makalah agama

8
Pendahuluan Beberapa waktu yang lalu, bursa calon presiden dan wakil presiden kembali marak diperbincangkan di media massa nasional. Padahal pemilihan presiden masih sekitar setahun lagi. Hal itu dipicu oleh pencalonan kembali Megawati Soekarnoputri yang diusung kembali oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Mendekati PEMILU 2014 yang menyisakan 2 tahun lagi, saat ini partai politik berlomba-lomba untuk melakukan konsolidasi dalam mengajukan calon presiden dan wakil presiden apalagi dengan habisnya masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam menentukan calon pemimpin negara, parpol seharusnya memperhatikan berbagai aspek dalam memilih calon pemimpin. Dengan matoritas penduduk yang beragama Islam terbesar di dunia, walaupun Indonesia bukanlah negara Islam tetapi unsur-unsur keislaman harus senantiasa diperhatikan dalam membangun sebuah negara termasuk pemilihan calon presiden. Salah satu topik yang sering diperbincangkan dalam kaitannya dengan pemimpin yang sesuai dalam pandangan Islam adalah mengenai pemimpin wanita. Hal ini sering menjadi kontroversi, mengingat banyak kalangan berpendapat bahwa seharusnya seorang pemimpin adalah pria dan bukan wanita. Namun tidak sedikit pula kalangan ulama yang menyatakan bahwa wanita bisa menjadi seorang pemipin bahkan presiden.

Upload: bayu-prabowo

Post on 24-Nov-2015

5 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

PendahuluanBeberapa waktu yang lalu, bursa calon presiden dan wakil presiden kembali marak diperbincangkan di media massa nasional. Padahal pemilihan presiden masih sekitar setahun lagi. Hal itu dipicu oleh pencalonan kembali Megawati Soekarnoputri yang diusung kembali oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Mendekati PEMILU 2014 yang menyisakan 2 tahun lagi, saat ini partai politik berlomba-lomba untuk melakukan konsolidasi dalam mengajukan calon presiden dan wakil presiden apalagi dengan habisnya masa jabatan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dalam menentukan calon pemimpin negara, parpol seharusnya memperhatikan berbagai aspek dalam memilih calon pemimpin. Dengan matoritas penduduk yang beragama Islam terbesar di dunia, walaupun Indonesia bukanlah negara Islam tetapi unsur-unsur keislaman harus senantiasa diperhatikan dalam membangun sebuah negara termasuk pemilihan calon presiden. Salah satu topik yang sering diperbincangkan dalam kaitannya dengan pemimpin yang sesuai dalam pandangan Islam adalah mengenai pemimpin wanita. Hal ini sering menjadi kontroversi, mengingat banyak kalangan berpendapat bahwa seharusnya seorang pemimpin adalah pria dan bukan wanita. Namun tidak sedikit pula kalangan ulama yang menyatakan bahwa wanita bisa menjadi seorang pemipin bahkan presiden. PembahasanPada dasarnya wanita dan laki-laki dalam pandangan Islam didudukan secara sama dalam hukum. Uraian ini sangat jelas dalam surah An-Nisa 1:"Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan daripadanya Alloh menciptakan istrinya dan daripada keduanya lahir menyebarlah banyak pria dan wanita."

Namun secara umum banyak kalangan berpandangan bahwa laki-laki lebih kuat baik secara fisik maupun mental ketimbang perempuan serta melihat pelbagai aspek yang menunjukkan kualifikasi laki-laki yang lebih unggul. Selain itu, jika merujuk pada Surah An-Nisa 34:"Laki-laki merupakan pemimpin kaum perempuan"Ayat ini menegaskan tentang kaum lelaki adalah pemimpin atas kaum wanita. Menurut Imam Ibnu Katsir, lelaki itu adalah pemimpin wanita, hakim atasnya, dan pendidiknya. Karena lelaki itu lebih utama dan lebih baik, sehingga kenabian dikhususkan pada kaum lelaki, dan demikian pula kepemimpinan tertinggi. Nabi Muhammad, ketika mendengar kaum Persi dipimpin oleh seorang wanita, yakni putra raja Kisra yang bernama Bran, beliau berkata:Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan (kepemimpinan) mereka kepada seorang wanita.(Hadits Riwayat Al-Bukhari dari Hadits Abdur Rahman bin Abi Bakrah dari ayahnya).Hadist ini dipahami oleh mereka sebagai bentuk larangan untuk memilih dan mengangkat perempuan sebagai pemimpin. Penegasan dalam hadist tersebut, bahwa suatu kaum yang memilih perempuan untuk menduduki kepemimpinan dalam jabatan politik dan pemerintahan yang bertanggung jawab atas semua aspek kehidupan yang menjadi hajat hidup orang banyak tidak akan pernah meraih kebahagiaan, menurut mereka, mengisyaratkan dengan sangat jelas bahwa perempuan tidak berhak untuk menjadi pemimpin dalam jabatan publik, lebih-lebih dalam kepemimpinan politik dan pemerintahan.Perempuan, menurut mereka, mempunyai tugas mulia, mendidik anak di rumah guna menyiapkan generasi yang berakhlak mulia. Sementara ulama kiwari berpendapat bahwa persoalan kepemimpinan dalam Al Qur'an itu bukan soal memilih laki-laki atau perempuan, tetapi siapa di antara mereka yang paling memiliki kesanggupan, kompetensi, dan kredibilitis sebagai pemimpin, maka dialah yang berhak jadi pemimpin.Peristiwa yang terjadi pada kaum Persi tersebut hampir sama dengan yang pernah terjadi di Indonesia, ketika presiden terdahulu, yakni Gus Dur digantikan oleh wakil presidennya Megawati yang notabene adalah seorang wanita. Dari kalangan politisi pertentangan, aspirasi datang dari partai-partai yang berasas dengan Syariat Islam sebagai dasar partai mereka. Secara politis partai-partai yang tadinya menolak kehadiran presiden perempuan harusdapat menerima ketika dihadapkan dengan konstitusi UUD 1945 dalam pasal 8 yang menyatakan bahwa, Apabila Presiden mangkat atau berhenti maka Wakil Presiden menggantikan Presiden. Maka berdasarkan konstitusi tersebut, Megawati berhak menggantikan Gus Dur untuk menjadi Presiden. Bila dilihat dari fakta yang ada di seluruh dunia, hanya 7 % saja wanita yang memangku posisi jabatan kepemimpinan politik di kementerian, bahkan dalam presentase yang kecil itu, kaum wanita terkonsentrasikan pada bidang-bidang sosial, termasuk pendidikan, kesehatan, dan keluarga. Jumlah total menteri-menteri wanita seluruh dunia dalam kategori bidang sosial adalah 14%, sementara total wanita yang menduduki kursi kementerian pada bidang politik hanya 3%, dan untuk posisi eksekutif 4%, dalam bidang ekonomi 4%, namun tampak sedikit lebih baik pada bidang hukum dengan posisi kementerian sebanyak 10% (The Progress of Nations, 1997).Pada kenyataannya dewasa ini para wanita Muslim di dunia Islam tidak terpaku dan tertahan oleh kenyataan politik masa lalunya yang didominasi kaum pria, khususnya di Indonesia dan di luar Timur Tengah. Posisi wanita Muslim ini berubah mulai dari perubahan konsep politik kenegaraan demokrasi di Barat disusul terbitnya Deklarasi Hak-hak Asasi Manusia (HAM) yang telah membuat kesetaraan wanita dengan pria dalam berpolitik. Di dunia Islam sendiri adalah terpilihnya Benazir Bhuto, perdana menteri Pakistan sampai dua kali, bahkan yang kedua kalinya setelah digulingkan lawan politiknya menambah keyakinan akan kuatnya kepemimpinannya itu. Sebelumnya Tensu Ciller pernah menjadi perdana menteri di Turki dan Begum Khalida Zia dipilih sebagai perdana menteri Bangladesh. Kesuksesan seorang perempuan bernama Ratu Balqis yang telah sukses menjadi pemimpin dengan kesetiaan dan kerelaan rakyat mengabdikan diri dan mempersembahkan apa yang dimiliki untuk ratu mereka, sehingga kerajaan tersebut diabadikan dalam Alquran. Akan tetapi Ratu Balqis menjadi kepala negara, jauh sebelum dia mengenal Islam dan dipercaya kawin dengan Nabi Sulaiman. Setelah dia ditundukkan oleh Sulaiman dan menjadi istrinya, otomatis yang menjadi kepala negara adalah Sulaiman, bukan lagi Balqis.Untuk memimpin suatu negara, orang harus benar-benar total, baik dalam waktu, pikiran maupun resiko dan tanggung jawabnya bahkan terkadang harus rela disibukkan oleh aktifitasnya, menghadiri rapat diberbagai kesempatan, melakukan perjalanan dinas dan seterusnya yang tentu saja sulit dilakukan oleh seorang wanita, karena ia juga harus melayani suami dan anak-anak sebagai tugas utamanya.Bagi para wanita, mereka punya hak yg seimbang dgn kewajibannya menurut cara yg benar. Tapi para suami memiliki satu tingkat kelebihan dari istrinya. (Qs. Al-Baqarah 2:228)Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu bertanggung jawab atas kepemimpinanmu. Laki-laki adalah pemimpin dlm keluarganya, dan dia harus mempertanggung jawabkan kepemimpinannya itu. Perempuan adalah pemimpin dlm rumah suaminya dan diapun bertanggung jawab thd kepemimpinannya. (Hadist Riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi dari Ibnu Umar)Dalam sejarah, Nabi Saw mengikut sertakan wanita dalam medan perang, namun mereka bukan dijadikan umpan peluru, tetapi sebagai prajurit yang bertugas memberikan pertolongan bagi mereka yg terluka seperti dicontohkan oleh Fatimah az-Zahrah puteri Beliau sendiri, kemudian wanita juga mempersiapkan konsumsi seperti dilakukan oleh Aisyah, istri Beliau.Bahkan Khadijah istri Nabi yang pertama adalah seorang saudagar (pengusaha).Sesudah Nabi wafat, Khalifah Umar, sahabatnya, mengangkat Ummu As-syifa al-Ansyoriah sebagai pengawas dan pengontrol pasar Madinah (kalau sekarang ini mungkin bisa disetarakan dengan kedudukan menteri ekonomi). Patut dicatat bahwa tugas seorang menteri tidak seberat dan sebesar tanggung jawab tugas kepala negara. Disisi lain, menteri tetap harus bertanggung jawab kepada pemimpinnya, yaitu presiden (dalam istilah agamanya, isteri memiliki tanggung jawab atas kepemimpinannya dalam rumah tangga suaminya).

KesimpulanTerkait dengan kriteria atau syarat pemimpin, khalifah Abu Bakar Assiddiq pernah berpidato saat dilantik menjadi pemimpin umat sepeninggal Rasulullah Saw. Inti dari isi pidato tersebut dapat dijadikan pandangan dalam memilih profil seorang pemimpin yang baik. Isi pidato tersebut diterjemahkan sebagai berikut:Saudara-saudara, aku telah diangkat menjadi pemimpin bukanlah karena aku yang terbaik di antara kalian semuanya. Untuk itu jika aku berbuat baik bantulah aku, dan jika aku berbuat salah luruskanlah aku. Sifat jujur itu adalah amanah, sedangkan kebohongan itu adalah pengkhianatan. Orang lemah di antara kalian aku pandang kuat posisinya di sisiku dan aku akan melindungi hak-haknya. Orang kuat di antara kalian aku pandang lemah posisinya di sisiku dan aku akan mengambil hak-hak mereka yang mereka peroleh dengan jalan yang jahat untuk aku kembalikan kepada yang berhak menerimanya. Janganlah di antara kalian meninggalkan jihad, sebab kaum yang meninggalkan jihad akan ditimpakan kehinaan oleh Allah Swt. Patuhlah kalian kepadaku selama aku mematuhi Allah dan Rasul-Nya. Jika aku durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya maka tidak ada kewajiban bagi kalian untuk mematuhiku. Kini marilah kita menunaikan salat. Semoga Allah Swt melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semuaDari berbagai persyaratan yang telah diungkapkan diatas, kita hendaknya dapat memilih pemimpin yang sesuai dengan syariat agama dan memiliki keikhlasan dan dipercaya dalam mengemban amanah. Serta senantiasa memprioritaskan kemaslahatan umat daripada kepentingan pribadi, kelompok atau keluarga. Melihat kenyataan yang ada dewasa ini, kepemimpinan dalam dunia politik seperti Gubernur, Bupati dan Walikota yang pada umumnya sangat tidak memenuhi syarat ideal dalam menjadi pemimpin, baik laki-laki maupun perempuan. Selagi masih ada calon pemimpin laki-laki yang memenuhi pelbagai syarat yang ideal sesuai Islam, penulis secara pribadi berpendapat bahwa kaum wanita bisa lebih fokus menyiapkan generasi Muslim yang berakhlak dan berkarakter positif di rumah, tanpa kehilangan kemungkinan untuk aktif pada kegiatan sosial setelah anak-anak mereka melewati masa kritis, sejak balita hingga usia remaja akhir.

Referensihttp://islamtradisionalis.wordpress.com/2010/05/14/kepemimpinan-wanita-dalam-perspektif-agama/http://ibnumuqlah.blogspot.com/2010/03/pemimpin-menurut-islam.htmlhttp://islam-itu-indah.blogspot.com/2007/11/memilih-pemimpin-menurut-alquran.htmhttp://nisaillah.student.umm.ac.id/2010/08/18/kepemimpinan-wanita-dalam-islam