majalah online kopi sastra edisi 6

74

Click here to load reader

Upload: kopi-sastra

Post on 09-Mar-2016

258 views

Category:

Documents


60 download

DESCRIPTION

Majalah Online Kopi Sastra edisi 6. Desember 2012

TRANSCRIPT

Page 1: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Online

E d i s i 6 / T h n . I / D e s e m b e r 2 0 1 2

Putu Wijaya

Altruis Jojo Agus R. Sarjono

Asrizal Nur

Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono

Nasib Buku PuisiDeklarasi Hari Puisi Indonesia

2 021

Busuk Rupa

Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan

Temu Sastra Indonesia 2012

Page 2: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20122 3

Sampul depan: 201221020221 karya Wahyudimalamhari

Online

Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah,

. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]

Nugraha A. Baesuni.

Havid Yazid Al Gifari

Salam sastra dan Budaya,Alhamdulilah, kita masih bisa

dipertemukan walau dengan media ini. Tidak terasa tahun 2012 akan berakhir. Kita saat ini berada diujung tahun. Semua pasti memiliki rencana di tahun ini dan semua sudah dicapai, bila belum, semoga di tahun berikutnya rencana tersebut bisa digapai.

Pada edisi ini kami memang sebena rnya senga ja un tuk menunda tanggal terbit menjadi 20-12-2012. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesan yang spesial di edisi terakhir tahun 2012 ini yang mungkin tidak akan kita temukan di tahun-tahun berikutnya.

Berkaitan dengan isi dari edisi ini, kami hadir dengan 74 halaman. Kami menjatuhkan tema Sastra Mahal. maksudnya adalah segala bentuk sastra yang ternyata dalam bersastra itu memang sangat mahal. Entah dari biaya peralatan apresiasi, biasa penyelenggaran, bahkan dari biaya akomodasi sastrawan.

Semoga kita semua bisa menikmati Majalah Online Kopi Sastra edisi 6.

Salam sastra dan budaya.

Redaksi Majalah Online Kopi Sastra

MEJA REDAKSI

Tersedia Kalender eksklusif Kopi Sastra bagi pengirim karya untuk edisi 7 Januari 2013.

2 021

Putu Wijaya, 4

WANGI

ULAS

TOKOH

LIMUN

TUNASPutu Wijaya, 16

Ujung Senja

Busuk Rupa, 46

Wahyudimalamhari, 67

Altruis Jojo, 51

Asrizal Nur, 36

LEGIT

Temu Sastra Indonesia 2012, 58

Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan, 64

Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono, 20

Nasib Buku Puisi, 43

Deklarasi Hari Puisi Indonesia, 29

Page 3: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20122 3

Sampul depan: 201221020221 karya Wahyudimalamhari

Online

Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah,

. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]

Nugraha A. Baesuni.

Havid Yazid Al Gifari

Salam sastra dan Budaya,Alhamdulilah, kita masih bisa

dipertemukan walau dengan media ini. Tidak terasa tahun 2012 akan berakhir. Kita saat ini berada diujung tahun. Semua pasti memiliki rencana di tahun ini dan semua sudah dicapai, bila belum, semoga di tahun berikutnya rencana tersebut bisa digapai.

Pada edisi ini kami memang sebena rnya senga ja un tuk menunda tanggal terbit menjadi 20-12-2012. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesan yang spesial di edisi terakhir tahun 2012 ini yang mungkin tidak akan kita temukan di tahun-tahun berikutnya.

Berkaitan dengan isi dari edisi ini, kami hadir dengan 74 halaman. Kami menjatuhkan tema Sastra Mahal. maksudnya adalah segala bentuk sastra yang ternyata dalam bersastra itu memang sangat mahal. Entah dari biaya peralatan apresiasi, biasa penyelenggaran, bahkan dari biaya akomodasi sastrawan.

Semoga kita semua bisa menikmati Majalah Online Kopi Sastra edisi 6.

Salam sastra dan budaya.

Redaksi Majalah Online Kopi Sastra

MEJA REDAKSI

Tersedia Kalender eksklusif Kopi Sastra bagi pengirim karya untuk edisi 7 Januari 2013.

2 021

Putu Wijaya, 4

WANGI

ULAS

TOKOH

LIMUN

TUNASPutu Wijaya, 16

Ujung Senja

Busuk Rupa, 46

Wahyudimalamhari, 67

Altruis Jojo, 51

Asrizal Nur, 36

LEGIT

Temu Sastra Indonesia 2012, 58

Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan, 64

Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono, 20

Nasib Buku Puisi, 43

Deklarasi Hari Puisi Indonesia, 29

Page 4: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20124 5

Sumber gambar: Google Images

Peradilan Rakyat

Putu Wijaya

Seorang pengacara muda y a n g c e m e r l a n g mengunjungi ayahnya , seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak

sebagai putramu," kata pengacara

muda itu, "aku datang ke mari

sebagai seorang pengacara muda

yang ingin menegakkan keadilan di

negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang

bercambang dan jenggot memutih

itu, tidak terkejut. Ia menatap

putranya dari kursi rodanya, lalu

menjawab dengan suara yang

tenang dan agung.

“Apa yang ingin kamu

tentang, anak muda?”

Pengacara muda tertegun.

"Ayahanda bertanya kepadaku?"

"Ya, kepada kamu, bukan

sebagai putraku, tetapi kamu

s e b a g a i u j u n g

tombak pencarian keadilan di

negeri yang sedang dicabik-cabik

korupsi ini."

Pengacara muda i tu

tersenyum.

"Baik, kalau begitu, Anda

mengerti maksudku."

“Tentu saja. Aku juga pernah

muda seperti kamu. Dan aku juga

berani, kalau perlu kurang ajar. Aku

pisahkan antara urusan keluarga dan

kepentingan pribadi dengan perjuangan

penegakan keadilan. Tidak seperti para

pengacara sekarang yang kebanyakan

berdagang. Bahkan tidak seperti para

elit dan cendekiawan yang cemerlang

ketika masih di luar kekuasaan, namun

menjadi lebih buas dan keji ketika

memperoleh kesempatan untuk

mengin jak- in jak kead i lan dan

kebenaran yang dulu diberhalakannya.

Kamu pasti tidak terlalu jauh dari

keadaanku waktu masih muda. Kamu

sudah membaca riwayat hidupku yang

belum lama ini ditulis di sebuah kampus

di luar negeri bukan? Mereka

menyebutku Singa Lapar. Aku memang

tidak pernah berhenti memburu

pencuri-pencuri keadi lan yang

bersarang di lembaga-lembaga tinggi

dan gedung-gedung bertingkat.

Merekalah yang sudah membuat

kejahatan menjadi budaya di negeri ini.

Kamu bisa banyak belajar dari buku

itu."

WANGI

Page 5: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20124 5

Sumber gambar: Google Images

Peradilan Rakyat

Putu Wijaya

Seorang pengacara muda y a n g c e m e r l a n g mengunjungi ayahnya , seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.

"Tapi aku datang tidak

sebagai putramu," kata pengacara

muda itu, "aku datang ke mari

sebagai seorang pengacara muda

yang ingin menegakkan keadilan di

negeri yang sedang kacau ini."

Pengacara tua yang

bercambang dan jenggot memutih

itu, tidak terkejut. Ia menatap

putranya dari kursi rodanya, lalu

menjawab dengan suara yang

tenang dan agung.

“Apa yang ingin kamu

tentang, anak muda?”

Pengacara muda tertegun.

"Ayahanda bertanya kepadaku?"

"Ya, kepada kamu, bukan

sebagai putraku, tetapi kamu

s e b a g a i u j u n g

tombak pencarian keadilan di

negeri yang sedang dicabik-cabik

korupsi ini."

Pengacara muda i tu

tersenyum.

"Baik, kalau begitu, Anda

mengerti maksudku."

“Tentu saja. Aku juga pernah

muda seperti kamu. Dan aku juga

berani, kalau perlu kurang ajar. Aku

pisahkan antara urusan keluarga dan

kepentingan pribadi dengan perjuangan

penegakan keadilan. Tidak seperti para

pengacara sekarang yang kebanyakan

berdagang. Bahkan tidak seperti para

elit dan cendekiawan yang cemerlang

ketika masih di luar kekuasaan, namun

menjadi lebih buas dan keji ketika

memperoleh kesempatan untuk

mengin jak- in jak kead i lan dan

kebenaran yang dulu diberhalakannya.

Kamu pasti tidak terlalu jauh dari

keadaanku waktu masih muda. Kamu

sudah membaca riwayat hidupku yang

belum lama ini ditulis di sebuah kampus

di luar negeri bukan? Mereka

menyebutku Singa Lapar. Aku memang

tidak pernah berhenti memburu

pencuri-pencuri keadi lan yang

bersarang di lembaga-lembaga tinggi

dan gedung-gedung bertingkat.

Merekalah yang sudah membuat

kejahatan menjadi budaya di negeri ini.

Kamu bisa banyak belajar dari buku

itu."

WANGI

Page 6: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20126 7

Pengacara muda itu

tersenyum. Ia mengangkat

dagunya, mencoba memandang

pejuang keadilan yang kini seperti

macan ompong itu, meskipun sisa-

sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk

menentang atau memuji Anda.

Anda dengan seluruh sejarah Anda

memang terlalu besar untuk

dibicarakan. Meskipun bukan

bebas dari kritik. Aku punya

sederetan koreksi terhadap

kebijakan-kebijakan yang sudah

Anda lakukan. Dan aku terlalu

kecil untuk menentang bahkan

juga terlalu tak pantas untuk

memujimu. Anda sudah tidak

memerlukan cercaan atau pujian

lagi. Karena kau bukan hanya

penegak keadilan yang bersih, kau

yang selalu berhasil dan sempurna,

tetapi kau juga adalah keadilan itu

sendiri."

P e n g a c a r a t u a i t u

meringis.

"Aku suka kau menyebut dirimu

aku dan memanggilku kau. Berarti kita

bisa bicara sungguh-sungguh sebagai

profesional, Pemburu Keadilan."

"Itu semua juga tidak lepas dari hasil

gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"

Pengacara tua itu tertawa.

"Kau sudah mulai lagi dengan

puji-pujianmu!" potong pengacara tua.

Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada

kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut.

Katakan saja apa yang hendak kamu

katakan," sambung pengacara tua

menenangkan, sembari mengangkat

tangan, menikmati juga pujian itu,

"jangan membatasi dirimu sendiri.

Jangan membunuh diri dengan diskripsi-

diskripsi yang akan menjebak kamu ke

dalam doktrin-doktrin beku, mengalir

sajalah sewajarnya bagaikan mata air,

bagai suara alam, karena kamu sangat

diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa

lama untuk merumuskan diri. Lalu ia

meneruskan ucapannya dengan lebih

tenang.

"Aku datang kemari ingin mend

engar suaramu. Aku mau

berdialog."

“ B a i k . M u l a i l a h .

Berbicaralah sebebas-bebasnya.”

"Terima kasih. Begini.

B e l u m l a m a i n i n e g a r a

menugaskan aku untuk membela

seorang penjahat besar, yang

sepantasnya mendapat hukuman

mati. Pihak keluarga pun datang

dengan gembira ke rumahku untuk

mengungkapkan kebahagiannya,

bahwa pada akhirnya negara

cukup adil, karena memberikan

seorang pembela kelas satu untuk

mereka. Tetapi aku tolak mentah-

mentah. Kenapa? Karena aku

yakin, negara tidak benar-benar

m e n u g a s k a n a k u u n t u k

membelanya. Negara hanya ingin

mempertunjukkan sebuah teater

spektakuler, bahwa di negeri yang

sangat tercela hukumnya ini,,

sudah ada kebangkitan baru.

Penjahat yang paling kejam, sudah

diberikan seorang pembela yang

perkasa seperti Mike Tyson, itu

b u k a n i s t i l a h k u , a k u

A k u t i d a k d a t a n g u n t u k menentang atau memuj i Anda . A n d a d e n g a n seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan.

Page 7: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20126 7

Pengacara muda itu

tersenyum. Ia mengangkat

dagunya, mencoba memandang

pejuang keadilan yang kini seperti

macan ompong itu, meskipun sisa-

sisa keperkasaannya masih terasa.

"Aku tidak datang untuk

menentang atau memuji Anda.

Anda dengan seluruh sejarah Anda

memang terlalu besar untuk

dibicarakan. Meskipun bukan

bebas dari kritik. Aku punya

sederetan koreksi terhadap

kebijakan-kebijakan yang sudah

Anda lakukan. Dan aku terlalu

kecil untuk menentang bahkan

juga terlalu tak pantas untuk

memujimu. Anda sudah tidak

memerlukan cercaan atau pujian

lagi. Karena kau bukan hanya

penegak keadilan yang bersih, kau

yang selalu berhasil dan sempurna,

tetapi kau juga adalah keadilan itu

sendiri."

P e n g a c a r a t u a i t u

meringis.

"Aku suka kau menyebut dirimu

aku dan memanggilku kau. Berarti kita

bisa bicara sungguh-sungguh sebagai

profesional, Pemburu Keadilan."

"Itu semua juga tidak lepas dari hasil

gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"

Pengacara tua itu tertawa.

"Kau sudah mulai lagi dengan

puji-pujianmu!" potong pengacara tua.

Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada

kekeliruannya lalu minta maaf.

"Tidak apa. Jangan surut.

Katakan saja apa yang hendak kamu

katakan," sambung pengacara tua

menenangkan, sembari mengangkat

tangan, menikmati juga pujian itu,

"jangan membatasi dirimu sendiri.

Jangan membunuh diri dengan diskripsi-

diskripsi yang akan menjebak kamu ke

dalam doktrin-doktrin beku, mengalir

sajalah sewajarnya bagaikan mata air,

bagai suara alam, karena kamu sangat

diperlukan oleh bangsamu ini."

Pengacara muda diam beberapa

lama untuk merumuskan diri. Lalu ia

meneruskan ucapannya dengan lebih

tenang.

"Aku datang kemari ingin mend

engar suaramu. Aku mau

berdialog."

“ B a i k . M u l a i l a h .

Berbicaralah sebebas-bebasnya.”

"Terima kasih. Begini.

B e l u m l a m a i n i n e g a r a

menugaskan aku untuk membela

seorang penjahat besar, yang

sepantasnya mendapat hukuman

mati. Pihak keluarga pun datang

dengan gembira ke rumahku untuk

mengungkapkan kebahagiannya,

bahwa pada akhirnya negara

cukup adil, karena memberikan

seorang pembela kelas satu untuk

mereka. Tetapi aku tolak mentah-

mentah. Kenapa? Karena aku

yakin, negara tidak benar-benar

m e n u g a s k a n a k u u n t u k

membelanya. Negara hanya ingin

mempertunjukkan sebuah teater

spektakuler, bahwa di negeri yang

sangat tercela hukumnya ini,,

sudah ada kebangkitan baru.

Penjahat yang paling kejam, sudah

diberikan seorang pembela yang

perkasa seperti Mike Tyson, itu

b u k a n i s t i l a h k u , a k u

A k u t i d a k d a t a n g u n t u k menentang atau memuj i Anda . A n d a d e n g a n seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan.

Page 8: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20128 9

pinjam dari apa yang diobral para

pengamat keadilan di koran untuk

semua sepak-terjangku, sebab aku

selalu berhasil memenangkan semua

perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak

kepada negara, karena pencarian

keadilan tak boleh menjadi sebuah

teater, tetapi mutlak hanya pencarian

keadilan yang kalau perlu dingin

danbeku. Tapi negara terus juga

mendesak dengan berbagai cara

supaya tugas itu aku terima. Di situ

aku mulai berpikir. Tak mungkin

semua itu tanpa alasan. Lalu aku

m e l a k u k a n i n v e s t i g a s i y a n g

mendalam dan kutemukan faktanya.

Walhasil, kesimpulanku, negara

sudah memainkan sandiwara. Negara

ingin menunjukkan kepada rakyat dan

dunia, bahwa kejahatan dibela oleh

siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara

tetap dapat menjebloskan bangsat itu

sampai ke titik terakhirnya hukuman

tembak mati, walaupun sudah dibela

oleh tim pembela seperti aku, maka

n e g a r a a k a n m e n d a p a t k a n

kemenangan ganda, karena

kemenangan itu pastilah kemenangan

yang telak dan bersih, karena aku yang

menjadi jaminannya. Negara hendak

menjadikan aku sebagai pecundang.

Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya

bahwa menegakkan keadilan tidak

bisa lain harus dengan keadilan yang

bersih, sebagaimana yang sudah Anda

lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti

sebentar untuk memberikan waktu

pengacara senior itu menyimak.

Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari

bukan untuk minta pertimbanganmu,

apakah keputusanku untuk menolak

itu tepat atau tidak. Aku datang kemari

karena setelah negara menerima baik

penolakanku, bajingan itu sendiri

datang ke tempat kediamanku dan

meminta dengan hormat supaya aku

bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong

pengaca ra tua i tu t iba - t iba .

Pengacara muda itu terkejut. Ia

menatap pengacara tua itu dengan

heran.

"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus

jenggotnya dan mengangkat matanya

melihat ke tempat yang jauh. Sebentar

saja, tapi seakan ia sudah mengarungi

jarak ribuan kilometer. Sambil

menghela napas kemudian ia berkata:

"Sebab aku kenal siapa kamu.”

Pengacara muda sekarang

menarik napas panjang.

"Ya aku menerimanya, sebab

aku seorang profesional. Sebagai

seorang pengacara aku tidak bisa

menolak siapa pun orangnya yang

meminta agar aku melaksanakan

kewajibanku sebagai pembela.

Sebagai pembela, aku mengabdi

kepada mereka yang membutuhkan

keah l i anku un tuk memban tu

pengadilan menjalankan proses

peradilan sehingga tercapai keputusan

yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-

anggukkan kepala tanda mengerti.

"Jadi itu yang ingin kamu

tanyakan?"

“Antara lain."

"Kalau begitu kau sudah

mendapatkan jawabanku."

Pengacara muda tertegun. Ia

menatap, mencoba mengetahui apa

yang ada di dalam lubuk hati orang tua

itu.

"Jadi langkahku sudah

benar?"

Orang tua itu kembali

mengelus janggutnya.

" J a n g a n d u l u

mempersoalkan kebenaran. Tapi kau

telah menunjukkan dirimu sebagai

profesional. Kau tolak tawaran

negara, sebab di balik tawaran itu

tidak hanya ada usaha pengejaran

pada kebenaran dan penegakan

keadilan sebagaimana yang kau kejar

dalam profesimu sebagai ahli hukum,

tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan

politik. Namun, tawaran yang sama

dari seorang penjahat, malah kau

terima baik, tak peduli orang itu orang

yang pantas ditembak mati, karena

sebagai profesional kau tak bisa

menolak mereka yang minta tolong

agar kamu membelanya dari praktik-

praktik pengadilan yang kotor untuk

Page 9: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 20128 9

pinjam dari apa yang diobral para

pengamat keadilan di koran untuk

semua sepak-terjangku, sebab aku

selalu berhasil memenangkan semua

perkara yang aku tangani.

Aku ingin berkata tidak

kepada negara, karena pencarian

keadilan tak boleh menjadi sebuah

teater, tetapi mutlak hanya pencarian

keadilan yang kalau perlu dingin

danbeku. Tapi negara terus juga

mendesak dengan berbagai cara

supaya tugas itu aku terima. Di situ

aku mulai berpikir. Tak mungkin

semua itu tanpa alasan. Lalu aku

m e l a k u k a n i n v e s t i g a s i y a n g

mendalam dan kutemukan faktanya.

Walhasil, kesimpulanku, negara

sudah memainkan sandiwara. Negara

ingin menunjukkan kepada rakyat dan

dunia, bahwa kejahatan dibela oleh

siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara

tetap dapat menjebloskan bangsat itu

sampai ke titik terakhirnya hukuman

tembak mati, walaupun sudah dibela

oleh tim pembela seperti aku, maka

n e g a r a a k a n m e n d a p a t k a n

kemenangan ganda, karena

kemenangan itu pastilah kemenangan

yang telak dan bersih, karena aku yang

menjadi jaminannya. Negara hendak

menjadikan aku sebagai pecundang.

Dan itulah yang aku tentang.

Negara harusnya percaya

bahwa menegakkan keadilan tidak

bisa lain harus dengan keadilan yang

bersih, sebagaimana yang sudah Anda

lakukan selama ini."

Pengacara muda itu berhenti

sebentar untuk memberikan waktu

pengacara senior itu menyimak.

Kemudian ia melanjutkan.

"Tapi aku datang kemari

bukan untuk minta pertimbanganmu,

apakah keputusanku untuk menolak

itu tepat atau tidak. Aku datang kemari

karena setelah negara menerima baik

penolakanku, bajingan itu sendiri

datang ke tempat kediamanku dan

meminta dengan hormat supaya aku

bersedia untuk membelanya."

"Lalu kamu terima?" potong

pengaca ra tua i tu t iba - t iba .

Pengacara muda itu terkejut. Ia

menatap pengacara tua itu dengan

heran.

"Bagaimana Anda tahu?"

Pengacara tua mengelus

jenggotnya dan mengangkat matanya

melihat ke tempat yang jauh. Sebentar

saja, tapi seakan ia sudah mengarungi

jarak ribuan kilometer. Sambil

menghela napas kemudian ia berkata:

"Sebab aku kenal siapa kamu.”

Pengacara muda sekarang

menarik napas panjang.

"Ya aku menerimanya, sebab

aku seorang profesional. Sebagai

seorang pengacara aku tidak bisa

menolak siapa pun orangnya yang

meminta agar aku melaksanakan

kewajibanku sebagai pembela.

Sebagai pembela, aku mengabdi

kepada mereka yang membutuhkan

keah l i anku un tuk memban tu

pengadilan menjalankan proses

peradilan sehingga tercapai keputusan

yang seadil-adilnya."

Pengacara tua mengangguk-

anggukkan kepala tanda mengerti.

"Jadi itu yang ingin kamu

tanyakan?"

“Antara lain."

"Kalau begitu kau sudah

mendapatkan jawabanku."

Pengacara muda tertegun. Ia

menatap, mencoba mengetahui apa

yang ada di dalam lubuk hati orang tua

itu.

"Jadi langkahku sudah

benar?"

Orang tua itu kembali

mengelus janggutnya.

" J a n g a n d u l u

mempersoalkan kebenaran. Tapi kau

telah menunjukkan dirimu sebagai

profesional. Kau tolak tawaran

negara, sebab di balik tawaran itu

tidak hanya ada usaha pengejaran

pada kebenaran dan penegakan

keadilan sebagaimana yang kau kejar

dalam profesimu sebagai ahli hukum,

tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan

politik. Namun, tawaran yang sama

dari seorang penjahat, malah kau

terima baik, tak peduli orang itu orang

yang pantas ditembak mati, karena

sebagai profesional kau tak bisa

menolak mereka yang minta tolong

agar kamu membelanya dari praktik-

praktik pengadilan yang kotor untuk

Page 10: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201210 11

menemukan keadilan yang

paling tepat. Asal semua itu

dilakukannya tanpa ancaman dan

tanpa sogokan uang! Kau tidak

membelanya karena ketakutan,

bukan?”

"Tidak! Sama sekali tidak!"

"Bukan juga karena uang?!"

" B u k a n ! "

"Lalu karena apa?"

P e n g a c a r a m u d a i t u

tersenyum.

" K a r e n a a k u a k a n

membelanya."

"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di

dalam pemburuan keadilan. Yang ada

hanya usaha untuk mendekati apa

yang lebih benar. Sebab kebenaran

sejati, kebenaran yang paling benar

mungkin hanya mimpi kita yang tak

akan pernah tercapai. Kalah-menang

bukan masalah lagi. Upaya untuk

mengejar itu yang paling penting.

Demi memuliakan proses itulah, aku

menerimanya sebagai klienku."

Pengacara tua termenung.

“Apa jawabanku salah?"

Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan

tadi, salah atau benar juga tidak menjadi

persoalan. Hanya ada kemungkinan

kalau kamu membelanya, kamu akan

berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-

jaksa yang diangkat oleh negara. Aku

dengar sebuah tim yang sangat tangguh

akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."

"Perkaranya saja belum mulai,

bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku

hidup sebagai pengacara. Keputusan

sudah bisa dibaca walaupun sidang

belum mulai. Bukan karena materi

perkara itu, tetapi karena soal-soal

sampingan. Kamu terlalu besar untuk

kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa

kecil.

"Itu pujian atau peringatan?"

" P u j i a n . "

"Asal Anda jujur saja."

"Aku jujur."

"Betul?"

“Betul!"

P e n g a c a r a m u d a i t u

tersenyum dan manggut-manggut.

Yang tua memicingkan matanya dan

m u l a i m e n e m b a k l a g i .

"Tapi kamu menerima membela

penjahat itu, bukan karena takut,

bukan?”

"Bukan! Kenapa mesti

takut?!"

"Mereka tidak mengancam

kamu?"

"Mengacam bagaimana?"

"Jumlah uang yang terlalu

besar, pada akhirnya juga adalah

s e b u a h a n c a m a n . D i a t i d a k

memberikan angka-angka?"

"Tidak."

Pengacara tua itu terkejut.

"Sama sekali tak dibicarakan

berapa mereka akan membayarmu?"

" T i d a k . "

"Wah! Itu tidak profesional!"

Pengacara muda itu tertawa.

"Aku tak pernah mencari

uang dari kesusahan orang!"

“Tapi bagaimana kalau dia

sampai menang?"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Y a n g t u a m e m i c i n g k a n matanya dan mulai menembak l ag i .

Page 11: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201210 11

menemukan keadilan yang

paling tepat. Asal semua itu

dilakukannya tanpa ancaman dan

tanpa sogokan uang! Kau tidak

membelanya karena ketakutan,

bukan?”

"Tidak! Sama sekali tidak!"

"Bukan juga karena uang?!"

" B u k a n ! "

"Lalu karena apa?"

P e n g a c a r a m u d a i t u

tersenyum.

" K a r e n a a k u a k a n

membelanya."

"Supaya dia menang?"

"Tidak ada kemenangan di

dalam pemburuan keadilan. Yang ada

hanya usaha untuk mendekati apa

yang lebih benar. Sebab kebenaran

sejati, kebenaran yang paling benar

mungkin hanya mimpi kita yang tak

akan pernah tercapai. Kalah-menang

bukan masalah lagi. Upaya untuk

mengejar itu yang paling penting.

Demi memuliakan proses itulah, aku

menerimanya sebagai klienku."

Pengacara tua termenung.

“Apa jawabanku salah?"

Orang tua itu menggeleng.

"Seperti yang kamu katakan

tadi, salah atau benar juga tidak menjadi

persoalan. Hanya ada kemungkinan

kalau kamu membelanya, kamu akan

berhasil keluar sebagai pemenang."

"Jangan meremehkan jaksa-

jaksa yang diangkat oleh negara. Aku

dengar sebuah tim yang sangat tangguh

akan diturunkan."

"Tapi kamu akan menang."

"Perkaranya saja belum mulai,

bagaimana bisa tahu aku akan menang."

"Sudah bertahun-tahun aku

hidup sebagai pengacara. Keputusan

sudah bisa dibaca walaupun sidang

belum mulai. Bukan karena materi

perkara itu, tetapi karena soal-soal

sampingan. Kamu terlalu besar untuk

kalah saat ini."

Pengacara muda itu tertawa

kecil.

"Itu pujian atau peringatan?"

" P u j i a n . "

"Asal Anda jujur saja."

"Aku jujur."

"Betul?"

“Betul!"

P e n g a c a r a m u d a i t u

tersenyum dan manggut-manggut.

Yang tua memicingkan matanya dan

m u l a i m e n e m b a k l a g i .

"Tapi kamu menerima membela

penjahat itu, bukan karena takut,

bukan?”

"Bukan! Kenapa mesti

takut?!"

"Mereka tidak mengancam

kamu?"

"Mengacam bagaimana?"

"Jumlah uang yang terlalu

besar, pada akhirnya juga adalah

s e b u a h a n c a m a n . D i a t i d a k

memberikan angka-angka?"

"Tidak."

Pengacara tua itu terkejut.

"Sama sekali tak dibicarakan

berapa mereka akan membayarmu?"

" T i d a k . "

"Wah! Itu tidak profesional!"

Pengacara muda itu tertawa.

"Aku tak pernah mencari

uang dari kesusahan orang!"

“Tapi bagaimana kalau dia

sampai menang?"

Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Y a n g t u a m e m i c i n g k a n matanya dan mulai menembak l ag i .

Page 12: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201212 13

P e n g a c a r a m u d a i t u

terdiam.

"Bagaimana kalau dia

sampai menang?"

“Negara akan mendapat

pelajaran penting. Jangan main-

main dengan kejahatan!”

" J a d i k a m u a k a n

memenangkan perkara itu?"

Pengacara muda itu tak

menjawab.

"Berarti ya!"

" Y a . A k u a k a n

memenangkannya dan aku akan

menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia

merebahkan tubuhnya bersandar.

Kedua tangannya mengurut dada.

Ketika yang muda hendak bicara

lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi,

bahwa kamu melakukan itu bukan

karena takut, bukan karena kamu

disogok.”

“Betul. Ia minta tolong,

tanpa ancaman dan tanpa sogokan.

Aku tidak takut."

Dan kamu menerima tanpa

harapan akan mendapatkan balas jasa

atau perlindungan balik kelak kalau

kamu perlukan, juga bukan karena

kamu ingin memburu publikasi dan

bintang-bintang penghargaan dari

o r g a n i s a s i k e m a n u s i a a n d i

mancanegara yang benci negaramu,

bukan?"

"Betul."

"Kalau begitu, pulanglah

anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat.

M e n e g a k k a n h u k u m s e l a l u

dirongrong oleh berbagai tuduhan,

seakan-akan kamu sudah memiliki

pamrih di luar dari pengejaran

keadilan dan kebenaran. Tetapi

semua rongrongan itu hanya akan

menambah pujian untukmu kelak,

k a l a u k a m u m a m p u t e r u s

mendengarkan suara hati nuranimu

sebagai penegak hukum yang

profesional."

Pengacara muda itu ingin

menjawab, tetapi pengacara tua tidak

memberikan kesempatan.

"Aku kira tak ada yang perlu

dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik

kamu pulang sekarang. Biarkan aku

bertemu dengan putraku, sebab aku

sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat

terharu. Ia berdiri hendak memeluk

ayahnya. Tetapi orang tua i tu

m e n g a n g k a t t a n g a n d a n

memperingatkan dengan suara yang

serak. Nampaknya sudah lelah dan

kesakitan.

" P u l a n g l a h s e k a r a n g .

Laksanakan tugasmu sebagai seorang

p r o f e s i o n a l . "

"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan

m a t a n y a , l a l u m e n y a n d a r k a n

punggungnya ke kursi. Sekretarisnya

yang jelita, kemudian menyelimuti

tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh

kepada pengacara muda.

"Maaf, saya kira pertemuan

harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu

banyak beristirahat. Selamat malam.”

Entah karena luluh oleh

senyum di bibir wanita yang memiliki

mata yang sangat indah itu, pengacara

muda itu tak mampu lagi menolak. Ia

memandang sekali lagi orang tua itu

dengan segala hormat dan cintanya.

Lalu ia mendekatkan mulutnya ke

telinga wanita itu, agar suaranya

jangan sampai membangunkan orang

tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda,

bahwa bukti-bukti yang sempat

dikumpulkan oleh negara terlalu

sedikit dan lemah. Peradilan ini

terlalu tergesa-gesa. Aku akan

memenangkan perkara ini dan itu

berarti akan membebaskan bajingan

yang ditakuti dan dikutuk oleh

seluruh rakyat di negeri ini untuk

terbang lepas kembali seperti burung

di udara. Dan semoga itu akan

membuat negeri kita ini menjadi lebih

dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita

akan menjadi bangsa yang lalai."A p a y a n g d i b i s i k k a n

pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu t e r t a w a t e r k e k e h - k e k e h . I a

Page 13: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201212 13

P e n g a c a r a m u d a i t u

terdiam.

"Bagaimana kalau dia

sampai menang?"

“Negara akan mendapat

pelajaran penting. Jangan main-

main dengan kejahatan!”

" J a d i k a m u a k a n

memenangkan perkara itu?"

Pengacara muda itu tak

menjawab.

"Berarti ya!"

" Y a . A k u a k a n

memenangkannya dan aku akan

menang!"

Orang tua itu terkejut. Ia

merebahkan tubuhnya bersandar.

Kedua tangannya mengurut dada.

Ketika yang muda hendak bicara

lagi, ia mengangkat tangannya.

"Tak usah kamu ulangi lagi,

bahwa kamu melakukan itu bukan

karena takut, bukan karena kamu

disogok.”

“Betul. Ia minta tolong,

tanpa ancaman dan tanpa sogokan.

Aku tidak takut."

Dan kamu menerima tanpa

harapan akan mendapatkan balas jasa

atau perlindungan balik kelak kalau

kamu perlukan, juga bukan karena

kamu ingin memburu publikasi dan

bintang-bintang penghargaan dari

o r g a n i s a s i k e m a n u s i a a n d i

mancanegara yang benci negaramu,

bukan?"

"Betul."

"Kalau begitu, pulanglah

anak muda. Tak perlu kamu bimbang.

Keputusanmu sudah tepat.

M e n e g a k k a n h u k u m s e l a l u

dirongrong oleh berbagai tuduhan,

seakan-akan kamu sudah memiliki

pamrih di luar dari pengejaran

keadilan dan kebenaran. Tetapi

semua rongrongan itu hanya akan

menambah pujian untukmu kelak,

k a l a u k a m u m a m p u t e r u s

mendengarkan suara hati nuranimu

sebagai penegak hukum yang

profesional."

Pengacara muda itu ingin

menjawab, tetapi pengacara tua tidak

memberikan kesempatan.

"Aku kira tak ada yang perlu

dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik

kamu pulang sekarang. Biarkan aku

bertemu dengan putraku, sebab aku

sudah sangat rindu kepada dia."

Pengacara muda itu jadi amat

terharu. Ia berdiri hendak memeluk

ayahnya. Tetapi orang tua i tu

m e n g a n g k a t t a n g a n d a n

memperingatkan dengan suara yang

serak. Nampaknya sudah lelah dan

kesakitan.

" P u l a n g l a h s e k a r a n g .

Laksanakan tugasmu sebagai seorang

p r o f e s i o n a l . "

"Tapi..."

Pengacara tua itu menutupkan

m a t a n y a , l a l u m e n y a n d a r k a n

punggungnya ke kursi. Sekretarisnya

yang jelita, kemudian menyelimuti

tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh

kepada pengacara muda.

"Maaf, saya kira pertemuan

harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu

banyak beristirahat. Selamat malam.”

Entah karena luluh oleh

senyum di bibir wanita yang memiliki

mata yang sangat indah itu, pengacara

muda itu tak mampu lagi menolak. Ia

memandang sekali lagi orang tua itu

dengan segala hormat dan cintanya.

Lalu ia mendekatkan mulutnya ke

telinga wanita itu, agar suaranya

jangan sampai membangunkan orang

tua itu dan berbisik.

"Katakan kepada ayahanda,

bahwa bukti-bukti yang sempat

dikumpulkan oleh negara terlalu

sedikit dan lemah. Peradilan ini

terlalu tergesa-gesa. Aku akan

memenangkan perkara ini dan itu

berarti akan membebaskan bajingan

yang ditakuti dan dikutuk oleh

seluruh rakyat di negeri ini untuk

terbang lepas kembali seperti burung

di udara. Dan semoga itu akan

membuat negeri kita ini menjadi lebih

dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita

akan menjadi bangsa yang lalai."A p a y a n g d i b i s i k k a n

pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu t e r t a w a t e r k e k e h - k e k e h . I a

Page 14: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201214 15

merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah.. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai

seorang pengacara muda yang

gemilang dan meminta aku berbicara

sebagai profesional, anakku," rintihnya

dengan amat sedih, "Aku terus

membuka pintu dan mengharapkan kau

datang lagi kepadaku sebagai seorang

putra. Bukankah sudah aku ingatkan,

aku rindu kepada putraku. Lupakah

kamu bahwa kamu bukan saja seorang

profesional, tetapi juga seorang putra

dari ayahmu. Tak inginkah kau

mendengar apa kata seorang ayah

kepada putranya, kalau berhadapan

dengan sebuah perkara, di mana

seo rang pen jaha t besa r yang

terbebaskan akan menyulut peradilan

rakyat seperti bencana yang melanda

negeri kita sekarang ini?

Putu Wijaya

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

12

@WRdesignArt@WRdesignArt

HANYA ANDA YANG MEMILIKI

Kami desain buku, majalah, kalender, dan segala kebutuhan dokumentasi Anda dengan unik dan eksklusif

Page 15: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201214 15

merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah.. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.

Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.

"Setelah kau datang sebagai

seorang pengacara muda yang

gemilang dan meminta aku berbicara

sebagai profesional, anakku," rintihnya

dengan amat sedih, "Aku terus

membuka pintu dan mengharapkan kau

datang lagi kepadaku sebagai seorang

putra. Bukankah sudah aku ingatkan,

aku rindu kepada putraku. Lupakah

kamu bahwa kamu bukan saja seorang

profesional, tetapi juga seorang putra

dari ayahmu. Tak inginkah kau

mendengar apa kata seorang ayah

kepada putranya, kalau berhadapan

dengan sebuah perkara, di mana

seo rang pen jaha t besa r yang

terbebaskan akan menyulut peradilan

rakyat seperti bencana yang melanda

negeri kita sekarang ini?

Putu Wijaya

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

12

@WRdesignArt@WRdesignArt

HANYA ANDA YANG MEMILIKI

Kami desain buku, majalah, kalender, dan segala kebutuhan dokumentasi Anda dengan unik dan eksklusif

Page 16: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201216 17

PUTU WIJAYA SAKIT

Laki-laki yang dikenal dengan nama Putu Wijaya ini memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan, Bali, 11 April 1944 Putu Wijaya adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel dan juga skenario film dan sinetron.

Sumber gambar: Google Images

Dalam catatan perkembangan seni dan sastra, nama Putu

Wijaya tidak bisa dikesampingkan apalagi disingkirkan. Ia memang

dikenal sebagai dramawan, karena keseriusannya di dunia teater

sangat hebat dan prestasinya menakjubkan. Lebih hebatnya lagi,

meski terkenal sebagai dramawan, Putu Wijaya tidak kalah produktif

dalam menciptakan karya sastra di luar naskah drama dan film.

Hingga kini, karyanya sudah berjumlah ratusan.

Sayangnya, seniman serba bisa ini sejak September

terbaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kabar

terakhir ia menginap di kamar 417 rumah sakit tersebut. Ya, seniman

Putu Wijaya mengalami pendarahan di otak.

TOKOH

Page 17: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201216 17

PUTU WIJAYA SAKIT

Laki-laki yang dikenal dengan nama Putu Wijaya ini memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan, Bali, 11 April 1944 Putu Wijaya adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel dan juga skenario film dan sinetron.

Sumber gambar: Google Images

Dalam catatan perkembangan seni dan sastra, nama Putu

Wijaya tidak bisa dikesampingkan apalagi disingkirkan. Ia memang

dikenal sebagai dramawan, karena keseriusannya di dunia teater

sangat hebat dan prestasinya menakjubkan. Lebih hebatnya lagi,

meski terkenal sebagai dramawan, Putu Wijaya tidak kalah produktif

dalam menciptakan karya sastra di luar naskah drama dan film.

Hingga kini, karyanya sudah berjumlah ratusan.

Sayangnya, seniman serba bisa ini sejak September

terbaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kabar

terakhir ia menginap di kamar 417 rumah sakit tersebut. Ya, seniman

Putu Wijaya mengalami pendarahan di otak.

TOKOH

Page 18: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

18

Kabar terakhir memang menyebutkan bahwa Putu Wijaya sudah

mengalami kemajuan dalam penyembuhan penyakitnya. Sebulan setelah

terbaring lemah di rumah sakit karena pendarahan di otak, sutradara film

Perawan Desa itu semakin membaik tanpa harus menjalani operasi. Hal ini

diamini Sang istri, Dewi Pramowati.

Pada masa-masa perawatannya, Putu Wijaya memang mengalami

kendala dalam biaya pengobatan. Pernah beberapa kali proses operasi yang

direncanakan sebelumnya harus berubah-ubah jadwal, karena kurang biaya

pengobatan. Syukur bahwa banyak sahabat dan orang-orang yang mengenal

beliau bersedia membantu, diantaranya Hatta Rajasa, Jero Wacik, dan

Goenawan Muhammad.

Redaksi Kopi Sastra memang belum mendapatkan kabar terbaru

ketika Majalah Online Kopi Sastra edisi 6 diluncurkan, namun kita tentu

mengharapkan yang terbaik untuk seniman kebanggaan kita itu. Amin.

Online

Mengucapkan

Selamat Nataldan Tahun Baru 2013

Page 19: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

18

Kabar terakhir memang menyebutkan bahwa Putu Wijaya sudah

mengalami kemajuan dalam penyembuhan penyakitnya. Sebulan setelah

terbaring lemah di rumah sakit karena pendarahan di otak, sutradara film

Perawan Desa itu semakin membaik tanpa harus menjalani operasi. Hal ini

diamini Sang istri, Dewi Pramowati.

Pada masa-masa perawatannya, Putu Wijaya memang mengalami

kendala dalam biaya pengobatan. Pernah beberapa kali proses operasi yang

direncanakan sebelumnya harus berubah-ubah jadwal, karena kurang biaya

pengobatan. Syukur bahwa banyak sahabat dan orang-orang yang mengenal

beliau bersedia membantu, diantaranya Hatta Rajasa, Jero Wacik, dan

Goenawan Muhammad.

Redaksi Kopi Sastra memang belum mendapatkan kabar terbaru

ketika Majalah Online Kopi Sastra edisi 6 diluncurkan, namun kita tentu

mengharapkan yang terbaik untuk seniman kebanggaan kita itu. Amin.

Online

Mengucapkan

Selamat Nataldan Tahun Baru 2013

Page 20: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201220 21

OBROLAN DAN BELAJAR BERSAMA AGUS R. SARJONO

Banyak dari kita

telah mengenal nama Agus

R. Sarjono. Ia adalah

penyair dan esais nusantara

yang sudah dikenal pecinta

sastra Indonesia, bahkan

dunia. Lelaki berusia 50

tahun ini sangat dikagumi

sejak sukses meluncurkan

buku kumpulan puisi

berjudul Suatu Cerita dari

Negeri Angin. Kesuksesan

itu ditandai dengan dicetak

ulang buku tersebut serta

diterjemahkan ke dalam

beberapa bahasa asing.

Sebelum itu, terdapat pula

buku Kenduri Cinta yang

diterbitkan lebih dahulu

yang juga dicetak ulang. Selain itu, Agus R. Sarjono sangat dikenal dengan

puisinya yang berjudul Sajak Palsu. Puisinya ini sering menjadi puisi wajib dalam

event atau lomba membaca puisi.

Pada akhir bulan November,

tepatnya ketika acara Kongres Bahasa dan

Sastra Indonesia yang diadakan di Universitas

Pakuan, kami berkesempatan mewawancarai

Bapak Agus R. Sarjono yang pada acara itu

hadir sebagai pembicara. Wawancara kami

dengan beliau berlangsung sangat santai dan

sederhana.

Wawancara yang kami lakukan ini

tentu berhubungan dengan tema majalah

online bulan ini, yaitu 'mahal'. Kami mulai

meminta pendapatnya mengenai kemasan

dunia sastra. Ya, tepatnya mengenai sisi

budget dalam kemasan tersebut.

Seperti pementasan pada umumnya,

apa yang kita lihat saat ini mengenai

pementasan karya sastra membutuhkan biaya

yang tidak sedikit. Pementasan baca puisi

misalnya, dalam penyelenggaraannya

dibutuhkan biaya yang cukup besar, paling

tidak untuk menyewa tempat, perangkat

audio, serta biaya mencetak undangan.

Pandangan ini berdasarkan pengalaman kami

menon ton pemen tasan d i w i l ayah

Jabodetabek.

S e p e r t i pementasan pada umumnya, apa yang kita lihat saat ini mengenai pementasan karya s a s t r a m e m b u t u h k a n biaya yang tidak sedikit.

ULAS

Page 21: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201220 21

OBROLAN DAN BELAJAR BERSAMA AGUS R. SARJONO

Banyak dari kita

telah mengenal nama Agus

R. Sarjono. Ia adalah

penyair dan esais nusantara

yang sudah dikenal pecinta

sastra Indonesia, bahkan

dunia. Lelaki berusia 50

tahun ini sangat dikagumi

sejak sukses meluncurkan

buku kumpulan puisi

berjudul Suatu Cerita dari

Negeri Angin. Kesuksesan

itu ditandai dengan dicetak

ulang buku tersebut serta

diterjemahkan ke dalam

beberapa bahasa asing.

Sebelum itu, terdapat pula

buku Kenduri Cinta yang

diterbitkan lebih dahulu

yang juga dicetak ulang. Selain itu, Agus R. Sarjono sangat dikenal dengan

puisinya yang berjudul Sajak Palsu. Puisinya ini sering menjadi puisi wajib dalam

event atau lomba membaca puisi.

Pada akhir bulan November,

tepatnya ketika acara Kongres Bahasa dan

Sastra Indonesia yang diadakan di Universitas

Pakuan, kami berkesempatan mewawancarai

Bapak Agus R. Sarjono yang pada acara itu

hadir sebagai pembicara. Wawancara kami

dengan beliau berlangsung sangat santai dan

sederhana.

Wawancara yang kami lakukan ini

tentu berhubungan dengan tema majalah

online bulan ini, yaitu 'mahal'. Kami mulai

meminta pendapatnya mengenai kemasan

dunia sastra. Ya, tepatnya mengenai sisi

budget dalam kemasan tersebut.

Seperti pementasan pada umumnya,

apa yang kita lihat saat ini mengenai

pementasan karya sastra membutuhkan biaya

yang tidak sedikit. Pementasan baca puisi

misalnya, dalam penyelenggaraannya

dibutuhkan biaya yang cukup besar, paling

tidak untuk menyewa tempat, perangkat

audio, serta biaya mencetak undangan.

Pandangan ini berdasarkan pengalaman kami

menon ton pemen tasan d i w i l ayah

Jabodetabek.

S e p e r t i pementasan pada umumnya, apa yang kita lihat saat ini mengenai pementasan karya s a s t r a m e m b u t u h k a n biaya yang tidak sedikit.

ULAS

Page 22: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201222 23

Kenyataan ini set idaknya

memberikan pertanyaan, seberapa

jauhkah dampak yang dihasilkan dari

pementasan megah terhadap kecintaan

masyarakat pada puisi?

Salah satu pementasan yang

membutuhkan biaya cukup besar yaitu

pementasan konser puisi multimedia yang

tengah digencarkan penyair Asrizal Nur.

Dalam pelaksanaannya, minimal Asrizal

Nur membutuhkan stage yang dilengkapi

tata lampu baik, perangkat infokus yang

baik, serta perangkat audio yang hebat.

Bila salah satu di antara hal wajib tadi tak

terpenuhi, maka gagalnya pementasan

telah siap menyambut. Belum lagi

perangkat properti yang beragam serta

pemeran-pemeran pendukung bila

dibutuhkan. Hal ini tentu membutuhkan

biaya yang tidak sedikit.

Page 23: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201222 23

Kenyataan ini set idaknya

memberikan pertanyaan, seberapa

jauhkah dampak yang dihasilkan dari

pementasan megah terhadap kecintaan

masyarakat pada puisi?

Salah satu pementasan yang

membutuhkan biaya cukup besar yaitu

pementasan konser puisi multimedia yang

tengah digencarkan penyair Asrizal Nur.

Dalam pelaksanaannya, minimal Asrizal

Nur membutuhkan stage yang dilengkapi

tata lampu baik, perangkat infokus yang

baik, serta perangkat audio yang hebat.

Bila salah satu di antara hal wajib tadi tak

terpenuhi, maka gagalnya pementasan

telah siap menyambut. Belum lagi

perangkat properti yang beragam serta

pemeran-pemeran pendukung bila

dibutuhkan. Hal ini tentu membutuhkan

biaya yang tidak sedikit.

Page 24: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201224 25

Menanggapi hipotesis tentang ke'mahal'an

tersebut, Agus R. Sarjono justru memanggapi

dengan ringan. Menurutnya bukanlah suatu yang

harus dipermasalahkan apabila penyelenggaraan

pementasan (dalam hal ini pembacaan puisi) dibuat

begitu megah atau tanpa modal sedikit pun.

Menurutnya, dalam berseni tidak ada batasan,

karena itulah pementasan membaca puisi pun tidak

memiliki keharusan dibuat semiskin mungkin

maupun semegah mungkin, yang penting bagus.

Lho, kok yang penting bagus? Ya, tentu

saja! Yang paling penting adalah keseriusan dalam

pementasan tersebut. Bila pementasan digarap

dengan serius, tentu saja pementasan tersebut akan

bagus dan bisa dinikmati penonton.

L e b i h l a n j u t A g u s R . S a r j o n o

menganalogikan bahwa cara menikmati pementasan

baca puisi sama halnya seperti menikmati keindahan

alam atau seni-seni lain, yakni bisa dinikmati dalam

berbagai cara, bergantung selera masing-masing.

Karena itu pula Agus R. Sarjono tak peduli

bagaimana penyelenggaraan pentas membaca puisi,

adakah itu harus mewah ataukah kumuh, yang paling

penting yaitu dapat memikat penonton.

Seakan berlawanan dengan pementasan yang

dilaksanakan dengan megah, di masyarakat justru masih

beredar anggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang

berpenghasilan sangat minim. Masih banyak orang yang

beranggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang yang kere

dan menyedihkan.

Menanggapi hal ini, Agus R. Sarjono yakin bahwa hal

ini hanya mitos, atau malah hanya sekedar gosip yang terlalu

lama beredar. Pada dasarnya aktivitas pementasan puisi dengan

kegiatan sastra pada umumnya memang berbeda. Kegiatan

membaca puisi lebih mengarah pada pementasan, komunikasi

dua arah. Sementara kegiatan sastra lainnya lebih mengarah

pada komunikasi satu arah.

Menurutnya sastra tidak memiliki hubungan langsung

dengan kesejahteraan ekonomi si penyair. Adakah itu berupa

sastra tulisan, maupun sastra lisan. Menurut Agus R. Sarjono

masyarakat sekarang sudah sangat cerdas, begitu pula penulis, ̶

tentu termasuk diantaranya penyair. Dalam sastra tulis

misalnya, kecerdasan bangsa ini ini bisa dilihat dari banyaknya

penulis-penulis muda yang produktif. Dari tangan penulis-

penulis tersebut lahirlah banyak karya dengan beragam gaya.

Bukan itu saja, keragaman karya itu pun diimbangi dengan

kekayaan isi di dalamnya serta keseriusan dalam

pengerjaannya. Novel misalnya, dulu novel hanya berkisar

antara 60-120 halaman, tapi sekarang para sastrawan muda

menulis novel sudah dengan ratusan halaman. Hampir jarang

ditemukan novel yang kurang dari 160 halaman.

Page 25: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201224 25

Menanggapi hipotesis tentang ke'mahal'an

tersebut, Agus R. Sarjono justru memanggapi

dengan ringan. Menurutnya bukanlah suatu yang

harus dipermasalahkan apabila penyelenggaraan

pementasan (dalam hal ini pembacaan puisi) dibuat

begitu megah atau tanpa modal sedikit pun.

Menurutnya, dalam berseni tidak ada batasan,

karena itulah pementasan membaca puisi pun tidak

memiliki keharusan dibuat semiskin mungkin

maupun semegah mungkin, yang penting bagus.

Lho, kok yang penting bagus? Ya, tentu

saja! Yang paling penting adalah keseriusan dalam

pementasan tersebut. Bila pementasan digarap

dengan serius, tentu saja pementasan tersebut akan

bagus dan bisa dinikmati penonton.

L e b i h l a n j u t A g u s R . S a r j o n o

menganalogikan bahwa cara menikmati pementasan

baca puisi sama halnya seperti menikmati keindahan

alam atau seni-seni lain, yakni bisa dinikmati dalam

berbagai cara, bergantung selera masing-masing.

Karena itu pula Agus R. Sarjono tak peduli

bagaimana penyelenggaraan pentas membaca puisi,

adakah itu harus mewah ataukah kumuh, yang paling

penting yaitu dapat memikat penonton.

Seakan berlawanan dengan pementasan yang

dilaksanakan dengan megah, di masyarakat justru masih

beredar anggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang

berpenghasilan sangat minim. Masih banyak orang yang

beranggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang yang kere

dan menyedihkan.

Menanggapi hal ini, Agus R. Sarjono yakin bahwa hal

ini hanya mitos, atau malah hanya sekedar gosip yang terlalu

lama beredar. Pada dasarnya aktivitas pementasan puisi dengan

kegiatan sastra pada umumnya memang berbeda. Kegiatan

membaca puisi lebih mengarah pada pementasan, komunikasi

dua arah. Sementara kegiatan sastra lainnya lebih mengarah

pada komunikasi satu arah.

Menurutnya sastra tidak memiliki hubungan langsung

dengan kesejahteraan ekonomi si penyair. Adakah itu berupa

sastra tulisan, maupun sastra lisan. Menurut Agus R. Sarjono

masyarakat sekarang sudah sangat cerdas, begitu pula penulis, ̶

tentu termasuk diantaranya penyair. Dalam sastra tulis

misalnya, kecerdasan bangsa ini ini bisa dilihat dari banyaknya

penulis-penulis muda yang produktif. Dari tangan penulis-

penulis tersebut lahirlah banyak karya dengan beragam gaya.

Bukan itu saja, keragaman karya itu pun diimbangi dengan

kekayaan isi di dalamnya serta keseriusan dalam

pengerjaannya. Novel misalnya, dulu novel hanya berkisar

antara 60-120 halaman, tapi sekarang para sastrawan muda

menulis novel sudah dengan ratusan halaman. Hampir jarang

ditemukan novel yang kurang dari 160 halaman.

Page 26: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

26

Kemudian, mengenai keseriusan pengerjaan tulisan.

Berdasarkan begitu banyaknya karya yang terbit serta banyak

diantaranya diterbitkan dengan cara independen, tentu saja

hal ini menandakan bahwa pengerjaannya sangat serius.

Padahal, kita tahu bahwa dalam menerbitkan sebuah buku

secara independen dibutuhkan biaya bernilai jutaan. Kalau

banyak sastrawan menghabiskan jutaan rupiahnya demi

sebuah buku, apakah itu berarti sastrawan adalah golongan

miskin?

Lalu bagaimana dengan pementasan pembacaan

puisi? Tentu tidak jauh berbeda. Bila kita memandang sesuatu

dari sudut harga, tentu pertimbangan ekonomi sangat berlaku.

Namun, berkaca dari fenomena banyaknya buku berbau

sastra yang tampil ke permukaan, kita semakin yakin bahwa

generasi anak negeri saat ini adalah generasi yang sudah

cerdas. Berkaca pula dari banyaknya kegiatan pementasan

baca puisi yang diselenggarakan dengan megah, apalagi

gratis, kita pun mengerti bahwa kebanyakan orang setuju,

bahwa pada hakikatnya karya ̶ termasuk sastra- adalah untuk

dinikmati, bukan untuk diperdepatkan, apalagi hanya soal

harga. Sepele bukan!

Ya, seperti itulah kira-kira inti dari obrolan kami

bersama Bapak Agus R. Sarjono, penyair yang sudah kami

anggap guru penting. Semoga obrolan kami bermanfaat.

(NAB)

Page 27: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

26

Kemudian, mengenai keseriusan pengerjaan tulisan.

Berdasarkan begitu banyaknya karya yang terbit serta banyak

diantaranya diterbitkan dengan cara independen, tentu saja

hal ini menandakan bahwa pengerjaannya sangat serius.

Padahal, kita tahu bahwa dalam menerbitkan sebuah buku

secara independen dibutuhkan biaya bernilai jutaan. Kalau

banyak sastrawan menghabiskan jutaan rupiahnya demi

sebuah buku, apakah itu berarti sastrawan adalah golongan

miskin?

Lalu bagaimana dengan pementasan pembacaan

puisi? Tentu tidak jauh berbeda. Bila kita memandang sesuatu

dari sudut harga, tentu pertimbangan ekonomi sangat berlaku.

Namun, berkaca dari fenomena banyaknya buku berbau

sastra yang tampil ke permukaan, kita semakin yakin bahwa

generasi anak negeri saat ini adalah generasi yang sudah

cerdas. Berkaca pula dari banyaknya kegiatan pementasan

baca puisi yang diselenggarakan dengan megah, apalagi

gratis, kita pun mengerti bahwa kebanyakan orang setuju,

bahwa pada hakikatnya karya ̶ termasuk sastra- adalah untuk

dinikmati, bukan untuk diperdepatkan, apalagi hanya soal

harga. Sepele bukan!

Ya, seperti itulah kira-kira inti dari obrolan kami

bersama Bapak Agus R. Sarjono, penyair yang sudah kami

anggap guru penting. Semoga obrolan kami bermanfaat.

(NAB)

Page 28: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201229

Karena sastra itu untuk dinikmati

bukan untuk diperdebatkan

Kami siap menerbitkan karya Andasesuai dengan keinginan Anda

Siap

Men

ggeb

rak

Online

Kami juga promosikan buku Anda di Majalan Online Kopi Sastra

Deklarasi Hari Puisi Indonesia

Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, bersama sekitar 40 penyair dari seluruh Tanah Air, siap mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia.

Deklarasi Hari Puisi Nasional ini merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I yang diadakan di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012.

LEGIT

Page 29: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201229

Karena sastra itu untuk dinikmati

bukan untuk diperdebatkan

Kami siap menerbitkan karya Andasesuai dengan keinginan Anda

Siap

Men

ggeb

rak

Online

Kami juga promosikan buku Anda di Majalan Online Kopi Sastra

Deklarasi Hari Puisi Indonesia

Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, bersama sekitar 40 penyair dari seluruh Tanah Air, siap mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia.

Deklarasi Hari Puisi Nasional ini merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I yang diadakan di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012.

LEGIT

Page 30: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201230 31

Sesuai hasil kesepakatan Tim Perumus, tangglal

26 Juli dipilih sebagai Hari. Yakni hari lahir penyair

Chairil Anwar, peletak tonggak utama tradisi puisi

modern Indonesia.

Sekitar 40 penyair Indonesia hadir dalam PPI

ini, antara lain John Waromi (Papua), D Kemalawati

(Aceh), Asrizal Nur (Jakarta), Acep Zamzam Noor

(Bandung), Rahman Arge (Makassar), Micky Hidayat

(Banjarmasin), Hanna Fransisca (Singkawang), Isbedy

Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar

(Pekanbaru), Anwar Putra Bayu (Palembang), Pranita

Dewi (Denpasar), Suminto A Sayuti (Yogyakarta),

Bambang Widiatmoko (Jakarta), dan Sosiawan Leak

(Solo).

Deklarasi Hari Puisi Indonesia, berisi antara

lain Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara

bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah

tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia

memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi

dan kesadaran rakyat nusantara.

"Hari Puisi sebagai momentum bertemu penyair

dan merayakan puisi guna memuliakan puisi," kata Rida

K. Liamsi.

Para penyair yang diundang untuk

mendeklarasikan Hari Puisi terbatas untuk mewakili

provinsi/daerah. "Ini hanya soal anggaran untuk

mengundang sebanyak penyair," kata Isbedy pula.

Dengan adanya Hari Puisi kita berharap

dapat menempakan puisi untuk dihormati. Sutardji

menegaskan, bangsa yang besar adalah yang

menghormati jasa-jasa pahlawannya.

Tetapi, kata Sutardji lagi, kenapa tidak pada

saat ini kita ikrarkan bahwa bangsa yang besar ialah

bangsa yang berbudaya.

Gubernur Riau Rusli Zainal menyambut

Deklarasi Hari Puisi yang dibacakan Presiden

Penyair Sutardji Calzoum Bachri, didampingi para

penyair Indonesia, di Anjungan Seni Idrus Tintin,

Pekanbaru.

Sambutan hangat Gubernur Riau itu, akan

ditindaklanjuti dengan mewajibkan kepala daerah se-

Riau agar merayakan Hari Puisi yang ditetapkan 26

Juli mengacu tanggal kelahiran Chairil Anwar.

Page 31: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201230 31

Sesuai hasil kesepakatan Tim Perumus, tangglal

26 Juli dipilih sebagai Hari. Yakni hari lahir penyair

Chairil Anwar, peletak tonggak utama tradisi puisi

modern Indonesia.

Sekitar 40 penyair Indonesia hadir dalam PPI

ini, antara lain John Waromi (Papua), D Kemalawati

(Aceh), Asrizal Nur (Jakarta), Acep Zamzam Noor

(Bandung), Rahman Arge (Makassar), Micky Hidayat

(Banjarmasin), Hanna Fransisca (Singkawang), Isbedy

Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar

(Pekanbaru), Anwar Putra Bayu (Palembang), Pranita

Dewi (Denpasar), Suminto A Sayuti (Yogyakarta),

Bambang Widiatmoko (Jakarta), dan Sosiawan Leak

(Solo).

Deklarasi Hari Puisi Indonesia, berisi antara

lain Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara

bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah

tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia

memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi

dan kesadaran rakyat nusantara.

"Hari Puisi sebagai momentum bertemu penyair

dan merayakan puisi guna memuliakan puisi," kata Rida

K. Liamsi.

Para penyair yang diundang untuk

mendeklarasikan Hari Puisi terbatas untuk mewakili

provinsi/daerah. "Ini hanya soal anggaran untuk

mengundang sebanyak penyair," kata Isbedy pula.

Dengan adanya Hari Puisi kita berharap

dapat menempakan puisi untuk dihormati. Sutardji

menegaskan, bangsa yang besar adalah yang

menghormati jasa-jasa pahlawannya.

Tetapi, kata Sutardji lagi, kenapa tidak pada

saat ini kita ikrarkan bahwa bangsa yang besar ialah

bangsa yang berbudaya.

Gubernur Riau Rusli Zainal menyambut

Deklarasi Hari Puisi yang dibacakan Presiden

Penyair Sutardji Calzoum Bachri, didampingi para

penyair Indonesia, di Anjungan Seni Idrus Tintin,

Pekanbaru.

Sambutan hangat Gubernur Riau itu, akan

ditindaklanjuti dengan mewajibkan kepala daerah se-

Riau agar merayakan Hari Puisi yang ditetapkan 26

Juli mengacu tanggal kelahiran Chairil Anwar.

Page 32: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201232 33

"Menariknya lagi, Gubernur Riau Rusli Zainal

juga membacakan puisi 'Cintaku Jauh di Pulau' karya

Chairil Anwar sebagai bukti ia menyambut positif

penetapan Hari Puisi. Dia membaca untuk penutup pada saat

pukul 23.00 WIB," kata Isbedy pula.

Rida K Liamsi, salah satu inisiator-koseptor Hari

Puisi mengharapkan, adanya Hari Puisi maka kita bisa

memuliakan dan menghargai puisi di Indonesia. Hari Puisi

ditetapkan pada 26 Juli mengacu kelahiran Chairil Anwar.

"Chairil adalah penyair fenomenal, dikenal dari

Aceh hingga Papua. Itu sebab dasar pilihan tanggal Hari

Puisi," kata Isbedy menyampaikan hasil Musyawarah

Penyair Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru itu pula.

Mulai tahun depan, perayaan Hari Puisi akan

dilaksanakan serentak di kabupaten/kota di Provinsi Riau.

"Gubernur Riau sangat berharap momentum deklarasi di

bumi Melayu ini didengar pemerintah pusat,lalu ditetapkan

pada 26 Juli," kata Isbedy lagi.

Para penyair yang tampil pada Malam Puisi dan

menandatangani deklarasi antara lain D Kemalawati

(Aceh), Hasan Albanna (Sumatera Utara), Fakhrunnas MA

Jabar (Riau), Hasan Aspahani (Kepri), Anwar Putra Bayu

(Sumatera Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung),

Bambang Widiatmoko, Jamal D Rahman (Jakarta), Pranita

Dewi (Bali), Micky Hidayat (Kalses), John Manaru (Papua)

dan lain-lain.

Hargai Budaya

Penyair Sutardj i Calzoum Bachri

menegaskan bahwa bangsa yang besar harus

menghargai kebudayaan, dan bukan hanya

menghargai para pahlawan.

Pernyataan Presiden Penyair Indonesia

dilontarkan saat Musyawarah Penyair di Pekanbaru,

Riau, Kamis (22/11). Kegiatan serangkaian Malam

Puisi dan Deklarasi Hari Puisi Indonesia.

Menurut Sutardji, Hari Puisi diperlukan

oleh bangsa ini. "Namun soal tanggal dan bulan,

silakan saja," kata dia.

Kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi

Indonesia karena kepenyairan Chairil sudah dikenal

hingga Papua, dan ia merupakan tonggak perpuisian

Indonesia.

Meskipun soal tanggal ini mengundang

perdebatan dalam Musyawarah Penyair Indonesia,

namun mayoritas peserta menyetujui 26 Juli sebagai

Hari Puisi Indonesia.

"Kalau egois ke-Riau-an, saya lebih setuju

hari lahirnya Sutardji atau Raja Ali Haji. Tapi kita

bicara keIndonesian, maka sangatlah pas jika

ditetapkan tanggal kelahiran Chairil," kata Marhalim

Zaini, penyair asal Riau.

Page 33: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201232 33

"Menariknya lagi, Gubernur Riau Rusli Zainal

juga membacakan puisi 'Cintaku Jauh di Pulau' karya

Chairil Anwar sebagai bukti ia menyambut positif

penetapan Hari Puisi. Dia membaca untuk penutup pada saat

pukul 23.00 WIB," kata Isbedy pula.

Rida K Liamsi, salah satu inisiator-koseptor Hari

Puisi mengharapkan, adanya Hari Puisi maka kita bisa

memuliakan dan menghargai puisi di Indonesia. Hari Puisi

ditetapkan pada 26 Juli mengacu kelahiran Chairil Anwar.

"Chairil adalah penyair fenomenal, dikenal dari

Aceh hingga Papua. Itu sebab dasar pilihan tanggal Hari

Puisi," kata Isbedy menyampaikan hasil Musyawarah

Penyair Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru itu pula.

Mulai tahun depan, perayaan Hari Puisi akan

dilaksanakan serentak di kabupaten/kota di Provinsi Riau.

"Gubernur Riau sangat berharap momentum deklarasi di

bumi Melayu ini didengar pemerintah pusat,lalu ditetapkan

pada 26 Juli," kata Isbedy lagi.

Para penyair yang tampil pada Malam Puisi dan

menandatangani deklarasi antara lain D Kemalawati

(Aceh), Hasan Albanna (Sumatera Utara), Fakhrunnas MA

Jabar (Riau), Hasan Aspahani (Kepri), Anwar Putra Bayu

(Sumatera Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung),

Bambang Widiatmoko, Jamal D Rahman (Jakarta), Pranita

Dewi (Bali), Micky Hidayat (Kalses), John Manaru (Papua)

dan lain-lain.

Hargai Budaya

Penyair Sutardj i Calzoum Bachri

menegaskan bahwa bangsa yang besar harus

menghargai kebudayaan, dan bukan hanya

menghargai para pahlawan.

Pernyataan Presiden Penyair Indonesia

dilontarkan saat Musyawarah Penyair di Pekanbaru,

Riau, Kamis (22/11). Kegiatan serangkaian Malam

Puisi dan Deklarasi Hari Puisi Indonesia.

Menurut Sutardji, Hari Puisi diperlukan

oleh bangsa ini. "Namun soal tanggal dan bulan,

silakan saja," kata dia.

Kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi

Indonesia karena kepenyairan Chairil sudah dikenal

hingga Papua, dan ia merupakan tonggak perpuisian

Indonesia.

Meskipun soal tanggal ini mengundang

perdebatan dalam Musyawarah Penyair Indonesia,

namun mayoritas peserta menyetujui 26 Juli sebagai

Hari Puisi Indonesia.

"Kalau egois ke-Riau-an, saya lebih setuju

hari lahirnya Sutardji atau Raja Ali Haji. Tapi kita

bicara keIndonesian, maka sangatlah pas jika

ditetapkan tanggal kelahiran Chairil," kata Marhalim

Zaini, penyair asal Riau.

Page 34: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

34

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini

Page 35: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

34

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini

Page 36: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201236 37

KudaAsrizal Nur

Hentak tenagamelesatdi rimba darahku

meringkik garangberlaridi sabana nadiku

lapar rumput langitmenggeliatdalam risau

julang aku terbangmeninggalkankandangdiamku

kudakutak kuda benditutup matamata butaluka lecut kusir

tak kuda kepangditunggang akal hilangsana siniseruduk orang

tak kuda pacuantaruhan orang ber-uanggila angguktepuk riang

tak kuda kebun binatangdielus senangdisuap makanbadan terkekang

tak kuda liarpuntangpantingmemacu bayanglarilariletihsendiri aish kuda...

kudakukuda sembranikuda para nabi

kudalarilah kencangrakit jembatanwalau di rahang jurang aish kuda..hentak tenaga hentak sepaktinggalkan jejakdi tiap tapaksentak riakgasak jebak

Aish kuda……kudalarilah kudahentak tenagamelesat ke awangpuncak dengusnafas merdeka

WANGI

Page 37: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201236 37

KudaAsrizal Nur

Hentak tenagamelesatdi rimba darahku

meringkik garangberlaridi sabana nadiku

lapar rumput langitmenggeliatdalam risau

julang aku terbangmeninggalkankandangdiamku

kudakutak kuda benditutup matamata butaluka lecut kusir

tak kuda kepangditunggang akal hilangsana siniseruduk orang

tak kuda pacuantaruhan orang ber-uanggila angguktepuk riang

tak kuda kebun binatangdielus senangdisuap makanbadan terkekang

tak kuda liarpuntangpantingmemacu bayanglarilariletihsendiri aish kuda...

kudakukuda sembranikuda para nabi

kudalarilah kencangrakit jembatanwalau di rahang jurang aish kuda..hentak tenaga hentak sepaktinggalkan jejakdi tiap tapaksentak riakgasak jebak

Aish kuda……kudalarilah kudahentak tenagamelesat ke awangpuncak dengusnafas merdeka

WANGI

Page 38: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201238 39

Matahari HatiAsrizal Nur

Ketika zaman musim kelamorang –orang bungkus hatidengan selimut buram

pada musim inijalan bersimpang kelamselalu jebak tapak sama

musim gelapuji besar cahaya hatibila redup, gelap tipu pandang

selamatkan hatinyalakan jadi mataharituntun ragam musim

matahari hati pembedamana terangmana kelam

Jakarta, Agustus 2005

Tikus ApiAsrizal Nur

Di negeri tikus apisulit beda mana tikusmana kelincipencuri dan orang suci

di negeri tikus apisang pemburumenembak hati sendiri

Depok, Oktober 2005

Page 39: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201238 39

Matahari HatiAsrizal Nur

Ketika zaman musim kelamorang –orang bungkus hatidengan selimut buram

pada musim inijalan bersimpang kelamselalu jebak tapak sama

musim gelapuji besar cahaya hatibila redup, gelap tipu pandang

selamatkan hatinyalakan jadi mataharituntun ragam musim

matahari hati pembedamana terangmana kelam

Jakarta, Agustus 2005

Tikus ApiAsrizal Nur

Di negeri tikus apisulit beda mana tikusmana kelincipencuri dan orang suci

di negeri tikus apisang pemburumenembak hati sendiri

Depok, Oktober 2005

Page 40: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201240 41

Revolusi Tikus ApiAsrizal Nur

Mulanya cuil ompongmainan kucing tidur

asah gigi pisaupada dengkur cakar kucingmengendap maling taringtak ada yang tau

giginya disembilu haricakar kucing dingilu mimpipatahkan taring tikus peluh letihtak ada yang mau tau

hardik kucing tinggal lenguhcicit tikus makin riuhtaring runcing kian sembilutak ada yang perlu tau

tikus jelma jadi apibakar :dapurbukupaluwaktu

ketika pondasi rumah jadi abusiapa mampu jadi pemburu ?

Depok, Oktober 2005

Dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke

Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecup-

recup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun

1990, hendak dipahat di ibu kota.

Sesampai di Jakarta, dia tak ke lain hati. Dalam berbagai kegiatan budaya

yang diikuti dan digelar dibungkusnya dengan kemelayuannya hingga akhirnya

pada tahun 2000 Asrizal Nur mewakili Indonesia acara budaya tingkat Asia

Tenggara (ILO) di Swiss. Tak berhenti di situ, di tahun yang sama ia menampilkan

seniman Riau secara kolektif di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tapak berikut

pada tahun 2000 juga, Asrizal kembali merasuk pikiran Jakarta dengan budaya

Melayu dengan Gong Melayu I se-Asia Tenggara.

Sumber gambar: Google Images

Page 41: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201240 41

Revolusi Tikus ApiAsrizal Nur

Mulanya cuil ompongmainan kucing tidur

asah gigi pisaupada dengkur cakar kucingmengendap maling taringtak ada yang tau

giginya disembilu haricakar kucing dingilu mimpipatahkan taring tikus peluh letihtak ada yang mau tau

hardik kucing tinggal lenguhcicit tikus makin riuhtaring runcing kian sembilutak ada yang perlu tau

tikus jelma jadi apibakar :dapurbukupaluwaktu

ketika pondasi rumah jadi abusiapa mampu jadi pemburu ?

Depok, Oktober 2005

Dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke

Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecup-

recup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun

1990, hendak dipahat di ibu kota.

Sesampai di Jakarta, dia tak ke lain hati. Dalam berbagai kegiatan budaya

yang diikuti dan digelar dibungkusnya dengan kemelayuannya hingga akhirnya

pada tahun 2000 Asrizal Nur mewakili Indonesia acara budaya tingkat Asia

Tenggara (ILO) di Swiss. Tak berhenti di situ, di tahun yang sama ia menampilkan

seniman Riau secara kolektif di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tapak berikut

pada tahun 2000 juga, Asrizal kembali merasuk pikiran Jakarta dengan budaya

Melayu dengan Gong Melayu I se-Asia Tenggara.

Sumber gambar: Google Images

Page 42: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

42

Tak puas dengan kegiatan tersebut, Asrizal Nur kembali

membawa wajah melayu Riau ke Jakarta dengan menggelar Festival

Kesenian Riau TIM pada tahun 2002. Tahun 2004, Asrizal Nur

membawa tim kesenian Bengkalis untuk tampil keliling Eropa. Di

tahun berikutnya, menampilkan pembacaan puisi tunggal Rida K.

Liamsi di TIM. Ditahun 2006, ia menggelar Festival Sastra Negeri

Kata-kata dan menyelengara jalan bersama penyair dengan bupati

dan wali kota melayu se-Indonesia.

Tahun 2007, Asrizal Nur menggelar pekan Presiden

Penyair, Sutardji Calzoum Bachri. Dari berbagai kegiatan tersebut,

Asrizal Nur dinobatkan sebagai penerima Anugerah Sagang

kategori seniman/budayawan serantau. Baginya, Anugerah Sagang

ini sangat berarti pada dirinya meskipun dia sebagai seniman tidak

berharap anugerah kecuali berkarya dan kreatifitas. “Saya sangat

berterima kasih kepada panitia, ternyata saya ada. Apa yang saya

perbuat terhadap budaya melayu, ternyata ada yang

memperhatikannya. Jelas, anugerah ini semakin memicu saya untuk

berbuat lebih banyak lagi,” katanya.

Dalam pandangan Asrizal Nur, Anugerah Sagang adalah

sebuah apresiasi seni budaya yang luar biasa dan mendapat respon

terhadap orang-orang kreatif yang berjuang pada budaya. Hanya

saja, anugerah ini perlu dikumandangkan hingga tingkat

internasional. Sebab masih banyak seniman di luar Riau yang belum

tahu anugerah ini. Padahal salah satu katagorinya ada untuk seniman

serantau.

Sumber biografi : tamanismailmarzuki.com

Nasib Buku Puisi

LEGIT

Page 43: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

42

Tak puas dengan kegiatan tersebut, Asrizal Nur kembali

membawa wajah melayu Riau ke Jakarta dengan menggelar Festival

Kesenian Riau TIM pada tahun 2002. Tahun 2004, Asrizal Nur

membawa tim kesenian Bengkalis untuk tampil keliling Eropa. Di

tahun berikutnya, menampilkan pembacaan puisi tunggal Rida K.

Liamsi di TIM. Ditahun 2006, ia menggelar Festival Sastra Negeri

Kata-kata dan menyelengara jalan bersama penyair dengan bupati

dan wali kota melayu se-Indonesia.

Tahun 2007, Asrizal Nur menggelar pekan Presiden

Penyair, Sutardji Calzoum Bachri. Dari berbagai kegiatan tersebut,

Asrizal Nur dinobatkan sebagai penerima Anugerah Sagang

kategori seniman/budayawan serantau. Baginya, Anugerah Sagang

ini sangat berarti pada dirinya meskipun dia sebagai seniman tidak

berharap anugerah kecuali berkarya dan kreatifitas. “Saya sangat

berterima kasih kepada panitia, ternyata saya ada. Apa yang saya

perbuat terhadap budaya melayu, ternyata ada yang

memperhatikannya. Jelas, anugerah ini semakin memicu saya untuk

berbuat lebih banyak lagi,” katanya.

Dalam pandangan Asrizal Nur, Anugerah Sagang adalah

sebuah apresiasi seni budaya yang luar biasa dan mendapat respon

terhadap orang-orang kreatif yang berjuang pada budaya. Hanya

saja, anugerah ini perlu dikumandangkan hingga tingkat

internasional. Sebab masih banyak seniman di luar Riau yang belum

tahu anugerah ini. Padahal salah satu katagorinya ada untuk seniman

serantau.

Sumber biografi : tamanismailmarzuki.com

Nasib Buku Puisi

LEGIT

Page 44: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201244 45

Kawan, sering kita jumpai buku-buku kumpulan

puisi yang baru terbit di toko buku. Banyak di antaranya

merupakan karya penulis baru. Lalu, bagaimanakah nasib

buku-buku tersebut? Apakah akan tinggal berlama-lama di

atas rak? Kita tentu berharap itu tidak terjadi. Hal itu tentu

tidak bagus. Apalagi, bila buku-buku puisi bernasib di bak

obralan dengan harga bantingan.

Masa setelah reformasi 1998, mungkin adalah

masa buruk bagi perpuisian di Indonesia. Fakta

membuktikan, banyak buku-buku puisi berakhir di obralan

lima ribu rupiah. Lebih banyak lagi ditemukan buku-buku

puisi yang hilang dari daftar kerja redaksi penerbit dan

distributor setelah cetakan pertamanya. Tegasnya, jarang

ada buku puisi yang dicetak ulang, tak peduli seberapa

terkenal penulisnya.

Kenyataan ini dapat kita jadikan indikator

perkembangan pencinta puisi di negeri kita. Yang pertama,

mungkin fakta ini adalah tanda bahwa pencinta puisi di

negara kita masih sangat sedikit. Yang kedua, mungkin

kualitas puisi kurang menarik minat masyarakat. Ketiga,

mungkin pergerakan perpuisian belum memanggil hati

masyarakat Indonesia. Tiga hal itu memang cukup untuk

dijadikan simpulan mengenai pandangan terhadap

perkembangan puisi serta masyarakat pembacanya.

Buku antologi puisi memang nampak seperti

mengalami degresi, namun terlalu sembrono bila kita

mengatakan bahwa perpuisian Indonesia merosot, apalagi

payah. Mengenai buku puisi yang dicetak ulang, buku karya

Agus R. Sarjono bisa kita jadikan alasan. Paling tidak, dua

buku terdahulunya telah mengalami masa cetak ulang.

Ketika Agus R. Sarjono meluncurkan buku antologi puisi

Kenduri Cinta pada (1994;1996) dan Suatu Cerita dari

Negeri Angin (2001;2003), pada masa itu jarang ditemukan

buku sastra yang dicetak ulang (sama seperti sekarang),

terutama puisi. Terlebih lagi, dua buku tersebut terbit pada

masa prareformasi dan pascareformasi, di mana masa-masa

itu merupakan masa sulit bagi dompet rakyat Indonesia.

Jangankan untuk membeli buku puisi, untuk membeli

kebutuhan sehari-hari saja sulit.

Namun, kenyataan ekonomi pada saat itu ternyata

bukan penyebab kurangnya minat pembaca terhadap buku

puisi. Ekonomi yang sulit memang dialami oleh kita semua,

tapi ekonomi yang baik pun tidak menjamin buku puisi laku

di pasaran. Faktanya, hingga sekarang ekonomi masyarakat

sedikit lebih baik dari tahun 1998, penjualan buku-buku

antologi puisi belum menunjukkan peningkatan yang pesat.

Page 45: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201244 45

Kawan, sering kita jumpai buku-buku kumpulan

puisi yang baru terbit di toko buku. Banyak di antaranya

merupakan karya penulis baru. Lalu, bagaimanakah nasib

buku-buku tersebut? Apakah akan tinggal berlama-lama di

atas rak? Kita tentu berharap itu tidak terjadi. Hal itu tentu

tidak bagus. Apalagi, bila buku-buku puisi bernasib di bak

obralan dengan harga bantingan.

Masa setelah reformasi 1998, mungkin adalah

masa buruk bagi perpuisian di Indonesia. Fakta

membuktikan, banyak buku-buku puisi berakhir di obralan

lima ribu rupiah. Lebih banyak lagi ditemukan buku-buku

puisi yang hilang dari daftar kerja redaksi penerbit dan

distributor setelah cetakan pertamanya. Tegasnya, jarang

ada buku puisi yang dicetak ulang, tak peduli seberapa

terkenal penulisnya.

Kenyataan ini dapat kita jadikan indikator

perkembangan pencinta puisi di negeri kita. Yang pertama,

mungkin fakta ini adalah tanda bahwa pencinta puisi di

negara kita masih sangat sedikit. Yang kedua, mungkin

kualitas puisi kurang menarik minat masyarakat. Ketiga,

mungkin pergerakan perpuisian belum memanggil hati

masyarakat Indonesia. Tiga hal itu memang cukup untuk

dijadikan simpulan mengenai pandangan terhadap

perkembangan puisi serta masyarakat pembacanya.

Buku antologi puisi memang nampak seperti

mengalami degresi, namun terlalu sembrono bila kita

mengatakan bahwa perpuisian Indonesia merosot, apalagi

payah. Mengenai buku puisi yang dicetak ulang, buku karya

Agus R. Sarjono bisa kita jadikan alasan. Paling tidak, dua

buku terdahulunya telah mengalami masa cetak ulang.

Ketika Agus R. Sarjono meluncurkan buku antologi puisi

Kenduri Cinta pada (1994;1996) dan Suatu Cerita dari

Negeri Angin (2001;2003), pada masa itu jarang ditemukan

buku sastra yang dicetak ulang (sama seperti sekarang),

terutama puisi. Terlebih lagi, dua buku tersebut terbit pada

masa prareformasi dan pascareformasi, di mana masa-masa

itu merupakan masa sulit bagi dompet rakyat Indonesia.

Jangankan untuk membeli buku puisi, untuk membeli

kebutuhan sehari-hari saja sulit.

Namun, kenyataan ekonomi pada saat itu ternyata

bukan penyebab kurangnya minat pembaca terhadap buku

puisi. Ekonomi yang sulit memang dialami oleh kita semua,

tapi ekonomi yang baik pun tidak menjamin buku puisi laku

di pasaran. Faktanya, hingga sekarang ekonomi masyarakat

sedikit lebih baik dari tahun 1998, penjualan buku-buku

antologi puisi belum menunjukkan peningkatan yang pesat.

Page 46: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201246 47

Lalu, mengapa buku-buku Agus R. Sarjono kala itu laris

manis? Alasannya, bisa banyak kemungkinan. Alasan paling realistis

tentunya buku tersebut berisi puisi-puisi yang menentramkan hati

pembacanya. Bisa jadi, kekuatan puisi-puisi di dalamnya membuat

para pembaca melupakan masa-masa sulit yang masih mereka rasakan.

Seperti halnya genre sastra lain, poin penting dalam buku puisi

adalah tema atau ide yang disajikan. Bila tema dalam puisi tersebut

dirasakan dengan baik oleh pembaca, tentu pembaca akan puas. Hal

inilah yang mungkin tersedia dalam buku-buku puisi Agus R. Sarjono

hingga membuat buku-buku tersebut laku di pasaran.

Mengapa saya hanya mengatakan 'mungkin'? Karena saya

tidak ingin menghakimi. Menurut saya, alangkah lebih baik bila kita

baca dulu puisi-puisi di dalamnya. Bukan hanya puisi Agus R. Sarjono

tentunya, melainkan puisi siapapun yang telah tampil di publik.

Kemudian, kita resapi maknanya, pelajari pesannya, lalu kita

simpulkan sendiri, tentang bagian mana saja dari puisi yang kita baca

itu terasa nikmat dan bermanfaat.(NAB)

Dari berbagai sumber

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini

Page 47: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201246 47

Lalu, mengapa buku-buku Agus R. Sarjono kala itu laris

manis? Alasannya, bisa banyak kemungkinan. Alasan paling realistis

tentunya buku tersebut berisi puisi-puisi yang menentramkan hati

pembacanya. Bisa jadi, kekuatan puisi-puisi di dalamnya membuat

para pembaca melupakan masa-masa sulit yang masih mereka rasakan.

Seperti halnya genre sastra lain, poin penting dalam buku puisi

adalah tema atau ide yang disajikan. Bila tema dalam puisi tersebut

dirasakan dengan baik oleh pembaca, tentu pembaca akan puas. Hal

inilah yang mungkin tersedia dalam buku-buku puisi Agus R. Sarjono

hingga membuat buku-buku tersebut laku di pasaran.

Mengapa saya hanya mengatakan 'mungkin'? Karena saya

tidak ingin menghakimi. Menurut saya, alangkah lebih baik bila kita

baca dulu puisi-puisi di dalamnya. Bukan hanya puisi Agus R. Sarjono

tentunya, melainkan puisi siapapun yang telah tampil di publik.

Kemudian, kita resapi maknanya, pelajari pesannya, lalu kita

simpulkan sendiri, tentang bagian mana saja dari puisi yang kita baca

itu terasa nikmat dan bermanfaat.(NAB)

Dari berbagai sumber

Pasang Aksimu!

Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini

hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012

silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini

Page 48: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201248 49

Yang Bahagia Lalu Terbuang

Busuk Rupa

aku melempar dahaga ke atas sofa

memasukkannya ke dalam karung

beserta airmata

kau membuangnya jauh-jauh sekali

di tengah gerusan waktu

mungkin sudah mati

Es KrimBusuk Rupa

kau lucuti angkuhku

dengan bibirmu

bergumul mesra

di pusaran rasa baru

kita masih saling gigitdi ruang tutur waktu

Nak, jangan suka mempermainkan wanita!

Pesan Ibu yang Gemar Menonton Infotainment Kepada Anak Lelakinya

Busuk Rupa

matahari belum hangatkan bumi

semua sepiaku libur dulu.

Tuhan Tidak Pernah Ada Di Hari Selasa

Busuk Rupa

Busuk rupa adalah sarjana sastra yang gemar memasak. Kini dia memiliki restauran masakan jepang dengan nam Ababil Sushi.

TUNAS

Page 49: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201248 49

Yang Bahagia Lalu Terbuang

Busuk Rupa

aku melempar dahaga ke atas sofa

memasukkannya ke dalam karung

beserta airmata

kau membuangnya jauh-jauh sekali

di tengah gerusan waktu

mungkin sudah mati

Es KrimBusuk Rupa

kau lucuti angkuhku

dengan bibirmu

bergumul mesra

di pusaran rasa baru

kita masih saling gigitdi ruang tutur waktu

Nak, jangan suka mempermainkan wanita!

Pesan Ibu yang Gemar Menonton Infotainment Kepada Anak Lelakinya

Busuk Rupa

matahari belum hangatkan bumi

semua sepiaku libur dulu.

Tuhan Tidak Pernah Ada Di Hari Selasa

Busuk Rupa

Busuk rupa adalah sarjana sastra yang gemar memasak. Kini dia memiliki restauran masakan jepang dengan nam Ababil Sushi.

TUNAS

Page 50: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201250 51

Untuk Ginest Ratnawiati, Pelangi Api dan Poetri Mimpi

1:40:27:25

Altruis Jojo

Kuberlari kau terdiam, kumenangis kau tersenyum..

“Halo, De. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Dede, lagi dimana?”

“Lagi di kosan, Kak.”

“Jadi ketemu enggak? Kakak di kampus nih.”

“Emang 'udah gak ujan ya, Kak?”

“Udah reda.”

“Oh gitu. Ya 'udah, kalo gitu aku siap-siap dulu ya, Kak.”

“Oke. Nanti kalo udah siap, kabari Kakak ya?”

“Oke.”

Tuuuut.. Tuuuut.. Tuuuut..

***

Page 51: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201250 51

Untuk Ginest Ratnawiati, Pelangi Api dan Poetri Mimpi

1:40:27:25

Altruis Jojo

Kuberlari kau terdiam, kumenangis kau tersenyum..

“Halo, De. Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

“Dede, lagi dimana?”

“Lagi di kosan, Kak.”

“Jadi ketemu enggak? Kakak di kampus nih.”

“Emang 'udah gak ujan ya, Kak?”

“Udah reda.”

“Oh gitu. Ya 'udah, kalo gitu aku siap-siap dulu ya, Kak.”

“Oke. Nanti kalo udah siap, kabari Kakak ya?”

“Oke.”

Tuuuut.. Tuuuut.. Tuuuut..

***

Page 52: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201252 53

Tadi sore, Kota Hujan

muram. Langitnya hitam, seolah

a k a n a d a b a d a i y a n g s i a p

menghent ikan segala peran,

meleburkan segenap perasaan. Tapi,

Tuhan ternyata selalu memberikan

banyak kejutan. Terbukti bahwa

langit yang hitam tidak melahirkan

badai seperti apa yang telah aku

perkirakan, melainkan hujan yang

tidak terlalu besar dan itu pun hanya

sebentar.

Langit tetap hitam. Malam

telah turun di Kota Hujan. Malam

yang akan mempertemukan aku

dengan seorang perempuan. Seorang

perempuan yang belum cukup lama

aku kenal.

N a m a n y a , G i n e s t

R a t n a w i a t i . S e b e l u m a k u

mengetahui namanya yang asli, aku

hanya menyebutnya dengan Pelangi

Api. Semoga saja ia tidak marah

ketika namanya kuganti.

A k u s e r i n g

memperhatikannya diam-diam, jika

ia sedang duduk di bangku taman

bersama teman kuliahnya. Ia adalah

pemilik senyuman yang indah.

Bibirnya merah, tentunya tanpa

balutan lipstick. Wajahnya cerah, dan

matanya sungguh indah. Kerudung

merah muda yang selalu ia kenakan

pun benar-benar pas dengan kulit

wajahnya yang putih, bersih, dan

halus. Dan aku yakin, setiap mata

yang memandang pun sepertinya

akan merasa tergetar dan terpesona.

Tidak lupa, aku pun sering

memperhatikan bagaimana ia

berbicara. Menurutku ini adalah hal

yang pal ing pent ing—karena

berbicara menggunakan bahasa, dan

b a h a s a s e s e o r a n g b i a s a n y a

mencerminkan pikirannya.

Aku selalu menemukan

suatu keindahan yang lain ketika

sedang memperhatikannya berbicara.

Sungguh ia benar-benar berbeda. Ia

adalah seorang perempuan yang

sangat sulit aku lukiskan. Jika di

dalam kamus bahasa ada satu kata

yang bisa untuk mewakili dirinya,

mungkin hanya kata ajaiblah yang

paling tepat.

Aku pun seolah tersihir.

Secara tidak sadar aku mulai berani

menyimpan sebuah rasa. Sebuah rasa

yang kebanyakan orang menyebutnya

dengan cinta. Tapi, apa benar ini cinta?

Entahlah! Untuk sementara sebut saja

begitu.

***

“Kak, ketemu dmn?”

Sender: Pelangi Api

085720844xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:25:29

“Di depan kosan kamu aja.”

Sender: Altruis Jojo

08567295xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:25:47

“Oke. Aku udah di depan kosan,

Kak.”

Sender: Pelangi Api

085720844xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:26:21

“Oke. Kakak otw.”

Sender: Altruis Jojo

08567295xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:26:35

***

Aku tidak ingin menyia-

nyiakan kesempatan yang telah Tuhan

berikan. Bagiku ini seperti mimpi,

karena semuanya berjalan sangat

cepat dan mudah. Aku sering

memperhatikannya diam-diam, jika

ia sedang duduk di bangku taman

bersama teman kuliahnya. Kemudian

aku mencari segala informasi tentang

dirinya. Setelah itu, kami pun

akhirnya berkenalan di situs jejaring

sosial.

Dan begitulah. Semuanya

berjalan sepert i mimpi. Aku

melihatnya kemudian langsung jatuh

cinta. Sebetulnya aku bukanlah

seseorang yang mudah jatuh cinta.

Tapi, cinta terkadang memang tidak

masuk akal. Pernah aku mencoba

untuk menghilangkan perasaan-

perasaanku, tapi aku selalu cepat

menyerah. Cinta seolah menjadi

ruang yang tak terduga. Betapa pun

penuhnya cintaku terhadap Poetri

Mimpi, ternyata masih saja tersisa

ruang kosong untuk cinta dari sosok

Pelangi Api.

***

Page 53: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201252 53

Tadi sore, Kota Hujan

muram. Langitnya hitam, seolah

a k a n a d a b a d a i y a n g s i a p

menghent ikan segala peran,

meleburkan segenap perasaan. Tapi,

Tuhan ternyata selalu memberikan

banyak kejutan. Terbukti bahwa

langit yang hitam tidak melahirkan

badai seperti apa yang telah aku

perkirakan, melainkan hujan yang

tidak terlalu besar dan itu pun hanya

sebentar.

Langit tetap hitam. Malam

telah turun di Kota Hujan. Malam

yang akan mempertemukan aku

dengan seorang perempuan. Seorang

perempuan yang belum cukup lama

aku kenal.

N a m a n y a , G i n e s t

R a t n a w i a t i . S e b e l u m a k u

mengetahui namanya yang asli, aku

hanya menyebutnya dengan Pelangi

Api. Semoga saja ia tidak marah

ketika namanya kuganti.

A k u s e r i n g

memperhatikannya diam-diam, jika

ia sedang duduk di bangku taman

bersama teman kuliahnya. Ia adalah

pemilik senyuman yang indah.

Bibirnya merah, tentunya tanpa

balutan lipstick. Wajahnya cerah, dan

matanya sungguh indah. Kerudung

merah muda yang selalu ia kenakan

pun benar-benar pas dengan kulit

wajahnya yang putih, bersih, dan

halus. Dan aku yakin, setiap mata

yang memandang pun sepertinya

akan merasa tergetar dan terpesona.

Tidak lupa, aku pun sering

memperhatikan bagaimana ia

berbicara. Menurutku ini adalah hal

yang pal ing pent ing—karena

berbicara menggunakan bahasa, dan

b a h a s a s e s e o r a n g b i a s a n y a

mencerminkan pikirannya.

Aku selalu menemukan

suatu keindahan yang lain ketika

sedang memperhatikannya berbicara.

Sungguh ia benar-benar berbeda. Ia

adalah seorang perempuan yang

sangat sulit aku lukiskan. Jika di

dalam kamus bahasa ada satu kata

yang bisa untuk mewakili dirinya,

mungkin hanya kata ajaiblah yang

paling tepat.

Aku pun seolah tersihir.

Secara tidak sadar aku mulai berani

menyimpan sebuah rasa. Sebuah rasa

yang kebanyakan orang menyebutnya

dengan cinta. Tapi, apa benar ini cinta?

Entahlah! Untuk sementara sebut saja

begitu.

***

“Kak, ketemu dmn?”

Sender: Pelangi Api

085720844xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:25:29

“Di depan kosan kamu aja.”

Sender: Altruis Jojo

08567295xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:25:47

“Oke. Aku udah di depan kosan,

Kak.”

Sender: Pelangi Api

085720844xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:26:21

“Oke. Kakak otw.”

Sender: Altruis Jojo

08567295xxx

Sent: 27-Sept-2012 19:26:35

***

Aku tidak ingin menyia-

nyiakan kesempatan yang telah Tuhan

berikan. Bagiku ini seperti mimpi,

karena semuanya berjalan sangat

cepat dan mudah. Aku sering

memperhatikannya diam-diam, jika

ia sedang duduk di bangku taman

bersama teman kuliahnya. Kemudian

aku mencari segala informasi tentang

dirinya. Setelah itu, kami pun

akhirnya berkenalan di situs jejaring

sosial.

Dan begitulah. Semuanya

berjalan sepert i mimpi. Aku

melihatnya kemudian langsung jatuh

cinta. Sebetulnya aku bukanlah

seseorang yang mudah jatuh cinta.

Tapi, cinta terkadang memang tidak

masuk akal. Pernah aku mencoba

untuk menghilangkan perasaan-

perasaanku, tapi aku selalu cepat

menyerah. Cinta seolah menjadi

ruang yang tak terduga. Betapa pun

penuhnya cintaku terhadap Poetri

Mimpi, ternyata masih saja tersisa

ruang kosong untuk cinta dari sosok

Pelangi Api.

***

Page 54: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201254 55

Tidak lebih dari tiga menit

aku sudah sampai di depan kosannya.

Ketika aku sampai, ia memang benar-

benar sudah menunggu dipintu

gerbang.

“Hai, De.” aku menyapa.

Ia hanya membalas dengan

sebuah senyuman. Senyuman yang

selama ini selalu membuat aku

tergetar dan terpesona. Senyuman

dari bibir yang indah. Senyuman

yang membuat aku tak bisa menang

dari perasaan. Senyuman dari bibir

yang merah. Senyuman dari seorang

perempuan yang sangat sulit aku

lukiskan!

“Mau ngambil arah yang

mana, Kak?” Ia mendesis.

Ini adalah kali pertama aku

mendengar dengan telinga telanjang,

suaranya seperti alunan lagu rindu

yang terbawa angin. Sangat dingin.

Sedingin es yang ada di kutub dingin.

Membuat lidahku kelu. Membuat aku

seolah menjadi beku.

“Kak, naik sekarang?” ia

kembali bicara perlahan.

Jantungku berdebar, benar-

benar kencang. Aku pernah beberapa

kali bertemu dengan seorang

perempuan, tapi seingatku tidak

pernah kalau sampai sekaku ini. Ia

benar-benar ajaib!

“Kita ambil arah yang

terdekat aja, De.” Kataku dengan

pelan.

Akhirnya, kami meluncur ke

sebuah tempat yang sebelumnya telah

kami sepakati. Sebetulnya yang

menentukan tempat untuk bertemu

adalah ia. Tapi aku pun langsung

menyatakan setuju, karena apalah arti

dari sebuah tempat pertemuan jika

bertemu dengannya pun aku sudah

sangat bahagia.

***

Kamu mau pesen apa, De?”

“Hhmm. Aku durian polos

aja, Kak.”

“Minumnya?”

“Cokelat panas. Kalau,

Kakak?”

“Kakak mau ngeliatin kamu

makan aja.”

“Hehe. Ada-ada aja, Si

Kakak!”

S e o r a n g p e l a y a n

menghampiri kami. Tangan kirinya

memegang buku kecil untuk

mencatat pesanan.

Dengan sopan, ia pun mulai

bicara..“Ada yang bisa saya bantu?”

“Ya, saya mau pesan surabi

durian polos dua, cokelat panas satu,

sama Cappuccino satu.”

“Saya ulang kembali ya, dua

surabi durian-polos, satu coklat-

panas, satu Cappuccino. Ada lagi

yang mau dipesan mas?”

“Hmm. Itu saja dulu.”

“Baiklah, silakan tunggu

sebentar!”

***

Waktu meleleh, seperti

surabi durian yang sudah ada di

hadapan kami. Tiga puluh menit

bukanlah waktu yang sebentar untuk

membuat surabi. Tapi, tempat ini

memang sedang ramai sekali, jadi

siapa pun yang memesan harus sabar

menanti.

“Kamu suka banget surabi

durian ya?”

“Iya Kak, aku suka banget.

Eh, Kakak suka surabi, kan?”

“Iya, Kakak juga suka.”

“Oia, cerpennya mana, Kak?”

“Belum selesai, masih dalam

proses.”

“Beresin atuh, Kak. Aku

pengen baca.”

“Iya, nanti kalo sudah beres,

Kakak kasih tahu.”

“Aku pengen jadi pembaca

yang pertama ya, Kak.”

“Tenang aja, kamu pasti jadi

pembaca yang pertama kok.”

“Eh, kemaren katanya uda

dapet dua halaman? Mana atuh pengen

baca?”

“Mau? Ntar aja deh, 'kan baru

sepotong.”

“Iya, mau, gak apa-apa

sepotong juga.”

“Tapi Kakak malu!”

“Ih, malu kenapa sih, Kak?”

“Kamu kan tokoh dalam cerita

Kakak.”

“Iya, terus kenapa?”

Page 55: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201254 55

Tidak lebih dari tiga menit

aku sudah sampai di depan kosannya.

Ketika aku sampai, ia memang benar-

benar sudah menunggu dipintu

gerbang.

“Hai, De.” aku menyapa.

Ia hanya membalas dengan

sebuah senyuman. Senyuman yang

selama ini selalu membuat aku

tergetar dan terpesona. Senyuman

dari bibir yang indah. Senyuman

yang membuat aku tak bisa menang

dari perasaan. Senyuman dari bibir

yang merah. Senyuman dari seorang

perempuan yang sangat sulit aku

lukiskan!

“Mau ngambil arah yang

mana, Kak?” Ia mendesis.

Ini adalah kali pertama aku

mendengar dengan telinga telanjang,

suaranya seperti alunan lagu rindu

yang terbawa angin. Sangat dingin.

Sedingin es yang ada di kutub dingin.

Membuat lidahku kelu. Membuat aku

seolah menjadi beku.

“Kak, naik sekarang?” ia

kembali bicara perlahan.

Jantungku berdebar, benar-

benar kencang. Aku pernah beberapa

kali bertemu dengan seorang

perempuan, tapi seingatku tidak

pernah kalau sampai sekaku ini. Ia

benar-benar ajaib!

“Kita ambil arah yang

terdekat aja, De.” Kataku dengan

pelan.

Akhirnya, kami meluncur ke

sebuah tempat yang sebelumnya telah

kami sepakati. Sebetulnya yang

menentukan tempat untuk bertemu

adalah ia. Tapi aku pun langsung

menyatakan setuju, karena apalah arti

dari sebuah tempat pertemuan jika

bertemu dengannya pun aku sudah

sangat bahagia.

***

Kamu mau pesen apa, De?”

“Hhmm. Aku durian polos

aja, Kak.”

“Minumnya?”

“Cokelat panas. Kalau,

Kakak?”

“Kakak mau ngeliatin kamu

makan aja.”

“Hehe. Ada-ada aja, Si

Kakak!”

S e o r a n g p e l a y a n

menghampiri kami. Tangan kirinya

memegang buku kecil untuk

mencatat pesanan.

Dengan sopan, ia pun mulai

bicara..“Ada yang bisa saya bantu?”

“Ya, saya mau pesan surabi

durian polos dua, cokelat panas satu,

sama Cappuccino satu.”

“Saya ulang kembali ya, dua

surabi durian-polos, satu coklat-

panas, satu Cappuccino. Ada lagi

yang mau dipesan mas?”

“Hmm. Itu saja dulu.”

“Baiklah, silakan tunggu

sebentar!”

***

Waktu meleleh, seperti

surabi durian yang sudah ada di

hadapan kami. Tiga puluh menit

bukanlah waktu yang sebentar untuk

membuat surabi. Tapi, tempat ini

memang sedang ramai sekali, jadi

siapa pun yang memesan harus sabar

menanti.

“Kamu suka banget surabi

durian ya?”

“Iya Kak, aku suka banget.

Eh, Kakak suka surabi, kan?”

“Iya, Kakak juga suka.”

“Oia, cerpennya mana, Kak?”

“Belum selesai, masih dalam

proses.”

“Beresin atuh, Kak. Aku

pengen baca.”

“Iya, nanti kalo sudah beres,

Kakak kasih tahu.”

“Aku pengen jadi pembaca

yang pertama ya, Kak.”

“Tenang aja, kamu pasti jadi

pembaca yang pertama kok.”

“Eh, kemaren katanya uda

dapet dua halaman? Mana atuh pengen

baca?”

“Mau? Ntar aja deh, 'kan baru

sepotong.”

“Iya, mau, gak apa-apa

sepotong juga.”

“Tapi Kakak malu!”

“Ih, malu kenapa sih, Kak?”

“Kamu kan tokoh dalam cerita

Kakak.”

“Iya, terus kenapa?”

Page 56: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201256 57

Aku tak menjawab. Maka

kukeluarkanlah selembar kertas dari saku

kemejaku. Selembar kertas tersebut berisi

potongan ceritaku yang belum selesai. Ia

pun mulai membaca.

Sesaat kemudian. Ia mulai

tersenyum. Ia mulai tertawa. Tawa yang

lepas. Entah kenapa ia bisa sebahagia itu,

padahal, seingatku, aku tidak menulis hal-

hal yang lucu.

Begitulah. Malam ini ia tertawa

lepas-bebas. Malam ini ia tertawa keras-

keras. Sampai ia pun harus menahan rasa

sakit diperutnya karena tawanya

b e r l e b i h a n . L a n t a s , a k u p u n

menertawakannya.

“hahahahahahahahahahahaha

hahahahahaha!”

Kami seolah sudah kenal lama.

Kami tertawa banyak-banyak. Padahal ini

adalah pertemuan kami yang pertama.

Tawa kami menyatu. Benar-benar

menjadi satu. Tapi, tawa kami pun

akhirnya terhenti ketika ponsel ia

berdering.

Ia d i te lepon seseorang.

Seseorang yang entahlah siapa. Ia pun

mulai mengobrol. Mengobrol tentang

entahlah. Yang aku tahu, saat ini ia

sedang tidak berkata jujur kepada

seseorang yang entahlah tersebut. Itu

terbukti ketika ia mengatakan: “Aku lagi

makan surabi sama temen-temen”. Dari

kalimat tersebut aku pun paham, bahwa

seseorang yang entahlah itu ternyata

mempunyai pengaruh besar untuk ia.

Tapi, kenapa ia tidak bicara jujur?

Kenapa ia tidak mengatakan: “Aku lagi

makan surabi sama seorang laki-laki.”?

Kenapa seseorang yang entahlah itu

tidak diberi tahu keadaan yang

sebenarnya? Apakah seseorang yang

entahlah itu tak pernah mengajari ia

tentang sebuah kejujuran? Entahlah!

Lagipula itu bukan urusanku.

“Kakak, maaf ya lama, bete

ya?”

“Nggak, santai aja.”

“Bentar lagi pulang ya, Kak.

Takut gerbangnya dikunci.”

“Iya.”

Malam semakin

m e n y u d u t k a n k u ,

memaksa untuk segera

mengantarkan ia pulang.

Sebetulnya aku masih

i n g i n b e r b i n c a n g -

bincang, tapi saat ini aku

tak punya satu alasan pun

untuk membuat ia tetap

tinggal. Langit masih

tetap hitam. Jalanan

masih basah dan dingin

k e t i k a a k u

mengantarkannya pulang.

***

Sampailah kami

pada titik di mana kami

harus berpisah. Sesaat

setelah ia mengatakan

“Dagh”, akhirnya ia pun

bergegas meninggalkan

aku sendiri dalam resah.

Masih di depan pintu

gerbang kosan yang

basah, lantas aku pun

m e n g i r i m k a n p e s a n

pendek kepadanya.

Makasih banyak ya.”

Sender: Altruis Jojo 08567295xxx

Sent: 27-Sept-2012 21:10:47

“Hahahaha.

Sedetail itu? Sama2 kk.

Makasih juga yaaah.”

Sender: Pelangi Api 085720844xxx

Sent: 27-Sept-2012 21:12:12

***

Di dalam perjalanan pulang. Di sebuah

rumah makan aku melihat seorang laki-laki dan

perempuan. Mereka duduk saling berhadapan.

Yang perempuan, ia terlihat sangat santai ketika

mencicipi makanannya. Sementara yang laki-

laki, ia terlihat sangat sibuk dengan telepon

selulernya. Sepertinya laki-laki itu sedang

mengirim pesan pendek kepada seseorang yang

entahlah. Raut wajahnya begitu gelisah.

“Sayang, kamu jangan pulang malem-

malem. Aku baru mau makan nih sama temen-

temen.”

Apakah mungkin lak i - lak i i tu

mengirimkan sebuah pesan pendek seperti itu?

Entahlah! Tapi menurutku bisa saja.

#Kota Muram, 30 September 2012

“1:40:27.25 Aku bersamamu.

Page 57: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201256 57

Aku tak menjawab. Maka

kukeluarkanlah selembar kertas dari saku

kemejaku. Selembar kertas tersebut berisi

potongan ceritaku yang belum selesai. Ia

pun mulai membaca.

Sesaat kemudian. Ia mulai

tersenyum. Ia mulai tertawa. Tawa yang

lepas. Entah kenapa ia bisa sebahagia itu,

padahal, seingatku, aku tidak menulis hal-

hal yang lucu.

Begitulah. Malam ini ia tertawa

lepas-bebas. Malam ini ia tertawa keras-

keras. Sampai ia pun harus menahan rasa

sakit diperutnya karena tawanya

b e r l e b i h a n . L a n t a s , a k u p u n

menertawakannya.

“hahahahahahahahahahahaha

hahahahahaha!”

Kami seolah sudah kenal lama.

Kami tertawa banyak-banyak. Padahal ini

adalah pertemuan kami yang pertama.

Tawa kami menyatu. Benar-benar

menjadi satu. Tapi, tawa kami pun

akhirnya terhenti ketika ponsel ia

berdering.

Ia d i te lepon seseorang.

Seseorang yang entahlah siapa. Ia pun

mulai mengobrol. Mengobrol tentang

entahlah. Yang aku tahu, saat ini ia

sedang tidak berkata jujur kepada

seseorang yang entahlah tersebut. Itu

terbukti ketika ia mengatakan: “Aku lagi

makan surabi sama temen-temen”. Dari

kalimat tersebut aku pun paham, bahwa

seseorang yang entahlah itu ternyata

mempunyai pengaruh besar untuk ia.

Tapi, kenapa ia tidak bicara jujur?

Kenapa ia tidak mengatakan: “Aku lagi

makan surabi sama seorang laki-laki.”?

Kenapa seseorang yang entahlah itu

tidak diberi tahu keadaan yang

sebenarnya? Apakah seseorang yang

entahlah itu tak pernah mengajari ia

tentang sebuah kejujuran? Entahlah!

Lagipula itu bukan urusanku.

“Kakak, maaf ya lama, bete

ya?”

“Nggak, santai aja.”

“Bentar lagi pulang ya, Kak.

Takut gerbangnya dikunci.”

“Iya.”

Malam semakin

m e n y u d u t k a n k u ,

memaksa untuk segera

mengantarkan ia pulang.

Sebetulnya aku masih

i n g i n b e r b i n c a n g -

bincang, tapi saat ini aku

tak punya satu alasan pun

untuk membuat ia tetap

tinggal. Langit masih

tetap hitam. Jalanan

masih basah dan dingin

k e t i k a a k u

mengantarkannya pulang.

***

Sampailah kami

pada titik di mana kami

harus berpisah. Sesaat

setelah ia mengatakan

“Dagh”, akhirnya ia pun

bergegas meninggalkan

aku sendiri dalam resah.

Masih di depan pintu

gerbang kosan yang

basah, lantas aku pun

m e n g i r i m k a n p e s a n

pendek kepadanya.

Makasih banyak ya.”

Sender: Altruis Jojo 08567295xxx

Sent: 27-Sept-2012 21:10:47

“Hahahaha.

Sedetail itu? Sama2 kk.

Makasih juga yaaah.”

Sender: Pelangi Api 085720844xxx

Sent: 27-Sept-2012 21:12:12

***

Di dalam perjalanan pulang. Di sebuah

rumah makan aku melihat seorang laki-laki dan

perempuan. Mereka duduk saling berhadapan.

Yang perempuan, ia terlihat sangat santai ketika

mencicipi makanannya. Sementara yang laki-

laki, ia terlihat sangat sibuk dengan telepon

selulernya. Sepertinya laki-laki itu sedang

mengirim pesan pendek kepada seseorang yang

entahlah. Raut wajahnya begitu gelisah.

“Sayang, kamu jangan pulang malem-

malem. Aku baru mau makan nih sama temen-

temen.”

Apakah mungkin lak i - lak i i tu

mengirimkan sebuah pesan pendek seperti itu?

Entahlah! Tapi menurutku bisa saja.

#Kota Muram, 30 September 2012

“1:40:27.25 Aku bersamamu.

Page 58: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201258 59

Temu Sastra Indonesia 2012

Putu Wijaya

Di penghujung akhir tahun 2012, Kopi Sastra mendapat banyak undangan kegiatan kesusastraan. Mulai dari Sastra Reboan, Kongres Asosiasi Pengajar bahasa Indonesia, hingga Temu Sastra Indonesaia 2012. Acara yang disebutkan terakhir akan kami ulas pada bagian ini.

Konferensi Temu Sastra

Indonesia 2012 dilakukan Jumat

sampai Minggu, 7-9 berakhir di Hotel

Kaisar, Jakarta. Acara ini diadakan di

tujuh kota antara lain Lebak, Malamg,

Padang, Banjarmasin, Palu, Kupang,

dan Jakarta, Temu Sastra Indonesia

2012 oleh Bale Sastra bekerjasama

dengan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dalam melancarkan

kegiatan tersebut.

D i r e n c a n a k a n d a r i

Kemendikbud akan memberikan

sambutan dalam pembukaannya,

seperti dikatakan Chavchay Syaifullah,

Ketua panitia Konferensi Jakarta itu.

Chavchay menambahkan, dalam

Konferensi Jakarta para sastrawan dan

pecinta sastra berkumpul untuk

merefleksikan ulang perjalanan Temu

Sastra Indonesia 2012. Kemudian,

a c a r a t e r s e b u t d i i s i d e n g a n

membacakan karya-karya sastra

berupa puisi dan cerpen. Ada pula yang

memusikalisasi puisi dengan berbagai

warna music.

Dalam temu sastra ini, selain

akan merumuskan Temu Sastra

Indonesia 2013, baik pada tataran topik

seminar maupun kota tempat

berlangsung, Konferensi Jakarta akan

menjadi kesempatan melakukan

penjelajahan awal wacana yang akan

dibicarakan pada Temu Sastra

Indonesia 2013 mendatang.

Tema yang akan diangkat

dalam acara Konfersi Jakarta atau

Temu Sastra Indonesia untuk

penjelajahan awal yaitu: "Sastra dan

Karakter Bangsa" dan "Sastra dan

Kesadaran Sejarah".

Temu Sastra Indonesia 2012

diselenggarakan untuk menguatkan

potensi sastrawan dan apresiasi

masyarakat di penjuru tanah air

terhadap karya sastra, ujar Chavchay

yang mewakili Radhar Panca Dahana

dari Bale Sastra dan penanggungjawab

seluruh kegiatan sastra.

Dia menyatakan, da lam

pertemuan ini juga akan akan

diteruskan kegiatan serupa pada tahun-

tahun yang akan datang, baik soal

tempat atau daerah penyelengaraan,

juga tema yang mungkin dapat

ditetapkan.

LIMUN

Page 59: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201258 59

Temu Sastra Indonesia 2012

Putu Wijaya

Di penghujung akhir tahun 2012, Kopi Sastra mendapat banyak undangan kegiatan kesusastraan. Mulai dari Sastra Reboan, Kongres Asosiasi Pengajar bahasa Indonesia, hingga Temu Sastra Indonesaia 2012. Acara yang disebutkan terakhir akan kami ulas pada bagian ini.

Konferensi Temu Sastra

Indonesia 2012 dilakukan Jumat

sampai Minggu, 7-9 berakhir di Hotel

Kaisar, Jakarta. Acara ini diadakan di

tujuh kota antara lain Lebak, Malamg,

Padang, Banjarmasin, Palu, Kupang,

dan Jakarta, Temu Sastra Indonesia

2012 oleh Bale Sastra bekerjasama

dengan Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dalam melancarkan

kegiatan tersebut.

D i r e n c a n a k a n d a r i

Kemendikbud akan memberikan

sambutan dalam pembukaannya,

seperti dikatakan Chavchay Syaifullah,

Ketua panitia Konferensi Jakarta itu.

Chavchay menambahkan, dalam

Konferensi Jakarta para sastrawan dan

pecinta sastra berkumpul untuk

merefleksikan ulang perjalanan Temu

Sastra Indonesia 2012. Kemudian,

a c a r a t e r s e b u t d i i s i d e n g a n

membacakan karya-karya sastra

berupa puisi dan cerpen. Ada pula yang

memusikalisasi puisi dengan berbagai

warna music.

Dalam temu sastra ini, selain

akan merumuskan Temu Sastra

Indonesia 2013, baik pada tataran topik

seminar maupun kota tempat

berlangsung, Konferensi Jakarta akan

menjadi kesempatan melakukan

penjelajahan awal wacana yang akan

dibicarakan pada Temu Sastra

Indonesia 2013 mendatang.

Tema yang akan diangkat

dalam acara Konfersi Jakarta atau

Temu Sastra Indonesia untuk

penjelajahan awal yaitu: "Sastra dan

Karakter Bangsa" dan "Sastra dan

Kesadaran Sejarah".

Temu Sastra Indonesia 2012

diselenggarakan untuk menguatkan

potensi sastrawan dan apresiasi

masyarakat di penjuru tanah air

terhadap karya sastra, ujar Chavchay

yang mewakili Radhar Panca Dahana

dari Bale Sastra dan penanggungjawab

seluruh kegiatan sastra.

Dia menyatakan, da lam

pertemuan ini juga akan akan

diteruskan kegiatan serupa pada tahun-

tahun yang akan datang, baik soal

tempat atau daerah penyelengaraan,

juga tema yang mungkin dapat

ditetapkan.

LIMUN

Page 60: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201260 61

Temu Sastra Indonesia 2012

diisi pula pembacaan cerpen A Badri QT

(Depok), pembacaan puisi di antaranya

oleh penyair Asrizal Noer (Depok)

Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda

Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno

(Kupang), Viddy AD (Lamongan)

Fathin Hamama.

Sabtu (8/12), digelar seminar

dengan tema Sastra dan Karakter

B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u

Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad

Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi

berikutnya dengan tema Sastra dan

Kesadaran Sejarah, menghadirkan

pembicara yakni Saut Situmorang

(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad

(Jakarta).

Acara dilanjutkan pada malam

hari dengan pembacaan karya sastra

oleh para penggiat sastra, antara lain

penyair Anwar Putra Bayu (Palembang),

Ali Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),

Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi

Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS

Megananda (Banten), pembacaan

cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander

(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi

Rempah.

Chavchay menyatakan kembali,

kegiatan ini pada akhirnya akan

dirumuskan pada rapat pleno sekaligus

untuk menentukan kota tempat bagi

Temu Sastra 2013.

Temu Sastra Indonesia 2012 diisi

pula pembacaan cerpen A Badri QT

(Depok), pembacaan puisi di antaranya

oleh penyair Asrizal Noer (Depok)

Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda

Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno

(Kupang), Viddy AD (Lamongan)

Fathin Hamama.

Sabtu (8/12), digelar seminar

dengan tema Sastra dan Karakter

B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u

Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad

Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi

berikutnya dengan tema Sastra dan

Kesadaran Sejarah, menghadirkan

pembicara yakni Saut Situmorang

(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad

(Jakarta).

Acara dilanjutkan pada malam

hari dengan pembacaan karya sastra oleh

para penggiat sastra, antara lain penyair

Anwar Putra Bayu (Palembang), Ali

Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),

Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS

Megananda (Banten), pembacaan cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander

(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi Rempah.

Chavchay menyatakan kembali, kegiatan ini pada akhirnya akan

"Hasil rapat pleno ini nantinya akan diserahkan ke Kemendikbud guna

diagendakan tahun mendatang," kata Chavchay Syaifullah

Chavchay Syaefullah kepada wartawan menjelaskan, Konferensi Jakarta

merupakan momentum penutupan dari rangkaian Temu Sasta Indonesia 2012 yang

telah diselenggarakan di 7 kota, yaitu: Lebak, Malang, Padang, Banjarmasin, Palu,

Kupang, dan Jakarta. Temu Sastra Indonesia 2012 mengangkat tema ''Estetika

Lokal dan Peran Negara dalam Kesusasteraan. (HY, AL, DDA, IN)

Sumber gambar: Kopi Sastra

Page 61: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201260 61

Temu Sastra Indonesia 2012

diisi pula pembacaan cerpen A Badri QT

(Depok), pembacaan puisi di antaranya

oleh penyair Asrizal Noer (Depok)

Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda

Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno

(Kupang), Viddy AD (Lamongan)

Fathin Hamama.

Sabtu (8/12), digelar seminar

dengan tema Sastra dan Karakter

B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u

Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad

Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi

berikutnya dengan tema Sastra dan

Kesadaran Sejarah, menghadirkan

pembicara yakni Saut Situmorang

(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad

(Jakarta).

Acara dilanjutkan pada malam

hari dengan pembacaan karya sastra

oleh para penggiat sastra, antara lain

penyair Anwar Putra Bayu (Palembang),

Ali Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),

Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi

Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS

Megananda (Banten), pembacaan

cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander

(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi

Rempah.

Chavchay menyatakan kembali,

kegiatan ini pada akhirnya akan

dirumuskan pada rapat pleno sekaligus

untuk menentukan kota tempat bagi

Temu Sastra 2013.

Temu Sastra Indonesia 2012 diisi

pula pembacaan cerpen A Badri QT

(Depok), pembacaan puisi di antaranya

oleh penyair Asrizal Noer (Depok)

Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda

Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno

(Kupang), Viddy AD (Lamongan)

Fathin Hamama.

Sabtu (8/12), digelar seminar

dengan tema Sastra dan Karakter

B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u

Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad

Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi

berikutnya dengan tema Sastra dan

Kesadaran Sejarah, menghadirkan

pembicara yakni Saut Situmorang

(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad

(Jakarta).

Acara dilanjutkan pada malam

hari dengan pembacaan karya sastra oleh

para penggiat sastra, antara lain penyair

Anwar Putra Bayu (Palembang), Ali

Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),

Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS

Megananda (Banten), pembacaan cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander

(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi Rempah.

Chavchay menyatakan kembali, kegiatan ini pada akhirnya akan

"Hasil rapat pleno ini nantinya akan diserahkan ke Kemendikbud guna

diagendakan tahun mendatang," kata Chavchay Syaifullah

Chavchay Syaefullah kepada wartawan menjelaskan, Konferensi Jakarta

merupakan momentum penutupan dari rangkaian Temu Sasta Indonesia 2012 yang

telah diselenggarakan di 7 kota, yaitu: Lebak, Malang, Padang, Banjarmasin, Palu,

Kupang, dan Jakarta. Temu Sastra Indonesia 2012 mengangkat tema ''Estetika

Lokal dan Peran Negara dalam Kesusasteraan. (HY, AL, DDA, IN)

Sumber gambar: Kopi Sastra

Page 62: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201262 63

Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan

Bogor, 21 November 2012 – Kopi Sastra menghadiri acara Sastra Reboan

ke-54. Sastra Reboan adalah sebuah acara rutin yang diadakan oleh pegiat sastra

dari berbagai kalangan, acara ini diadakan setiap hari Rabu malam tiap akhir

bulan yang bertempat di Wapres (Warung Apresiasi), Bulungan, Jakarta Selatan.

Pada kunjungan tersebut kami hadir sebagai undangan. Kedatangan kami salah

satu sebagai pengisi acara musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.

Mengenai profil Sastra Reboan,

sebenarnya telah kami ulas pada edisi

ke-2. Karena itu, kali ini kami akan

menyampaikan catatan perjalanan

kami yang perdana dalam menghadiri

acara hebat tersebut.

Awalnya, agak ragu kami

mendatangi acara tersebut, apalagi

diundang langsung dan diminta

mengis i sebagian acara yang

disediakan. Alasan keraguan kami

tentu karena kualitas serta pengalaman

kami yang masih sebesar tahi kuku.

Kami yang masih sebesar kencur

dalam rutinitas sastra ini harus tampil

di antara orang-orang yang sudah hapal

betul dengan dunia sastra. Namun,

kami mencoba berpikir realistis, bahwa

bila tidak sekarang, lalu harus dimulai

kapan.

Kami memutuskan hanya lima

Pohon Kopi yang datang ke Sastra

Reboan. Dua di antaranya adalah

pengurus Kopi Sastra dan tiga lainnya

adalah grup musikalisasi puisi D-

Minor.

Page 63: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201262 63

Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan

Bogor, 21 November 2012 – Kopi Sastra menghadiri acara Sastra Reboan

ke-54. Sastra Reboan adalah sebuah acara rutin yang diadakan oleh pegiat sastra

dari berbagai kalangan, acara ini diadakan setiap hari Rabu malam tiap akhir

bulan yang bertempat di Wapres (Warung Apresiasi), Bulungan, Jakarta Selatan.

Pada kunjungan tersebut kami hadir sebagai undangan. Kedatangan kami salah

satu sebagai pengisi acara musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.

Mengenai profil Sastra Reboan,

sebenarnya telah kami ulas pada edisi

ke-2. Karena itu, kali ini kami akan

menyampaikan catatan perjalanan

kami yang perdana dalam menghadiri

acara hebat tersebut.

Awalnya, agak ragu kami

mendatangi acara tersebut, apalagi

diundang langsung dan diminta

mengis i sebagian acara yang

disediakan. Alasan keraguan kami

tentu karena kualitas serta pengalaman

kami yang masih sebesar tahi kuku.

Kami yang masih sebesar kencur

dalam rutinitas sastra ini harus tampil

di antara orang-orang yang sudah hapal

betul dengan dunia sastra. Namun,

kami mencoba berpikir realistis, bahwa

bila tidak sekarang, lalu harus dimulai

kapan.

Kami memutuskan hanya lima

Pohon Kopi yang datang ke Sastra

Reboan. Dua di antaranya adalah

pengurus Kopi Sastra dan tiga lainnya

adalah grup musikalisasi puisi D-

Minor.

Page 64: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201264 65

Perjalanan dari Bogor menuju Wapres Bulungan kami tempuh melalui

kendaraan umum. Kami berkumpul di Stasiun Bojonggede pada pukul 17.45

WIB. Setelah beberapa menit menunggu, kereta itu datang. Kami langsung

bergegas, kemudian menunggu kereta ekonomi tancap gas. Kami turun di

Stasiun Cawang dan mencari kendaraan umum kembali untuk menuju

Bulungan. Sesampainya di Wapres Bulungan kami disambut hangat oleh

koordinator acara, Ilenk Rembulan, Zay Lawang Langit dan lainnya. Setelah

ngobrol santai sejenak dan beristirahat, acara pun dimulai.

Selain bedah buku Wali Sanga karya Dhamar Sasangkha yang diulas

oleh Binhad Nurrohmat, Khudori Husnan, dan Bahwan Abdullah, banyak

pula acara pengiring lainnya berupa pembacaan puisi dan Musikalisasi

puisi. Kopi Sastra sendiri menampilkan Musikalisasi puisi yang dibawakan

oleh D-Mino yang beranggotakan Altruis Jojo, Rahmat Halomoan, dan

Tresna, sedangkan pembacaan puisi oleh Nugraha Hura-hura. D-Minor

membawakan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul 'Dengan Puisi Aku'

dan puisi karya mereka sendiri yang diaransemen menjadi sebuah lagu.

Nugraha Hura-hura membacakan puisi karya-karyanya yang berjudul

“Nyanyian Oyon” dan “Orasi Kereta Api”. Khusus puisi “Orasi Kereta Api”

adalah sebuah puisi yang inspirasinya berdasarkan kisah pedagang asongan

di kereta api kelas ekonomi.

Page 65: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201264 65

Perjalanan dari Bogor menuju Wapres Bulungan kami tempuh melalui

kendaraan umum. Kami berkumpul di Stasiun Bojonggede pada pukul 17.45

WIB. Setelah beberapa menit menunggu, kereta itu datang. Kami langsung

bergegas, kemudian menunggu kereta ekonomi tancap gas. Kami turun di

Stasiun Cawang dan mencari kendaraan umum kembali untuk menuju

Bulungan. Sesampainya di Wapres Bulungan kami disambut hangat oleh

koordinator acara, Ilenk Rembulan, Zay Lawang Langit dan lainnya. Setelah

ngobrol santai sejenak dan beristirahat, acara pun dimulai.

Selain bedah buku Wali Sanga karya Dhamar Sasangkha yang diulas

oleh Binhad Nurrohmat, Khudori Husnan, dan Bahwan Abdullah, banyak

pula acara pengiring lainnya berupa pembacaan puisi dan Musikalisasi

puisi. Kopi Sastra sendiri menampilkan Musikalisasi puisi yang dibawakan

oleh D-Mino yang beranggotakan Altruis Jojo, Rahmat Halomoan, dan

Tresna, sedangkan pembacaan puisi oleh Nugraha Hura-hura. D-Minor

membawakan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul 'Dengan Puisi Aku'

dan puisi karya mereka sendiri yang diaransemen menjadi sebuah lagu.

Nugraha Hura-hura membacakan puisi karya-karyanya yang berjudul

“Nyanyian Oyon” dan “Orasi Kereta Api”. Khusus puisi “Orasi Kereta Api”

adalah sebuah puisi yang inspirasinya berdasarkan kisah pedagang asongan

di kereta api kelas ekonomi.

Page 66: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

66

Banyak hal yang kami dapat setelah menghadiri Sastra

Reboan, mulai dari kekompakan sebuah komunitas, keramahan para

anggotanya, serta tentunya konsistensi dalam penyelenggaraan

acara rutin. Bagi kami, semua hal yang dimiliki oleh Sastra Reboan

sudah kompleks hingga memberi wibawa dan luwes dalam

tubuhnya. Hal yang patut kami contoh. Terima kasih Sastra

Reboan.(HF, NAB, RH)Ulasan

Online

Ujung Senja

Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah

Mengenal Seni Rupa Terapan

Oleh Wahyudimalamhari

Page 67: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online

66

Banyak hal yang kami dapat setelah menghadiri Sastra

Reboan, mulai dari kekompakan sebuah komunitas, keramahan para

anggotanya, serta tentunya konsistensi dalam penyelenggaraan

acara rutin. Bagi kami, semua hal yang dimiliki oleh Sastra Reboan

sudah kompleks hingga memberi wibawa dan luwes dalam

tubuhnya. Hal yang patut kami contoh. Terima kasih Sastra

Reboan.(HF, NAB, RH)Ulasan

Online

Ujung Senja

Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah

Mengenal Seni Rupa Terapan

Oleh Wahyudimalamhari

Page 68: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201268 69

Di edisi lalu saya sudah menjabarkan seni secara umum. Kini, untuk lebih memperdalam pembahasan mengenai seni, saya akan mengulas jenis-jenis seni. Namun pada edis i in i saya hanyha akan memfokuskan untuk mengulas mengenai seni rupa terapan. Jenis seni yang lain akan saya ulas di edisi-edisi berikutnya.

Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang

dirancang untuk tujuan fungsional, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia. Seni

rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya

selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga

sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan

untuk kepentingan manusia.

Seni rupa terapan di indonesia memiliki bentuk

yang beragam. Mulai dari rumah adat atau bangunan

tradisional, senjata, sampai dengan karya kerajinan.

Seni rupa terapan berbeda dengan seni rupa

murni. Karena seni rupa terapan bukan hanya

mengutamakan keindahan saja, namun juga fungsinya,

sehingga hal ini menjadi nilai plus bagi setiap karya yang

dihasilkan.

Karya seni rupa terapan Nusantara adalah karya

seni rupa yang berwujud dua atau tiga dimensi. Seni ini

memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari

yang terdapat di wilayah Nusantara. Karya seni rupa

terapan yang terdapat di indonesia sangat beragam dengan

aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya.

Salah satu diantaranya yaitu batik yang telah diakui oleh

Unesco sebagai warisan bangsa Indonesia.

Page 69: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201268 69

Di edisi lalu saya sudah menjabarkan seni secara umum. Kini, untuk lebih memperdalam pembahasan mengenai seni, saya akan mengulas jenis-jenis seni. Namun pada edis i in i saya hanyha akan memfokuskan untuk mengulas mengenai seni rupa terapan. Jenis seni yang lain akan saya ulas di edisi-edisi berikutnya.

Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang

dirancang untuk tujuan fungsional, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia. Seni

rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya

selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga

sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan

untuk kepentingan manusia.

Seni rupa terapan di indonesia memiliki bentuk

yang beragam. Mulai dari rumah adat atau bangunan

tradisional, senjata, sampai dengan karya kerajinan.

Seni rupa terapan berbeda dengan seni rupa

murni. Karena seni rupa terapan bukan hanya

mengutamakan keindahan saja, namun juga fungsinya,

sehingga hal ini menjadi nilai plus bagi setiap karya yang

dihasilkan.

Karya seni rupa terapan Nusantara adalah karya

seni rupa yang berwujud dua atau tiga dimensi. Seni ini

memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari

yang terdapat di wilayah Nusantara. Karya seni rupa

terapan yang terdapat di indonesia sangat beragam dengan

aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya.

Salah satu diantaranya yaitu batik yang telah diakui oleh

Unesco sebagai warisan bangsa Indonesia.

Page 70: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201270 71

Seni rupa terapan adalah hasil karya yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi

karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi

praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

tentang rasa keindahan. Misalnya lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi

praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda pakai.

Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto.

Di bawah ini beberapa contoh karya seni rupa terapan yang ada di

Indonesia:

1. Arsitektur

Candi borobudur merupakan salah satu karya seni rupa terapan jawa

tengah yang luar biasa, masih banyak karya seni arsitektur yang lain yang

dapat kita lihat di sini.

Karya seni rupa Arsitektur di Jawa tengah begitu beragam dan

banyak jenisnya, mulai dari masa lampau sampai modern, mungkin kita

dapat membedakan arsitektur masa lampau, modern, islam, maupun

tradisional.

2. Poster

Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat

komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.

Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya

dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster

biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan

dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal.

seni rupa

3. Keramik

Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang

artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.

Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik

sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah

liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi

saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian

keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang

berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2

4. Baju / Pakaian

Baju atau pakaian adat di indonesia sangat beragam ulai dari kebaya,

pidie, karo, hingga pakaian adat lainnya. Indonesia memang memiliki banyak

provinsi, dan hampir setiap provinsi memiliki pakaian adat masing-masing.h

5. Wayang.

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun

sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme

berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang

diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama

berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh

UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang

mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat

berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Page 71: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201270 71

Seni rupa terapan adalah hasil karya yang digunakan

dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi

karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi

praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia

tentang rasa keindahan. Misalnya lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi

praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda pakai.

Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto.

Di bawah ini beberapa contoh karya seni rupa terapan yang ada di

Indonesia:

1. Arsitektur

Candi borobudur merupakan salah satu karya seni rupa terapan jawa

tengah yang luar biasa, masih banyak karya seni arsitektur yang lain yang

dapat kita lihat di sini.

Karya seni rupa Arsitektur di Jawa tengah begitu beragam dan

banyak jenisnya, mulai dari masa lampau sampai modern, mungkin kita

dapat membedakan arsitektur masa lampau, modern, islam, maupun

tradisional.

2. Poster

Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat

komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.

Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya

dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster

biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.

Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan

dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal.

seni rupa

3. Keramik

Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang

artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.

Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik

sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah

liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi

saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian

keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang

berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2

4. Baju / Pakaian

Baju atau pakaian adat di indonesia sangat beragam ulai dari kebaya,

pidie, karo, hingga pakaian adat lainnya. Indonesia memang memiliki banyak

provinsi, dan hampir setiap provinsi memiliki pakaian adat masing-masing.h

5. Wayang.

Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun

sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme

berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang

diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.

Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama

berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh

UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang

mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat

berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).

Page 72: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya

(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke

[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

Kami mengundang semua pembaca

Online

untuk memberi kritik dan saran

agar kami bisa lebih baik

Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan

berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.

D o n a s iKlik!

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201272 73

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang

dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka

yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa

wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang

biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.

Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri,

dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang

memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.

Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam)

dipentaskan pula.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat

dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan

Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga

bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang

Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat

bekaitan satu sama lain. Yaitu “Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit

(Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)”.

Batik

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa

mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan

menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur

internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah

kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-

motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,

teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah

ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi

(Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober,

2009.

Dari berbagai sumber

Page 73: Majalah online Kopi Sastra edisi 6

Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya

(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke

[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra

Kami mengundang semua pembaca

Online

untuk memberi kritik dan saran

agar kami bisa lebih baik

Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan

berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.

D o n a s iKlik!

Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online

Edisi 6 / Thn. I / Desember 201272 73

Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang

dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka

yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa

wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang

biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.

Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri,

dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang

memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.

Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam)

dipentaskan pula.

Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat

dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan

Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga

bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang

Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat

bekaitan satu sama lain. Yaitu “Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit

(Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)”.

Batik

Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa

mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan

menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur

internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah

kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-

motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,

teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah

ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi

(Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober,

2009.

Dari berbagai sumber

Page 74: Majalah online Kopi Sastra edisi 6