majalah online kopi sastra edisi 6
DESCRIPTION
Majalah Online Kopi Sastra edisi 6. Desember 2012TRANSCRIPT
Online
E d i s i 6 / T h n . I / D e s e m b e r 2 0 1 2
Putu Wijaya
Altruis Jojo Agus R. Sarjono
Asrizal Nur
Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono
Nasib Buku PuisiDeklarasi Hari Puisi Indonesia
2 021
Busuk Rupa
Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan
Temu Sastra Indonesia 2012
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20122 3
Sampul depan: 201221020221 karya Wahyudimalamhari
Online
Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra
Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah,
. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]
Nugraha A. Baesuni.
Havid Yazid Al Gifari
Salam sastra dan Budaya,Alhamdulilah, kita masih bisa
dipertemukan walau dengan media ini. Tidak terasa tahun 2012 akan berakhir. Kita saat ini berada diujung tahun. Semua pasti memiliki rencana di tahun ini dan semua sudah dicapai, bila belum, semoga di tahun berikutnya rencana tersebut bisa digapai.
Pada edisi ini kami memang sebena rnya senga ja un tuk menunda tanggal terbit menjadi 20-12-2012. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesan yang spesial di edisi terakhir tahun 2012 ini yang mungkin tidak akan kita temukan di tahun-tahun berikutnya.
Berkaitan dengan isi dari edisi ini, kami hadir dengan 74 halaman. Kami menjatuhkan tema Sastra Mahal. maksudnya adalah segala bentuk sastra yang ternyata dalam bersastra itu memang sangat mahal. Entah dari biaya peralatan apresiasi, biasa penyelenggaran, bahkan dari biaya akomodasi sastrawan.
Semoga kita semua bisa menikmati Majalah Online Kopi Sastra edisi 6.
Salam sastra dan budaya.
Redaksi Majalah Online Kopi Sastra
MEJA REDAKSI
Tersedia Kalender eksklusif Kopi Sastra bagi pengirim karya untuk edisi 7 Januari 2013.
2 021
Putu Wijaya, 4
WANGI
ULAS
TOKOH
LIMUN
TUNASPutu Wijaya, 16
Ujung Senja
Busuk Rupa, 46
Wahyudimalamhari, 67
Altruis Jojo, 51
Asrizal Nur, 36
LEGIT
Temu Sastra Indonesia 2012, 58
Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan, 64
Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono, 20
Nasib Buku Puisi, 43
Deklarasi Hari Puisi Indonesia, 29
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20122 3
Sampul depan: 201221020221 karya Wahyudimalamhari
Online
Redaksi Majalah Online terbuka dalam segala bentuk komunikasi berupa tegur sapa, kiriman karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya (regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke [email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra
Pemimpin Redaksi-Penanggung Jawab: Presiden Kopi Sastra Wakil Pemimpin Redaksi: Celoteh Jincurichi Pengumpul Naskah: Celoteh Jincurichi, Helmy Fahruroji, Nugraha A. Baesuni Editor: Indri Guli, Sanghitam, Peliput Berita: Doni Dartafian A., Indra Nugraha, Rahmat Halomoan, Agus Arifin Pemotret: Hady Alvino. Sekretaris: Restu Restiani. Perancang Grafis dan Tata Letak: SangHitam. Ilustrasi Gambar: Wahyudimalamhari, Distribusi: Celoteh Jincurichi, Miftahul Falah,
. Iklan dan Keuangan: Nugraha A. Baesuni, Presiden Kopi Sastra, Qustan Sabar. Surel Redaksi: [email protected]
Nugraha A. Baesuni.
Havid Yazid Al Gifari
Salam sastra dan Budaya,Alhamdulilah, kita masih bisa
dipertemukan walau dengan media ini. Tidak terasa tahun 2012 akan berakhir. Kita saat ini berada diujung tahun. Semua pasti memiliki rencana di tahun ini dan semua sudah dicapai, bila belum, semoga di tahun berikutnya rencana tersebut bisa digapai.
Pada edisi ini kami memang sebena rnya senga ja un tuk menunda tanggal terbit menjadi 20-12-2012. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan kesan yang spesial di edisi terakhir tahun 2012 ini yang mungkin tidak akan kita temukan di tahun-tahun berikutnya.
Berkaitan dengan isi dari edisi ini, kami hadir dengan 74 halaman. Kami menjatuhkan tema Sastra Mahal. maksudnya adalah segala bentuk sastra yang ternyata dalam bersastra itu memang sangat mahal. Entah dari biaya peralatan apresiasi, biasa penyelenggaran, bahkan dari biaya akomodasi sastrawan.
Semoga kita semua bisa menikmati Majalah Online Kopi Sastra edisi 6.
Salam sastra dan budaya.
Redaksi Majalah Online Kopi Sastra
MEJA REDAKSI
Tersedia Kalender eksklusif Kopi Sastra bagi pengirim karya untuk edisi 7 Januari 2013.
2 021
Putu Wijaya, 4
WANGI
ULAS
TOKOH
LIMUN
TUNASPutu Wijaya, 16
Ujung Senja
Busuk Rupa, 46
Wahyudimalamhari, 67
Altruis Jojo, 51
Asrizal Nur, 36
LEGIT
Temu Sastra Indonesia 2012, 58
Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan, 64
Obrolan dan Belajar Bersama Agus R. Sarjono, 20
Nasib Buku Puisi, 43
Deklarasi Hari Puisi Indonesia, 29
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20124 5
Sumber gambar: Google Images
Peradilan Rakyat
Putu Wijaya
Seorang pengacara muda y a n g c e m e r l a n g mengunjungi ayahnya , seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
"Tapi aku datang tidak
sebagai putramu," kata pengacara
muda itu, "aku datang ke mari
sebagai seorang pengacara muda
yang ingin menegakkan keadilan di
negeri yang sedang kacau ini."
Pengacara tua yang
bercambang dan jenggot memutih
itu, tidak terkejut. Ia menatap
putranya dari kursi rodanya, lalu
menjawab dengan suara yang
tenang dan agung.
“Apa yang ingin kamu
tentang, anak muda?”
Pengacara muda tertegun.
"Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan
sebagai putraku, tetapi kamu
s e b a g a i u j u n g
tombak pencarian keadilan di
negeri yang sedang dicabik-cabik
korupsi ini."
Pengacara muda i tu
tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda
mengerti maksudku."
“Tentu saja. Aku juga pernah
muda seperti kamu. Dan aku juga
berani, kalau perlu kurang ajar. Aku
pisahkan antara urusan keluarga dan
kepentingan pribadi dengan perjuangan
penegakan keadilan. Tidak seperti para
pengacara sekarang yang kebanyakan
berdagang. Bahkan tidak seperti para
elit dan cendekiawan yang cemerlang
ketika masih di luar kekuasaan, namun
menjadi lebih buas dan keji ketika
memperoleh kesempatan untuk
mengin jak- in jak kead i lan dan
kebenaran yang dulu diberhalakannya.
Kamu pasti tidak terlalu jauh dari
keadaanku waktu masih muda. Kamu
sudah membaca riwayat hidupku yang
belum lama ini ditulis di sebuah kampus
di luar negeri bukan? Mereka
menyebutku Singa Lapar. Aku memang
tidak pernah berhenti memburu
pencuri-pencuri keadi lan yang
bersarang di lembaga-lembaga tinggi
dan gedung-gedung bertingkat.
Merekalah yang sudah membuat
kejahatan menjadi budaya di negeri ini.
Kamu bisa banyak belajar dari buku
itu."
WANGI
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20124 5
Sumber gambar: Google Images
Peradilan Rakyat
Putu Wijaya
Seorang pengacara muda y a n g c e m e r l a n g mengunjungi ayahnya , seorang pengacara senior yang sangat dihormati oleh para penegak hukum.
"Tapi aku datang tidak
sebagai putramu," kata pengacara
muda itu, "aku datang ke mari
sebagai seorang pengacara muda
yang ingin menegakkan keadilan di
negeri yang sedang kacau ini."
Pengacara tua yang
bercambang dan jenggot memutih
itu, tidak terkejut. Ia menatap
putranya dari kursi rodanya, lalu
menjawab dengan suara yang
tenang dan agung.
“Apa yang ingin kamu
tentang, anak muda?”
Pengacara muda tertegun.
"Ayahanda bertanya kepadaku?"
"Ya, kepada kamu, bukan
sebagai putraku, tetapi kamu
s e b a g a i u j u n g
tombak pencarian keadilan di
negeri yang sedang dicabik-cabik
korupsi ini."
Pengacara muda i tu
tersenyum.
"Baik, kalau begitu, Anda
mengerti maksudku."
“Tentu saja. Aku juga pernah
muda seperti kamu. Dan aku juga
berani, kalau perlu kurang ajar. Aku
pisahkan antara urusan keluarga dan
kepentingan pribadi dengan perjuangan
penegakan keadilan. Tidak seperti para
pengacara sekarang yang kebanyakan
berdagang. Bahkan tidak seperti para
elit dan cendekiawan yang cemerlang
ketika masih di luar kekuasaan, namun
menjadi lebih buas dan keji ketika
memperoleh kesempatan untuk
mengin jak- in jak kead i lan dan
kebenaran yang dulu diberhalakannya.
Kamu pasti tidak terlalu jauh dari
keadaanku waktu masih muda. Kamu
sudah membaca riwayat hidupku yang
belum lama ini ditulis di sebuah kampus
di luar negeri bukan? Mereka
menyebutku Singa Lapar. Aku memang
tidak pernah berhenti memburu
pencuri-pencuri keadi lan yang
bersarang di lembaga-lembaga tinggi
dan gedung-gedung bertingkat.
Merekalah yang sudah membuat
kejahatan menjadi budaya di negeri ini.
Kamu bisa banyak belajar dari buku
itu."
WANGI
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20126 7
Pengacara muda itu
tersenyum. Ia mengangkat
dagunya, mencoba memandang
pejuang keadilan yang kini seperti
macan ompong itu, meskipun sisa-
sisa keperkasaannya masih terasa.
"Aku tidak datang untuk
menentang atau memuji Anda.
Anda dengan seluruh sejarah Anda
memang terlalu besar untuk
dibicarakan. Meskipun bukan
bebas dari kritik. Aku punya
sederetan koreksi terhadap
kebijakan-kebijakan yang sudah
Anda lakukan. Dan aku terlalu
kecil untuk menentang bahkan
juga terlalu tak pantas untuk
memujimu. Anda sudah tidak
memerlukan cercaan atau pujian
lagi. Karena kau bukan hanya
penegak keadilan yang bersih, kau
yang selalu berhasil dan sempurna,
tetapi kau juga adalah keadilan itu
sendiri."
P e n g a c a r a t u a i t u
meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu
aku dan memanggilku kau. Berarti kita
bisa bicara sungguh-sungguh sebagai
profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil
gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan
puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada
kekeliruannya lalu minta maaf.
"Tidak apa. Jangan surut.
Katakan saja apa yang hendak kamu
katakan," sambung pengacara tua
menenangkan, sembari mengangkat
tangan, menikmati juga pujian itu,
"jangan membatasi dirimu sendiri.
Jangan membunuh diri dengan diskripsi-
diskripsi yang akan menjebak kamu ke
dalam doktrin-doktrin beku, mengalir
sajalah sewajarnya bagaikan mata air,
bagai suara alam, karena kamu sangat
diperlukan oleh bangsamu ini."
Pengacara muda diam beberapa
lama untuk merumuskan diri. Lalu ia
meneruskan ucapannya dengan lebih
tenang.
"Aku datang kemari ingin mend
engar suaramu. Aku mau
berdialog."
“ B a i k . M u l a i l a h .
Berbicaralah sebebas-bebasnya.”
"Terima kasih. Begini.
B e l u m l a m a i n i n e g a r a
menugaskan aku untuk membela
seorang penjahat besar, yang
sepantasnya mendapat hukuman
mati. Pihak keluarga pun datang
dengan gembira ke rumahku untuk
mengungkapkan kebahagiannya,
bahwa pada akhirnya negara
cukup adil, karena memberikan
seorang pembela kelas satu untuk
mereka. Tetapi aku tolak mentah-
mentah. Kenapa? Karena aku
yakin, negara tidak benar-benar
m e n u g a s k a n a k u u n t u k
membelanya. Negara hanya ingin
mempertunjukkan sebuah teater
spektakuler, bahwa di negeri yang
sangat tercela hukumnya ini,,
sudah ada kebangkitan baru.
Penjahat yang paling kejam, sudah
diberikan seorang pembela yang
perkasa seperti Mike Tyson, itu
b u k a n i s t i l a h k u , a k u
A k u t i d a k d a t a n g u n t u k menentang atau memuj i Anda . A n d a d e n g a n seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20126 7
Pengacara muda itu
tersenyum. Ia mengangkat
dagunya, mencoba memandang
pejuang keadilan yang kini seperti
macan ompong itu, meskipun sisa-
sisa keperkasaannya masih terasa.
"Aku tidak datang untuk
menentang atau memuji Anda.
Anda dengan seluruh sejarah Anda
memang terlalu besar untuk
dibicarakan. Meskipun bukan
bebas dari kritik. Aku punya
sederetan koreksi terhadap
kebijakan-kebijakan yang sudah
Anda lakukan. Dan aku terlalu
kecil untuk menentang bahkan
juga terlalu tak pantas untuk
memujimu. Anda sudah tidak
memerlukan cercaan atau pujian
lagi. Karena kau bukan hanya
penegak keadilan yang bersih, kau
yang selalu berhasil dan sempurna,
tetapi kau juga adalah keadilan itu
sendiri."
P e n g a c a r a t u a i t u
meringis.
"Aku suka kau menyebut dirimu
aku dan memanggilku kau. Berarti kita
bisa bicara sungguh-sungguh sebagai
profesional, Pemburu Keadilan."
"Itu semua juga tidak lepas dari hasil
gemblenganmu yang tidak kenal ampun!"
Pengacara tua itu tertawa.
"Kau sudah mulai lagi dengan
puji-pujianmu!" potong pengacara tua.
Pengacara muda terkejut. Ia tersadar pada
kekeliruannya lalu minta maaf.
"Tidak apa. Jangan surut.
Katakan saja apa yang hendak kamu
katakan," sambung pengacara tua
menenangkan, sembari mengangkat
tangan, menikmati juga pujian itu,
"jangan membatasi dirimu sendiri.
Jangan membunuh diri dengan diskripsi-
diskripsi yang akan menjebak kamu ke
dalam doktrin-doktrin beku, mengalir
sajalah sewajarnya bagaikan mata air,
bagai suara alam, karena kamu sangat
diperlukan oleh bangsamu ini."
Pengacara muda diam beberapa
lama untuk merumuskan diri. Lalu ia
meneruskan ucapannya dengan lebih
tenang.
"Aku datang kemari ingin mend
engar suaramu. Aku mau
berdialog."
“ B a i k . M u l a i l a h .
Berbicaralah sebebas-bebasnya.”
"Terima kasih. Begini.
B e l u m l a m a i n i n e g a r a
menugaskan aku untuk membela
seorang penjahat besar, yang
sepantasnya mendapat hukuman
mati. Pihak keluarga pun datang
dengan gembira ke rumahku untuk
mengungkapkan kebahagiannya,
bahwa pada akhirnya negara
cukup adil, karena memberikan
seorang pembela kelas satu untuk
mereka. Tetapi aku tolak mentah-
mentah. Kenapa? Karena aku
yakin, negara tidak benar-benar
m e n u g a s k a n a k u u n t u k
membelanya. Negara hanya ingin
mempertunjukkan sebuah teater
spektakuler, bahwa di negeri yang
sangat tercela hukumnya ini,,
sudah ada kebangkitan baru.
Penjahat yang paling kejam, sudah
diberikan seorang pembela yang
perkasa seperti Mike Tyson, itu
b u k a n i s t i l a h k u , a k u
A k u t i d a k d a t a n g u n t u k menentang atau memuj i Anda . A n d a d e n g a n seluruh sejarah Anda memang terlalu besar untuk dibicarakan.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20128 9
pinjam dari apa yang diobral para
pengamat keadilan di koran untuk
semua sepak-terjangku, sebab aku
selalu berhasil memenangkan semua
perkara yang aku tangani.
Aku ingin berkata tidak
kepada negara, karena pencarian
keadilan tak boleh menjadi sebuah
teater, tetapi mutlak hanya pencarian
keadilan yang kalau perlu dingin
danbeku. Tapi negara terus juga
mendesak dengan berbagai cara
supaya tugas itu aku terima. Di situ
aku mulai berpikir. Tak mungkin
semua itu tanpa alasan. Lalu aku
m e l a k u k a n i n v e s t i g a s i y a n g
mendalam dan kutemukan faktanya.
Walhasil, kesimpulanku, negara
sudah memainkan sandiwara. Negara
ingin menunjukkan kepada rakyat dan
dunia, bahwa kejahatan dibela oleh
siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara
tetap dapat menjebloskan bangsat itu
sampai ke titik terakhirnya hukuman
tembak mati, walaupun sudah dibela
oleh tim pembela seperti aku, maka
n e g a r a a k a n m e n d a p a t k a n
kemenangan ganda, karena
kemenangan itu pastilah kemenangan
yang telak dan bersih, karena aku yang
menjadi jaminannya. Negara hendak
menjadikan aku sebagai pecundang.
Dan itulah yang aku tentang.
Negara harusnya percaya
bahwa menegakkan keadilan tidak
bisa lain harus dengan keadilan yang
bersih, sebagaimana yang sudah Anda
lakukan selama ini."
Pengacara muda itu berhenti
sebentar untuk memberikan waktu
pengacara senior itu menyimak.
Kemudian ia melanjutkan.
"Tapi aku datang kemari
bukan untuk minta pertimbanganmu,
apakah keputusanku untuk menolak
itu tepat atau tidak. Aku datang kemari
karena setelah negara menerima baik
penolakanku, bajingan itu sendiri
datang ke tempat kediamanku dan
meminta dengan hormat supaya aku
bersedia untuk membelanya."
"Lalu kamu terima?" potong
pengaca ra tua i tu t iba - t iba .
Pengacara muda itu terkejut. Ia
menatap pengacara tua itu dengan
heran.
"Bagaimana Anda tahu?"
Pengacara tua mengelus
jenggotnya dan mengangkat matanya
melihat ke tempat yang jauh. Sebentar
saja, tapi seakan ia sudah mengarungi
jarak ribuan kilometer. Sambil
menghela napas kemudian ia berkata:
"Sebab aku kenal siapa kamu.”
Pengacara muda sekarang
menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab
aku seorang profesional. Sebagai
seorang pengacara aku tidak bisa
menolak siapa pun orangnya yang
meminta agar aku melaksanakan
kewajibanku sebagai pembela.
Sebagai pembela, aku mengabdi
kepada mereka yang membutuhkan
keah l i anku un tuk memban tu
pengadilan menjalankan proses
peradilan sehingga tercapai keputusan
yang seadil-adilnya."
Pengacara tua mengangguk-
anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu
tanyakan?"
“Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah
mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia
menatap, mencoba mengetahui apa
yang ada di dalam lubuk hati orang tua
itu.
"Jadi langkahku sudah
benar?"
Orang tua itu kembali
mengelus janggutnya.
" J a n g a n d u l u
mempersoalkan kebenaran. Tapi kau
telah menunjukkan dirimu sebagai
profesional. Kau tolak tawaran
negara, sebab di balik tawaran itu
tidak hanya ada usaha pengejaran
pada kebenaran dan penegakan
keadilan sebagaimana yang kau kejar
dalam profesimu sebagai ahli hukum,
tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan
politik. Namun, tawaran yang sama
dari seorang penjahat, malah kau
terima baik, tak peduli orang itu orang
yang pantas ditembak mati, karena
sebagai profesional kau tak bisa
menolak mereka yang minta tolong
agar kamu membelanya dari praktik-
praktik pengadilan yang kotor untuk
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 20128 9
pinjam dari apa yang diobral para
pengamat keadilan di koran untuk
semua sepak-terjangku, sebab aku
selalu berhasil memenangkan semua
perkara yang aku tangani.
Aku ingin berkata tidak
kepada negara, karena pencarian
keadilan tak boleh menjadi sebuah
teater, tetapi mutlak hanya pencarian
keadilan yang kalau perlu dingin
danbeku. Tapi negara terus juga
mendesak dengan berbagai cara
supaya tugas itu aku terima. Di situ
aku mulai berpikir. Tak mungkin
semua itu tanpa alasan. Lalu aku
m e l a k u k a n i n v e s t i g a s i y a n g
mendalam dan kutemukan faktanya.
Walhasil, kesimpulanku, negara
sudah memainkan sandiwara. Negara
ingin menunjukkan kepada rakyat dan
dunia, bahwa kejahatan dibela oleh
siapa pun, tetap kejahatan. Bila negara
tetap dapat menjebloskan bangsat itu
sampai ke titik terakhirnya hukuman
tembak mati, walaupun sudah dibela
oleh tim pembela seperti aku, maka
n e g a r a a k a n m e n d a p a t k a n
kemenangan ganda, karena
kemenangan itu pastilah kemenangan
yang telak dan bersih, karena aku yang
menjadi jaminannya. Negara hendak
menjadikan aku sebagai pecundang.
Dan itulah yang aku tentang.
Negara harusnya percaya
bahwa menegakkan keadilan tidak
bisa lain harus dengan keadilan yang
bersih, sebagaimana yang sudah Anda
lakukan selama ini."
Pengacara muda itu berhenti
sebentar untuk memberikan waktu
pengacara senior itu menyimak.
Kemudian ia melanjutkan.
"Tapi aku datang kemari
bukan untuk minta pertimbanganmu,
apakah keputusanku untuk menolak
itu tepat atau tidak. Aku datang kemari
karena setelah negara menerima baik
penolakanku, bajingan itu sendiri
datang ke tempat kediamanku dan
meminta dengan hormat supaya aku
bersedia untuk membelanya."
"Lalu kamu terima?" potong
pengaca ra tua i tu t iba - t iba .
Pengacara muda itu terkejut. Ia
menatap pengacara tua itu dengan
heran.
"Bagaimana Anda tahu?"
Pengacara tua mengelus
jenggotnya dan mengangkat matanya
melihat ke tempat yang jauh. Sebentar
saja, tapi seakan ia sudah mengarungi
jarak ribuan kilometer. Sambil
menghela napas kemudian ia berkata:
"Sebab aku kenal siapa kamu.”
Pengacara muda sekarang
menarik napas panjang.
"Ya aku menerimanya, sebab
aku seorang profesional. Sebagai
seorang pengacara aku tidak bisa
menolak siapa pun orangnya yang
meminta agar aku melaksanakan
kewajibanku sebagai pembela.
Sebagai pembela, aku mengabdi
kepada mereka yang membutuhkan
keah l i anku un tuk memban tu
pengadilan menjalankan proses
peradilan sehingga tercapai keputusan
yang seadil-adilnya."
Pengacara tua mengangguk-
anggukkan kepala tanda mengerti.
"Jadi itu yang ingin kamu
tanyakan?"
“Antara lain."
"Kalau begitu kau sudah
mendapatkan jawabanku."
Pengacara muda tertegun. Ia
menatap, mencoba mengetahui apa
yang ada di dalam lubuk hati orang tua
itu.
"Jadi langkahku sudah
benar?"
Orang tua itu kembali
mengelus janggutnya.
" J a n g a n d u l u
mempersoalkan kebenaran. Tapi kau
telah menunjukkan dirimu sebagai
profesional. Kau tolak tawaran
negara, sebab di balik tawaran itu
tidak hanya ada usaha pengejaran
pada kebenaran dan penegakan
keadilan sebagaimana yang kau kejar
dalam profesimu sebagai ahli hukum,
tetapi di situ sudah ada tujuan-tujuan
politik. Namun, tawaran yang sama
dari seorang penjahat, malah kau
terima baik, tak peduli orang itu orang
yang pantas ditembak mati, karena
sebagai profesional kau tak bisa
menolak mereka yang minta tolong
agar kamu membelanya dari praktik-
praktik pengadilan yang kotor untuk
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201210 11
menemukan keadilan yang
paling tepat. Asal semua itu
dilakukannya tanpa ancaman dan
tanpa sogokan uang! Kau tidak
membelanya karena ketakutan,
bukan?”
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
" B u k a n ! "
"Lalu karena apa?"
P e n g a c a r a m u d a i t u
tersenyum.
" K a r e n a a k u a k a n
membelanya."
"Supaya dia menang?"
"Tidak ada kemenangan di
dalam pemburuan keadilan. Yang ada
hanya usaha untuk mendekati apa
yang lebih benar. Sebab kebenaran
sejati, kebenaran yang paling benar
mungkin hanya mimpi kita yang tak
akan pernah tercapai. Kalah-menang
bukan masalah lagi. Upaya untuk
mengejar itu yang paling penting.
Demi memuliakan proses itulah, aku
menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
“Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.
"Seperti yang kamu katakan
tadi, salah atau benar juga tidak menjadi
persoalan. Hanya ada kemungkinan
kalau kamu membelanya, kamu akan
berhasil keluar sebagai pemenang."
"Jangan meremehkan jaksa-
jaksa yang diangkat oleh negara. Aku
dengar sebuah tim yang sangat tangguh
akan diturunkan."
"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai,
bagaimana bisa tahu aku akan menang."
"Sudah bertahun-tahun aku
hidup sebagai pengacara. Keputusan
sudah bisa dibaca walaupun sidang
belum mulai. Bukan karena materi
perkara itu, tetapi karena soal-soal
sampingan. Kamu terlalu besar untuk
kalah saat ini."
Pengacara muda itu tertawa
kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
" P u j i a n . "
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
“Betul!"
P e n g a c a r a m u d a i t u
tersenyum dan manggut-manggut.
Yang tua memicingkan matanya dan
m u l a i m e n e m b a k l a g i .
"Tapi kamu menerima membela
penjahat itu, bukan karena takut,
bukan?”
"Bukan! Kenapa mesti
takut?!"
"Mereka tidak mengancam
kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu
besar, pada akhirnya juga adalah
s e b u a h a n c a m a n . D i a t i d a k
memberikan angka-angka?"
"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan
berapa mereka akan membayarmu?"
" T i d a k . "
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari
uang dari kesusahan orang!"
“Tapi bagaimana kalau dia
sampai menang?"
Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Y a n g t u a m e m i c i n g k a n matanya dan mulai menembak l ag i .
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201210 11
menemukan keadilan yang
paling tepat. Asal semua itu
dilakukannya tanpa ancaman dan
tanpa sogokan uang! Kau tidak
membelanya karena ketakutan,
bukan?”
"Tidak! Sama sekali tidak!"
"Bukan juga karena uang?!"
" B u k a n ! "
"Lalu karena apa?"
P e n g a c a r a m u d a i t u
tersenyum.
" K a r e n a a k u a k a n
membelanya."
"Supaya dia menang?"
"Tidak ada kemenangan di
dalam pemburuan keadilan. Yang ada
hanya usaha untuk mendekati apa
yang lebih benar. Sebab kebenaran
sejati, kebenaran yang paling benar
mungkin hanya mimpi kita yang tak
akan pernah tercapai. Kalah-menang
bukan masalah lagi. Upaya untuk
mengejar itu yang paling penting.
Demi memuliakan proses itulah, aku
menerimanya sebagai klienku."
Pengacara tua termenung.
“Apa jawabanku salah?"
Orang tua itu menggeleng.
"Seperti yang kamu katakan
tadi, salah atau benar juga tidak menjadi
persoalan. Hanya ada kemungkinan
kalau kamu membelanya, kamu akan
berhasil keluar sebagai pemenang."
"Jangan meremehkan jaksa-
jaksa yang diangkat oleh negara. Aku
dengar sebuah tim yang sangat tangguh
akan diturunkan."
"Tapi kamu akan menang."
"Perkaranya saja belum mulai,
bagaimana bisa tahu aku akan menang."
"Sudah bertahun-tahun aku
hidup sebagai pengacara. Keputusan
sudah bisa dibaca walaupun sidang
belum mulai. Bukan karena materi
perkara itu, tetapi karena soal-soal
sampingan. Kamu terlalu besar untuk
kalah saat ini."
Pengacara muda itu tertawa
kecil.
"Itu pujian atau peringatan?"
" P u j i a n . "
"Asal Anda jujur saja."
"Aku jujur."
"Betul?"
“Betul!"
P e n g a c a r a m u d a i t u
tersenyum dan manggut-manggut.
Yang tua memicingkan matanya dan
m u l a i m e n e m b a k l a g i .
"Tapi kamu menerima membela
penjahat itu, bukan karena takut,
bukan?”
"Bukan! Kenapa mesti
takut?!"
"Mereka tidak mengancam
kamu?"
"Mengacam bagaimana?"
"Jumlah uang yang terlalu
besar, pada akhirnya juga adalah
s e b u a h a n c a m a n . D i a t i d a k
memberikan angka-angka?"
"Tidak."
Pengacara tua itu terkejut.
"Sama sekali tak dibicarakan
berapa mereka akan membayarmu?"
" T i d a k . "
"Wah! Itu tidak profesional!"
Pengacara muda itu tertawa.
"Aku tak pernah mencari
uang dari kesusahan orang!"
“Tapi bagaimana kalau dia
sampai menang?"
Pengacara muda itu tersenyum dan manggut-manggut. Y a n g t u a m e m i c i n g k a n matanya dan mulai menembak l ag i .
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201212 13
P e n g a c a r a m u d a i t u
terdiam.
"Bagaimana kalau dia
sampai menang?"
“Negara akan mendapat
pelajaran penting. Jangan main-
main dengan kejahatan!”
" J a d i k a m u a k a n
memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak
menjawab.
"Berarti ya!"
" Y a . A k u a k a n
memenangkannya dan aku akan
menang!"
Orang tua itu terkejut. Ia
merebahkan tubuhnya bersandar.
Kedua tangannya mengurut dada.
Ketika yang muda hendak bicara
lagi, ia mengangkat tangannya.
"Tak usah kamu ulangi lagi,
bahwa kamu melakukan itu bukan
karena takut, bukan karena kamu
disogok.”
“Betul. Ia minta tolong,
tanpa ancaman dan tanpa sogokan.
Aku tidak takut."
Dan kamu menerima tanpa
harapan akan mendapatkan balas jasa
atau perlindungan balik kelak kalau
kamu perlukan, juga bukan karena
kamu ingin memburu publikasi dan
bintang-bintang penghargaan dari
o r g a n i s a s i k e m a n u s i a a n d i
mancanegara yang benci negaramu,
bukan?"
"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah
anak muda. Tak perlu kamu bimbang.
Keputusanmu sudah tepat.
M e n e g a k k a n h u k u m s e l a l u
dirongrong oleh berbagai tuduhan,
seakan-akan kamu sudah memiliki
pamrih di luar dari pengejaran
keadilan dan kebenaran. Tetapi
semua rongrongan itu hanya akan
menambah pujian untukmu kelak,
k a l a u k a m u m a m p u t e r u s
mendengarkan suara hati nuranimu
sebagai penegak hukum yang
profesional."
Pengacara muda itu ingin
menjawab, tetapi pengacara tua tidak
memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu
dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik
kamu pulang sekarang. Biarkan aku
bertemu dengan putraku, sebab aku
sudah sangat rindu kepada dia."
Pengacara muda itu jadi amat
terharu. Ia berdiri hendak memeluk
ayahnya. Tetapi orang tua i tu
m e n g a n g k a t t a n g a n d a n
memperingatkan dengan suara yang
serak. Nampaknya sudah lelah dan
kesakitan.
" P u l a n g l a h s e k a r a n g .
Laksanakan tugasmu sebagai seorang
p r o f e s i o n a l . "
"Tapi..."
Pengacara tua itu menutupkan
m a t a n y a , l a l u m e n y a n d a r k a n
punggungnya ke kursi. Sekretarisnya
yang jelita, kemudian menyelimuti
tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh
kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan
harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu
banyak beristirahat. Selamat malam.”
Entah karena luluh oleh
senyum di bibir wanita yang memiliki
mata yang sangat indah itu, pengacara
muda itu tak mampu lagi menolak. Ia
memandang sekali lagi orang tua itu
dengan segala hormat dan cintanya.
Lalu ia mendekatkan mulutnya ke
telinga wanita itu, agar suaranya
jangan sampai membangunkan orang
tua itu dan berbisik.
"Katakan kepada ayahanda,
bahwa bukti-bukti yang sempat
dikumpulkan oleh negara terlalu
sedikit dan lemah. Peradilan ini
terlalu tergesa-gesa. Aku akan
memenangkan perkara ini dan itu
berarti akan membebaskan bajingan
yang ditakuti dan dikutuk oleh
seluruh rakyat di negeri ini untuk
terbang lepas kembali seperti burung
di udara. Dan semoga itu akan
membuat negeri kita ini menjadi lebih
dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita
akan menjadi bangsa yang lalai."A p a y a n g d i b i s i k k a n
pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu t e r t a w a t e r k e k e h - k e k e h . I a
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201212 13
P e n g a c a r a m u d a i t u
terdiam.
"Bagaimana kalau dia
sampai menang?"
“Negara akan mendapat
pelajaran penting. Jangan main-
main dengan kejahatan!”
" J a d i k a m u a k a n
memenangkan perkara itu?"
Pengacara muda itu tak
menjawab.
"Berarti ya!"
" Y a . A k u a k a n
memenangkannya dan aku akan
menang!"
Orang tua itu terkejut. Ia
merebahkan tubuhnya bersandar.
Kedua tangannya mengurut dada.
Ketika yang muda hendak bicara
lagi, ia mengangkat tangannya.
"Tak usah kamu ulangi lagi,
bahwa kamu melakukan itu bukan
karena takut, bukan karena kamu
disogok.”
“Betul. Ia minta tolong,
tanpa ancaman dan tanpa sogokan.
Aku tidak takut."
Dan kamu menerima tanpa
harapan akan mendapatkan balas jasa
atau perlindungan balik kelak kalau
kamu perlukan, juga bukan karena
kamu ingin memburu publikasi dan
bintang-bintang penghargaan dari
o r g a n i s a s i k e m a n u s i a a n d i
mancanegara yang benci negaramu,
bukan?"
"Betul."
"Kalau begitu, pulanglah
anak muda. Tak perlu kamu bimbang.
Keputusanmu sudah tepat.
M e n e g a k k a n h u k u m s e l a l u
dirongrong oleh berbagai tuduhan,
seakan-akan kamu sudah memiliki
pamrih di luar dari pengejaran
keadilan dan kebenaran. Tetapi
semua rongrongan itu hanya akan
menambah pujian untukmu kelak,
k a l a u k a m u m a m p u t e r u s
mendengarkan suara hati nuranimu
sebagai penegak hukum yang
profesional."
Pengacara muda itu ingin
menjawab, tetapi pengacara tua tidak
memberikan kesempatan.
"Aku kira tak ada yang perlu
dibahas lagi. Sudah jelas. Lebih baik
kamu pulang sekarang. Biarkan aku
bertemu dengan putraku, sebab aku
sudah sangat rindu kepada dia."
Pengacara muda itu jadi amat
terharu. Ia berdiri hendak memeluk
ayahnya. Tetapi orang tua i tu
m e n g a n g k a t t a n g a n d a n
memperingatkan dengan suara yang
serak. Nampaknya sudah lelah dan
kesakitan.
" P u l a n g l a h s e k a r a n g .
Laksanakan tugasmu sebagai seorang
p r o f e s i o n a l . "
"Tapi..."
Pengacara tua itu menutupkan
m a t a n y a , l a l u m e n y a n d a r k a n
punggungnya ke kursi. Sekretarisnya
yang jelita, kemudian menyelimuti
tubuhnya. Setelah itu wanita itu menoleh
kepada pengacara muda.
"Maaf, saya kira pertemuan
harus diakhiri di sini, Pak. Beliau perlu
banyak beristirahat. Selamat malam.”
Entah karena luluh oleh
senyum di bibir wanita yang memiliki
mata yang sangat indah itu, pengacara
muda itu tak mampu lagi menolak. Ia
memandang sekali lagi orang tua itu
dengan segala hormat dan cintanya.
Lalu ia mendekatkan mulutnya ke
telinga wanita itu, agar suaranya
jangan sampai membangunkan orang
tua itu dan berbisik.
"Katakan kepada ayahanda,
bahwa bukti-bukti yang sempat
dikumpulkan oleh negara terlalu
sedikit dan lemah. Peradilan ini
terlalu tergesa-gesa. Aku akan
memenangkan perkara ini dan itu
berarti akan membebaskan bajingan
yang ditakuti dan dikutuk oleh
seluruh rakyat di negeri ini untuk
terbang lepas kembali seperti burung
di udara. Dan semoga itu akan
membuat negeri kita ini menjadi lebih
dewasa secepatnya. Kalau tidak, kita
akan menjadi bangsa yang lalai."A p a y a n g d i b i s i k k a n
pengacara muda itu kemudian menjadi kenyataan. Dengan gemilang dan mudah ia mempecundangi negara di pengadilan dan memerdekaan kembali raja penjahat itu. Bangsat itu t e r t a w a t e r k e k e h - k e k e h . I a
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201214 15
merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah.. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
"Setelah kau datang sebagai
seorang pengacara muda yang
gemilang dan meminta aku berbicara
sebagai profesional, anakku," rintihnya
dengan amat sedih, "Aku terus
membuka pintu dan mengharapkan kau
datang lagi kepadaku sebagai seorang
putra. Bukankah sudah aku ingatkan,
aku rindu kepada putraku. Lupakah
kamu bahwa kamu bukan saja seorang
profesional, tetapi juga seorang putra
dari ayahmu. Tak inginkah kau
mendengar apa kata seorang ayah
kepada putranya, kalau berhadapan
dengan sebuah perkara, di mana
seo rang pen jaha t besa r yang
terbebaskan akan menyulut peradilan
rakyat seperti bencana yang melanda
negeri kita sekarang ini?
Putu Wijaya
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
12
@WRdesignArt@WRdesignArt
HANYA ANDA YANG MEMILIKI
Kami desain buku, majalah, kalender, dan segala kebutuhan dokumentasi Anda dengan unik dan eksklusif
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201214 15
merayakan kemenangannya dengan pesta kembang api semalam suntuk, lalu meloncat ke mancanegara, tak mungkin dijamah lagi. Rakyat pun marah.. Mereka terbakar dan mengalir bagai lava panas ke jalanan, menyerbu dengan yel-yel dan poster-poster raksasa. Gedung pengadilan diserbu dan dibakar. Hakimnya diburu-buru. Pengacara muda itu diculik, disiksa dan akhirnya baru dikembalikan sesudah jadi mayat. Tetapi itu pun belum cukup. Rakyat terus mengaum dan hendak menggulingkan pemerintahan yang sah.
Pengacara tua itu terpagut di kursi rodanya. Sementara sekretaris jelitanya membacakan berita-berita keganasan yang merebak di seluruh wilayah negara dengan suaranya yang empuk, air mata menetes di pipi pengacara besar itu.
"Setelah kau datang sebagai
seorang pengacara muda yang
gemilang dan meminta aku berbicara
sebagai profesional, anakku," rintihnya
dengan amat sedih, "Aku terus
membuka pintu dan mengharapkan kau
datang lagi kepadaku sebagai seorang
putra. Bukankah sudah aku ingatkan,
aku rindu kepada putraku. Lupakah
kamu bahwa kamu bukan saja seorang
profesional, tetapi juga seorang putra
dari ayahmu. Tak inginkah kau
mendengar apa kata seorang ayah
kepada putranya, kalau berhadapan
dengan sebuah perkara, di mana
seo rang pen jaha t besa r yang
terbebaskan akan menyulut peradilan
rakyat seperti bencana yang melanda
negeri kita sekarang ini?
Putu Wijaya
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
12
@WRdesignArt@WRdesignArt
HANYA ANDA YANG MEMILIKI
Kami desain buku, majalah, kalender, dan segala kebutuhan dokumentasi Anda dengan unik dan eksklusif
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201216 17
PUTU WIJAYA SAKIT
Laki-laki yang dikenal dengan nama Putu Wijaya ini memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan, Bali, 11 April 1944 Putu Wijaya adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel dan juga skenario film dan sinetron.
Sumber gambar: Google Images
Dalam catatan perkembangan seni dan sastra, nama Putu
Wijaya tidak bisa dikesampingkan apalagi disingkirkan. Ia memang
dikenal sebagai dramawan, karena keseriusannya di dunia teater
sangat hebat dan prestasinya menakjubkan. Lebih hebatnya lagi,
meski terkenal sebagai dramawan, Putu Wijaya tidak kalah produktif
dalam menciptakan karya sastra di luar naskah drama dan film.
Hingga kini, karyanya sudah berjumlah ratusan.
Sayangnya, seniman serba bisa ini sejak September
terbaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kabar
terakhir ia menginap di kamar 417 rumah sakit tersebut. Ya, seniman
Putu Wijaya mengalami pendarahan di otak.
TOKOH
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201216 17
PUTU WIJAYA SAKIT
Laki-laki yang dikenal dengan nama Putu Wijaya ini memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya. Lahir di Puri Anom Tabanan, Tabanan, Bali, 11 April 1944 Putu Wijaya adalah seorang sastrawan yang dikenal serba bisa. Ia penulis drama, cerpen, esai, novel dan juga skenario film dan sinetron.
Sumber gambar: Google Images
Dalam catatan perkembangan seni dan sastra, nama Putu
Wijaya tidak bisa dikesampingkan apalagi disingkirkan. Ia memang
dikenal sebagai dramawan, karena keseriusannya di dunia teater
sangat hebat dan prestasinya menakjubkan. Lebih hebatnya lagi,
meski terkenal sebagai dramawan, Putu Wijaya tidak kalah produktif
dalam menciptakan karya sastra di luar naskah drama dan film.
Hingga kini, karyanya sudah berjumlah ratusan.
Sayangnya, seniman serba bisa ini sejak September
terbaring di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Kabar
terakhir ia menginap di kamar 417 rumah sakit tersebut. Ya, seniman
Putu Wijaya mengalami pendarahan di otak.
TOKOH
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
18
Kabar terakhir memang menyebutkan bahwa Putu Wijaya sudah
mengalami kemajuan dalam penyembuhan penyakitnya. Sebulan setelah
terbaring lemah di rumah sakit karena pendarahan di otak, sutradara film
Perawan Desa itu semakin membaik tanpa harus menjalani operasi. Hal ini
diamini Sang istri, Dewi Pramowati.
Pada masa-masa perawatannya, Putu Wijaya memang mengalami
kendala dalam biaya pengobatan. Pernah beberapa kali proses operasi yang
direncanakan sebelumnya harus berubah-ubah jadwal, karena kurang biaya
pengobatan. Syukur bahwa banyak sahabat dan orang-orang yang mengenal
beliau bersedia membantu, diantaranya Hatta Rajasa, Jero Wacik, dan
Goenawan Muhammad.
Redaksi Kopi Sastra memang belum mendapatkan kabar terbaru
ketika Majalah Online Kopi Sastra edisi 6 diluncurkan, namun kita tentu
mengharapkan yang terbaik untuk seniman kebanggaan kita itu. Amin.
Online
Mengucapkan
Selamat Nataldan Tahun Baru 2013
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
18
Kabar terakhir memang menyebutkan bahwa Putu Wijaya sudah
mengalami kemajuan dalam penyembuhan penyakitnya. Sebulan setelah
terbaring lemah di rumah sakit karena pendarahan di otak, sutradara film
Perawan Desa itu semakin membaik tanpa harus menjalani operasi. Hal ini
diamini Sang istri, Dewi Pramowati.
Pada masa-masa perawatannya, Putu Wijaya memang mengalami
kendala dalam biaya pengobatan. Pernah beberapa kali proses operasi yang
direncanakan sebelumnya harus berubah-ubah jadwal, karena kurang biaya
pengobatan. Syukur bahwa banyak sahabat dan orang-orang yang mengenal
beliau bersedia membantu, diantaranya Hatta Rajasa, Jero Wacik, dan
Goenawan Muhammad.
Redaksi Kopi Sastra memang belum mendapatkan kabar terbaru
ketika Majalah Online Kopi Sastra edisi 6 diluncurkan, namun kita tentu
mengharapkan yang terbaik untuk seniman kebanggaan kita itu. Amin.
Online
Mengucapkan
Selamat Nataldan Tahun Baru 2013
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201220 21
OBROLAN DAN BELAJAR BERSAMA AGUS R. SARJONO
Banyak dari kita
telah mengenal nama Agus
R. Sarjono. Ia adalah
penyair dan esais nusantara
yang sudah dikenal pecinta
sastra Indonesia, bahkan
dunia. Lelaki berusia 50
tahun ini sangat dikagumi
sejak sukses meluncurkan
buku kumpulan puisi
berjudul Suatu Cerita dari
Negeri Angin. Kesuksesan
itu ditandai dengan dicetak
ulang buku tersebut serta
diterjemahkan ke dalam
beberapa bahasa asing.
Sebelum itu, terdapat pula
buku Kenduri Cinta yang
diterbitkan lebih dahulu
yang juga dicetak ulang. Selain itu, Agus R. Sarjono sangat dikenal dengan
puisinya yang berjudul Sajak Palsu. Puisinya ini sering menjadi puisi wajib dalam
event atau lomba membaca puisi.
Pada akhir bulan November,
tepatnya ketika acara Kongres Bahasa dan
Sastra Indonesia yang diadakan di Universitas
Pakuan, kami berkesempatan mewawancarai
Bapak Agus R. Sarjono yang pada acara itu
hadir sebagai pembicara. Wawancara kami
dengan beliau berlangsung sangat santai dan
sederhana.
Wawancara yang kami lakukan ini
tentu berhubungan dengan tema majalah
online bulan ini, yaitu 'mahal'. Kami mulai
meminta pendapatnya mengenai kemasan
dunia sastra. Ya, tepatnya mengenai sisi
budget dalam kemasan tersebut.
Seperti pementasan pada umumnya,
apa yang kita lihat saat ini mengenai
pementasan karya sastra membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Pementasan baca puisi
misalnya, dalam penyelenggaraannya
dibutuhkan biaya yang cukup besar, paling
tidak untuk menyewa tempat, perangkat
audio, serta biaya mencetak undangan.
Pandangan ini berdasarkan pengalaman kami
menon ton pemen tasan d i w i l ayah
Jabodetabek.
S e p e r t i pementasan pada umumnya, apa yang kita lihat saat ini mengenai pementasan karya s a s t r a m e m b u t u h k a n biaya yang tidak sedikit.
ULAS
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201220 21
OBROLAN DAN BELAJAR BERSAMA AGUS R. SARJONO
Banyak dari kita
telah mengenal nama Agus
R. Sarjono. Ia adalah
penyair dan esais nusantara
yang sudah dikenal pecinta
sastra Indonesia, bahkan
dunia. Lelaki berusia 50
tahun ini sangat dikagumi
sejak sukses meluncurkan
buku kumpulan puisi
berjudul Suatu Cerita dari
Negeri Angin. Kesuksesan
itu ditandai dengan dicetak
ulang buku tersebut serta
diterjemahkan ke dalam
beberapa bahasa asing.
Sebelum itu, terdapat pula
buku Kenduri Cinta yang
diterbitkan lebih dahulu
yang juga dicetak ulang. Selain itu, Agus R. Sarjono sangat dikenal dengan
puisinya yang berjudul Sajak Palsu. Puisinya ini sering menjadi puisi wajib dalam
event atau lomba membaca puisi.
Pada akhir bulan November,
tepatnya ketika acara Kongres Bahasa dan
Sastra Indonesia yang diadakan di Universitas
Pakuan, kami berkesempatan mewawancarai
Bapak Agus R. Sarjono yang pada acara itu
hadir sebagai pembicara. Wawancara kami
dengan beliau berlangsung sangat santai dan
sederhana.
Wawancara yang kami lakukan ini
tentu berhubungan dengan tema majalah
online bulan ini, yaitu 'mahal'. Kami mulai
meminta pendapatnya mengenai kemasan
dunia sastra. Ya, tepatnya mengenai sisi
budget dalam kemasan tersebut.
Seperti pementasan pada umumnya,
apa yang kita lihat saat ini mengenai
pementasan karya sastra membutuhkan biaya
yang tidak sedikit. Pementasan baca puisi
misalnya, dalam penyelenggaraannya
dibutuhkan biaya yang cukup besar, paling
tidak untuk menyewa tempat, perangkat
audio, serta biaya mencetak undangan.
Pandangan ini berdasarkan pengalaman kami
menon ton pemen tasan d i w i l ayah
Jabodetabek.
S e p e r t i pementasan pada umumnya, apa yang kita lihat saat ini mengenai pementasan karya s a s t r a m e m b u t u h k a n biaya yang tidak sedikit.
ULAS
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201222 23
Kenyataan ini set idaknya
memberikan pertanyaan, seberapa
jauhkah dampak yang dihasilkan dari
pementasan megah terhadap kecintaan
masyarakat pada puisi?
Salah satu pementasan yang
membutuhkan biaya cukup besar yaitu
pementasan konser puisi multimedia yang
tengah digencarkan penyair Asrizal Nur.
Dalam pelaksanaannya, minimal Asrizal
Nur membutuhkan stage yang dilengkapi
tata lampu baik, perangkat infokus yang
baik, serta perangkat audio yang hebat.
Bila salah satu di antara hal wajib tadi tak
terpenuhi, maka gagalnya pementasan
telah siap menyambut. Belum lagi
perangkat properti yang beragam serta
pemeran-pemeran pendukung bila
dibutuhkan. Hal ini tentu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201222 23
Kenyataan ini set idaknya
memberikan pertanyaan, seberapa
jauhkah dampak yang dihasilkan dari
pementasan megah terhadap kecintaan
masyarakat pada puisi?
Salah satu pementasan yang
membutuhkan biaya cukup besar yaitu
pementasan konser puisi multimedia yang
tengah digencarkan penyair Asrizal Nur.
Dalam pelaksanaannya, minimal Asrizal
Nur membutuhkan stage yang dilengkapi
tata lampu baik, perangkat infokus yang
baik, serta perangkat audio yang hebat.
Bila salah satu di antara hal wajib tadi tak
terpenuhi, maka gagalnya pementasan
telah siap menyambut. Belum lagi
perangkat properti yang beragam serta
pemeran-pemeran pendukung bila
dibutuhkan. Hal ini tentu membutuhkan
biaya yang tidak sedikit.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201224 25
Menanggapi hipotesis tentang ke'mahal'an
tersebut, Agus R. Sarjono justru memanggapi
dengan ringan. Menurutnya bukanlah suatu yang
harus dipermasalahkan apabila penyelenggaraan
pementasan (dalam hal ini pembacaan puisi) dibuat
begitu megah atau tanpa modal sedikit pun.
Menurutnya, dalam berseni tidak ada batasan,
karena itulah pementasan membaca puisi pun tidak
memiliki keharusan dibuat semiskin mungkin
maupun semegah mungkin, yang penting bagus.
Lho, kok yang penting bagus? Ya, tentu
saja! Yang paling penting adalah keseriusan dalam
pementasan tersebut. Bila pementasan digarap
dengan serius, tentu saja pementasan tersebut akan
bagus dan bisa dinikmati penonton.
L e b i h l a n j u t A g u s R . S a r j o n o
menganalogikan bahwa cara menikmati pementasan
baca puisi sama halnya seperti menikmati keindahan
alam atau seni-seni lain, yakni bisa dinikmati dalam
berbagai cara, bergantung selera masing-masing.
Karena itu pula Agus R. Sarjono tak peduli
bagaimana penyelenggaraan pentas membaca puisi,
adakah itu harus mewah ataukah kumuh, yang paling
penting yaitu dapat memikat penonton.
Seakan berlawanan dengan pementasan yang
dilaksanakan dengan megah, di masyarakat justru masih
beredar anggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang
berpenghasilan sangat minim. Masih banyak orang yang
beranggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang yang kere
dan menyedihkan.
Menanggapi hal ini, Agus R. Sarjono yakin bahwa hal
ini hanya mitos, atau malah hanya sekedar gosip yang terlalu
lama beredar. Pada dasarnya aktivitas pementasan puisi dengan
kegiatan sastra pada umumnya memang berbeda. Kegiatan
membaca puisi lebih mengarah pada pementasan, komunikasi
dua arah. Sementara kegiatan sastra lainnya lebih mengarah
pada komunikasi satu arah.
Menurutnya sastra tidak memiliki hubungan langsung
dengan kesejahteraan ekonomi si penyair. Adakah itu berupa
sastra tulisan, maupun sastra lisan. Menurut Agus R. Sarjono
masyarakat sekarang sudah sangat cerdas, begitu pula penulis, ̶
tentu termasuk diantaranya penyair. Dalam sastra tulis
misalnya, kecerdasan bangsa ini ini bisa dilihat dari banyaknya
penulis-penulis muda yang produktif. Dari tangan penulis-
penulis tersebut lahirlah banyak karya dengan beragam gaya.
Bukan itu saja, keragaman karya itu pun diimbangi dengan
kekayaan isi di dalamnya serta keseriusan dalam
pengerjaannya. Novel misalnya, dulu novel hanya berkisar
antara 60-120 halaman, tapi sekarang para sastrawan muda
menulis novel sudah dengan ratusan halaman. Hampir jarang
ditemukan novel yang kurang dari 160 halaman.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201224 25
Menanggapi hipotesis tentang ke'mahal'an
tersebut, Agus R. Sarjono justru memanggapi
dengan ringan. Menurutnya bukanlah suatu yang
harus dipermasalahkan apabila penyelenggaraan
pementasan (dalam hal ini pembacaan puisi) dibuat
begitu megah atau tanpa modal sedikit pun.
Menurutnya, dalam berseni tidak ada batasan,
karena itulah pementasan membaca puisi pun tidak
memiliki keharusan dibuat semiskin mungkin
maupun semegah mungkin, yang penting bagus.
Lho, kok yang penting bagus? Ya, tentu
saja! Yang paling penting adalah keseriusan dalam
pementasan tersebut. Bila pementasan digarap
dengan serius, tentu saja pementasan tersebut akan
bagus dan bisa dinikmati penonton.
L e b i h l a n j u t A g u s R . S a r j o n o
menganalogikan bahwa cara menikmati pementasan
baca puisi sama halnya seperti menikmati keindahan
alam atau seni-seni lain, yakni bisa dinikmati dalam
berbagai cara, bergantung selera masing-masing.
Karena itu pula Agus R. Sarjono tak peduli
bagaimana penyelenggaraan pentas membaca puisi,
adakah itu harus mewah ataukah kumuh, yang paling
penting yaitu dapat memikat penonton.
Seakan berlawanan dengan pementasan yang
dilaksanakan dengan megah, di masyarakat justru masih
beredar anggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang
berpenghasilan sangat minim. Masih banyak orang yang
beranggapan bahwa sastrawan adalah orang-orang yang kere
dan menyedihkan.
Menanggapi hal ini, Agus R. Sarjono yakin bahwa hal
ini hanya mitos, atau malah hanya sekedar gosip yang terlalu
lama beredar. Pada dasarnya aktivitas pementasan puisi dengan
kegiatan sastra pada umumnya memang berbeda. Kegiatan
membaca puisi lebih mengarah pada pementasan, komunikasi
dua arah. Sementara kegiatan sastra lainnya lebih mengarah
pada komunikasi satu arah.
Menurutnya sastra tidak memiliki hubungan langsung
dengan kesejahteraan ekonomi si penyair. Adakah itu berupa
sastra tulisan, maupun sastra lisan. Menurut Agus R. Sarjono
masyarakat sekarang sudah sangat cerdas, begitu pula penulis, ̶
tentu termasuk diantaranya penyair. Dalam sastra tulis
misalnya, kecerdasan bangsa ini ini bisa dilihat dari banyaknya
penulis-penulis muda yang produktif. Dari tangan penulis-
penulis tersebut lahirlah banyak karya dengan beragam gaya.
Bukan itu saja, keragaman karya itu pun diimbangi dengan
kekayaan isi di dalamnya serta keseriusan dalam
pengerjaannya. Novel misalnya, dulu novel hanya berkisar
antara 60-120 halaman, tapi sekarang para sastrawan muda
menulis novel sudah dengan ratusan halaman. Hampir jarang
ditemukan novel yang kurang dari 160 halaman.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
26
Kemudian, mengenai keseriusan pengerjaan tulisan.
Berdasarkan begitu banyaknya karya yang terbit serta banyak
diantaranya diterbitkan dengan cara independen, tentu saja
hal ini menandakan bahwa pengerjaannya sangat serius.
Padahal, kita tahu bahwa dalam menerbitkan sebuah buku
secara independen dibutuhkan biaya bernilai jutaan. Kalau
banyak sastrawan menghabiskan jutaan rupiahnya demi
sebuah buku, apakah itu berarti sastrawan adalah golongan
miskin?
Lalu bagaimana dengan pementasan pembacaan
puisi? Tentu tidak jauh berbeda. Bila kita memandang sesuatu
dari sudut harga, tentu pertimbangan ekonomi sangat berlaku.
Namun, berkaca dari fenomena banyaknya buku berbau
sastra yang tampil ke permukaan, kita semakin yakin bahwa
generasi anak negeri saat ini adalah generasi yang sudah
cerdas. Berkaca pula dari banyaknya kegiatan pementasan
baca puisi yang diselenggarakan dengan megah, apalagi
gratis, kita pun mengerti bahwa kebanyakan orang setuju,
bahwa pada hakikatnya karya ̶ termasuk sastra- adalah untuk
dinikmati, bukan untuk diperdepatkan, apalagi hanya soal
harga. Sepele bukan!
Ya, seperti itulah kira-kira inti dari obrolan kami
bersama Bapak Agus R. Sarjono, penyair yang sudah kami
anggap guru penting. Semoga obrolan kami bermanfaat.
(NAB)
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
26
Kemudian, mengenai keseriusan pengerjaan tulisan.
Berdasarkan begitu banyaknya karya yang terbit serta banyak
diantaranya diterbitkan dengan cara independen, tentu saja
hal ini menandakan bahwa pengerjaannya sangat serius.
Padahal, kita tahu bahwa dalam menerbitkan sebuah buku
secara independen dibutuhkan biaya bernilai jutaan. Kalau
banyak sastrawan menghabiskan jutaan rupiahnya demi
sebuah buku, apakah itu berarti sastrawan adalah golongan
miskin?
Lalu bagaimana dengan pementasan pembacaan
puisi? Tentu tidak jauh berbeda. Bila kita memandang sesuatu
dari sudut harga, tentu pertimbangan ekonomi sangat berlaku.
Namun, berkaca dari fenomena banyaknya buku berbau
sastra yang tampil ke permukaan, kita semakin yakin bahwa
generasi anak negeri saat ini adalah generasi yang sudah
cerdas. Berkaca pula dari banyaknya kegiatan pementasan
baca puisi yang diselenggarakan dengan megah, apalagi
gratis, kita pun mengerti bahwa kebanyakan orang setuju,
bahwa pada hakikatnya karya ̶ termasuk sastra- adalah untuk
dinikmati, bukan untuk diperdepatkan, apalagi hanya soal
harga. Sepele bukan!
Ya, seperti itulah kira-kira inti dari obrolan kami
bersama Bapak Agus R. Sarjono, penyair yang sudah kami
anggap guru penting. Semoga obrolan kami bermanfaat.
(NAB)
Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201229
Karena sastra itu untuk dinikmati
bukan untuk diperdebatkan
Kami siap menerbitkan karya Andasesuai dengan keinginan Anda
Siap
Men
ggeb
rak
Online
Kami juga promosikan buku Anda di Majalan Online Kopi Sastra
Deklarasi Hari Puisi Indonesia
Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, bersama sekitar 40 penyair dari seluruh Tanah Air, siap mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia.
Deklarasi Hari Puisi Nasional ini merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I yang diadakan di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012.
LEGIT
Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201229
Karena sastra itu untuk dinikmati
bukan untuk diperdebatkan
Kami siap menerbitkan karya Andasesuai dengan keinginan Anda
Siap
Men
ggeb
rak
Online
Kami juga promosikan buku Anda di Majalan Online Kopi Sastra
Deklarasi Hari Puisi Indonesia
Presiden Penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri, bersama sekitar 40 penyair dari seluruh Tanah Air, siap mendeklarasikan Hari Puisi Indonesia.
Deklarasi Hari Puisi Nasional ini merupakan puncak dari serangkaian acara Pertemuan Penyair Indonesia (PPI) I yang diadakan di Anjungan Idrus Tintin Pekanbaru, Riau, pada 22 November 2012.
LEGIT
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201230 31
Sesuai hasil kesepakatan Tim Perumus, tangglal
26 Juli dipilih sebagai Hari. Yakni hari lahir penyair
Chairil Anwar, peletak tonggak utama tradisi puisi
modern Indonesia.
Sekitar 40 penyair Indonesia hadir dalam PPI
ini, antara lain John Waromi (Papua), D Kemalawati
(Aceh), Asrizal Nur (Jakarta), Acep Zamzam Noor
(Bandung), Rahman Arge (Makassar), Micky Hidayat
(Banjarmasin), Hanna Fransisca (Singkawang), Isbedy
Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar
(Pekanbaru), Anwar Putra Bayu (Palembang), Pranita
Dewi (Denpasar), Suminto A Sayuti (Yogyakarta),
Bambang Widiatmoko (Jakarta), dan Sosiawan Leak
(Solo).
Deklarasi Hari Puisi Indonesia, berisi antara
lain Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara
bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah
tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia
memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi
dan kesadaran rakyat nusantara.
"Hari Puisi sebagai momentum bertemu penyair
dan merayakan puisi guna memuliakan puisi," kata Rida
K. Liamsi.
Para penyair yang diundang untuk
mendeklarasikan Hari Puisi terbatas untuk mewakili
provinsi/daerah. "Ini hanya soal anggaran untuk
mengundang sebanyak penyair," kata Isbedy pula.
Dengan adanya Hari Puisi kita berharap
dapat menempakan puisi untuk dihormati. Sutardji
menegaskan, bangsa yang besar adalah yang
menghormati jasa-jasa pahlawannya.
Tetapi, kata Sutardji lagi, kenapa tidak pada
saat ini kita ikrarkan bahwa bangsa yang besar ialah
bangsa yang berbudaya.
Gubernur Riau Rusli Zainal menyambut
Deklarasi Hari Puisi yang dibacakan Presiden
Penyair Sutardji Calzoum Bachri, didampingi para
penyair Indonesia, di Anjungan Seni Idrus Tintin,
Pekanbaru.
Sambutan hangat Gubernur Riau itu, akan
ditindaklanjuti dengan mewajibkan kepala daerah se-
Riau agar merayakan Hari Puisi yang ditetapkan 26
Juli mengacu tanggal kelahiran Chairil Anwar.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201230 31
Sesuai hasil kesepakatan Tim Perumus, tangglal
26 Juli dipilih sebagai Hari. Yakni hari lahir penyair
Chairil Anwar, peletak tonggak utama tradisi puisi
modern Indonesia.
Sekitar 40 penyair Indonesia hadir dalam PPI
ini, antara lain John Waromi (Papua), D Kemalawati
(Aceh), Asrizal Nur (Jakarta), Acep Zamzam Noor
(Bandung), Rahman Arge (Makassar), Micky Hidayat
(Banjarmasin), Hanna Fransisca (Singkawang), Isbedy
Stiawan ZS (Lampung), Fakhrunnas MA Jabbar
(Pekanbaru), Anwar Putra Bayu (Palembang), Pranita
Dewi (Denpasar), Suminto A Sayuti (Yogyakarta),
Bambang Widiatmoko (Jakarta), dan Sosiawan Leak
(Solo).
Deklarasi Hari Puisi Indonesia, berisi antara
lain Indonesia dilahirkan oleh puisi yang ditulis secara
bersama-sama oleh para pemuda dari berbagai wilayah
tanah air. Puisi pendek itu adalah Sumpah Pemuda. Ia
memberi dampak yang panjang dan luas bagi imajinasi
dan kesadaran rakyat nusantara.
"Hari Puisi sebagai momentum bertemu penyair
dan merayakan puisi guna memuliakan puisi," kata Rida
K. Liamsi.
Para penyair yang diundang untuk
mendeklarasikan Hari Puisi terbatas untuk mewakili
provinsi/daerah. "Ini hanya soal anggaran untuk
mengundang sebanyak penyair," kata Isbedy pula.
Dengan adanya Hari Puisi kita berharap
dapat menempakan puisi untuk dihormati. Sutardji
menegaskan, bangsa yang besar adalah yang
menghormati jasa-jasa pahlawannya.
Tetapi, kata Sutardji lagi, kenapa tidak pada
saat ini kita ikrarkan bahwa bangsa yang besar ialah
bangsa yang berbudaya.
Gubernur Riau Rusli Zainal menyambut
Deklarasi Hari Puisi yang dibacakan Presiden
Penyair Sutardji Calzoum Bachri, didampingi para
penyair Indonesia, di Anjungan Seni Idrus Tintin,
Pekanbaru.
Sambutan hangat Gubernur Riau itu, akan
ditindaklanjuti dengan mewajibkan kepala daerah se-
Riau agar merayakan Hari Puisi yang ditetapkan 26
Juli mengacu tanggal kelahiran Chairil Anwar.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201232 33
"Menariknya lagi, Gubernur Riau Rusli Zainal
juga membacakan puisi 'Cintaku Jauh di Pulau' karya
Chairil Anwar sebagai bukti ia menyambut positif
penetapan Hari Puisi. Dia membaca untuk penutup pada saat
pukul 23.00 WIB," kata Isbedy pula.
Rida K Liamsi, salah satu inisiator-koseptor Hari
Puisi mengharapkan, adanya Hari Puisi maka kita bisa
memuliakan dan menghargai puisi di Indonesia. Hari Puisi
ditetapkan pada 26 Juli mengacu kelahiran Chairil Anwar.
"Chairil adalah penyair fenomenal, dikenal dari
Aceh hingga Papua. Itu sebab dasar pilihan tanggal Hari
Puisi," kata Isbedy menyampaikan hasil Musyawarah
Penyair Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru itu pula.
Mulai tahun depan, perayaan Hari Puisi akan
dilaksanakan serentak di kabupaten/kota di Provinsi Riau.
"Gubernur Riau sangat berharap momentum deklarasi di
bumi Melayu ini didengar pemerintah pusat,lalu ditetapkan
pada 26 Juli," kata Isbedy lagi.
Para penyair yang tampil pada Malam Puisi dan
menandatangani deklarasi antara lain D Kemalawati
(Aceh), Hasan Albanna (Sumatera Utara), Fakhrunnas MA
Jabar (Riau), Hasan Aspahani (Kepri), Anwar Putra Bayu
(Sumatera Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung),
Bambang Widiatmoko, Jamal D Rahman (Jakarta), Pranita
Dewi (Bali), Micky Hidayat (Kalses), John Manaru (Papua)
dan lain-lain.
Hargai Budaya
Penyair Sutardj i Calzoum Bachri
menegaskan bahwa bangsa yang besar harus
menghargai kebudayaan, dan bukan hanya
menghargai para pahlawan.
Pernyataan Presiden Penyair Indonesia
dilontarkan saat Musyawarah Penyair di Pekanbaru,
Riau, Kamis (22/11). Kegiatan serangkaian Malam
Puisi dan Deklarasi Hari Puisi Indonesia.
Menurut Sutardji, Hari Puisi diperlukan
oleh bangsa ini. "Namun soal tanggal dan bulan,
silakan saja," kata dia.
Kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi
Indonesia karena kepenyairan Chairil sudah dikenal
hingga Papua, dan ia merupakan tonggak perpuisian
Indonesia.
Meskipun soal tanggal ini mengundang
perdebatan dalam Musyawarah Penyair Indonesia,
namun mayoritas peserta menyetujui 26 Juli sebagai
Hari Puisi Indonesia.
"Kalau egois ke-Riau-an, saya lebih setuju
hari lahirnya Sutardji atau Raja Ali Haji. Tapi kita
bicara keIndonesian, maka sangatlah pas jika
ditetapkan tanggal kelahiran Chairil," kata Marhalim
Zaini, penyair asal Riau.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201232 33
"Menariknya lagi, Gubernur Riau Rusli Zainal
juga membacakan puisi 'Cintaku Jauh di Pulau' karya
Chairil Anwar sebagai bukti ia menyambut positif
penetapan Hari Puisi. Dia membaca untuk penutup pada saat
pukul 23.00 WIB," kata Isbedy pula.
Rida K Liamsi, salah satu inisiator-koseptor Hari
Puisi mengharapkan, adanya Hari Puisi maka kita bisa
memuliakan dan menghargai puisi di Indonesia. Hari Puisi
ditetapkan pada 26 Juli mengacu kelahiran Chairil Anwar.
"Chairil adalah penyair fenomenal, dikenal dari
Aceh hingga Papua. Itu sebab dasar pilihan tanggal Hari
Puisi," kata Isbedy menyampaikan hasil Musyawarah
Penyair Indonesia di Hotel Grand Elite Pekanbaru itu pula.
Mulai tahun depan, perayaan Hari Puisi akan
dilaksanakan serentak di kabupaten/kota di Provinsi Riau.
"Gubernur Riau sangat berharap momentum deklarasi di
bumi Melayu ini didengar pemerintah pusat,lalu ditetapkan
pada 26 Juli," kata Isbedy lagi.
Para penyair yang tampil pada Malam Puisi dan
menandatangani deklarasi antara lain D Kemalawati
(Aceh), Hasan Albanna (Sumatera Utara), Fakhrunnas MA
Jabar (Riau), Hasan Aspahani (Kepri), Anwar Putra Bayu
(Sumatera Selatan), Isbedy Stiawan ZS (Lampung),
Bambang Widiatmoko, Jamal D Rahman (Jakarta), Pranita
Dewi (Bali), Micky Hidayat (Kalses), John Manaru (Papua)
dan lain-lain.
Hargai Budaya
Penyair Sutardj i Calzoum Bachri
menegaskan bahwa bangsa yang besar harus
menghargai kebudayaan, dan bukan hanya
menghargai para pahlawan.
Pernyataan Presiden Penyair Indonesia
dilontarkan saat Musyawarah Penyair di Pekanbaru,
Riau, Kamis (22/11). Kegiatan serangkaian Malam
Puisi dan Deklarasi Hari Puisi Indonesia.
Menurut Sutardji, Hari Puisi diperlukan
oleh bangsa ini. "Namun soal tanggal dan bulan,
silakan saja," kata dia.
Kelahiran Chairil Anwar sebagai Hari Puisi
Indonesia karena kepenyairan Chairil sudah dikenal
hingga Papua, dan ia merupakan tonggak perpuisian
Indonesia.
Meskipun soal tanggal ini mengundang
perdebatan dalam Musyawarah Penyair Indonesia,
namun mayoritas peserta menyetujui 26 Juli sebagai
Hari Puisi Indonesia.
"Kalau egois ke-Riau-an, saya lebih setuju
hari lahirnya Sutardji atau Raja Ali Haji. Tapi kita
bicara keIndonesian, maka sangatlah pas jika
ditetapkan tanggal kelahiran Chairil," kata Marhalim
Zaini, penyair asal Riau.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
34
Pasang Aksimu!
Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini
hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012
silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
34
Pasang Aksimu!
Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini
hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012
silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201236 37
KudaAsrizal Nur
Hentak tenagamelesatdi rimba darahku
meringkik garangberlaridi sabana nadiku
lapar rumput langitmenggeliatdalam risau
julang aku terbangmeninggalkankandangdiamku
kudakutak kuda benditutup matamata butaluka lecut kusir
tak kuda kepangditunggang akal hilangsana siniseruduk orang
tak kuda pacuantaruhan orang ber-uanggila angguktepuk riang
tak kuda kebun binatangdielus senangdisuap makanbadan terkekang
tak kuda liarpuntangpantingmemacu bayanglarilariletihsendiri aish kuda...
kudakukuda sembranikuda para nabi
kudalarilah kencangrakit jembatanwalau di rahang jurang aish kuda..hentak tenaga hentak sepaktinggalkan jejakdi tiap tapaksentak riakgasak jebak
Aish kuda……kudalarilah kudahentak tenagamelesat ke awangpuncak dengusnafas merdeka
WANGI
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201236 37
KudaAsrizal Nur
Hentak tenagamelesatdi rimba darahku
meringkik garangberlaridi sabana nadiku
lapar rumput langitmenggeliatdalam risau
julang aku terbangmeninggalkankandangdiamku
kudakutak kuda benditutup matamata butaluka lecut kusir
tak kuda kepangditunggang akal hilangsana siniseruduk orang
tak kuda pacuantaruhan orang ber-uanggila angguktepuk riang
tak kuda kebun binatangdielus senangdisuap makanbadan terkekang
tak kuda liarpuntangpantingmemacu bayanglarilariletihsendiri aish kuda...
kudakukuda sembranikuda para nabi
kudalarilah kencangrakit jembatanwalau di rahang jurang aish kuda..hentak tenaga hentak sepaktinggalkan jejakdi tiap tapaksentak riakgasak jebak
Aish kuda……kudalarilah kudahentak tenagamelesat ke awangpuncak dengusnafas merdeka
WANGI
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201238 39
Matahari HatiAsrizal Nur
Ketika zaman musim kelamorang –orang bungkus hatidengan selimut buram
pada musim inijalan bersimpang kelamselalu jebak tapak sama
musim gelapuji besar cahaya hatibila redup, gelap tipu pandang
selamatkan hatinyalakan jadi mataharituntun ragam musim
matahari hati pembedamana terangmana kelam
Jakarta, Agustus 2005
Tikus ApiAsrizal Nur
Di negeri tikus apisulit beda mana tikusmana kelincipencuri dan orang suci
di negeri tikus apisang pemburumenembak hati sendiri
Depok, Oktober 2005
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201238 39
Matahari HatiAsrizal Nur
Ketika zaman musim kelamorang –orang bungkus hatidengan selimut buram
pada musim inijalan bersimpang kelamselalu jebak tapak sama
musim gelapuji besar cahaya hatibila redup, gelap tipu pandang
selamatkan hatinyalakan jadi mataharituntun ragam musim
matahari hati pembedamana terangmana kelam
Jakarta, Agustus 2005
Tikus ApiAsrizal Nur
Di negeri tikus apisulit beda mana tikusmana kelincipencuri dan orang suci
di negeri tikus apisang pemburumenembak hati sendiri
Depok, Oktober 2005
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201240 41
Revolusi Tikus ApiAsrizal Nur
Mulanya cuil ompongmainan kucing tidur
asah gigi pisaupada dengkur cakar kucingmengendap maling taringtak ada yang tau
giginya disembilu haricakar kucing dingilu mimpipatahkan taring tikus peluh letihtak ada yang mau tau
hardik kucing tinggal lenguhcicit tikus makin riuhtaring runcing kian sembilutak ada yang perlu tau
tikus jelma jadi apibakar :dapurbukupaluwaktu
ketika pondasi rumah jadi abusiapa mampu jadi pemburu ?
Depok, Oktober 2005
Dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke
Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecup-
recup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun
1990, hendak dipahat di ibu kota.
Sesampai di Jakarta, dia tak ke lain hati. Dalam berbagai kegiatan budaya
yang diikuti dan digelar dibungkusnya dengan kemelayuannya hingga akhirnya
pada tahun 2000 Asrizal Nur mewakili Indonesia acara budaya tingkat Asia
Tenggara (ILO) di Swiss. Tak berhenti di situ, di tahun yang sama ia menampilkan
seniman Riau secara kolektif di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tapak berikut
pada tahun 2000 juga, Asrizal kembali merasuk pikiran Jakarta dengan budaya
Melayu dengan Gong Melayu I se-Asia Tenggara.
Sumber gambar: Google Images
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201240 41
Revolusi Tikus ApiAsrizal Nur
Mulanya cuil ompongmainan kucing tidur
asah gigi pisaupada dengkur cakar kucingmengendap maling taringtak ada yang tau
giginya disembilu haricakar kucing dingilu mimpipatahkan taring tikus peluh letihtak ada yang mau tau
hardik kucing tinggal lenguhcicit tikus makin riuhtaring runcing kian sembilutak ada yang perlu tau
tikus jelma jadi apibakar :dapurbukupaluwaktu
ketika pondasi rumah jadi abusiapa mampu jadi pemburu ?
Depok, Oktober 2005
Dengan menunggang Kuda (judul puisi Asrizal Nur), dia bertolak ke
Jakarta pada tahun 1995 meninggalkan Pekanbaru, Riau. Sebuah asa merecup-
recup di hatinya. Sebab, bekal ilmu seni budaya melayu yang ditimba sejak tahun
1990, hendak dipahat di ibu kota.
Sesampai di Jakarta, dia tak ke lain hati. Dalam berbagai kegiatan budaya
yang diikuti dan digelar dibungkusnya dengan kemelayuannya hingga akhirnya
pada tahun 2000 Asrizal Nur mewakili Indonesia acara budaya tingkat Asia
Tenggara (ILO) di Swiss. Tak berhenti di situ, di tahun yang sama ia menampilkan
seniman Riau secara kolektif di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tapak berikut
pada tahun 2000 juga, Asrizal kembali merasuk pikiran Jakarta dengan budaya
Melayu dengan Gong Melayu I se-Asia Tenggara.
Sumber gambar: Google Images
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
42
Tak puas dengan kegiatan tersebut, Asrizal Nur kembali
membawa wajah melayu Riau ke Jakarta dengan menggelar Festival
Kesenian Riau TIM pada tahun 2002. Tahun 2004, Asrizal Nur
membawa tim kesenian Bengkalis untuk tampil keliling Eropa. Di
tahun berikutnya, menampilkan pembacaan puisi tunggal Rida K.
Liamsi di TIM. Ditahun 2006, ia menggelar Festival Sastra Negeri
Kata-kata dan menyelengara jalan bersama penyair dengan bupati
dan wali kota melayu se-Indonesia.
Tahun 2007, Asrizal Nur menggelar pekan Presiden
Penyair, Sutardji Calzoum Bachri. Dari berbagai kegiatan tersebut,
Asrizal Nur dinobatkan sebagai penerima Anugerah Sagang
kategori seniman/budayawan serantau. Baginya, Anugerah Sagang
ini sangat berarti pada dirinya meskipun dia sebagai seniman tidak
berharap anugerah kecuali berkarya dan kreatifitas. “Saya sangat
berterima kasih kepada panitia, ternyata saya ada. Apa yang saya
perbuat terhadap budaya melayu, ternyata ada yang
memperhatikannya. Jelas, anugerah ini semakin memicu saya untuk
berbuat lebih banyak lagi,” katanya.
Dalam pandangan Asrizal Nur, Anugerah Sagang adalah
sebuah apresiasi seni budaya yang luar biasa dan mendapat respon
terhadap orang-orang kreatif yang berjuang pada budaya. Hanya
saja, anugerah ini perlu dikumandangkan hingga tingkat
internasional. Sebab masih banyak seniman di luar Riau yang belum
tahu anugerah ini. Padahal salah satu katagorinya ada untuk seniman
serantau.
Sumber biografi : tamanismailmarzuki.com
Nasib Buku Puisi
LEGIT
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
42
Tak puas dengan kegiatan tersebut, Asrizal Nur kembali
membawa wajah melayu Riau ke Jakarta dengan menggelar Festival
Kesenian Riau TIM pada tahun 2002. Tahun 2004, Asrizal Nur
membawa tim kesenian Bengkalis untuk tampil keliling Eropa. Di
tahun berikutnya, menampilkan pembacaan puisi tunggal Rida K.
Liamsi di TIM. Ditahun 2006, ia menggelar Festival Sastra Negeri
Kata-kata dan menyelengara jalan bersama penyair dengan bupati
dan wali kota melayu se-Indonesia.
Tahun 2007, Asrizal Nur menggelar pekan Presiden
Penyair, Sutardji Calzoum Bachri. Dari berbagai kegiatan tersebut,
Asrizal Nur dinobatkan sebagai penerima Anugerah Sagang
kategori seniman/budayawan serantau. Baginya, Anugerah Sagang
ini sangat berarti pada dirinya meskipun dia sebagai seniman tidak
berharap anugerah kecuali berkarya dan kreatifitas. “Saya sangat
berterima kasih kepada panitia, ternyata saya ada. Apa yang saya
perbuat terhadap budaya melayu, ternyata ada yang
memperhatikannya. Jelas, anugerah ini semakin memicu saya untuk
berbuat lebih banyak lagi,” katanya.
Dalam pandangan Asrizal Nur, Anugerah Sagang adalah
sebuah apresiasi seni budaya yang luar biasa dan mendapat respon
terhadap orang-orang kreatif yang berjuang pada budaya. Hanya
saja, anugerah ini perlu dikumandangkan hingga tingkat
internasional. Sebab masih banyak seniman di luar Riau yang belum
tahu anugerah ini. Padahal salah satu katagorinya ada untuk seniman
serantau.
Sumber biografi : tamanismailmarzuki.com
Nasib Buku Puisi
LEGIT
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201244 45
Kawan, sering kita jumpai buku-buku kumpulan
puisi yang baru terbit di toko buku. Banyak di antaranya
merupakan karya penulis baru. Lalu, bagaimanakah nasib
buku-buku tersebut? Apakah akan tinggal berlama-lama di
atas rak? Kita tentu berharap itu tidak terjadi. Hal itu tentu
tidak bagus. Apalagi, bila buku-buku puisi bernasib di bak
obralan dengan harga bantingan.
Masa setelah reformasi 1998, mungkin adalah
masa buruk bagi perpuisian di Indonesia. Fakta
membuktikan, banyak buku-buku puisi berakhir di obralan
lima ribu rupiah. Lebih banyak lagi ditemukan buku-buku
puisi yang hilang dari daftar kerja redaksi penerbit dan
distributor setelah cetakan pertamanya. Tegasnya, jarang
ada buku puisi yang dicetak ulang, tak peduli seberapa
terkenal penulisnya.
Kenyataan ini dapat kita jadikan indikator
perkembangan pencinta puisi di negeri kita. Yang pertama,
mungkin fakta ini adalah tanda bahwa pencinta puisi di
negara kita masih sangat sedikit. Yang kedua, mungkin
kualitas puisi kurang menarik minat masyarakat. Ketiga,
mungkin pergerakan perpuisian belum memanggil hati
masyarakat Indonesia. Tiga hal itu memang cukup untuk
dijadikan simpulan mengenai pandangan terhadap
perkembangan puisi serta masyarakat pembacanya.
Buku antologi puisi memang nampak seperti
mengalami degresi, namun terlalu sembrono bila kita
mengatakan bahwa perpuisian Indonesia merosot, apalagi
payah. Mengenai buku puisi yang dicetak ulang, buku karya
Agus R. Sarjono bisa kita jadikan alasan. Paling tidak, dua
buku terdahulunya telah mengalami masa cetak ulang.
Ketika Agus R. Sarjono meluncurkan buku antologi puisi
Kenduri Cinta pada (1994;1996) dan Suatu Cerita dari
Negeri Angin (2001;2003), pada masa itu jarang ditemukan
buku sastra yang dicetak ulang (sama seperti sekarang),
terutama puisi. Terlebih lagi, dua buku tersebut terbit pada
masa prareformasi dan pascareformasi, di mana masa-masa
itu merupakan masa sulit bagi dompet rakyat Indonesia.
Jangankan untuk membeli buku puisi, untuk membeli
kebutuhan sehari-hari saja sulit.
Namun, kenyataan ekonomi pada saat itu ternyata
bukan penyebab kurangnya minat pembaca terhadap buku
puisi. Ekonomi yang sulit memang dialami oleh kita semua,
tapi ekonomi yang baik pun tidak menjamin buku puisi laku
di pasaran. Faktanya, hingga sekarang ekonomi masyarakat
sedikit lebih baik dari tahun 1998, penjualan buku-buku
antologi puisi belum menunjukkan peningkatan yang pesat.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201244 45
Kawan, sering kita jumpai buku-buku kumpulan
puisi yang baru terbit di toko buku. Banyak di antaranya
merupakan karya penulis baru. Lalu, bagaimanakah nasib
buku-buku tersebut? Apakah akan tinggal berlama-lama di
atas rak? Kita tentu berharap itu tidak terjadi. Hal itu tentu
tidak bagus. Apalagi, bila buku-buku puisi bernasib di bak
obralan dengan harga bantingan.
Masa setelah reformasi 1998, mungkin adalah
masa buruk bagi perpuisian di Indonesia. Fakta
membuktikan, banyak buku-buku puisi berakhir di obralan
lima ribu rupiah. Lebih banyak lagi ditemukan buku-buku
puisi yang hilang dari daftar kerja redaksi penerbit dan
distributor setelah cetakan pertamanya. Tegasnya, jarang
ada buku puisi yang dicetak ulang, tak peduli seberapa
terkenal penulisnya.
Kenyataan ini dapat kita jadikan indikator
perkembangan pencinta puisi di negeri kita. Yang pertama,
mungkin fakta ini adalah tanda bahwa pencinta puisi di
negara kita masih sangat sedikit. Yang kedua, mungkin
kualitas puisi kurang menarik minat masyarakat. Ketiga,
mungkin pergerakan perpuisian belum memanggil hati
masyarakat Indonesia. Tiga hal itu memang cukup untuk
dijadikan simpulan mengenai pandangan terhadap
perkembangan puisi serta masyarakat pembacanya.
Buku antologi puisi memang nampak seperti
mengalami degresi, namun terlalu sembrono bila kita
mengatakan bahwa perpuisian Indonesia merosot, apalagi
payah. Mengenai buku puisi yang dicetak ulang, buku karya
Agus R. Sarjono bisa kita jadikan alasan. Paling tidak, dua
buku terdahulunya telah mengalami masa cetak ulang.
Ketika Agus R. Sarjono meluncurkan buku antologi puisi
Kenduri Cinta pada (1994;1996) dan Suatu Cerita dari
Negeri Angin (2001;2003), pada masa itu jarang ditemukan
buku sastra yang dicetak ulang (sama seperti sekarang),
terutama puisi. Terlebih lagi, dua buku tersebut terbit pada
masa prareformasi dan pascareformasi, di mana masa-masa
itu merupakan masa sulit bagi dompet rakyat Indonesia.
Jangankan untuk membeli buku puisi, untuk membeli
kebutuhan sehari-hari saja sulit.
Namun, kenyataan ekonomi pada saat itu ternyata
bukan penyebab kurangnya minat pembaca terhadap buku
puisi. Ekonomi yang sulit memang dialami oleh kita semua,
tapi ekonomi yang baik pun tidak menjamin buku puisi laku
di pasaran. Faktanya, hingga sekarang ekonomi masyarakat
sedikit lebih baik dari tahun 1998, penjualan buku-buku
antologi puisi belum menunjukkan peningkatan yang pesat.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201246 47
Lalu, mengapa buku-buku Agus R. Sarjono kala itu laris
manis? Alasannya, bisa banyak kemungkinan. Alasan paling realistis
tentunya buku tersebut berisi puisi-puisi yang menentramkan hati
pembacanya. Bisa jadi, kekuatan puisi-puisi di dalamnya membuat
para pembaca melupakan masa-masa sulit yang masih mereka rasakan.
Seperti halnya genre sastra lain, poin penting dalam buku puisi
adalah tema atau ide yang disajikan. Bila tema dalam puisi tersebut
dirasakan dengan baik oleh pembaca, tentu pembaca akan puas. Hal
inilah yang mungkin tersedia dalam buku-buku puisi Agus R. Sarjono
hingga membuat buku-buku tersebut laku di pasaran.
Mengapa saya hanya mengatakan 'mungkin'? Karena saya
tidak ingin menghakimi. Menurut saya, alangkah lebih baik bila kita
baca dulu puisi-puisi di dalamnya. Bukan hanya puisi Agus R. Sarjono
tentunya, melainkan puisi siapapun yang telah tampil di publik.
Kemudian, kita resapi maknanya, pelajari pesannya, lalu kita
simpulkan sendiri, tentang bagian mana saja dari puisi yang kita baca
itu terasa nikmat dan bermanfaat.(NAB)
Dari berbagai sumber
Pasang Aksimu!
Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini
hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012
silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201246 47
Lalu, mengapa buku-buku Agus R. Sarjono kala itu laris
manis? Alasannya, bisa banyak kemungkinan. Alasan paling realistis
tentunya buku tersebut berisi puisi-puisi yang menentramkan hati
pembacanya. Bisa jadi, kekuatan puisi-puisi di dalamnya membuat
para pembaca melupakan masa-masa sulit yang masih mereka rasakan.
Seperti halnya genre sastra lain, poin penting dalam buku puisi
adalah tema atau ide yang disajikan. Bila tema dalam puisi tersebut
dirasakan dengan baik oleh pembaca, tentu pembaca akan puas. Hal
inilah yang mungkin tersedia dalam buku-buku puisi Agus R. Sarjono
hingga membuat buku-buku tersebut laku di pasaran.
Mengapa saya hanya mengatakan 'mungkin'? Karena saya
tidak ingin menghakimi. Menurut saya, alangkah lebih baik bila kita
baca dulu puisi-puisi di dalamnya. Bukan hanya puisi Agus R. Sarjono
tentunya, melainkan puisi siapapun yang telah tampil di publik.
Kemudian, kita resapi maknanya, pelajari pesannya, lalu kita
simpulkan sendiri, tentang bagian mana saja dari puisi yang kita baca
itu terasa nikmat dan bermanfaat.(NAB)
Dari berbagai sumber
Pasang Aksimu!
Kami sediakan space iklan (non iklan baris) murah di sini
hanya Rp250.000,-/satu halaman penuhuntuk edisi Januari 2012
silakan hubungi:08567360301 (Wahyu)085781187826 (Nunu)Atau pindai kode batang ini
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201248 49
Yang Bahagia Lalu Terbuang
Busuk Rupa
aku melempar dahaga ke atas sofa
memasukkannya ke dalam karung
beserta airmata
kau membuangnya jauh-jauh sekali
di tengah gerusan waktu
mungkin sudah mati
Es KrimBusuk Rupa
kau lucuti angkuhku
dengan bibirmu
bergumul mesra
di pusaran rasa baru
kita masih saling gigitdi ruang tutur waktu
Nak, jangan suka mempermainkan wanita!
Pesan Ibu yang Gemar Menonton Infotainment Kepada Anak Lelakinya
Busuk Rupa
matahari belum hangatkan bumi
semua sepiaku libur dulu.
Tuhan Tidak Pernah Ada Di Hari Selasa
Busuk Rupa
Busuk rupa adalah sarjana sastra yang gemar memasak. Kini dia memiliki restauran masakan jepang dengan nam Ababil Sushi.
TUNAS
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201248 49
Yang Bahagia Lalu Terbuang
Busuk Rupa
aku melempar dahaga ke atas sofa
memasukkannya ke dalam karung
beserta airmata
kau membuangnya jauh-jauh sekali
di tengah gerusan waktu
mungkin sudah mati
Es KrimBusuk Rupa
kau lucuti angkuhku
dengan bibirmu
bergumul mesra
di pusaran rasa baru
kita masih saling gigitdi ruang tutur waktu
Nak, jangan suka mempermainkan wanita!
Pesan Ibu yang Gemar Menonton Infotainment Kepada Anak Lelakinya
Busuk Rupa
matahari belum hangatkan bumi
semua sepiaku libur dulu.
Tuhan Tidak Pernah Ada Di Hari Selasa
Busuk Rupa
Busuk rupa adalah sarjana sastra yang gemar memasak. Kini dia memiliki restauran masakan jepang dengan nam Ababil Sushi.
TUNAS
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201250 51
Untuk Ginest Ratnawiati, Pelangi Api dan Poetri Mimpi
1:40:27:25
Altruis Jojo
Kuberlari kau terdiam, kumenangis kau tersenyum..
“Halo, De. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Dede, lagi dimana?”
“Lagi di kosan, Kak.”
“Jadi ketemu enggak? Kakak di kampus nih.”
“Emang 'udah gak ujan ya, Kak?”
“Udah reda.”
“Oh gitu. Ya 'udah, kalo gitu aku siap-siap dulu ya, Kak.”
“Oke. Nanti kalo udah siap, kabari Kakak ya?”
“Oke.”
Tuuuut.. Tuuuut.. Tuuuut..
***
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201250 51
Untuk Ginest Ratnawiati, Pelangi Api dan Poetri Mimpi
1:40:27:25
Altruis Jojo
Kuberlari kau terdiam, kumenangis kau tersenyum..
“Halo, De. Assalamualaikum.”
“Waalaikumsalam.”
“Dede, lagi dimana?”
“Lagi di kosan, Kak.”
“Jadi ketemu enggak? Kakak di kampus nih.”
“Emang 'udah gak ujan ya, Kak?”
“Udah reda.”
“Oh gitu. Ya 'udah, kalo gitu aku siap-siap dulu ya, Kak.”
“Oke. Nanti kalo udah siap, kabari Kakak ya?”
“Oke.”
Tuuuut.. Tuuuut.. Tuuuut..
***
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201252 53
Tadi sore, Kota Hujan
muram. Langitnya hitam, seolah
a k a n a d a b a d a i y a n g s i a p
menghent ikan segala peran,
meleburkan segenap perasaan. Tapi,
Tuhan ternyata selalu memberikan
banyak kejutan. Terbukti bahwa
langit yang hitam tidak melahirkan
badai seperti apa yang telah aku
perkirakan, melainkan hujan yang
tidak terlalu besar dan itu pun hanya
sebentar.
Langit tetap hitam. Malam
telah turun di Kota Hujan. Malam
yang akan mempertemukan aku
dengan seorang perempuan. Seorang
perempuan yang belum cukup lama
aku kenal.
N a m a n y a , G i n e s t
R a t n a w i a t i . S e b e l u m a k u
mengetahui namanya yang asli, aku
hanya menyebutnya dengan Pelangi
Api. Semoga saja ia tidak marah
ketika namanya kuganti.
A k u s e r i n g
memperhatikannya diam-diam, jika
ia sedang duduk di bangku taman
bersama teman kuliahnya. Ia adalah
pemilik senyuman yang indah.
Bibirnya merah, tentunya tanpa
balutan lipstick. Wajahnya cerah, dan
matanya sungguh indah. Kerudung
merah muda yang selalu ia kenakan
pun benar-benar pas dengan kulit
wajahnya yang putih, bersih, dan
halus. Dan aku yakin, setiap mata
yang memandang pun sepertinya
akan merasa tergetar dan terpesona.
Tidak lupa, aku pun sering
memperhatikan bagaimana ia
berbicara. Menurutku ini adalah hal
yang pal ing pent ing—karena
berbicara menggunakan bahasa, dan
b a h a s a s e s e o r a n g b i a s a n y a
mencerminkan pikirannya.
Aku selalu menemukan
suatu keindahan yang lain ketika
sedang memperhatikannya berbicara.
Sungguh ia benar-benar berbeda. Ia
adalah seorang perempuan yang
sangat sulit aku lukiskan. Jika di
dalam kamus bahasa ada satu kata
yang bisa untuk mewakili dirinya,
mungkin hanya kata ajaiblah yang
paling tepat.
Aku pun seolah tersihir.
Secara tidak sadar aku mulai berani
menyimpan sebuah rasa. Sebuah rasa
yang kebanyakan orang menyebutnya
dengan cinta. Tapi, apa benar ini cinta?
Entahlah! Untuk sementara sebut saja
begitu.
***
“Kak, ketemu dmn?”
Sender: Pelangi Api
085720844xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:25:29
“Di depan kosan kamu aja.”
Sender: Altruis Jojo
08567295xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:25:47
“Oke. Aku udah di depan kosan,
Kak.”
Sender: Pelangi Api
085720844xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:26:21
“Oke. Kakak otw.”
Sender: Altruis Jojo
08567295xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:26:35
***
Aku tidak ingin menyia-
nyiakan kesempatan yang telah Tuhan
berikan. Bagiku ini seperti mimpi,
karena semuanya berjalan sangat
cepat dan mudah. Aku sering
memperhatikannya diam-diam, jika
ia sedang duduk di bangku taman
bersama teman kuliahnya. Kemudian
aku mencari segala informasi tentang
dirinya. Setelah itu, kami pun
akhirnya berkenalan di situs jejaring
sosial.
Dan begitulah. Semuanya
berjalan sepert i mimpi. Aku
melihatnya kemudian langsung jatuh
cinta. Sebetulnya aku bukanlah
seseorang yang mudah jatuh cinta.
Tapi, cinta terkadang memang tidak
masuk akal. Pernah aku mencoba
untuk menghilangkan perasaan-
perasaanku, tapi aku selalu cepat
menyerah. Cinta seolah menjadi
ruang yang tak terduga. Betapa pun
penuhnya cintaku terhadap Poetri
Mimpi, ternyata masih saja tersisa
ruang kosong untuk cinta dari sosok
Pelangi Api.
***
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201252 53
Tadi sore, Kota Hujan
muram. Langitnya hitam, seolah
a k a n a d a b a d a i y a n g s i a p
menghent ikan segala peran,
meleburkan segenap perasaan. Tapi,
Tuhan ternyata selalu memberikan
banyak kejutan. Terbukti bahwa
langit yang hitam tidak melahirkan
badai seperti apa yang telah aku
perkirakan, melainkan hujan yang
tidak terlalu besar dan itu pun hanya
sebentar.
Langit tetap hitam. Malam
telah turun di Kota Hujan. Malam
yang akan mempertemukan aku
dengan seorang perempuan. Seorang
perempuan yang belum cukup lama
aku kenal.
N a m a n y a , G i n e s t
R a t n a w i a t i . S e b e l u m a k u
mengetahui namanya yang asli, aku
hanya menyebutnya dengan Pelangi
Api. Semoga saja ia tidak marah
ketika namanya kuganti.
A k u s e r i n g
memperhatikannya diam-diam, jika
ia sedang duduk di bangku taman
bersama teman kuliahnya. Ia adalah
pemilik senyuman yang indah.
Bibirnya merah, tentunya tanpa
balutan lipstick. Wajahnya cerah, dan
matanya sungguh indah. Kerudung
merah muda yang selalu ia kenakan
pun benar-benar pas dengan kulit
wajahnya yang putih, bersih, dan
halus. Dan aku yakin, setiap mata
yang memandang pun sepertinya
akan merasa tergetar dan terpesona.
Tidak lupa, aku pun sering
memperhatikan bagaimana ia
berbicara. Menurutku ini adalah hal
yang pal ing pent ing—karena
berbicara menggunakan bahasa, dan
b a h a s a s e s e o r a n g b i a s a n y a
mencerminkan pikirannya.
Aku selalu menemukan
suatu keindahan yang lain ketika
sedang memperhatikannya berbicara.
Sungguh ia benar-benar berbeda. Ia
adalah seorang perempuan yang
sangat sulit aku lukiskan. Jika di
dalam kamus bahasa ada satu kata
yang bisa untuk mewakili dirinya,
mungkin hanya kata ajaiblah yang
paling tepat.
Aku pun seolah tersihir.
Secara tidak sadar aku mulai berani
menyimpan sebuah rasa. Sebuah rasa
yang kebanyakan orang menyebutnya
dengan cinta. Tapi, apa benar ini cinta?
Entahlah! Untuk sementara sebut saja
begitu.
***
“Kak, ketemu dmn?”
Sender: Pelangi Api
085720844xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:25:29
“Di depan kosan kamu aja.”
Sender: Altruis Jojo
08567295xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:25:47
“Oke. Aku udah di depan kosan,
Kak.”
Sender: Pelangi Api
085720844xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:26:21
“Oke. Kakak otw.”
Sender: Altruis Jojo
08567295xxx
Sent: 27-Sept-2012 19:26:35
***
Aku tidak ingin menyia-
nyiakan kesempatan yang telah Tuhan
berikan. Bagiku ini seperti mimpi,
karena semuanya berjalan sangat
cepat dan mudah. Aku sering
memperhatikannya diam-diam, jika
ia sedang duduk di bangku taman
bersama teman kuliahnya. Kemudian
aku mencari segala informasi tentang
dirinya. Setelah itu, kami pun
akhirnya berkenalan di situs jejaring
sosial.
Dan begitulah. Semuanya
berjalan sepert i mimpi. Aku
melihatnya kemudian langsung jatuh
cinta. Sebetulnya aku bukanlah
seseorang yang mudah jatuh cinta.
Tapi, cinta terkadang memang tidak
masuk akal. Pernah aku mencoba
untuk menghilangkan perasaan-
perasaanku, tapi aku selalu cepat
menyerah. Cinta seolah menjadi
ruang yang tak terduga. Betapa pun
penuhnya cintaku terhadap Poetri
Mimpi, ternyata masih saja tersisa
ruang kosong untuk cinta dari sosok
Pelangi Api.
***
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201254 55
Tidak lebih dari tiga menit
aku sudah sampai di depan kosannya.
Ketika aku sampai, ia memang benar-
benar sudah menunggu dipintu
gerbang.
“Hai, De.” aku menyapa.
Ia hanya membalas dengan
sebuah senyuman. Senyuman yang
selama ini selalu membuat aku
tergetar dan terpesona. Senyuman
dari bibir yang indah. Senyuman
yang membuat aku tak bisa menang
dari perasaan. Senyuman dari bibir
yang merah. Senyuman dari seorang
perempuan yang sangat sulit aku
lukiskan!
“Mau ngambil arah yang
mana, Kak?” Ia mendesis.
Ini adalah kali pertama aku
mendengar dengan telinga telanjang,
suaranya seperti alunan lagu rindu
yang terbawa angin. Sangat dingin.
Sedingin es yang ada di kutub dingin.
Membuat lidahku kelu. Membuat aku
seolah menjadi beku.
“Kak, naik sekarang?” ia
kembali bicara perlahan.
Jantungku berdebar, benar-
benar kencang. Aku pernah beberapa
kali bertemu dengan seorang
perempuan, tapi seingatku tidak
pernah kalau sampai sekaku ini. Ia
benar-benar ajaib!
“Kita ambil arah yang
terdekat aja, De.” Kataku dengan
pelan.
Akhirnya, kami meluncur ke
sebuah tempat yang sebelumnya telah
kami sepakati. Sebetulnya yang
menentukan tempat untuk bertemu
adalah ia. Tapi aku pun langsung
menyatakan setuju, karena apalah arti
dari sebuah tempat pertemuan jika
bertemu dengannya pun aku sudah
sangat bahagia.
***
Kamu mau pesen apa, De?”
“Hhmm. Aku durian polos
aja, Kak.”
“Minumnya?”
“Cokelat panas. Kalau,
Kakak?”
“Kakak mau ngeliatin kamu
makan aja.”
“Hehe. Ada-ada aja, Si
Kakak!”
S e o r a n g p e l a y a n
menghampiri kami. Tangan kirinya
memegang buku kecil untuk
mencatat pesanan.
Dengan sopan, ia pun mulai
bicara..“Ada yang bisa saya bantu?”
“Ya, saya mau pesan surabi
durian polos dua, cokelat panas satu,
sama Cappuccino satu.”
“Saya ulang kembali ya, dua
surabi durian-polos, satu coklat-
panas, satu Cappuccino. Ada lagi
yang mau dipesan mas?”
“Hmm. Itu saja dulu.”
“Baiklah, silakan tunggu
sebentar!”
***
Waktu meleleh, seperti
surabi durian yang sudah ada di
hadapan kami. Tiga puluh menit
bukanlah waktu yang sebentar untuk
membuat surabi. Tapi, tempat ini
memang sedang ramai sekali, jadi
siapa pun yang memesan harus sabar
menanti.
“Kamu suka banget surabi
durian ya?”
“Iya Kak, aku suka banget.
Eh, Kakak suka surabi, kan?”
“Iya, Kakak juga suka.”
“Oia, cerpennya mana, Kak?”
“Belum selesai, masih dalam
proses.”
“Beresin atuh, Kak. Aku
pengen baca.”
“Iya, nanti kalo sudah beres,
Kakak kasih tahu.”
“Aku pengen jadi pembaca
yang pertama ya, Kak.”
“Tenang aja, kamu pasti jadi
pembaca yang pertama kok.”
“Eh, kemaren katanya uda
dapet dua halaman? Mana atuh pengen
baca?”
“Mau? Ntar aja deh, 'kan baru
sepotong.”
“Iya, mau, gak apa-apa
sepotong juga.”
“Tapi Kakak malu!”
“Ih, malu kenapa sih, Kak?”
“Kamu kan tokoh dalam cerita
Kakak.”
“Iya, terus kenapa?”
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201254 55
Tidak lebih dari tiga menit
aku sudah sampai di depan kosannya.
Ketika aku sampai, ia memang benar-
benar sudah menunggu dipintu
gerbang.
“Hai, De.” aku menyapa.
Ia hanya membalas dengan
sebuah senyuman. Senyuman yang
selama ini selalu membuat aku
tergetar dan terpesona. Senyuman
dari bibir yang indah. Senyuman
yang membuat aku tak bisa menang
dari perasaan. Senyuman dari bibir
yang merah. Senyuman dari seorang
perempuan yang sangat sulit aku
lukiskan!
“Mau ngambil arah yang
mana, Kak?” Ia mendesis.
Ini adalah kali pertama aku
mendengar dengan telinga telanjang,
suaranya seperti alunan lagu rindu
yang terbawa angin. Sangat dingin.
Sedingin es yang ada di kutub dingin.
Membuat lidahku kelu. Membuat aku
seolah menjadi beku.
“Kak, naik sekarang?” ia
kembali bicara perlahan.
Jantungku berdebar, benar-
benar kencang. Aku pernah beberapa
kali bertemu dengan seorang
perempuan, tapi seingatku tidak
pernah kalau sampai sekaku ini. Ia
benar-benar ajaib!
“Kita ambil arah yang
terdekat aja, De.” Kataku dengan
pelan.
Akhirnya, kami meluncur ke
sebuah tempat yang sebelumnya telah
kami sepakati. Sebetulnya yang
menentukan tempat untuk bertemu
adalah ia. Tapi aku pun langsung
menyatakan setuju, karena apalah arti
dari sebuah tempat pertemuan jika
bertemu dengannya pun aku sudah
sangat bahagia.
***
Kamu mau pesen apa, De?”
“Hhmm. Aku durian polos
aja, Kak.”
“Minumnya?”
“Cokelat panas. Kalau,
Kakak?”
“Kakak mau ngeliatin kamu
makan aja.”
“Hehe. Ada-ada aja, Si
Kakak!”
S e o r a n g p e l a y a n
menghampiri kami. Tangan kirinya
memegang buku kecil untuk
mencatat pesanan.
Dengan sopan, ia pun mulai
bicara..“Ada yang bisa saya bantu?”
“Ya, saya mau pesan surabi
durian polos dua, cokelat panas satu,
sama Cappuccino satu.”
“Saya ulang kembali ya, dua
surabi durian-polos, satu coklat-
panas, satu Cappuccino. Ada lagi
yang mau dipesan mas?”
“Hmm. Itu saja dulu.”
“Baiklah, silakan tunggu
sebentar!”
***
Waktu meleleh, seperti
surabi durian yang sudah ada di
hadapan kami. Tiga puluh menit
bukanlah waktu yang sebentar untuk
membuat surabi. Tapi, tempat ini
memang sedang ramai sekali, jadi
siapa pun yang memesan harus sabar
menanti.
“Kamu suka banget surabi
durian ya?”
“Iya Kak, aku suka banget.
Eh, Kakak suka surabi, kan?”
“Iya, Kakak juga suka.”
“Oia, cerpennya mana, Kak?”
“Belum selesai, masih dalam
proses.”
“Beresin atuh, Kak. Aku
pengen baca.”
“Iya, nanti kalo sudah beres,
Kakak kasih tahu.”
“Aku pengen jadi pembaca
yang pertama ya, Kak.”
“Tenang aja, kamu pasti jadi
pembaca yang pertama kok.”
“Eh, kemaren katanya uda
dapet dua halaman? Mana atuh pengen
baca?”
“Mau? Ntar aja deh, 'kan baru
sepotong.”
“Iya, mau, gak apa-apa
sepotong juga.”
“Tapi Kakak malu!”
“Ih, malu kenapa sih, Kak?”
“Kamu kan tokoh dalam cerita
Kakak.”
“Iya, terus kenapa?”
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201256 57
Aku tak menjawab. Maka
kukeluarkanlah selembar kertas dari saku
kemejaku. Selembar kertas tersebut berisi
potongan ceritaku yang belum selesai. Ia
pun mulai membaca.
Sesaat kemudian. Ia mulai
tersenyum. Ia mulai tertawa. Tawa yang
lepas. Entah kenapa ia bisa sebahagia itu,
padahal, seingatku, aku tidak menulis hal-
hal yang lucu.
Begitulah. Malam ini ia tertawa
lepas-bebas. Malam ini ia tertawa keras-
keras. Sampai ia pun harus menahan rasa
sakit diperutnya karena tawanya
b e r l e b i h a n . L a n t a s , a k u p u n
menertawakannya.
“hahahahahahahahahahahaha
hahahahahaha!”
Kami seolah sudah kenal lama.
Kami tertawa banyak-banyak. Padahal ini
adalah pertemuan kami yang pertama.
Tawa kami menyatu. Benar-benar
menjadi satu. Tapi, tawa kami pun
akhirnya terhenti ketika ponsel ia
berdering.
Ia d i te lepon seseorang.
Seseorang yang entahlah siapa. Ia pun
mulai mengobrol. Mengobrol tentang
entahlah. Yang aku tahu, saat ini ia
sedang tidak berkata jujur kepada
seseorang yang entahlah tersebut. Itu
terbukti ketika ia mengatakan: “Aku lagi
makan surabi sama temen-temen”. Dari
kalimat tersebut aku pun paham, bahwa
seseorang yang entahlah itu ternyata
mempunyai pengaruh besar untuk ia.
Tapi, kenapa ia tidak bicara jujur?
Kenapa ia tidak mengatakan: “Aku lagi
makan surabi sama seorang laki-laki.”?
Kenapa seseorang yang entahlah itu
tidak diberi tahu keadaan yang
sebenarnya? Apakah seseorang yang
entahlah itu tak pernah mengajari ia
tentang sebuah kejujuran? Entahlah!
Lagipula itu bukan urusanku.
“Kakak, maaf ya lama, bete
ya?”
“Nggak, santai aja.”
“Bentar lagi pulang ya, Kak.
Takut gerbangnya dikunci.”
“Iya.”
Malam semakin
m e n y u d u t k a n k u ,
memaksa untuk segera
mengantarkan ia pulang.
Sebetulnya aku masih
i n g i n b e r b i n c a n g -
bincang, tapi saat ini aku
tak punya satu alasan pun
untuk membuat ia tetap
tinggal. Langit masih
tetap hitam. Jalanan
masih basah dan dingin
k e t i k a a k u
mengantarkannya pulang.
***
Sampailah kami
pada titik di mana kami
harus berpisah. Sesaat
setelah ia mengatakan
“Dagh”, akhirnya ia pun
bergegas meninggalkan
aku sendiri dalam resah.
Masih di depan pintu
gerbang kosan yang
basah, lantas aku pun
m e n g i r i m k a n p e s a n
pendek kepadanya.
Makasih banyak ya.”
Sender: Altruis Jojo 08567295xxx
Sent: 27-Sept-2012 21:10:47
“Hahahaha.
Sedetail itu? Sama2 kk.
Makasih juga yaaah.”
Sender: Pelangi Api 085720844xxx
Sent: 27-Sept-2012 21:12:12
***
Di dalam perjalanan pulang. Di sebuah
rumah makan aku melihat seorang laki-laki dan
perempuan. Mereka duduk saling berhadapan.
Yang perempuan, ia terlihat sangat santai ketika
mencicipi makanannya. Sementara yang laki-
laki, ia terlihat sangat sibuk dengan telepon
selulernya. Sepertinya laki-laki itu sedang
mengirim pesan pendek kepada seseorang yang
entahlah. Raut wajahnya begitu gelisah.
“Sayang, kamu jangan pulang malem-
malem. Aku baru mau makan nih sama temen-
temen.”
Apakah mungkin lak i - lak i i tu
mengirimkan sebuah pesan pendek seperti itu?
Entahlah! Tapi menurutku bisa saja.
#Kota Muram, 30 September 2012
“1:40:27.25 Aku bersamamu.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201256 57
Aku tak menjawab. Maka
kukeluarkanlah selembar kertas dari saku
kemejaku. Selembar kertas tersebut berisi
potongan ceritaku yang belum selesai. Ia
pun mulai membaca.
Sesaat kemudian. Ia mulai
tersenyum. Ia mulai tertawa. Tawa yang
lepas. Entah kenapa ia bisa sebahagia itu,
padahal, seingatku, aku tidak menulis hal-
hal yang lucu.
Begitulah. Malam ini ia tertawa
lepas-bebas. Malam ini ia tertawa keras-
keras. Sampai ia pun harus menahan rasa
sakit diperutnya karena tawanya
b e r l e b i h a n . L a n t a s , a k u p u n
menertawakannya.
“hahahahahahahahahahahaha
hahahahahaha!”
Kami seolah sudah kenal lama.
Kami tertawa banyak-banyak. Padahal ini
adalah pertemuan kami yang pertama.
Tawa kami menyatu. Benar-benar
menjadi satu. Tapi, tawa kami pun
akhirnya terhenti ketika ponsel ia
berdering.
Ia d i te lepon seseorang.
Seseorang yang entahlah siapa. Ia pun
mulai mengobrol. Mengobrol tentang
entahlah. Yang aku tahu, saat ini ia
sedang tidak berkata jujur kepada
seseorang yang entahlah tersebut. Itu
terbukti ketika ia mengatakan: “Aku lagi
makan surabi sama temen-temen”. Dari
kalimat tersebut aku pun paham, bahwa
seseorang yang entahlah itu ternyata
mempunyai pengaruh besar untuk ia.
Tapi, kenapa ia tidak bicara jujur?
Kenapa ia tidak mengatakan: “Aku lagi
makan surabi sama seorang laki-laki.”?
Kenapa seseorang yang entahlah itu
tidak diberi tahu keadaan yang
sebenarnya? Apakah seseorang yang
entahlah itu tak pernah mengajari ia
tentang sebuah kejujuran? Entahlah!
Lagipula itu bukan urusanku.
“Kakak, maaf ya lama, bete
ya?”
“Nggak, santai aja.”
“Bentar lagi pulang ya, Kak.
Takut gerbangnya dikunci.”
“Iya.”
Malam semakin
m e n y u d u t k a n k u ,
memaksa untuk segera
mengantarkan ia pulang.
Sebetulnya aku masih
i n g i n b e r b i n c a n g -
bincang, tapi saat ini aku
tak punya satu alasan pun
untuk membuat ia tetap
tinggal. Langit masih
tetap hitam. Jalanan
masih basah dan dingin
k e t i k a a k u
mengantarkannya pulang.
***
Sampailah kami
pada titik di mana kami
harus berpisah. Sesaat
setelah ia mengatakan
“Dagh”, akhirnya ia pun
bergegas meninggalkan
aku sendiri dalam resah.
Masih di depan pintu
gerbang kosan yang
basah, lantas aku pun
m e n g i r i m k a n p e s a n
pendek kepadanya.
Makasih banyak ya.”
Sender: Altruis Jojo 08567295xxx
Sent: 27-Sept-2012 21:10:47
“Hahahaha.
Sedetail itu? Sama2 kk.
Makasih juga yaaah.”
Sender: Pelangi Api 085720844xxx
Sent: 27-Sept-2012 21:12:12
***
Di dalam perjalanan pulang. Di sebuah
rumah makan aku melihat seorang laki-laki dan
perempuan. Mereka duduk saling berhadapan.
Yang perempuan, ia terlihat sangat santai ketika
mencicipi makanannya. Sementara yang laki-
laki, ia terlihat sangat sibuk dengan telepon
selulernya. Sepertinya laki-laki itu sedang
mengirim pesan pendek kepada seseorang yang
entahlah. Raut wajahnya begitu gelisah.
“Sayang, kamu jangan pulang malem-
malem. Aku baru mau makan nih sama temen-
temen.”
Apakah mungkin lak i - lak i i tu
mengirimkan sebuah pesan pendek seperti itu?
Entahlah! Tapi menurutku bisa saja.
#Kota Muram, 30 September 2012
“1:40:27.25 Aku bersamamu.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201258 59
Temu Sastra Indonesia 2012
Putu Wijaya
Di penghujung akhir tahun 2012, Kopi Sastra mendapat banyak undangan kegiatan kesusastraan. Mulai dari Sastra Reboan, Kongres Asosiasi Pengajar bahasa Indonesia, hingga Temu Sastra Indonesaia 2012. Acara yang disebutkan terakhir akan kami ulas pada bagian ini.
Konferensi Temu Sastra
Indonesia 2012 dilakukan Jumat
sampai Minggu, 7-9 berakhir di Hotel
Kaisar, Jakarta. Acara ini diadakan di
tujuh kota antara lain Lebak, Malamg,
Padang, Banjarmasin, Palu, Kupang,
dan Jakarta, Temu Sastra Indonesia
2012 oleh Bale Sastra bekerjasama
dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dalam melancarkan
kegiatan tersebut.
D i r e n c a n a k a n d a r i
Kemendikbud akan memberikan
sambutan dalam pembukaannya,
seperti dikatakan Chavchay Syaifullah,
Ketua panitia Konferensi Jakarta itu.
Chavchay menambahkan, dalam
Konferensi Jakarta para sastrawan dan
pecinta sastra berkumpul untuk
merefleksikan ulang perjalanan Temu
Sastra Indonesia 2012. Kemudian,
a c a r a t e r s e b u t d i i s i d e n g a n
membacakan karya-karya sastra
berupa puisi dan cerpen. Ada pula yang
memusikalisasi puisi dengan berbagai
warna music.
Dalam temu sastra ini, selain
akan merumuskan Temu Sastra
Indonesia 2013, baik pada tataran topik
seminar maupun kota tempat
berlangsung, Konferensi Jakarta akan
menjadi kesempatan melakukan
penjelajahan awal wacana yang akan
dibicarakan pada Temu Sastra
Indonesia 2013 mendatang.
Tema yang akan diangkat
dalam acara Konfersi Jakarta atau
Temu Sastra Indonesia untuk
penjelajahan awal yaitu: "Sastra dan
Karakter Bangsa" dan "Sastra dan
Kesadaran Sejarah".
Temu Sastra Indonesia 2012
diselenggarakan untuk menguatkan
potensi sastrawan dan apresiasi
masyarakat di penjuru tanah air
terhadap karya sastra, ujar Chavchay
yang mewakili Radhar Panca Dahana
dari Bale Sastra dan penanggungjawab
seluruh kegiatan sastra.
Dia menyatakan, da lam
pertemuan ini juga akan akan
diteruskan kegiatan serupa pada tahun-
tahun yang akan datang, baik soal
tempat atau daerah penyelengaraan,
juga tema yang mungkin dapat
ditetapkan.
LIMUN
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201258 59
Temu Sastra Indonesia 2012
Putu Wijaya
Di penghujung akhir tahun 2012, Kopi Sastra mendapat banyak undangan kegiatan kesusastraan. Mulai dari Sastra Reboan, Kongres Asosiasi Pengajar bahasa Indonesia, hingga Temu Sastra Indonesaia 2012. Acara yang disebutkan terakhir akan kami ulas pada bagian ini.
Konferensi Temu Sastra
Indonesia 2012 dilakukan Jumat
sampai Minggu, 7-9 berakhir di Hotel
Kaisar, Jakarta. Acara ini diadakan di
tujuh kota antara lain Lebak, Malamg,
Padang, Banjarmasin, Palu, Kupang,
dan Jakarta, Temu Sastra Indonesia
2012 oleh Bale Sastra bekerjasama
dengan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dalam melancarkan
kegiatan tersebut.
D i r e n c a n a k a n d a r i
Kemendikbud akan memberikan
sambutan dalam pembukaannya,
seperti dikatakan Chavchay Syaifullah,
Ketua panitia Konferensi Jakarta itu.
Chavchay menambahkan, dalam
Konferensi Jakarta para sastrawan dan
pecinta sastra berkumpul untuk
merefleksikan ulang perjalanan Temu
Sastra Indonesia 2012. Kemudian,
a c a r a t e r s e b u t d i i s i d e n g a n
membacakan karya-karya sastra
berupa puisi dan cerpen. Ada pula yang
memusikalisasi puisi dengan berbagai
warna music.
Dalam temu sastra ini, selain
akan merumuskan Temu Sastra
Indonesia 2013, baik pada tataran topik
seminar maupun kota tempat
berlangsung, Konferensi Jakarta akan
menjadi kesempatan melakukan
penjelajahan awal wacana yang akan
dibicarakan pada Temu Sastra
Indonesia 2013 mendatang.
Tema yang akan diangkat
dalam acara Konfersi Jakarta atau
Temu Sastra Indonesia untuk
penjelajahan awal yaitu: "Sastra dan
Karakter Bangsa" dan "Sastra dan
Kesadaran Sejarah".
Temu Sastra Indonesia 2012
diselenggarakan untuk menguatkan
potensi sastrawan dan apresiasi
masyarakat di penjuru tanah air
terhadap karya sastra, ujar Chavchay
yang mewakili Radhar Panca Dahana
dari Bale Sastra dan penanggungjawab
seluruh kegiatan sastra.
Dia menyatakan, da lam
pertemuan ini juga akan akan
diteruskan kegiatan serupa pada tahun-
tahun yang akan datang, baik soal
tempat atau daerah penyelengaraan,
juga tema yang mungkin dapat
ditetapkan.
LIMUN
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201260 61
Temu Sastra Indonesia 2012
diisi pula pembacaan cerpen A Badri QT
(Depok), pembacaan puisi di antaranya
oleh penyair Asrizal Noer (Depok)
Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda
Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno
(Kupang), Viddy AD (Lamongan)
Fathin Hamama.
Sabtu (8/12), digelar seminar
dengan tema Sastra dan Karakter
B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u
Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad
Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi
berikutnya dengan tema Sastra dan
Kesadaran Sejarah, menghadirkan
pembicara yakni Saut Situmorang
(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad
(Jakarta).
Acara dilanjutkan pada malam
hari dengan pembacaan karya sastra
oleh para penggiat sastra, antara lain
penyair Anwar Putra Bayu (Palembang),
Ali Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),
Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi
Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS
Megananda (Banten), pembacaan
cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander
(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi
Rempah.
Chavchay menyatakan kembali,
kegiatan ini pada akhirnya akan
dirumuskan pada rapat pleno sekaligus
untuk menentukan kota tempat bagi
Temu Sastra 2013.
Temu Sastra Indonesia 2012 diisi
pula pembacaan cerpen A Badri QT
(Depok), pembacaan puisi di antaranya
oleh penyair Asrizal Noer (Depok)
Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda
Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno
(Kupang), Viddy AD (Lamongan)
Fathin Hamama.
Sabtu (8/12), digelar seminar
dengan tema Sastra dan Karakter
B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u
Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad
Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi
berikutnya dengan tema Sastra dan
Kesadaran Sejarah, menghadirkan
pembicara yakni Saut Situmorang
(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad
(Jakarta).
Acara dilanjutkan pada malam
hari dengan pembacaan karya sastra oleh
para penggiat sastra, antara lain penyair
Anwar Putra Bayu (Palembang), Ali
Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),
Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS
Megananda (Banten), pembacaan cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander
(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi Rempah.
Chavchay menyatakan kembali, kegiatan ini pada akhirnya akan
"Hasil rapat pleno ini nantinya akan diserahkan ke Kemendikbud guna
diagendakan tahun mendatang," kata Chavchay Syaifullah
Chavchay Syaefullah kepada wartawan menjelaskan, Konferensi Jakarta
merupakan momentum penutupan dari rangkaian Temu Sasta Indonesia 2012 yang
telah diselenggarakan di 7 kota, yaitu: Lebak, Malang, Padang, Banjarmasin, Palu,
Kupang, dan Jakarta. Temu Sastra Indonesia 2012 mengangkat tema ''Estetika
Lokal dan Peran Negara dalam Kesusasteraan. (HY, AL, DDA, IN)
Sumber gambar: Kopi Sastra
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201260 61
Temu Sastra Indonesia 2012
diisi pula pembacaan cerpen A Badri QT
(Depok), pembacaan puisi di antaranya
oleh penyair Asrizal Noer (Depok)
Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda
Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno
(Kupang), Viddy AD (Lamongan)
Fathin Hamama.
Sabtu (8/12), digelar seminar
dengan tema Sastra dan Karakter
B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u
Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad
Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi
berikutnya dengan tema Sastra dan
Kesadaran Sejarah, menghadirkan
pembicara yakni Saut Situmorang
(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad
(Jakarta).
Acara dilanjutkan pada malam
hari dengan pembacaan karya sastra
oleh para penggiat sastra, antara lain
penyair Anwar Putra Bayu (Palembang),
Ali Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),
Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi
Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS
Megananda (Banten), pembacaan
cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander
(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi
Rempah.
Chavchay menyatakan kembali,
kegiatan ini pada akhirnya akan
dirumuskan pada rapat pleno sekaligus
untuk menentukan kota tempat bagi
Temu Sastra 2013.
Temu Sastra Indonesia 2012 diisi
pula pembacaan cerpen A Badri QT
(Depok), pembacaan puisi di antaranya
oleh penyair Asrizal Noer (Depok)
Isbedy Stiawan ZS (Lampung), Hilda
Rumambi (Palu), Ragil Supriyatno
(Kupang), Viddy AD (Lamongan)
Fathin Hamama.
Sabtu (8/12), digelar seminar
dengan tema Sastra dan Karakter
B a n g s a . P e m b i c a r a n y a , y a i t u
Fakhrunnas MA Jabbar (Riau), Achmad
Syubbanuddin Alwy (Cirebon). Sesi
berikutnya dengan tema Sastra dan
Kesadaran Sejarah, menghadirkan
pembicara yakni Saut Situmorang
(Yogyakarta) dan Damhuri Muhammad
(Jakarta).
Acara dilanjutkan pada malam
hari dengan pembacaan karya sastra oleh
para penggiat sastra, antara lain penyair
Anwar Putra Bayu (Palembang), Ali
Syamsuddin Arsy (Banjarmasin),
Esha Tegar Putra (Padang), Tarmizi Rumah Hitam (Batam), Ibnu VS
Megananda (Banten), pembacaan cerpen oleh Sunlie Thomas Alexander
(Yogyakarta), dan musikalisasi puisi Rempah.
Chavchay menyatakan kembali, kegiatan ini pada akhirnya akan
"Hasil rapat pleno ini nantinya akan diserahkan ke Kemendikbud guna
diagendakan tahun mendatang," kata Chavchay Syaifullah
Chavchay Syaefullah kepada wartawan menjelaskan, Konferensi Jakarta
merupakan momentum penutupan dari rangkaian Temu Sasta Indonesia 2012 yang
telah diselenggarakan di 7 kota, yaitu: Lebak, Malang, Padang, Banjarmasin, Palu,
Kupang, dan Jakarta. Temu Sastra Indonesia 2012 mengangkat tema ''Estetika
Lokal dan Peran Negara dalam Kesusasteraan. (HY, AL, DDA, IN)
Sumber gambar: Kopi Sastra
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201262 63
Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan
Bogor, 21 November 2012 – Kopi Sastra menghadiri acara Sastra Reboan
ke-54. Sastra Reboan adalah sebuah acara rutin yang diadakan oleh pegiat sastra
dari berbagai kalangan, acara ini diadakan setiap hari Rabu malam tiap akhir
bulan yang bertempat di Wapres (Warung Apresiasi), Bulungan, Jakarta Selatan.
Pada kunjungan tersebut kami hadir sebagai undangan. Kedatangan kami salah
satu sebagai pengisi acara musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.
Mengenai profil Sastra Reboan,
sebenarnya telah kami ulas pada edisi
ke-2. Karena itu, kali ini kami akan
menyampaikan catatan perjalanan
kami yang perdana dalam menghadiri
acara hebat tersebut.
Awalnya, agak ragu kami
mendatangi acara tersebut, apalagi
diundang langsung dan diminta
mengis i sebagian acara yang
disediakan. Alasan keraguan kami
tentu karena kualitas serta pengalaman
kami yang masih sebesar tahi kuku.
Kami yang masih sebesar kencur
dalam rutinitas sastra ini harus tampil
di antara orang-orang yang sudah hapal
betul dengan dunia sastra. Namun,
kami mencoba berpikir realistis, bahwa
bila tidak sekarang, lalu harus dimulai
kapan.
Kami memutuskan hanya lima
Pohon Kopi yang datang ke Sastra
Reboan. Dua di antaranya adalah
pengurus Kopi Sastra dan tiga lainnya
adalah grup musikalisasi puisi D-
Minor.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201262 63
Kunjungan Kopi Sastra ke Sastra Reboan
Bogor, 21 November 2012 – Kopi Sastra menghadiri acara Sastra Reboan
ke-54. Sastra Reboan adalah sebuah acara rutin yang diadakan oleh pegiat sastra
dari berbagai kalangan, acara ini diadakan setiap hari Rabu malam tiap akhir
bulan yang bertempat di Wapres (Warung Apresiasi), Bulungan, Jakarta Selatan.
Pada kunjungan tersebut kami hadir sebagai undangan. Kedatangan kami salah
satu sebagai pengisi acara musikalisasi puisi dan pembacaan puisi.
Mengenai profil Sastra Reboan,
sebenarnya telah kami ulas pada edisi
ke-2. Karena itu, kali ini kami akan
menyampaikan catatan perjalanan
kami yang perdana dalam menghadiri
acara hebat tersebut.
Awalnya, agak ragu kami
mendatangi acara tersebut, apalagi
diundang langsung dan diminta
mengis i sebagian acara yang
disediakan. Alasan keraguan kami
tentu karena kualitas serta pengalaman
kami yang masih sebesar tahi kuku.
Kami yang masih sebesar kencur
dalam rutinitas sastra ini harus tampil
di antara orang-orang yang sudah hapal
betul dengan dunia sastra. Namun,
kami mencoba berpikir realistis, bahwa
bila tidak sekarang, lalu harus dimulai
kapan.
Kami memutuskan hanya lima
Pohon Kopi yang datang ke Sastra
Reboan. Dua di antaranya adalah
pengurus Kopi Sastra dan tiga lainnya
adalah grup musikalisasi puisi D-
Minor.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201264 65
Perjalanan dari Bogor menuju Wapres Bulungan kami tempuh melalui
kendaraan umum. Kami berkumpul di Stasiun Bojonggede pada pukul 17.45
WIB. Setelah beberapa menit menunggu, kereta itu datang. Kami langsung
bergegas, kemudian menunggu kereta ekonomi tancap gas. Kami turun di
Stasiun Cawang dan mencari kendaraan umum kembali untuk menuju
Bulungan. Sesampainya di Wapres Bulungan kami disambut hangat oleh
koordinator acara, Ilenk Rembulan, Zay Lawang Langit dan lainnya. Setelah
ngobrol santai sejenak dan beristirahat, acara pun dimulai.
Selain bedah buku Wali Sanga karya Dhamar Sasangkha yang diulas
oleh Binhad Nurrohmat, Khudori Husnan, dan Bahwan Abdullah, banyak
pula acara pengiring lainnya berupa pembacaan puisi dan Musikalisasi
puisi. Kopi Sastra sendiri menampilkan Musikalisasi puisi yang dibawakan
oleh D-Mino yang beranggotakan Altruis Jojo, Rahmat Halomoan, dan
Tresna, sedangkan pembacaan puisi oleh Nugraha Hura-hura. D-Minor
membawakan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul 'Dengan Puisi Aku'
dan puisi karya mereka sendiri yang diaransemen menjadi sebuah lagu.
Nugraha Hura-hura membacakan puisi karya-karyanya yang berjudul
“Nyanyian Oyon” dan “Orasi Kereta Api”. Khusus puisi “Orasi Kereta Api”
adalah sebuah puisi yang inspirasinya berdasarkan kisah pedagang asongan
di kereta api kelas ekonomi.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201264 65
Perjalanan dari Bogor menuju Wapres Bulungan kami tempuh melalui
kendaraan umum. Kami berkumpul di Stasiun Bojonggede pada pukul 17.45
WIB. Setelah beberapa menit menunggu, kereta itu datang. Kami langsung
bergegas, kemudian menunggu kereta ekonomi tancap gas. Kami turun di
Stasiun Cawang dan mencari kendaraan umum kembali untuk menuju
Bulungan. Sesampainya di Wapres Bulungan kami disambut hangat oleh
koordinator acara, Ilenk Rembulan, Zay Lawang Langit dan lainnya. Setelah
ngobrol santai sejenak dan beristirahat, acara pun dimulai.
Selain bedah buku Wali Sanga karya Dhamar Sasangkha yang diulas
oleh Binhad Nurrohmat, Khudori Husnan, dan Bahwan Abdullah, banyak
pula acara pengiring lainnya berupa pembacaan puisi dan Musikalisasi
puisi. Kopi Sastra sendiri menampilkan Musikalisasi puisi yang dibawakan
oleh D-Mino yang beranggotakan Altruis Jojo, Rahmat Halomoan, dan
Tresna, sedangkan pembacaan puisi oleh Nugraha Hura-hura. D-Minor
membawakan puisi karya Taufik Ismail yang berjudul 'Dengan Puisi Aku'
dan puisi karya mereka sendiri yang diaransemen menjadi sebuah lagu.
Nugraha Hura-hura membacakan puisi karya-karyanya yang berjudul
“Nyanyian Oyon” dan “Orasi Kereta Api”. Khusus puisi “Orasi Kereta Api”
adalah sebuah puisi yang inspirasinya berdasarkan kisah pedagang asongan
di kereta api kelas ekonomi.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
66
Banyak hal yang kami dapat setelah menghadiri Sastra
Reboan, mulai dari kekompakan sebuah komunitas, keramahan para
anggotanya, serta tentunya konsistensi dalam penyelenggaraan
acara rutin. Bagi kami, semua hal yang dimiliki oleh Sastra Reboan
sudah kompleks hingga memberi wibawa dan luwes dalam
tubuhnya. Hal yang patut kami contoh. Terima kasih Sastra
Reboan.(HF, NAB, RH)Ulasan
Online
Ujung Senja
Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah
Mengenal Seni Rupa Terapan
Oleh Wahyudimalamhari
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online
66
Banyak hal yang kami dapat setelah menghadiri Sastra
Reboan, mulai dari kekompakan sebuah komunitas, keramahan para
anggotanya, serta tentunya konsistensi dalam penyelenggaraan
acara rutin. Bagi kami, semua hal yang dimiliki oleh Sastra Reboan
sudah kompleks hingga memberi wibawa dan luwes dalam
tubuhnya. Hal yang patut kami contoh. Terima kasih Sastra
Reboan.(HF, NAB, RH)Ulasan
Online
Ujung Senja
Sedikit ulasan untuk pembelajaran di sekolah
Mengenal Seni Rupa Terapan
Oleh Wahyudimalamhari
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201268 69
Di edisi lalu saya sudah menjabarkan seni secara umum. Kini, untuk lebih memperdalam pembahasan mengenai seni, saya akan mengulas jenis-jenis seni. Namun pada edis i in i saya hanyha akan memfokuskan untuk mengulas mengenai seni rupa terapan. Jenis seni yang lain akan saya ulas di edisi-edisi berikutnya.
Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang
dirancang untuk tujuan fungsional, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia. Seni
rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya
selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga
sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan
untuk kepentingan manusia.
Seni rupa terapan di indonesia memiliki bentuk
yang beragam. Mulai dari rumah adat atau bangunan
tradisional, senjata, sampai dengan karya kerajinan.
Seni rupa terapan berbeda dengan seni rupa
murni. Karena seni rupa terapan bukan hanya
mengutamakan keindahan saja, namun juga fungsinya,
sehingga hal ini menjadi nilai plus bagi setiap karya yang
dihasilkan.
Karya seni rupa terapan Nusantara adalah karya
seni rupa yang berwujud dua atau tiga dimensi. Seni ini
memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari
yang terdapat di wilayah Nusantara. Karya seni rupa
terapan yang terdapat di indonesia sangat beragam dengan
aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya.
Salah satu diantaranya yaitu batik yang telah diakui oleh
Unesco sebagai warisan bangsa Indonesia.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201268 69
Di edisi lalu saya sudah menjabarkan seni secara umum. Kini, untuk lebih memperdalam pembahasan mengenai seni, saya akan mengulas jenis-jenis seni. Namun pada edis i in i saya hanyha akan memfokuskan untuk mengulas mengenai seni rupa terapan. Jenis seni yang lain akan saya ulas di edisi-edisi berikutnya.
Seni rupa terapan adalah karya seni rupa yang
dirancang untuk tujuan fungsional, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan fisik dan psikologis (kejiwaan) manusia. Seni
rupa terapan memiliki fungsi guna atau pakai. Artinya
selain sebagai benda yang bernilai seni (artistik) juga
sebagai benda yang indah (estetis) dan dapat digunakan
untuk kepentingan manusia.
Seni rupa terapan di indonesia memiliki bentuk
yang beragam. Mulai dari rumah adat atau bangunan
tradisional, senjata, sampai dengan karya kerajinan.
Seni rupa terapan berbeda dengan seni rupa
murni. Karena seni rupa terapan bukan hanya
mengutamakan keindahan saja, namun juga fungsinya,
sehingga hal ini menjadi nilai plus bagi setiap karya yang
dihasilkan.
Karya seni rupa terapan Nusantara adalah karya
seni rupa yang berwujud dua atau tiga dimensi. Seni ini
memiliki fungsi tertentu dalam kehidupan sehari-hari
yang terdapat di wilayah Nusantara. Karya seni rupa
terapan yang terdapat di indonesia sangat beragam dengan
aneka jenis, bentuk, fungsi, dan teknik pembuatannya.
Salah satu diantaranya yaitu batik yang telah diakui oleh
Unesco sebagai warisan bangsa Indonesia.
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201270 71
Seni rupa terapan adalah hasil karya yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi
karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi
praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
tentang rasa keindahan. Misalnya lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi
praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda pakai.
Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto.
Di bawah ini beberapa contoh karya seni rupa terapan yang ada di
Indonesia:
1. Arsitektur
Candi borobudur merupakan salah satu karya seni rupa terapan jawa
tengah yang luar biasa, masih banyak karya seni arsitektur yang lain yang
dapat kita lihat di sini.
Karya seni rupa Arsitektur di Jawa tengah begitu beragam dan
banyak jenisnya, mulai dari masa lampau sampai modern, mungkin kita
dapat membedakan arsitektur masa lampau, modern, islam, maupun
tradisional.
2. Poster
Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat
komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.
Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya
dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster
biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.
Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan
dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal.
seni rupa
3. Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang
artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.
Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik
sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah
liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi
saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2
4. Baju / Pakaian
Baju atau pakaian adat di indonesia sangat beragam ulai dari kebaya,
pidie, karo, hingga pakaian adat lainnya. Indonesia memang memiliki banyak
provinsi, dan hampir setiap provinsi memiliki pakaian adat masing-masing.h
5. Wayang.
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun
sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme
berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang
diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama
berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh
UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang
mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat
berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201270 71
Seni rupa terapan adalah hasil karya yang digunakan
dalam kehidupan sehari-hari dan mempunyai fungsi atau manfaat. Fungsi
karya seni rupa dapat dibedakan menjadi dua, yaitu fungsi estetis dan fungsi
praktis. Fungsi estetis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia
tentang rasa keindahan. Misalnya lukisan, patung,dan benda hias. Fungsi
praktis adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia akan benda pakai.
Misalnya vas bunga, kursi ukir, dan bingkai foto.
Di bawah ini beberapa contoh karya seni rupa terapan yang ada di
Indonesia:
1. Arsitektur
Candi borobudur merupakan salah satu karya seni rupa terapan jawa
tengah yang luar biasa, masih banyak karya seni arsitektur yang lain yang
dapat kita lihat di sini.
Karya seni rupa Arsitektur di Jawa tengah begitu beragam dan
banyak jenisnya, mulai dari masa lampau sampai modern, mungkin kita
dapat membedakan arsitektur masa lampau, modern, islam, maupun
tradisional.
2. Poster
Poster atau plakat adalah karya seni atau desain grafis yang memuat
komposisi gambar dan huruf di atas kertas berukuran besar.
Pengaplikasiannya dengan ditempel di dinding atau permukaan datar lainnya
dengan sifat mencari perhatian mata sekuat mungkin. Karena itu poster
biasanya dibuat dengan warna-warna kontras dan kuat.
Poster bisa menjadi sarana iklan, pendidikan, propaganda, dan
dekorasi. Selain itu bisa pula berupa salinan karya seni terkenal.
seni rupa
3. Keramik
Keramik pada awalnya berasal dari bahasa Yunani keramikos yang
artinya suatu bentuk dari tanah liat yang telah mengalami proses pembakaran.
Kamus dan ensiklopedia tahun 1950-an mendefinisikan keramik
sebagai suatu hasil seni dan teknologi untuk menghasilkan barang dari tanah
liat yang dibakar, seperti gerabah, genteng, porselin, dan sebagainya. Tetapi
saat ini tidak semua keramik berasal dari tanah liat. Definisi pengertian
keramik terbaru mencakup semua bahan bukan logam dan anorganik yang
berbentuk padat. (Yusuf, 1998:2
4. Baju / Pakaian
Baju atau pakaian adat di indonesia sangat beragam ulai dari kebaya,
pidie, karo, hingga pakaian adat lainnya. Indonesia memang memiliki banyak
provinsi, dan hampir setiap provinsi memiliki pakaian adat masing-masing.h
5. Wayang.
Wayang dikenal sejak zaman prasejarah yaitu sekitar 1500 tahun
sebelum Masehi. Masyarakat Indonesia memeluk kepercayaan animisme
berupa pemujaan roh nenek moyang yang disebut hyang atau dahyang, yang
diwujudkan dalam bentuk arca atau gambar.
Wayang merupakan seni tradisional Indonesia yang terutama
berkembang di Pulau Jawa dan Bali. Pertunjukan wayang telah diakui oleh
UNESCO pada tanggal 7 November 2003, sebagai karya kebudayaan yang
mengagumkan dalam bidang cerita narasi dan warisan yang indah dan sangat
berharga (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of Humanity).
Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya
(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke
[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra
Kami mengundang semua pembaca
Online
untuk memberi kritik dan saran
agar kami bisa lebih baik
Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan
berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.
D o n a s iKlik!
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201272 73
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang
dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka
yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa
wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang
biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri,
dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang
memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.
Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam)
dipentaskan pula.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat
dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan
Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga
bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang
Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat
bekaitan satu sama lain. Yaitu “Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit
(Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)”.
Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa
mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur
internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah
kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-
motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,
teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi
(Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober,
2009.
Dari berbagai sumber
Kami juga mengundang semua pembaca untuk mengirimkan karya, liputan kegiatan, komunitas sastra/budaya
(regional/kampus/sekolah), pengajuan pemasangan Iklan Pustaka Budaya maupun Iklan Umum Komersil melalui surel ke
[email protected], atau pesan pada https://www.facebook.com/kopisastra
Kami mengundang semua pembaca
Online
untuk memberi kritik dan saran
agar kami bisa lebih baik
Sebagai upaya melestarikan Majalah Online Kopi Sastra, kami pun mengundang para pembaca untuk turut serta membantu kami dengan
berdonasi kepada Majalah Online Kopi Sastra.
D o n a s iKlik!
Edisi 6 / Thn. I / Desember 2012Online Online
Edisi 6 / Thn. I / Desember 201272 73
Ada versi wayang yang dimainkan oleh orang dengan memakai kostum, yang
dikenal sebagai wayang orang, dan ada pula wayang yang berupa sekumpulan boneka
yang dimainkan oleh dalang. Wayang yang dimainkan dalang ini diantaranya berupa
wayang kulit atau wayang golek. Cerita yang dikisahkan dalam pagelaran wayang
biasanya berasal dari Mahabharata dan Ramayana.
Pertunjukan wayang di setiap negara memiliki teknik dan gayanya sendiri,
dengan demikian wayang Indonesia merupakan buatan orang Indonesia asli yang
memiliki cerita, gaya dan dalang yang luar biasa.
Kadangkala repertoar cerita Panji dan cerita Menak (cerita-cerita Islam)
dipentaskan pula.
Wayang, oleh para pendahulu negeri ini sangat mengandung arti yang sangat
dalam. Sunan Kali Jaga dan Raden Patah sangat berjasa dalam mengembangkan
Wayang. Para Wali di Tanah Jawa sudah mengatur sedemikian rupa menjadi tiga
bagian. Pertama Wayang Kulit di Jawa Timur, kedua Wayang Wong atau Wayang
Orang di Jawa Tengah, dan ketiga Wayang Golek di Jawa Barat. Masing masing sangat
bekaitan satu sama lain. Yaitu “Mana yang Isi(Wayang Wong) dan Mana yang Kulit
(Wayang Kulit) harus dicari (Wayang Golek)”.
Batik
Batik adalah salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa
mengacu pada dua hal. Yang pertama adalah teknik pewarnaan kain dengan
menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur
internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. Pengertian kedua adalah
kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-
motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik,
teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah
ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi
(Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober,
2009.
Dari berbagai sumber