makala h

20
Tinjauan Pustaka Proses Terjadinya Kehamilan dan Pembentukan Embrio pada Manusia Caesar Swempi Gaidaka (102013312) Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6 - Jakarta Barat Email: [email protected] Pendahuluan Kehamilan terjadi ketika hubungan seksual dilakukan pada saat wanita dalam masa ovulasi atau masa subur (keadaan dimana rahim melepaskan sel telur), dan sperma (air mani) dari pria membuahi sel telur dari wanita tsb. Telur yang telah dibuahi akan menempel pada dinding rahim, yang akan bertumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari). Dalam sekali hubungan badan, seorang suami rata-rata mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah air mani ini terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan sel sperma ini akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470 Page 1

Upload: caesar

Post on 25-Sep-2015

223 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

45g

TRANSCRIPT

Tinjauan Pustaka

Proses Terjadinya Kehamilan dan Pembentukan Embrio pada Manusia

Caesar Swempi Gaidaka (102013312)Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJl. Arjuna Utara No.6 - Jakarta BaratEmail: [email protected]

PendahuluanKehamilan terjadi ketika hubungan seksual dilakukan pada saat wanita dalam masa ovulasi atau masa subur (keadaan dimana rahim melepaskan sel telur), dan sperma (air mani) dari pria membuahi sel telur dari wanita tsb. Telur yang telah dibuahi akan menempel pada dinding rahim, yang akan bertumbuh dan berkembang selama kira-kira 40 minggu (280 hari). Dalam sekali hubungan badan, seorang suami rata-rata mengeluarkan air mani sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah air mani ini terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan sel sperma ini akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang rahim. Kehamilan manusia terjadi selama 40 minggu antara waktu menstruasi terakhir dan kelahiran (38 minggu dari pembuahan). Istilah medis untuk wanita hamil adalah gravida, sedangkan manusia di dalamnya disebut embrio (minggu-minggu awal) dan kemudian janin (sampai kelahiran). Seorang wanita yang hamil untuk pertama kalinya disebut primigravida atau gravida 1, seorang wanita yang belum pernah hamil dikenal sebagai gravid.1

IsiFertilisasi Fertilisasi pada manusia diawali dengan terjadinya persetubuhan (koitus). Fertilisasi atau pembuahan adalah proses peleburan spermatozoa dan sel telur. Fertilisasi biasa terjadi pada saat koitus dilakukan waktu wanita dalam masa subur yaitu 14 hari 2 hari sebelum menstruasi bulan berikutnya. Dalam keadaan normal, proses ini terjadi di bagian ampula. Bagian ini adalah bagian yang paling luas dari tuba falopi dan terletak dekat dengan ovarium. Selama ovulasi, ovum yang matang dilepaskan oleh ovarium ke tuba falopi ovum ini diliputi oleh zona pelusida, yang bagian luarnya membentuk korona radiate. Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase ditengah sitoplasma yang disebut vitellus. Dalam perjalanan korona radiata makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitellus, melalui saluran pada zona pelusida. Selama sekitar 12 sampai 24 jam, ovum yang matang siap untuk dibuahi, dan bisa bertahan hidup selama 48 jam. Sementara itu sperma dilepaskan dalam jumlah yang banyak yaitu 60 - 100 juta yang diejakulasikan ke dalam vagina berenang ke bagian dalam uterus dan ke tuba falopi untuk mencari ovum yang telah matang tersebut. Pergerakan sperma dari uterus ke tuba falopi terutama terjadi karena dorongan dirinya sendiri, meskipun gerakan tersebut juga mungkin dibantu oleh gerakan cairan yang tercipta oleh silia uterus. Pada proses pembuahan, hanya bagian kepala sperma yang menembus sel telur dan bersatu dengan inti sel telur. Bagian ekor yang merupakan alat gerak sperma akan melepaskan diri. Perjalanan dari uterus ke tuba falopi memerlukan waktu minimal 2 7 jam, dan setelah mencapai isthmus (lumen lebih lebar, terbentang dari uterus sampai extremitas uteri ovari), sperma menjadi kurang gesit, dan berhenti bermigrasi. Saat ovulasi, sperma kembali gesit dan berenang menuju ampula yaitu tempat dimana fertilisasi biasa terjadi. Spermatozoa tidak mampu membuahi oosit segera setelah tiba di saluran genitalia karena harus menjalani proses kapasitasi dan reaksi akrosom. Kapasitasi adalah suatu proses penyesuaian spermatozoa di dalam saluran reproduksi wanita untuk memberikan kekuatan bagi spermatozoa. Selama proses kapasitasi protein plasma dan glikoprotein diluruhkan dari plasma membran yang melapisi regio akrosom spermatozoa. Hanya spermatozoa yang telah mengalami proses kapasitasi yang dapat melewati lapisan korona radiata. Reaksi akrosom yang terjadi setelah pengikatan ke zona pelusida, spermatozoa akan melekat pada zona pelusida dan menghasilkan akrosin, trypsine-like agent dan lysine-zone yang dapat melarutkan dan membantu sperma melewati zona pelusida untuk mencapai ovum.2Proses pembuahan mencakup tiga fase yaitu: penembusan korona radiata, penembusan zona pellucida dan penyatuan inti sel telur dan spermatozoa. 1. Penembusan Korona RadiataSekitar 200 juta spermatozoa dilepaskan ke dalam vagina saat ejakulasi. Dari jumlah itu hanya sekitar 400 yang mencapai ampula dan siap untuk membuahi. Selanjutnya dari 400 tersebut hanya satu yang akhirnya berhasil melakukan pembuahan. Pada saat sperma mendekati sel telur dan mencoba menembus korona radiata, semua spermatozoa mengerahkan kemampuannya untuk berhasil. Dengan akrosom yang telah terbuka, mereka saling bekerja sama menghancurkan lapisan penghalang. Beberapa spermatozoa kemudian bersama-sama berhasil menembus korona radiata. 2. Penembusan Zona Pellucida Zona pelusida adalah sebuah perisai glikoprotein yang membungkus oosit dan mempertahankan pengikatan sperma dan menginduksi reaksi akrosom. Pelepasan enzim-enzim akrosom memungkinkan sperma menembus zona pelusida, sehingga akan bertemu dengan membrane plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma menyentuh permukaan oosit. Hal ini mengakibatkan pembebasan enzim-enzim lisosom dari granul-granul korteks yang melapisi membrane plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini menyebabkan perubahan sifat zona pelusida (reaksi zona) untuk menghambat penetrasi sperma dan membuat tak aktif tempat tempat reseptor bagi spermatozoa pada permukaan zona yang spesifik spesies. Spermatozoa lain ternyata bisa menempel di zona pelusida tetapi hanya satu yang menembus oosit.3. Penyatuan inti sel telur dan spermatozoaDengan masuknya inti spermatozoa ke dalam sitoplasma vitellus membangkitkan kembali pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan metaphase. Proses pemecahan dan pematangan mengikuti bentuk anaphase dan telofase sehingga pronukleusnya menjadi haploid. Pronukleus spermatozoa dalam keadaan haploid saling mendekati dengan inti ovum yang kini haploid dan bertemu dalam pasangan pembawa tanda dari pihak pria maupun wanita. Segera setelah spermatozoa menyentuh membrane sel oosit, kedua selaput plasma sel tersebut menyatu. Karena selaput plasma yang membungkus kepala akrosom telah hilang pada saat reaksi akrosom, penyatuan yang sebenarnya terjadi adalah antara selaput oosit dan selaput yang meliputi bagian belakang kepala sperma. Pada manusia, baik kepala dan ekor spermatozoa memasuki sitoplasma oosit, tetapi selaput plasma tertingal di permukaan oosit. Pada saat sperma mencapai oosit, terjadi : Reaksi zona/reaksi kokortikal pada selaput zona pelusida Oosit menyelesaikan pembelahan meiosis keduanya, menghasilkan oosit definitive yang kemudian menjadi pronukleus wanita Inti sperma membesar membentuk pronukleus pria Ekor sel sperma terlepas dan berdegenerasi Pronukleus pria dan wanita. Masing-masing haploid, bersatu dan membentuk zygot yang memiliki jumlah DNA genap/diploid.Sel telur yang baru dibuahi disebut zigot. Antara 12 dan 20 jam setelah dibuahi, zigot mulai bergerak meninggalkan tuba falopi menuju ke uterus sambil terus membelah menjadi dua seraya menggandakan DNA-nya. Kemudian zigot membelah dan membelah lagi. Peraba serupa rambut dalam tuba falopi mendorong zigot bergerak maju. Zigot membelah dan membelah lagi sampai membentuk bola padat berukuran sebesar ujung jarum pentul. Kini zigot dikenal sebagai morula, yang terdiri atas 16-32 sel. Morula terus membelah setiap 15 jam sekali sehingga pada saat mencapai uterus, setelah kira-kira 90 jam (kira-kira 4 hari), morula telah mengandung kira-kira 64 sel. Morula terdiri dari inner cell mass dan outer cell mass. Inner cell mass ini adalah cikal bakal dari embrio, sedangkan outer cell mass merupakan cikal bakal dari trofoblast yang nantinya akan menjadi placenta. Morula lambat laun berkembang dari bentuknya yang padat menjadi bola sel yang berisi cairan atau blastokista, yaitu inner cell mass dan blastosol yang dikelilingi oleh trofoblast. Inner cell mass ini berkembang menjadi embrio dan trofoblas akan berkembang menjadi plasenta.3

Implantasi Satu minggu setelah fertilisasi terjadi peristiwa menempel dan terbenamnya blastokista pada endometrium. Sesampainya di uterus, embrio lepas dari zona pelusida yang semula melindunginya, lalu bergerak kearah endometrium yang sedang dalam keadaan sekeresi. Jaringan endometrium ini mengandung banyak sel-sel desidua yaitu sel-sel besar yang banyak mengandung glikogen serta mudah dihancurkan oleh trofoblas. Blastokista dengan bagian yang berisi massa sel dalam (inner-cell-mass) akan mudah masuk kedalam desidua, menyebabkan luka kecil yang kemudian sembuh dan menutup lagi. Sel-sel trofoblas mesodermal yang tumbuh disekitar mudigah (embrio) akan melapisi bagian dalam trofoblas. Maka terbentuklah sekat korionik (chorionic membrane) yang kelak menjadi korion. Sel-sel trofoblas tumbuh menjadi dua lapisan: Sitotrofoblas, disebelah dalam Sinsitiotrofoblas, disebelah luar.Menjelang hari ke- 9, terbentuk lacuna dalam sinsitiotrofoblas. Selanjutnya, sinusoid ibu terkikis oleh sinsitiotrofoblas, darah ibu memasuki jalan lakuna, dan menjelang akhir minggu kedua, mulailah sirkulasi utero-plasenta. Sementara itu, sitotrofoblas membentuk kolom-kolom seluler yang menembus ke dalam dan dikelilingi oleh sinsitium. Kelompok ini disebut villi primer. Menjelang akhir minggu kedua, blastokista telah tertanam seluruhnya, dan luka pada permukaan mukosa telah pulih kembali. Sel-sel embrioblas juga berdiferensiasi menjadi dua lapis yang berbeda : epiblas: selapis sel kolumnar tinggi, di bagian dalam, berbatasan dengan bakal rongga amnion hipoblas: selapis sel kuboid kecil, di bagian luar, berbatasan dengan rongga blastokista (bakal rongga kuning telur)Unit sel-sel blast ini akan berkembang menjadi janin. Pada kutub embrional, sel-sel dari hipoblas membentuk selaput tipis yang membatasi bagian dalam sitotrofoblas (selaput Heuser). Selaput ini bersama dengan hipoblas membentuk dinding bakal yolk sac (kandung kuning telur). Rongga yang terjadi disebut rongga eksoselom (exocoelomic space) atau kandung kuning telur sederhana. Selaput janin terdiri atas korion, amnion, kantung kuning telur, alantois. Bagian korion fili tetap berkembang yang kelak akan menjadi plasenta. Plasenta, selain terdiri dari komponen janin juga tyerdiri dari komponen maternal yang disebut desidua (desidua basalis).

Desidua dibagi menjadi dua daerah, yaitu: Desidua basalis, terletak diantara hasil konsepsi dengan dinding uterus Desidua capsularis, terletak diantara hasil konsepsi dengan cavum uteri Desidua parietalis/Vera, terletak meliputi/mengelilingi dinding uterus yang lain.Pada hari ke sepuluh, blastokista telah terbenam seluruhnya ke dalam stroma endometrium, sehingga tahap implantasi / nidasi berakhir. Pada minggu ke 16 seluruh kantong rahim telah ditutupi oleh vili korialis. Setelah kantung membesar, vili diseberang janin (daerah desidua capsularis) terjepit, mengalami degenerasi, sehingga menjadi halus (korion halus). Vili di desidua basalis berkembang dengan cepat membentuk plasenta (Plasenta Pars Fetalis).Fungsi plasenta: nutritive, alat yang menyalurkan makanan dari ibu ke janin ekskresi, alat yang menyalurkan hasil metabolisme dari janin ke ibu. respirasi, menyalurkan O2 dari ibu ke janin alat pembentuk hormone (Endokrin) alat penyalur antibody dari ibu ke janin (Imunologi) Farmakologi, menyalurkan obat yang dibutuhkan janin, dari sang ibu.4

Gastrulasi Gastrulasi dimulai pada minggu ke tiga. Gastrulasi adalah suatu proses dinamis, dimana berlangsung migrasi sel-sel atau lapisan sel-sel secara terintegerasi yang dilakukan melalui berbagai macam gerakan morfogenik. Pengertian gastrulasi adalah proses di mana sel-sel berkembang biak dan bermigrasi dalam embrio untuk mengubah massa sel dalam tahap blastokista menjadi embrio yang berisi ketiga lapisan germinal primer. Setelah mencapai bentuk blastula, pertambahan massa sel masih terus terjadi dengan pembelahan mitosis. Akibatnya sel mendesak kebawah (ke arah kutub vegetal / vegetal pole) dan terjadilah pelipatan sel ke dalam (invaginasi). Terjadinya invaginasi membentuk sebuah lekukan yang disebut blastopore. Invaginasi ini menandai dimulainya gastrulasi. Proses terbentuknya gastrula yaitu: Sel-sel blastula yang mengalami invaginasi terus tumbuh ke arah dalam sehingga blastopore akan terus terdesak ke dalam dan terbentuk rongga arkenteron. Rongga ini membagi sel-sel yang tumbuh tersebut menjadi lapisan endoderm disebelah dalam dan mesoderm dibagian tengah. Lapisan bagian luar dari lapisan sel pada animal pole yang tetap berada diluar (tidak melipat ke dalam) membentuk ektoderm.Ketiga lapisan tersebut kemudian disebut dengan Lapisan Germinal Embrio Turunan Ektoderm1. Pembentukan sistem saraf pusat Bumbung neural akan berkembang menjadi sistem saraf pusat, yaitu otak dan sumsum tulang belakang. 2. Pembentukan mata Pembentukan mata embrio manusia terjadi pada usia kehamilan 6 minggu. Prosensefalon bakal diensefalon berevaginasi ke arah lateral membentuk vesikula optic Vesikula optik menginduksi ektoderm epidermis di hadapannya untuk membentuk penebalan/ plakoda lensa Plakoda lensa berinvaginasi menjadi vesikula lensa, lalu menginduksi balik vesikula optik vesikula optik berinvaginasi menjadi cawan optik Cawan optik berdiferensiasi menjadi dua lapisan, yaitu sebelah luar: lapisan berpigmen menjadi retina berpigmen; dan sebelah dalam: lapisan sensoris menjadi retina sensoris. Bagian pangkal cawan optik menyempit, disebut tangkai optik dan berhubungan dengan diensefalon. Akson sel-sel ganglionik dari retina sensoris bertemu pada bagian dasar mata sepanjang tangkai optik dan menjadi saraf optik. Vesikula lensa melepaskan diri dari ektoderm epidermis menjadi lensa. Lensa akan berdiferensiasi menjadi transparan, berkaitan dengan perubahan struktur sel dan sintesis protein spesifik yang disebut kristalin. Lensa menginduksi ektoderm epidermis yang menutupinya menjadi kornea. Kornea akan menjadi jernih, karena pigmen pada sel-selnya menjdi hilang. Bagian tepi cawan optik yang tidak ikut berubah menjadi retina sensoris akan berkembang menjadi iris Lapisan koroid dan sklera dibentuk dari mesenkim yang berakumulasi mengelilingi bola mata. Ektoderm epidermis di depan kornea akan menjadi kelopak mata. Kematian sel-sel di tengah-tengah bagian tersebut menyebabkan terpisahnya kelopak mata atas dan bawah. 3. Pembentukan kulit Contoh: pada embrio manusia Sampai umur 1 bulan, embrio manusia hanya memiliki penutup tubuh berupas elapis sel ektoderm berbentuk kubus. Sel-sel ektoderm membelah secara mitosis membentuk 2 lapisan, yaitu periderm (sebelah atas) dan ektoderm (sebelah bawah). Periderm hilang sebelum bayi lahir. Pada akhir bulan ke-2 sel-sel ektoderm berproliferasi membentuk 2-3 lapis sel yang disebut stratum germinativum (stratum basale). Stratum berikutnya terbentuk di atasnya, yaitu stratum spinosum. Berikutnya terbentuk stratum granulosum yang terdiri dari 3-5 lapis sel; sel-selnya memiliki granula keratohialin. Berikutnya terbentuk stratum lusidum (pada kulit tak berambut/ kulit tebal) berupa selapis tipis sel. Selanjutnya terbentuk stratum korneum yang merupakan lapisan epidermis teratas. Sel-sel mati dari startum korneum secara kontinyu dilepaskan dari permukaan kulit, digantikan oleh sel-sel lusidum. Sel-sel lusidum digantikan oleh sel-sel dari lapisan granulosum, dan seterusnya. Hal ini dapat terjadi karena sel-sel pada stratum germinativum selalu aktif berproliferasi. Dermis kulit dibentuk oleh sel-sel mesenkim yang berasal dari mesoderm somatik hipomer atau dari dermatom epimer. Sel-sel mesenkim membentuk jaringan ikat, pembuluh darah, serta otot polos penegak rambut (pada kulit berambut). Saraf dan ujung-ujung saraf yang terdapat di dermis merupakan cabang dari saraf-saraf yang memasuki kulit.

Turunan Mesoderm 1. Pembentukan ginjal Ginjal merupakan turunan dari mesoderm intermedier (mesomer). Pembentukan ginjal embrio vertebrata ditandai dengan adanya penonjolan pada mesoderm intermedier di daerah anterior embrio, yang disebut nefrotom. Selanjutnya perkembangan ginjal berlangsung dari anterior ke posterior, dimulai dengan pembentukan ginjal tipe pronefros, kemudian mesonefros, dan terakhir metanefros. Semua tahapan terjadi pada pembentukan ginjal hewan amniota. Perkembangan ginjal hewan anamniota hanya sampai tahap mesonefros. Tahap-tahap perkembangan ginjal embrio vertebrata adalah sebagai berikut: Nefrotom membentuk pronefros, yang terdiri dari nefrostom yang berhubungan dengan coelom, tubulus pronefros, dan duktus pronefros yang berjalan ke arah posterior. Bagian anterior mesoderm intermedier bersegmen, tetapi bagian posteriornya bersatu membentuk jaringan nefrogenik. Pada embrio amniota pronefros sangat vestigial dan segera berdegenerasi. Pada umur embrio yang lebih tua, jaringan nefrogenik di sebelah posterior pronefros akan membentuk mesonefros yang terdiri dari: tubulus-tubulus mesonefros yang akan bermuara di dalam duktus pronefros bagian posterior yang disebut duktus mesonefros (saluran Wolff), dan kapsula yang akan diisi oleh glomerulus. Mesonefros merupakan ginjal definitif pada hewan anamniota, sedangkan pada amniota hanya berfungsi sebelum terbentuknya ginjal metanefros. Pada umur embrio yang lebih lanjut, dari bagian posterior saluran Wollf timbul tunas mesonefros yang akan memanjang menjadi ureter, bagian ujungnya melebar dalam jaringan nefrogenik yang tersisa untuk menginduksi pembentukan metanefros, yang merupakan ginjal definitif pada amniota. Metanefros merupakan ginjal yang paling sempurna, masing-masing ginjal mengandung ribuan nefron. Pada embrio amniota jantan, ketika ginjal mesonefros berdegenerasi, tubulus-tubulus mesonefros dan saluran mesonefros akan berkembang menjadi saluran reproduksi (epididimis dan duktus deferen), sedangkan pada embrio amniota betina seluruh bagian mesonefros akan berdegenerasi. 2. Pembentukan gonad Gonad merupakan turunan mesoderm intermedier, dibentuk sebagai suatu penebalan pada permukaan ventromedian mesonefros, yang disebut pematang genital. Pematang genital terdiri atas mesenkim di bagian dalam dan epitel di bagian luar yang disebut epitel germinal. Primordial germ cells (bakal sel kelamin = BSK) yang berasal dari endoderm kantung yolk dibawa mendekati pematang genital,melalui aliran darah (pada aves), atau oleh aliran sel-sel di sekitarnya, kemudian memasuki pematang genital secara aktif dengan gerakan pseudopodia menempati lapisan epitel pematang genital. Setelah BSK tertanam di epitel germinal, epitel germinal mencembung ke arah coelom, dan menumbuhkan pita-pita seks primitif ke arah dalam. BSK juga bermigrasi ke pita-pita seks primitif. Mesenkim di sela-sela pita-pita seks primitif diisi oleh pembuluh darah yang mensuplai gonad. Bagian bakal gonad yang tersusun atas epitel germinal disebut bagian korteks, sedangkan bagian yang mengandung pita-pita seks primitif disebut medula. Gonad pada tahap ini disebut gonad indiferen. Pembentukan testis: Bagian korteks gonad indiferen tereduksi. BSK dari bagian korteks akan bermigrasi ke pita pita seks primitif di medula. Pita-pita seks primitif akan membentuk rongga menjadi tubulus seminiferus; BSK di dalamnya akan menjadi spermatogonium, epitelnya akan menjadi sel Sertoli. Pembentukan ovarium: Bagian medula gonad indiferen tereduksi; pita-pita seks primitif direduksi, kemudian medula diisi oleh sel-sel mesenkim dan pembuluh darah. Bagian korteks menebal, BSK di dalamnya menjadi oogonium. Sel-sel epitel korteks membentuk sel-sel folikel. Oogonium memasuki tahap awal oogenesis dan berkembang menjadi oosit. Oosit beserta sel-sel folikel membangun folikel telur.

Turunan Endoderm1. Pembentukan saluran pencernaan Saluran pencernaan primitif terbagi menjadi 3 bagian, yaitu usus depan (fore gut), usus tengah (mid gut), dan usus belakang (hind gut). Usus depan: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian anterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus, lambung dan duodenum. Usus tengah: daerah arkenteron antara usus depan dan usus belakang. Usus tengah akan menjadi yeyunum, ileum dan kolon Usus belakang: terbentuk oleh adanya pelipatan endodern atap arkenteron bagian posterior, yang akan diikuti oleh mesoderm splanknik. Usus belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus. Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus dari ektoderm. Jaringan-jaringan/ struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik. 2. Pembentukan mulut Mulut terbentuk pada bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm (= lekuk stomodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus depan menyebabkan terbentuknya keping oral. Keping oral makin lama makin menipis, akhirnya pecah menjadi lubang mulut. 3. Pembentukan anus Anus terbentuk pada bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm (= lekuk proktodeum) yang diikuti dengan evaginasi endoderm usus belakang menyebabkan terbentuknya keping anal. Keping anal makin lama makin menipis, akhirnya pecah menjadi lubang anus. 4. Pembentukan hati Tunas (divertikulum) hati timbul sebagai evaginasi ke arah ventaral dari endoderm di antara bakal lambung dan duodenum. Tonjolan endoderm tersebut dilapisi oleh mesenkim dan mesoderm splanknik. Tunas hati kemudian bercabang-cabang membentuk hati, percabangan bagian distal membentuk sel-sel parenkim sekretori, bagian proksimal membentuk sel-sel duktus hepatikus. Sel-sel hati (perenkim hati) dan sel-sel duktus hepatikus terbentuk dari endoderm Jaringan-jaringan lain dari hati dibentuk oleh mesenkim dan mesoderm splanknik. Dari bagian akar tunas hati timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung empedu. Posisi kantung empedu dan duktus pankreas, dan fusi kedua bagian pankreas menjadi pankreas tunggal. (Sumber: Majumdar, 1985) 5. Pembentukan pankreas Pankreas tunggal berasal dari dua buah tonjolan endoderm di dekat tunas hati (1 diventral dan 1 di dorsal). Kedua tonjolan tersebut kemudian bercabang-cabang dan berfusi membentuk pankreas tunggal. Sel-sel pankreas sekretori (asini pankreas) dan sel-sel duktus pankreatik dibentuk dari sel-sell endodermal Pulau-pulau Langerhans dibentuk dari sel-sell endodermal. Pada awal perkembangannya, kelompok sel-sel endodermal ini menjadi terpisah dan terperangkap dalam mesoderm di antara asini pankreas. Kelompok-kelompok tersebut termodifikasi menjadi sel-sel pulau Langerhans. Di dalam pankreas manusia dewasa terdapat 200.000 sampai 1.800.000 pulau Langerhans. 6. Pembentukan trakea dan paru-paru Pembentukan trakea dan paru-paru berkaitan dengan saluran pencernaan. Pada usus depan di perbatasan faring dan esofagus terjadi evaginasi endoderm ke arah ventral membentuk lekuk laringotrakea. Lekuk laringotrakea memanjang, kemudian memisahkan diri dari usus depan dan akan tumbuh ke arah posterior sebagai trakea yang terletak di sisi ventral esofagus. Endoderm yang berasal dari usus depan membentuk bagian epitel trakea, sedangkan tulang rawan, jaringan ikat dan ototnya berasal dari mesenkim disekitarnya. Sementara memanjang, kedua ujung trakea menggelembung menjadi tunas paru-paru. Mesoderm akan menginduksi tunas paru-paru untuk terus tumbuh dan membentuk percabangan bronkus dan bronkiolus. Di akhir percabangan, epitel akan menipis dan terbentuklah alveolus. Epitel bronkus sampai dengan alveolus terbentuk dari endoderm, demikian pula dengan kelenjar-kelenjarnya; sedangkan jaringan ikat dan otot pada paru-paru terbentuk dari mesenkim. Pleura yang membungkus paru-paru berasal dari mesoderm splanknik.

PenutupKesimpulan Proses kehamilan pada manusia bias tejadi karena adanya proses fertilisasi, implantasi, dan gastrulasi yang akan menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio.

Daftar Pustaka 1. Handayani w, Vini T, Eddy M. Meningkatkan kesuburan untuk kehamilan alami. Jakarta: Erlangga.h.13.2. Sucahyono A. Merencanakan kehamilan anak. Jakarta. PT Elex Media Komputindo. 2009.h.49-50.3. Rohen WJ. Embriologi fungsional. Edisi ke-2. Jakarta: EGC.h.22-23.4. Campbell. Kehamilan hari demi hari. Jakarat. Erlangga. 2005.h.25-7.5. Manuaba IBG. Chandranita IA. Fajar IBG. Pengantar kuliah obstetri. Jakarta: EGC.h.96.

Fakultas Kedokteran UKRIDA, Jalan Arjuna Utara no.6-Jakarta Barat 11470Page 1