengontrol gejala asma pada waktu malam. Obat ini dapat menimbulkan anxietas, meningkatkan kerja jantung, dan menimbulkan tremor pada bagian muskuloskeletal (GINA, 2005).6. Teofiline Obat ini digunakan untuk menghilangkan gejala atau pencegahan asma bronkial dengan merelaksasi secara langsung otot polos bronki dan pembuluh darah pulmonal. Obat ini dapat menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare, sakit kepala, insomnia dan iritabilitas. Pada level yang lebih dari 35 mcg/mL menyebabkan hperglisemia, hipotensi, aritmia jantung, takikardi, kerusakan otak dan kematian.7. Leukotriens Obat ini berfungsi sebagai anti inflamasi. Obat ini berfungsi untuk mengurangi gejala termasuk batuk, meningkatkan fungsi paru dan menurunkan gejala asma (GINA, 2005).

Berikut penjelasan tentang obat-obat meringankan (reliever) asma:1. 2-Agonist Inhalasi Obat ini bekerja sebagai bronkodilator. Obat ini digunakan untuk mengontrol gejala asma, variabilitas peak flow, hiperresponsive jalan napas. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).2. 2-Agonist Oral Obat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat menstimulasi kerja jantung, tremor otot skeletal dan hipokalemia (GINA, 2005).3. AntikolinergicObat ini sebagai bronkodilator. Obat ini dapat meningkatkan fungsi paru. Obat ini dapat menyebabkan mulut kering dan pengeluaran mucus (GINA, 2005).Bila asma tidak bereaksi dengan obat biasa, pilihan lain tersedia baik untuk tata laksana darurat maupun untuk mencegah kambuh. Untuk tata laksana darurat pilihan lain termasuk:1. Oksigen untuk meringankan hipoksia bila saturasi jatuh di bawah 92%.2. Magnesium sulfat pengobatan intravena telah menunjukkan efek bronkodilasi bila digunakan sebagai tambahan pengobatan dalam serangan asma akut berat.3. Helioks, campuran helium dan oksigen, bisa juga dipertimbangkan dalam kasus berat yang tidak menunjukkan respons.4. Salbutamol intravena tidak didukung oleh bukti tersedia dan oleh karena itu hanya digunakan dalam kasus ekstrim.5. Metilksantin (seperti teofilin) dulu sering digunakan, tapi tidak memberikan efek tambahan yang berarti untuk beta-agonis yang dihirup. Penggunaannya dalam serangan asma akut masih kontroversial.6. Anestetik disosiatif ketamin secara teori berguna bila intubasi dan ventilasi mekanis diperlukan pada orang yang hampir mengalami gagalnafas; namun, tidak ada bukti klinis untuk mendukungnya.[120]Bagi orang yang menderita asma persisten berat yang tidak dapat dikontrol dengan kortikosteroid dan LABA, bronkial termoplasti bisa menjadi pilihan. Pengobatan ini melibatkan aplikasi energi panas terkontrol ke dinding saluran nafas dalam serangkaian sesi bronkoskopi. Walaupun mungkin meningkatkan frekuensi serangan dalam beberapa bulan pertama, frekuensi selanjutnya tampaknya diturunkan. Efek lewat dari setahun belum diketahui. Terapi Penanganan Terhadap GejalaTerapi ini dilakukan tergantung kepada pasien. Terapi ini dianjurkan kepada pasien yang mempunyai pengalaman buruk terhadap gejala asma, dan dalam kondisi yang darurat. Penatalaksanaan terapi ini dilakukan di rumah penderita asma dengan menggunakan obat bronkodilator seperti: 2 -agonist inhalasi dan glukokortikosteroid oral (GINA, 2005). Pemeriksaan TeraturPenderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara teratur kepada tim medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA, 2005).Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola hidup sehat akan sangat membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari stress, dan olahraga atau yang biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).Pemenuhan nutrisi yang memadai dan menghindari stress akan menjaga penderita asma dari serangan infeksi dari luar yang dapat memperburuk asma dengan tetap menjaga kestabilan imunitas tubuh penderita asma (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).Latihan fisik dapat membuat tubuh menjadi lebih bugar, sehingga tubuh tidak menjadi lemas. Latihan fisik dapat merubah psikologis penderita asma yang beranggapan tidak dapat melakukan kerja apapun, anggapan ini dapat memperburuk keadaan penderita asma. Sehingga dengan latihan fisik, kesehatan tubuh tetap terjaga dan asupan oksigen dapat ditingkatkan sejalan dengan peningkatan kemampuan latihan fisik (The Asthma Foundation of Victoria, 2002).BAB IIIPENUTUPA. KesimpulanKesimpulan yang didapat dari penulisan makalah ini adalah:1. Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran napas yang disebabkan oleh reaksi hiperresponsif sel imun tubuh seperti mast sel, eosinophils, dan T-lymphocytes terhadap stimuli tertentu dan menimbulkan gejala dyspnea, whizzing, dan batuk akibat obstruksi jalan napas yang bersifat reversibel dan terjadi secara episodik berulang.2. Beberapa ahli membagi asma dalam 2 golongan besar, seperti yang dianut banyak dokter ahli pulmonologi (penyakit paru-paru) dari Inggris, yakni: asma ekstrinsik, asma intrinsik.3. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma, yaitu: pemicu (trigger) dan penyebab (inducer).4. Klasifikasi asma berdasarkan tingkat keparahan penyakit (derajat asma) yaitu: intermiten, persisten ringan, persisten sedang, dan persisten berat.5. Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut: pengetahuan, monitor, menghindari faktor resiko, pengobatan medis jangka panjang, metode pengobatan alternative, terapi penanganan terhadap gejala dan pemeriksaan teratur.

B. SaranDengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma, maka beberapa saran penulis sebagai berikut:1. Untuk para penderita. Jangan menganggap remeh penyakit yang Anda derita. Namun, seringlah berkonsul dengan dokter yang menangani Anda. Akan tetapi, jangan pula Anda terlalu memikirkan tentang penyakit anda, karena itu akan bisa memicu asma Anda kambuh.2. Untuk para keluarga penderita. Perhatikanlah keluarga Anda yang menderita penyakt asma. Karena asma adalah penykit yang serius. Namun, perhatian dan pengamanan Anda jangan terlalu berlebihan karena bisa saja si penderita merasa tertekan dan stres yang bisa mengakibatkan asmanya kambuh.3. Untuk para dokter atau ahli medisRawatlah pasien anda dengan baik. Jangan pernah meremehkan tingkatkeparahan penyakit asma yang diderita oleh pasien Anda.

DAFTAR PUSTAKABrunner & Suddarth. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGCDahlan, Zul. 1998. Masalah Asma di Indonesia dan Penanggulangan jelasnya.. Bandung: Subunit Pulmonologi Bagian/UPF Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Rumah Sakit Hasan Sadikin.Global Initiative For Asthma (GINA). 2005. Global Strategy for Asthma Management and Prevention. http://www.ginasthma.com/GuidelineItem.asp?intId=1170 [15 Agustus 2012]Hadibroto, Iwan. dan Alam, Syamsir. 2006. Asma. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.Pengertian Paru-paru. http://paru-paru.com/pengertian-paru-paru-manusia/ [15 Agustus 2012]Prasetyo, Budi. 2010. Seputar Masalah Asma : Mengenal Asma, Sebab-sebab, Resiko-resiko, Dan Cara Mengantisipasinya. Yogyakarta: Diva Press.Sundaru, Heru. 2008. Apa yang Perlu Diketahui Tentang Asma. http://www.depkes.go.id/index.php?option=articles&task=viewarticle&artid=204&Itemid=3 [14 Agustus 2012]Suyoko, E.M.D. 1992. Konsep Baru Penatalaksanaan Asma Bronial pada Anak. Jakarta: Sub Bagian Alergi-Imunologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Dr. Ciptomangunkusumo.The Asthma Foundation of Victoria. 2002. Penyakit Asma dan Gerak Badan. http://www.asthma.org.au/Portals/0/AsthmaandExercise_IS_Indonesian.pdf [14 Agustus 2012]Wong, DN. 2003. Nursing Care of Infants and Children. St Louis Missauri, USA: Mosby.