makalah angular cheilitis
DESCRIPTION
Angular CheilitisTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan
suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir,
berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa
kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah
ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)
Penyakit yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dan
sakit ketika sang pasien mengalami mulut kering atau xerostomia. Kelainan ini
disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah,
denture sore mouth dan beberapa factor lainnya seperti bernafas melalui mulut,
membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah.
(Burket’s.1994)
Selain itu beberapa kasus angular cheilitis pada anak – anak dapat juga
disebabkan oleh sensitivitas anak – anak terhadap kontak agen – agen tertentu seperti
mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat – obatan, bahan kosmetik,
serta terapi antibiotic dalam waktu yang lama.(Burket’s. 1994)
1
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah definisi dari angular cheilitis?
1.2.2 Apakah factor etiologi dari angular cheilitis?
1.2.3 bagaimanakah gambaran klinis dan differensial diagnose dari angular
cheilitis?
1.3 Tujuan
1) Mampu mengetahui definisi dari angular cheilitis dan factor – factor
etiologinya.
2) Mampu mengetahui gambaran klinis, differential diagnose dari angular
chelitis
.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi dari angular cheilitis
Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan
suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir,
berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa
kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah
ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)
Angular cheilitis atau perleche ialah reaksi inflamasi pada sudut bibir mulut
yang sering dimulai dengan penyimpangan mukokutaneus dan berlanjut hingga ke
kulit. Angular cheilitis ini dikarakteristik oleh kemerahan yang menyebar, bentuknya
seperti fisur- fisur, kulit yang nampak terkikis, ulser yang permukaannya berlapis dan
disertai dengan gejala yang subjektif seperti rasa sakit, rasa terbakar, dan nyeri.
(Susan,ZL. 2009)
Menurut Stannus, lesi ini ditandai dengan adanya fisur-fisur dan eritema pada
sudut mulut yang menyebar sampai ke bawah bibir dan kemungkinan meluas ke
mukosa pipi. Angular cheilitis memiliki nama lain perleche, angular cheilosis dan
angular stomatitis. Istilah perleche sebenarnya digunakan untuk angular cheilitis
yang disebabkan defisiensi vitamin B kompleks, namun sekarang telah
digeneralisasikan untuk semua angular cheilitis dengan berbagai etiologi. ( Burket’s .
1994)
Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat
tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak
berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang
dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan
3
inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat
mulut dibuka.(Murray, J.J. 2008)
Angular cheilitis menjadi masalah yang serius karena perkembangannya yang
cepat, karena itu tidak boleh ada keterlambatan dalam pengobatan jika gejala angular
cheilitis telah terjadi dan sangat jelas. Hal ini tidak terbatas pada kelompok usia
tertentu, dimana kondisi ini telah mempengaruhi anak- anak dan orangtua. Baik anak-
anak maupun remaja dapat terkena angular cheilitis tanpa melihat jenis kelamin.
(Murray, J.J. 2008)
Kasus unilateral pada angular cheilitis sering terjadi dikarenakan trauma
perawatan dental dan trauma pada sudut bibir, sedangkan kasus bilateral terjadi jika
penderita dengan penyakit sistemik seperti anemia, diabetes mellitus, dan infeksi
monomial yang kronis. Lama penyakit bisa bervariasi dari beberapa hari hingga
beberapa tahun, tergantung etiologinya. (Murray, J.J. 2008)
2.2 Etiologi Angular Cheilitis
Etiologi angular cheilitis antara lain disebabkan oleh anemia defisiensi besi,
dental sore mouth dan defisiensi vitamin B kompleks. Selain itu dapat disebabkan
oleh kebiasaan bernafas melalui mulut, gangguan mental dimana anak sering
mengeluarkan air ludah seperti penderita rhagades pada mongolism. Membasahi
bibir dengan air ludah, menjilati sudut mulut dan sering mengeluarkan air liur
(mengences). Jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah
4
lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Keadaan ini dapat menjadi
lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar
matahari. Biasanya pada anak angular cheilitis sering diikuti oleh demam. Pada
beberapa kasus juga ditemukan dapat juga disebabkan oleh sensitivitas terhadapa
kontak dengan agen seperti mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat
– obatan dan kosmetik serta terapi antibiotic dalam jangka waktu yang lama.
(Burket’s. 1994)
Defisiensi vitamin B yang menyebabkan angular cheilitis adalah akibat dari
kekurangan riboflavin (vitamin B2), asam folat dan piridoksin (vitamin B6).
Sedangkan vitamin lainnya yang juga tergabung di dalam B kompleks tidak
menyebabkan terjadinya angular cheilitis walaupun menimbulkan lesi – lesi di rongga
mulut. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa angular cheilitis dapat
disebabkan oleh defisiensi riboflavin(vitamin B2) yang bertumpang tindih dengan
infeksi jamur atau infeksi bakteri. Penelitian dilakukan oleh Ohman dkk (1985) yang
melibatkan 64 pasien (31 pria dan 33 wanita) usia 18-89 tahun yang menderita
angular cheilitis unilateral dan bilateral. Dimana dari hasil penelitian didapat hasil
mikroorganisme penyebab angular cheilitis selain candida albicans yaitu
staphylococcus aureus dan streptococcus B hemolitikus. (Derrick, DD. 1987)
Cawson mengevaluasi sekelompok pasien yang menderita denture sore mouth
yang banyak menderita angular cheilitis. Ia mampu mengisolasi candida albicans dan
mikroorganisme lainnya dalam jumlah yang besar, dan menyimpulkan bahwa angular
cheilitis disebabkan oleh infeksi intraoral oleh candida albicans. Hal ini sesuai dengan
pendapat ahli lain yang menyatakan bahwa lebih dari 80% pasien penderita angular
cheilitis dimana sebelumnya menderita denture stomatitis.(Burket’s. 1994)
Rose (1968) menduga bahwa terlihat hubungan antara angular cheilitis dengan
defisiensi zat besi dalam plasma darah, dimana pasiennya seorang wanita yang
menderita lesi ini diberikan pengobatan selama 1 minggu, tetapi setelah 10 hari tidak
juga menunjukkan penyembuhan. Setelah dilakukan pemeriksaan secara hematologi
5
dan biokimia menunjukkan bahwa terjadi defisiensi besi. Kemudian pasien
dianjurkan terapi besi secara sistemik dan pengaturan diet. Sepuluh hari kemudian
hemoglobinnya normal dan lesinya menghilang. (Burton, JF.1969)
Beberapa factor yang dianggap sebagai factor predisposisi antara lain :
1) Penyakit – penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, AIDS, herpes labialis
dan sifilis
2) Penyakit kulit seperti dermatitis
3) Terapi obat – obatan dan antibiotika dalam jangku waktu yang lama
4) Xerostomia
5) Lingkungan, seperti udara dingin dan kekeringan
6) Sensitivitas terhadap sinar matahari
7) Malnutrisi
Secara garis besar, ada beberapa factor yang dapat dikelompokkan sebagai
factor utama etiologi cheilitis angular :
1) Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi jamur yang berwarna merah dan krem yang
awalnya terlihat seperti bercak terbentuk pada permukaan lembab dimulut dan bisa
menyebabkan rasa sakit. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan menelan dan
mengubah indera perasa. Candidiasis lebih sering terjadi pada anak yang masih muda
dan orangtua dan juga pada orang yang sistem imunnya sangat rendah. Hal ini bisa
dipicu oleh perawatan antibiotik, yang dapat mengganggu aktivitas normal bakteri
mulut. Jika antibiotik adalah etiologinya, dokter gigi harus segera mengurangi dosis
atau mengubah pengobatan. Anti jamur dapat digunakan untuk mengobati kondisi
gangguan kesehatan ini. (Murray, J.J. 2008)
6
2) Trauma
Ada banyak penyebab trauma pada rongga mulut, seperti mekanik, kimia, dan
termal. Trauma mekanis bisa disebabkan oleh:
1. Trauma cups yang tajam
2. Peralatan ortodonti
3. Menggigit bibir atau pipi
Diagnosa jenis ini biasanya tidak sulit tergantung pada posisi, bentuk dan ukuran
ulserasi yang harus sesuai dengan penyebab yang dicurigai. Ulserasi biasanya
mulai sembuh dalam 10 hari. Jika penyembuhan tidak terjadi maka penyebab lain
dari ulserasi harus dicurigai.
3) Gigi Tiruan
Gigi tiruan termasuk etiologi yang sering terjadi, dimana ketidaknormalan
anatomi dari pemasangan gigi tiruan penuh atau sebagian dengan stabilitas yang
tidak baik, kehilangan vertikal dimensi atau lingual yang terletak pada gigi
anterior, kehilangan gigi posterior, atrisi, dan kehilangan gigi tanpa memakai gigi
tiruan. Pada kasus ini, pasien sering mengalami bilateral angular cheilitis dan
dengan periode yang lama. Selain itu, gigi tiruan yang tidak terpasang dengan
baik dapat menyebabkan penutupan mulut yang kurang tepat sehingga
menyebabkan saliva memenuhi sudut mulut dan terjadi infeksi. Bagian- bagian
yang tajam dan celah yang dihasilkan oleh gigi tiruan yang tidak pas dapat
menyebabkan angular cheilitis. Selain itu, gigi tiruan yang tidak pas dapat
menyebabkan saliva menumpuk pada sudut mulut dan infeksi.
7
4) Status Gizi Pada Usia Anak – Anak
Angular cheilitis disebabkan oleh kekurangan zat besi dan beberapa jenis
vitamin. Kekurangan gizi paska usia dini mempunyai dampak yang buruk pada
masa dewasa yang dimanifestasikan dalam bentuk fisik yang lebih kecil dengan
tingkat produktivitas yang lebih rendah. Dampak kekurangan gizi pada usia dini
makin menjadi penting bila memperhatikan analisis berbagai data yang ada.
Hasil- hasil analisis tersebut memperkuat hipotesa mengenai besarnya peranan
kekurangan gizi pada usia dini terhadap terjadinya penyakit degenerative pada
dewasa yang justru merupakan usia produktif.
Kekurangan gizi paska masa anak- anak selalu dihubungkan dengan vitamin
dan mineral yang spesifik, yang berhubungan dengan mikronutrien tertentu.
Konsekuensi defisiensi mikronutrien selama masa anak- anak sangat berbahaya.
a) Defisiensi Zat Besi
Defisiensi zat besi dapat menyebabkan angular cheilitis mengganggu
perkembangan mental dan motorik anak dan juga menyebabkan anemia.
Mengingat tingginya prevalensi defisiensi zat gizi tertentu serta efek
negatifnya, maka suplementasi zat gizi seperti zat besi pada anak- anak
akan sangat bermanfaat, khususnya karena secara praktis sulit
meningkatkan zat gizi yang adekuat dari pola makan bayi yang ada selama
ini. Beberapa makanan yang diberikan pada anak cenderung menghambat
penyerapan zat besi seperti asam filtrat yang terkandung di dalam padi-
padian dan susu sapi yang dapat menurunkan absorbsi zat besi
Sampai saat ini, anemia defisiensi besi (ADB) merupakan masalah
gangguan nutrisi yang paling umum di dunia dan mempengaruhi lebih dari
700 juta orang di dunia. ADB lebih banyak terjadi pada negara
berkembang termasuk Indonesia. Diperkirakan pada negara berkembang
terjadi sebesar 36% atau sekitar 1,4 milyar populasi. Walaupun pada pria
dewasa juga memiliki resiko terjadinya ADB, namun resiko terbesar
adalah pada masa bayi, prasekolah, remaja, dan wanita usia reproduktif.
8
Konsekuensi anemia defisiensi zat besi diakui memberi pengaruh
terhadap metabolisme energi dan fungsi kekebalan yang akan berpengaruh
pada fungsi kognitif dan perkembangan motorik. Defisiensi zat besi juga
berhubungan dengan menurunnya fungsi kekebalan yang diukur dengan
perubahan dalam beberapa komponen sistem kekebalan yang terjadi
selama defisiensi zat besi. Konsekuensi dari perubahan fungsi kekebalan
adalah resistensi terhadap penyakit infeksi. Pada anak- anak defisiensi zat
besi berhubungan dengan kelesuan, daya tangkap rendah, mudah marah
dan menurunnya kemampuan belajar.(Tageman, CA.2010)
b) Defisiensi vitamin B
Kekurangan yang paling dikenal adalah vitamin B12. Vitamin ini
ditemukan terutama di hati, telur, daging, dan susu. Kekurangan vitamin
B12 biasanya terlihat pada anemia pernisiosa, yang terdapat kekurangan
faktor intrinsik lambung yang dibutuhkan untuk penyerapan vitamin B12.
Glossitis dan stomatitis dapat disebabkan dari kekurangan vitamin B12.
Ujung lidah memerah pada tahap awal kekurangan dan pada akhirnya
menyebar dengan fissuring yang disebut dengan atrofi papiler. Angular
stomatitis, apthae, dan lesi erosi juga dapat dilihat. Beberapa pasien
mungkin memiliki burning mouth sindrom.
Kekurangan vitamin B 12 dapat menyebabkan kekurangan darah
(anemia), yang sebenarnya disebabkan oleh kekurangan folat. Tanpa
vitamin B12, folat tidak dapat berperan dalam pembentukan sel- sel darah
merah. Gejala kekurangan lainnya adalah sel- sel darah merah menjadi
belum matang (immature) yang menunjukkan sintesis DNA yang lambat.
Kekurangan vitamin B12 dapat juga mempengaruhi system syaraf,
berperan pada regenerasi syaraf peripheral, mendorong kelumpuhan.
Selain itu juga dapat menyebabkan hipersensitif pada kulit.(Tageman
CA.2010)
9
2.3 Gambaran Klinis Angular Cheilitis
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa
tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan
rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema
yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,
krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka
panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi.
Pada pasien angular cheilitis yang dihubungkan dengan defisiensi nutrisi
dapat terlihat penipisan papilla lidah (depapillated tongue) dikarenakan defisiensi
besi. Lidah yang merah dan berkilat (depapillated glossy red tongue) pada pasien
dengan defisiensi asam folat, atau lidah ungu kemerahan (reddish-purple depapillated
tounge) pada defisiensi vitamin B. Angular cheilitis yang disertai alopesia, diare dan
ulserasi oral non-spesifik yang biasanya terdapat di lidah dan mukosa bukal, dapat
diduga dikarenakan defisiensi seng.(Burket’s.1994)
10
2.4 Diagnosa Banding Angular Cheilitis
Angular cheilitis dapat didiagnosa banding dengan herpes labialis dan ulser.
A. Herpes Labialis
Adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh virus herpes simplex.
Virus dapat menjadi aktif dalam keadaan panas, dingin dan juga stress. Pasien
sering mengeluh telah ada lesi yang sama seperti pada waktu sebelumnya.
Terlihat vesikel atau lesi yang ulseratif yang kecil pada bibir di mucocutaneus
junction sudut mulut atau dibawah hidung.
Pada saat perkembanganannya lesi sering terasa gatal, bias juga
dijumpai flu ringan. Secara objektif ditemukan vesikel sebesar 2-4 mm pada
daerah mucocutaneus junction di bibir, sudut mulut dan bawah hidung.
Vesikel akan pecah setelah 36-48 jam, kemudian bergabung membentuk
krusta kekuning – kuningan. Proses penyembuhan terjadi selama 7-10 hari.
Emapt puluh delapan jam pertama adalah waktu infeksi mncapai puncaknya
dan menurun. Ulser dapat hilang tanpa terbentuknya parut. Biasanya lesi akan
rekuren dan tampak pada tempat yang sama.(Langlais RP.1984)
B. Ulser
Merupakan kerusakan kulit atau membrane mukosa yang lebih
dalamdan dapat mencapai jaringan dibawah epitel. Tepi dari sebuah ulser
bias tampak kasar dan mencolok, sera semakin lama semakin dalam. Ulser
11
bias terbentuk akibat penyakit local ataupun sistemik atau dapat berupa
gambaran sekunder dari suatu lesi primer. Ulser dapat terjadi akibat factor
fisika seperti panas atau dingin, factor kimia seperti asam atau basa, factor
trauma seperti gigi – gigi tajam, makanan – makanan kering, bulu – bulu
sikat gigi yang tajam, ataupun benda asing didalam mulut. Ulser bias tidak
terasa sakit dan nyeri, tetapi bias sangat sensitive. (Kerr DA.1974)
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Angular cheilitis atau disebut juga perleche atau angular cheilosis merupakan
suatu lesi yang ditandai dengan adanya fisur – fisur, pecah – pecah pada sudut bibir,
berwarna kemerahan, mengalami ulserasi serta disertai rasa terbakar, nyeri dan rasa
kering pada sudut mulut. Pada kasus yang parah, retakan tersebut dapat berdarah
ketika membuka mulut dan menimbulkan ulser dangkal atau krusta. (Burket’s. 1994)
Penyakit yang menyerang sudut mulut ini sering menimbulkan rasa nyeri dan
sakit ketika sang pasien mengalami mulut kering atau xerostomia. Kelainan ini
disebabkan oleh defisiensi vitamin B kompleks, defisiensi zat besi dalam darah,
denture sore mouth dan beberapa factor lainnya seperti bernafas melalui mulut,
membasahi bibir dengan lidah, serta menjilat sudut mulut dengan lidah.
(Burket’s.1994)
Gejala awal Angular cheilitis ialah rasa gatal pada sudut mulut dan terlihat
tampilan kulit yang meradang dan bintik merah. Pada awalnya, hal ini tidak
berbahaya, tetapi akan terasa nyeri di sudut mulut dan mudah berdarah yang
dikarenakan oleh gerakan mulut seperti tertawa ataupun berbicara. Tingkat keparahan
inflamasi ini ditandai dengan retakan sudut mulut dan beberapa pendarahan saat
mulut dibuka.(Murray, J.J. 2008)
Etiologi angular cheilitis antara lain disebabkan oleh anemia defisiensi besi,
dental sore mouth dan defisiensi vitamin B kompleks. Selain itu dapat disebabkan
oleh kebiasaan bernafas melalui mulut, gangguan mental dimana anak sering
mengeluarkan air ludah seperti penderita rhagades pada mongolism. Membasahi
bibir dengan air ludah, menjilati sudut mulut dan sering mengeluarkan air liur
13
(mengences). Jaringan pada sudut mulut akan terlumasi oleh ludah dan terbentuklah
lingkungan yang sesuai untuk proliferasi mikroorganisme. Keadaan ini dapat menjadi
lebih parah dengan membiarkan bibir yang basah dikeringkan oleh angin dan sinar
matahari. Biasanya pada anak angular cheilitis sering diikuti oleh demam. Pada
beberapa kasus juga ditemukan dapat juga disebabkan oleh sensitivitas terhadapa
kontak dengan agen seperti mainan, makanan dan sinar matahari, alergi terhadap obat
– obatan dan kosmetik serta terapi antibiotic dalam jangka waktu yang lama.
(Burket’s. 1994)
Beberapa factor yang dianggap sebagai factor predisposisi antara lain :
1) Penyakit – penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, AIDS, herpes labialis
dan sifilis
2) Penyakit kulit seperti dermatitis
3) Terapi obat – obatan dan antibiotika dalam jangku waktu yang lama
4) Xerostomia
5) Lingkungan, seperti udara dingin dan kekeringan
6) Sensitivitas terhadap sinar matahari
7) Malnutrisi
Secara umum angular cheilitis mempunyai simtom utama bibir kering, rasa
tidak nyaman, adanya sisik-sisik dan pembentukan fisur (celah) yang diikuti dengan
rasa terbakar pada sudut mulut. Yang paling sering sebagai daerah eritema dan udema
yang berbentuk segitiga pada kedua komisura atau dapat berupa atropi, eritema, ulser,
krusta dan pelepasan kulit sampai terjadi eksudasi yang berulang. Reaksi jangka
panjang, terjadi supurasi dan jaringan granulasi. (Burket’s. 1994)
14
3.2 Saran
a. Penanganan Angular cheilitis dapat dilakukan dengan menghilangkan factor
predisposisinya, yang berupa defisiensi nutrisi, kebiasaan buruk seperti
menjilat sudut mulut dan membasahi bibir dengan ludah dan trauma akibat
pemakaian gigi tiruan
b. Semakin dini penanganan yang dilakukan, maka semakin berkurang tingkat
keparahan angular cheilitis pada pasien serta mengurangi rasa sakit dan nyeri
yang diderita oleh pasien.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Burket’s. Oral Medicines Diagnosis and Treatment 9th ed.
Philadelphia : J.B Lippincott Co, 1994: 66 – 7.
2. Ohman SC, Dallen G, et all. Angular cheilitis : A Clinical and Microbial Study.
J. Oral Pathology , Vol. 15, 1986: 213-7
3. Langlais RP, Bricker SL, et al. Oral diagnosis, Oral Medicine and Treatment
Planning. Philadelphia, London, Toronto : W.B. Saunders . Co, 1984 : 179-81,
306
4. Susan ZL. Angular cheilitis; Etiologi and diagnose. J. Practical Hyg;2009;6:31-6
5. Muray J.J, Nunn J. H.Steele J. The prevention of oral disease 4th ed.
Newyork:oxford University Press; 2008: 177
6. Tegeman CA, Davis JR. Nutritional Care 3th ed. St,Louis; Saunders Elsevier;
2010;p.251-9
7. Cawson RA. Essentials of Dental Surgery and Pathology. 4th ed. Edinburg,
London. Churcill Livingstone, 1984: 246-7
8. Burton JF. Angular Cheilitis and Iron Deficiency in Dental Abstract. New
Zealand Dent J, 1969; 65 : 360-1
9. Derrick DD. The Dental Annual. 1987. Bristol: Wright, 1987: 234-8
16
17