makalah adb
DESCRIPTION
makalahTRANSCRIPT
Anemia defisiensi besi
Yusta Wetri Handayani
Nim: 102008088
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Kebon Jeruk, Jakarta 11510
*Email : [email protected]
PENDAHULUAN
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoietik , karena cadangan besi kosong, sehingga pembentukan hemoglobin
berkurang. Berbeda dengan anemia akibat penyakit kronik, berkurangnya penyediaan besi
untuk eritropoietik terjadi akibat pelepasan besi dari system retikuloendotelial yang
berkurang, sementara cadangan besi normal. Namun, kedua jenis anemia ini merupakan
anemia dengan gangguan metabolisme besi.
Anemia defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di
Negara-negara tropik atau Negara dunia ketiga, oleh karena sangat berkaitan erat dari
sepertiga penduduk dunia yang memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikan
serta dampak kesehatan yang sangat merugikan serta dampak social yang cukup serius.
ANAMNESIS
1. Identitas pasien
Identitas pasien merupakan bagian yang paling penting dalam anamnesis. Identitas
ini diperlukan untuk memastikan bahwa yang diperiksa benar – benar anak yang
dimaksud, dan tidak keliru dengan anak yang lain. Identitas pasien meliputi nama,
umur, jenis kelamin, nama orang tua, alamat, agama dan suku bangsa, serta umur,
pendidikan dan pekerjaan orang tua.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yaitu keluhan atau gejala yang menyebabkan pasie dibawa berobat.
3. Riwayat perjalanan penyakit sekarang
Pada riwayat perjalan penyakit ini disusun cerita yang kronologis, terinci dan jelas
mengenai keadaan kesehatan pasien sejak sebelum terdapat keluhan sampai ia
dibawa berobat. Perlu ditanyakan perkembangan penyakit, kemungkinan terjadinya
komplikasi, adanya gejala sisa, bahkan juga kecacatan. Dari riwayat ini diharapkan
dapat diperoleh gambaran kearah kemungkinan diagnosis dan diagnosis banding.
Pada umumnya, hal – hal berikut perlu diketahui mengenai keluhan atau gejala :
Lamanya keluhan berlangsung
Bagaimana sifat terjadinya gejala : apakah mendadak, perlahan – lahan,
terus menerus, berupa bangkitan – bangkitan atau serangan, hilang timbul,
apakah berhubungan dengan waktu (misalnya terjadi waktu pagi, sore,
malam)
Untuk keluhan lokal harus dirinci lokalisasi dan sifatnya : menetap,
menjalar, menyebar, berpindah – pindah
Berat-ringannya keluhan dan perkembangannya : apakah menetap,
cenderung bertambah berat, cenderung berkurang
Terdapat hal yang mendahului keluhan
Apakah keluhan tersebut baru pertama kali dirasakan ataukah sudah
pernah sebelumnya; bila sudah pernah, dirinci apakah intensitas dan
karakteristiknya sama atau berbeda, dan interval antara keluhan – keluhan
tersebut
Apakah terdapat saudara sedarah, orang rumah atau sekeliling pasien
menderita keluhan yang sama
Upaya yang telah dilakukan dan bagaimana hasilnya.
Berikut ini diutarakan secara ringkas beberapa keluhan yang sering dijumpai dan hal - hal
yang biasanya perlu diketahui lebih lanjut tentang keluhan tersebut.
1. Gejala apa yang dirasakan oleh pasien?
Lemah, lesu, cepat lelah, malise, sesak nafas, nyeri dada, kaki dingin.
2. Apakah gejala tersebut muncul mendadak atau bertahap.
3. Sejak kapan terjadinya gejala diatas?
4. Tanyakan kecukupan makanan dan kecukupan Fe.
5. Adakah gejala yang konsisiten dengan melabsorbsi?
6. Adakah tanda-tandakehilagan darah dari saluran cerna ?
7. Jika pasien seorang wanita, adakah kehilangan darah menstruasi berlebihan?
Tanyakan frekuensi dan durasi menstuasi
8. Apakah ada sumber kehilangan darah yang lain.2
Riwayat penyakit dahulu dan penyelidikan fungsional
1. Adanya dugaan penyakit ginjal kronik sebelumnya?
2. Adakah riwayat penyakit kronis (misalnya arthritis rheumatoid atau gejala yang
menunjukan keganasan) ?
3. Adakah tanda-tanda kegagalan sumsum tulang (memar, perdarahan, dan infeksi yang tak
lazim atau rekurens)
4. Adakah tanda-tanda defisiensi vitamin seperti neuropati perifer (pada defisiensi B12
subacute combined degeneration of the cord (SACDOC).2
5. Adakah alasan untuk mencurigai adanya hemolisis (misalnya ikterus, katub buatan yang
dicurigai bocor)?
6. Adakah riwayat anemia sebelumnya atau pemeriksaan penunjang seperti endoskopi
gastrointestinal?
7. Adanya disfagia (akibat lesi esophagus yang menyebakan anemia atau selaput pada
esophagus akibat anemia defisiensi besi?
Riwayat keluarga
Adakah riwayat anemia dalam keluarga? Khusus pertimbangan penyakit sel sabit,
talasemia, dan anemia hemolitik yang diturunkan.2
Obat-obatan
Obat- obat tertentu berhubungan dengan kehilangan darah (misalnya OAINS yang
menyebabkan erosi lambung atau supresi sumsum tulang akibat obat sitotoksin).2
PEMERIKSAAN
1. FISIK
- Inspeksi
Apakah pasien sakit ringan atau berat? (sesak nafas atau syok)
Adakah tanda-tanda anemia? (lihat apakah konjungtiva anemis dan telapak
tangan pucat)
Adakah koilonokia (kuku seperti sendok) atau keilitis angularis atau atrofi pada
papil lidah?
(ditemukan pada defisiensi besi).2
- Palpasi dan perkusi
Pada perabaan apakah ditemukan hepatomegali, spenomegali, atau masa pada
abdomen.2
2. LABORATORIUM
Kelainan laboratorium pada kasus defisiensi besi dapat dijumpai :3,4
Kadar hemoglobin dan indeks eritrosit.
- Didapatkan anemia hipokrom mikrositer, anisositosis dan poikilositosis pada
sediaan hapus darah tepi.
Makin berat derajat anemia makin berat derajat hipokromnya. Derajat hipokrom dan
mikrosotosis berbanding lurus dengan derajat anemia, berbeda dengan
thalasemia.Jika terjadi hipokromia dan mikrosistosis ekstrim, maka sel tampak
sebagai sebuah cincin (ring cell), atau memanjang seperti elips, disebut sebagai sel
pensil. Kadang-kadang dijumpai sel target.
- MCV dan MCH menurun. MCV < 70fl hanya didapatkan pada anemia defisiensi
besi dan talasemia mayor.
- Leukosistosis dan trombosit pada umumnya normal, tetapi granulositopenia
ringan dapat dijumpai pada ADB yang berlangsung lama.
- Pada ADB karena cacing tambang dapat djumpai eosinofilia.
Besi serum dan daya ikat besi total
- Besi serum menurun dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat pada
anemia defisiensi besi.
Untuk criteria ADB, kadar besi serum menurun < 50 ug/dl, TIBC meningkat >
350 ug/dl, dan saturasi transferin <16%, atau < 18%.
Feritin serum
Feritin serum merupakan indicator cadangan besi yang sangat baik.Feritin serum
banyak dipakai baik di klinik maupun di lapangan karena cukup reliable dan praktis,
meskipun tidak begitu sensitive.
Titik pemilah (cut off point) untuk feritin serum pada ADB dipakai angka <12 ug/dl
atau < 15ug/dl.
Reseptor transferin serum
Serum transferring receptor (sTfR) meningkat pada ABD.
Pengukuran reseptor transferin terutama dipakai untuk membedakan ABD dengan
anemia akibat penyakit kronik. Akan lebih baik lagi apabila dipakai rasio reseptor
transferin dengan log feritin serum. Rasio >1,5 menunjukan ADBdan rasio <1,5
sangat mungin karena anemia akibat penyakit kronik.
WORKING DIAGNOSIS
Berdasarkan pemeriksaan anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang. Maka, dapat
didiagnosis pasien pda kasus menderita “Anemia defisiensi besi”
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
1. Anemia pada penyakit kronik
Salah satu anemia yang sering terjadi pada pasien yang menderita berbagai penyakit
keganasan dan radang kronik. Gambaran khasnya adalah :
Indeks dan morfologi eritrosit normositik normokrom atau hipokrom ringan(MCV
jarang < 75 fl)
Anemia bersifat ringan dan tidak progresif (hemoglobin jarang kurang dari 9,0g/dl)
beratnya anemia tergantung dari beratnya penyakit
Baik kadar besi serum maupun TIBC menurun sedangkan kadar sTfR normal
Kadar feritin serum normal atau meningkat dan kadar besi cadangan di sumsum
tulang normal tetapi kadar besi dalam eritroblas berkurang.
Patogenesis anemia ini tampaknya terkait dengan menurunnya pelepasan besi dari
makrofag ke plasma, memendeknya umur eritrosit dan respon eritropoetin yang tidak
adekuat terhadap anemia yang disebabkan oleh efek sitokin seperti IL-1 dan TNF pada
eritropoiesis.Anemia ini hanya terkoreksi dengan keberhasilan pengobatan penyakit
yang mendasari, dan tidak berespon terhadap terapi besi walaupun kadar besi serum
rendah. Pemberian eritropoietin rekombinan memperbaiki keadaan anemia pada
beberapa kasus. Pada banyak keadaan, anemia ini dipesulit oleh anemia yang
disebabkan oleh penyebab lain, seperti defisiensi besi, vitamin B12 atau fosfat, gagal
ginjal, kegagalan sumsum tulang, hipersplenisme, kelainan endokrin, anemia
leukoeritroblastik, dll. 4
2. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik (SDM besar) diklasifikasikan secara morfologi sebagai anemia
makrositik normokrom. Anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi B12
dan asam folat yang mengakibatkan gangguan sintesis DNA, disertai kegagalan
maturasi dan pembelahan inti. Defisiensi-defisiensi ini dapat sekunder akibat
malnutrisi, defisiensi asam folat, malabsorpsi, kekurangan faktor intrinsik (seperti pada
anemia pernisiosa dan pasca gastrektomi), infeksi parasit, penyakit usus, dan
keganasan, serta sebagai akibat agens-agens kemoterapeutik. Pada individu dengan
infeksi cacing pita yang disebabkan oleh ingesti ikan segaryang terinfeksi, cacing pita
berkompetisi dengan pejamunya untuk mendapatkan vitamin B12 didalam makanan
yang ingesti, yang menyebabkan anemia megaloblatik.
Anemia megaloblastik sering terlihat sebagai malnutrisi pada orang yang lebih tua,
pacandu alcohol, atau remaja, dan pada perempuan selama kehamilan, saat permintaan
untuk mencukupi kebutuhan janin dan laktasi meningkat.
Pada keadaan tidak adanya asupan folat, cadangan foalt biasanya akan habis kira-kira
dalam waktu 4 bulan. Selain dari gejala-gejala anemia, pasien-pasien anemia
megaloblastik yang sekunder akibat defisiensi folat dapat terlihat malnutrisi dan
mengaami glositis berat (lidah meradang, nyeri), diare, dan kehilangan nafsu makan.5
ETIOLOGI
Anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh:
Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:
- Saluran cerna: akibat dari tukak petik, pemakaian salisilat atau NSAID, kanker
lambung, kanker kolon, divertikulosis, hemoroid dan infeksi cacing lambung.
- Saluran genitalia perempuan: menorrhagia atau metrorhagia.
- Saluran kemih: hematuria
- Saluran nafas: hemoptoe
Factor nutrisi : akibat kurangnya jumlah besi total makanan, atau kualitas besi
(biovailabilitas) besi yang tidak baik (makanan banyak serat, rendah vitamin C, dan
rendah daging.
Kebutuhan besi meningkat: seperti pada prematurasi, anak dalam masa pertumbuhan
dan kehamilan.
Gangguan absorbsi besi: gastrektomi, tropical sprue atau kolitis kronik.
Pada orang dewasa anemia defisiensi yang dijumpai di klinik hamper identik
dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai
peyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan
gastrointestinal, dinegara tropik paling sering karena infeksi cacing tambang. Sedangkan
pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena meno-metrorhagia.3
EPIDEMIOLOGI
Anemis defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di Negara-
negara tropic atau Negaradunia ketiga, oleh Karena sangat berkaitan erat dengan taraf
social ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang
memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikanserta dampak social yang cukup
serius.3
PATOGENESIS
Perdarahan menahun menyababkan kehilangan besi sehingga cadangan besi makin
menurun. Jika cadangan besi menurun, keadaan ini disebut iron depleted state atau negative
iron balance. Keadaan ini ditandai oleh penurunan kadar feritin serum, peningkatan
absorbs besi dalam usus, serta pengecatan besi dalam sumsum tulang negatif. Apabila
kekurangan besi berlanjut terus maka cadangan besi menjadi kosong sama sekali,
penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang sehingga menimbulkan gangguan pada
bentuk eritrosit tetapi anemia secara klinik belum terjadi, keadaan ini disebut sebagai : iron
deficient erythropoiesis. Pada fase ini kelainan pertama yang dijumpai adalah peningkatan
kadarfree protophorphyryn atau zinc protophorpyryn dalam eritrosit. Saturasi tranferin
menurun dan total iron binding capacity (TIBC) meningkat. Apabila jumlah besi menurun
terus maka eritropoesis semakin terganggu sehingga kadar hemoglobin mulai menurun,
akibatnya timbul anemia hipokromik mikrositer, disebut sebagai iron deficiency anemia.
Pada saat itu juga terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat
menimbulkan gejala pada kuku, epitel mulut dan faring serta berbagai gejala lainnya.3
GEJALA ANEMIA DEFISIENSI BESI
Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu: Gejala
umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala penyakit dasar.3
1. Gejala Umum Anemia
Gejala umum anemia yang disebut sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai
pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun dibawah 7-8d/dl. Gejala ini
berupa badan lemas, lesu, cepat lelah, mata kunang-kunang, serta telinga yang
berdenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin yang terjadi
secara perlahan-lahan seringkali syndroma anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan
dengan anemia yang lainyang penurunan kadar hemoglobinnya lebih cepat terjadi, oleh
karena mekanisme kompensasi tubuh dapat berjalan dengan baik. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan di bawah kuku.
2. Gejala Khas Defisiensi Besi
Gejala yang khas dijumpai pada defisiensi besi, tetapi tidak dijumpai pada anemia jenis lain
adalah:
Koilonychias: kuku sendok (spoon nail), kuku menjadi rapuh, bergaris-garis vertical
dan menjadi cekung sehingga mirip seperti sendok.
Atrofi papil lidah: permukaan lidah menjadi licin dan mengkilap karena papil lidah
menghilang.
Stomatitis angularis (cheilosis): adanya peradangan pada sudut mulut sehingga tampak
sebagai bercak berwarna pucat keputihan.
Disfagia: nyeri menelan kerena kerusakan epitel hipofaring.
Atrofi mukosa gaster sehingga menimbulkan akhloridia.
Pica : keinginan untuk memakan bahan yang tidak lazim, seperti: tanah liat, es, lem dll.
3. Gejala penyakit dasar
Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai gejala-gejala penyakit yang menjadi penyebab
anemia defisiensi besi tersebut.Misalnya pada anemia akibat penyakit cacing tambang
dijumpai dyspepsia, parotis membengkak, dan kulit telapak tangan berwarna kuning seperti
jerami. Pada anemia karena perdarahan kronik akibat kanker kolon dijimpai gejala
gangguan kebiasaan BAB atau gejala lain tergantung lokasi tersebut.
PENATALAKSANAAN
1. Medika mentosa
Penyebab yang mendasarinya sedapat mungkin diobati. Sebagai tambahan, diberikan besi
untuk mengoreksi anemia dan memulihkan cadangan besi.3,4
Besi oral
Preparat yang terbaik adalah fero sulfat karena harganya murah, mengandung 67 mg besi
dalam tiap tablet. Dosis pemeliharaan yang diberikan adalah 100mg -200mg.
Pemberian fero sufat sebaiknya diberikan saat perut kosong dalam dosis yang berjarak
sedikitnya 6 jam. Jika timbul efek samping (mis : mual, nyeri perut, konstipasi, atau diare),
dapat dikurangi dengan memberikan besi bersama makanan atau menggunakan preparat
dengan kandungan besi yang lebih yang lebih rendah, mis ferro glukonat yang lebih sedikit
mengandung besi (37 mg ) per tablet 300 mg.
Terapi besi oral harus diberikan diberikan cukup lama untuk mengoreksi anemia dan
untuk memulihkan cadangan besi tubuh, yang biasanya memberikan hasil setelah
penggunaan selama 6 bulan.
Besi parentral
Preparat yang tersedia ialah iron dextran complex (mengandung 50 mg besi/ml), iron
sorbitol citrit acid complex dan yang terbaru iron ferric gluconate dan iron sucrose yang
lebi aman. Besi parentral dapat diberikan secara intramuscular dalam atau intravena
pelan. Pemberian secara intamuskular memberikan rasa nyeri dan memberikanwarna hitam
pada kulit. Efek samping yang dapat timbul adalah reaksi anafilaksis, meskipun jarang,
Efek samping lain adalah flebitis, sakit kepala, flushing, mual, muntah, nyeri perut dan
sinkop.
Terapi besi parentral bertujuan untuk mengembalikan kadar hemoglobin dan
mengisi besi sebesar 500 sampai 1000 mg.
Terapi besi parentral hanya diberikan pada jika dianggap perlu untuk memulihkan besi
tubuh secara cepat, contohnya pada kehamilan tua atau pasien yang menjalani hemodialisis
dan terapi eritropoietin atau jika pemberian besi oral tidak efektif.
2. Nonmedika mentosa
Diet : sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutamayang
berasal dari protein hewani.
Vitamin C : vitamin C diberikan 3x 100mg per hari untuk meningkatkan
absorbs besi.
Transfuse darah : ADB janrang memerlukan transfuse darah. Indikasi pemberian
transfusi darah pada anemia kekurangan besi adalah :
- Adanya penyakit jantung anemic dengan ancaman payah jantung
- Anemia yang sangat simtomatik, misalnya anemia dengan gejala pusing yang
sangat menyolok.
- Pasien memerlukan peningkatan kadar hemoglobin yang cepat seperti pada
kehamilan trisemester akhir atau preoprasi.3
KOMPLIKASI
Nilai hemoglobin kurang dari 5g/100ml dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian.1
PENCEGAHAN
Mengingat tingginya prevalensi anemia defisiensi besi di masyarakat maka diperlukan
suatu tindakan pencegahan yang terpadu. Pencegahan tersebut berupa :
Pendidikan kesehatan :
- Kesehatan lingkungan, misalnya tentang pemakaian jamban, perbaikan
lingkungan kerja, misalnya pemakaian alas kaki sehingga dapat mencegah
penyakit cacing tambang
Pemberantasan infeksi cacing cambang sebagai sumber perdarahan kronik paling
sering dijumpai di daerah tropik. Pengendaian infeksi cacing tambang dapat dilakukan
dengan pengobatan masal dengan anthelmentik dan perbaiakn sanitasi.
Suplemen besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk yang rentan,
seperti ibu hamil dan anak balita. Di Indonesia diberikan pada wanita hamil dan anak
balita memakaipil besi dan folat.
Fortifikasi bahan makanan dengan besi, yaitu mencampurkan besi pada bahan
makanan. Di Negara barat dilakukan dengan mencampur tepung untuk roti atau
bubuk susu dengan besi.3
KESIMPULAN
Anemis defisiensi besi merupakan anemia yang paling sering dijumpai, terutama di
Negara-negara tropic atau Negaradunia ketiga, oleh Karena sangat berkaitan erat dengan
taraf social ekonomi. Anemia ini mengenai lebih dari sepertiga penduduk dunia yang
memberikan dampak kesehatan yang sangat merugikanserta dampak social yang cukup
serius.3
Defisiensi besi adalah masalah pada toddler dan anak-anak yang membutuhkan
peningkatan kebutuhan gizi untuk pertumbuhan.Wanita hamil sering mengalami defisiensi
besi kerena kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin.Wanita yang haid juga cenderung
mengalami mengalami defisiensi besi karena hilangnya besi setiap bulan dan diet mungkin
kekurangan zat besi.Pada pria, defisiensi besi biasanya terjadi pada pengidap ulkus atau
penyakit hepar yang ditandai perdarahan. Penurunan jumlah sel darah merah memaju
sumsum tulang untuk meningkatan pelepasan sel-sel darah merah abnormal yang berukuran
kecil dan kekuran hemoglobin.1
Pencegahan tersebut berupa : Pendidikan kesehatan, Pemberantasan infeksi cacing
cambang sebagai sumber perdarahan kronik paling sering dijumpai di daerah tropic,
Suplemen besi yaitu pemberian besi profilaksis pada segmen penduduk yang rentan, seperti
ibu hamil dan anak balita. Di Indonesia diberikan pada wanita hamil dan anak balita
memakai pil besi dan folat.3
DAFTAR PUSTAKA
1. Elizabeth J, Corwin. Patofisiologi. Edisi 3. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Jakarta, 2009 : hal 427-28
2. Gleadle Jonathan. Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik. Penerbit Erlangga. Jakarta,
2007 : hal 84-85
3. Sudoyono W Aru, Setiyohadi Bambang. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.
Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam UI. Jakarta, 2007 : 634-40
4. Hoffbran, A.V. Kapita selekta HEMATOLOGI. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran
ECG. Jakarta, 2005 : hal 150-65
5. Price, Sylvia Adreson. PATOFISIOLOGI : KONSEP KLINIK PEROSES-PROSES
PENYAKIT. Edisi 6. Vol 1. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta, 2005 : hal
261-62