makalah analisa break even point

20
http://www.spgumbrella.com/ TUGAS MAKALAH ANALISA BREAK EVEN POINT Nama Kelompok : Harri Prasetyo : 07.003505 Indah Suryani : 07.003513 Lisa Oktaviani : 07.003522 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BULUNGAN TARAKAN

Upload: spg-umbrella-girls

Post on 25-Jun-2015

4.180 views

Category:

Documents


27 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

TUGAS

MAKALAH ANALISA BREAK EVEN POINT

Nama Kelompok :

Harri Prasetyo : 07.003505

Indah Suryani : 07.003513

Lisa Oktaviani : 07.003522

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI BULUNGAN TARAKAN

2010

Page 2: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

PENDAHULUAN

Dalam dunia bisnis, informasi merupakan alat yang penting bagi manajemen untuk membantu

menggerakkan dan mengembangkan kegiatan perusahaan. Kelangsungan hidup dan

pertumbuhan suatu perusahaan tergantung pada sistem informasi akuntansi manajemen

(Mulyadi, 1993).  Dengan menggunakan informasi akutansi manajemen, maka akan akan

membantu manajemen dalam pengambilan keputusan secara efektif, mengurangi ketidakpastian

dan mengurangi resiko dalam memilih alternatif.  Dengan menggunakan informasi manajemen

ini, bisa dilakukan pengendalian manajemen. Hal ini disebabkan informasi akuntansi manajemen

menekankan hubungan antara informasi keuangan dengan manajer yang bertanggung jawab

terhadap perencanaan dan pelaksanaannya.

Break Even Point yang biasa disingkat dengan BEP, yang di Indonesia kita kenal dengan TITIK

IMPAS adalah salah satu bentuk dari sekian banyak informasi akuntansi manajemen yang

dipakai menganalisa hubungan antara: Revenue/Sales, Cost, Volume & Profit.   

Analisa break even point sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengetahui pada

tingkat produksi berapa jumlah biaya akan sama dengan jumlah penjualan atau dengan kata lain

dengan mengetahui break even point kita akan mengetahui hubungan antara penjualan, produksi,

harga jual, biaya, rugi atau laba, sehingga memudahkan bagi pimpinan untuk mengambil

kebijaksanaan.

Analisis Break Even Point berguna apabila beberapa asumsi dasar dipenuhui. Asumsi-asumsi

tersebut adalah :

1.   Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan dapat dikelompokan dalam biaya variabel dan

biaya tetap.

2.    Besarnya biaya variabel secara total berubah-ubah secara proporsional dengan volume

produksi atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya variabel per unitnya adalah tetap.

3.    Besarnya biaya tetap secara total tidak berubah meskipun ada perubahan volume produksi

atau penjualan. Ini berarti bahwa biaya tetap per unitnya berubah-ubah karena adanya perubahan

volume kegiatan.

4.    Jumlah unit produk yang terjual sama dengan jumlah per unit produk yang diproduksi.

5.    Harga jual produk per unit tidak berubah dalam periode tertentu.

Page 3: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

6.    Perusahaan hanya memproduksi satu jenis produk, apabila lebih dari satu jenis komposisi

masing-masing jenis produk dianggap konstan (tetap).

  PERUMUSAN MASALAH

1.    Sejauh mana alat analisis ini bisa diterapkan dalam menjawab persoalan bisnis ?

2.   Apakah BEP memiliki suatu keterbatasan?

3. Atau justru alat analysis ini bisa diaplikasikan untuk keperluan lain, tidak hanya sekedar

untuk mengetahui break even point (misalnya: untuk membidik tingkat profit tertentu?).

PENGERTIAN DAN FORMULASI BREAK EVENT POIN (BEP)

     Break Even Point adalah titik dimana Entity/company/business dalam keadaan belum

memperoleh keuntungan, tetapi juga sudah tidak merugi. Jika dinyatakan dengan bahasa

akuntansi keuangan mungkin jadinya : Suatu keadaan dimana :

Revenue – COGS – EXPENSES = 0

        dengan ketentuan sebagai berikut :       

1.    Jika REVENUE - COGS – EXPENSES = 1,  berarti di atas break even point (untung)

2.    Jika REVENUE - COGS – EXPENSES = -1 berarti belum break even point (masih rugi ).

  

    Sumber www.organisasi.org, menyebutkan pengertian lainnya dari Break even point adalah

“adalah suatu analisis untuk menentukan dan mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual

kepada konsumen pada harga tertentu untuk menutupi biaya-biaya yang timbul serta

mendapatkan keuntungan/profit.

Break Even point atau BEP dapat pula diartikan adalah suatu analisis untuk menentukan dan

mencari jumlah barang atau jasa yang harus dijual kepada konsumen pada harga tertentu untuk

menutupi biaya-biaya yang timbul serta mendapatkan keuntungan / profit.

Page 4: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

Analisis BEP bertujuan menemukan satu titik baik dalam unit maupun rupiah yang menunjukan

biaya sama dengan pendapatan. Dengan mengetahui titik tersebut, berarti dalam padanya belum

diperoleh keuntungan atau dengan kata lain tidak untung tidak rugi. Sehingga dikala penjualan

permisi lewat melebihi BEP maka mulailah keuntungan diperoleh. Sasaran analisis BEP tidak

lain mengetahui pada tingkat volume berapa titik impas berada. Dalam kondisi lain, analisis BEP

pun digunakan untuk membantu pemilihan jenis produk atau proses dengan mengidentifikasi

produk atau proses yang mempunyai total biaya terendah untuk suatu volume harapan.

Sedangkan dalam pemilihan lokasi, analisis BEP dipakai untuk menentukan lokasi berbiaya total

terendah, yang berarti total pendapatan tertunggi untuk kapasitas produksi yang ditentukan.

Analisis BEP dibedakan antara penggunaan untuk produk tunggal dan atau untuk beberapa

produk sekaligus. Mayoritas perusahaan memproduksi atau menjual lebih dari satu produk

menggunakan fasilitas yang sama.

Rumus Analisis Break Even :

BEP = Total Fixed Cost / (Harga perunit - Variabel Cost Perunit)

Keterangan :

- Fixed cost : biaya tetap yang nilainya cenderung stabil tanpa dipengaruhi unit yang diproduksi.

- Variable cost : biaya variabel yang besar nilainya tergantung pada benyak sedikit jumlah

barang yng diproduksi.

ANALISIS BREAK EVEN POINT SEBAGAI DASAR PERENCANAAN LABA DAN

PENENTUAN TINGKAT PENJUALAN

Perusahaan dapat menjaga tingkat profitabilitasnya apabila semua aktifitas yang ada dalam

perusahaan tersebut dilaksanakan secara terpadu dan terus menerus disertai dengan langkah dan

strategi yang terencana, terkoordinasi dan terkendali. Untuk pencapaian laba seperti yang

diharapkan, perlu disusun suatu perencanaan laba yang akurat. Salah satu alternalif dari analisis

perencanaan laba yang dapat digunakan dalam menetapkan tingkat penjualan adalah

menggunakan analisis break even point atau titik impas atau titik pulang pokok. Analisis break

even point adalah suatu teknik analisis untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya

variabel, harga jual dan volume penjualan. Perusahaan kopi bubuk Cap “NONGKO” merupakan

Page 5: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

perusahaan kopi yang cukup lama berdiri yaitu pada tahun 1978 sampai sekarang. Penelitian ini

bertujuan untuk menentukan tingkat penjualan, harga jual dan laba tahun 2006, menentukan

jumlah maksimum penurunan penjualan agar perusahaan tidak mengalami kerugian, dan

menentukan produk yang harus ditingkatkan agar perusahaan mendapatkan keuntungan

maksimal. Setelah mengetahui hasil analisis break even point , terlihat bahwa perubahan laba

dan tingkat break evennya yang paling mengguntungkan bagi Perusahaan Kopi Bubuk Cap

“Nongko” Tuban adalah meningkatkan penjualan dan produksi produk III atau istimewa jika

dibandingkan dengan kedua produk lainnya.

Rumusnya adalah :

BEP = Total Fixed Cost

        Harga perunit – variable cost perunit              

    dan atau :

BEP adalah Total Revenue sama dengan Total Cost

Contoh kasus yang diungkapkan :

 "Misalnya ada perusahaan konveksi kaos kaki murah yang harga satu buah kaos kaki adalah Rp.

10.000 dengan biaya variabel sebesar Rp. 5.000 per kaos kaki dan biaya tetap sebesar Rp.

10.000.000

BEP = 10.000.000 / (10.000 – 5.000)

BEP = 20.000

Jadi diperlukan memproduksi 20.000 kaos kaki untuk mendapatkan kondisi seimbang antara

biaya dengan keuntungan/profit.

1.    Bagaimana jika kaos kaki yang dibuat 1000 pasang?

2.    Bagimana jika pertanyaannya saya ubah: jika berproduksi 1000 pairs, pada harga berapa

seharunya kaos kaki tersebut dijual agar perusahaan mencapai break even point?

3.    Jika berproduksi 1000 pairs dengan harga Rp 10,000/pair, berapa fixed cost yang bisa

dialokasikan agar perusahaan mencapai break even?

Page 6: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

4.    Jika berproduksi 5000 pairs, harga kaos kaki Rp 15,000/pair berapa lama perusahaan akan

mencapai BEP?

5.    Fixed Cost yang dimaksudkan pada contoh diatas meliputi apa saja? (walaupun sudah

diungkapkan di yahoo answer di atas bahwa fixed cost yang dimaksudkan disini adalah

pengeluaran-pengeluaran yang tidak dipengaruhi oleh aktivitas produksi) akan tetapi rasanya

tidak cukup specific.

6.    Yang dimaksudkan variable cost dari proses produksi kaos kaki disini apa saja?.

7.    Bagaimana jika ada mixed cost (cost yang sebagian tergolong fixed cost, sisanya tergolong

variable cost). Misal: Perusahaan menyewa genset untuk satu bulan Rp 10,000,000,- untuk

penggunaan 8 jam saja, sedangkan kelebihan jam penggunaan akan dihitung Rp 25,000/jam.

Perusahaan juga membayar gaji seorang salesman dengan Gaji Pokok Rp 2,000,000,- dan komisi

2% untuk setiap penjualan yang dihasilkan. Bagaimana menentukan BEP-nya?.

8.    Bagaimana jika perusahaan tidak hanya menjual kaos kaki, perusahaan juga menjual kaos

dalam dan celana dalam, bagaimana menghitung BEP-nya?

     Untuk menjawab tantangan business yang semakin berkembang,kita tidak bisa berpatokan

pada satu formualsi saja, formula harus lebih jauh lagi.

 Dari logika diawal bahwa break even point adalah titik dimana perusahaan belum memperoleh

keuntungan tetapi juga tidak dalam kondisi rugi, maka Break Even Point dapat kita formulasikan

secara sederhana sebagai berikut:

BEP : TR = TC

Dimana     TR : Total revenue ;

        TC : Total Cost

Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan Sales, Cost, Volume, Profit termasuk

waktunya, kita coba kembangkan formula sederhana di atas sehingga menjadi lebih flexible dan

bisa beradaptasi dengan situasi yang berbeda-beda, yaitu dengan membentuk persamaan linear

sederhana seperti dibawah ini:

TR =TC

Page 7: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

TR – TC = 0

Karena TR adalah untuk “Total Revenue” maka TR dapat kita turunkan menjadi :

TR = Unit Price x Qty

Sedangkan TC stand for “Total Cost”, yang mana kita semua tahu bahwa dalam Cost

Accounting, cost itu ada 2 macamnya, yaitu: “Variable Cost” dan “Fixed Cost”, maka

turunan dari TC adalah:

TC = Variable Cost + Fixed Cost

Dari formula di atas kita turunkan lagi menjadi:

TC = [Qty x Unit Variable Cost] + Fixed Cost

Selanjutnya kita akan membuat persamaan linear secara penuh untuk kondisi “Break Even

Point”:

TR - TC = 0

[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau

[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Pertanyaan: Jika perusahaan berproduksi dalam jumlah tertentu, agar perusahaan bisa mencapai

break even point, berapakah unit price yang harus ditargetkan?.

* Target nya  adalah “Unit Price”, maka formulanya:

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost

Page 8: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

Pertanyaan: Jika perusahaan menyadari bahwa harga paling bersaing untuk produknya adalah Rp

tertentu, maka berapa pcs kah perusahaan harus berproduksi agar mencapai “break even point”?

maka formulanya:

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Qty = Fixed Cost / [Unit Price - Unit Variable Cost]

Determinasi Elemen-Elemen Break Even Point

Elemen-elemenya BEP terdiri: Revenue (R), Quantity (Qty), Unit Price, Variable

Cost, Unit Variable Cost, dan Fixed Cost.

Revenue (R): adalah pendapatan, yang dalam perusahaan manufactur biasanya didominasi oleh

Sales, yang mana Sales adalah jumlah terjual (Qty=Quantity) dikalikan dengan unit price product

yang akan terjual.

Quantity (Qty): adalah jumlah barang yang akan dijual, yang dalam perusahaan manufactur

tentunya diproduksi terlebih dahulu.

Unit Price: adalah harga per unit dari barang yang akan dijual

Variable Cost: adalah cost yang timbul akibat diproduksinya suatu product (barang), artinya

segala yang cost yang terjadi untuk memproduksi suatu barang. Seperti sebutannya “Variable

Cost”, akan berubah-ubah mengikuti jumlah product yang akan diproduksi. Semakin banyak

jumlah yang diproduksi semakin bedar juga variable cost-nya, begitu juga sebaliknya. Jika kita

lihat pada Laporan Laba rugi nantinya, variable cost akan tergolong ke dalam kelompok “Cost of

Good Sales”, yang pada perusahaan manufacur umumnya terdiri dari: Bahan Baku (Raw

Page 9: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

Material), Bahan Penolong, Cost Tenaga Kerja Langsung (Direct labor Cost) dan Ovear Head

Cost yang biasanya terdiri dari penyusutan Gedung Pabrik, Penyusutan Mesin (Machineries)

yang menggunakan unit production output, Maintenance, Listrik (electricity), Pengiriman

(Delivery & Services), dll.

Unit Variable Cost: adalah besarnya variable cost yang ditimbulkan untuk membuat satu unit

produk tertentu, yang besarnya diperoleh dengan cara membagi total variable cost (Variable

Cost) dengan jumlah product yang dibuat (qty).

Fixed Cost: adalah cost yang akan terjadi akibat penggunaan sumber daya tertentu yang

penggunaannya tanpa dipengaruhi oleh banyak sedikitnya produk yang diproduksi. Dengan kata

lain: berapapun jumlah product yang dibuat, fixed cost yang akan dibuat, costnya relative sama,

bahkan tidak berproduksi sekalipun cost ini akan tetap terjadi. Seperti sebutannya, fixed cost

sifatnya relative stabil, tidak dipengaruhi oleh production output. Adapun jenis-jenis cost yang

terjadi biasanya yang ada pada kelompok Biaya Operasional (Operating Expenses: Payroll,

Office Supplies), Lease Hold (Hak Sewa), termasuk penyusutan-penyusutan dan amortisasi yang

menggunakan metode garis lurus.

Aplikasi Break Even Point Analysis Pada Kasus

Kesuksesan PT. Royal Bali Cemerlang dalam memproduksi produk kaos kaki, membuat board

member berencana akan melakukan expansi usaha, yaitu dengan membuat pabrik pakaian jadi

yang akan memproduksi “women apparels” (Blouses, Skirts, Trousers & Short Pants). Untuk

maksud tersebut PT. Royal Bali Cemerlang akan membangun pabrik yang akan menggunakan

badan usaha sendiri yang akan diberi nama PT. Royal Bali Apparel, berikut adalah Investasi dan

budget yang akan dialokasikan:

Page 10: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

     

Di bulan pertama operasi, PT. Royal Bali Apparel berencana akan mulai membuat jenis product

“Blouses”. Perusahaan belum tahu berapa volume (Qty) blouse yang akan diproduksi dan berapa

unit price yang akan di set untuk 1 piece blouse. Dari hasil research yang dilakukan, diketahui

bahwa harga pasaran 1 pc blouse kurang lebih Rp 60,000,-/pc.

Dibawah ini adalah estimated consumption yang diperkirakan oleh Production Dept untuk 1

piece blouse:

On other hand, Marketing Dept merekomendasikan: agar produk blouse yang akan di launched

mendapat sambutan yang significant dari pasar, PT. Royal Bali Apparel hendaknya mematok

harga dibawah harga pasaran blouse saat ini (dibawah Rp 60,000/pc)

Pak Harri Prasetyo (Financial Controller) PT. Royal Bali Cemerlang yang sekaligus ditugaskan

sebagai CFO (Chief Financial Officer) di PT. Royal Bali Apparel mencoba mengira-ngira...

Jika kapasitas produksi adalah 2000 pcs blouse per bulan:

[1]. Berapa unit price yang harus direkomendasikan oleh Pak Harri Prasetyo agar perusahaan

bisa mencapai break even point dalam waktu 2 bulan?

[2]. Apakah target break even point dalam 2 bulan realistic? Apa langkah selanjutnya dari Pak

Harri Prasetyo?.

Kita ikuti langkah-langkah perhitungan yang dibuat oleh Pak Harri Prasetyo :

Langkah pertama : Determinasi Fixed Cost

Page 11: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

Karena Pak Lie menargetkan lamanya break even point selama 2 bulan saja, maka: Semua

monthly expense dikalikan 2 (dua), sehingga Pak Lie memperoleh Fixed Cost seperti dibawah

ini:

Langkah dua : Determinasi Unit Variable Cost

Pak Harri Prasetyo menggunakan estimated consumption yang dibuat oleh Production Dept,

yaitu sebesar Rp 45,750/pc.

Langkah tiga : Penghitungan Break Even Point dengan Target “Unit Price”

Break Even Point -> TR=TC

TR-TC=0

TR - TC = 0

[Qty x Unit Price] - [(Qty x Unit VC) + Fixed Cost] = 0, atau

[Qty x Unit Price] - [Qty x Unit VC] - Fixed Cost = 0

Karena targetnya adalah “Unit Price”, maka:

Qty x [Unit Price - Unit Variable Cost] = Fixed Cost

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost

Setelah angka-angka dimasukkan, maka Pak Lie memperoleh perhitungan seperti di bawah ini:

Page 12: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

Fixed Cost: Pak lie membebankan 2 bulan payroll, 2 bulan office supplies dan 2 bulan telephone

expense, kelihatannya sudah benar juga. Tetapi coba kita lihat penyusutan dan amortisasi yang

dibebankan, kelihatannya ada yang aneh. Semuanya dibebankan sekaligus. Mana mungkin

company set-up yang umur ekonomisnya 30 tahun dibebankan dalam 2 bulan, mana mungkin

leasehold yang umur ekonomisnya 5 tahun dibebankan 2 bulan.

Sehingga kita memperoleh Fixed cost seperti dibawah ini:

Unit Variable Cost sudah benar, jadi tetap Rp 45,750/pc

Selanjutnya kita hitung Break Even Point dengan target “Unit Price” dengan cara memasukkan

semua elemen yang ada ke dalam formula yang sama seperti yang di pakai oleh Pak Harri

Prasetyo:

Unit Price = [Fixed Cost / Qty] + Unit Variable Cost.

Maka akan diperoleh :

Dengan kapasitas produksi 2000 sebulan dan dengan Variable cost yang ada, serta fixed cost

yang dialokasikan sesuai dengan umur ekonomisnya, PT. Royal Bali Apparel harus menjual

product blousenya seharga Rp 73,698,-/pc agar mencapai break even dalam waktu dua bulan.

  

KESIMPULAN

Page 13: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

        Teknik analisis titik impas sudah umum bagi segenap pelaku bisnis. Hal ini sangat berguna

di dalam pengaturan bisnis dalam cakupan yang luas,termasuk organisasi yang kecil dan besar.

Ada 2 (dua) alasan mengapa para pelaku bisnis menerima alasan ini :

1.    Analisis ini berdasarkan pada asumsi yang lugas.

2.    Perusahaan-perusahaan telah menemukan bahwa informasi yang didapat dari metode titik

impas ini sangat menguntungkan di dalam pengambilan keputusan.

Break Even Point adalah suatu keadaan dimana perusahaan dalam operasinya tidak memperoleh

laba dan juga tidak menderita kerugian atau dengan kata lain total biaya sama dengan total

penjualan sehingga tidak ada laba dan tidak ada rugi. Hal ini bisa terjadi apabila perusahaan di

dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan biaya variabel, dan volume penjualannya hanya

cukup menutupi biaya tetap dan biaya variabel. Apabila penjualan hanya cukup menutupi biaya

variabel dan sebagian biaya tetap, maka perusahaan menderita kerugian.

Sebaliknya, perusahaan akan memperoleh keuntungan, apabila penjualan melebihi biaya variabel

dan biaya tetap yang harus dikeluarkan.

Salah satu tujuan perusahaan adalah mencapai laba atau keuntungan sesuai dengan pertumbuhan

perusahaan. Untuk mencapai laba yang semaksimal mungkin dapat dilakukan dengan tiga

langkah sebagai berikut, yaitu :

1.    Menekan biaya produksi maupun biaya operasional serendah-rendahnya dengan

mempertahankan tingkat harga, kualitas dan kunatitas.

2.    Menentukan harga dengan sedemikian rupa sesuai dengan laba yang dikehendaki.

3.    Meningkatkan volume kegitan semaksimal mungkin.

Dari ketiga langkah-langkah tersebut diatas tidak dapat dilakukan secara terpisah-pisah karena

tiga faktor tersebut mempunyai hubungan yang erat dan saling berkaitan. Pengaruh salah satu

faktor akan membawa akibat terhadap seluruh kegiatan operasi. Oleh karena itu struktur laba dari

sebuah perusahaan sering dilukiskan dalam break even point, sehingga mudah untuk memahami

hubungan antara biaya, volume kegiatan dan laba.

Namun ada juga yang membuat pengertian break even point sebagai berikut :

1.    Menurut S. Munawir (2002) Titik break even point atau titik pulang pokok dapat diartika

sebagai suatu keadaan dimana dalam operasinya perusahaan tidak memperoleh laba dan tidak

menderita rugi (total penghasilan = Total biaya).

2.    Menurut Abdullah (2004) Analisis Break even point disebut juga Cost Volume Profit

Page 14: Makalah Analisa Break Even Point

http://www.spgumbrella.com/

Analysis. Arti penting analisis break even point bagi menejer perusahaan dalam pengambilan

keputusan keuangan adalah sebagai berikut, yaitu :

1.    Guna menetapkan jumlah minimal yang harus diproduksi agar perusahaan tidak mengalami

kerugian.

2.    Penetapan jumlah penjualan yang harus dicapai untuk mendapatkan laba tertentu.

3.    Penetapan seberapa jauhkan menurunnya penjualan bisa ditolerir agar perusahaan tidak

menderita rugi.

Apabila perusahaan mempunyai biaya variabel saja, maka tidak akan muncul masalah break

even point dalam perusahaan tersebut. Masalah break even point baru akan muncul apabila suatu

perusahaan disamping mempunyai biaya variabel juga mempunyai biaya tetap. Besarnya biaya

variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai dengan volume produksi perusahaan,

sedangkan besarnya biaya tetap sacara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada

perubahan volume produksi.

Karena adanya unsur biaya variabel disuatu sisi dan unsur biaya tetap disisi lain maka suatu

perusahaan dengan volume produksi tertentu menderita kerugian karena penjualan hanya

menutupi biaya tetap. Ini berarti bahwa bagian dari hasil penghasilan penjualan yang tersedia

hanya cukup untuk menutupi biaya tetap tetapi tidak cukup menutupi biaya variabelnya.

Volume penjualan dimana penghasilan total sama besarnya dengan biaya totalnya, sehingga

perusahaan tidak mencapai laba atau keuntungan dan tidak menderita kerugian disebut Break

Even Point.

Analisa break even point memberikan penerapan yang luas untuk menguji tindakan-tindakan

yang diusulkan dalam mempertimbangkan alternatif-alternatif atau tujuan pengambilan

keputusan yang lain. Analisa break even point tidak hanya semata-mata untuk mengetahui

keadaan perusahaan yang break even saja, akan tetapi analisa break even point mampu

memeberikan informasi kepada pimpinan perusahaan mengenai berbagai tingkat volume

penjualan, serta hubungan dengan kemungkinan memperoleh laba menurut tingkat penjualan

yang bersangkutan.